• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kecamatan Beji. PDF created with pdffactory Pro trial version METODE PENELITIAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Kecamatan Beji. PDF created with pdffactory Pro trial version METODE PENELITIAN"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

(Sumber : Pemerintah Daerah Kota Depok, 2001) METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat

Penelitian evaluasi kualitas ecological aesthetics lanskap kota ini dilaksanakan di Kecamatan Beji Kota Depok. Periode penelitian berlangsung dari Maret 2004 sampai Nopember 2005. Peta lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 7 berikut :

Gambar 7. Peta Lokasi Penelitian

Kecamatan Beji

(2)

Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif. Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling, yaitu teknik pengambilan sumber data dengan pertimbangan tertentu. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi dan wawancara.

Penelitian terbagi menjadi dua tahap yaitu persiapan dan pelaksanaan. Pada tahap pelaksanaan dilakukan pengambilan data dan penganalisaan data. Bagan alir pelaksanaan penelitian dapat dilihat pada Gambar 8. Pada tahap pengambilan dan penganalisaan data dilaksanakan :

(1) Pengukuran kualitas ekologis

(2) Penilaian kualitas estetika dan ekologis melalui slide (3) Penilaian kualitas estétika dan ekologis di lapangan.

Penilaian kualitas estetika dan ekologis melalui slide dan di lapangan menggunakan metode Scenic Beauty Estimation (SBE) dan Semantic Differential (SD). Pengambilan datanya dilakukan melalui penyebaran kuesioner sebagai bahan penilaian.

Pada penganalisaan dilakukan pula analisis korelasi antara kualitas ekologis dan estetika dan antara hasil penilaian di ruangan dan di lapangan.

Persiapan

Penelitian diawali dengan penetuan tipe lanskap dimulai dengan zonasi lanskap menggunakan program ArcView GIS 3.2 yang diawali dengan konversi citra dan dilanjutkan dengan geokoreksi terhadap citra Ikonos. Zonasi ini didasarkan pada penggunaan lahan di perkotaan yang dikemukakan oleh Simonds (1978), yaitu terdiri atas lanskap pemukiman, komersial, institusional, industri, ruang terbuka dan penggunaan lainnya. Zonasi awal pada citra dilakukan berdasarkan warna penutupan lahan yang tampak.

Berdasarkan tipe lanskapnya, secara umum, Kecamatan Beji terdiri atas lanskap pemukiman, komersial dan ruang terbuka. Dari masing-masing tipe lanskap tersebut, secara khusus Kecamatan Beji dapat dibedakan menjadi sembilan tipe lanskap, yaitu komersial, pemukiman padat, pemukiman sangat

(3)

Zonasi Lanskap Data Estetik Data ekologis Vantage point Pengambilan foto Penilaian responden Ruangan Analisis Estetika

Citra Ikonos Geokoreksi Zonasi Awal

Survai Lapang Groundcheck

Kualitas Estetik

Ecological Aesthetics

Pengukuran & Pengambilan sampel Kualitas udara (HC, NO2, CO, debu)

kebisingan, suhu dan kelembaban

Kualitas Ekologis Lapangan Analisis Ecological Aesthetics Analisis Ekologis Rekomendasi Analysis Estetika Awal

(4)

padat, hutan kota, sungai, danau, lahan kosong, lahan pertanian dan kebun tanaman hias.

Proses penelitian dilanjutkan dengan survai lapang untuk menyesuaikan zonasi yang telah dibuat dengan kondisi di lapangan, seperti perubahan penggunaan lahan, batas wilayah dan sebagainya. Dari hasil survai lapang, penggunaan lahan di Kecamatan Beji dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu pemukiman, komersial dan ruang terbuka. Penggunaan lahan yang lainnya seperti industri dan institusional relatif sangat kecil dan pada citra tidak dapat dibedakan dengan kondisi di sekitarnya. Tipe lanskap pemukiman terdiri atas pemukiman padat dan sangat padat. Ruang terbuka terdiri atas lahan pertanian, lahan kosong, hutan kota, danau dan sungai. Sedangkan lanskap komersial dibedakan berdasarkan banyak tidaknya bangunan gedung dan pertokoan. Tahapan dalam proses penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 8.

Pelaksanaan Tahapan pelaksanaan penelitian terdiri dari :

1. Penentuan kualitas estetika melalui slide keseluruhan meliputi pemotretan dan pengisian kuesioner. Pemotretan diawali dengan penentuan vantage point. Setelah diperoleh slide, maka sejumlah responden yang merupakan mahasiswa Program Studi Arsitektur Lanskap semester 6 dan 8 dikumpulkan dalam satu ruangan untuk mengikuti presentasi slide. Responden diminta untuk menilai setiap lanskap dengan menggunakan metode Scenic Beauty Estimation (SBE). 2. Penentuan kualitas estetika di ruangan terhadap lanskap yang memiliki nilai

SBE positif. Hasil penilaian dianalisis dengan metode Scenic Beauty Estimation (SBE) dengan responden diambil secara acak dari kelompok mahasiswa Arsitektur lanskap IPB.

