DAMPAK PEMBANGUNAN MALL TERHADAP UKM DI SEKITARNYA (Studi Kasus Pada Pembangunan Laris Mall di Kecamatan Muntilan)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Ekonomi
oleh:
M.M. Rita Rosita (021324019)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
Successful is the one who
purifies himself, remembers the
name of his Lord, and prays.
( Anonymous )
Dedicated to:
ABSTRAK
DAMPAK PEMBANGUNAN MALL TERHADAP UKM DI SEKITARNYA (Studi Kasus Pada Pembangunan Laris Mall di Kecamatan Muntilan )
M. M. Rita Rosita Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta 2007
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dampak pembangunan Mall terhadap Usaha Kecil dan Menengah ( UKM ) disekitarnya. Secara khusus, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan jumlah biaya usaha yang dikeluarkan para pemilik UKM , jumlah pendapatan yang diperoleh para pemilik UKM dan jumlah keuntungan yang di peroleh para pemilik UKM sebelum dan sesudah adanya Laris Mall yang ada di Kecamatan Muntilan.
Jenis penelitian ini adalah studi kasus. Pengumpulan data dengan melakukan observasi dan wawancara. Jumlah sampel penelitian sebanyak 72 orang. Tehnik analisis data yang digunakan untuk menguji hipotesis menggunakan uji beda mean dengan uji Z.
Berdasarkan analisis data dapat disimpulkan bahwa :
1. Tidak ada perbedaan signifikan antara jumlah biaya usaha yang dikeluarkan para pemilik UKM sebelum dan sesudah ada Laris Mall; 2. Ada perbedaan signifikan antara jumlah pendapatan yang diterima para
pemilik UKM sebelum dan sesudah ada Laris Mall;
ABSTRACT
THE IMPACT OF THE EXISTENCE OF MALL TO SMALL AND MEDIUM ENTERPRISES ( SMEs ) AND ITS SURROUNDINGS
M.M. Rita Rosita Sanata Dharma University
Yogyakarta 2007
The aim of the research is to know the impact of the existence of mall to small and medium enterprises ( SMEs ) and its surrounding, especially in the differences of cost operation that SMEs spend, the income that SMEs earn and the profit that SMEs get before and after the existence of Laris Mall in Muntilan District.
This research is a case study. The techniques of dat collection were observation and interview. The samples were 72 people. The technique of analyzing the data was Z different test of mean.
Based on data analysis, can be concluded that:
1. There isn’t any significant difference between the cost operation that SMEs spend before and after the existence of Laris Mall.
2. There is significant difference between the income that SMEs earn before and after the existence of Laris Mall.
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan skripsi ini sebagai syarat memperoleh gelar sarjana pendidikan.
Selama menyelesaikan skripsi ini penulis banyak mengalami kesulitan dan hambatan, namun berkat dukungan dari berbagai pihak penulis akhirnya bisa menyelesaikan skripsi ini sampai selesai. Oleh karena itu, pada kesempatan kali ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada :
1. Bapak Drs. T. Sarkim, M.Ed., Ph. D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.
2. Bapak Drs. Sutarjo Adisusilo, J. R selaku Kepala Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial.
3. Bapak Yohanes Harsoyo, S. Pd., selaku Kaprodi Pendidikan Ekonomi dan Dosen Pembimbing I.
4. Bapak Drs. P. A. Rubiyanto selaku Dosen Pembimbing II.
5. Bapak Indra Darmawan S. Pd., M. Si yang telah banyak memberi masukan kepada penulis selama selama menyelesaikan skripsi.
6. Pak Mudayen, Bu Wigati, Bu Catur dan segenap Dosen Pendidikan Ekonomi dan Pendidikan Akuntansi, terima kasih atas segala bantuan dan
7. Mbak titin, Mbak aris dan Pak Wawik terima kasih atas segala bantuannya selama ini.
8. Orang tua saya yang telah memberikan dukungan moril maupun materil terima kasih banyak atas semua dukungannya.
9. Suami dan anak saya tercinta terima kasih atas dukungannya selama ini 10.Kakak saya yang selama ini selalu mendukung dan memberi semangat, terima
kasih.
Daftar isi
Lembar Persetujuan Pembimbing………ii
Lembar Pengesahan………...iii
Halaman Persembahan……….iv
Lembar Pernyataan Keaslian Karya……….v
Abstrak………vi
Abstract………...vii
Kata Pengantar……….viii
Daftar Isi ………...ix
Bab I Pendahuluan………. ..1
A. Latar belakang masalah………. . 1
B. Batasan masalah………. . 3
C. Rumusan masalah……….. . 4
D. Tujuan penelitian………...4
E. Manfaat penelitian………. ..5
Bab II Kajian Teori………...6
A. Pembangunan perkotaan dan masalah sosial………. ..6
B. Hubungan usaha besar dan usaha kecil………. ..9
C. Kebijakan pemerintah dalam pembangunan perkotaan………. .13
D. Penelitian terdahulu………... .18
E. Kerangka pemikiran……….... 20
F. Hipotesis………. 21
Bab III Metodologi Penelitian………...22
A. Jenis penelitian………... .22
B. Subjek penelitian……….22
C. Objek penelitian………... .22
D. Lokasi penelitian dan alasan pemilihan lokasi………... .22
E. Populasi dan sampel penelitian……….. .23
F. Variabel, indikator dan pengukuran variable penelitian……… .23
H. Teknik pengumpulan data………... .25
I. Teknik analis data………25
Bab IV Gambaran Umum Lokasi dan Sampel Penelitian………. .30
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian………30
B. Gambaran Umum Sampel Penelitian………37
Bab V Analisis Data dan Pembahasan ………...42
A. Analisis Data……….. 42
B. Pembahasan………. 54
Bab VI Kesimpulan dan Saran……….. 59
A. Kesimpulan………. 59
B. Saran……… 60
Daftar Tabel : Tabel 1 : Perkembangan jumlah penduduk Kecamatan Muntilan Tahun 1996-2006……… 31
Tabel 2 : Banyaknya Dusun, RT, RW di Kecamatan Muntilan Tahun 2006………. 32
Tabel 3 : Banyaknya penduduk berumur 10 tahun keatas dirinci tiap desa dan mata pencaharian di Kecamatan Muntilan tahun 2006……. 33
Tabel 4 : Komposisi penduduk menurut umur dan jenis kelamin di Kecamatan Muntilan tahun 2006……….. 35
Tabel 5 : Komposisi penduduk Kecamatan Muntilan menurut tingkat pendidikan tahun 2006……… 36
Tabel 6 : Jenis kelamin responden penelitian……….... 38
Tabel 7 : Usia responden penelitian……….. 38
Tabel 8 : Pendidikan terakhir responden penelitian……….. 39
Tabel 9 : Lama berdagang responden……….. 40
Tabel 10 : Asal barang dagangan responden……… 40
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Negara Indonesia merupakan salah satu negara yang masih tergolong sebagai negara berkembang yang sedang melaksanakan pembangunan di berbagai bidang. Pembangunan yang sedang digalakkan merupakan suatu proses perubahan yang berkesinambungan untuk mencapai kesejahteraan bagi masyarakat. Melalui proses tersebut, diharapkan akan tercipta peluang bagi masyarakat untuk memperbaiki Kesejahteraan hidup.
Dewasa ini pembangunan yang dilaksanakan di Indonesia menunjukan kecenderungan yang makin meningkat. Kita dapat mengetahui dengan melihat adanya peningkatan berbagai usaha, baik secara formal maupun informal. Selain peningkatan usaha, kita juga dapat melihat adanya peningkatan hasil-hasil di segala bidang kehidupan, baik secara material maupun spiritual. Peningkatan pembangunan di segala bidang ini juga selaras dengan kebutuhan manusia yang semakin meningkat.
bagi setiap rencana pembangunan. Sehingga pembangunan yang dilakukan memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi kesejahteraan masyarakat.
Pembangunan sejak dalam perencanaan memang bertujuan untuk meningkatkan sosial ekonomi. Secara teoritis, pembangunan haruslah positif bagi masyarakat setempat, propinsi, nasional, maupun internasional. Kenyataan yang kita jumpai tidak selalu demikian, untuk masyarakat tingkat propinsi dan nasional mungkin mendapat dampak positif tetapi masyarakat setempat tidak mendapat atau sedikit sekali dampak positifnya.
Salah satu contoh pembangunan yang sedang marak dilakukan di perkotaan maupun di pedesaan saat ini adalah pembangunan mal ataupun swalayan-swalayan. Keadaan tersebut tentu memberi keuntungan tersendiri bagi masyarakat. Selain mempermudah masyarakat dalam mencari barang barang kebutuhan, keberadaan mal ataupun swalayan dapat digunakan sebagai sarana hiburan bagi masyarakat. Disamping itu, keberadaan mal dan swalayan dapat membantu dalam penyerapan tenaga kerja.
didukung oleh modal yang cukup besar, para pemilik Mal ataupun Swalayan memiliki manajemen pemasaran yang lebih baik untuk menarik minat konsumen dibandingkan para pemilik UKM.
