• Tidak ada hasil yang ditemukan

SISTEM PENDUKUNG PENGAMBILAN KEPUTUSAN PEMBERIAN SERTIFIKASI MAKANAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "SISTEM PENDUKUNG PENGAMBILAN KEPUTUSAN PEMBERIAN SERTIFIKASI MAKANAN"

Copied!
129
0
0

Teks penuh

(1)

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Komputer

Program Studi Ilmu Komputer

Disusun Oleh : Hali Wimbaka

043124037

PROGRAM STUDI ILMU KOMPUTER

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2008

(2)

FINAL PROJECT

Presented as Partial Fullfilment of the Requirements To Obtain Sarjana Sains Degree

Computer Science Study Program

By : Hali Wimbaka

043124037

COMPUTER SCIENCE STUDY PROGRAM

FACULTY OF SAINS AND TECHNOLOGY

SANATA DHARMA UNIVERSITY

YOGYAKARTA

2008

(3)
(4)
(5)

manakala kita kehilangan hati, Kita akan menemukan keberanian yang hilang itu dalam terang-Nya. ”

(Phil Bosmans)

”Yesterday is a history, tomorrow is a mistery, but today is a gift”

(Kungfu Panda)

Karya ini aku persembahkan kepada :

Juru Selamat dan pelindungku Yesus Kristus yang selalu berkarya dalam hidupku. Almarhum Ayah yang telah dipanggil menghadap Tuhan beberapa tahun yang lalu yang dengan pengorbanan dan jasa-jasanya telah mengantarku ke kehidupan

saat ini.

Ibu tercinta yang dengan sabar dan setia telah mendampingi perjuangan putera-puteranya hingga waktu yang tak terbatas.

Kedua kakakku yang telah memberikan banyak bimbingan, dorongan dan nasehat-nasehat.

(6)

memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan atau daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 9 Oktober 2008

Penulis,

Hali Wimbaka

(7)

PEMBERIAN SERTIFIKASI MAKANAN

Salah satu tugas Dinas Kesehatan Yogyakarta adalah memberikan ijin atau sertifikasi makanan, khususnya makanan lokal atau industri rumah tangga. Namun sistem yang digunakan masih manual, oleh karena itu penulis mengkomputerisasikan sistem yang ada dengan harapan mempermudah dan mempercepat proses pengambilan keputusan.

Sistem ini memberikan penilaian terhadap unsur kriteria, selanjutnya dari unsur kriteria tersebut dicari nilai rata berdasarkan kriteria. Setiap nilai rata-rata tersebut akan diproses lagi untuk menentukan nilai akhir berdasarkan status kriteria (kriteria utama dan non utama). Sistem Pendukung Pengambilan Keputusan ini dikembangkan menggunakan metode waterfall yang memiliki beberapa tahapan pengembangan, yaitu : perencanaan, analisis, perancangan, implementasi, dan testing. Sistem ini dibangun menggunakan alat bantu Visual Basic. Net dan menggunakan database SQL Server 2005 Express.

Dengan adanya sistem ini diharapkan dapat membantu mempermudah dan mempercepat Dinas Kesehatan dalam mengambil keputusan memberikan sertifikasi makanan.

(8)

CERTIFICATION

One of task of Healthy Department in Yogyakarta is giving permission or food certification, especially local foods or home industry. However, system which is used is still manual so the writer computerizes the existing system that supposed to ease and accelerate the process of taking decision.

This system evaluated criteria substance. Then, the criteria substance was looked for average value based on criteria. Each of that average value will be proceed for taking final value based on criteria status (primary criteria and non primary criteria). This decision support system is developed using waterfall method which have some development steps, they are: planning, analyzing, constructing, implementing, and testing. This system is constructed using Visual Basic.Net and using SQL Server 2005 Express database.

By using this system hopefully the healthy department could take decision to give food certification more easier and faster.

(9)
(10)

berkat, dan karunia yang diberikan-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

Skripsi ini ditulis untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana sains Fakultas Sains dan Teknologi, Program Studi Ilmu Komputer Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Dalam penyusunan skripsi ini banyak sekali pihak yang telah mendukung dan membantu penulis, baik dengan sumbangan doa, pikiran, semangat, ataupun tenaga. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Romo Ir. Greg. Heliarko S.J., S.S, B.S.T., M.A., M.Sc., selaku dekan Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Sanata Dharma.

2. Ibu P.H Prima Rosa, S.Si, M.Sc., selaku Kepala Program Studi Ilmu Komputer.

3. Bpk. Eko Hari Parmadi, S.Si., M.Kom., selaku dosen pembimbing skripsi dan akademik yang telah membimbing dengan tulus. Terima kasih atas waktu, masukkan, dan kesabarannya membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Bpk Joko Nugroho, S.Si., yang telah bersedia untuk menjadi dosen penguji. 5. Ibu Rita Widiarti, S.Si, M.Kom., yang telah bersedia untuk menjadi dosen

penguji.

(11)

8. Mas Susilo selaku lobaran Ikom. Mas cara ganti name bot-nya gimana? 9. Bapak Marsono dan keluarga atas bantuannya.

10.Ibu Radjilah, mas Hudi, mas Bambang, dan mbak Emil atas doa dan dukungan yang luar biasa.

11.Pakde dan mbokde Mitro, Pakde Sarjo dan mbokde Yem, Pakde Min dan bude, Bulek Rumi, kang Sutris, mbak Etik, yu Warni, kang Wardi, kang Yanto, mbak Sulis, mas Heri, mbak Yuli, mbak Menuk, mbak Asih, Derta, Didit atas dukungannya.

12. Teman sekaligus sahabatku Joe (wawan), atas dukungan-dukungannya. 13.Yulius Dwi Haryanto, S.Si., atas bimbingan, kritik, dan saran-sarannya.

14.Yoo dan Debby, atas bantuan dan saran-sarannya ketika penulis sedang buntu, kalian memang pasangan serasi.

15.Teman-teman kuliah : Beni Damian, Beni Aji, Kornel, Wisnu, Henry, Thomas, Seto, Willy, Bli Adi, Adit, Steven, Agung, Trivo, Eka, Madya, Monik, Novia, Mia, Pakde Ndari, Elin, Dewi, Tina, Gita, Fitria, Arum, Amel, Desi, Wahyu, Sujad, Gondez ’03, bang Gur ’03, Puguh ’03, Lilik ’03, Teguh ’03, Wiwith ’03, Titus ’02, Seto ’Mat 05, Dedy ’Mat 05, dan juga teman-teman ikom yang belum sempat penulis sebutkan satu per satu, terima kasih atas dukungan semangat dan kebersamaannya.

(12)

17.Teman-teman Mudika : Triyatno, Ratno, Narji, Sarwanto, Ari, Didik, Dodok, Yoyok, Jokek, Tret, Marsilah, Yatmi, Sole, Gembong atas kebersamaannya. 18.Komunitas Radio Suaka 107,9 FM : Pak Bos, Pak Latief, Pak Tijan, Pak

Dedeng, Pak Beni, Pak Sugiyat, Pak Klungsu, Kenthur, Menik, Doni, Gembong atas kebersamaannya.

19.Komunitas Lapangan : Wandi, Nanang, Suhar, Trublue, Pri, Warno, Eto, Yono, Mak Bejil, Dodo atas kebersamaannya.

20.Semua teman dan sahabat yang belum sempat penulis sebutkan satu per satu, terima kasih atas doa dan dukungannya.

Semoga Tuhan Yang Maha Esa melimpahkan rahmatnya atas segala budi baik yang telah mereka berikan kepada penyusun.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini, akan tetapi penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca pada umumnya.

Yogyakarta, 9 Oktober 2008

Penyusun

(13)

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

HALAMAN PENGESAHAN... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS ... vi

ABSTRAK ... vii

HALAMAN KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI... xii

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR TABEL... xix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 2

C. Batasan Masalah ... 2

D. Tujuan Penelitian ... 2

E. Manfaat Penelitian ... 3

F. Metodologi Penelitian ... 3

G. Sistematika Penulisan Skripsi ... 4

BAB II LANDASAN TEORI ... 6

(14)

B. Sistem Pendukung Pengambilan Keputusan ... 7

1. Pengertian ... 7

2. Tahapan Pengambilan Keputusan ... 8

3. Tujuan Sistem Pendukung Pengambilan Keputusan ... 8

4. Karakteristik dan Kemampuan SPPK ... 8

5. Keunggulan Sistem Pendukung Pengambilan Keputusan ... 10

6. Komponen Sistem Pendukung Pengambilan Keputusan ... 11

C. Sertifikasi Produksi Makanan ... 16

1. Dasar Hukum ... 17

2. Tata Cara Penyelenggaraan Sertifikasi Produksi Pangan Industri Rumah Tangga ... 18

a. Pengajuan Permohonan ... 18

b. Penyelenggaraan dan Pelaksanaan Penyuluhan Keamanan Pangan ... 19

c. Pemeriksaan Sarana Produksi ... 21

d. Sertifikasi Produksi Pangan Industri Rumah Tangga ... 22

3. Cara Produksi Pangan yang baik untuk Industri Rumah Tangga .. 27

a. Lingkungan Produksi ... 27

b. Bangunan dan Fasilitas Industri Rumah Tangga ... 28

c. Peralatan Produksi ... 31

(15)

g. Kesehatan dan Higiene Karyawan ... 35

h. Pengendalian Proses ... 36

i. Label Pangan ... 38

j. Penyimpanan ... 38

k. Penanggung Jawab ... 40

l. Penarikan Produk ... 40

m. Pencatatan dan Dokumentasi ... 41

n. Pelatihan Karyawan ... 42

D. Visual Basic. Net ... 42

E. SQL Server 2005 Express... 43

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM ... 44

A. Tahap Perencanaan ... 44

B. Analisis ... 45

C. Perancangan ... 46

a. Desain Model ... 47

b. Desain Basisdata ... 55

1. Perancangan ERD atau Diagram Relasi ... 55

2. Perancangan Basisdata ... 56

3. Perancangan Kamus Data ... 58

(16)