3. Penentuan kualitas estetika di lapangan terhadap lanskap yang memiliki nilai SBE`positif. Penilaian dilakukan melalui pengisian kuesioner yang sama dengan kuestioner penilaian di ruangan, namun pengisian dilaksanakan di lapangan. Responden diambil secara acak dari aparat Pemerintah Kota Depok. 4. Pengukuran kualitas ekologis. Penilaian terhadap kualitas ekologis lanskap kota ini lebih difokuskan pada kualitas lingkungan yang berhubungan dengan

(5)

sense yang menjadi aspek keindahan (Porteous, 1977), seperti smell dengan parameter CO, hidrokarbon dan debu; untuk tactility dengan parameter suhu dan kelembaban; serta sound dengan parameter kebisingan. Pengambilan sampel dilakukan pada lanskap yang memiliki nilai SBE positif.

5. Penilaian kualitas ecological aesthetics lanskap dengan nilai SBE positif, merupakan penelitian persepsi melalui penilaian foto lanskap dengan menggunakan metode Semantic Differential (SD) dengan menampilkan slide terseleksi. Responden akan menilai dengan mengisi kuesioner Semantic Differential. Penilaian didasarkan pada pasangan kosa kata adjektif yang saling berlawanan (bipolar adjective), 5 pasang mewakili kualitas estetik dan 7 pasang yang mewakili ekologis. Masing-masing pasangan kosa kata atau kriteria diberi skala sembilan (Gunawan dan Yoshida, 1994). Sebagian kriteria tersebut diambil dari studi Gunawan dan Yoshida (1994) dan Kasmar (1988). Responden diminta untuk menilai masing-masing lanskap dengan menyilang skala yang disediakan untuk setiap kriteria. Skor penilaian diberi bobot nilai 1- 9 dari kiri ke kanan dan dihitung nilai rataan yang diberikan responden untuk tiap kriteria.

6. Penilaian kualitas estetik dan kualitas ekologi di lapangan, merupakan penelitian dengan menggunakan kuestioner yang sama dengan penilaian slide di ruangan, perbedaan hanya terletak pada pengisian kuestioner yang dilakukan di lapangan dengan responden aparat pemerintah Kota Depok.

Penentuan Kualitas Estetik Slide Keseluruhan

Penentuan kualitas estetik slide keseluruhan yang merupakan tahap awal penelitian serta meliputi pemotretan dan pengisian kuesioner. Pemotretan diawali dengan penentuan vantage point. Setelah diperoleh slide, maka sejumlah responden yang merupakan mahasiswa Program Studi Arsitektur Lanskap semester 6 dan 8 dikumpulkan dalam satu ruangan untuk mengikuti presentasi slide. Responden diminta untuk menilai setiap lanskap dengan menggunakan metode Scenic Beauty Estimation (SBE).

(6)

Pemotretan. Untuk pengambilan data estetik dimulai dengan penentuan tipe lanskap kemudian dilakukan survai lapang untuk menentukan vantage point, yaitu titik pandangan yang dapat mewakili pemandangan pada lanskap (Litton, 1968 dalam Daniel & Boster, 1976) untuk pemotretan lanskap. Berdasarkan tipe lanskap diperoleh 24 titik pemotretan yang dianggap mewakili lanskap Kecamatan Beji. Pemotretan dilakukan dengan kamera digital pada arah pandangan bebas agar penilaian responden tidak terhalangi. Foto lanskap diambil pada pemandangan yang dianggap mendominasi pada setiap tipe lanskap.

Format Responden dan Kuisioner. Menurut Daniel & Boster (1976), 20-30 responden sudah dianggap mewakili dan mahasiswa merupakan bagian masyarakat yang dianggap kritis dan peduli terhadap lingkungan. Dengan dasar tersebut maka penelitian ini melibatkan 41 responden yang merupakan mahasiswa Program Studi Arsitektur Lanskap semester 6 dan 8 yang berusia 20 hingga 23 tahun.

Para responden dikumpulkan dalam satu ruangan kemudian dilakukan presentasi slide dengan menggunakan program ACDSee 3.0. Lanskap dipresentasikan secara acak dengan waktu 8 detik untuk setiap lanskap. Presentasi slide tidak mencantumkan judul foto untuk menghindarkan bias dalam penilaian responden. Responden diminta untuk menilai setiap lanskap dengan memberikan skor dari 1-10 seperti yang terlihat pada lembar kuisioner pada lampiran 9. Skor ini menggambarkan nilai keindahan lanskap. Semakin mendekati 1 maka lanskap dianggap tidak indah dan semakin mendekati 10 maka lanskap dianggap indah.

