• Tidak ada hasil yang ditemukan

DOCRPIJM_2986a63ab8_BAB IVBAB 4 ANALISIS SOSIAL, EKONOMI, DAN LINGKUNGAN.pdf

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "DOCRPIJM_2986a63ab8_BAB IVBAB 4 ANALISIS SOSIAL, EKONOMI, DAN LINGKUNGAN.pdf"

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

4.1

ANALISIS SOSIAL KOTA SAMARINDA

4.1.1 Pengarusutamaan Gender di Kota Samarinda

SPEK yang perlu diperhatikan adalah responsivitas kegiatan pembangunan bidang Cipta Karya terhadap gender. Saat ini telah ada kegiatan responsif gender bidang Cipta

Karya meliputi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perkotaan, Neighborhood Upgrading and Shelter Sector Project (NUSSP), Pengembangan Infrasruktur Sosial Ekonomi Wilayah (PISEW), Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasia Masyarakat (PAMSIMAS), Program Pembangunan Infrastruktur Perdesaan (PPIP), Rural Infrastructure Support (RIS) to PNPM, Sanitasi Berbasis Masyarakat (SANIMAS), Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL), dan Studi Evaluasi Kinerja Program Pemberdayaan Masyarakat bidang Cipta Karya. Berikut akan dijabarkan dalam bentuk tabel yang berisikan pemetaan awal untuk mengetahui bentuk responsif gender dari masing-masing kegiatan, manfaat, hingga permasalahan yang timbul sebegai pembelajaran di masa datang di Kota Samarinda.

4.1.2 Identifikasi Kebutuhan Penanganan Sosial Pasca Pelaksanaan Pembangunan Bidang Cipta Karya di Kota Samarinda

Output kegiatan pembangunan seharusnya memberi manfaat bagi masyarakat. Manfaat tersebut diharapkan minimal dapat terlihat secara kasat mata dan secara sederhana dapat terukur, seperti:

1. Kemudahan mencapai lokasi pelayanan infrastruktur dimana akses jalan masyarakat dapat dilalui, selain itu waktu tempuh yang menjadi lebih singkat, hingga pengurangan biaya yang harus dikeluarkan oleh penduduk untuk mendapatkan akses pelayanan tersebut.

2. Terciptanya Lingkungan Permukiman yang aman, dan nyaman. Dimana lingkungan permukiman masayarakat menjadi lebih sehat akibat pembanguanan infrastruktur di sekitar lingkungan masyarakat dan terwujudnya kelayakan sanitasi lingkungan. 3. Meningkatnya taraf hidup perekonomian masayarakat, dimana adanya recruitment

tenaga kerja bagi masayarakat sekitar pembangunan infrastruktur. Sejumlah lowongan kerja akan dibuka dan jumlah tenaga kerja setempat yang dapat terserap dapat digunakan dalam operasional

4. Berkurangnya kecemburuan sosial di masayrakat, dimana dengan adanya

(3)

pembangunan infrastruktur yang merata di setiap kawasan, warga masyarakat mendapatkan fasilitas yang sama.

4.2

ANALISIS EKONOMI KOTA SAMARINDA

Aspek sosial pada perencanaan pembangunan bidang Cipta Karya diharapkan mampu melengkapi kajian perencanaan teknis sektoral. Salah satu aspek yang perlu ditindak-lanjuti adalah isu kemiskinan sesuai dengan kebijakan internasional MDGs dan Agenda Pasca 2015, serta arahan kebijakan pro rakyat sesuai direktif presiden.

Menurut standar BPS terdapat 14 kriteria yang dipergunakan untuk menentukan keluarga/rumah tangga dikategorikan miskin, yaitu:

1. Luas lantai bangunan tempat tinggal kurang dari 8 m2 per orang. 2. Jenis lantai tempat tinggal terbuat dari tanah/bambu/kayu murahan

3. Jenis dinding tempat tinggal dari bambu/rumbia/kayu berkualitasrendah/tembok tanpa diplester.

4. Tidak memiliki fasilitas buang air besar/bersama-sama dengan rumah tangga lain. 5. Sumber penerangan rumah tangga tidak menggunakan listrik.

6. Sumber air minum berasal dari sumur/mata air tidak terlindung/sungai/air hujan. 7. Bahan bakar untuk memasak sehari-hari adalah kayu bakar/arang/minyak tanah. 8. Hanya mengkonsumsi daging/susu/ayam satu kali dalam seminggu.

9. Hanya membeli satu stel pakaian baru dalam setahun. 10. Hanya sanggup makan sebanyak satu/dua kali dalam sehari.

11. Tidak sanggup membayar biaya pengobatan di puskesmas/poliklinik.

12. Sumber penghasilan kepala rumah tangga adalah: petani dengan luas lahan 500 m2,

buruh tani, nelayan, buruh bangunan, buruh perkebunan dan atau pekerjaan lainnya dengan pendapatan dibawah Rp. 600.000,- per bulan.

13. Pendidikan tertinggi kepala rumah tangga: tidak sekolah/tidak tamat SD/hanya SD. 14. Tidak memiliki tabungan / barang yang mudah dijual dengan minimal Rp.

(4)

4.3

ANALISIS LINGKUNGAN KOTA SAMARINDA

Kajian lingkungan dibutuhkan untuk memastikan bahwa dalam penyusunan RPIJM bidang Cipta Karya oleh pemerintah Kota Samarinda telah mengakomodasi prinsip perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.

4.3.1 Kajian Lingkungan Hidup Strategis

Pemahaman Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS)

Menurut Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, Kajian Lingkungan Hidup Strategis, yang selanjutnya disingkat KLHS, adalah rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh, dan partisipatif untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah menjadi dasar dan terintegrasi dalam pembangunan suatu wilayah dan/atau kebijakan, rencana, dan/atau program.

KLHS perlu diterapkan di dalam RPIJM antara lain karena:

1. RPI2-JM membutuhkan kajian aspek lingkungan dalam perencanaan pembangunan infrastruktur.

2. KLHS dijadikan sebagai alat kajian lingkungan dalam RPIJM adalah karena RPIJM bidang Cipta Karya berada pada tataran Kebijakan/Rencana/Program. Dalam hal ini, KLHS menerapkan prinsip-prinsip kehati-hatian, dimana kebijakan, rencana dan/atau program menjadi garda depan dalam menyaring kegiatan pembangunan yang berpotensi mengakibatkan dampak negatif terhadap lingkungan hidup.

Program KLHS (Kajian Lingkungan Hidup Strategis) merupakan instrument yang relative baru dikembangkan sebagai penguatan program untuk menyusun rumusan kebijakan rencana program berorientasi pembangunan berkelanjutan (sustainable development).

(5)

Fungsi dari KLHS adalah untuk :

1. Mengintegrasikan pertimbangan lingkungan dan keberlanjutan melalui penyusunan Kebijakan, Rencana dan Program (KRP) untuk meningkatkan manfaat pembangunan; 2. Memperkuat proses pengambilan keputusan atas KRP, mengurangi kemungkinan

kekeliruan dalam membuat prakiraan/prediksi pada awal proses perencanaan kebijakan, rencana, atau program pembangunan;

3. Dampak negatif lingkungan di tingkat proyek pembangunan semakin efektif diatasi atau dicegah karena pertimbangan lingkungan telah dikaji sejak tahap formulasi kebijakan, rencana, atau program pembangunan.

