• Tidak ada hasil yang ditemukan

WORKSHOP GUIDELINES PENGELOLAAN UPAYA PENANGKAPAN DALAM RANGKA PENGELOLAAN PERIKANAN PUKAT HELA DI ARAFURA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "WORKSHOP GUIDELINES PENGELOLAAN UPAYA PENANGKAPAN DALAM RANGKA PENGELOLAAN PERIKANAN PUKAT HELA DI ARAFURA"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Direktorat Kapal Perikanan dan Alat Penangkap Ikan 1 WORKSHOP GUIDELINES PENGELOLAAN UPAYA PENANGKAPAN DALAM

RANGKA PENGELOLAAN PERIKANAN PUKAT HELA DI ARAFURA

LATAR BELAKANG

1. Merujuk program kerja Direktorat Kapal Perikanan & Alat Penangkapan Ikan tahun anggaran 2014 dalam Surat Pengesahan Daftar Isian Penggunaan Anggaran (SP-DIPA) Satker Direktorat Kapal Perikanan dan Alat Penangkapan Tahun Anggaran 2014 Nomor 032.03.1.453001/2014 tanggal 05 Desember 2013,

2. Strategies for trawl fisheries by-catch management (REBYC-II CTI) bertujuan untuk: (1) mewujudkan keberlanjutan pemanfaatan sumberdaya ikan dan terjaganya kesehatan ekosistem laut, (2) pengurangan by-catch, discards, dan dampak operasional trawl di Arafura terhadap keanekaragaman hayati,

3. Strategi Indonesia dalam Project REBYC-II CTI “Strategies for trawl fisheries by-catch management” yaitu: (1) Menerapkan konsep Mapping, Gear type selection and TAE management (MGT) Scheme dalam manajemen perikanan trawl di Arafura, (2) Merekomendasikan Manajemen Perikanan ADAPTIF (terbuka untuk selalu direvisi sesuai dengan perkembangan),

4. Konsep Total Allowable Effort Management bermanfaat untuk memelihara

keuntungan dari perikanan trawl dalam pemanfaatan (utilized) dan keseimbangan akses sumberdaya (Fairness) diantara semua kegiatan penangkapan yang ada di Perairan Arafura,

5. Workshop bertujuan untuk updating data dan informasi guna penyempurnaan zero

draft “Panduan Pengelolaan Upaya Penangkapan (Total Allowable Effort, TAE) dalam

Rangka Pengelolaan Perikanan Pukat Hela di Arafura”,

6. Manfaat dari pelaksanaan workshop adalah tersusunnya panduan yang berperan sebagai dasar penentuan upaya penangkapan ikan (fishing effort) yang masih memberikan keuntungan (profitability) berkelanjutan bagi setiap unit usaha penangkapan ikan di Arafura dan sesuai dengan daya dukung yang ada.

(2)

Direktorat Kapal Perikanan dan Alat Penangkap Ikan 2 PELAKSANAAN KEGIATAN

7. Workshop dilaksanakan pada hari Rabu – Jum’at tanggal 05 - 07 November 2014 di Hotel New Ayuda Bogor,

8. Nara sumber adalah lembaga dan/atau personal yang berkompeten dan memiliki data dan informasi terkait parameter dan indikator ekonomi yang sangat relevan dengan kegiatan perikanan trawl di perairan Arafura, terdiri dari:

(1). Pusat Penelitian dan Pengelolaan Perikanan dan Konservasi Sumberdaya Ikan (P4KSI) Jakarta

(2). Direktorat Kapal Perikanan dan Alat Penagkap Ikan, DJPT (3). Sekolah Tinggi Perikanan (STP) Jakarta

(4). Balai Besar Penangkapan Ikan (BBPI) Semarang,

9. Peserta terdiri dari Anggota National Working Group (NWG) REBYC-II CTI Indonesia yang merupakan perwakilan institusi terkait kegiatan REBYC-II CTI Indonesia, antara lain:

(1). Pusat Penelitian Pengelolaan Perikanan dan Konservasi Sumber Daya Ikan (P4KSI), Badan Litbang KP;