Untuk mendapatkan nilai Scenic Beauty Estimation (SBE), data untuk setiap lanskap dikelompokkan berdasarkan rating atau skala penilaian dari 1 sampai 10 dan untuk setiap rangking dihitung jumlah frekuensi, frekuensi kumulatif, peluang kumulatif dan nilai z berdasarkan tabel (Daniel & Boster, 1976). Dari keseluruhan nilai z rata-rata untuk tiap titik ditentukan satu nilai z dari titik tertentu sebagai standar untuk perhitungan. Formulasi SBE yang digunakan dalam perhitungan adalah:

SBE = ( ZLX – ZLS ) × 100 Dengan SBE : Nilai SBE titik ke-x

(7)

ZLS : Nilai rata-rata z yang digunakan sebagai standar

Dengan menggunakan rumus tersebut, didapat nilai SBE untuk setiap lanskap. Pola keindahan pemandangan lanskap dapat dilakukan dengan menggunakan sebaran normal sehingga lanskap dapat dikelompokkan menurut pola keindahan tinggi, sedang dan rendah. Kualitas estetik ini kemudian diplotkan pada lanskap Kecamatan Beji yang telah dizonasi sebelumnya.

Penilaian SBE di Ruangan

Penelitian SBE terhadap slide hasil penyeleksian slide keseluruhan. Penyeleksian lanskap dilakukan berdasarkan nilai SBE yang lebih besar dari 0. Foto hasil penyeleksaian dinilai kembali dengan menggunakan metode Scenic Beauty Estimation (SBE) dengan responden diambil secara acak dari kelompok mahasiswa Arsitektur lanskap IPB.

Tahap pelaksanaan metode SBE lanjutan dijabarkan dalam uraian berikut :

Presentasi Slide Foto. Hasil pemotretan lanskap disajikan dalam bentuk gambar slide foto. Tujuan dari penggunaan slide foto ini adalah untuk memudahkan responden dalam memberikan penilaian dan efisiensi waktu yang diperlukan untuk penilaian slide foto tersebut. Selain itu, penggunaan slide foto juga bertujuan untuk menghindarkan bias dari penampilan foto lanskap sebelum dan sesudah foto lanskap yang sedang dinilai oleh responden. Responden diambil secara acak dari kelompok mahasiswa Arsitektur lanskap IPB. Pemilihan responden dari kelompok yang mempelajari lingkungan dan Arsitektur lanskap untuk meminimalkan unsur subyektifitas dalam penilaian.

Sebelum penilaian terlebih dahulu disajikan lima slide contoh sebelum slide utama. Slide contoh ini tidak diberikan penilaian. Slide foto yang dipresentasikan dinilai kepada sample responden dengan pertimbangan skala 1–10 Scenic Beauty (Daniel dan Boster, 1976). Responden diminta memberikan penilaian pada tiap slide yang disajikan. Setiap slide ditampilkan dengan durasi 8 detik. Dalam presentasi ini alat dan bahan yang digunakan adalah : (a) slide projector (b) lembar kuesioner, (c) alat tulis.

Analisis Data. Hasil kuesioner kemudian diolah secara statistik untuk mendapatkan nilai SBE setiap titik pemotretan (lanskap). Analisis ini dilakukan

(8)

melalui perhitungan nilai SBE dengan menggunakan nilai rata-rata z sebagai standar penilaian. Analisis ini juga dilakukan untuk mengetahui berapa persentase responden yang menyatakan indah dan suka terhadap suatu lanskap yang ditampilkan dengan yang menyatakan tidak indah dan tidak suka.

Rumus SBE :

SBEχ= [Zγχ - Zγo] x 100

Dimana : SBEc = Nilai pendugaan keindahan pemandangan suatu lanskap ke-x Zgc = Nilai rata-rata z lanskap ke-x

Zgo = Nilai rata-rata z lanskap tertentu sebagai standar. Z = x -µ dimana µ = ∑xi

∑ N dan σ merupakan simpangan baku populasi

Dari nilai SBE yang diperoleh selanjutnya ditentukan lanskap yang memiliki keindahan pemandangan rendah, sedang dan tinggi. Dalam menentukan kualitas keindahan lanskap digunakan metode kuartil, terdiri dari 25 % lanskap dengan kualitas keindahan tinggi, 50 % lanskap dengan kualitas keindahan sedang, dan 25 % lanskap dengan kualitas keindahan rendah (Andriadie, 2004). Adanya pengelompokkan ini dapat menunjukkan karakteristik yang harus dipertahankan dan dikembangkan dalam lanskap Kecamatan Beji berdasarkan karakteristik tipe lanskap yang paling disukai responden.