(6)

Beberapa manfaat dari disusunnya KLHS adalah sebagai berikut:

1. Merupakan instrumen proaktif dan sarana pendukung pengambilan keputusan;

2. Mengidentifikasi dan mempertimbangkan peluang-peluang baru melalui pengkajian sistematis dan cermat atas opsi pembangunan yang tersedia;

3. Mempertimbangkan aspek lingkungan hidup secara lebih sistematis pada jenjang pengambilan keputusan yang lebih tinggi;

4. Mencegah kesalahan investasi berkat teridentifikasinya peluang pembangunan yang tidak berkelanjutan sejak dini;

5. Tata pengaturan (governance) yang lebih baik berkat keterlibatan para pihak (stakeholders) dalam proses pengambilan keputusan melalui proses konsultasi dan partisipasi;

6. Melindungi asset-asset sumberdaya alam dan lingkungan hidup guna menjamin berlangsungnya pembangunan berkelanjutan;

7. Memfasilitasi kerjasama lintas batas untuk mencegah konflik, berbagi pemanfaatan sumberdaya alam, dan menangani masalah kumulatif dampak lingkungan.

KLHS menjadi instrumen penting dalam perencanaan penataan ruang karena pengambil keputusan harus semakin mempertimbangkan dampak jangka panjang dan kumulatif dari berbagai proyek. Selain itu integrasi aspek lingkungan yang saat ini menggunakan instrumen AMDAL tidak mampu untuk mengukur dampak kumulatif secara sistematis. KLHS dapat menelaah secara efektif dampak yang bersifat strategik dan dapat memperkuat serta mengefisienkan proses penyusunan AMDAL suatu rencana kegiatan.

Secara rinci tujuan dari penyusunan KLHS adalah:

1. Mengintegrasikan pertimbangan lingkungan hidup dan keberlanjutan dalam penyusunan kebijakan, rencana, atau program (KRP);

2. Memperkuat proses pengambilan keputusan atas KRP;

3. Membantu mengarahkan, mempertajam fokus, dan membatasi lingkup penyusunan dokumen lingkungan yang dilakukan pada tingkat rencana dan pelaksanaan usaha atau kegiatan.

Kaidah Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS)

Secara umum, KLHS berfungsi untuk menelaah efek dan/atau dampak lingkungan, sekaligus mendorong pemenuhan tujuan- tujuan keberlanjutan pembangunan dan pengelolaan sumberdaya dari suatu kebijakan, rencana atau program pembangunan.

(7)

partisipatif, dan sedapat mungkin didasarkan pada keinginan sendiri untuk memperbaiki mutu KRP tata ruang (selfassessment) agar keseluruhan proses bersifat lebih efisien dan efektif. Asas-asas hasil penjabaran prinsip keberlanjutan yang mendasari KLHS bagi penataan ruang adalah:

1. Keterkaitan (interdependency) 2. Keseimbangan (equilibrium) 3. Keadilan (justice)

Keterkaitan (interdependency) menekankan pertimbangan keterkaitan antara satu komponen dengan komponen lain, antara satu unsur dengan unsur lain, atau antara satu variabel biofisik dengan variabel biologi, atau keterkaitan antara lokal dan global, keterkaitan antar sektor, antar daerah, dan seterusnya.

Keseimbangan (equilibrium) menekankan aplikasi keseimbangan antar aspek, kepentingan, maupun interaksi antara makhluk hidup dan ruang hidupnya, seperti diantaranya adalah keseimbangan laju pembangunan dengan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup, keseimbangan pemanfaatan dengan perlindungan dan pemulihan cadangan sumber daya alam, keseimbangan antara pemanfaatan ruang dengan pengelolaan dampaknya,dan lain sebagainya.

Keadilan (justice) untuk menekankan agar dapat dihasilkan kebijakan, rencana dan program yang tidak mengakibatkan pembatasan akses dan kontrol terhadap sumber-sumber alam, modal dan infrastruktur, atau pengetahuan dan informasi kepada sekelompok orang tertentu.

Atas dasar kaidah diatas, maka penerapan KLHS terhadap KRP bertujuan untuk mendorong pembuat dan pengambil keputusan atas KRP menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut:

1. Apa manfaat langsung atau tidak langsung dari usulan sebuah KRP?

2. Bagaimana dan sejauh mana timbul interaksi antara manfaat KRP dengan lingkungan hidup dan keberlanjutan pengelolaan sumberdaya alam?

3. Apa lingkup interaksi tersebut? Apakah interaksi tersebut akan menimbulkan kerugian atau meningkatkan kualitas lingkungan hidup? Apakah interaksi tersebut akan mengancam keberlanjutan dan kehidupan masyarakat?

(8)

5. Apabila KRP mengintegrasikan seluruh upaya pengendalian atau mitigasi atas efek-efek tersebut dalam muatannya, apakah masih timbul pengaruh negatif KRP tersebut terhadap lingkungan hidup dan keberlanjutan secara umum?

Metode Penyusunan KLHS

Ruang lingkup yang menjadi kajian dalam penyusunan KLHS harus meliputi hal hal sebagai berikut:

1. Kapasitas daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup untuk pembangunan; 2. Perkiraan mengenai dampak dan risiko lingkungan hidup;

3. Kinerja layanan/jasa ekosistem;

4. Efisiensi pemanfaatan sumber daya alam;

5. Tingkat kerentanan dan kapasitas adaptasi terhadap perubahan iklim; dan 6. Tingkat ketahanan dan potensi keanekaragaman hayati.

KLHS adalah proses untuk mempengaruhi penentuan pilihan-pilihan pembangunan yang diusulkan dalam KRP yang terutama dilakukan melalui kegiatan konsultasi dan dialog secara tepat dan relevan. Hal ini menyebabkan pelaksanaan KLHS harus sesuai dengan kebutuhan tanpa terpaku dalam metoda dan prosedur yang baku. Melalui penyusunan KLHS maka semua kebijakan, rencana dan program yang akan dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten akan mendorong lahirnya pemikiran untuk alternatif–alternatif baru pembangunan melalui tahapan atau proses sebagai berikut:

1. Identifikasi isu-isu utama lingkungan atau pembangunan berkelanjutan yang perlu dipertimbangkan dalam KRP;

2. Analisis dampak setiap alternatif strategi pembangunan dari KRP, khususnya isu-isu yang relevan dan memberikan masukan untuk optimalisasi;

3. Mengkaji paling tidak dampak kumulatif yang mendasar dari KRP dan memberi masukan untuk optimalisasi.;

4. Memaparkan proses KLHS, kesimpulan dan usulan rekomendasi kepada para pengambil keputusan.

Metode pendekatan yang digunakan dalam pelaksanaan penyusunan KLHS adalah sebagai berikut :

1. Melakukan seluruh persiapan dan mobilisasi sumberdaya yang diperlukan. 2. Melakukan pengumpulan data, peta dan informasi terkait.

(9)

pengembangan infrastruktur di Kabupaten Hulu Sungai Utara 4. Melakukan survey dan observasi untuk kelengkapan data.

5. Melakukan evaluasi dan analisis terhadap hasil survey dan observasi. 6. Menyelenggarakan presentasi hasil evaluasi dan analisisnya.

Bagian ini berisikan quick assement KLHS RPIJM. Diagram alir pentahapan pelaksanaan KLHS adalah sebagai berikut:

Sumber: Permen LH No. 9 Tahun 2011

Gambar 4.3Diagram Alir Pentahapan Pelaksanaan KLHS

Beberapa identifikasi/kajian yang dilakukan dalam rangka KLHS RPIJM dapat mengutip dokumen KLHS yang disusun dalam perumusan RTRW. Mekanisme penyusunan KLHS sesuai dengan ketentuan yang berlaku, dilakukan dengan tahapan atau proses sebagai berikut :

1. Penapisan

(10)

2. Pelingkupan

Pelingkupan adalah rangkaian langkah-langkah untuk menetapkan nilai penting KLHS, tujuan KLHS, isu pokok, ruang lingkup KLHS, kedalaman kajian dan kerincian penulisan dokumen, pengenalan kondisi awal, dan telaah awal kapasitas kelembagaan. Kegiatan ini dilakukan melalui pendekatan sistematis dan metodologis yang memenuhi kaidah ilmiah. Mengingat terbatasnya waktu dan sumber daya yang tersedia, dalam kajian ini tidak dilakukan proses konsultasi publik.