2. Desain Output ... 70

d. Algoritma Program ... 71

BAB IV IMPLEMENTASI ... 72

A. Implementasi Basis Data ... 72

B. Implementasi Antarmuka Pengguna ... 75

C. Implementas Proses ... 87

D. Evaluasi Pengguna ... 96

BAB V PENUTUP... 101

A. Kesimpulan ... 101

B. Saran ... 101

DAFTAR PUSTAKA ... 103

LAMPIRAN... 105

(17)

Gambar 3.2 DAD level 1 (Pengelola) ... 47

Gambar 3.3 DAD level 1 (Operator)... 48

Gambar 3.4 DAD level 2 Pecahan dari Proses update data (Pengelola)... 49

Gambar 3.5 DAD level 2 Pecahan dari Proses update data (Operator) ... 50

Gambar 3.6 DAD level 2 Pecahan dari Proses Pengolahan jawaban (Pengelola dan Operator) ... 51

Gambar 3.7 DAD level 3 Pecahan dari Proses update perusahaan (Pengelola) ... 52

Gambar 3.8 DAD level 3 Pecahan dari Proses update pangan (Pengelola)... 52

Gambar 3.9 DAD level 3 Pecahan dari Proses update kriteria (Pengelola)... 53

Gambar 3.10 DAD level 3 Pecahan dari Proses update unsur kriteria (Pengelola) ... 53

Gambar 3.11 DAD level 3 Pecahan dari Proses update pemeriksa (Pengelola) ... 53

Gambar 3.12 DAD level 3 Pecahan dari Proses update pengguna (Pengelola )... 54

Gambar 3.13 DAD level 3 Pecahan dari Proses update produk (Pengelola) ... 54

Gambar 3.14 DAD level 3 Pecahan dari Proses update produk (Operator)... 54

Gambar 3.15 DAD level 3 Pecahan dari Proses update perusahaan (Operator)... 55

Gambar 3.16 Diagram Relasi Data ... 56

Gambar 3.17 Tampilan Input Data Perusahaan ... 67

Gambar 3.18 Tampilan Input Data Unsur Kriteria ... 68

(18)

Gambar 3.22 Tampilan Input Pemeriksa ... 69

Gambar 3.23 Tampilan Input Pengaturan Nilai ... 70

Gambar 3.24 Tampilan Input Data Produk ... 70

Gambar 3.25 Tampilan Output Hasil Pengujian ... 70

Gambar 3.26 Tampilan Output Laporan Hasil Pengolahan ... 71

Gambar 3.27 Algoritma jalannya program ... 71

Gambar 4.1 Tampilan Login ... 75

Gambar 4.2 Tampilan Utama... 76

Gambar 4.3 Tampilan Data Kriteria... 77

Gambar 4.4 Tampilan Data Unsur Kriteria... 78

Gambar 4.5 Tampilan Data Pangan ... 79

Gambar 4.6 Tampilan Data Pemeriksa ... 79

Gambar 4.7 Tampilan Data Perusahaan... 80

Gambar 4.8 Tampilan Pengaturan Nilai... 81

Gambar 4.9 Tampilan Input Data Produk ... 81

Gambar 4.10 Tampilan Pengolahan Data ... 82

Gambar 4.11 Tampilan Data Hasil Pengujian... 83

Gambar 4.12 Tampilan Data Hasil Penilaian... 84

Gambar 4.13 Tampilan Laporan Hasil Pengolahan ... 85

Gambar 4.14 Tampilan Laporan Hasil Pengolahan ... 86

(19)
(20)

Tabel 3.1 Perusahaan ... 56

Tabel 3.2 Produk ... 57

Tabel 3.3 Pangan... 57

Tabel 3.4 Pemeriksa ... 57

Tabel 3.5 Kriteria ... 57

Tabel 3.6 Unsur Kriteria ... 57

Tabel 3.7 Uji ... 57

Tabel 3.8 Pengaturan Nilai... 58

Tabel 3.9 Nilai... 61

Tabel 3.10 Lingkungan Produksi ... 61

Tabel 3.11 Bangunan dan Fasilitas ... 61

Tabel 3.12 Peralatan Produksi... 62

Tabel 3.13 Suplai Air ... 62

Tabel 3.14 Fasilitas, Kegiatan Higiene dan Sanitasi... 62

Tabel 3.15 Pengendalian Hama... 63

Tabel 3.16 Kesehatan dan Higiene Karyawan ... 63

Tabel 3.17 Pengendalian Proses... 63

Tabel 3.18 Label Pangan... 64

Tabel 3.19 Penyimpanan... 64

Tabel 3.20 Manajemen Pengawasan ... 64

(21)

Tabel 3.24 Penilaian Akhir ... 66

Tabel 4.1 Kriteria ... 73

Tabel 4.2 Unsur Kriteria ... 73

Tabel 4.3 Pangan... 73

Tabel 4.4 Pemeriksa ... 73

Tabel 4.5 Perusahaan ... 74

Tabel 4.6 Produk ... 74

Tabel 4.7 Uji ... 74

Tabel 4.8 Pengaturan Nilai... 74

Tabel 4.9 Pernyataan I... 98

Tabel 4.10 Pernyataan II ... 98

Tabel 4.11 Pernyataan III... 99

Tabel 4.12 Pernyataan IV... 99

Tabel 4.13 Pernyataan V ... 100

(22)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Pada dasarnya pengambilan keputusan merupakan suatu proses memilih dari berbagai alternatif pilihan yang ada untuk mencapai tujuan yang dimaksud. Pembuat keputusan sering kali dihadapkan pada berbagai macam kerumitan untuk memilih salah satu di antara banyak alternatif pilihan yang ada. Misalnya kesulitan dalam memberikan sertifikasi makanan. Makanan yang sudah terdaftar pada Dinas Kesehatan maupun BPOM harus memiliki nomor sertifikasi yang sah. Nomor sertifikasi makanan tersebut digunakan sebagai tanda atau jaminan dari pemerintah bahwa makanan tersebut aman dan layak untuk dikonsumsi oleh masyarakat. Terbatasnya informasi-informasi mengenai sertifikasi tersebut seringkali membuat sebagian masyarakat ragu apakah produk makanan tersebut layak dan aman untuk dikonsumsi atau tidak.

Beberapa masalah yang sering dihadapi oleh dinas kesehatan dalam mengambil keputusan untuk pemberian sertifikasi makanan diantaranya; kurang cepatnya proses pengambilan keputusan dalam memberikan sertifikasi makanan, kurang tersedianya fasilitas yang digunakan untuk mendokumentasikan proses pemberian sertifikasi makanan tersebut.

(23)

Maka untuk menangani masalah yang terdapat dalam Dinas Kesehatan dibuat suatu sistem yang dapat mendukung dalam mengambil suatu keputusan pada saat akan memberikan sertifikasi makanan. Tanpa sistem tersebut maka akan sulit dan membutuhkan waktu yang lebih untuk menentukan solusi dan alternatif pilihan yang baik dan berkualitas.

1.2Rumusan Masalah

Bagaimana membuat sebuah sistem yang dapat membantu dinas kesehatan dalam mengeluarkan atau memberikan sertifikasi makanan ?

1.3 Batasan Masalah

a. Sistem yang akan dibuat hanya akan digunakan oleh Dinas Kesehatan. b. Sistem yang akan dibuat hanya digunakan untuk sertifikasi makanan -

makanan lokal.

c. Sistem yang dibuat hanya akan membahas sampai pada tahapan testing, tidak mencakup tahapan perawatan.

1.4Tujuan Penelitian

Tujuan dari penulisan ini adalah membuat sebuah sistem yang dapat membantu kinerja dari departeman kesehatan dalam menentukan kelayakan suatu perusahaan kecil atau industri rumah tangga dalam memproduksi suatu makanan untuk memperoleh sertifikasi atas produk makanan yang dihasilkan, berdasarkan beberapa kriteria yang ada

(24)

sehingga sertifikasi makanan dapat dilakukan secara cepat, tepat, dan berkualitas.

1.5Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah

1. Mempercepat suatu proses pengambilan keputusan dalam memberikan atau mengeluarkan sertifikasi suatu produk makanan, tanpa mengurangi ketepatan dan kualitas dari keputusan tersebut.

2. Proses pengurusan sertifikasi makanan menjadi lebih cepat.

3. Mempermudah pengambil keputusan dalam menentukan ijin sertifikasi makanan.

1.6Metode Penelitian

Metode penelitian yang penulis gunakan adalah langkah-langkah dalam mengembangkan sebuah Sistem Pendukung Pengambilan Keputusan, adalah

a. Perencanaan

Pada tahap ini yang akan dilakukan adalah menemukan masalah dan mengumpulkan informasi-informasi dari berbagai sumber, dan mengidentifikasi masalah-masalah tersebut.

b. Analisis

Pada tahap ini dilakukan analisis terhadap masalah-masalah yang ada dan menentukan pendekatan yang terbaik yang sesuai

(25)

dengan kebutuhan serta menjawab pertanyaan apa yang harus dikerjakan.

c. Perancangan

Tahap ini merancang bagaimana SPPK akan dibuat berdasarkan atas analisa yang telah diperoleh.

d. Implementasi

Pada tahap ini berisi penulisan program yang merupakan implementasi teknis dari perancangan.

e. Testing

Pada tahap ini berfungsi untuk menguji aplikasi yang telah dibuat, apakah sesuai dengan yang diharapkan atau tidak.

