IX - 1
Sesuai PP no. 38 tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan
antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan
Daerah Kabupaten/Kota, diamanatkan bahwa kewenangan pembangunan
bidang Cipta Karya merupakan tanggung jawab Pemerintah
Kabupaten/Kota. Oleh karena itu, Pemerintah Kabupaten/ Kota terus
didorong untuk meningkatkan belanja pembangunan prasarana Cipta Karya
agar kualitas lingkungan permukiman di daerah meningkat. Di samping
membangun prasarana baru, pemerintah daerah perlu juga perlu
mengalokasikan anggaran belanja untuk pengoperasian, pemeliharaan dan
rehabilitasi prasarana yang telah terbangun.
Namun, seringkali pemerintah daerah memiliki keterbatasan fiskal dalam
mendanai pembangunan infrastruktur permukiman. Pemerintah daerah
cenderung meminta dukungan pendanaan pemerintah pusat, namun perlu
dipahami bahwa pembangunan yang dilaksanakan Ditjen Cipta Karya
dilakukan sebagai stimulan dan pemenuhan standar pelayanan minimal.
Oleh karena itu, alternatif pembiayaan dari masyarakat dan sektor swasta
perlu dikembangkan untuk mendukung pembangunan bidang Cipta Karya
yang dilakukan pemerintah daerah. Dengan adanya pemahaman mengenai
keuangan daerah, diharapkan dapat disusun langkah-langkah peningkatan
investasi pembangunan bidang Cipta Karya di daerah.
Pembahasan aspek pembiayaan dalam RPI2-JM bidang Cipta Karya pada
dasarnya bertujuan untuk:
a. Mengidentifikasi kapasitas belanja pemerintah daerah dalam
melaksanakan pembangunan bidang Cipta Karya,
b. Mengidentifikasi alternatif sumber pembiayaan antara lain dari
RPI2-JM BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2015
IX - 4
masyarakat dan sektor swasta untuk mendukung pembangunan bidang
Cipta Karya,
c. Merumuskan rencana tindak peningkatan investasi bidang Cipta Karya.
9.1Arahan Kebijakan Pembiayaan Bidang Cipta Karya
Pembiayaan pembangunan bidang Cipta Karya perlu memperhatikan
arahan dalam peraturan dan perundangan terkait, antara lain:
1. Undang-Undang No. 23 Tahun 2014 Tentang pembagian urusan
pemerintahan konkuren antara Daerah provinsi dengan Daerah
kabupaten/kota walaupun Urusan Pemerintahan sama, perbedaannya
akan nampak dari skala atau ruang lingkup Urusan Pemerintahan
tersebut. Walaupun Daerah provinsi dan Daerah kabupaten/kota
mempunyai Urusan Pemerintahan masing-masing yang sifatnya tidak
hierarki, namun tetap akan terdapat hubungan antara Pemerintah
Pusat, Daerah provinsi dan Daerah kabupaten/kota dalam
pelaksanaannya dengan mengacu pada NSPK yang dibuat oleh
Pemerintah Pusat. Berikut ini tabel pembagian urusan pemerintahan
konkuren antara pemerintah pusat dan daerah provinsi dan daerah
kabupaten/kota
2. Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan
Antara Pemerintah Pusat dan Daerah: untuk mendukung
penyelenggaraan otonomi daerah, pemerintah daerah didukung
sumber-sumber pendanaan meliputi Pendapatan Asli Daerah, Dana
Perimbangan, Pendapatan Lain yang Sah, serta Penerimaan
Pembiayaan. Penerimaan daerah ini akan digunakan untuk mendanai
pengeluaran daerah yang dituangkan dalam Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah (APBD) yang ditetapkan melalui Peraturan Daerah.
3. Peraturan Pemerintah No. 55 Tahun 2005 Tentang Dana
Perimbangan: Dana Perimbangan terdiri dari Dana Alokasi Umum, Dana
Bagi Hasil, dan Dana Alokasi Khusus. Pembagian DAU dan DBH
ditentukan melalui rumus yang ditentukan Kementerian Keuangan.
Sedangkan DAK digunakan untuk mendanai kegiatan khusus yang
IX - 5
dan besaran DAK dilakukan berdasarkan kriteria umum, kriteria
khusus, dan kriteria teknis.
4. Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan
Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, Dan
Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota: Urusan pemerintahan yang
menjadi kewenangan pemerintahan daerah, terdiri atas urusan wajib
dan urusan pilihan. Urusan wajib yang menjadi kewenangan
pemerintahan daerah untuk kabupaten/kota merupakan urusan yang
berskala kabupaten/kota meliputi 26 urusan, termasuk bidang
pekerjaan umum. Penyelenggaraan urusan pemerintahan yang bersifat
wajib yang berpedoman pada standar pelayanan minimal dilaksanakan
secara bertahap dan ditetapkan oleh Pemerintah. Urusan wajib
pemerintahan yang merupakan urusan bersama diserahkan kepada
daerah disertai dengan sumber pendanaan, pengalihan sarana dan
prasarana, serta kepegawaian sesuai dengan urusan yang
didesentralisasikan.
5. Peraturan Pemerintah No. 30 Tahun 2011 tentang Pinjaman Daerah:
Sumber pinjaman daerah meliputi Pemerintah, Pemerintah Daerah
Lainnya, Lembaga Keuangan Bank dan Non-Bank, serta Masyarakat.