Dari uraian diatas maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul “ DAMPAK PEMBANGUNAN MAL TERHADAP UKM DI SEKITARNYA “. Adapun alasan peneliti mengambil judul ini karena peneliti ingin melihat perbandingan dampak negatif dan dampak positif yang ditimbulkan oleh pembangunan mal terhadap keberadaan UKM disekitarnya, terutama dampak yang ditimbulkan oleh pembangunan Laris Mal di Kecamatan Muntilan.
B. Batasan Masalah
Mengingat adanya keterbatasan waktu, biaya, dan kemampuan peneliti,
penelitian ini lebih memfokuskan diri pada :
1. Objek penelitian adalah perubahan jumlah biaya usaha, pendapatan dan keuntungan yang diperoleh para pemilik UKM.
2. Subjek penelitian meliputi orang-orang yang memiliki UKM dalam radius 1 Km dari Laris Mal.
C. Rumusan Masalah
1. Apakah ada perbedaan jumlah biaya usaha yang dikeluarkan para pemilik UKM ( pedagang ) sebelum dan sesudah adanya Laris Mall ?
2. Apakah ada perbedaan jumlah pendapatan yang diperoleh para pemilik UKM ( pedagang ) sebelum dan sesudah adanya Laris Mall ?
3. Apakah ada perbedaan jumlah keuntungan yang diperoleh para pemilik UKM ( pedagang ) sebelum dan sesudah adanya Laris Mall ?
D. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dengan dilaksanakannya penelitian ini adalah : Tujuan Umum
1. Untuk mengetahui apakah pembangunan Laris Mal di Kecamatan Muntilan berpengaruh terhadap jumlah biaya usaha yang digunakan para pemilik UKM di sekitarnya.
2. Untuk mengetahui apakah pembangunan Laris Mal di Kecamatan Muntilan berpengaruh terhadap jumlah pendapatan yang diterima para pemilik UKM di sekitarnya.
E. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi : 1. Bagi Pemerintah Daerah
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan bagi pemerintah dalam menyusun rencana pembangunan, terutama mengenai dampak yang ditimbulkan terhadap lingkungan, khususnya setelah diadakan pembangunan.
2. Bagi Swasta
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan bagi pihak swasta dalam menyusun rencana pembangunan, agar pembangunan yang dilakukan tidak merugikan masyarakat tetapi mampu memberikan manfaat yang sebesar-besarnya terhadap masyarakat terutama masyuarakat yang berada disekitar lokasi pembangunan
3. Bagi Masyarakat setempat
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Pembangunan Perkotaan dan Masalah Sosial
Pembangunan di Indonesia selama PJPT I telah membawa banyak perubahan dalam berbagai aspek, baik di pedesaan maupun di perkotaan. Perubahan itu telah membawa pula perkembangan baru, tidak hanya terhadap lingkungan fisik, tetapi juga terhadap sistem nilai dalam tatanan sosial kita. Dalam perkembangan selanjutnya, tidak jarang kita merasa terjebak ke dalam sistem yang kita ciptakan sendiri. Salah satu contoh kongkrit mengenai hal ini adalah pembangunan perkotaan yang banyak menimbulkan perubahan dan dampak terhadap kehidupan masyarakat.
Berdasarkan sensus penduduk tahun 2000, menunjukkan bahwa jumlah penduduk perkotaan di Indonesia telah mencapai lebih dari 85 juta jiwa yang tersusun kedalam beberapa hirarki kota, dengan laju kenaikan sebesar 4, 40 % per tahun selama kurun waktu 1990-2000. Laju kenaikan penduduk di kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya, Bandung, Medan dan Semarang relatif rendah. Namun , laju kenaikan penduduk di kecamatan-kecamatan dan kabupaten sekitar kota besar relatif tinggi. Hal ini disebabkan adanya harga tanah yang cukup mahal di kota-kota besar (Suara Pembaharuan, 9 Juni 2004)
Sumber pertumbuhan penduduk kota dapat ditinjau secara demografis dan secara teori. Secara demografis, sumber pertumbuhan penduduk perkotaan ada tiga yaitu: pertambahan penduduk alamiah, migrasi dan reklasifikasi. Pertambahan penduduk alamiah memberikan kontribusi sekitar satu per tiga bagian, sedangkan migrasi dan reklasifikasi memberikan kontribusi sebesar dua per tiga kepada kenaikan jumlah penduduk perkotaan. Berdasarkan hasil penelitian oleh berbagai ahli, migrasi penduduk pedesaan ke perkotaan disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain :
7. adanya peluang di kota untuk memperoleh pekerjaan yang lebih baik, penghasilan yang lebih tinggi, pengembangan keterampilan, melanjutkan studi dan lainnya.
Secara teori, sumber pertumbuhan penduduk perkotaan dapat dijelaskan dengan teori basis perkotaan dan teori tempat sentral. Menurut teori basis perkotaan, pertumbuhan penduduk perkotaan disebabkan oleh adanya permintaan dari luar daerah perkotaan akan barang dan jasa yang diproduksi oleh suatu daerah perkotan. Sedangkan menurut teori tempat sentral pertumbuhan penduduk perkotaan disebabkan oleh adanya permintaan dari wilayah pelayanan (wilayah pemasaran)
erat, bahkan dibutuhkan perencanaan pembangunan wilayah yang berfokus pada hubungan perkotaan dengan pedesaan.
B. Hubungan Usaha Besar dengan Usaha Kecil
Dalam mendukung kegiatan pembangunan yang digalakan pemerintah, dibutuhkan peran serta masyarakat, baik pengusaha besar, menengah maupun pengusaha kecil. Menurut Badan Pusat Statitik, pengusaha besar adalah mereka yang memiliki usaha dengan melibatkan tenaga kerja ≥ 100 orang karyawan. Pengusaha menengah adalah mereka yang memiliki usaha dan melibatkan tenaga kerja antara 20 sampai 99 orang. Sedangkan pengusaha kecil adalah mereka yang memiliki usaha dan melibatkan tenaga kerja antara 5 sampai 19 orang.
Dilihat dari jumlah tenaga kerja, usaha baru umumnya berangkat dari usaha kecil. Berkaitan dengan usaha kecil, terdapat cirri-ciri khusus usaha kecil seperti dikemukakan oleh Sutojo (Baswir, 1998):
a. lebih dari setengah perusahaan kecil didirikan sebagai pengembangan usaha kecil-kecilan
b. selain masalah permodalan, masalah lain yang dihadapi usaha kecil bervariasi sesuai dengan tingkat perkembangan usaha
c. sebagian besar usaha kecil tidak mampu memenuhi persyaratan administratif guna memperoleh bantuan bank
d. hampir 60 % usaha kecil masih menggunakan teknologi tradisional
f. pangsa pasar usaha kecil cenderung menurun baik karena factor kekurangan modal, kelemahan tegnologi maupun karena kelemahan manajerial
g. hampir 70 % usaha kecil melakukan pemasaran langsung kepada konsumen. Batasan kelompok usaha yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada batasan yang dikemukakan oleh Sutojo dkk, karena menurut Sutojo ini diperuntukan bagi usaha secara umum (Baswir, 1998).
Meskipun UKM mampu memberi sumbangan yang cukup besar dalam perekonomian nasional, akan tetapi dalam kenyataannya UKM belum mampu menunjukan peranannya secara optimal. Hal ini disebabkan adanya masalah dan kelemahan-kelemahan yang ada pada UKM. Masalah-masalah yang dihadapi UKM antara lain masalah penyediaan dana untuk modal kerja, masalah pemasaran, masalah penyediaan teknologi, manajemen dan kualitas tenaga kerja dan masalah kewirausahaan. Sedangkan kelemahan-kelemahan yang ada pada UKM antara lain kelemahan dalam memperoleh peluang dan memperbesar pangsa pasar, kelemahan dalam struktur permodalan, kelemahan dalam bidang organisasi dan manajemen, keterbatasan dalam jaringan usaha dan kerja sama usaha kecil.
Dengan adanya masalah dan kelemahan yang dihadapi UKM maka, peran pemerintah dalam hal ini sangatlah dibutuhkan. Hal ini bertujuan untuk mewujudkan sektor perekonomian yang semakin seimbang dan kuat. Untuk saat ini, upaya yang telah dilakukan pemerintah adalah menciptakan kerjasama antara UKM dengan perusahaan besar. Sebagai alat kebijakan dalam mengatur kerjasama, pemerintah mengeluarkan peraturan pemerintah no 44 tahun 1997 tentang kemitraan. Adapun mekanisme pelaksanaan kemitraan perusahaan besar dengan perusahan kecil adalah sebagai berikut :
a. Kemitraan yang diatur dalam peraturan pemerintah no 44 tahun 1997 melibatkan pengusaha besar, pengusaha menengah dan pengusaha kecil. b. Yang dimaksud kemitraan disini adalah kerjasama antara usaha besar,
c. Tujuan diadakannya kemitaraan antara perusahaan besar, perusahaan menengah dan perusahaan kecil adalah menciptakan iklim yang mampu merangsang terselenggaranya kemitraan usaha yang kokoh diantara semua pelaku kehidupan ekonomi berdasarkan prinsip saling memerlukan, saling memperkuat dan saling menguntungkan. Dengan adanya kemitraan ini, diharapkan bisa memberdayakan usaha kecil agar dapat tumbuh dan berkembang semakin kuat.
d. Kemitraan diselenggarakan melalui pola-pola yang sesuai dengan sifat dan tujuan usaha yang dimitrakan dengan memberikan peluang seluas-luasnya kepada usaha kecil oleh pemerintah dan dunia usaha.
e. Dalam kemitraan, usaha besar dan usaha menengah berperan sebagai inti dalam membina dan mengembangkan usaha kecil dalam hal penyediaan lahan, penyediaan sarana produksi, pemberian bimbingan teknis manajemen usaha, peningkatan teknoligi, pembiayaan dan pemberian bantuan lain.
f. Kemitraan berlangsung dalam rangka sub kontrak untuk memproduksi barang atau jasa.
g. Kemitraan antara usaha besar dan usaha kecil dapat berlangsung dalam bentuk kerja sama pemasaran, penyediaan lokasi usaha atau penerimaan pasokan dari usaha kecil untuk memenuhi kebutuhan yang diperlukan usaha besar.
mendahulukan usaha kecil yang memiliki kemampuan untuk bertindak sebagai penerima waralaba.
i. Pola-pola kemitraan dikembangkan lebih lanjut oleh menteri dan menteri teknis sehingga menjangkau bidang-bidang usaha dalam arti seluas-luasnya.
j. Menteri adalah Menteri koperasi dan pembinaan pengusaha kecil. Menteri teknis adalah Menteri yang secara teknis bertanggung jawab untuk membina dan mengembangkan pelaksanaan kemitraan.