(2). Direktorat Kapal Perikanan dan Alat Penangkap Ikan; (3). Direktorat Sumberdaya Ikan;

(4). Direktorat Pelabuhan Perikanan;

(5). Balai Besar Pengembangan Penangkapan Ikan (BBPPI) Semarang; (6). Sekolah Tinggi Perikanan (STP) Jakarta;

(7). Universitas Diponegoro (UNDIP) Semarang; (8). Institut Pertanian Bogor (IPB);

(9). World Wildlife Fund (WWF) Indonesia;

(10). Himpunan Pengusaha Penangkapan Udang Indonesia (HPPI);

(11). Asosiasi Pengusaha Non Tuna dan Non Udang Indonesia (ASPINTU)

10.Tim Panitia adalah Dit. Kapal Perikanan dan Alat Penangkap Ikan, Ditjen. Perikanan Tangkap yang bertugas untuk mempersiapkan dan melaksanakan kegiatan workshop sesuai dengan Surat Keputusan Kuasa Pengguna Anggaran Direktorat Kapal Perikanan dan Alat Penangkap Ikan Anggaran 2014 Nomor

(3)

Direktorat Kapal Perikanan dan Alat Penangkap Ikan 3 B.117/KPA.2/TU.110/IX/2014 tentang pembentukan tim panitia workshop guidelines pengelolaan upaya penangkapan dalam rangka pengelolaan perikanan pukat hela di arafura.

MATERI KEGIATAN

11. Workshop dibuka oleh Direktur Kapal Perikanan dan Alat Penangkap Ikan yang sekaligus menyampaikan sambutan dan arahan terkait penyusunan Guidelines Pengelolaan Upaya Penangkapan dalam Rangka Pengelolaan Perikanan Pukat Hela di Arafura, dimana pembuatan Guideline haruslah menjadi suatu produk yang “Applicable” dan memberikan manfaat bagi stake holder terkait;

12. Workshop merupakan bagian dari proyek REBYC-II CTI kerjasama Indonesia dengan FAO. Highlight sejarah REBYC dipaparkan oleh Kasubdit. Rancang Bangun dan Kelaikan Alat Penangkap Ikan, yang meliputi antara lain: Sejarah singkat, Tujuan proyek, Komponen kegiatan, dan Pelaksanaan kegiatan 2013-2014 (baik tingkat nasional maupun regional, kegiatan utama REBYC-II CTI maupun kegiatan pendamping APBN):

(1). Proyek REBYC-II CTI menerapkan MGT Scheme (Mapping habitat, Gear type

selection, TAE management) khusus untuk pengelolaan perikanan pukat hela (trawl) di perairan Arafura,

(2). Penerapan MGT scheme dilakukan secara ‘partisipatoris’ dimana semua unsur stake holder diharapkan dapat berpartisipasi/ sharing data & informasi terkait kegiatan penangkapan ikan di perairan Arafura,

(3). Untuk keseragaman format dan prosedur penyampaian data & informasi dari masing-masing stake holder tersebut, perlu dibuat ‘guideline’ pengelolaan upaya penangkapan ikan dalam rangka pengelolaan perikanan pukat hela di Arafura,

HASIL KEGIATAN

13. Secara umum Panduan Pengelolaan Upaya Penangkapan (Total Allowable Effort, TAE) dalam Rangka Pengelolaan Perikanan Pukat Hela di Arafura (zero draft) meliputi::

(1). Guideline dikembangkan atas dasar partisipasi dan kontribusi dari stake holder yaitu pelaku usaha, lembaga riset, LSM, akademisi, dan proyek lainnya yang tergabung dalam National Working Group REBYC-II CTI Indonesia,

(4)

Direktorat Kapal Perikanan dan Alat Penangkap Ikan 4 (2). Pedoman ini dirancang untuk memberikan panduan dalam penentuan “total

upaya penangkapan yang dibolehkan (total allowable effort, TAE)” kegiatan perikanan trawl di Arafura. Selanjutnya, bagaimana membagi TAE tersebut dan menentukan alokasi “upaya penangkapan (fishing effort)” untuk masing-masing kelompok jenis API yang beroperasi di Arafura,