Pemerintah Daerah tidak dapat melakukan pinjaman langsung kepada
pihak luar negeri, tetapi diteruskan melalui pemerintah pusat. Dalam
melakukan pinjaman daerah Pemda wajib memenuhi persyaratan:
a. total jumlah pinjaman pemerintah daerah tidak lebih dari 75%
penerimaan APBD tahun sebelumnya;
b. memenuhi ketentuan rasio kemampuan keuangan daerah untuk
mengembalikan pinjaman yang ditetapkan pemerintah paling
sedikit 2,5;
c. persyaratan lain yang ditetapkan calon pemberi pinjaman;
d. tidak mempunyai tunggakan atas pengembalian pinjaman yang
bersumber dari pemerintah;
e. pinjaman jangka menengah dan jangka panjang wajib
IX - 6
6. Peraturan Presiden No. 67 Tahun 2005 Tentang Kerjasama Pemerintah
dengan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur (dengan
perubahan Perpres 13/2010 & Perpres 56/2010): Menteri atau Kepala
Daerah dapat bekerjasama dengan badan usaha dalam penyediaan
infrastruktur. Jenis infrastruktur permukiman yang dapat
dikerjasamakan dengan badan usaha adalah infrastruktur air minum,
infrastruktur air limbah permukiman dan prasarana persampahan.
7. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006 Tentang
Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah (dengan perubahan
Permendagri 59/2007 dan Permendagri 21/2011): Struktur APBD terdiri
dari:
a. Pendapatan daerah yang meliputi: Pendapatan Asli Daerah, Dana
Perimbangan, dan Pendapatan Lain yang Sah.
b. Belanja Daerah meliputi: Belanja Langsung dan Belanja Tidak
Langsung.
c. Pembiayaan Daerah meliputi: Pembiayaan Penerimaan dan
Pembiayaan Pengeluaran.
8. Peraturan Menteri PU No. 15 Tahun 2010 Tentang Petunjuk Teknis
Penggunaan Dana Alokasi Khusus Bidang Infrastruktur: Kementerian
PU menyalurkan DAK untuk pencapaian sasaran nasional bidang Cipta
Karya, Adapun ruang lingkup dan kriteria teknis DAK bidang Cipta
Karya adalah sebagai berikut:
a. Bidang Infrastruktur Air Minum
DAK Air Minum digunakan untuk memberikan akses pelayanan
sistem penyediaan air minum kepada masyarakat berpenghasilan
rendah di kawasan kumuh perkotaan dan di perdesaan termasuk
daerah pesisir dan permukiman nelayan. Adapun kriteria teknis
alokasi DAK diutamakan untuk program percepatan pengentasan
kemiskinan dan memenuhi sasaran/ target Millenium Development
Goals (MDGs) yang mempertimbangkan:
- Jumlah masyarakat berpenghasilan rendah;
- Tingkat kerawanan air minum.
IX - 7
DAK Sanitasi digunakan untuk memberikan akses pelayanan
sanitasi (air limbah, persampahan, dan drainase) yang layak skala
kawasan kepada masyarakat berpenghasilan rendah di perkotaan
yang diselenggara-kan melalui proses pemberdayaan masyarakat.
DAK Sanitasi diutamakan untuk program peningkatan derajat
kesehatan masyarakat dan memenuhi sasaran/target MDGs yang
dengan kriteria teknis:
- kerawanan sanitasi;
- cakupan pelayanan sanitasi.
9. Peraturan Menteri PU No. 14 Tahun 2011 tentang Pedoman
Pelaksanaan Kegiatan Kementerian Pekerjaan Umum yang Merupakan
Kewenanangan Pemerintah dan Dilaksanakan Sendiri: Dalam
menyelenggarakan kegiatan yang dibiayai dana APBN, Kementerian PU
membentuk satuan kerja berupa Satker Tetap Pusat, Satker Unit
Pelaksana Teknis Pusat, dan Satuan Non Vertikal Tertentu. Rencana
program dan usulan kegiatan yang diselenggarakan Satuan Kerja harus
mengacu pada RPI2-JM bidang infrastruktur ke-PU-an yang telah
disepakati. Gubernur sebagai wakil Pemerintah mengkoordinasikan
penyelenggaraan urusan kementerian yang dilaksanakan di daerah
dalam rangka keterpaduan pembangunan wilayah dan pengembangan
lintas sektor.
Berdasarkan peraturan perundangan tersebut, dapat disimpulkan bahwa
lingkup sumber dana kegiatan pembangunan bidang Cipta Karya yang
dibahas dalam RPI2-JM bidan Cipta Karya meliputi:
1. Dana APBN, meliputi dana yang dilimpahkan Ditjen Cipta Karya kepada
Satuan Kerja di tingkat provinsi (dana sektoral di daerah) serta Dana
Alokasi Khusus bidang Air Minum dan Sanitasi.
2. Dana APBD Provinsi, meliputi dana daerah untuk urusan bersama
(DDUB) dan dana lainnya yang dibelanjakan pemerintah provinsi untuk
pembangunan infrastruktur permukiman dengan skala
provinsi/regional.