Penilaian SBE di Lapangan

Penelitian SBE lapang terhadap slide terseleksi dilakukan melalui pengisian kuesioner yang sama dengan kuestioner sebelumnya namun pengisian dilaksanakan di lapangan. Responden diambil secara acak dari aparat Pemerintah Kota Depok.

Tahap pelaksanaan metode SBE selanjutnya dijabarkan sebagai berikut: Presentasi Slide Foto dan Penilaian di Lapangan. Hasil pemotretan lanskap disajikan dalam bentuk gambar slide foto seperti penilaian SBE tahap awal. Setelah dilakukan penyajian gambar slide, responden melakukan pengisian kuesioner di lapangan. Tujuan dari penilaian di lapangan ini adalah untuk memudahkan responden dalam merasakan secara langsung faktor estetika yang

(9)

meliputi visual serta faktor ekologis yang meliputi tacktility, sound dan smell. Responden diambil secara acak dari aparat Pemerintah Kota Depok yang bertugas pada beberapa instansi sebagai perencana, yaitu Dinas Kebersihan dan Lingkungan Hidup, Bappeda, Bagian Pemerintahan dan Otonomi Daerah, Bagian Humas, Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Bagian Perekonomian, Dinas Pekerjaan Umum, Dinas Tata Kota dan Bangunan. Responden dipilih dari kelompok yang seringkali mengunjungi lokasi dalam slide dan mempunyai tugas turut serta dalam perencanaan penataan kota Depok.

Foto yang dinilai responden menggunakan pertimbangan skala 1–10 yang sama dengan penilaian Scenic Beauty melalui slide (Daniel dan Boster, 1976). Responden diminta memberikan penilaian pada tiap foto yang disajikan di lokasi. Dalam presentasi ini alat dan bahan yang digunakan adalah : (a) lembar kuesioner dan (b) alat tulis.

Analisis Data. Hasil kuesioner kemudian diolah secara statistik untuk mendapatkan nilai SBE setiap titik pemotretan (lanskap). Analisis ini dilakukan melalui perhitungan nilai SBE dengan menggunakan nilai rata-rata z sebagai standar penilaian. Analisis ini juga dilakukan untuk mengetahui berapa persentase responden yang menyatakan indah dan suka terhadap suatu lanskap yang ditampilkan dengan yang menyatakan tidak indah dan tidak suka.

Rumus SBE :

SBEχ= [Zγχ- Zγo] x 100

Dimana : SBEc = Nilai pendugaan keindahan pemandangan suatu lanskap ke-x Zgc = Nilai rata-rata z lanskap ke-x

Zgo = Nilai rata-rata z lanskap tertentu sebagai standar. Z = x -µ dimana µ = ∑xi

∑ N dan σ merupakan simpangan baku populasi

Dari nilai SBE yang diperoleh selanjutnya ditentukan lanskap yang memiliki keindahan pemandangan rendah, sedang dan tinggi. Dalam menentukan kualitas keindahan lanskap digunakan metode kuartil, terdiri dari 25 % lanskap dengan kualitas keindahan tinggi, 50 % lanskap dengan kualitas keindahan sedang, dan 25 % lanskap dengan kualitas keindahan rendah (Andriadie, 2004). Adanya

(10)

pengelompokkan ini dapat menunjukkan karakteristik yang harus dipertahankan dan dikembangkan dalam lanskap Kecamatan Beji berdasarkan karakteristik tipe lanskap yang paling disukai responden.

Pengukuran Kualitas Ekologis

Penentuan kualitas ekologis melalui pengujian kualitas lingkungan. Penilaian terhadap kualitas ekologis lanskap kota ini lebih difokuskan pada kualitas lingkungan yang berhubungan dengan sense yang menjadi aspek keindahan (Porteous, 1977), seperti smell dengan parameter CO, hidrokarbon dan debu dan untuk tactility dengan parameter suhu dan kelembaban, serta sound dengan parameter kebisingan. Pengambilan sampel dilakukan pada lanskap terseleksi yang memiliki nilai SBE lebih besar dari 0.

Penilaian terhadap kualitas ekologis lanskap kota ini lebih difokuskan pada kualitas lingkungan yang berhubungan dengan sense yang menjadi aspek keindahan (Porteous, 1977), seperti smell dengan parameter CO, hidrokarbon dan debu dan untuk tactility dengan parameter suhu dan kelembaban, serta sound dengan parameter kebisingan. Pengambilan sampel dilakukan pada lanskap yang memiliki pola keindahan tinggi untuk mengetahui apakah kualitas estetik yang tinggi akan diikuti dengan kualitas ekologis yang baik pula. Pengukuran dilakukan melalui pengamatan langsung di lapangan dan hasilnya dianalisis di laboratorium.