3. Pengkajian

Pengkajian adalah rangkaian langkah-langkah untuk melakukan kajian ilmiah, pemetaan kepentingan, dialog dan konsultasi serta penemuan pilihan-pilihan alternatif rumusan maupun perbaikan dan penyempurnaan terhadap rumusan yang sudah ada. Tim kajian melakukan serangkaian diskusi dan konsultasi dengan para pihak (stakeholders) terkait, khususnya dengan instansi pemerintah dan Lembaga Swadaya Masyarakat.

4. Perumusan dan pengambilan keputusan

Perumusan dan pengambilan keputusan adalah rangkaian langkah-langkah persetujuan rekomendasi hasil KLHS dan interaksi antar pihak berkepentingan dalam rangka mempengaruhi hasil akhir KRP.

Keseluruhan hasil pengkajian ini secara lengkap dituangkan dengan jelas dan sistematis sehingga dapat dijadikan pedoman pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan.

(11)

Pada tahap analisa atau pengkajian, harus dilakukan serangkaian kajian dengan menerapkan daftar uji pada setiap langkah proses KRP, meliputi:

1. Uji Kesesuaian Tujuan dan Sasaran KRP.

Kepentingan pengujian adalah untuk memastikan bahwa: a. tujuan dan sasaran umum KRP memang jelas,

b. berbagai isu keberlanjutan maupun lingkungan hidup tercermin dalam tujuan dan sasaran umum KRP,

c. sasaran terkait dengan keberlanjutan akan bisa dikaitkan langsung dengan indikator-indikator pembangunan berkelanjutan,

d. keterkaitan KRP dengan KRP-KRP lain bisa dijelaskan dengan baik,

e. konflik kepentingan antara KRP dengan KRP-KRP lain segera bisa teridentifikasi.

2. Uji Relevansi Informasi yang Digunakan.

Kepentingan utama pengujian ini adalah bukan menilai kelengkapan dan validitas data, tetapi identifikasi kesenjangan antara data yang dibutuhkan dengan yang tersedia serta cara mengatasinya. Hal ini terasa penting ketika KRP diharuskan memperhatikan kesatuan fungsi ekosistem dan wilayah-wilayah rencana selain wilayah administratifnya sendiri. Selanjutnya pengujian juga lebih mengutamakan relevansi informasi dan sumbernya agar proses kerja bisa efektif namun tetap memperhatikan kendala-kendala setempat.

3. Uji Pelingkupan Isu-isu Lingkungan Hidup dan Keberlanjutan dalam KRP.

Pengujian ini ditujukan untuk memandu penyusun KRP memperhatikan isu-isu lingkungan hidup maupun keberlanjutan di tingkat lokal, regional, nasional, maupun internasional, dan melihat relevansi langsung isu-isu tersebut terhadap wilayah perencanaannya.

4. Uji Pemenuhan Sasaran dan Indikator Lingkungan Hidup dan Pembangunan Berkelanjutan.

(12)

sebagaimana dijelaskan pada nomor 1.

5. Uji Penilaian Efek-efek yang Akan Ditimbulkan.

Pengujian ini membantu penyusun KRP untuk dapat memperkirakan dimensi besaran dan waktu dari efek-efek positif maupun negatif yang akan ditimbulkan. Bentuk pengujian ini dapat disesuaikan dengan kemajuan konsep maupun ketersediaan data, sehingga pengujian dapat bersifat kuantitatif atau kualitatif. Pengujian secara kuantitatif maupun kualitatif sama-sama bernilai apabila diikuti dengan verifikasi berupa proses konsultasi maupun diskusi dengan pihak-pihak yang terkait.

6. Uji Penilaian Skenario dan Pilihan Alternatif.

Pengujian ini membantu penyusun KRP untuk memperoleh pilihan alternatif yang beralasan, relevan, realistis dan bisa diterapkan. Keputusan pemilihan alternatif bisa dilakukan dengan sistem pengguguran (memilih satu opsi dan menggugurkan yang lainnya) atau mengkombinasikan beberapa pilihan dengan penyesuaian.

7. Uji Identifikasi Timbulan Efek atau Dampak dampak Turunan maupun Kumulatif.

Pengujian ini merupakan pengembangan dari jenis pengujian nomor 5, dimana jenis-jenis KRP tertentu diperkirakan juga akan menimbulkan efek-efek atau dampak-dampak lanjutan yang lahir dari dampak langsung yang ditimbulkan, maupun akumulasi efek dalam jangka waktu panjang dan pada skala ruang yang besar.

Kelompok-kelompok pengujian ini bisa dilakukan dengan cara :

a. mengemasnya dalam berbagai model daftar pertanyaan, misalnya model daftar uji untuk menilai mutu dokumen, model daftar uji untuk menilai konsistensi muatan KRP terhadap prinsip-prinsip keberlanjutan, model daftar uji untuk menuntun pengambil keputusan mempertimbangkan kriteria-kriteria dan opsi-opsi yang mendukung keberlanjutan, dan lain sebagainya

b. melakukannya secara berurut sejalan dengan proses persiapan, pengumpulan data, kompilasi data, analisis dan penyusunan rencana

c. melakukannya secara berulang/iteratif

(13)

Gambar 4.5Kerangka Kerja dan Metodologi KLHS

(14)

Gambar 4.7Skema Alternatif Pelaksanaan Integrasi KLHS

Rencana Penyusunan KLHS Usulan Program

Berdasarkan hasil analisa sebelumnya, didapatkan rumusan beberapa usulan program Cipta Karya tahun 2015-2019 yang akan direncanakan di Kota Samarinda, yang selanjutnya setelah melalui proses penapisan terdapat usulan program yang perlu dilakukan studi KLHS terlebih dahulu. Proses penyusunan KLHS RPIJM dilakukan dengan tahapan sebagai berikut :

1. Identifkasi Pemangku Kepentingan

Pemangku kepentingan yang akan trelibat baik dalam proses penyusunan KLHS maupun terkena dampak dari penerapan KRP, terdiri dari pemangku kepentingan pemerintah dan pemangku kepentingan non pemerintah, sebagai berikut:

Dinas/Instansi/institusi Pemerintahan:  Insitusi yang berwenang menyusun K/R/P

 Pejabat yang bertanggung jawab menyetujui K/R/P

 Institusi lingkungan hidup

 Institusi terkait lainnya Institusi/Lembaga Non Pemerintahan:  Dewan Perwakilan

 LSM/Ormas

 Perguruan Tinggi/Akademisi/Asosiasi Profesi

 Asosiasi/Dunia Usaha

(15)

Seberapa besar keterlibatan pemangku kepentingan dalam penyusunan KLHS dilihat keterkaitan peran dan fungsi sebagaimana tertuang dalam tupoksi masing-masing SKPD terkait, serta potensi dampak yang kan diterima SKPD tersebut atas penerapan KRP tersebut terkait dengan pelaksanaan tupoksinya. Kajian keterlibatan SKPD dalam KLHS adalah sebagai berikut :

Tabel 4.1

Identifikasi Pemangku Kepentingan Instansi Pemerintah

No Instansi Alasan Rekomendasi

1. Walikota Kota

Samarinda Sebagai pengambil kebijakan

Terlibat dalam penyusunan KLHS

2. DPRD Sebagai pengambil kebijakan Terlibatpenyusunan KLHSdalam

3. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

menyusun dan melaksanakan di bidang perencanaan pembangunan daerah

Terlibat dalam penyusunan KLHS

4. Badan Lingkungan Hidup

penyusuanan dan pelaksanaan di bidang lingkungan hidup

Terlibat dalam penyusunan KLHS

5. Badan Penanggulan Bencana Daerah

menetapkan pedoman dan pengarahan terhadap usaha penanggulangan bencana

Terlibat dalam penyusunan KLHS

6.