Sejauh ini, peran peraturan pemerintah no 44 tahun 1997 sebagai alat pengontrol kemitraan perusahaan besar dengan UKM belum berjalan dengan baik. Argument ini didasarkan pada fakta bahwa pada kenyataanya perusahaan besar enggan bekerja sama dengan UKM karena merasa terbebani. Jika ada perusahaan besar mau bekerjasama dengan perusahaan kecil itu dikarenakan adanya keuntungan besar yang diperoleh perusahan besar dari perusahaan kecil bukan karena kesadaran akan pentingnya kerjasama untuk mendukung perekonomian nasional.
C. Kebijakan Pemerintah dalam Pembangunan Kawasan Perkotaan
Kebijakan nasional yang dibutuhkan dalam perencanaan pembangunan kawasan perkotaan akan berbeda antara kota yang satu dengan kota yang lainya, (El. Shakhs, 1985). Kebijakan mana yang tepat untuk setiap daerah ditentukan oleh pola tata ruang dan lingkungan ekonomi dan politik negara bersangkutan dan kedudukannya dalam system tata ekonomi internasional.
Untuk mencapai hasil yang optimal, pembahasan tentang kebujakan dan strategi pembangunan perkotaan harus diawali dengan ungkapan tentang visi dan misi pembangunan perkotaan. Visi pembangunan perkotaan mengandung pengertian cita-cita mengenai kondisi ideal perkotan di masa depan. Sedangkan misi pembangunan perkotaan mengandung pengertian tugas-tugas yang telah ditetapkan dan harus dilakukan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Langkah selanjutnya, dalam merumuskan kebijakan dan strategi pembangunan harus didasarkan pada kondisi dan kinerja prasarana dan sarana yang dimiliki saat itu.
Banyaknya faktor pembangunan, berbedanya intensitas faktor-faktor pembangunan dan berbedanya arti faktor-faktor pembangunan dalam kaitannya satu dengan yang lain menyebabkan kesulitan pemerintah kota dalam menyusun kebijakan. Faktor-faktor yang menyulitkan pemerintah dalam menyusun kebijakan tersebut antara lain:
2. Pemerintah setempat umumnya tidak memiliki kekuasaan dan sumber yang memadai untuk mewujudkan perubahan-perubahan di dalam wilayah wewenangnya sendiri.
3. Pengaruh kota besar atas perkembangan kota-kota yang lain sulit diperhitungkan oleh pemerintah
4. kebijakan nasional dalam kaitannya dengan pengembangan kota sebagian besar masih terpencar di berbagai departemen dan lembaga.
5. tujuan social politik yang dirumuskan dari segi startegi pengembangan tata ruang kota acap kali terbentur pada kekuatan yang ditimbulkan oleh kebijakan perekonomian nasional. Rencana perekonomian yang umumnya menekankan pada segi efisiensi cenderung melupakan tata ruang kotadan strategi pengembangan tata ruang cenderung mengabaikan kekuatan berbagai kaitan ekonomi dan kekuatan psiko sosial atau tidak memperhitungkan batas-batasnya sendiri.
6. Kebijakan yang direncanakan untuk memperbaiki kepincangan dalam suatu system kerap kali memperbesar kepincangan itu, atau dalam jangka panjang menimbulkan berbagai tuntutan baru yang lebih sulit atau lebih mahal untuk dipenuhi.
8. Pola perkembangan tata ruang dalam setiap sistem, peka akan perkembangan teknologi dan politik yang tidak menentu dari dalam maupun dari luar.
Sesulit apapun pemerintah kota mengambil kebijakan dalam penataan tata ruang kota, namun kebijakan dari pemerintah tetap dibutuhkan untuk menciptakan keserasian dan mengurangi masalah-masalah yang mungkin timbul akibat adanya perkembangan jumlah penduduk perkotaan. Sebagai acuan dalam membuat kebijakan pembangunan tata ruang kota, berikut dikemukakan strategi dan alat kebijakan yang mungkin bisa ditempuh oleh pemerintah (Hauser, 1985:178):
a. Pemusatan penduduk dan kegiatan ekonomi yang berlebihan untuk mengurangi merosotnya pertumbuhan daerah inti. Alat kebijakan yang bisa digunakan adalahmenetapkan pajak perangsang dan penjera, pengerahan masyarakat dan peran serta masyarakat, pembatasan migrasi. b. Pembaharuan daerah inti untuk mengurangi tekanan yang sangat besar atas
sistem layanan dan kemampuan menyediakan lapangan pekerjaan di daerah inti. Alat kebijakan yang bisa ditempuh adalah kebijakan dan perencanaan angkutan.
c. Pembatasan tingkat pengembangan industri dan kegiatan ekonomi lainnya. Alat kebijakan yang bisa digunakan berupapeningkatan tunjangan pendapatan dan dan program kesejahteraan masyarakat.
memindahkan kantor-kantor pemerintah, penertiban administrasi, penyesuaian dan perluasan batas-batas politik dan administrasi.
e. Meningkatkan keusangan fisik dan tenologi dengan meningkatkan program pendidikan dan pembangunan masyarakat.
f. Mengurangi jurang harga tanah. Cara yang bisa ditempuh adalah memberikan subsidi dan bantuan-bantuan untuk meningkatkan kemampuan daya beli tanah, pengendalian tanah kota dan penyediaan lapangan pekerjaan
g. Revitalasi kota. Revitalasi kota adalah upaya peningkatan kembali fungsi dan kegiatan perkotaan untuk meningkatkan pemanfaatan lahan perkotaan agar pendapatan kota meningkat.
h. Tata ruang kota. Tata ruang kota adalah wujud struktural dan pola pemanfaatan ruang kota baik yang direncanakan maupun tidak direncanakan. Perencanaan tata ruang kota dilakukan oleh pemerintah kota.
i. Pembangunan kelembagaan. Pembangunan kelembagaan mempunyai peranan penting untuk menunjang kelancaran penyelenggaraan tugas-tugas pemerintah dan pembangunaan.
Setelah semua kebijakan pembangunan perkotaan secara menyeluruh dilaksanakan, langkah selanjutnya adalah mengevaluasi perkembangan pembangunan . indikator yang bisa digunakan untuk mengevaluasi perkembangan pembangunan antara lain :
b. Tingkat kesejahteraan ekonomi dan sosial masyarakat perkotaan c. Tingkat kelestarian lingkungan hidup daerah perkotaan
d. Tingkat keseimbangan pembangunan daerah perkotaan e. Tingkat optimalisasi pemanfaatan ruang perkotaan
Setelah indikator diatas terlaksana, maka langkah selanjutnya mengukur kinerja dari masing-masing indikator yang dilihat dari pencapaian secara kuantitas dan kualitas.
D. Penelitian Terdahulu
perbedaan pendapatan bulanan antara pedagang tradisional yang berdekatan dan tidak berdekatan dengan pasar swalayan. Pendapatan para pedagang yang berada dipasar tradisional yang berdekatan dengan pasar swalayan mengalami penurunan setelah adanya pasar swalayan. Faktor penyebab menurunnya pendapatan adalah adanya penurunan kuantitas barang yang dijual akibat penurunan jumlah konsumen. Sedangkan jumlah pendapatan para pedagang yang berada dipasar tradisional yang jauh dari pasar swalayan tidak mengalami perubahan setelah adanya pembangunan swalayan. (3) Tidak ada perbedaan Permodalan antara pedagang tradisional yang berdekatan dan tidak berdekatan dengan pasar swalayan.
E. Kerangka Pemikiran
Munculnya pusat pembelanjaan modern seperti Mall dan Swalayan diharapkan akan memberikan kemudahan bagi masyarakat dalam mencari barang-barang kebutuhannya dan juga dapat di jadikan sebagai sarana rekreasi. Namun, kehadiran Mall ataupun swalayan tetap perlu diwaspadai apalagi jika lokasi perbelanjaan berada disekitar UKM yang memiliki barang dagangan yang identik dengan barang-barang yang dijual di Mall atau swalayan. Keberadaan Mall dan swalayan akan menjadi pesaing yang cukup kuat bagi para pemilik UKM karena Mall dan swalayan memiliki kekuatan yang cukup besar baik dalam hal modal, manajeman ataupun dalam menarik konsumen. Keberadaan Mall dan swalayan akan mempengaruhi pendapatan, keuntungan, jumlah pembeli dan jumlah barang yang dijual para pemilik UKM.