1.7Sistematika Penulisan

Tahapan dalam penulisan ini terbagi dalam beberapa bagian, yaitu : BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisi mengenai latar belakang, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II LANDASAN TEORI

Bab ini membahas mengenai berbagai acuan dan bahan-bahan yang dapat digunakan untuk menjawab permasalahan yang dihadapi, tentang SPPK, dan keterangan mengenai software yang akan digunakan penulis.

(26)

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM

Bab ini berisi mengenai analisa atas permasalahan yang dihadapi, kebutuhan user untuk dikembangkan dan perancangan model SPPK yang meliputi perancangan basis data, model yang digunakan, input, output, dan antar muka pengguna.

BAB IV IMPLEMENTASI

Bab ini berisi mengenai tahap-tahap implementasi program dari aplikasi yang akan dibuat.

BAB V KESIMPULAN

Bab ini berisi mengenai kesimpulan dari implementasi program secara keseluruhan yang telah dilakukan dalam penulisan ini.

(27)

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Konsep Dasar Sistem

2.1.1 Definisi Sistem

Sistem merupakan suatu perangkat unsur, himpunan atau variabel yang secara teratur dan terorganisasi yang saling berinteraksi dan saling berkaitan sehingga membentuk suatu totalitas untuk mewujudkan tujuan tertentu (Turban, 1995).

Sistem adalah suatu jaringan kerja dari prosedur-prosedur yang saling berhubungan, berkumpul bersama-sama untuk melakukan suatu kegiatan atau untuk menyelesaikan suatu sasaran tertentu (John Willey & Son, 1981).

Sistem adalah kumpulan dari elemen-elemen yang berinteraksi untuk mencapai suatu tujuan tertentu (Jogiyanto, 1990).

2.1.2 Struktur Sistem

Menurut Turban (1995), struktur sistem dibagi menjadi tiga bagian yang berbeda, yaitu input, proses, dan output. Input merupakan suatu elemen yang masuk ke dalam sistem berupa data. Proses merupakan seluruh elemen yang dibutuhkan untuk mengubah input menjadi output. Sedangkan output merupakan produk akhir, hasil, atau akibat dari sistem.

(28)

Ketiganya di atas dikelilingi oleh lingkungan dan termasuk unsur feedback. Lingkungan sistem terdiri dari beberapa elemen yang terletak diluar sistem yang tidak termasuk input, proses, dan output, akan tetapi memiliki dampak dalam pencapaian tujuan sistem. Sedangkan feedback merupakan suatu arus informasi dari komponen output ke pengambil keputusan mengenai output. Berdasarkan informasi ini pengambil keputusan dapat memutuskan untuk memodifikasi input, proses, ataupun keduanya.

2.2 Sistem Pendukung Pengambilan Keputusan

2.2.1 Pengertian

Menurut Efraim Turban (1995), Sistem Pendukung Pengambilan Keputusan didefinisikan sebagai :

” Sistem berbasis komputer yang iteratif (mudah dipakai), fleksibel (dapat mengakomodasi perubahan), dan adaptif (mudah menyesuaikan diri dengan kebutuhan) yang secara khusus dibangun untuk mendukung pengambilan keputusan untuk masalah-masalah semi terstruktur atau tidak terstruktur dan mempunyai sifat tambahan (terdapat model dalam pengambilan keputusan) ”.

2.2.2 Tahapan Pengambilan Keputusan

Dalam bukunya, Turban memberikan beberapa tahapan dalam pengambilan keputusan, diantaranya :

(29)

a. Intellegence

Tahapan yang digunakan untuk mencari kondisi yang membutuhkan keputusan atau kondisi yang perlu diperbaiki.

b. Desain

Tahapan yang digunakan untuk menemukan, mengembangkan, menganalisa, berbagai langkah yang dapat diambil.

c. Pemilihan

Tahapan yang digunakan untuk memilih tindakan dari berbagai pilihan yang ada.

2.2.3 Tujuan Sistem Pendukung Pengambilan Keputusan

Menurut Keen dan Scott Morton (1978), Sistem Pendukung Pengambilan Keputusan memiliki tujuan sebagai berikut :

- Membantu pengambil keputusan dalam memecahkan masalah semi terstruktur.

- Mendukung dalam penilaian pengambilan keputusan. - Meningkatkan efektifitas pengambilan keputusan.

2.2.4 Karakteristik dan Kemampuan SPPK

Menurut Turban (1995), Sistem Pendukung Pengambilan Keputusan memiliki beberapa karakteristik dan kemampuan, yaitu :

(30)

1. Mendukung untuk pengambil keputusan, terutama untuk mengatasi masalah-masalah semi terstruktur dan tidak terstruktur, dengan menyertakan penilaian manusia dan informasi komputer.

2. Mendukung semua level manajer atau pembuat keputusan dalam berbagai level.

3. Dapat dipergunakan dalam suatu kelompok atau grup, ataupun individu.

4. Mendukung keputusan-keputusan yang independen dan atau sekuensial. Keputusan dapat dibuat satu kali, beberapa kali, atau berulang dalam interval yang sama.

5. Mendukung fase intellegence, desain, dan pemilihan.

6. Mendukung berbagai jenis pengambilan keputusan dan prosesnya. 7. Dapat beradaptasi dan fleksibel sesuai dengan perubahan yang ada.

Pengambil keputusan harus memiliki sikap reaktif, dapat menghadapi perubahan kondisi secara cepat, dan dapat mengadaptasikan SPPK untuk memenuhi perubahan tersebut.

8. Sistem Pendukung Pengambilan Keputusan, SPPK mudah untuk digunakan oleh user atau pengguna, sehingga pengguna merasa nyaman dan familiar dengan sistem tersebut.

9. Sesuai dengan karakteristiknya, SPPK digunakan untuk meningkatkan efektifitas dari pengambilan keputusan daripada komputasional efisiensi.

(31)

10.Keputusan tetap ada pada pembuat keputusan (manusia), karena SPPK yang dibangun tidak bertujuan untuk menggantikan tugas dari pembuat keputusan tetapi membantu dalam pembuatan keputusan. 11.SPPK dapat belajar mengenai permintaan baru dan penyempurnaan

sistem yang pada akhirnya akan memperbaiki SPPK tersebut. Pengguna akhir dapat mengembangkan dan memodifikasi sendiri sistem sederhana.

12.Merupakan suatu sistem yang sederhana dan mudah dibangun tanpa perlu bantuan ahli.

13.Menggunakan model untuk merepresentasikan dan menganalisis permasalahan yang berguna untuk menyelidiki konsekuensi berbagai alternatif tindakan dengan input dan proses berbeda.

14.SPPK yang baik memiliki komponen pengetahuan yang dapat digunakan untuk penyelesaian masalah yang sulit. Dan juga dapat diintegrasikan dengan SPPK lain atau aplikasi lain.

2.2.5 Keunggulan Sistem Pendukung Pengambilan Keputusan

Dalam bukunya, Turban memberikan beberapa keunggulan dari SPPK, yaitu :

1. Kemampuan menyelesaikan masalah yang kompleks.

2. Memiliki respon cepat terhadap situasi yang tidak terduga yang mengakibatkan perubahan kondisi.

(32)

3. Kemampuan untuk mencoba beberapa strategi berbeda dengan konfigurasi yang berbeda secara cepat dan objektif.

4. Memiliki fasilitas komunikasi.

5. Memperbaiki pengendalian manajemen dan kinerja. 6. Penghematan biaya.

7. Pengambilan keputusan lebih objektif. 8. Memperbaiki efektifitas menejerial. 9. Memperbaiki produktifitas analisis.

2.2.6 Komponen Sistem Pendukung Pengambilan Keputusan

SPPK dibangun dari subsistem dibawah ini : 1. Manajemen Data.

Manajemen data termasuk database yang mengandung data relevan untuk situasi dan diatur dengan perangkat lunak DBMS.

Subsistem manajemen data terdiri dari beberapa elemen, yaitu : a. Basis Data SPPK

Merupakan sekumpulan data yang saling terkait yang diorganisasi untuk memenuhi kebutuhan dan struktur sebuah organisasi dan dapat dipergunakan oleh lebih dari satu orang untuk lebih dari satu aplikasi.

b. Sistem Manajemen Basis Data

Basis data dibuat, diakses, dan diperbaharui oleh sebuah DBMS. Basis data mempunyai fungsi, diantaranya :

(33)

1. Memungkinkan penyimpanan data dalam basis data, dibatasi kemampuan yang digunakan.

2. Menampilkan kembali data dari basis data, dalam berbagai bentuk tampilan yang diinginkan user.

3. Pengendalian basis data, manajemen basis data dapat didesain untuk menampilkan setiap keinginan informasi user, dan menentukan bahwa :

- Orang yang menginginkan informasi merupakan orang yang diperbolehkan.

- Orang tersebut memiliki akses terhadap file atau data yang dibutuhkan.

- Orang tersebut memiliki akses terhadap item data dalam file.

Sehingga manajer dapat memperoleh informasi dari SPPK dalam berbagai bentuk laporan. Manajemen basis data dalam hal ini sebagai penjaga gerbang dan membuat data tersedia. c. Direktori data

Merupakan sebuah katalog dari semua data di dalam basis data, yang fungsi utamanya adalah untuk menjawab pertanyaan mengenai ketersediaan item-item data, sumbernya. Direktori data digunakan untuk mendukung fase pemikiran dari proses pengambilan keputusan dengan melakukan scan data dan mengidentifikasi area masalah atau peluang-peluang. Direktori

(34)

data mendukung input data, penghapusan data, dan pencarian data.

d. Fasilitas Query

Menyajikan basis untuk akses data, yang fungsinya untuk mengakses data, memanipulasi dan merumuskan permintaan, serta menampilkan hasilnya kepada yang meminta data tersebut atau user.