Dinas Pemuda, Olah Raga, Kebudayaan dan Pariwisata Kota Samarinda

tugas pembantuan di bidang pembinaan kebudayaan, pariwisata pemuda dan olahraga.

Terlibat dalam penyusunan KLHS

7. Dinas Perikanan dan Peternakan

Membantu melaksanakan urusan pemerintahan daerah di bidang perikanan dan bidang pertanian sub bidang peternakan dan kesehatan hewan asas otonomi dan tugas pembantuan.

Terlibat dalam penyusunan KLHS

8.

Dinas Koperasi, Usaha Kecil Dan Menengah, Perindustrian Dan Perdagangan

Penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum di bidang koperasi, usaha kecil dan menengah, perindustrian dan perdagangan

Terlibat dalam

Tugas pembantuan di bidang pembinaan system transportasi, lalu lintas angkutan jalan, lalu lintas angkutan sungai dan danau, serta komunikasi dan informatika

(16)

No Instansi Alasan Rekomendasi

Dinas Pendapatan Daerah

Tugas pembantuan di bidang pendapatan daerah meliputi pelaksanaan dan pengawasan pajak bumi bangunan dan biaya perolehan atas tanah dan bangunan

Terlibat dalam penyusunan KLHS

10. Dinas Pendidikan

Tugas pembantuan di bidang pembinaan Pendidikan taman kanak-kanak dan sekolah Dasar, Pendidikan Menengah, pendidikan masyarakat, pendidikan guru dan tenaga kerja

Terlibat dalam penyusunan KLHS

11. Dinas Kependudukan Dan Pencatatan Sipil

Tugas dalam pembinaan, pelaksanaan dan pengawasan pencatatan sipil, pelaksanaan dan pengawasan pengelolaan data dan dokumen kependudukan

pembinaan, pengendalian dan pengawasan tugas di bidang kesekretariatan, pengendalian kependudukan dan pelaporan, keluarga berencana dan kesehatan reproduksi, keluarga sejahtera, dan advokasi dan penggerakan masyarakat

Terlibat dalam penyusunan KLHS

13. Kesatuan Bangsa Dan Politik

pembinaan, pelaksanaan dan pengawasan ekonomi, sosial, budaya, agama dan kewaspadaan nasional serta bina bidang politk

Terlibat dalam penyusunan KLHS

14.

Badan Pengelolaan Keuangan Dan Aset Daerah

Tugas pembinaan, pelaksanaan dan pengawasan anggaran, akuntansi, perbendaharaan, aset, penatausahaan dan penggunausahaan aset

Terlibat dalam penyusunan KLHS

15.

Dinas Pasar,

Kebersihan Dan Tata Kota

Pembinaan, pelaksanaan dan pengawasan di bidang Pasar, Kebersihan, dan Tata Kota

Terlibat dalam penyusunan KLHS

16. Dinas Pekerjaan Umum

pembinaan, pelaksanaan dan pengawasan pengairan, cipta karya, bina marga

(17)

No Instansi Alasan Rekomendasi

17.

Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Perikanan, Kehutanan Dan Ketahanan Pangan

pembinaan, pengaturan, pengendalian dan evaluasi, pengembangan dan pemberdayaan kelembagaan penyuluh, petani dan kemitraan, penyediaan sarana dan prasarana serta pengkajian teknologi, evaluasi pengembangan kapasitas sumber daya manusia penyuluhan, evaluasi pengembangan kapasitas sumber daya manusia penyuluhan

Terlibat dalam penyusunan KLHS

2. Identifkasi Isu Pembangunan Berkelanjutan

Pada prinsipnya semua kegiatan pembangunan infrastruktur yang dilakukan dalam rangka memberikan kemudahan dan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka peningkatan kualitas hidup dan taraf hidup masyarakat. Untuk itu pencapaian tujuan tersebut, maka berdasarkan usulan program kegiatan sebagaimana yang dipaparkan sebelumnya, maka terdapat beberapa usulan program yang masuk kategori dalam Kebijakan, Rencana dan Program (KRP) yang perlu dilakukan kajian atau penyusunan KLHS sebelum diimplementasikan, yaitu terdiri dari:

a. Pertanahan & Tata Ruang

1) Kesenjangan Perkembangan Wilayah & struktur Ruang

2) Pemanfaatan Lahan Basah Untuk Budidaya Perikanan di Sepanjang Jaringan Irigasi

3) Perubahan Kawasan Lindung Mangrove, Sempadan Pantai, Sempadan Sungai dll (sesuai Perda pasal 24)

4) Optimalisasi Pemanfaatan DAS

5) Penataan Sempadan Sungai Perubahan Rona Lingkungan Pada Kawasan DAS 6) Pengendalian Pemanfaatan Ruang

7) Penanganan & Pengelolaan Daerah Tangkapan Resapan Air

8) Pengendalian Pemanfaatan Lahan Gambut dengan ketebalan > 3 m yang tidak sesuai daya dukungnya (Beruntung Baru & Gambut)

9) Penurunan Ruang Terbuka Hijau (Permukiman) 10) Permasalahan Tumpang Tindih Kepemilikan Lahan

(18)

Tenure)

b. Ekonomi Wilayah

1) Kesenjangan Tingkat Pendapatan Masyarakat di Wilayah Perdesaan & Perkotaan 2) Berkurangnya peluang usaha masyarakat kecil karena eksploitasi sumber daya

yang tidak berkelanjutan

3) Belum Optimalnya Pertumbuhan Ekonomi Wilayah & pengembangan potensi ekonomi sektoral & geografi

4) Belum optimalnya kesempatan kerja serta daya saing & industri hilir masih rendah

5) Penurunan/Rendahnya Produksi Pertanian karena anomali iklim, OPT (organisme pengganggu tanaman), terbatasnya penerapan teknologi, terbatasnya Prastan & alih fungsi lahan

c. Infrastruktur Wilayah

1) Belum optimalnya Penanganan & Pengelolaan air bersih dan Sanitasi 2) Keterbatasan Akses Transportasi Darat

3) Kurang Optimalnya Pemanfaatan Transportasi Sungai (pendangkalan)

4) Belum Berkembangnya MRT (mass rapid transportation) untuk Transportasi Umum

5) Terdapatnya hambatan samping jalan Raya/Bahu Jalan 6) Belum optimalnya jaringan listrik

7) Belum optimalnya jaringan komunikasi 8) Belum optimalnya jaringan irigasi & drainase

d. Sosial Kemasyarakatan

1) Perubahan Perilaku & Kondisi Sosial Budaya Masyarakat 2) Migrasi Penduduk pada Kawasan Cepat Tumbuh

3) Kualitas SDM masih rendah

4) Belum Terkendalinya Pertumbuhan & Penyebaran Penduduk

e. Dampak Lingkungan

1) Terjadinya Pemanasan global

2) Terjadinya Banjir karena pemanfaatan ruang yang tidak berwawasan lingkungan 3) Sering terjadinya kebakaran hutan dan lahan

4) Perubahan Ekosistem karena pengurugan rawa/ pengeringan lahan 5) Penurunan Kualitas & Kuantitas Air Tanah

(19)

7) Pencemaran Lingkungan akibat Aktifitas Tambang, Industri & Transportasi

f. Kelembagaan

1) Keterbatasan Informasi & Promosi Potensi Daerah 2) Belum berkembangnya koperasi/Bumdes

3) Belum optimalnya koordinasi antar lembaga

3. Identifkasi KRP

Berdasarkan usulan program kegiatan sebagaimana yang dipaparkan sebelumnya, maka terdapat beberapa usulan program yang masuk kategori dalam Kebijakan, Rencana dan Program (KRP) yang perlu dilakukan kajian atau penyusunan KLHS sebelum diimplementasikan, yaitu terdiri dari:

Tabel 4.2

Identifikasi KRP

No Komponen

Kebijakan/Rencana/Program Kegiatan Lokasi

1 Penyehatan Lingkungan Permukiman

a. Sistem Pengolahan Air Limbah Terpusat

b. Sistem Penanganan

Persampahan Skala Regional

 Pembangunan Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja

 Penambahan Sel/Lobang TPA Regional Tabing Liring

Kota Samarinda

2 Pengembangan Permukiman

a. Rusunawa Beserta Infrastruktur Pendukungnya

 Rencana Pembangunan

Rusunawa Kota Samarinda

(20)

pembangunan berkelanjutan, maka diperlukan studi KLHS lebih lanjut terhadap KRP tersebut.