F. Hipotesis Penelitian
Dari tinjauan pustaka di atas, maka dapat diambil suatu hipotesisi sebagai berikut :
1. Jumlah biaya usaha para pemilik UKM dalam radius 1Km dari Laris Mall sesudah pembangunan Laris Mall mengalami perubahan yaitu tidak sama dengan jumlah pembeli sebelum pembangunan Laris Mall.
2. Jumlah pendapatan para pemilik UKM dalam radius 1Km dari Laris Mall sesudah pembangunan Laris Mall mengalami perubahan yaitu tidak sama dengan jumlah pendapatan sebelum pembangunan Laris Mall.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah studi kasus terhadap perubahan jumlah pendapatan, perubahan keuntungan dan jumlah pembeli akibat pembangunan Laris Mall di kecamatan muntilan.
B. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah orang-orang yang memiliki UKM disekitar laris Mall yaitu para pemilik UKM yang berada di sepanjang JL pemuda dan JL Sayangan, karena merekalah yang banyak merasakan perubahan akibat keberadaan Laris Mall.
C. Objek Penelitian
Objek dalam penelitian ini adalah variabel-variabel yang diteliti. Dalam penelitian ini yang menjadi objek adalah perubahan jumlah biaya usaha, perubahan jumlah pendapatan dan perubahan keuntungan yang diperoleh para pemilik UKM akibat pembangunan Laris Mall.
D. Lokasi Penelitian dan Waktu penelitian
E. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh masyarakat yang memiliki UKM, yang yang berada di sekitar Laris Mal dalam radius 1 km yaitu para pemilik UKM di sepanjang JL Pemuda, JL Sayangan dan pasar muntilan. Sedangkan sampel dalam penelitian ini adalah orang-orang yang memiliki UKM yang berada disekitar Laris Mal yang akan menjadi responden penelitian. Dalam penelitian ini jumlah populasi adalah 712 orang dan sampel berjumlah 72 orang yang diambil dengan menggunakan teknik purposive sampling atau kriteria tertentu. Adapun kriteria dalam pengambilan sampel adalah para pedagang yang menjual barang dagangan yang identik dengan barang dagangan yang dijual di Laris Mall. Sedangkan untuk pengambilan jumlah sample sebanyak 72 orang sampel berasal dari 10% jumlah populasi. Syarat untuk uji Z dalam populasi yang cukup besar adalah n > 30. Agar sampel dapat mewakili populasi maka diambil sampel 10% dari jumlah populasi. F. Variabel, Indikator, dan Pengukuran Variabel
Setelah sample penelitian ditentukan, langkah selanjutnya adalah menetapkan variabel-variabel yang akan diteliti dan menentukan cara untuk mengukur masing masing variable tersebut. Dalam penelitian ini, variabel-variabel yang akan diteliti terdiri atas :
b. Jumlah biaya usaha yang dikeluarkan para pemilik UKM, yaitu besarnya biaya usaha yang digunakan atau dikeluarkan untuk kegiatan usaha untuk setiap bulannya. . Indikator untuk mengukur besarnya biaya usaha adalah dilihat dari besarnya uang yang dikeluarkan tiap bulan untuk segala kegiatan yang berkaitan dengan usaha.
c. Jumlah keuntungan yang diterima para pemilik UKM, yaitu jumlah pendapatan bersih masyarakat setiap harinya. Indikator untuk mengukur keuntungan ini adalah dilihat dari selisih pendapatan yang diperoleh dengan biaya yang harus dikeluarkan setiap bulan
Dalam penelitian ini masing-masing variable yaitu jumlah pendapatan, jumlah barang yang terjual, dan jumlah keuntungan yang diperoleh akan diukur dengan cara yang berbeda. Pengukuran untuk masing-masing variable adalah sebagai berikut :
a. Pendapatan
Pendapatan para pemilik UKM di sekitar Laris Mal dikatakan berbeda secara signifikan jika jumlah pendapatan bulanan yang diperoleh sebelum dan sesudah pembangunan Laris Mal mengalami perubahan sama atau tidak sama. Sedangkan jika pendapatan bulanan para pemilik UKM tidak mengalami perubahan maka dapat dikatakan pendapatan pemilik UKM tidak berbeda secara signifikan.
b. Jumlah biaya usaha
yang dikeluarkan sebelum dan sesudah pembangunan Laris Mal mengalami perubahan sama atau tidaka sama. Sedangkan jika jumlah biaya yang dikeluarkan para pemilik UKM tidak mengalami perubahan maka dapat dikatakan besarnya biaya usaha pemilik UKM tidak berbeda secara signifikan
c. Jumlah keuntungan yang diperoleh
Besarnya keuntungan yang diperoleh para pemilik UKM di sekitar Laris Mal dikatakan berbeda secara signifikan jika besarnya keuntungan yang diperoleh sebelum dan sesudah pembangunan Laris Mal mengalami perubahan, sama atau tidak sama. Sedangkan jika besarnya keuntungan yang diperoleh para pemilik UKM tidak mengalami perubahan maka dapat dikatakan besarnya keuntungan yang diperoleh para pemilik UKM tidak berbeda secara signifikan
G. Data Yang Dicari
Data yang dicari dalam penelitian ini adalah data primer. Data ini diperoleh dari hasil wawancara dan melakukan observasi langsung di lapangan.
H. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan melakukan observasi dan wawancara.
I. Teknik Analisis Data
1. Uji Normalitas Data
Kolmogorof-Smirnov dilakukan untuk menguji data nominal dengan bentuk
sample K-S. Dalam penelitian ini, pengolahan data menggunakan SPSS 11.0
dengan langkah pengujian sebagai berikut:
1. Membuka menu statistik kemudian pilih Analyze. 2. Pilih submenu Nonparametric Tests
3. Dari serangkaian pilihan tes untuk nonparametik, sesuai data yang akan di teliti pilih 1Sample K-S .
4. Test Variable List. Klik variabel yang akan diuji
5. Untuk test-Type, karena dalam penelitian ini ingin mengetahui apakah data yang digunakan normal atau tidak maka klik pilih normal.
6.Kemudian klik OK sehingga akan segera diketahui hasil data melalui tabel. Analisis hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Ho : F ( x), dengan F (x) adalah fungsi distribusi populasi yang diwakili oleh sampel.
H1: F (x) ≠ F (x) atau distribusi populasi tidak normal. Dasar pengambilan keputusan:
Jika Zh > Zt maka Ho ditolak Jika Zh < Zt maka Ho diterima.
LariMal. Adapun rumus pengujian hipotesis dengan uji Z adalah sebagai berikut :
Keterangan :
1
X : Rata-rata pendapatan bulanan, rata-rata jumlah biaya usaha tiap bulan, dan
rata-rata keuntungan yang diperoleh sebelum pembangunan Laris Mal.
2
X : Rata-rata pendapatan harian, rata-rata jumlah biaya usahal, dan rata-rata
keuntungan yang diperoleh setelah pembangunan Laris Mal. 2
1
S : Varians pendapatan bulanan, jumlah biaya usaha, dan keuntungan yang diperoleh sebelum pembangunan Laris Mal .
2 2
S : Varians pendapatan bulanan, jumlah biaya usaha, dan keuntungan yang
diperoleh setelah pembangunan Laris Mal. n1 : jumlah responden
n2 :jumlah responden
sedang S2 (varians) dicari dengan rumus:
Keterangan :
S2 : varians pendapatan bulanan, jumlah biaya usaha, dan keuntungan yang diperoleh
X1 :jumlah pendapatan bulanan , jumlah biaya usaha, dan keuntungan yang
diperoleh
X : Rata-rata pendapatan harian, jumlah biaya usaha, dan keuntungan yang diperoleh
n : jumlah responden
Setelah nilai Z ditemukan, dilakukan pengambilan keputusan untuk menguji masing-masing hipotesis. Sebelum menguji hipotesis terlebih dahulu dilakukan perumusan hipotesis nol dan hipotesis alternative dari masing masing variable yaitu :
1. Pendapatan H0 : µ1 > µ2
Pendapatan bersih yang diperoleh para pemilik UKM setiap bulan sebelum pembangunan Laris Mal lebih besar dari setelah pembangunan Laris Mal. Ha : µ1 < µ2
Pendapatan harian bersih yang diperoleh para pemilik UKM setelah pembangunan Laris Mal lebih besar dari sebelum pembangunan Laris Mal. 2. jumlah biaya usaha
H0 : µ1 > µ2
Ha : µ1 < µ2
Jumlah biaya usaha yang digunakan oleh para pemilik UKM setelah pembangunan Laris Mal lebih besar dari sebelum pembangunan Laris Mal. 3. Keuntungan yang diperoleh
H0 : µ1 > µ2
Besarnya keuntungan yang di peroleh para pemilik UKM sebelum pembangunan Laris Mal lebih besar dari setelah pembangunan Laris Mal. Ha : µ1 < µ2
Besarnya keuntungan yang diperoleh para pemilik UKM setelah pembangunan Laris Mal lebih besar dari sebelum pembangunan Laris Mal.