3. Dana APBD Kabupaten/Kota, meliputi dana daerah untuk urusan
IX - 8
kabupaten untuk pembangunan infrastruktur permukiman dengan
skala kabupaten/kota.
4. Dana Swasta meliputi dana yang berasal dari skema kerjasama
pemerintah dan swasta (KPS), maupun skema Corporate Social
Responsibility (CSR).
5. Dana Masyarakat melalui program pemberdayaan masyarakat.
6. Dana Pinjaman, meliputi pinjaman dalam negeri dan pinjaman luar
negeri.
Dana-dana tersebut digunakan untuk belanja pembangunan,
pengoperasian dan pemeliharaan prasarana yang telah terbangun, serta
rehabilitasi dan peningkatan prasarana yang telah ada. Oleh karena itu,
dana-dana tersebut perlu dikelola dan direncanakan secara terpadu
sehingga optimal dan memberi manfaat yang sebesar-besarnya bagi
peningkatan pelayanan bidang Cipta Karya.
9.2 Profil APBD Kabupaten/Kota
Bagian ini menggambarkan struktur APBD Kabupaten/Kota selama 3-5
tahun terakhir dengan sumber data berasal dari dokumen Realiasasi APBD
dalam 5 tahun terakhir. Komponen yang dianalisis berdasarkan format
Permendagri No. 13 Tahun 2006 adalah sebagai berikut:
a. Belanja Daerah yang meliputi: Belanja Langsung dan Belanja Tak
Langsung.
b. Pendapatan daerah yang meliputi: Pendapatan Asli Daerah, Dana
Perimbangan, dan Pendapatan Lain yang Sah.
c. Pembiayaan Daerah meliputi: Pembiayaan Penerimaan dan
IX - 9
Tabel 9.1 Perkembangan Pendapatan Daerah dalam 5 Tahun Terakhir
URAIAN BESARAN
2010 2011 2012 2013 2014
PENDAPATAN 802.215.304.045 1.013.075.367.014 1.167.943.577.026 1.289.037.659.296 1.441.117.384.862
PENDAPATAN ASLI DAERAH 69.609.314.290 88.941.781.923 98.262.003.374 127.565.801.410 200.258.601.329 Pendapatan Pajak Daerah 8.285.157.843 12.014.216.022 12.114.227.362 30.475.170.819 34.200.150.490 Hasil Retribusi Daerah 11.574.180.502 12.202.193.560 14.620.639.262 16.923.314.280 21.953.438.872 Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang
Dipisahkan 2.398.632.077 2.849.829.486 3.120.004.597 4.153.669.341 5.073.856.786
Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah 47.351.343.868 61.875.542.855 68.407.132.153 76.013.646.970 139.031.155.181
DANA PERIMBANGAN 628.258.498.087 690.786.569.844 828.200.750.834 880.733.786.903 938.015.385.581 Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak 43.669.717.087 43.993.154.844 46.890.511.834 33.506.087.903 26.253.270.581 Dana Alokasi Umum 528.061.281.000 585.851.015.000 711.741.839.000 793.904.679.000 854.737.495.000 Dana Alokasi Khusus 56.527.500.000 60.942.400.000 69.568.400.000 53.323.020.000 57.024.620.000
LAIN-LAIN PENDAPATAN
DAERAH YANG SAH 104.347.491.668 233.347.015.247 241.480.822.818 280.738.070.983 302.843.397.952
Pendapatan Hibah 797.594.900 2.306.429.234 895.975.859 328.192.000
Dana Bagi Hasil Pajak dari Provinsi dan
Pemerintah Daerah Lainnya 21.906.333.368 31.723.712.853 48.908.368.959 47.971.737.615 62.847.787.999 Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus 60.359.670.400 173.573.408.160 155.803.538.000 210.021.221.000 208.929.741.000 Bantuan Keuangan dari Provinsi atau
Pemerintah Daerah Lainnya 21.283.893.000 25.743.465.000 35.872.940.000 22.745.112.368 30.737.676.953
BELANJA 815.892.060.576 968.310.613.298 1.126.130.839.860 1.204.862.645.824 1.445.588.965.548
BELANJA TIDAK LANGSUNG 642.692.781.618 716.511.170.027 815.095.677.736 837.532.223.831 963.659.321.307 Belanja Pegawai 571.698.962.524 655.308.727.677 741.354.182.664 773.569.084.711 849.023.648.068
Belanja Bunga 82.219.804 69.068.960 72.834.064
Belanja Hibah 31.696.044.698 20.810.533.967 23.567.836.897 5.156.490.000 26.738.079.163
Belanja Bantuan Sosial 12.227.155.768 11.391.856.973 4.471.431.332 8.185.000.000 1.229.000.000
Belanja Bagi Hasil 32.344.324 - 2.816.895.675 - 11.462.887.636
Belanja Bantuan Keuangan 26.744.960.500 28.304.732.450 42.539.997.104 50.512.649.120 75.067.776.740
Belanja Tidak Terduga 211.094.000 626.250.000 272.500.000 109.000.000 137.929.700
BELANJA LANGSUNG 173.199.278.958 251.799.443.271 311.035.162.124 367.330.421.993 481.929.644.241