4.3.2 AMDAL, UKL, UPL dan SPPLH

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL) adalah kajian mengenai dampak penting suatu usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan Usaha dan/atau Kegiatan.

Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup, yang selanjutnya disebut UKL-UPL, adalah pengelolaan dan pemantauan terhadap Usaha dan/atau Kegiatan yang tidak berdampak penting terhadap lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan Usaha dan/atau Kegiatan.

Surat Pernyataan Pengelolaan Lingkungan Hidup (SPPLH) adalah merupakan pernyataan kesanggupan dari penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan untuk melakukan pengelolaan dan pemantauanlingkungna hidup atas dampak lingkungan hidup dari Usaha dan/atau kegiatannya diluar usaha dan/atau kegiatan yang wajib amdal atau UKL-UPL .

Panduan kerangka Lingkungan dirumuskan berdasarkan sejumlah regulasi terkait yang berlaku, antara lain:

1. Undang-undang (UU) No. 32/2009 Tentang Perlindungaan dan Pengelolaan lingkungan hidup, pasal 22-33 mengenai rencana kegiatan atau pekerjaan yang kemungkinan dapat menimbulkan dampak lingkungan besar dan signifikan diharuskan wajib AMDAL. Pasal 34 mengenai rencana kegiatan atau pekerjaan yang kemungkinan dapat menimbulkan dampak lingkungan yang wajib UKL/UPL. Pasal 35 rencana kegiatan atau pekerjaan yang diminta untuk dilengkapi dengan SPPL.

2. Peraturan Pemerintah (PP) No. 27/2012 tentang Izin Lingkungan, Dokumen Lingkungan Hidup (AMDAL dan UKL-UPL) menyediakan informasi yang diperlukan untuk proses pengambilan keputusan terkait dengan penerbitan izin lingkungan. Informasi yang disajikan berupa dampak lingkungan yang terjadi akibat rencana usaha dan/atau kegiatan dan langkah-langkah pengendaliannya dari aspek teknologi social dan institusi, pemantauan lingkungannya serta komitmen pemrakarsa

(21)

hasil rekomendasi hasil penilaian Andal & RKL-RPL dari Komisi Penilai Amdal dengan jangka waktu 10 hari kerja.

4. Peraturan Pemerintah (PP) No. 27/2012 pasal 47, izin lingkungan diterbitkan oleh Mentri, gubernur, atau bupati/walikota bersamaan dengan diterbitkannya keputusan kelayakan lingkungan hidup

5. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 15/2012, tentang Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang Wajib Memiliki Mengenai Dampak Lingkungan Hidup; 6. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 16 tahun 2012 tentang Upaya

Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan hidup

7. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 10 tahun 2008 tentang Penetapan Jenis Usaha dan/atau Kegiatan Bidang Permukiman dan Prasarana Wilayah yang Wajib Dilengkapi dengan Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL).

Seluruh program investasi inrfrastruktur bidang PU/Cipta Karya yang diusulkan oleh Kabupaten/Kota harus sesuai dan memenuhi prinsip-prinsip sebagai berikut ini:

1. Penilaian lingkungan (environtment assesment) dan rencana mitigasi dampak subproyek, dirumuskan dalam bentuk:

a. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) atau Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) dikombinasikan dengan Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) dan Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL), khususnya bagi kegiatan sub proyek yang diprakirakan menimbulkan dampak penting atau perubahan mendasar bagi lingkungan.

b. Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL), bagi kegiatan sub proyek yang tidak menimbulkan dampak penting pada lingkungan.

c. Standar Operasi Baku (SOP) untuk petunjuk pelaksanaan mitigasi di lapangan termasuk petunjuk pelaksanaan operasional dan pemeliharaan sarana yang dibangun.

d. Tergantung pada kategori dampak sub proyek yang dimaksud.

(22)

terhadap lingkungan. Selaras dengan hal tersebut, sub proyek harus dirancang untuk dapat memberikan dampak positif semaksimal mungkin pada masyarakat dan lingkungan. Sub proyek yang diperkirakan dapat mengakibatkan dampak negatif yang penting terhadap lingkungan, dan dampak tersebut tidak dapat ditanggulangi melalui rancangan dan konstruksi sedemikian rupa harus dilengkapi dengan AMDAL. 4. Usulan program investasi infrastruktur bidang PU/Cipta Karya tidak dapat

dipergunakan untuk mendukung kegiatan yang dapat mengakibatkan dampak negatif terhadap habitat alamiah, warga terasing dan rentan, wilayah yang dilindungi/kawasan lindung, alur laut internasional atau kawasan sengketa. Disamping itu dari usulan RPIJM juga tidak membiayai pembelian, produksi atau penggunaan:

a. Bahan-bahan yang merusak ozon, tembakau atau produk-produk tembakau; b. Asbes. Bahan-bahan yang mengandung unsur asbes;

c. Bahan/material yang termasuk dalam ketegori B3 (bahan beracun dan berbahaya). Rencana investasi tidak membiayai kegiatan yang menggunakan, menghasilkan, menyimpan atau mengangkut bahan/material beracun, korosif atau eksplosif atau bahan/material yang termasuk dalam kategori B3 menurut hukum yang berlaku di Indonesia;

d. Pestisida, herbisida, dan insektisida. RPIJM tidak diperuntukkan membiayai kegiatan yang melakukan pengadaan pestisida, herbisida atau insektisida;

e. Pembangunan bendungan. RPIJM bidang infrastruktur PU/Cipta Karya tidak membiayai pembangunan atau rehabilitasi bendungan atau investasi yang mempunyai ketergantungan pada kinerja bendungan yang telah ada ataupun yang sedang dibangun;

f. Kekayaan budaya. RPIJM bidang infrastruktur PU/Cipta Karya tidak membiayai kegiatan yang dapat merusak atau menghancurkan kekayaan budaya baik berupa benda dan budaya maupun lokasi yang dianggap sakral atau memiliki nilai spiritual; dan

g. Penebangan kayu. RPIJM bidang Infrastruktur PU/Cipta Karya tidak membiayai kegiatan yang terkait dengan kegiatan penebangan kayu atau pengadaan peralatan penebangan kayu.

(23)

diusulkan, perumusan dokumen SOP, UKL/UPL atau AMDAL (KA-ANDAL, ANDAL dan RKL/RPL), pelaksanaan dan pemantauan pelaksanaan.

Tabel 4.3

Kategori PendugaanSafeguardLingkungan

Kategori Dampak Persyaratan Pemerintah

A

Sub proyek dapat mengakibatkan dampak lingkungan yang buruk, berkaitan dengan kepekaan dan keragaman dampak yang ditimbulkan, upaya pemulihan kembali sangat sulit dilakukan

ANDAL dan RKL/RPL

B

Sub proyek dengan ukuran dan volume kecil, mengakibatkan dampak lingkungan akan tetapi upaya pemulihannya sangat mungkin dilakukan.

UKL/UPL

C

Sub proyek yang tidak memiliki komponen konstruksi dan tidak mengakibatkan pencemaran udara, tanah dan air.