Setelah hipotesis dirumuskan, maka langkah selanjutnya adalah melakukan pengujian masing-masing hipotesis. Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan taraf nyata 5 %. Dengan taraf pengujian 5 % maka, kriteria pengujian adalah sebagai berikut:
1) Terima Ho jika nilai statistic hitung (Zhitung) < statistik tabel (Ztabel)
2) Terima Ha jika nilai statistic hitung (Zhitung) > statistik tabel (Ztabel)
Nilai statistic tabel diperoleh dari: (Z0,5 – α) = (Z0,5 – 0,05)|
BAB IV
GAMBARAN UMUM LOKASI DAN SAMPEL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
1. Keadaan Geografi
Kecamatan Muntilan adalah salah satu Kecamatan yang ada di wilayah Kabupaten Magelang. Wilayah Kecamatan Muntilan berada disebelah timur Kabupaten magelang dengan luas wilayah kurang lebih 2861.720 ha dan ketinggian kurang lebih 356 m dari permukaan laut. Mengenai batas wilayah, Kecamatan muntilan dibatasi oleh :
a. Sebelah utara dibatasi Kecamatan : Sawangan
b. Sebelah timur dibatasi Kecamatan : Dukun dan Salam c. Sebelah selatan dibatasi Kecamatan : Borobudur
d. Sebelah barat dibatasi Kecamatan : Mungkid
2. Keadaan Penduduk menurut Jumlah Perkembangan Penduduk
Berdasarkan data monografi desa, pada tahun 2006 Jumlah penduduk di
Kecamatan Muntilan berjumlah 72.003 jiwa, dengan rata-rata pertambahan penduduk tiap tahun sebesar 4.424 jiwa atau 0.64 % dari jumlah penduduk sebelumnya. Dari jumlah penduduk tersebut 35.613 jiwa merupakan penduduk laki-laki dan 36.390 merupakan pendud4uk perempuan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam tabel berikut :
Tabel IV.1 :
Perkembangan Jumlah penduduk Kecamatan Muntilan Tahun 1996 – 2006
Penduduk Pertambahan Penduduk
No
Keseluruhan jumlah penduduk yang ada di Kecamatan Muntilan tersebut tersebar di 14 desa, dimana dari 14 desa tersebut tersebar lagi di 126 dusun, 183 RW dan 483 RT. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam tabel berikut:
Tabel IV. 2 :
Banyaknya Dusun, RW dan RT Menurut Desa di Kecamatan Muntilan Tahun 2006
Banyaknya
3. Keadaan Penduduk Menurut Mata Pencaharian
tani, pedagang, pengusaha, buruh industri, buruh bangunan, angkutan, PNS, ABRI pensiunan dan lain-lain. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam tabel berikut:
Tabel IV.3.1:
Banyaknya Penduduk Berumur 10 Tahun Keatas Dirinci Tiap Desa dan Mata Pencaharian di Kecamatan Muntilan tahun 2006
Jumlah 5.971 8.331 4.111 2.493 4.061 9.047 Sumber Data : Monografi Desa Tahun 2006
Tabel IV.3.2:
Banyaknya Penduduk Berumur 10 Tahun Keatas Dirinci Tiap Desa dan Mata Pencaharian
di Kecamatan Muntilan tahun 2006
No Desa Angkutan PNS,
ABRI
Pensiunan Jumlah
1 Sumber Data : Monografi Desa Tahun 2006
4. Keadaan Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin
Berdasarkan data monografi, pada tahun 2006 jumlah penduduk yang ada di Kecamatan Muntilan sebanyak 72.003 jiwa. Penduduk tersebut terbagi atas usia-usia tertentu. Untuk lebih jelasnya kita dapat melihat pada tabel berikut ini.
Tabel IV.4 :
Komposisi Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin pada Tahun 2006
Penduduk
No Kelompok Umur Laki-laki Perempuan Jumlah % 1 35.613 36.390 72.003 100 Sumber Data : monografi Desa Tahun 2006
Dari tabel diatas menunjukan bahwa sebagian besar atau 83,73% penduduk di Kecamatan muntilan berada pada usia produktif ( umur 10 tahun ke atas) yaitu usia dimana seseorang dapat menghasilkan barang dan jasa, sehingga diperlukan kesempatan kerja yang cukup memadai dan cukup baik.
5. Keadaan Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan yang bisa ditempuh oleh masyarakat dapat menunjukan sejauh mana mereka dapat menikmati keberhasilan pembangunan yang sedang berjalan. Tabel dibawah ini menunjukan komposisi penduduk di Kecamatan Muntilan berdasarkan tingkat pendidikan.
Tabel IV.5 :
Komposisi Penduduk Kecamatan Muntilan Menurut Tingkat Pendidikan, Tahun 2006
No Jenis Pendidikan Jumlah % Tidak tamat SD Tamat SD / Sederajat
Belum Tamat SD Tamat SMP/ Sederajat
Tamat SMA
Tingginya tingkat pendidikan masyarakat di Kecamatan Muntilan tentu tidak lepas dari penyediaan sarana dan prasarana sekolah yang memadai. Berdasarkan data PPA dan P& K, di Kecamatan Muntilan terdapat 85 sekolah dengan jumlah guru sebanyak 1345 orang.
B. Gambaran Umum Sampel Penelitian
Diatas telah diuraikan tentang deskripsi lokasi penelitian secara umum, pada bagian ini penulis akan menguraikan deskripsi sampel penelitian. Deskripsi sampel ini akan digunakan untuk mengetahui karakteristik responden yaitu mengenai jenis kelamin pedagang, usia pedagang, pendidikan terakhir pedagang, lamanya berdagang, asal barang dagangan ( kulaan), status usaha dan Jenis produk yang dijual.
1. Jenis Kelamin
Tabel IV.6 :
Jenis Kelamin Responden Penelitian
No Jenis Kelamin Jumlah %
1 2
Laki-laki Perempuan
27 45
37,5 62,5
Jumlah 72 100
Sumber : Hasil Survei
2. Usia Pedagang
Menurut hasil penelitian, dari sampel yang berjumlah 72 orang ternyata usia pedagang yang menjadi responden kebanyakan berusia diatas 35 tahun. Berdasarkan kelompok usia, para pedagang yang menjadi responden dapat dikelompokan pada tingkatan usia sebagai berikut : pedagang yang berusia 25-30 tahun sebanyak 5 orang atau 6,94 %, padagang yang berusia 31- 35 tahun sebanyak 18 orang atau 25 %, pedagang yang berusia lebih dari 35 tahun sebanyak 49 orang atau 68,06 %.
Tabel IV.7:
Usia Responden Penelitian
No Usia Jumlah %
1 2 3
25 – 30 tahun 31- 35 tahun
> 35 tahun
5 18 49
6,94 25 68,06
Jumlah 72 100
3. Pendidikan Terakhir
Dari hasi penelitian dapat diketahui bahwa dari segi pendidikan, para pedagang sudah dapat dikatakan maju. Hal ini terbukti dengan adanya pedagang yang telah menamatkan pendidikan sampai jenjang Diploma maupun Sarjana. Namun, dari sampel yang berjumlah 72 orang pendidikan terakhir para pedangang masih didominasi oleh tamatan SMA. Menurut hasil penelitian, para pedagang yang memiliki pendidikan terakhir SD sebanyak 11 orang atau 15,27 %, pendidikan terakhir SMP sebanyak 18 orang atau 25 %, pendidikan terakhir SMA sebanyak 35 orang atau 48,61 %, pendidikan terakhir Diploma sebanyak 3 orang atau 4,17 % dan pendidikan terakhir Sarjana sebanyak 5 orang atau 6.95 %
Tabel IV.8:
Pendidikan Terakhir Responden
No Pendidikan Terakhir Jumlah %
Sumber : Hasil Survei 4. Lama Berdagang
pedagang atau 52,78 % telah berjualan selama 5 – 10 tahun, 17 orang pedagang atau 23,61 % telah berjualan sekitar 11- 15 tahun dan 9 orang atau 12,5 % telah berjualan sekitar lebih dari 15 tahun.
Tabel IV.9:
Lama Berdagang Responden
No Lama Berdagang Jumlah %
Sumber : Hasil Survei
5. Asal Barang Dagangan ( Kulakan)
Berdasarkan hasil penelitian, dari sampel yang berjumlah 72 orang ternyata 19 orang atau 26,39 % pedagang membeli barang dagangannya dari pedagang eceran dan 53 orang atau 73,36 % pedagang membeli barang dagangannya secara campuran ( Sales dan langsung dari pabrik ).