Belanja Pegawai 25.154.524.309 38.246.662.117 37.179.502.516 43.166.261.299 53.110.641.188
Belanja Barang dan Jasa 85.975.299.933 125.687.350.691 124.750.739.967 143.309.975.919 212.056.064.341
Belanja Modal 62.069.454.716 87.865.430.463 149.104.919.641 180.854.184.775 216.762.938.712
SURPLUS / DEFISIT (13.676.756.531) 44.764.753.716 41.812.737.166 84.175.013.472 (4.471.580.686)
PENERIMAAN PEMBIAYAAN
DAERAH 99.773.060.322 74.087.582.458 115.892.130.266 145.744.703.235 223.321.881.730
Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun
Anggaran Sebelumnya 85.180.028.622 73.907.164.884 115.795.161.775 145.739.703.235 223.306.341.730
Pencairan Dana Cadangan 8.072.720.135 - - - -
Penerimaan Pinjaman Daerah 2.250.000.000 - - - -
Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman 2.750.000.000 - 7.785.491 - -
Penerimaan Dana Bergulir 1.520.311.565 180.417.574 89.183.000 5.000.000 15.540.000
PENGELUARAN PEMBIAYAAN
DAERAH 12.189.138.907 3.057.174.399 11.965.164.197 6.613.374.977 12.970.389.675
Pembentukan dana cadangan - 1.000.000.000 2.100.414.113 2.150.374.977 2.366.955.917
Penyertaan Modal (Investasi) Pemerintah Daerah 7.078.750.000 1.939.000.000 9.368.000.000 4.463.000.000 10.603.433.758
Pembayaran Pokok Utang 2.360.388.907 110.388.908 496.750.084 - -
Pemberian Pinjaman Daerah 2.750.000.000 - - - -
Piutang kompensasi pajak - 7.785.491 - - -
PEMBIAYAAN NETTO 87.583.921.415 71.030.408.059 103.926.966.069 139.131.328.258 210.351.492.055
SISA
LEBIH/KURANG PEMBIAYAAN TAHUN BERKENAAN
IX - 10
9.3 Profil Investasi Pembangunan Bidang Cipta Karya
Setelah APBD secara umum dibahas, maka perlu dikaji berapa besar
investasi pembangunan khusus bidang Cipta Karya di daerah tersebut
selama 3-5 tahun terakhir yang bersumber dari APBN, APBD, perusahaan
daerah dan masyarakat/swasta.
9.3.1 Perkembangan Investasi Pembangunan Cipta Karya
Bersumber Dari APBN dalam 5 Tahun Terakhir
Meskipun pembangunan infratruktur permukiman merupakan tanggung
jawab Pemda, Ditjen Cipta Karya juga turut melakukan pembangunan
infrastruktur sebagai stimulan kepada daerah agar dapat memenuhi SPM.
Setiap sektor yang ada di lingkungan Ditjen Cipta Karya menyalurkan dana
ke daerah melalui Satuan Kerja Non Vertikal (SNVT) sesuai dengan
peraturan yang berlaku (PermenPU No. 14 Tahun 2011). Data dana yang
dialokasikan pada suatu kabupaten/kota perlu dianalisis untuk melihat
trend alokasi anggaran Ditjen Cipta Karya dan realisasinya di daerah
tersebut.
Tabel 9.2 APBN Cipta Karya di Kabupaten/Kota dalam 3 Tahun Terakhir
Pengembangan Air Minum 2.887.500.000 3.000.000.000 1.500.000.000
Pengembangan PLP 2.100.000.000 2.450.000.000 1.400.000.000
Pengembangan Permukiman 5.500.000.000 12.250.000.000 11.250.000.000
Penataan Bangunan & Lingkungan 2.541.188.000 6.500.000.000 3.087.500.000
Total 13.028.688.000 24.200.000.000 17.237.800.000
Di samping APBN yang disalurkan Ditjen Cipta Karya kepada SNVT di
daerah, untuk mendukung pendanaan pembangunan infrastruktur
permukiman juga dilakukan melalui penganggaran Dana Alokasi Khusus.
DAK merupakan dana APBN yang dialokasikan ke daerah tertentu dengan
tujuan mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah sesuai
prioritas nasional.
Prioritas nasional yang terkait dengan bidang Cipta Karya adalah
pembangunan air minum dan sanitasi. DAK Air Minum digunakan untuk
IX - 11
masyarakat berpenghasilan rendah di kawasan kumuh perkotaan dan di
perdesaan termasuk daerah pesisir dan permukiman nelayan. Sedangkan
DAK Sanitasi digunakan untuk memberikan akses pelayanan sanitasi (air
limbah, persampahan, dan drainase) yang layak skala kawasan kepada
masyarakat berpenghasilan rendah di perkotaan yang diselenggarakan
melalui proses pemberdayaan masyarakat. Besar DAK ditentukan oleh
Kementerian Keuangan berdasarkan Kriteria Umum, Kriteria Khusus dan
Kriteria Teknis. Dana DAK ini perlu dilihat alokasi dalam 5 tahun terakhir
sehingga bisa dianalisis perkembangannya.