Tidak ada

Catatan:

 ANDAL : Analisis Dampak Lingkungan

 RPL : Rencana Pemantauan Lingkungan

 UKL : Upaya Pengelolaan Lingkungan

 UPL : Upaya Pemantauan Lingkungan

Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang Wajib Dilengkapi Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup yang terkait dengan Bidang Pekerjaan Umum Cipta Karya adalah sebagai berikut:

Tabel 4.4

Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 5 Tahun 2012 Jenis Rencana Usaha dan/ atau Kegiatan Wajib AMDAL

No Jenis Kegiatan Skala/ Besaran

1

Persampahan

a. Pembangunan Tempat Pembuangan Akhir Sampah domestik dengan sistem control landfill atau sanitary landfill

(luas < 10 Ha dan

kapasitas < 10.000 ton)

b. TPA di daerah pasang surut , Semua kapasitas/besaran

c. Pembangunan Transfer Station (kapasitas operasional)

≥500 ton/ hari

(24)

No Jenis Kegiatan Skala/ Besaran

f. Bangunan Komposting dan Daur Ulang (kapasitas sampahbaku)

≥500 ton/ hari

g. Transportasi sampah dengan kereta api ≥500 ton/ hari

2 Pembangunan perumahan/ permukiman

a. Kota metropolitan ≥25 ha

b. Kota besar ≥50 ha

c. Kota sedang ≥100 ha

d. Keperluan Settlement transmigrasi ≥2000 ha

3 Air limbah domestik

a. Pembangunan instalasi pengolahan lumpur tinja (IPLT), termasuk fasilitas penunjangnya

Luas≥2 ha

Kapasitas≥11 m3 / hari

b. Pembangunan instalasi pengolahan air limbah (IPAL) limbah domestik termasuk fasilitas penunjangnya

Luas≥3 ha

Kapasitas≥2.4 ton/ hari

c. Pembangunan sistem perpipaan air limbah Luas≥500 ha

Kapasitas≥16.000 m3 / hari

4 Pembangunan saluran drainase (primer dan/atau skunder) di permukiman

a. Kota besar/ metropolitas ≥5 km

b. Kota sedang, panjang ≥10 km

5 Jaringan air bersih di kota besar/ metropolitas

a. Pembangunan jaringan distribusi ≥500 ha

b. Pembangunan jaringan transmisi >= 10 km

Sumber: Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 5 Tahun 2012

(25)

Tabel 4.5

Penapisan Rencana Kegiatan Tidak Wajib AMDAL Tapi Wajib UKL-UPL

No Jenis Usaha/ Kegiatan Skala (Besaran)

Dasar

Pertimbangan Alasan Ilmiah Khusus

1 Normalisasi Sungai

a. Kota

Besar/Metropolitan (panjang atau luas)

1 Km s/d < 5

Km, 5 Ha s/d

50 Ha

Perubahan

bentang alam dan Bentuk lahan,

Perubahan alur, dasar dan tebing sungai dalam mencapai keseimbangan baru, meningkatnya pencemaran air, gangguan lalu lintas dan gangguan estetika lingkungan. b. Kota Sedang

(panjang sungai)

d. Sodetan Semua

Besaran

< 10.000 ton)

Perubahan tentang bentang alam dan bentuk lahan, kimia dan social ekonomi budaya, introduksi jenis kawasan

Gangguan kesehatan, estetika, bau, asap, pembakaran, emisi bio gas (H2S, NOX, Sox, Cox, dixioan), pencemaran air

tanah maupun air

permukaan leachate (air lindi), gangguan lalat, keluahan penduduk

sekitar terhadap

keberadaan tempat pembuangan sampah disekitar, dll

b. TPA di daerah pasang surut

(luas < 5 Ha

dan kapasitas

< 5.000 ton)

Kedalam proses pembusukan, kecuali untuk lokasi yang berada di bantaran sungai tidak dibangun di sekitar

(26)

No Jenis Usaha/ Kegiatan Skala (Besaran)

Dasar

Pertimbangan Alasan Ilmiah Khusus

e. Bangunan

3 Pembangunan Perumahan dan Permukiman

a. Kota Metropolitan (luas) sumber daya alam yang menimbulkan

Perubahan tata guna lahan skala kawasan, perubahan daya dukung dan tingkat pelayanan kota, bangkitan LHR, bangkitan sampah dan limbah, perubahan tingkat konsumsi air bersih, perubahan volume run-off, perubahan kawasan resap air, kesenjangan sosial dengan masyarakat b. Kota Besar (luas) 2 Ha s/d 50 a

c. Kota Sedang (luas) 2 Ha s/d 100 Ha

4 Peremajaan Perumahan dan Permukiman

a. Kota Metropolitan dan Besar

>= 1Ha Perubahan bentuk lahan,pengaruhnya prasarana dan sarana kota, perubahan kondisi sosial ekonomi dan budaya, kehilangan bangunan bersejarah atau peningkatan nilai asset bangunan bersejarah b. Kota Sedang >= 2 Ha

c. Revitalisasi kawasan (memfungsikan kembali kawasan)

>= 1 Ha

5 Pembangunan Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) dan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)

a. IPLT < 2 Ha Perubahan bentuk

lahan, pengaruh estetika, bau, perubahan kualitas air tanah maupun air permukaan sekitar IPAL/IPLT, perubahan pola mata pencaharian masyarakat sekitar

b. IPAL < 3 Ha

(27)

No Jenis Usaha/ Kegiatan Skala (Besaran)

Dasar

Pertimbangan Alasan Ilmiah Khusus

Kota

Besar/Metropolitan (luas/layanan)

< 500 Ha Penurunan daya dukung dan daya tampung kimia, serta proses dan hasilnya bau, lalat, vektor penyakit, pencmaran udara akibat emisigas

hasil pembakaran

pencemaran atau

perubahan kualitas dan kuantitas air tanah, air permukaan dan air bakuserta keresahan masyarakat terhadap pengelolaan air limbah.

7 Drainase Permukiman Kota

a. Pembangunan saluran di Kota Besar dan Metropolitan

Perubahan bentang alam dan bentuk lahan, kerusakan prasarana dan sarana umum,

ketidapuasan atas nilai kompensasi kerusakan property atau kompensasi pembebasan lahan, perubahan kualitas air di bagian hilir saluran

*) pembangunan drainase skunder dan tertier di kota sedang kemungkinan melewati permukiman padat

- Drainase Utama (panjang)

< 5 Km

- Drainase Skunder dan Tertier (panjang)

1 Km – 5 Km

b. Pembangunan Saluran di Kota Sedang

- Drainase Utama

(panjang)

< 10 Km

- Drainase Skunder dan Tertier (panjang)

2 – 10 Km*

c. Pembangunan Saluran di Kota Kecil (panjang) dan rumah sakit kelas, B, dan C genagan lokal, gangguan

(28)

No Jenis Usaha/ Kegiatan Skala (Besaran)

Dasar

Pertimbangan Alasan Ilmiah Khusus

(Luas Lantai) < 10.000 m2 kimiawi,dan hasilnyaproses

mempengaruhi LHR, air limbah, sampah, peningkatan kebutuhan pelayanan prasarana dan sarana perkotaan (air bersih, air limbah, jalan akses, drainase, area parkir), perubahan KDB, KLB, pningkatan emisi gas, bahan bersifat ozon

9 Air Bersih Perkotaan

a. Pembangunan kimia, proses dan hasilnya sumber daya alam, ekologi waduk

Gangguan lalulintas, kecemburuan sosial antar konsumen air bersih, konflik pemakaian sumber daya air, perubahan pasokan air, penurunan muka tanah akibat penyedotan air tanah yang berlebihan, intusi air asin, perubahan kualitas air badan penerima limbah hasil proses pengolahan air.