2. Manajemen Model

Model merupakan representasi realitas yang disederhanakan, sedangkan manajemen model merupakan paket perangkat lunak yang memasukkan model finansial (keuangan), statistik, ilmu manajemen, dan model kuantitatif lainnya yang memberikan kemampuan analitik dan manajemen perangkat lunak yang tepat. Perangkat lunak ini sering disebut dengan sistem manajemen basis model (MBMS).

Menurut Turban (1995), ada 7 kategori model, yang akan dijelaskan dalam tabel berikut :

Tabel 2.1 Kategori Model

Kategori Tujuan dan Proses Teknik Representasi Optimisasi masalah

dengan beberapa alternatif.

Mencari solusi yang terbaik dari beberapa alternatif.

Mencari solusi terbaik dari banyak atau tidak terbatas alternatif

Pemrograman model linier dan matematik lain.

(35)

menggunakan proses perbaikan langkah demi langkah.

Optimisasi melalui rumus matematis

Mencari solusi terbaik dalam langkah

menggunakan rumus.

Beberapa model

inventory.

Simulasi Mencari solusi cukup baik, atau terbaik dari alternatif yang diperiksa menggunakan

eksperimen.

Beberapa jenis simulasi.

Heuristik Mencari solusi yang cukup baik,

Mencari solusi jika maka atau what if

menggunakan rumus.

Model keuangan,

waiting lines. Model prediktif Memperkirakan masa

depan dari skenario tertentu.

Analisa Markov,

forecasting.

Beberapa keunggulan menggunakan model, diantaranya :

1. Manipulasi model, jauh lebih mudah daripada memanipulasi sistem yang nyata, eksperimen lebih mudah dan tidak berinterferensi dengan operasional harian dari suatu organisasi. 2. Model memungkinkan kompresi waktu, tahun-tahun operasi

dapat disimulasikan dalam hitungan menit atau detik.

(36)

3. Biaya analisis pemodelan jauh lebih rendah daripada biaya eksperimen yang serupa yang dilakukan pada sebuah sistem riil atau nyata.

4. Biaya jika terjadi kesalahan lebih rendah jika menggunakan model daripada menggunakan sistem riil atau nyata.

5. Lingkungan bisnis mencakup banyak ketidakpastian yang dipertimbangkan, dengan pemodelan pengambil keputusan dapat memperkirakan resiko dari tindakan-tindakan tertentu. 6. Model matematika memungkinkan analisis terhadap sejumlah

solusi yang mungkin yang sangat besar, dan kadang-kadang tak terbatas.

7. Model meningkatkan pembelajaran dan pelatihan. 3. Antarmuka Pengguna atau Komunikasi

Pengguna berkomunikasi dengan dan memerintahkan SPPK melalui subsistem ini, atau sebagai user interface. Menurut Ben Shneiderman and Plaisant (2005), user interface yang baik diantaranya adalah sebagai berikut :

a. Jangan memakai banyak istilah dan singkatan dari dunia komputer.

b. Tampilan harus dirancang sedemikian rupa sehingga berbagai bentuk infomasi, perintah, dan pesan muncul dengan pola yang seragam.

(37)

c. Pesan, perintah, atau informasi harus ditayangkan selengkap mungkin sehingga mudah dimengerti.

d. Antisipasi kesalahan yang dibuat oleh user.

e. Jika mungkin user membuat kesalahan maka sistem harus dapat menghentikan proses.

4. Manajemen Pengetahuan

Merupakan subsistem yang opsional yang dapat mendukung subsistem yang lain atau berperilaku sebagai komponen independent, yang memberikan kemampuan untuk memperbesar pengetahuan pengambil keputusan.

2.3 Sertifikasi Produksi Makanan

Untuk melindungi masyarakat dari produk pangan olahan yang membahayakan kesehatan konsumen, pemerintah Indonesia telah mengeluarkan berbagai peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan keamanan pangan. Salah satunya adalah peraturan mengenai kewajiban pendaftaran atau sertifikasi produk pangan olahan seperti tercantum dalam Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan. Institusi Pemerintah yang bertanggung jawab terhadap produk pangan olahan di seluruh Indonesia adalah Badan Pengawas Obat dan Makanan (Badan POM) RI.

Semua produk makanan dan minuman yang akan dijual di wilayah Indonesia, baik produksi lokal maupun impor, harus

(38)

didaftarkan dan mendapat nomor pendaftaran dari Badan POM, sebelum diedarkan ke pasar. Peraturan ini berlaku untuk semua produk pangan yang dikemas dan menggunakan label sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Nomor pendaftaran ini berguna untuk mengawasi produk-produk pangan yang beredar di pasar, sehingga apabila terjadi suatu kasus akan mudah ditelusuri siapa produsennya.

2.3.1 Dasar Hukum

1. Undang-undang Nomor 7 Tahun 1996 tentang Pangan;

2. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen ;

3. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan ;

4. Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non Pemerintah dan Non Departemen sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Presiden Nomor 46 Tahun 2002 ;

5. Keputusan Presiden Nomor 110 Tahun 2001 tentang Unit Organisasi Dan Tugas Eselon I Lembaga Pemerintahan Non Departemen sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Presiden Nomor 5 Tahun 2002.

(39)

2.3.2Tata Cara Penyelenggaraan Sertifikasi Produksi Pangan Industri

Rumah Tangga

A. Pengajuan Permohonan

1. Permohonan untuk mendapatkan Sertifikasi Produksi Pangan Industri Rumah Tangga (SPP-IRT) diajukan kepada Pemerintah Daerah c.q. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten atau Kota.

2. Permohanan tidak dapat dipenuhi apabila pangan yang diproduksi berupa :

• Susu dan hasil olahannya,

• Daging, ikan, unggas, dan hasil olahannya yang memerlukan proses dan atau penyimpanan beku,

• Pangan Kaleng, • Pangan bayi,

• Minuman beralkohol, • Air minum dalam kemasan,

• Pangan lain yang wajib memenuhi persyaratan SNI, • Pangan lain yang ditetapkan oleh Badan POM.

3. Pemohon diwajibkan mengikuti penyuluhan keamanan pangan dan diperiksa sarana produksinya.

(40)

B. Penyelenggaraan dan Pelaksanaan Penyuluhan Keamanan

Pangan

1. Penyelenggaraan Penyuluhan Keamanan Pangan dalam rangka Sertifikasi Produksi Pangan Industri Rumah Tangga (SPP-IRT) adalah Pemerintah Daerah Kabupaten atau Kota c.q. Dinas Kesehatan.

2. Pelaksanaan Penyuluhan Keamanan Pangan dapat dilaksanakan secara bersama-sama oleh beberapa Dinas Kesehatan Kabupaten atau Kota.

3. Tenaga Penyuluhan Keamanan Pangan :

a. Kriteria Tenaga Penyuluh Keamanan Pangan adalah petugas yang telah memiliki Sertifikat Penyuluh Keamanan Pangan yang dikeluarkan oleh Badan POM c.q. Balai Besar atau Balai POM.

b. Sertifikat seperti yang dimaksud pada 3.a diperoleh melalui Pelatihan Penyuluhan Keamanan Pangan yang diselenggarakan oleh Badan POM c.q. Balai Besar atau Balai POM.

4. Peserta penyuluhan keamanan pangan :

a. Peserta penyuluhan keamanan pangan adalah pemilik atau penanggung jawab PP-IRT.

b. Peserta yang telah lulus Penyuluhan Keamanan Pangan diberikan Sertifikat Penyuluhan Keamanan Pangan.

5. Materi utama penyuluhan keamanan pangan

(41)

a. Materi penyuluhan keamanan pangan, adalah

• Berbagai jenis bahaya (Biologis, Kimia, dan Fisik), Cara menghindari dan memusnahkannya, Pengawetan Pangan. • Higiene dan sanitasi sarana PP-IRT.

• Cara Produksi Pangan yang Baik untuk Industri Rumah Tangga (CPPB-IRT).

• Peraturan perundang-undangan terutama tentang keamanan pangan, Penggunaan Bahan Tambahan Pangan (BTP), Label dan Iklan Pangan.

b. Materi perlengkapan atau pendukung dapat dikembangkan sesuai kebutuhan Perusahaan Pangan Industri Rumah Tangga, misalnya :

• Pengemasan dan penyimpanan Produk Pangan Industri Rumah Tangga.

• Pengembangan usaha perusahaan pangan industri rumah tangga, termasuk etika bisnis.

6. Media penyuluhan kemanan pangan

Media penyuluhan keamanan pangan yang dapat dipergunakan antara lain adalah

• OHP dan atau Multimedia. • Film Bingkai (Slide)

• Audio Visual (termasuk TV) dan atau VCD atau CD • Poster

(42)

• Flip chart

7. Metode dan waktu penyuluhan keamanan pangan

Materi penyuluhan kemanan pangan disampaikan dalam bentuk ceramah, diskusi, demonstrasi atau peragaan simulasi, pemutaran video dan cara-cara lain yang dianggap perlu. Jumlah waktu yang diperlukan untuk melaksanakan penyuluhan keamanan pangan sekurang-kurangnya 2 (dua) hari kerja @ 5 (lima) jam.

C. Pemeriksaan Sarana Produksi

1. Setelah melaksanakan penyuluhan keamanan pangan, petugas Dinas Kesehatan Kabupaten atau Kota melakukan pemeriksaan ke sarana produksi PP-IRT.

2. Petugas yang melakukan pemeriksaan sarana produksi harus mempunyai Sertifikat Inspektur Pangan Kabupaten atau Kota yang dikeluarkan oleh Badan POM c.q. Balai Besar atau Balai POM. 3. Sertifikat seperti dimaksud pada C.2 diperoleh melalui Pelatihan

Inspektur Pangan Kabupaten atau Kota yang diselenggarakan oleh Badan POM c.q. Balai Besar atau Balai POM.