Tabel IV. 10 :
Asal Barang Dagangan Responden
No Asal barang dagangan Jumlah %
1 2
Pedagang eceran Campuran ( Sales dan
langsung dari pabrik)
19 53
26,39 73,36
Jumlah 72 100
6. Produk yang Dijual
Jenis barang dagangan yang dijual para pedagang yang ada di sekitar Laris Mall cukup beraneka ragam. Namun yang menjadi responden dalam penelitian ini adalah para pedagang yang menjual barang dagangan yang identik dengan barang dagangan yang dijual di Laris Mall. Dalam hal ini, para pedagang dikelompokan menjadi : Para pedagang yang menjual perlengkapan Baby, para pedagang yang menjual busana dan sepatu dan para pedagang kelontong. Dari sampel yang berjumlah 72 orang, 6 orang atau 9,72 menjual perlengkapan baby, 20 orang atau 27,78 menjual busana dan sepatu dan 46 orang atau % pedagang kelontong
Tabel IV.12:
Produk yang dijual Responden
No Jenis Produk Jumlah %
1 2 3
Perlengkapan Baby Busana + Sepatu
Kelontong
6 20 46
9,72 27,78 63,88
Jumlah 72 100
BAB V
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A. Analisis Data
Berdasarkan data-data yang diperoleh dari hasil penelitian terhadap 72 0rang pedagang sebagai sampel penelitian dan keterangan-keterangan yang diperoleh dari perangkat desa setempat, maka peneliti akan menjawab permasalahan-permasalahan yang telah dikemukakan sebelumnya. Sesuai dengan arah dan tujuan penelitian, maka dengan ini penulis menyajilan analisa perbandingan dari keadaan sebelum dan sesudah ada Laris Mall bagi para pemilik UKM ( Pedagang ) yang ada disekitar Laris dalam tingkat biaya, pendapatan dan keuntungan.
Untuk menganalisa data yang sudah diperoleh, penulis akan menyajikan olah data berupa uji normalitas dan uji Z. Uji normalitas bertujuan untuk melihat apakah data yang diperoleh berdistribusi normal atau tidak, sebagai syarat dilakukannya uji Z. Sedangkan uji Z dilakukan untuk menguji hipotesis-hipotesis. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam uraian dibawah ini.
1. Uji Normalitas
Analisis hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Ho : F ( x), dengan F (x) adalah fungsi distribusi populasi yang diwakili oleh sampel.
Dasar pengambilan keputusan: Jika Zh > Zt maka Ho diterima Jika Zh < Zt maka Ho ditolak.
1.1Uji normalitas biaya usaha yang dikeluarkan pedagang sebelum dan sesudah ada Laris Mall
Berdasarkan perhitungan terhadap biaya usaha sebelum ada Laris Mall didapat asymp. Sig/asymtotic significance adalah ( 0.073 ), atau probabilitas tersebut > dari 0.05. Maka Ho diterima, atau distribusi populasi biaya usaha para pemilik UKM ( pedagang ) disekitar Laris Mall adalah normal. Sedangkan untuk biaya usaha sesudah ada Laris Mall didapat asymp. Sig/asymtotic significance adalah ( 0.084 ), atau probabilitas tersebut > dari 0.05. Maka Ho diterima, atau distribusi populasi biaya usaha para pemilik UKM ( pedagang ) disekitar Laris Mall adalah normal. Dengan demikian, distribusi populasi biaya usaha para pemilik UKM ( pedagang ) adalah normal.
1.2. Uji Normalitas pendapatan yang diperoleh pedagang sebelum dan sesudah ada Laris Mall
pendapatan para pemilik UKM ( pedagang ) disekitar Laris Mall adalah normal. Dengan demikian distribusi populasi pendapatan para pedagang disekitar Laris Mall adalah normal.
1.3. Uji Normalitas keuntungan yang diperoleh pedagang sebelum dan sesudah ada Laris Mall
Berdasarkan perhitungan terhadap keuntungan yang diperoleh para pedagang sebelum ada Laris Mall didapat asymp. Sig/asymtotic significance adalah ( 0.442 ), atau probabilitas tersebut > dari 0.05. Maka Ho diterima, atau distribusi populasi keuntungan para pemilik UKM ( pedagang ) disekitar Laris Mall adalah normal. Sedangkan untuk keuntungan sesudah ada Laris Mall didapat asymp. Sig/asymtotic significance adalah ( 0.437 ), atau probabilitas tersebut > dari 0.05. Maka Ho diterima, atau distribusi populasi pendapatan para pemilik UKM ( pedagang ) disekitar Laris Mall adalah normal. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa distribusi keuntungan para pemilik UKM disekitar laris Mall berdistribusi normal.
2. Uji Z
1. Untuk menguji hipotesis I yang menyatakan bahwa, biaya usaha yang dikeluarkan para pemilik UKM ( pedagang ) sebelum ada Laris Mall lebih besar dari pada biaya usaha yang dikeluarkan sesudah ada Laris Mall, dapat dibuktikan dengan melihat perbedaan biaya usaha yang dikeluarkan sebelum dan sesudah ada Laris Mall.
1.1. Perhitungan varians biaya usaha dari para pemilik UKM ( pedagang ) sebelum dan sesudah ada Laris Mall
1.1.2. . Varians dari biaya usaha sesudah ada Laris Mall
1.2. Total biaya usaha sebelum dan sesudah ada Laris Mall Hipotesis :
H0 : µ1 > µ2 atau tidak ada perbedaan jumlah biaya usaha yang dikeluar
para pedagang sebelum dan sesudah ada Laris Mall
Ha : µ1 < µ2 atau ada perbedaan jumlah biaya usaha yang dikeluarkan para
pedagang sebelum dan sesudah ada Laris Mall Tingkat signifikansi ( Level of significancy ) = 5 %
Kriteria penerimaan dan penolakan
1. Terima Ho jika nilai statistic hitung (Zhitung) < statistik tabel (Ztabel)
Perhitungan :
17,44769171x 1010
( 1,645 ), jadi Ho diterima. Dengan demikian biaya usaha yang dikeluarkan para
2. Untuk menguji hipotesis II yang menyatakan bahwa pendapatan para pemilik UKM ( pedagang ) sebelum ada Laris Mall lebih besar dari pada pendapatan yang diterima setelah ada Laris Mall, atau ada penurunan terhadap penerimaan pendapatan
2.1 Perhitungan varians pendapatan dari para pemilik UKM ( pedagang ) sebelum dan sesudah ada Laris Mall
2.1.1. Varians dari pendapatan sebelum ada Laris Mall ∑ X1 = 842150000
2.1.2. . Varians dari Pendapatan sesudah ada Laris Mall ∑ X2 = 692390000
X2 = 9616527,778
2.2. Total pendapatan sebelum dan sesudah ada Laris Mall Hipotesis :
H0 : µ1 > µ2 atau tidak ada perbedaan jumlah pendapatan yang diterima
para pedagang sebelum dan sesudah ada Laris Mall
Ha : µ1 < µ2 atau ada perbedaan jumlah pendapatan yang diterima para
pedagang sebelum dan sesudah ada Laris Mall Tingkat signifikansi ( Level of significancy ) = 5 %
Kriteria penerimaan dan penolakan
1. Terima Ho jika nilai statistic hitung (Zhitung) < statistik tabel (Ztabel)
2. Terima Ha jika nilai statistic hitung (Zhitung) > statistik tabel (Ztabel)
Diketahui :
64,6206964x 1010
=
37,7435446 x 1010
( 1,645 ), jadi Ho ditolak. Dengan demikian pendapatan yang diperoleh para
3. Untuk menguji hipotesis III yang menyatakan bahwa keuntungan para pemilik UKM ( pedagang ) sebelum ada Laris Mall lebih besar dari pada keuntungan yang diterima setelah ada Laris Mall, atau ada penurunan terhadap penerimaan pendapatan
3.1 Perhitungan varians keuntungan dari para pemilik UKM ( pedagang ) sebelum dan sesudah ada Laris Mall
3.1.1. Varians dari keuntungan sebelum ada Laris Mall ∑ X1 = 362700000
3.1.2. . Varians dari keuntungan sesudah ada Laris Mall ∑ X2 = 242690000
X2 = 3370694.444
= 6,115610329 x1010
3.2. Total keuntungan sebelum dan sesudah ada Laris Mall Hipotesis :
H0 : µ1 > µ2 atau tidak ada perbedan jumlah keuntungan yang diperoleh
para pedagang setelah ada Laris Mall
Ha : µ1 < µ2 atau ada perbedaan jumlah keuntungan yang diperoleh para
pedagang setelah ada Laris Mall Tingkat signifikansi ( Level of significancy ) = 5 % Kriteria penerimaan dan penolakan
1. Terima Ho jika nilai statistic hitung (Zhitung) < statistik tabel (Ztabel)
2. Terima Ha jika nilai statistic hitung (Zhitung) > statistik tabel (Ztabel)
Diketahui :
13,43366588x 1010
=
6,115610329x 1010
Berdasarkan perhitungan di atas terlihat bahwa Zhitung (3,76 ) > Ztabel ( 1,645 ),
jadi Ho ditolak. Dengan demikian keuntungan yang diperoleh para pemilik UKM
B. Pembahasan
Dari hasil temuan lapangan serta analisis data dari sample yang berjumlah 72 pedagang di sekitar Laris Mall yang berlokasi di Kecamatan Muntilan, Kabupaten Magelang maka pada sub bab ini peneliti membahas permasalahan satu persatu
serta membuktikan hipotesis yang peneliti ajukan.