*)skala besaran wajib UKL/UPL untuk

pengambilan dari mata air > 5 l/dt s/d <50 l/d (khususnya di P. Jawa dan pulaupulau kecil)

*) sepanjang belum diatur oleh instansi yang

berwenang

c. Pengambilan Air Baku dan Sungai, Danau dan Sumber Air Lainnya (debit)

50 l/dt < 250

l/d*

d. Pembangunan Instalasi Pengelohan Air Lengkap (debit)

< 50 l/d

e. Pengmbilan Air Tanah

< 5 l/d dan <

50

10 Pembangunan Kawasan Permukiman Untuk Pemindahan Penduduk dan atau Permukiman Kembali

a. Jumlah Penduduk Pendukung Yang

Perubahan tata guna

lahan kawasan,

(29)

No Jenis Usaha/ Kegiatan Skala (Besaran)

Dasar

Pertimbangan Alasan Ilmiah Khusus b. Atau Luas Lahan

Kawasan kawasan, perubahan daya dukung kawasan (lahan,

sumber daya air,

pertanian, kehutanan, perkebunan, dll), perubahan koefisien run off , perubahan KDB, KLB.

Catatan

*) kedalam kegiatan ini

termasuk yang

dipersiapkan untuk menampung pengungsi

dan memukimkan

kembali, penduduk yang dipindahkan akibat pembangunan proyek misalnya waduk, jalan, bencana sosial, dll.

Sumber: Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 5 Tahun 2012

Beberapa kegiatan pada bidang Pekerjaan Umum untuk mempertimbangkan skala/besaran menggunakan ketentuan berdasarkan jumlah populasi, yaitu:

 Kota Metropolitan : > 1.000.000 jiwa

 Kota Besar : 500.000 – 1.000.000 jiwa

 Kota Sedang : 200.000 – 500.000 jiwa

 Kota Kecil : 20.000 – 200.000 jiwa

Seperti halnya pengelolaan persampahan, dampak yang ditimbulkan bisa menjadi positif pada peningkatan kualitas lingkungan dan kesehatan masyarakat, memberikan tatanan lingkungan yang bersih dan sehat, memperkecil resiko terjangkitnya penyakit pada masyarakat serta dapat menekan peningkatan volume limbah padat/sampah.

(30)

pada tabel berikut:

Tabel 4.6

Dampak Potensial Kegiatan Pembuangan Akhir

Tahap

Pembangunan Kegiatan Perkiraan Dampak

Prakonstruksi  Pemilihan lokasi TPA

 Perencanaan

 Pembebasan lahan

 Lokasi yang tidak memenuhi persyaratan akan mencemari lingkungan dan

mengganggu kesehatan masyarakat

 Perencanaan yang tidak didukung oleh data yang akurat akan menghasilkan konsntruksi yang tidak memadai

 Ganti rugi yang tidak memadai akan menimbulkan keresahan masyarakat

Konstruksi  Mobilisasi alat berat & tenaga

 Pembersihan lahan

 Pekerjaan sipil

 Meningkatkan polusi udara (debu, kebisingan)

 Keresahan sosial apabila tenaga setempat tidak dimaanfaatkaan

 Pengurangan tanaman

 Pembuatan konstruksi yang tidak

memenuhi persyaratan akan menyebabkan kebocoran lindi, gas dan lain-lain

Operasi  Pengangkutan

 Penimbunan dan pemadatan

 Penutupan tanah

 Ventilasi gas

 Pengumpulan lindi dan pengolahan lindi

 Pengangkutan sampah dalam keadaan terbuka dapat menyebabkan bau dan sampah berceceran di sepanjang jalan yang dilalui truk

 Penimbunan sampah yang tidak beraturan dan pemadatan yang kurang baik

menyebabkan masa pakai TPA lebih singkat

 Penutupan tanah yang tidak memadai dapat menyebabkan bau, populasi lalat tinggi dan pencemaran udara

 Ventilasi gas yang tidak memadai enyebabkan pencemaran udara, kebakaran dan bahaya asap

 Lindi yang tidak terkumpul dan terolah dengan baik dapat menggenangi jalan dan mencemari badan air dan air tanah

Pasca operasi  Reklamasi lahan

 Pemantauan kualitas lindi dan gas

 Reklamasi yang tidak sesuai dengan peruntukan lahan apalagi digunakan untuk perumahan dapat membahayakan

konstruksi bangunan dan kesehatan masyarakat

 Tanpa upaya pemantauan yang memadai, maka akan menyulitkan upaya perbaikan kualitas lingkungan

(31)

pengoperasian TPA perlu kajian lingkungan TPA yang disesuaikan dengan ketentuan peraturan perundangan yang berlaku. Secara umum dokumen yang harus dilengkapi untuk melaksanakan pembangunan dan pengoperasian TPA adalah:

1. AMDAL

a. Untuk kegiatan pembangunan TPA > 10 Ha

b. Untuk kegiatan pembangunan TPA yang terletak dikawasan lindung, berbatasan dengan kawasan lindung atau yang secara langsung mempengaruhi kualitas lingkungan kawasan lindung. Seperti di pinggir sungai, pantai, laut dan kawasan lindung lainnya (< 10 ha).

c. Dokumen AMDAL terdiri dari Kerangka Acuan (KA) ANDAL, ANDAL, RKL / RPL.

d. Kerangka Acuan KA ANDAL meliputi pendahuluan (latar belakang, tujuan dan kegunaan studi), ruang lingkup studi (lingkup rencana kegiatan yang akan ditelaah, lingkup rona lingkungan hidup awal dan lingkup wilayah studi), metode studi (metode pengumpulan dan analisa data, metode prakiraan dampak dan penentuan dampak penting, metode evaluasi dampak), pelaksanaan studi (tim studi, biaya studi dan waktu). KA ANDAL juga dilengkapi dengan daftar pustaka dan lampiran e. Penyusunan dokumen ANDAL meliputi pendahuluan (latar belakang, tujuan studi dan

kegunaan studi), metoda studi (dampak penting yang ditelaah, wilayah studi, metode pengumpulan dan analisa data, metode prakiraan dampak penting dan evaluasi dampak penting), rencana kegiatan (identitas pemrakarsa dan penyusun ANDAL, tujuan rencana kegiatan, kegunaan rencana kegiatan dari awal sampai akhir), rona lingkungan hidup (fisik-kimia, biologi, sosial dan kesehatan masyarakat termasuk komponen-komponen yang berpotensi terkena dampak penting), prakiraan dampak penting (pra konstruksi, konstruksi, operasi dan pasca operasi termasuk mekanisme aliran dampak pada berbagai komponen lingkungan), evaluasi dampak penting (telaahan terhadap dampak penting dan digunakan sebagai dasar pengelolaan). Selain itu juga perlu dilengkapi dengan daftar pustaka sebagai dasar ilmiah dan lampiran seperti surat izin rekomendasi untuk pemrakarsa, SK, foto-foto, peta, gambar, tabel dan lain-lain

(32)

periode pengelolaan lingkungan, pembiayaan pengelolaan lingkungan dan institusi yang bertanggung jawab dalam pengelolaan lingkungan). Dokumen RKL ini juga dilengkapi dengan pustaka dan lampiran

g. Penyusunan dokumen RPL, meliputi latar belakang pemantauan lingkungan (dampak penting yang dipantau, sumber dampak, parameter lingkungan yang dipantaau, tujuan RPL, metode pemantauan dan institusi yang bertanggung jawab dalam pelaksanaan pemantauan lingkungan

2. UKL / UPL

a. Untuk kegiatan pembangunan TPA < 10 ha

b. Dokumen yang diperlukan adalah dokumen UKL dan UPL

Penyusunan dokumen UKL dan UPL, meliputi deskripsi rencana kegiatan (jenis kegiatan, rencana lokasi dan posisinya dengan rencana umum tata ruang, jarak lokasi kegiatan dengan SDA dan kegiatan lainnya, sarana/fasilitas yang direncanakan, proses yang akan dilaksanakan), komponen lingkungan yang mungkin akan terkena dampak, dampak yang akan terjadi (sumber dampak, jenis dampak dan ukurannya, sifat dan tolok ukur dampak), upaya pengelolaan lingkungan yang harus dilaksanakan oleh pemraakarsa, upaya pemantauan lingkungan yang harus dilaksanakan oleh pemrakarsa (jenis dampak yang dipantau, lokasi pemantauan, waktu pemantauan dan cara pemantauan), mekanisme pelaporan pelaksanaan UKL/UPL pada saat kegiatan dilaksanakan (instansi pembina, BPLDH dan dinas teknis terkait). Dokumen ini dilengkapi juga dengan pernyataan pemrakarsa yang ditanda tangani untuk melaksanakan upaya pengelolaan lingkungan.