4. Pemeriksaan sarana produksi harus mengikuti Surat Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan RI Nomor HK.00.05.5.1641 tanggal 30 April 2003 tentang Pedoman Pemeriksaan Sarana Produksi PP-IRT.

(43)

5. Laporan pemeriksaan sarana Produksi PP-IRT dengan hasil minimal cukup merupakan salah satu persyaratan untuk mendapatkan SPP-IRT.

D. Sertifikasi Produksi Pangan Industri Rumah Tangga (SPP-IRT)

1. Penerbitan Sertifikat

Sertifikat yang diterbitkan dari kegiatan ini terdiri dari 2 (dua) jenis, yaitu :

a. Sertifikat Penyuluhan Keamanan Pangan

1. Sertifikat ini diberikan kepada peserta yang telah lulus mengikuti Penyuluhan Keamanan Pangan.

2. Semua PP-IRT harus mempunyai minimal 1 (satu) orang tenaga yang telah memiliki Sertifikat Penyuluhan Keamanan Pangan.

3. Apabila PP-IRT tidak mempunyai tenaga yang telah memiliki sertifikat dimaksud, maka perusahaan harus menunjuk tenaga yang sesuai dengan tugasnya untuk mengikuti Penyuluhan Keamanana Pangan.

4. Penomoran Sertifikat Penyuluhan Keamanan Pangan adalah sebagai berikut :

Nomor Sertifikat Penyuluhan Keamanan Pangan terdiri dari 3 (tiga) kolom dan 9 (sembilan) angka sesuai contoh berikut :

(44)

Keterangan penomoran adalah sebagai berikut : 123 / 4567 / 89

• Angka ke 1,2,3 pada kolom I menunjukkan nomor urut tenaga yang sudah memperoleh sertifikat di kabupaten atau kota yang bersangkutan.

• Angka ke 4,5,6,7 pada kolom II menunjukkan propinsi dan kabupaten atau kota.

• Angka ke 8,9 pada kolom III menunjukkan tahun penerbitan sertifikat.

b. Sertifikat Produksi Pangan - IRT

1. Sertifikat ini diberikan kepada PP-IRT yang mempunyai tenaga yang lulus Penyuluhan Keamanan Pangan dan telah diperiksa sarana produksinya dengan hasil minimal cukup.

2. Sertifikat diterbitkan untuk 1 (satu) jenis pangan produk IRT.

3. Penomoran Sertifikat Produksi Pangan IRT adalah sebagai berikut :

a. Nomor sertifikat PIRT minimal terdiri dari 12 angka (digit) yaitu :

• Angka ke 1 menunjukkan kode jenis kemasan.

(45)

• Angka ke 2,3 menunjukkan nomor urut jenis pangan produk IRT.

• Angka ke 4,5,6,7 menunjukkan kode propinsi dan kabupaten atau kota.

• Angka ke 8,9 menunjukkan nomor urut produk PP IRT yang telah memperoleh SPP IRT.

• Angka ke 10,11,12 menunjukkan nomor urut PP IRT di kabupaten atau kota yang bersangkutan. Apabila jumlah IRT di kabupaten atau kota yang bersangkutan lebih dari 999 maka nomor urut IRT menjadi 4 digit.

b. Nomor Pangan Industri Rumah Tangga (P-IRT) dicantumkan pada label pangan produk IRT dengan cara penulisan seperti contoh berikut :

Keterangan :

P-IRT No. 206737102025

• 2 = jenis kemasan adalah plastik

ƒ 06 = kelompok jenis pangan produk IRT

yaitu Tepung dan hasil olahannya.

• 73.71 = kode propinsi, kabupaten atau kota adalah propinsi Sulawesi Selatan, kota Makasar.

(46)

• 02 = nomor urut jenis pangan produk IRT yang ke 2 memperoleh nomor Sertifikat Produksi Pangan IRT dari PP-IRT yang bersangkutan.

• 025 = nomor urut PP-IRT di kabupaten atau kota setempat (Makasar).

4. Setiap penambahan propinsi, kabupten atau kota penomorannya disesuaikan dengan kode Propinsi, Kabupaten, dan Kota.

5. Jenis pangan produk IRT diberi kode sesuai ketentuan dan kemasan diberi kode sesuai dengan ketentuan.

6. Setiap penambahan jenis pangan produk IRT yang belum tercantum pada ketentuan harus mendapat verifikasi dari Badan POM.

2. Pemberian Sertifikat

Pemerintah Daerah Kabupaten atau Kota c.q. Dinas Kesehatan menerbitkan 2 (dua) buah sertifikat yaitu :

a. Sertifikat Penyuluhan Keamanan Pangan yang diberikan kepada peserta dengan kriteria sebagai berikut :

• Telah mengikuti Penyuluhan Keamanan dengan baik. • Hasil evaluasi menunjukkan minimal nilai cukup (60) b. Sertifikat Produksi Pangan Industri Rumah Tangga dengan

kriteria sebagai berikut :

(47)

• Ada tenaga yang dinilai telah mengikuti Penyuluhan Keamanan Pangan dengan baik.

• Hasil pemeriksaan sarana setempat telah memenuhi standar persyaratan yang ditetapkan yaitu dengan nilai minimal cukup.

3. Pencabutan dan Pembatalan SPP IRT

SPP IRT dapat dicabut atau dibatalkan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten atau Kota apabila :

a. Pemilik dan atau penanggung jawab perusahaan melakukan pelanggaran terhadap peraturan yang berlaku dibidang pangan. b. Pemilik perusahaan tidak sesuai dengan nama dan alamat yang

tertera pada SPP-IRT.

c. Produk pangan terbukti merugikan dan membahayakan kesehatan atau jiwa.

4. Perubahan Pemilik dan Penambahan Jenis Pangan

a. Perubahan pemilik PP IRT dan penanggung jawab perusahaan harus dilaporkan pada Dinas Kesehatan Kabupaten atau Kota. b. Penambahan SPP IRT dapat dilakukan oleh Dinas Kesehatan

Kabupaten atau Kota berdasarkan :

a. Permohonan penambahan jenis pangan produk IRT yang dihasilkan oleh PP IRT yang telah mengikuti penyuluhan. b. Hasil pemeriksaan sarana produksi PP IRT oleh petugas Dinas

Kesehatan Kabupaten atau Kota minimal cukup.

(48)

2.3.3 Cara Produksi Pangan Yang Baik untuk Industri Rumah Tangga

(CPPB IRT)

Cara produksi pangan yang baik merupakan salah satu faktor yang penting untuk memenuhi standar mutu atau persyaratan yang ditetapkan untuk pangan. Melalui CPPB ini, industri pangan dapat menghasilkan pangan yang bermutu, layak dikonsumsi, dan aman bagi kesehatan. Dengan menghasilkan pangan yang bermutu dan aman untuk dikonsumsi, kepercayaan masyarakat niscaya akan meningkat dan industri pangan yang bersangkutan akan berkembang pesat. Dengan berkembangnya industri pangan yang bermutu dan aman untuk dikonsumsi, maka masyarakat pada umumnya akan terlindung dari penyimpangan mutu pangan dan bahaya yang mengancam kesehatan.

Penilaian terhadap Cara Produksi Pangan yang Baik untuk Industri Rumah Tangga meliputi beberapa bagian ;

A. Lingkungan Produksi

Untuk menetapkan lokasi IRT perlu dipertimbangkan keadaan dan kondisi lingkungan yang mungkin dapat merupakan sumber pencemaran potensial dan telah mempertimbangkan berbagai tindakan pencegahan yang mungkin dapat dilakukan untuk melindungi pangan yang diproduksinya.

Industri Rumah Tangga harus berada ditempat yang : a. Bebas pencemaran, semak belukar, dan genangan air.

(49)

b. Bebas dari sarang hama, khususnya serangga dan binatang pengerat.

c. Tidak berada di daerah sekitar tempat pembuangan sampah, baik sampah padat maupun sampah cair, daerah penumpukan barang bekas dan daerah kotor lainnya.

d. IRT tidak berada di daerah pemukiman penduduk yang kumuh. Lingkungan harus selalu dipertahankan dalam keadaan bersih dengan cara-cara :

a. Sampah harus dibuang dan tidak menumpuk. b. Tempat sampah harus selalu tertutup.

c. Jalan dipelihara supaya tidak berdebu, dan selokannya berfungsi dengan baik.

B. Bangunan dan Fasilitas Industri Rumah Tangga

Bangunan dan fasilitas IRT dapat menjamin bahwa pangan selama dalam proses produksi tidak tercemar oleh bahaya fisik, biologis, dan kimia serta mudah dibersihkan dan disanitasi.

Ruang Produksi : 1. Desain dan tata letak

Ruang produksi seharusnya cukup dan mudah dibersihkan. 2. Lantai

(50)

a. Lantai seharusnya dibuat dari bahan yang kedap air, rata, halus tetapi tidak licin, kuat, mudah dibersihkan dan dibuat miring untuk memudahkan pengaliran air.

b. Lantai harus selalu dalam keadaan bersih dari debu, lendir, dan kotoran lainnya.

3. Dinding

a. Dinding seharusnya dibuat dari bahan kedap air, rata, halus, berwarna terang, tahan lama, tidak mudah mengelupas, kuat, dan mudah dibersihkan.

b. Dinding harus selalu dalam keadaan bersih dari debu, lendir, dan kotoran lainnya.

4. Langit-langit

a. Konstruksi langit-langit seharusnya didesain dengan baik untuk mencegah penumpukan debu, pertumbuhan jamur, pengelupasan, bersarangnya hama, memperkecil terjadinya kondensasi, serta terbuat dari bahan tahan lama dan mudah dibersihkan.

b. Langit-langit harus selalu dalam keadaan bersih dari debu, sarang laba-laba, dan kotoran lainnya.