Tabel 9.3 Perkembangan DAK Infrastruktur Cipta Karya di Kabupaten/Kota dalam 3 Tahun Terakhir
Jenis DAK Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2014
(1) (2) (3) (4)
DAK Air Minum 1.268.720.000 1.384.174.000 1.723.744.000
DAK Sanitasi 1.278.640.000 1.706.090.000 1.685.660.000
9.3.2 Perkembangan Investasi Pembangunan Cipta Karya Bersumber dari APBD dalam 5 Tahun Terakhir
Pemerintah Kabupaten/Kota memiliki tugas untuk membangun prasarana
permukiman di daerahnya. Untuk melihat upaya pemerintah daerah dalam
melaksanakan pembangunan bidang Cipta Karya perlu dianalisis proporsi
belanja pembangunan Cipta Karya terhadap total belanja daerah dalam 3-5
tahun terakhir. Proporsi belanja Cipta Karya meliputi pembangunan
infrastruktur baru, operasional dan pemeliharaan infrastruktur yang sudah
ada.
Tabel 9.4 Perkembangan Alokasi APBD untuk Pembangunan Bidang Cipta Karya dalam 5 Tahun Terakhir
Sektor Alokasi Tahun
Pengembangan Air Minum 3.864.977.000 3.715.427.000 5.581.461.000
Pengembangan PLP 9.615.557.000 18.929.607.750 21.553.624.200
Pengembangan Permukiman 51.632.489.435 65.756.225.301 99.480.381.000
Penataan Bangunan & Lingkungan 5.088.674.950 20.083.749.575 39.163.317.100
Total 70.201.698.385 108.485.009.626 165.778.783.300
Sumber : Dok LRA kab Purworejo
Selain itu, pemerintah daerah juga didorong untuk mengalokasikan Dana
Daerah untuk Urusan Bersama (DDUB) sebagai dana pendamping kegiatan
IX - 12
pemerintah daerah dalam melakukan pembangunan bidang Cipta Karya.
Tabel 9.5 Perkembangan DDUB dalam 5 Tahun Terakhir
Sektor /Kegiatan APBN DDUB Tahun
PPIP 5.500.000.000 - 2012
12.250.000.000 - 2013
11.250.000.000 - 2014
11.250.000.000 - 2015
PAMSIMAS 2.887.500.000 825.000.000 2012
3.000.000.000 600.000.000 2013
9.3.3 Perkembangan Investasi Perusahaan Daerah Bidang Cipta Karya
dalam 5 Tahun Terakhir
Perusahaan daerah yang dibentuk pemerintah daerah memiliki dua fungsi,
yaitu untuk menyediakan pelayanan umum bagi kesejahteraan sosial
(social oriented) sekaligus untuk menghasilkan laba bagi perusahaan
maupun sebagai sumber pendapatan pemerintah daerah (profit oriented).
Ada beberapa perusahaan daerah yang bergerak dalam bidang pelayanan
bidang Cipta Karya, seperti di sektor air minum. Kinerja keuangan dan
investasi perusahaan daerah perlu dipahami untuk melihat kemampuan
perusahaan daerah dalam meningkatkan cakupan dan kualitas pelayanan
secara berkelanjutan. Pembiayaan dari perusahaan daerah dapat menjadi
salah satu alternatif dalam mengembangkan infrastruktur Cipta Karya.
Dalam bagian ini disajikan kinerja perusahaan daerah yang bergerak di
bidang Cipta Karya berdasarkan aspek keuangan, aspek pelayanan, aspek
operasi dan aspek sumber daya manusia. Khusus untuk PDAM, indikator
tersebut telah ditetapkan BPP-SPAM untuk diketahui apakah perusahaan
IX - 13
9.3.4 Perkembangan Investasi Pembangunan Cipta Karya
Bersumber dari Swasta dalam 5 Tahun Terakhir
Sehubungan dengan terbatasnya kemampuan pendanaan yang dimiliki
pemerintah, maka dunia usaha perlu dilibatkan secara aktif dalam
pembangunan infrastruktur Cipta Karya melalui skema Kerjasama
Pemerintah dan Swasta (KPS) untuk kegiatan yang berpotensi cost- recovery
atau Corporate Social Responsibility (CSR) untuk kegiatan non-cost recovery.
Dasar hukum pembiayaan dengan skema KPS adalah Perpres No. 67 Tahun
2005 Tentang Kerjasama Pemerintah Dengan Badan Usaha Dalam
Penyediaan Infrastruktur serta PermenPPN No. 3 Tahun 2012 Tentang
Panduan Umum Pelaksanaan Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha
dalam Penyediaan Infrastruktur. Sedangkan landasan hukum untuk
pelaksanaan CSR tercantum dalam UU No. 40 tahun 2007 tentang
Perseroan Terbatas (PT) dan UU No. 25 tahun 2007 tentang Penanaman
Modal.
Tabel 9.6 Perkembangan KPS Bidang CK dalam 5 Tahun Terakhir
Kegiatan Tahun Komponen
KPS
Satuan
Volume Nilai (Rp) Skema KPS Ket.
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
9.4 Proyeksi dan Rencana Investasi Bidang Cipta Karya
Untuk melihat kemampuan keuangan daerah dalam melaksanakan
pembangunan bidang Cipta Karya dalam lima tahun ke depan (sesuai
jangka waktu RPI2-JM) maka dibutuhkan analisis proyeksi perkembangan
APBD, rencana investasi perusahaan daerah, dan rencana kerjasama
pemerintah dan swasta.