Pemeriksaan Udara Bebas. Untuk pemeriksaan udara bebas di lapangan ini digunakan alat dan bahan seperti; impinger atau gas sampler yang memiliki 4 tabung, selang, kabel, kertas debu, kompas, pinset, baterai, akuades, cairan kimia yang meliputi cairan NH3, NO2, H2S dan SO2. Pemeriksaan udara bebas dimulai

dengan mengisi 4 tabung pada gas sampler dengan masing-masing cairan sebanyak 15-20 ml. Setelah ditentukan arah anginnya, kemudian inpinger diletakkan pada titik pengambilan sampel yang telah ditentukan dan dibiarkan selama 1 jam. Untuk pengukuran kandungan debu dalam udara, digunakan kertas debu yang dipasangkan pada gas sampler kemudian diukur bobotnya setelah satu jam.

(11)

Setelah 1 jam, cairan dalam tabung dipindahkan pada tabung lain dan dibiarkan tertutup kemudian dilakukan pengukuran di laboratorium dengan menggunakan gas monogram. Pada saat akan dilakukan pengukuran di titik yang lain, tabung dicuci dengan akuades lalu diisi dengan cairan seperti pada tahap pertama.

Pengukuran Suhu, Kelembaban dan Kebisingan. Pengukuran suhu dan kelembaban dilakukan dengan menggunakan termometer digital. Termometer diletakkan bersama dengan impinger dan dicatat suhu dan kelembabannya setiap 30 menit lalu dirata-ratakan. Sedangkan kebisingan diukur dengan sound level dan setiap 30 menit dicatat angkanya lalu dirata-ratakan.

Penilaian SD di ruangan

Tahap selanjutnya dari penelitian ini adalah penelitian persepsi melalui penilaian foto lanskap dengan menggunakan metode Semantic Differential (SD). Metode SD merupakan metode penilaian dengan menggunakan sifat saling berlawanan (adjective bipolar) sebagai dasar penilaian. Tahap ini meliputi menampilkan slide terpilih pada penelitian sebelumnya yang akan dinilai oleh responden yang sama pada penilaian SBE dan analisis data. Tahap penelitian persepsi ini dijabarkan sebagai berikut :

Presentasi Slide foto. Hasil pemotretan lanskap disajikan dalam bentuk slide foto yang mewakili titik-titik pengamatan dan memiliki nilai SBE tinggi yang selanjutnya akan dinilai oleh responden dengan kuesioner Semantic Differential. Dalam presentasi ini alat dan bahan yang digunakan adalah : (a) Slide Projektor (b) Lembar kuesioner, (c) Alat Tulis.

Bentuk Kuesioner. Kuesioner terdiri dari dua bagian. Pada bagian pertama, merupakan data identitas responden berupa jenis kelamin dan usia. Pada bagian kedua merupakan pertanyaan inti. Responden diminta untuk menilai delapan tipe lanskap kecamatan Beji, Depok dari kualitas estetika dan kualitas ekologisnya. Penilaian didasarkan pada 25 pasang kosa kata adjektif yang saling berlawanan (bipolar adjective) yang mewakili kualitas estetika dan ekologi. Masing-masing pasangan kosa kata atau kriteria diberi skala sembilan (Gunawan dan Yoshida, 1994). Sebagian kriteria tersebut diambil dari studi Gunawan dan Yoshida (1994)

(12)

X X

dan Kasmar (1988). Semua kriteria disusun secara acak dengan mengubah nilai dari kiri ke kanan ataupun dari kanan ke kiri untuk menghilangkan keteraturan. Responden diminta untuk menilai masing-masing lanskap dengan menyilang skala yang disediakan untuk setiap kriteria. Contoh penilaian adalah sebagai berikut:

Panas 4 3 2 1 0 1 2 3 4 Dingin Kering 4 3 2 1 0 1 2 3 4 Basah

Nilai 0 menunjukkan lanskap tersebut tidak termasuk ke dalam kedua kriteria dan nilai yang lebih besar menunjukkan penilaian yang lebih tinggi terhadap kriteria tersebut. Detail kuesioner dapat dilihat pada lampiran .