5. Pintu, jendela, dan lubang angin

a. Pintu dan jendela seharusnya dibuat dari bahan tahan lama, tidak mudah pecah, rata, halus, berwarna terang, dan mudah dibersihkan.

(51)

b. Pintu, jendela, dan lubang angin seharusnya dilengkapi dengan kawat kasa yang dapat dilepas untuk memudahkan pembersihan dan perawatan.

c. Pintu seharusnya didesain membuka ke luar atau ke samping sehingga debu atau kotoran dari luar tidak terbawa masuk melalui udara ke dalam ruangan pengolahan.

d. Pintu seharusnya dapat ditutup dengan baik dan selalu dalam keadaan tertutup.

e. Lubang angin harus cukup sehingga udara segar selalu mengalir diruang produksi.

f. Lubang angin harus selalu dalam keadaan bersih, tidak berdebu, dan tidak dipenuhi sarang laba-laba.

6.Kelengkapan Ruang Produksi

a. Ruang produksi seharusnya cukup terang sehingga karyawan dapat mengerjakan tugasnya dengan teliti.

b. Di ruang produksi seharusnya ada tempat untuk mencuci tangan yang selalu dalam keadaan bersih serta dilengkapi dengan sabun dan pengeringnya.

c. Di ruang produksi harus tersedia perlengkapan Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (PPPK).

(52)

7. Tempat Penyimpanan

a. Tempat penyimpanan bahan pangan termasuk bumbu dan bahan tambahan pangan (BTP) seharusnya terpisah dengan produksi akhir.

b. Tempat peyimpanan khusus harus tersedia untuk menyimpan bahan-bahan bukan pangan seperti bahan pencuci, pelumas, dan oli.

c. Tempat penyimpanan harus mudah dibersihkan dan bebas dari hama seperti serangga, binatang pengerat seperti tikus, burung, atau mikroba dan ada sirkulasi udara.

C. Peralatan Produksi

Tata letak kelengkapan ruang produksi diatur agar tidak terjadi kontaminasi silang. Peralatan produksi yang kontak langsung dengan pangan seharusnya didesain, dikonstruksi, dan diletakkan sedemikian untuk menjamin mutu dan keamanan pangan yang dihasilkan, misalnya :

1. Peralatan produksi seharusnya terbuat dari bahan yang kuat, tidak berkarat, mudah dibongkar pasang sehingga mudah dibersihkan.

2. Permukaan yang kontak lagnsung dengan pangan seharusnya halus, tidak bercela, tidak mengelupas, dan tidak menyerap air.

(53)

3. Peralatan produksi harus diletakkan sesuai dengan urutan prosesnya sehingga memudahkan bekerja dan mudah dibersihkan.

4. Semua peralatan seharusnya dipelihara agar berfungsi dengan baik dan selalu dalam keadaan bersih.

D. Suplay Air

Air yang digunakan selama proses produksi harus cukup dan memenuhi persyaratan kualitas air bersih dan atau air minum. Suplay air :

1. Air yang digunakan harus air bersih dalam jumlah yang cukup memenuhi seluruh kebutuhan proses produksi.

2. Sumber dan pipa air untuk keperluan selain pengolahan pangan seharusnya terpisah dan diberi warna yang berbeda.

3. Air yang kontak langsung dengan pangan sebelum diproses harus memenuhi persyaratan air bersih.

E. Fasilitas dan Kegiatan Higiene dan Sanitasi

Fasilitas dan kegiatan higiene dan sanitasi diperlukan untuk menjamin agar bangunan dan peralatan selalu dalam keadaan bersih dan mencegah terjadinya kontaminasi silang dari karyawan.

(54)

1. Alat cuci atau pembersih

a. Alat cuci atau pembersih seperti sikat, pel, deterjen, dan bahan sanitasi harus tersedia dan terawat dengan baik. b. Air panas dapat digunakan untuk membersihkan peralatan

tertentu.

2. Fasilitas higiene karyawan

a. Fasilitas higiene karyawan seperti tempat cuci tangan dan toilet atau jamban harus tersedia dalam jumlah yang cukup dan selalu dalam keadaan bersih.

b. Pintu toilet atau jamban harus selalu dalam keadaan tertutup.

3. Kegiatan higiene dan sanitasi

a. Pembersihan dapat dilakukan secara fisik seperti dengan sikat atau secara kimia seperti dengan deterjen atau gabungan keduanya.

b. Jika diperlukan penyucihamaan dapat dilakukan dengan menggunakan kaporit sesuai petunjuk yang dianjurkan. c. Kegiatan pembersihan, pencucian, dan penyucihamaan

peralatan harus dilakukan secara rutin.

d. Harus ada karyawan yang bertanggung jawab terhadap kegiatan pembersihan, pencucian, dan penyucihamaan.

(55)

F. Pengendalian Hama

Hama merupakan cemaran biologis yang dapat menurunkan mutu dan keamanan pangan. Kegiatan pengendalian hama dilakukan untuk mengurangi kemungkinan masuknya hama ke ruang produksi yang akan mencemari pangan.

1. Mencegah masuknya hama

a. Lubang-lubang dan selokan yang memungkinkan masuknya hama harus selalu dalam keadaan tertutup.

b. Hewan piaraan seperti anjing, kucing, dan ayam tidak boleh berkeliaran di pekarangan Industri Rumah Tangga apalagi di ruang produksi.

c. Bahan pangan tidak boleh tercecer karena dapat mengundang masuknya hama.

d. Industri Rumah Tangga seharusnya memeriksa lingkungannya dari kemungkinan timbulnya sarang hama. 2. Pemberantasan hama

a. Hama harus diberantas dengan cara yang tidak mempengaruhi mutu dan keamanan pangan.

b. Pemberantasan hama dapat dilakukan secara fisik seperti dengan perangkap tikus atau secara kimia seperti dengan racun tikus.

c. Perlakuan dengan bahan kimia harus dilakukan dengan pertimbangan tidak mencemari pangan.

(56)

G. Kesehatan dan Higiene Karyawan

Kesehatan dan higiene karyawan yang baik dapat menjamin bahwa pekerja yang kontak langsung maupun tidak langsung dengan pangan tidak menjadi sumber pencemaran.

1. Kesehatan karyawan

Karyawan yang bekerja diruang produksi harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :

a. Dalam keadaan sehat. Karyawan yang sakit atau baru sembuh dari sakit dan diduga masih membawa penyakit tidak diperkenankan bekerja di pengolahan pangan.

b. Karyawan yang menunjukkan gejala atau sakit misalnya sakit kuning (virus hepatitis A), diare, sakit perut, muntah, demam, sakit tenggorokan, sakit kulit, keluarnya cairan dari telinga, sakit mata (belekan), dan atau pilek tidak dperkenankan mengolah pangan.

c. Karyawan harus diperiksa dan diawasi kesehatannya secara berkala.

2. Kebersihan karyawan

a. Karyawan harus selalu menjaga kebersihan badannya.

b. Karyawan seharusnya mengenakan pakaian kerja atau celemek dengan penutup kepala, sarung tangan, dan sepatu kerja. Pakaian dan perlengkapannya hanya dipakai untuk bekerja.

(57)

c. Karyawan harus menutup luka dengan perban.

d. Karyawan harus selalu mencuci tangan dengan sabun sebeum memulai kegiatan mengolah pangan, sesudah menangani bahan mentah, atau bahan atau alat yang kotor, dan sesudah keluar dari toilet atau jamban.

3. Kebiasaan karyawan

Karyawan tidak boleh bekerja sambil mengunyah, makan dan minum, merokok, tidak boleh meludah, tidak boleh bersin atau batuk ke arah pangan, tidak boleh mengenakan perhiasan seperti giwang, cincin, gelang, kalung, arloji, atau peniti.

H. Pengendalian Proses

Untuk menghasilkan produk yang bermutu dan aman, proses produksi harus dikendalikan dengan benar. Pengendalian proses produksi pangan industri rumah tangga dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :

1. Penetapan spesifikasi bahan baku

a. Harus menentukan jenis, jumlah, dan spesifikasi bahan baku dan bahan penolong untuk memproduksi pangan yang akan dihasilkan.

b. Tidak menerima bahan pangan yang rusak.

c. Menggunakan bahan tambahan pangan (BTP) yang diizinkan sesuai batas maksimum penggunaannya.

(58)

2. Penetapan komposisi dan formulasi bahan

a. Harus menentukan komposisi bahan yang digunakan dan komposisi formula untuk memproduksi jenis pangan yang akan dihasilkan.

b. Harus mencatat dan menggunakan komposisi yang telah ditentukan secara baku setiap saat secara konsisten.

3. Penetapan cara produksi yang baku

a. Harus menentukan proses produksi pangan yang baku.

b. Harus membuat bagan alirnya atau urut-urutan prosesnya secara jelas.

4. Penetapan jenis, ukuran, dan spesifikasi kemasan.

a. Harus menentukan jenis, ukuran, dan spesifikasi kemasan yang digunakan.

b. Harus menentukan bahan kemasan yang sesuai untuk pangan c. Harus mencatat dan menggunakan informasi ini untuk

pemantauan.

5. Penetapan keterangan lengkap tentang produk yang akan dihasilkan termasuk nama produk, tanggal produksi, tanggal kadaluarsa.

a. Harus menentukan karakteristik produk pangan yang dihasilkan.

b. Harus menentukan tanggal kadaluarsa. c. Harus mencatat tanggal produksi.

(59)

I. Label Pangan

Label pangan harus jelas dan informatif untuk memudahkan konsumen memilih, menyimpan, mengolah, dan mengkonsumsi pangan. Kode produksi pangan diperlukan untuk penarikan produk jika diperlukan.