(3). Panduan mencakup mekanisme pengumpulan data, tabulasi dan pelaporan data, serta metode analisa data yang digunakan untuk penentuan TAE,

14. Panduan disusun dengan memanfaatkan sumber data yang sudah diamanatkan oleh peraturan yang berlaku sehingga diharapkan panduan ini dapat bersifat ‘applicable’. Data sumber sebagaimana tabel berikut:

15. Workshop menghasilkan beberapa rekomendasi yang dapat digunakan dalam penyempurnaan panduan antara lain :

(1). Beberapa referensi utama yang menjadi rujukan dalam penyusunan guideline adalah buku terbitan FAO terkait dengan fishing capacity,

(5)

Direktorat Kapal Perikanan dan Alat Penangkap Ikan 5 (2). Definisi ‘upaya penangkapan’ atau ‘fishing effort’ berdasarkan referensi yang

ada terdapat 4 (empat) perspektif yang berbeda, yaitu: fisheries technologists, fisheries scientists, fisheries managers, fisheries economists,

(3). Keempat perspektif tersebut sebenarnya saling terkait. Hal yang perlu diperhatikan dalam menyepakati ‘definisi’ fishing effort adalah:

 Ketersediaan data dan sekaligus tingkat akurasinya

 Penjabaran dari definisi tersebut nantinya akan menggunakan pendekatan yang paling sederhana dan mudah untuk diaplikasikan

(4). Terdapat 2 (dua) cara/ pendekatan dalam pengukuran atau penentuan (pendugaan) fishing capacity

Input-based

Output-based

16. Hasil dari usulan, saran dan diskusi dari seluruh peserta workshop dapat disimpulkan sebagaimana lampiran 1 yang selanjutnya dimasukkan ke dalam “Zero Draft” PANDUAN PENGELOLAAN UPAYA PENANGKAPAN (TOTAL ALLOWABLE EFFORT, TAE) DALAM RANGKA PENGELOLAAN PERIKANAN PUKAT HELA DI ARAFURA

(6)

Direktorat Kapal Perikanan dan Alat Penangkap Ikan 6 LAMPIRAN 1, HASIL DISKUSI

PANDUAN PENGELOLAAN UPAYA PENANGKAPAN DALAM RANGKA PENGELOLAAN PERIKANAN PUKAT HELA DI ARAFURA

Berdasarkan paparan dari narasumber dan memperhatikan hasil diskusi workshop, dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut:

1. Beberapa referensi utama yang menjadi rujukan dalam penyusunan guideline ini adalah buku terbitan FAO terkait dengan fishing capacity, antara lain:

a. Fisheries management. 3. Managing fishing capacity, FAO Technical Guidelines

for Responsible Fisheries. No. 4, Suppl. 3, Rome, FAO. 2008. 104p.

b. Pascoe, S.; Kirkley, J.E.; Greboval, D.; Morrison-Paul, C.J. Measuring and assessing capacity in fisheries. 2. Issues and methods. FAO Fisheries Technical

Paper. No. 433/2. Rome, FAO. 2003. 130 p.

c. Ward, J.M.; Kirkley, J.E.; Metzner, R.; Pascoe, S. Measuring and assessing capacity in fisheries. 1. Basic concepts and management options. FAO Fisheries

Technical Paper. No. 433/1. Rome, FAO. 2004. 40p.

d. FAO. International Plan of Action for reducing incidental catch of seabirds in longline fisheries. International Plan of Action for the conservation and management of sharks. International Plan of Action for the management of fishing capacity. Rome, FAO. 1999. 26p.

2. Definisi ‘upaya penangkapan’ atau ‘fishing effort’ berdasarkan referensi yang ada, terdapat 4 (empat) perspektif yang berbeda, yaitu:

a. fisheries technologists: kemampuan teknis 1 (satu) untuk kapal melakukan kegiatan penangkapan, baik jumlah hari melaut (fishing days) maupun jumlah tangkapan yang dihasilkan

b. fisheries scientists: upaya penangkapan ‘fishing effort’, dan kematian yang ditimbulkan akibat kegiatan penangkapan ‘fishing mortality’ (perbandingan jumlah ikan yang ditangkap dengan stok yang tersedia). Secara teori, ‘effort’ adalah semua ‘input’ yang digunakan untuk suatu proses penangkapan.

c. fisheries managers: jumlah armada yang beroperasi pada suatu kegiatan perikanan tertentu di suatu perairan. Hal ini dapat terlihat terutama pada perikanan yang menggunakan ‘input controls’ dimana ukuran kapal & tingkat ‘effort’ adalah variable kontrol utama.