Analisis Data. Pada tahap ini dilakukan pengolahan dan analisis data kuisioner responden. Pada bagian pertama, data identitas responden ditabulasikan dalam satuan persen untuk mengetahui keragamannya. Pada bagian kedua, kualitas estetika dan ekologi lanskap diketahui dengan melakukan pengolahan data persepsi responden dan pembobotan seperti contoh :

Skor Nilai :

Panas Dingin

Kering Basah

Bobot Nilai :

Skor penilaian diberi bobot nilai 1- 9 dari kiri ke kanan dan dihitung nilai rataan yang diberikan responden untuk tiap kriteria. Rataan bobot nilai yang diperoleh akan diplotkan sehingga persepsi berupa kata sifat yang dapat menggambarkan karakter visual estetika dan ekologi lanskap dapat diketahui. Hasil rataan penilaian diperoleh dengan menggunakan analisa t-student dengan tingkat kepercayaan 95 %. Selanjutnya nilai rataan masing-masing lanskap tersebut akan digunakan untuk menganalisa kriteria-kriteria mana saja yang termasuk ke dalam faktor estetika dan ekologi dengan menggunakan analisis faktor sehingga dapat diketahui persepsi responden menilai lanskap yang memiliki keindahan tinggi, sedang dan rendah.

4 3 2 1 0 1 2 3 4 X

X

(13)

Penilaian SD di lapangan

Penelitian kualitas ecological aesthetics slide terseleksi, merupakan penelitian persepsi melalui penilaian foto lanskap dengan menggunakan metode Semantic Differential (SD) dengan menampilkan slide terseleksi yang telah dinilai oleh responden yang sama pada penilaian SBE slide terseleksi. Responden akan menilai dengan mengisi kuesioner Semantic Differential. Penilaian didasarkan pada pasanga kosa kata adjektif yang saling berlawanan (bipolar adjective), 5 pasang mewakili kualitas estetik dan 7 pasang yang mewakili ekologis. Masing-masing pasangan kosa kata atau kriteria diberi skala sembilan (Gunawan dan Yoshida, 1994). Sebagian kriteria tersebut diambil dari studi Gunawan dan Yoshida (1994) dan Kasmar (1988). Responden diminta untuk menilai masing-masing lanskap dengan menyilang skala yang disediakan untuk setiap kriteria. Skor penilaian diberi bobot nilai 1- 9 dari kiri ke kanan dan dihitung nilai rataan yang diberikan responden untuk tiap kriteria.

Penelitian kualitas estetik dan kualitas ekologi di lapangan, merupakan penelitian yang sama dengan penelitian slide terseleksi, hanya pengisian kuestioner dilakukan di lapangan dengan responden aparat pemerintah Kota Depok.

Tahap ketiga dari penelitian ini adalah penelitian persepsi melalui penilaian foto lanskap dengan menggunakan metode Semantic Differential (SD) seperti pada tahap penelitian slide teraseleksi. Metode SD merupakan metode penilaian dengan menggunakan sifat saling berlawanan (adjective bipolar) sebagai dasar penilaian. Tahap ini meliputi menampilkan slide terpilih pada penelitian sebelumnya yang akan dinilai oleh responden yang sama pada penilaian SBE akhir dengan penilaian di lapangan. Tahap penelitian persepsi ini dijabarkan sebagai berikut :

Penilaian lokasi. Setelah dilakukan penilaian slide foto pada penilaian SBE di lokasi selanjutnya akan dinilai oleh responden dengan kuesioner Semantic Differential. Dalam presentasi ini alat dan bahan yang digunakan adalah : (a) lembar kuesioner, (b) alat tulis.

Bentuk Kuesioner. Kuesioner terdiri dari dua bagian. Pada bagian pertama, merupakan data identitas responden berupa jenis kelamin dan usia. Pada bagian

(14)

X X

kedua merupakan pertanyaan inti. Responden diminta untuk menilai tipe lanskap kecamatan Beji, Depok dari kualitas dan estetika kualitas ekologisnya. Penilaian didasarkan pada pasangan kosa kata adjektif yang saling berlawanan (bipolar adjective) yang mewakili kualitas estetika dan ekologi dari penelitian II. Masing-masing pasangan kosa kata atau kriteria diberi skala sembilan (Gunawan dan Yoshida, 1994). Sebagian kriteria tersebut diambil dari studi Gunawan dan Yoshida (1994) dan Kasmar (1988). Semua kriteria disusun secara acak dengan mengubah nilai dari kiri ke kanan ataupun dari kanan ke kiri untuk menghilangkan keteraturan. Responden diminta untuk menilai masing-masing lanskap dengan menyilang skala yang disediakan untuk setiap kriteria. Contoh penilaian adalah sebagai berikut:

Panas 4 3 2 1 0 1 2 3 4 Dingin Kering 4 3 2 1 0 1 2 3 4 Basah

Nilai 0 menunjukkan lanskap tersebut tidak termasuk ke dalam kedua kriteria dan nilai yang lebih besar menunjukkan penilaian yang lebih tinggi terhadap kriteria tersebut. Detail kuesioner dapat dilihat pada lampiran .