9.4.1 Proyeksi APBD 5 tahun ke depan
Proyeksi APBD dalam lima tahun ke depan dilakukan dengan melakukan
perhitungan regresi terhadap kecenderungan APBD dalam lima tahun
terakhir menggunakan asumsi atas dasar trend historis. Setelah diketahui
pendapatan dan belanja maka diperkirakan alokasi APBD terhadap bidang
IX - 14
dengan rata-rata proporsi tahun-tahun sebelumnya.
Dalam melakukan proyeksi APBD 5 tahun ke depan, langkah-langkanya
adalah sebagai berikut:
1.Menentukan presentase pertumbuhan per pos pendapatan
Setiap pos pendapatan dihitung rata-rata pertumbuhannya dengan
menggunakan rumus sebagai berikut:
Keterangan: Y0 = Nilai tahun ini
Y-1 = Nilai 1 tahun sebelumnya
Y-2 = Nilai 2 tahun sebelumnya
Dalam menentukan presentase pertumbuhan dihitung setiap pos
pendapatan yang terdiri dari PAD, Dana Perimbangan (DAU, DAK, DBH),
dan Lain-lain pendapatan yang sah.
2.Menghitung proyeksi sumber pendapatan dalam 5 tahun ke depan
Setelah diketahui tingkat pertumbuhan pos pendapatan maka dapat
dihitung nilai proyeksi pada 5 tahun ke depan dengan menggunakan
rumus proyeksi geometris sebagai berikut:
Keterangan: Yn = Nilai pada tahun n r = %
pertumbuhan Y0 = Nilai pada tahun ini n
= tahun ke n (1-5)
3.Menjumlahkan Pendapatan dalam APBD tiap tahun dan menghitung
kapasitas daerah dalam pendanaan pembangunan bidang Cipta Karya.
Setelah didapatkan nilai untuk setiap pos pendapatan, dapat dihitung
IX - 15
Tabel 9.7 Proyeksi Pendapatan APBD dalam 5 Tahun ke Depan
URAIAN
PERTUMBU
HAN PREDIKSI (BERDASAR RATA-RATA PERTUMBUHAN)
rata2 2016 2017 2018 2019 2020
PENDAPATAN 13,51 1.856.653.656.131,20 2.107.398.502.238,51 2.392.006.948.938,08 2.715.052.344.248,30 3.081.725.676.123,46
PENDAPATAN ASLI DAERAH 22,62 258.001.789.607,73 292.845.455.154,60 332.394.828.481,97 377.285.424.980,32 428.238.587.683,99
Pendapatan Pajak Daerah 25,75 44.061.528.307,48 50.012.127.170,24 56.766.366.491,82 64.432.779.547,94 73.134.557.253,58
Hasil Retribusi Daerah 14,55 28.283.561.751,81 32.103.314.194,82 36.438.931.961,08 41.360.083.709,94 46.945.846.994,64
Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan 16,88 6.536.868.440,68 7.419.685.796,39 8.421.729.428,51 9.559.101.087,75 10.850.077.098,95 Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah 22,09 179.119.831.107,77 203.310.327.993,15 230.767.800.600,56 261.933.460.634,69 297.308.106.336,82
DANA PERIMBANGAN 9,43 1.208.485.660.807,61 1.371.694.103.072,23 1.556.944.176.851,66 1.767.212.649.236,44 2.005.878.305.756,91 Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak -15,16 33.823.220.316,15 38.391.114.896,28 43.575.912.914,35 49.460.928.432,25 56.140.727.245,08 Dana Alokasi Umum 11,25 1.101.195.164.109,51 1.249.913.806.946,81 1.418.717.204.465,41 1.610.317.843.566,16 1.827.794.538.013,42
Dana Alokasi Khusus -1,08 73.467.276.381,95 83.389.181.229,14 94.651.059.471,89 107.433.877.238,04 121.943.040.498,41
LAIN-LAIN PENDAPATAN DAERAH YANG SAH 19,98 390.166.205.715,87 442.858.944.011,69 502.667.943.604,45 570.554.270.031,54 647.608.782.682,56
Pendapatan Hibah 2,67 422.823.902,56 479.927.129,12 544.742.262,38 618.310.810,99 701.814.941,46
Dana Bagi Hasil Pajak dari Provinsi dan Pemerintah Daerah
Lainnya 21,95 80.969.514.762,52 91.904.612.135,94 104.316.516.612,83 118.404.673.991,11 134.395.465.628,66
Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus 19,78 269.173.192.674,62 305.525.578.888,66 346.787.428.672,71 393.621.775.050,31 446.781.195.001,11 Bantuan Keuangan dari Provinsi atau Pemerintah Daerah Lainnya 3,46 39.600.674.376,18 44.948.825.857,96 51.019.256.056,53 57.909.510.179,13 65.730.307.111,32
BELANJA 13,24 1.868.445.792.903,58 2.120.783.191.025,36 2.407.199.267.122,56 2.732.296.415.850,89 3.101.298.594.609,24
BELANJA TIDAK LANGSUNG 9,54 1.247.555.055.357,07 1.416.039.898.684,14 1.607.278.962.202,98 1.824.345.249.551,84 2.070.726.779.749,93 Belanja Pegawai 9,35 1.093.833.768.772,59 1.241.558.240.222,68 1.409.233.201.489,61 1.599.553.006.731,65 1.815.575.888.106,93