1. Jumlah Biaya Usaha Para Pemilik UKM Sesudah Pembangunan Laris Mall
Para pedagang yang ada di sekitar Laris Mall kebanyakan adalah para pedagang yang berasal dari daerah tersebut ( masyarakat setempat ). Bagi mereka, berdagang merupakan pekerjaan pokok yang bisa mereka lakukan untuk menopang kehidupan mereka. Para pedagang yang berada di sekitar Laris Mall kebayakan sudah berjualan di lokasi tersebut lebih dari lima tahun bahkan banyak yang sudah berjualan lebih dari sepuluh tahun. Tempat mereka berjualanpun pada umumnya adalah milik pribadi. Dengan demikian, kemungkinan bagi mereka untuk pindah lokasi sangat kecil apalagi daerah tersebut merupakan pusat kota di Kecamatan Muntilan.
6238888,889. Berarti ada penurunan biaya usaha sebesar 6,50 % setelah adanya Laris Mall.
Perbedaan tingkat biaya usaha sebelum dan sesudah adanya Laris all dibuktikan dengan analisis statistik uji Z pada taraf kepercayaan 0.05 % ( 5 % ). Hasil analisis menunjukan bahwa Z hitung adalah 0,696, sedangkan nilai Z tabel adalah 1, 645. Hal ini menunjukan bahwa Z hitung lebih kecil dari Z tabel, sehingga hipotesis 1 yang menyatakan ada perbedaan tingkat pendapatan yang diperoleh para pedagang sebelum dan sesudah adanya Laris Mall adalah tidak benar.
Penurunan tingkat biaya usaha yang dikeluarkan para pedaganga yang ada disekitar Laris Mall memang ada namun tidak berpengaruh secara signifikan, karena penurunannya hanya 6,5 % dari jumlah sampel penelitian. Penurunan biaya usaha yang terjadi disebabkan adanya penurunan quantitas jumlah barang yang dijual dan quantitas jumlah jenis barang yang dijual oleh para pedagang. Penurunan quantitas jumlah dan jenis barang tersebut sengaja dilakukan para pedagang untuk memperkecil atau menghindari terjadinya kerugian akibat adanya penurunan jumlah konsumen atau pembeli. Jadi dari uraian diatas dapat disipulkan bahwa keberadaan Laris Mall di Kecamatan Muntilan tidak mempengaruhi jumlah biaya usaha yang dikeluarkan para pemilik UKM ( pedagang ).
2. Jumlah Pendapatan Para Pemilik UKM Sesudah Pembangunan Laris Mall
yang diperoleh para pedagang disekitar Laris Mall sebelum dan sesudah adanya Laris Mall. Rata-rata pendapatan yang diperoleh para pedagang sebelum ada Laris Mall sebesar Rp 11.696.527,78 sedangkan rata-rata pendapatan yang diterima para pedagang setelah ada Laris Mall sebesar Rp 9.616.527,78. Jika dilihat dari mean diatas maka keberadaan Laris Mall mengakibatkan penurunan pendapatan para pedagang disekitarnya. Untuk mengukur signifikansi perbedaan tingkat pendapatan para pedagang sebelum dan sesudah adanya Laris Mall di buktikan dengan analisis statistik uji Z pada taraf signifikansi 0,05 (5%). Hasil analisis menunjukan bahwa tingkat pendapatan para pedagang sesudah adanya Laris Mall lebih kecil dibandingkan dengan sebelum ada Laris Mall. Dari hasil analisis diperoleh Z hitung ( 2,005 ) lebih besar dari Z tabel ( 1,645 ), berarti ada perbedaan tingkat pendapatan yang diperoleh para pedagang sebelum dan sesudah adanya Laris Mall. Dimana pendapatan yang diperoleh para pedagang sesudah ada Laris Mall mengalami penurunan dari jumlah pendapatan yang diperoleh sebelum adaLaris Mall.
Berdasarkan hasi penelitian, para pedagang yang mengalami penurunan pendapatan sesudah adanya Laris Mall adalah para pedagang kelontong dan perlengkapan baby. Sesudah adanya Laris Mall, para pedagang kelontong dan para pedagang perlengkapan baby mengalami penurunan jumlah pendapatan sekitar 20 % sampai 50 %. Sedangkan para pedagang busana ( pakaian ) dan sepatu mengalami penurunan pendapatan sekitar 7% sampai 15 %.
penurunan jumlah penjualan. Penurunan jumlah konsumen tersebut diakibatkan oleh adanya para konsumen yang beralih berbelanja di Laris Mall. Adapun faktor yang menjadi pertimbangan para konsumen berbelanja di Laris Mall adalah adanya harga kulakan maupun eceran yang lebih murah jika dibandingkan dengan harga kulakan di para pedagang biasa. Adanya kepastian harga sehingga para konsumen tidak perlu tawar menawar. Barang dagangan yang di jual di Laris Mall cukup lengkap dan menarik. Adanya arena bermain dan hiburan sehingga menarik minat konsumen datang ke Laris Mall untuk bersenang-senang sekaligus berbelanja.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa keberadaan Laris Mall di Kecamatan Muntilan mengakibatkan penurunan pendapatan para pedagang khususnya para pedagang yang dekat dengan Laris Mall.
3. Jumlah keuntungan Para Pemilik UKM Sesudah Pembangunan Laris Mall
Mall dibuktikan dengan analisis statistik uji Z pada taraf signifikansi 0,05 (5%). Hasil analisis menunjukan bahwa tingkat keuntungan para pedagang sesudah adanya Laris Mall lebih kecil dibandingkan dengan sebelum ada Laris Mall. Dari hasil analisis diperoleh Z hitung ( 3,76 ) lebih besar dari Z tabel ( 1,645 ), berarti ada perbedaan tingkat keuntungan yang diperoleh para pedagang sebelum dan sesudah adanya Laris Mall. Dimana keuntungan yang diperoleh para pedagang sesudah ada Laris Mall mengalami penurunan dari jumlah keuntungan yang diperoleh sebelum ada Laris Mall.
Penurunan jumlah keuntungan para pedagang setelah adanya Laris Mall disebabkan adanya penurunan jumlah konsumen/ pembeli yang berakibat pada penurunan jumlah penjualan. Dengan adanya penurunan jumlah pendapatan dan biaya yang relatif tetap maka keuntungan yang diperoleh pedaganga akan mengalami penurunan
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil temuan lapangan, analisis data dan permasalahan yang ada, dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Tidak terdapat perbedaan biaya usaha yang dikeluarkan para pedagang disekitar Laris Mall setelah adanya pembangunan Laris Mall. Faktor yang menyebabkan adalah sebagian besar pedagang tidak mau merubah besarnya biaya karena untuk menghindari terjadinya kerugian yang besar. Dari sampel yang berjumlah 72 responden, hanya 6.5 % yang mengalami perubahan biaya dengan alasan untuk mengurangi kerugian, sehingga perubahan yang terjadi dalam hal biaya usaha tidak terlalu berarti.
3. Ada perbedaan jumlah keuntungan yang diperoleh para pedagang di sekitar Laris Mall setelah adanya pembangunan Laris Mall. Faktor penyebabnya adalah karena adanya penurunan pendapatan yang diperoleh sedangkan biaya-biaya yang dikeluarkan tetap tidak mengalami penurunan.
B. Saran
1. Dari penelitian ditemukan bahwa keberadaan Laris Mall menyebabkan turunnya jumlah pendapatan yang diterima para pedagang di sekitarnya. Bila kondisi ini dibiarkan bisa menyebabkan matinya para pedagang kecil yang ada di sekitar Laris Mall tersebut. Dalam hal ini, pemerintah sebaiknya melakukan regulasi / pengaturan penjualan misalnya :
a. Menyarankan kepada pemilik Laris Mall untuk memberikan atau mengijinkan para pedagang kecil menyewa tempat di sekitar Laris Mall sebagai tempat berjualan, kalau perlu ada peraturannya untuk menghindari terjadinya ketidakadilan misal penentuan harga kontrak yang terlalu tinggi dari pihak pemilik swalayan.
b. Membuat peraturan tentang jarak lokasi swalayan dengan lokasi para pedagang kecil ( untuk masa yang akan datang)
c. Untuk para pedagang, sebaiknya menjalin kemitraan dengan pemilik swalayan dalam hal pemasokan komoditas barang-barang yang akan dijual di Laris Mall, kalau perlu ada peraturannya dari pemerintah. 2. Dari penelitian ditemukan bahwa keberadaan Laris Mall mengakibatkan
yang bisa dilakukan pemerintah untuk membantu meningkatkan keuntungan para pedagang misalnya:
a. Mengatur kemitraan antara pedagang kecil dan pihak swalayan dalam hal pemasokan komoditas barang dagangan agar keduanya diuntungkan ( para pedagang dan pemilik swalayan )
b. Bagi para pedagang diusahakan untuk menekan biaya usaha dengan mempertahankan dan meningkatkan kualitas barang dagangan.
Daftar Pustaka
Adisasmito, Raharjo. 2006. Pembangunan Pedesaan dan Perkotaan. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Benyamin, Ali. 1994. Masyarakat Miskn di Perkotan. Jakarta: LPIST
LP3ES. 1982. Sosiologi Perkotaan, Urbanisasi dan Sengketa Tanah di Indonesia.
Bandung: LP3ES.
Rukmana, Nana. 1993. Manajeman Pembangunan Sarana Perkotaan. Bandung: LP3ES.
Reksohadiprojo, Sukanto. 1982. Ekonomi Perkotaan. Yogyakarta: BPFE UGM. Suparlan, Parsudi. 1984. Kemiskinan Perkotaan. Jakarta: Sinar Harapan.