Analisis Data. Pada tahap ini dilakukan pengolahan dan analisis data kuisioner responden. Pada bagian pertama, data identitas responden ditabulasikan dalam satuan persen untuk mengetahui keragamannya. Pada bagian kedua, kualitas estetika dan ekologi lanskap diketahui dengan melakukan pengolahan data persepsi responden dan pembobotan seperti contoh :

Skor Nilai :

Panas Dingin

Kering Basah

Bobot Nilai :

Skor penilaian diberi bobot nilai 1- 9 dari kiri ke kanan dan dihitung nilai rataan yang diberikan responden untuk tiap kriteria. Rataan bobot nilai yang diperoleh akan diplotkan sehingga persepsi berupa kata sifat yang dapat menggambarkan karakter visual estetika dan ekologi lanskap dapat diketahui.

4 3 2 1 0 1 2 3 4 X

X

(15)

Hasil rataan penilaian diperoleh dengan menggunakan analisa t-student dengan tingkat kepercayaan 95 %. Selanjutnya nilai rataan masing-masing lanskap tersebut akan digunakan untuk menganalisa kriteria-kriteria mana saja yang termasuk ke dalam faktor estetika dan ekologi dengan menggunakan analisis faktor sehingga dapat diketahui persepsi responden menilai lanskap yang memiliki keindahan tinggi, sedang dan rendah.

Analisis Korelasi Penganalisaan terdiri dari :

1. Korelasi Pearson, untuk melihat korelasi antara kualitas estetika dari hasil penilaian SBE penelitian awal, ruangan serta lapangan dengan kualitas ekologis hasil pengujian kualitas lingkungan

2. T Test, untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan antara hasil penilaian kualitas estetika dan ekologis di ruangan dan di lapangan.

Korelasi antara Kualitas Estetika dan Ekologis

Analisis korelasi ini dilakukan secara deskriptif kualitatif dengan menggunakan analisis korelasi Pearson yang dapat mengukur hubungan dua variabel yang bersifat linier dimana data bentuk kualitatif terdistribusi normal. Hasil analisis menunjukkan pengaruh satu variabel terhadap variabel yang lain baik yang bersifat positif maupun negatif. Jika korelasinya bersifat positif, maka peningkatan suatu variabel akan menyebabkan kenaikan variabel yang lainnya. Sedangkan korelasi negatif menunjukkan bahwa peningkatan suatu variabel akan menyebabkan penurunan variabel yang lain. Dan bila korelasi bernilai 0 maka tidak ada hubungan linier antara variabel yang satu dengan variabel lainnya.

Korelasi antara kualitas esteik dengan kualitas ekologis ini akan dilihat melalui korelasi antara kualitas estetik dengan kualitas udara, kualitas estetik dengan suhu dan kelembaban, dan kualitas estetik dengan kebisingan.

Interpretasi nilai korelasi (nilai r) yang dihasilkan dapat dikelompokkan dengan eratnya hubungan atau derajat asosiasi kedua variabel sebagai berikut : r = 0.7 - 1 (baik + maupun -) maka derajat asosiasi tinggi

r = 0.4 - <0.7 (baik + maupun -) maka derajat asosiasi cukup substansial r = 0.2 - < 0.4 (baik + maupun -) maka derajat asosiasi rendah

(16)

r = <0.2 (baik + maupun -) maka derajat asosiasi sangat rendah atau tidak ada korelasi.

Korelasi Hasil Penilaian SBE di Ruangan

Untuk mengetahui pengaruh parameter-parameter kualitas ekologi terhadap nilai SBE atau keindahan pemandangan suatu lanskap maka dilakukan analisis korelasi. Hasil perhitungan ini dapat menunjukkan pengaruh peningkatan tiap parameter ekologi terhadap nilai keindahannya. Dengan memasukkan variabel y adalah nilai SBE dan variabel x adalah parameter-parameter kualitas ekologi (x1 =

HC, x2 = Debu, x3 = CO, x4 = NO2, x5 = Kebisingan, x6 = Suhu, x7 = RH) maka

dianalisis dengan menggunakan program SPSS 12 pada Windows dan analisis korelasi yang digunakan adalah analisis korelasi pearson.

Hasil analisis korelasi ditampilkan dalam bentuk tabel dan grafik. Sebaran titik pada grafik dapat memperlihatkan kecenderungan hubungan linier kedua variabel, baik positif, negatif atau nol antara kualitas estetika dengan kualitas udara (HC, Debu, CO, NO2), kualitas estetika dengan suhu, kualitas estetika

dengan kelembaban, dan kualitas estetika dengan kebisingan.