3. SPPL

Surat Pernyataan Pengelolaan Lingkungan Hidup (SPPL) merupakan surat yang berisikan persetujuan atau kesediaan suatu perusahaan atau industri untuk berkomitmen melakukan dan menjalankan tindakan mengelola dan memberi pantauan terhadap lingkungan sekitar perusahaan atau industri yang mungkin menimbulkan pencemaran lingkungan. SPPL ini wajib disusun bagi perusahaan atau industri wajib UKL/UPL karena surat pernyataan kesanggupan ini menjadi bahan rekomendasi yang dibutuhkan untuk pelengkap syarat izin usaha dan gangguan dari wilayah tempat industri.

(33)

maka sebisa mungkin setiap usaha bergerak aktif untuk mendapatkan SPPL agar usaha tidak terbentur masalah perizinan.

Kerangka KelembagaanSafeguardLingkungan 1. Pemrakarsa Kegiatan

Pemrakarsa Kegiatan adalah perumus dan pelaksana RPIJM pemerintah Kota Samarinda. Pemrakarsa kegiatan bertanggung jawab untuk melaksanakan:

a. Perumusan KA-ANDAL, draft ANDAL dan RKL/RPL atau draft UKL/UPL, melaksanakan serta melakukan pemantauan pelaksanaannya. Bila diperlukan Bappedalda dapat membantu pemrakarsa kegiatan dalam melaksanakan pemantauan;

b. Konsultasi dengan warga yang secara potensial dipengaruhi dampak lingkungan atau PAP dalam forum stakeholder, baik pada saat perumusan KA-ANDAL, draft ANDAL dan RKL/RPL. Sebelum kegiatan konsultasi dilakukan, pemrakarsa kegiatan perlu menyediakan semua bahan yang relevan sekurang-kurangnnya 3 (tiga) hari sebelum kegiatan dilakukan yang setidaknya mencakup: ringkasan tujuan kegiatan, rincian kegiatan; dan gambaran menyeluruh potensi dampaknya. Hasil konsultasi dalam forum stakeholder tersebut harus dicatat sebagai bagian dari laporan ANDAL. Disamping itu, kegiatan konsultasi dengan PAP bila perlu juga dilakukan selama pelaksanaan sub proyek;

c. Melaporkan pelaksanaan RKL/RPL dan hasil pemantauannya Bapedalda, Walikota Samarinda;

d. Keterbukaan informasi mengenai draft ANDAL dan RKL/RPL atau UKL/UPL pada public dalam waktu yang tidak terbatas; dan

e. Penanganan keluhan publik secara transparan. Perlu dikembangkan prosedur penyampaian keluhan publik yang transparan. Keluhan harus dijawab sebelum tahap pelelangan kegiatan dimulai. Keluhan yang diajukan sebelum konstruksi, selama konstruksi dan/atau operasi kegiatan perlu diselesaikan secara musyawarah antara pemrakarsa kegiatan dengan pihak-pihak yang mengajukan keluhan.

2. Bappedalda atau Dinas/ Instansi Terkait

(34)

b. Dalam pelaksanaan RPIJM, Bappedalda juga bertanggung jawab untuk melakukan supervisi pelaksanaan RKL/RPL serta melakukan pemantauan terhadap lingkungan secara umum;

c. Bappedalda juga merupakan anggota tetap Komisi AMDAL.

3. Komisi AMDAL

Komisi AMDAL adalah badan yang berwenang dan bertanggung jawab untuk melakukan:

a. Kajian dan persetujuan terhadap KA-ANDAL, ANDAL dan RKL/RPL yang dirumuskan oleh pemrakarsa kegiatan;

b. Penyampaian laporan hasil kajian yang dilakukan kepada Walikota Samarinda (sesuai dengan PP No. 27/2012 mengenai AMDAL)

Kegiatan Bidang Cipta Karya yang kapasitasnya masih di bawah batas wajib dilengkapi dokumen UKL-UPL menjadikannya tidak wajib dilengkapi dokumen UKL-UPL tetapi wajib dilengkapi dengan Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup (SPPLH).

Berdasarkan hasil analisa pada bab sebelumnya, didapatkan rumusan beberapa usulan program Cipta Karya tahun 2015-2019 yang akan direncanakan di Kota samarinda, yang selanjutnya akan di buat tabel cheklist data kegiatan apa saja yang masuk dalam AMDAL, UKL/UPL atau yang masuk SPPLH.

4.4

ISU PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN BIDANG CIPTA KARYA

KOTA SAMARINDA

(35)

Tabel 4.7

Proses Identifikasi Isu Pembangunan Berkelanjutan Bidang Cipta Karya

di Kota Samarinda

NO PENGELOMPOKAN ISU-ISU PEMBANGUNAN

BERKELANJUTAN BIDANG CIPTA KARYA PENJELASAN SINGKAT

(1) (2) (3)

5.1 Sosial

1. Pencemaran menyebabkan berkembangnya wabah penyakit

5.2 Ekonomi

1. Kemiskinan berkorelasi dengan kerusakan lingkungan

2. Perkembangan ekonomi lokal dari pembangunan infrastruktur permukiman

5.3 Lingkungan

1. Kecukupan air baku untuk air minum

2. Pencemaran lingkungan oleh infrastruktur yang tidak berfungsi maksimal

3. Dampak kumuh terhadap kualitas lingkungan

Gambar

Gambar 4.1 Kedudukan KLHS Terhadap AMDAL
Gambar 4.3 Diagram Alir Pentahapan Pelaksanaan KLHS
Gambar 4.4 Mekanisme Penyelenggaraan KLHS
Gambar 4.5 Kerangka Kerja dan Metodologi KLHS
+7

Referensi

Dokumen terkait

Rangkaian sistem kelistrikan body tersebut, antara lain sistem penerangan lampu kepala, lampu kota, lampu tanda belok, lampu hazzard, lampu plat nomor, lampu rem, dan lampu

Dari hasil perbandingan tersebut, metode vorteks dapat menunjukkan struktur aliran vortisitas yang mirip dan konsisten dengan yang ditunjukkan oleh eksperimen

Koloid sering disejajarkan dengan darah di dalam tubuh mahluk hidup yang mengangkut segala unsur untuk diedarkan keseluruh bagian tanah, sementara tekstur dan bahan

Ada delapan pokok-pokok kebijakan rehabilitasi dan rekonstruksi Kota Padang, yaitu: (1) memindah pusat pemerintahan; (2) merevitalisasi Pasar Raya dan Pasar Satelit; (3)

Pertanian-Peternakan, Universitas Muhammadiyah Malang berhasil menemukan formula baru pakan kelinci, yaitu Biskuit Kelinci. Temuan ini berupa formulasi pakan kelinci dalam

hasil penelitian Hsieh (2008), yang menyatakan bahwa self efficacy adalah salah satu prediktor yang baik untuk meningkat keberhasilan seseorang dalam berbicara

Dari penelitian yang telah disebutkan belum ada penelitian yang melakukan uji korelasi Spearman dan korelasi Kendall yang berhubungan dengan metode bootstrap,

Rakyat kaya awake dhewe ki sajakke sengaja digawe mlarat, digawe bodho ben gampang diapusi. Lha thik ora?? Wong mlarat kaya awake dhewe ki di iming-imingi dhuwit rong