Belanja Bunga -6,94 - - - - -
Belanja Hibah -79,24 34.447.820.113,32 39.100.068.164,29 44.380.611.760,70 50.374.303.491,70 57.177.455.460,87
Belanja Bantuan Sosial 1.583.373.684,44 1.797.211.515,49 2.039.928.579,81 2.315.425.076,49 2.628.127.934,44
Belanja Bagi Hasil 14.768.132.327,57 16.762.598.584,40 19.026.421.558,88 21.595.978.422,64 24.512.559.158,23
Belanja Bantuan Keuangan 21,87 96.713.053.083,67 109.774.347.273,87 124.599.595.764,79 141.427.024.166,36 160.527.030.940,87
Belanja Tidak Terduga -48,14 6.208.907.375,47 7.047.432.923,41 7.999.203.049,20 9.079.511.662,99 10.305.718.148,59
BELANJA LANGSUNG 22,34 620.890.737.546,51 704.743.292.341,23 799.920.304.919,59 907.951.166.299,04 1.030.571.814.859,31
Belanja Pegawai 15,99 68.424.728.739,65 77.665.627.289,09 88.154.527.950,84 100.059.975.944,17 113.573.278.862,44
Belanja Barang dan Jasa 19,05 273.200.969.816,36 310.097.315.511,61 351.976.587.609,28 399.511.740.437,60 453.466.612.173,25
Belanja Modal 26,14 279.265.038.990,50 316.980.349.540,53 359.789.189.359,47 408.379.449.917,28 463.531.923.823,62
SURPLUS / DEFISIT 539,07 (11.792.136.772,37) (13.384.688.786,85) (15.192.318.184,49) (17.244.071.602,58) (19.572.918.485,78)
PENERIMAAN PEMBIAYAAN DAERAH 14,16 37.273.465.104,75 42.307.322.249,14 48.021.012.021,89 54.506.347.199,82 61.867.540.061,70 Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Anggaran Sebelumnya 19,05 37.253.444.252,79 42.284.597.540,47 47.995.218.295,18 54.477.069.977,94 61.834.308.891,56
Pencairan Dana Cadangan - 6.000.000.000,00 3.523.716.461,71 3.999.601.524,60 4.539.755.831,50
Penerimaan Pinjaman Daerah - - - - -
Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman - - - - -
Penerimaan Dana Bergulir -615,20 20.020.851,96 22.724.708,67 25.793.726,71 29.277.221,88 33.231.170,14
25.481.328.332,38 28.922.633.462,29 32.828.693.837,40 37.262.275.597,24 42.294.621.575,92
PENGELUARAN PEMBIAYAAN DAERAH -64,04 26.000.000.000,00 29.511.352.791,76 33.496.920.907,68 38.020.748.090,17 43.155.527.319,06
Pembentukan dana cadangan 40,97 6.000.000.000,00 3.523.716.461,71 3.999.601.524,60 4.539.755.831,50 5.152.859.074,30
Penyertaan Modal (Investasi) Pemerintah Daerah -59,44 20.000.000.000,00 10.000.000.000,00 10.000.000.000,00 10.000.000.000,00 10.000.000.000,00
Pembayaran Pokok Utang #DIV/0! - - - - -
Pemberian Pinjaman Daerah - - - - -
Piutang kompensasi pajak #DIV/0! - - - - -
11.273.465.104,75
PEMBIAYAAN NETTO 16,88 11.792.136.772,37 13.384.688.786,85 15.192.318.184,49 17.244.071.602,58 19.572.918.485,78
IX - 16
Dari data proyeksi APBD tersebut, dapat dinilai kapasitas keuangan daerah
dengan metode analisis Net Public Saving dan kemampuan pinjaman daerah
(DSCR).
Net Public Saving
Net Public Saving atau Tabungan Pemerintah adalah sisa dari total
penerimaan daerah setelah dikurangkan dengan belanja/pengeluaran yang
mengikat. Dengan kata lain, NPS merupakan sejumlah dana yang tersedia
untuk pembangunan. Besarnya NPS menjadi dasar dana yang dapat
dialokasikan untuk bidang PU/Cipta Karya. Berdasarkan proyeksi APBD,
dapat dihitung NPS dalam 3-5 tahun ke depan untuk melihat kemampuan
anggaran pemerintah berinvestasi dalam bidang Cipta Karya. Adapun
rumus perhitungan NPS adalah sebagai berikut:
Analisis Kemampuan Pinjaman Daerah (Debt Service Coverage
Ratio/DSCR)
Pinjaman Daerah merupakan alternatif pendanaan APBD yang digunakan
untuk menutup defisit APBD, pengeluaran pembiayaan atau kekurangan
arus kas. Pinjaman Daerah dapat bersumber dari Pemerintah, Pemerintah
Daerah lain, lembaga keuangan bank, lembaga keuangan bukan bank, dan
Masyarakat (obligasi). Berdasarkan PP No. 30 Tahun 2011 Tentang
Pinjaman Daerah, Pemerintah Daerah wajib memenuhi persyaratan sebagai
berikut:
a. Jumlah sisa Pinjaman Daerah ditambah jumlah pinjaman yang akan
ditarik tidak melebihi 75% dari jumlah penerimaan umum APBD tahun
sebelumnya;
b. Memenuhi ketentuan rasio kemampuan keuangan daerah untuk
mengembalikan pinjaman yang ditetapkan oleh Pemerintah.