(7)

Direktorat Kapal Perikanan dan Alat Penangkap Ikan 7 d. fisheries economists: besarnya output yang dapat dihasilkan apabila kapal

perikanan beroperasi pada tingkat keuntungan maksimal (cara pandang output) Keempat perspektif tersebut sebenarnya saling terkait. Hal yang perlu diperhatikan dalam menyepakati ‘definisi’ fishing effort adalah:

(1) Ketersediaan data dan sekaligus tingkat akurasinya

(2) Penjabaran dari definisi tersebut nantinya akan menggunakan pendekatan yang paling sederhana dan mudah untuk diaplikasikan

3. Terdapat 2 (dua) cara/ pendekatan dalam pengukuran atau penentuan (pendugaan) fishing capacity

a. Input-based  jumlah effort

Jenis data dan parameter untuk pendugaan fishing capacity berdasarkan input-based terdiri dari:

(1) fix input  inputan yang tetap/tidak berubah - SIPI  GT, ukuran kapal, ukuran API

- Surat Persetujuan Berlayar  GT, ukuran kapal, ukuran API, kekuatan mesin (2) variabel input

- SPB  bahan bakar, jml ABK

- log book  jml setting, hari operasi, jml ABK, yang beroperasi di arafura (3) Variable output

- Log book  Produksi (hasil tangkapan)

- Laporan Inspeksi pembongkaran ikan  Jenis dan jumlah hasil tangkapan - HPI  Harga Ikan lokal kualitas ekspor dari KEMENDAG

(8)

Direktorat Kapal Perikanan dan Alat Penangkap Ikan 8 LAMPIRAN 2, DOKUMENTASI

WORKSHOP PENGELOLAAN UPAYA PENANGKAPAN (TOTAL ALLOWABLE EFFORT, TAE) DALAM RANGKA PENGELOLAAN

PERIKANAN PUKAT HELA DI ARAFURA

(9)

Direktorat Kapal Perikanan dan Alat Penangkap Ikan 9 Gbr 2. Diskusi

(10)

Direktorat Kapal Perikanan dan Alat Penangkap Ikan 10 Gbr 3. Diskusi tanya jawab

Referensi

Dokumen terkait

Nautilus, seperti gambar diatas ini berenang di salah satu perairan di Palau, Mikronesia, nautiluses pertama kali muncul selama periode Permian dan

menjadi asam lemak dan gliserol di dalam sel lemak • pelepasan asam lemak dari sel lemak, ditransport ke jaringan-jaringan yang memerlukan energi... AKTIVASI

Aimi (2009) membuat nanokasein dengan penambahan bahan aktif kecuali propolis menghasilkan nanopartikel sekitar 60 nm hingga 400 nm dengan cara pengadukan menggunakan

Data yang digunakan berasal dari catatan medik pasien dan data yang dipakai merupakan data primer yang didapat dari bagian Catatan Medik RSUP dr. 4.8 Pengolahan dan

Etrrelrature is still higher than 200 0C; economicatty, the stove is very cheap; while stironmentally, the stove caused impact on the local deforestation- This

Rini Hayati & Saiful Indra: Hubungan Marah dan Perilaku Agresir Pada… │ 72 agresif pada remaja, artinya jika marah tinggi maka perilaku agresif pada. remaja akan tinggi, dan

Pa' Jana Nunukan , dimana perusahaan saudara termasuk telah dinyatakan lulus evaluasi administrasi, teknis dan harga, maka dengan ini kami mengundang saudara untuk hadir

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh perlakuan teknik bleeding, penggunaan media pendingin dan interaksi antar perlakuan terhadap mutu fillet ikan kakap putih,