1. Label pangan yang dihasilkan IRT harus memenuhi ketentuan peraturan Nomor 69 tahun 1999 tentang label dan iklan pangan. 2. Keterangan pada label sekurang-kurangnya :

a. Nama produk

b. Daftar bahan yang digunakan c. Berat bersih atau isi bersih

d. Nama dan alamat pihak yang memproduksi e. Tanggal, bulan, dan tahun kadaluarsa f. Nomor sertifikat produksi (P-IRT)

3. Kode produksi harus dicantumkan pada setiap label pangan.

J. Penyimpanan

Penyimpanan yang baik dapat menjamin mutu dan keamanan bahan dan produk pangan yang diolah.

1. Penyimpanan bahan dan produk

a. Penyimpanan bahan dan produk pangan dilakukan di tempat yang bersih.

(60)

b. Bahan baku, bahan tambahan pangan (BTP), bahan penolong dan produk akhir masing-masing harus disimpan terpisah.

c. Penyimpanan bahan baku dan produk pangan harus sesuai dengan suhu penyimpanannya.

d. Bahan-bahan yang mudah menyimpan air harus disimpan di tempat yang kering, misalnya garam, gula, dan rempah-rempah bubuk.

e. Bahan baku, bahan tambahan pangan (BTP), bahan penolong dan produk akhir diberi tanda untuk membedakan yang memenuhi syarat dengan yang tidak memenuhi syarat. f. Bahan yang lebih dahulu masak harus digunakan terlebih

dahulu.

g. Produk akhir yang lebih dahulu diproduksi harus digunakan atau diedarkan terlebih dahulu.

2. Penyimpanan bahan berbahaya.

Bahan berbahaya seperti pemberantas serangga, tikus, kecoa, bakteri, dan bahan berbahaya lainnya harus disimpan dalam ruangan terpisah dan harus selalu diawasi penggunaannya.

3. Penyimpanan label dan kemasan

a. Kemasan dan label harus disimpan ditempat yang bersih dan jauh dari pencemaran.

(61)

b. Label harus disimpan secara rapi dan teratur supaya tidak terjadi kesalahan.dalam penggunaannya.

4. Penyimpanan peralatan

Peralatan yang telah dibersihkan dan disanitasi harus disimpan ditempat yang bersih. Sebaiknya permukaan peralatan menghadap ke bawah, supaya terlindung dari debu, kotoran, atau pencemaran lainnya.

K. Penanggung jawab

Seorang penanggung jawab diperlukan untuk mengawasi seluruh tahap proses produksi serta pengendaliannya untuk menjamin dihasilkannya produk pangan yang bermutu dan aman. 1. Penanggung jawab minimal harus mempunyai pengetahuan

tentang prinsip-prinsip dan praktek higiene dan sanitasi pangan serta proses produksi pangan yang ditanganinya.

2. Kegiatan pengawasan hendaknya dilakukan secara rutin.

L. Penarikan Produk

Penarikan produk pangan adalah tindakan menghentikan peredaran pangan karena diduga sebagai penyebab timbulnya penyakit atau keracunan pangan. Tujuannya adalah mencegah timbulnya korban yang lebih banyak karena mengkonsumsi pangan yang membahayakan kesehatan.

(62)

1. Pemilik IRT harus menarik produk pangan dari peredaran jika diduga menimbulkan penyakit atau keracunan pangan.

2. Pemilik IRT harus menghentikan produksinya sampai masalah terkait diatasi.

3. Pemilik IRT harus melaporkan penarikan produknya ke Pemerintah Kabupaten atau Kota setempat dengan tembusan Kepala Balai Besar atau Balai Pengawasan Obat dan Makanan setempat.

4. Pangan yang terbukti berbahaya bagi konsumen harus dimusnahkan.

M. Pencatatan dan Dokumentasi

Pencatatandan dokumentasi yang baik diperlukan untuk memudahkan penelusuran masalah yang berkaitan dengan proses produksi.

1. Pemilik seharusnya mencatat dan mendokumentasikan :

a. Penerimaan bahan baku, bahan tambahan pangan (BTP), dan bahan penolong sekurang-kurangnya memuat nama bahan, jumlah, tanggal pembelian, nama dan alamat pemasok.

b. Produk akhir sekurang-kurangnya memuat nama, jenis produk, tanggal produksi, kode produksi dan jumlah produksi.

2. Catatan dan dokumen harus disimpan selama 2 (dua) kali umur simpan produk pangan yang dihasilkan.

(63)

N. Pelatihan Karyawan

Pimpinan dan karyawan IRT harus mempunyai pengetahuan dasar mengenai prinsip-prinsip dan praktek higiene dan sanitasi pangan serta proses pengolahan pangan yang ditanganinya agar dapat memproduksi pangan yang bermutu dan aman.

1. Pemilik atau penanggung jawab harus sudah pernah mengikuti penyuluhan tentang Cara Produksi Pangan Yang Baik untuk Industri Rumah Tangga (CPPB IRT).

2. Pemilik atau penanggung jawab tersebut harus menerapkannya serta mengajarkan pengetahuan dan ketrampilan kepada karyawan lainnya.

2.4 Visual Basic.Net

Visual basic. Net adalah teknologi pemrograman Microsft yang dapat digunakan untuk membuat aplikasi di lingkungan kerja berbasis Windows. Visual Basic. Net merupakan bahasa pemrograman terbaru buatan Microsoft buatan Microsoft Corporation yang paling banyak digunakan untuk membuat berbagai macam aplikasi.

Dilihat dari sejarahnya, Visual Basic. Net dikembangkan dari bahasa BASIC sehingga aturan penulisan bahasanya sama dengan bahasa BASIC. Walaupun demikian, karena adanya tuntutan perkembangan teknologi maka bahasa Visual Basic. Net memiliki beberapa tambahan yang tidak ada dalam bahasa BASIC.

(64)

Bahasa Visual Basic. Net atau yang lebih dikenal dengan VB.NET tercatat digunakan oleh banyak kalangan, mulai dari akademisi sampai dengan praktisi programmer profesional. Beberapa keunggulan yang membuat VB.NET digunakan oleh banyak kalangan diantaranya :

ƒ Mudah

Kemudahan di sini lebih ke arah kemudahan bagi para pengguna untuk membuat aplikasi.

ƒ Efisien

Kemudahan pada saat proses pembuatan aplikasi, akan berdampak pada efisiensi dari suatu proses produktifitas, baik efisiensi dalam hal waktu pembuatan aplikasi ataupun efisiensi dalam hal biaya.

ƒ Produktifitas

Dari semua kemudahan di atas, pada akhirnya akan meningkatkan produktifitas dari pengguna.

2.5 SQL Server 2005 Express

SQL Server 2005 Express adalah sebuah sistem manajemen basis data relasional yang dibuat oleh Microsoft dan diberikan secara gratis kepada pengguna untuk keperluan belajar dan pengenalan. Bahasa query yang digunakan SQL Server 2005 Express adalah Transact SQL yang merupakan implementasi dari SQL standart ANSI.

(65)

BAB III

ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM

Pada bab ini akan dijelaskan mengenai langkah-langkah dalam perancangan Sistem Pendukung Pengambilan Keputusan yang meliputi beberapa tahap, diantaranya :

3.1 Tahap Perencanaan

Proses penentuan dalam memberikan atau mengeluarkan sertifikasi makanan harus dilakukan dengan sebaik mungkin dengan memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhinya, dalam hal ini kriteria-kriteria yang telah ada. Hal ini sangat penting dilakukan agar proses pengambilan keputusan dapat dilakukan secara cepat, mudah, dan bertanggung jawab.

Proses penentuan dalam memberikan atau mengeluarkan sertifikasi makanan oleh Dinas Kesehatan masih dilakukan secara manual, yaitu dilakukan dengan cara penghitungan-penghitungan nilai dari setiap kriteria yang telah ada dari setiap pemohon atau yang mengajukan sertifikasi terhadap produk makanan tersebut. Dimana kriteria-kriteria tersebut meliputi kriteria tentang lingkungan produksi, bangunan dan fasilitas, peralatan produksi, suplai air, fasilitas dan kegiatan higienis dan sanitasi, pengendalian hama, kesehatan dan higienis karyawan, proses pengendalian, label pangan, penyimpanan, manajemen pengawasan, pencatatan dan dokumentasi, serta pelatihan karyawan.

(66)

Dengan memperhatikan hal-hal di atas, maka penulis bermaksud membuat sistem berbasis komputer yang bertujuan membantu dinas kesehatan dalam memberikan atau mengeluarkan sertifikasi makanan. Penulis berharap sistem pendukung pengambilan keputusan pemberian sertifikasi makanan berbasis komputer ini dapat memberikan kemudahan dan semakin memperlancar kinerja dari dinas kesehatan sendiri.

Tahap ini meliputi proses perumusan masalah dan kebutuhan sehingga dapat diketahui atau digunakan untuk menentukan tujuan dari dibangunnya Sistem Pendukung Pengambilan Keputusan ini.

Dalam hal penentuan dalam pemberian nomor sertifikasi makanan, kriteria yang diberikan merupakan faktor yang menentukan bagi diterima atau tidaknya suatu makanan untuk dapat diberikan suatu nomor sertifikasi makanan.

3.2 Analisis

Kelemahan dari sistem lama yang telah ada atau sistem manual adalah lamanya proses penentuannya karena semuanya dilakukan secara manual, dan semisal ada banyak produsen yang ingin mensertifikasikan produknya maka akan mempengaruhi lama tidaknya proses pengambilan keputusan dalam memberikan sertifikasi pada produk makanan yang diajukan tersebut.