Analisis korelasi ini dilakukan secara deskriptif kualitatif. Hasil analisis menunjukkan pengaruh satu variabel terhadap variabel yang lain baik yang bersifat positif maupun negatif. Jika nilai korelasinya bersifat positif, maka peningkatan suatu variabel akan menyebabkan kenaikan variabel yang lainnya dan demikian pula sebaliknya jika nilai korelasinya negatif. Bila korelasi bernilai nol maka tidak ada hubungan linier antara variabel yang satu dengan variabel lainnya. Korelasi antara kualitas estetika dan kualitas ekologi ini didasari asumsi bahwa kualitas estetika yang tinggi akan diikuti dengan kualitas ekologi yang tinggi pula.

Korelasi Hasil Penilaian SBE di Lapangan

Untuk mengetahui pengaruh parameter-parameter kualitas ekologi terhadap nilai SBE atau keindahan pemandangan suatu lanskap maka dilakukan analisis korelasi. Hasil perhitungan ini dapat menunjukkan pengaruh peningkatan tiap parameter ekologi terhadap nilai keindahannya. Dengan memasukkan variabel y adalah nilai SBE dan variabel x adalah parameter-parameter kualitas ekologi (x1 =

(17)

HC, x2 = Debu, x3 = CO, x4 = NO2, x5 = Kebisingan, x6 = Suhu, x7 = RH) maka

dianalisis dengan menggunakan program SPSS 12 pada Windows dan analisis korelasi yang digunakan adalah analisis korelasi pearson.

Hasil analisis korelasi ditampilkan dalam bentuk tabel dan grafik. Sebaran titik pada grafik dapat memperlihatkan kecenderungan hubungan linier kedua variabel, baik positif, negatif atau nol antara kualitas estetika dengan kualitas udara (HC, Debu, CO, NO2), kualitas estetika dengan suhu, kualitas estetika

dengan kelembaban, dan kualitas estetika dengan kebisingan.

Analisis korelasi ini dilakukan secara deskriptif kualitatif. Hasil analisis menunjukkan pengaruh satu variabel terhadap variabel yang lain baik yang bersifat positif maupun negatif. Jika nilai korelasinya bersifat positif, maka peningkatan suatu variabel akan menyebabkan kenaikan variabel yang lainnya dan demikian pula sebaliknya jika nilai korelasinya negatif. Bila korelasi bernilai nol maka tidak ada hubungan linier antara variabel yang satu dengan variabel lainnya. Korelasi antara kualitas estetika dan kualitas ekologi ini didasari asumsi bahwa kualitas estetika yang tinggi akan diikuti dengan kualitas ekologi yang tinggi pula.

Korelasi Persepsi Kualitas Estetika dan Kualitas Ekologis

Selanjutnya dilakukan pembandingan hasil penelitian persepsi kualitas estetika dan kualitas ekologis slide terseleksi di ruangan dengan penelitian di lapangan, yaitu :

a. Grafik nilai pendugaan keindahan (metode SBE) masing-masing lanskap pada slide keseluruhan dibandingkan dengan penelitian slide terseleksi dan penelitian lapangan. Nilai SBE tiap penelitian dianalisis korelasi serta perbedaannya dengan pengujian beda nyata. Hasil rataan penilaian diperoleh dengan menggunakan analisa t-student dengan tingkat kepercayaan 95 %. b. Grafik preferensi kualitas estetika dan ekologis (metode Semantic Differential)

masing-masing lanskap pada penelitian slide terseleksi dengan penelitian di lapangan dianalisis korelasi serta perbedaannya dengan pengujian beda nyata. Hasil rataan penilaian diperoleh dengan menggunakan analisa t-student dengan tingkat kepercayaan 95 %.

Gambar

Gambar 7.  Peta Lokasi Penelitian  Kecamatan Beji
Gambar 8. Bagan Alir Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Pit 3 Timur merupakan salah satu pit yang berada di Wilayah Tambang Banko Barat.Sistem penyaliran yang di gunakan pada lokasi penambangan Pit 3 Timur Banko Barat saat ini

I cannot tell you how many articles I have read and how many news clips I have watched about the benefits of a low-carb eating plan.. Frankly, I’m a little tired of hearing all

Anak usia 4 tahun seharusnya berada pada tingkat pencapaian perkembangan tertentu yaitu mengenal benda berdasarkan fungsi, menggunakan benda-benda sebagai permainan

[r]

Arfa'i

Mengukur tingkat signifikansi dari pengaruh brand ambassador Raffi Ahmad yang terdiri dari indikator visibility, credibility, attraction dan power secara simultan

Dengan adanya kinerja Perusahaan dapat Mengurangi Kecurangan yang dimiliki oleh Kepemilikan Perusahan terhadap nilai Perusahaan maka akan menggambarkan kondisi yang

Menurut Puruhito (1995), cuci tangan akan memberikan keuntungan dapat mengurangi infeksi nosokomial, jumlah kuman yang terbasmi lebih banyak sehingga tangan lebih bersih