Sugiono. 1999. Statistika untuk Penelitian. Bandung: CV ALFABETA.
Silalahi, Albinus. 1985. Penerapan Teori Matematik Statistik dalam Penelitian.
Jakarta : PT Bragiri Purnomo.
---; Fenomena Setengah Penduduk Indonesia Menjadi Penduduk Perkotaani.
Daftar Lampiran
Lampiran 1 : Pedoman Wawancara
Lampiran 2 : Peraturan Pemerintah no 44 Tahun 1997 Tentang Kemitraan Lampiran 3a : Data Biaya usaha responden sebelum dan sesudah ada Laris Mall Lampiran 3b : Data pendapatan responden sebelum dan sesudah ada Laris Mall Lampiran 3c : Data keuntungan responden sebelum dan sesudah ada Laris Mall Lampiran 4a : Hasil olah data SPSS untuk Biaya usaha responden
Lampiran 4b : Hasil olah data SPSS untuk pendapatan responden Lampiran 4c : Hasil olah data SPSS untuk keuntungan responden Lampiran 5a : Olah data uji Z untuk data biaya usaha
Pedoman Wawancara
A. Identitas Responden
1. Nama 2. Usia 3. Alamat
4. Status perkawinan 5. Pendidikan
6. Asal mula usaha
7. Pekerjaan sampinganyang Ibu Bapak jalani 8. Sudah berapa lama berjualan di lokasi ini
9. Apakah anda memiliki pegawai sebelum ada Laris Mall 10.Apakah anda memiliki pegawai setelah ada Laris Mall
B. Barang Dagangan
2. Barang dagangan ( kulakan ) anda berasal dari mana ?
3. Berapa jumlah jenis barang dagangan yang anda jual sebelum ada Laris Mall ?
4. Berapa jumlah jenis barang dagangan yang anda jual sesudah ada Laris Mall ?
5. Berapa jumlah barang yang bisa anda jual setiap harinya sebelum ada Laris Mall ?
6. Berapa jumlah barang yang bisa anda jual setiap harinya sesudah ada Laris Mall ?
C. Konsumen
2. Berapa jumlah konsumen yang berbelanja pada warung anda setiap harinya sebelum ada Laris Mall ?
3. Berapa jumlah konsumen yang berbelanja pada warung anda setiap harinya sesudah ada Laris Mall ?
D. Pendapatan dan Modal
1. Berapa jumlah pendapatan rata-rata yang anda peroleh setiap bulannya sebelum ada Laris Mall ?
2. Berapa jumlah pendapatan rata-rata yang anda peroleh setiap bulannya sesudah ada Laris Mall ?
3. Berapa jumlah keuntungan yang anda peroleh setiap bulannya sebelum ada Laris Mall ?
4. Berapa jumlah keuntungan yang anda peroleh setiap bulannya sesudah ada Laris Mall ?
Peraturan Pemerintah No. 44 Tahun 1997 tentang Kemitraan
Menimbang :
a. bahwa untuk lebih mempercepat perwujudan perekonomian nasional yang mandiri dan andal sebagai usaha bersama atas asas kekeluargaan, diperlukan upaya-upaya yang lebih nyata untuk menciptakan iklim yang mampu
merangsang terselenggaranya kemitraan usaha yang kokoh diantara semua pelaku kehidupan ekonomi berdasarkan prinsip saling memerlukan, saling memperkuat dan saling menguntungkan;
b. bahwa terwujudnya kemitraan usaha yang kokoh, terutama antara Usaha Besar dan Usaha Menengah dengan Usaha Kecil, akan lebih memberdayakan Usaha Kecil agar dapat tumbuh dan berkembang semakin kuat dan memantapkan struktur perekonomian nasional yang semakin seimbang berdasarkan demokrasi ekonomi serta meningkatkan kemandirian dan daya saing perekonomian
nasional;
c. bahwa untuk mempercepat terwujudnya kemitraan tersebut terutama antara Usaha Besar dan Usaha Menengah dengan Usaha Kecil, dipandang perlu menetapkan ketentuan-ketentuan mengenai tata cara penyelenggaraan, pembinaan dan pengembangannya;
Mengingat :
1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945;
2. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1984 tentang Perindustrian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1984 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3274);
3. Undang-undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 116, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3502);
4. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1995 tentang Usaha Kecil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 74, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3611);
MEMUTUSKAN:
Menetapkan :
PERATURAN PEMERINTAH TENTANG KEMITRAAN
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Pemerintah ini, yang dimaksud dengan :
pengembangan oleh Usaha Menengah dan atau Usaha Besar dengan memperhatikan prinsip saling memerlukan, saling memperkuat dan saling menguntungkan.
2. Usaha Kecil adalah kegiatan ekonomi rakyat berskala kecil yang mempunyai kriteria sebagaimana diatur dalam Pasal 5 Undang-undang Nomor 9 Tahun 1995 tentang Usaha Kecil.
3. Usaha Menengah dan atau Usaha Besar adalah kegiatan ekonomi yang memiliki kriteria kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan lebih besar dari pada kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan Usaha Kecil.
4. Menteri Teknis adalah menteri yang secara teknis bertanggung jawab untuk membina dan mengembangkan pelaksanaan kemitraan dalam sektor kegiatan yang menjadi tugas dan tanggung jawabnya.
5. Menteri adalah Menteri Koperasi dan Pembinaan Pengusaha Kecil. 6. Pola kemitraan adalah bentuk-bentuk kemitraan yang sudah diatur dalam
Undang-undang Nomor 9 Tahun 1995.
BAB II
POLA KEMITRAAN
Pasal 2
Kemitraan dalam rangka keterkaitan usaha diselenggarakan melalui pola-pola yang sesuai dengan sifat dan tujuan usaha yang dimitrakan dengan diberikan peluang kemitraan seluas-luasnya kepada Usaha Kecil, oleh Pemerintah dan dunia usaha.
Pasal 3
Dalam pola inti plasma, Usaha Besar dan atau Usaha Menengah sebagai inti membina dan mengembangkan Usaha Kecil yang menjadi plasmanya dalam :
a. penyediaan dan penyiapan lahan; b. penyediaan sarana produksi;
c. pemberian bimbingan teknis manajemen usaha dan produksi; d. perolehan, penguasaan dan peningkatan teknologi yang diperlukan; e. pembiayaan; dan
f. pemberian bantuan lainnya yang diperlukan bagi peningkatan efisiensi dan produktivitas usaha.
Pasal 4
Dalam hal kemitraan Usaha Besar dan atau Usaha Menengah dengan Usaha Kecil berlangsung dalam rangka sub kontrak untuk memproduksi barang dan atau jasa, Usaha Besar atau Usaha Menengah memberikan bantuan berupa :
a. kesempatan untuk mengerjakan sebagian produksi dan atau komponen; b. kesempatan yang seluas-luasnya dalam memperoleh bahan baku yang
diproduksinya secara berkesinambungan dengan jumlah dan harga yang wajar; c. bimbingan dan kemampuan teknis produksi atau manajemen;
Pasal 5
1. Dalam kegiatan perdagangan pada umumnya, kemitraan antara Usaha Besar dan atau Usaha Menengah dengan Usaha Kecil dapat berlangsung dalam bentuk kerjasama pemasaran, penyediaan lokasi usaha, atau penerimaan pasokan dari Usaha Kecil mitra usahanya untuk memenuhi kebutuhan yang diperlukan oleh Usaha Besar dan atau Usaha Menengah yang bersangkutan. 2. Dengan memperhatikan ketentuan Pasal 4, pemenuhan kebutuhan barang dan
jasa yang diperlukan oleh Usaha Besar atau Usaha Menengah dilakukan dengan mengutamakan pengadaan hasil produksi Usaha Kecil dengan cara langsung dan terbuka.
Pasal 6
Dalam hal pelaksanaan kemitraan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3, Pasal 4 dan Pasal 5 diikuti dengan kewajiban pembayaran yang harus dilakukan oleh Usaha Besar dan atau Usaha Menengah atas penyerahan barang atau jasa oleh Usaha Kecil, maka pembayaran tersebut pada dasarnya dilakukan dengan cara tunai.
Pasal 7
1. Usaha Besar dan atau Usaha Menengah yang bermaksud memperluas usahanya dengan cara memberi waralaba, memberikan kesempatan dan mendahulukan Usaha Kecil yang memiliki kemampuan untuk bertindak sebagai penerima waralaba untuk usaha yang bersangkutan.
2. Perluasan usaha oleh Usaha Besar dan atau Usaha Menengah dengan cara waralaba di Kabupaten/Kotamadya Daerah Tingkat II di luar Ibukota Propinsi hanya dapat dilakukan melalui kemitraan dengan Usaha Kecil yang memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1).
Pasal 8
Menteri dan Menteri Teknis mengembangkan lebih lanjut pola-pola kemitraan sehingga menjangkau bidang-bidang usaha dalam arti seluas-luasnya.
BAB III
IKLIM USAHA DAN PEMBINAAN KEMITRAAN
Pasal 9
Menteri dan Menteri Teknis secara bersama-sama atau di bidang tugas masing-masing menetapkan kebijakan yang terkoordinasi bagi perwujudan iklim kemitraan usaha.
Pasal 10