Dengan menggunakan sistem yang baru ini diharapkan proses pengambilan keputusan dalam memberikan sertifikasi produk makanan

(67)

dapat dilakukan lebih cepat, sesuai dengan faktor-faktor atau kriteria yang mempengaruhi penilaiannya, diantaranya :

a. Lingkungan produksi b. Bangunan dan fasilitas c. Fasilitas produksi d. Supplay air

e. Fasilitas dan kegiatan higienis dan sanitasi f. Pengendalian hama

g. Kesehatan dan higienis karyawan h. Pengendalian proses produksi i. Label pangan

j. Penyimpanan

k. Manajemen pengawasan l. Pencatatan dan dokumentasi m. Pelatihan karyawan.

3.3 Perancangan

Pada tahap ini akan dilakukan perancangan terhadap sistem yang akan dibangun, meliputi : desain model, desain basisdata, desain antarmuka pengguna, dan algoritma jalannya program.

(68)

3.3.1 Desain Model

Proses pengambilan keputusan yang terjadi dalam sistem akan dijelaskan pada Diagram Arus Data (DAD), proses-proses pemodelan yang terjadi dalam sistem adalah sebagai berikut :

DinKes

Gambar 3.1 Diagram Konteks

(69)

Pada DAD level 1 untuk pengelola dapat dilihat bahwa sistem utama (SPPK Pemberian Sertifikasi Makanan) dipecah kedalam tiga proses, yaitu proses login, proses update data, dan proses pengolahan jawaban. Pada DAD level 1 ini pengelola mempunyai hak untuk mengupdate data-data perusahaan, pangan, kriteria, unsur kriteria, pemeriksa, standart nilai dan pengguna serta data produk yang akan diolah.

Gambar 3.3 DAD level 1 ( Operator )

Pada DAD level 1 untuk operator dapat dilihat bahwa SPPK Pemberian Sertifikasi Makanan dipecah menjadi 3 proses, seperti halnya pada DAD level 1 untuk pengelola. Sedangkan untuk operator hanya mempunyai wewenang untuk mengupdate data perusahaan, data produk, mengubah data password operator itu sendiri, dan mengolah jawaban.

(70)

1.1

Gambar 3.4 DAD level 2 Pecahan dari Proses update data (Pengelola)

Pada DAD level 2 dapat diketahui bahwa proses update data dipecah menjadi 9 proses, diantaranya ; proses pencarian, proses update perusahaan, proses update pangan, proses update kriteria, proses update unsur kriteria, proses update pemeriksa, proses ubah standart nilai, proses update pengguna, dan proses update produk. Proses ubah standart nilai digunakan untuk mengubah standart nilai, yang nantinya akan digunakan untuk perhitungan dalam penilaian, yang selanjutnya data tersebut akan disimpan dalam database standart nilai. Sedangkan untuk proses update (update perusahaan, update pangan, update kriteria, update unsur kriteria,

(71)

update pemeriksa, update pengguna, dan update produk) digunakan untuk menambah, mengubah, dan menghapus data pengguna, yang nantinya akan digunakan pada saat mencetak laporan.

Proses pencarian digunakan untuk mencari data perusahaan, jenis pangan, kriteria, unsur kriteria, pemeriksa, pengguna, dan produk yang nantinya akan diubah, dihapus, atau ditambah pada proses update.

1

Gambar 3.5 DAD level 2 Pecahan dari Proses update data (Operator)

Pada DAD level 2 untuk operator, update data dipecah menjadi 4 proses, yaitu proses pencarian, proses update perusahaan, proses ubah password, dan proses update produk. Pada level ini operator hanya bisa mengupdate data perusahaan, data produk dan mengganti password yang dimiliki oleh operator tersebut..

(72)

2.1

jaw aban jaw aban

hasilPengolahan

Gambar 3.6 DAD level 2 Pecahan dari proses pengolahan jawaban

Pada DAD level 2 di atas dapat diketahui bahwa proses pengolahan jawaban dipecah menjadi 4 proses yang lebih kecil lagi, proses tampil kriteria, proses perekaman jawaban, proses penghitungan nilai, dan proses pembuatan laporan. Untuk proses pengolahan jawaban antara pengelola dan operator adalah sama. Proses tampil kriteria digunakan untuk menampilkan kriteria-kiteria, sedangkan untuk proses perekaman jawaban digunakan untuk merekam jawaban dan juga hasil konversi jawaban tersebut ke dalam bentuk angka atas unsur-unsur kriteria yang diberikan yang selanjutnya akan disimpan pada database uji. Proses pengolahan nilai skor digunakan untuk mengubah atau mengkonversi nilai-nilai hasil konversi atas jawaban yang diberikan, sesuai dengan standar nilai yang

(73)

ditetapkan. Proses pembuatan laporan digunakan untuk membuat laporan berdasarkan dari hasil pengolahan nilai skor.

1.2.1

Gambar 3.7 DAD level 3 Pecahan dari proses update perusahaan (pengelola)

Pada DAD level 3 di atas dapat diketahui bahwa proses update perusahaan dari sisi pengelola dipecah menjadi 3 proses yang lebih kecil, yaitu : proses tambah, proses ubah, dan proses hapus. Proses tambah berfungsi untuk memasukkan data perusahaan yang baru, proses ubah berfungsi untuk mengubah data perusahaan yang ada, dan proses hapus berfungsi menghapus data perusahaan.

1.3.1

Gambar 3.8 DAD level 3 Pecahan dari proses update pangan (pengelola)

(74)

1.4.1

Gambar 3.9 DAD level 3 Pecahan dari proses update kriteria (pengelola)

1.5.1

Gambar 3.10 DAD level 3 Pecahan dari proses update unsur kriteria (pengelola)

1.6.1

Gambar 3.11 DAD level 3 Pecahan dari proses update pemeriksa (pengelola)

(75)

1.8.1

Gambar 3.12 DAD level 3 Pecahan dari proses update pengguna (pengelola)

1.9.1

Gambar 3.13 DAD level 3 Pecahan dari proses update produk (pengelola)

1.9.1

Gambar 3.14 DAD level 3 Pecahan dari proses update produk (operator)

(76)

1.2.1

tambah

1.2.2

ubah perus ahaan

dt y g diubah dt prshn baru

Gambar 3.15 DAD level 3 Pecahan dari proses update perusahaan (operator)

Pada DAD level 3 di atas dapat diketahui bahwa proses update perusahaan dari sisi operator dipecah menjadi 2 proses yang lebih kecil, yaitu : proses tambah dan proses ubah. Proses tambah berfungsi untuk memasukkan data perusahaan yang baru, sedangkan proses ubah berfungsi untuk mengubah data perusahaan yang ada.

3.3.2 Desain Basisdata

Didalam sistem yang akan dibangun, manajemen data dibagi menjadi beberapa bagian kecil, diantaranya ; perancangan ERD, perancangan basisdata, dan perancangan kamus data.

3.3.2.1 Perancangan ERD atau diagram relasi

Dibawah ini merupakan diagram ER dari sistem yang akan dibuat, dimana sistem tersebut tersusun dari lima entitas yang saling berelasi antara satu dengan yang lain.

(77)

Gambar 3.16 Diagram Relasi Data

3.3.2.2 Parancangan Basisdata

Pada perancangan basisdata ini himpunan entitas-entitas yang tertera dalam diagram relasi di atas akan digambarkan pada tabel-tabel seperti dibawah ini :

Tabel 3.1 Perusahaan

Kode

prshn

Nama

prshn

Alamat

prshn

Telp

prshn

Ijin

Usaha

Pemilik

prshn Umur prshn

Jml

karyawan

(78)

Tabel 3.2 Produk

Kode

produk

nama

produk

Kode_prshn Kode_pgn Kode_pmrks Penanggung

jawab

tgl nilai

Tabel 3.3 Pangan

Kode pgn Jenis pgn Keterangan

Tabel 3.4 Pemeriksa

Kode pmrks Nama NIP Alamat Foto

Tabel 3.5 Kriteria

Kode krt Jenis Status

Tabel 3.6 Unsur Kriteria

Nomor Kode krt Pertanyaan Jawaban_B Jawaban_C Jawaban_K Status

Tabel 3.7 Uji

Kode produk Nomor Jawaban Skor

Gambar

Tabel keputusan,
Gambar 3.4 DAD level 2 Pecahan dari Proses update data (Pengelola)
Gambar 3.6 DAD level 2 Pecahan dari proses pengolahan jawaban
Gambar 3.8 DAD level 3 Pecahan dari proses update pangan (pengelola)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Produk Jurnalistik yang akan kami produksi dalam bentuk video dokunmenter dengan mengambil contoh kongkrit Koboy (Komunitas Bocah Wayang), yang bertujuan untuk

Data hasil pengujian kuat tekan antara resin poliester dan penambahan serat daun nenas dengan orientasi serat acak (serat pendek) dan serat searah (serat panjang) dapat

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui berapa kadar tepung terigu yang dipergunakan pada transportasi benih nila berukuran 3-5 cm dalam transportasi

Pem ilihan PNS Berpres tasi Pem erintah Kota Salatiga bertujuan untuk mendorong terciptanya PNS yang mem punyai sikap nasionalis, etis dan profesional, mem iliki sem

Berdasarkan pola pemindahan hak milik dalam ijarah muntahiya bi tamlik (IMBT), maka pembiayaan KPR yang dijalankan oleh perbankan syari’ah menggunakan pola kedua, yaitu;

Dengan sistem murabahah yang diterapkan dalam pembiayaan KPR ini berarti pihak Bank Syariah harus memberitahukan harga perolehan atau harga asal rumah yang dibeli dari

Beban impak maksimum yang diserap helmet sepeda motor pada pengujian dengan jenis anvil plat datar dengan menggunakan peredam spring sebesar 24,33 N pada ketinggian

bahwa Kedudukan Protokoler dan Keuangan Pimpinan dan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Bandung telah ditetapkan dengan Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 20 Tahun