c. Persyaratan lainnya yang ditetapkan oleh calon pemberi pinjaman.
d. Dalam hal Pinjaman Daerah diajukan kepada Pemerintah, Pemerintah
Daerah juga wajib memenuhi persyaratan tidak mempunyai tunggakan
atas pengembalian pinjaman yang bersumber dari Pemerintah
Salah satu persyaratan dalam permohonan pinjaman adalah rasio
kemampuan keuangan daerah untuk mengembalikan pinjaman atau
IX - 17
berlaku, DSCR minimal adalah 2,5. DSCR ini menunjukan kemampuan
pemerintah untuk membayar pinjaman, sekaligus memberikan gambaran
kapasitas keuangan pemerintah.
9.4.2 Rencana Pembiayaan Perusahaan Daerah
Kabupaten Purworejo memiliki perusahaan daerah yang bergerak dalam
bidang pelayanan bidang Cipta Karya seperti air minum. Kerja sama dengan
pihak Perusahaan daerah dibidang Cipta Karya di Kabupaten Purworejo,
Khususnya dalam hal air minum. Cipta Karya bekerjasama dengan
Perusahaan Daerah Air Minum Tirta Perwitasari Kab Purworejo untuk
membantu dalam penyediaan air bersih di Kabupaten Purworejo. Dalam hal
ini, perusahaan daerah tersebut umumnya memiliki rencana dalam lima
tahun ke depan dalam bentuk business plan.
Tabel 9.8 Kerjasama Bidang Cipta Karya dengan Perusahaan Daerah Nama Kegiatan
Deskripsi Kegiatan
(1) (2)
Pengembangan PS air minum
perkotaan/IKK Pembangungan IKK Pituruh, Kemiri, Grabag,Ngombol,Bagelen, Bayan
9.4.3 Rencana Kerjasama Pemerintah dan Swasta Bidang CK
Dalam menggali sumber pendanaan dari sektor swasta, Pemerintah Daerah
perlu menyusun daftar proyek potensial yang dapat dikerjakan dengan
skema kerjasama pemerintah dan swasta di bidang Cipta Karya untuk
ditawarkan ke pihak swasta. Kerja sama dengan pihak swasta dibidang
Cipta Karya di Kabupaten Purworejo,
Tabel 9.9 Proyek Potensial yang Dapat Dibiayai dengan KPS dalam 5 Tahun Ke Depan
Nama Kegiatan
Deskripsi Kegiatan
(1) (2)
Kerjasama pengolahan sampah Industri Kerjasama antara industry swasta di Kabupaten Purworejo dengan TPA Jetis Loano dalam pengolahan sampah
9.5 Analisis Keterpaduan Strategi Peningkatan Investasi Pembangunan Bidang Cipta Karya
Sebagai kesimpulan dari analisis aspek pembiayaan, dilakukan analisis
tingkat ketersediaan dana yang ada untuk pembangunan bidang
IX - 18
pemerintah daerah, perusahaan daerah, serta dunia usaha dan
masyarakat. Kemudian, perlu dirumuskan strategi peningkatan investasi
pembangunan bidang Cipta Karya dengan mendorong pemanfaatan
pendanaan dari berbagai sumber.
9.5.1 Analisis Kemampuan Keuangan Daerah
Ketersediaan dana yang dapat digunakan untuk membiayai usulan
program dan kegiatan yang ada dalam RPI2-JM bidang Cipta Karya dapat
dihitung melalui hasil analisis yang telah dilakukan.
Penerimaan pembiayaan APBD Murni Kab Purworejo TA 2014 berasal dari
dua sumber yaitu, Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SILPA) TA 2010 dan
Penerimaan Piutang Daerah. SILPA TA 2013 pada saat penyusunan APBD
Murni TA 2014. Melihat dari kondisi keuangan yang ada di Pemerintah Kab
Purworejo yang masih mengandalkan Dana Alokasi Khusus maka untuk
pembangunan prasarana kota Pemerintah Kab Purworejo masih sangat
mengharapkan bantuan Pemerintah Pusat khususnya untuk sektor air
bersih ,drainase, Sanitasi dan persampahan. Dengan adanya program
peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) diharapkan lambat laun
pembangunan prasarana kota akan dilaksanakan dengan kekuatan sendiri
(APBD dan Masyarakat) dan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Propinsi
hanya bersifat stimulan dan pelengkap.
9.5.2 Strategi Peningkatan Investasi Bidang Cipta Karya
Dalam rangka percapatan pembangunan bidang Cipta Karya di daerah dan
untuk memenuhi kebutuhan pendaanan dalam melaksanakan usulan
program yang ada dalam RPI2-JM, maka Pemerintah Daerah perlu
menyusun suatu set strategi untuk meningkatkan pendanaan bagi
IX - 19
Tabel 9. 10 Rencana Alokasi Pendanaan Program Prasarana Kab Purworejo
No Pembiayaan Kuat Potensial Lemah
APBN Kab Prop Masy Swasta APBN Kab Prop Masy Swasta APBN Kab Prop Masy Swasta
1 Bangkim
2 PBL
3 Air Minum
4 PLP