• Tidak ada hasil yang ditemukan

Seminar Nasional Geomatika 2017: Inovasi Penyediaan Informasi Geospasial untuk Pembangunan Berkelanjutan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Seminar Nasional Geomatika 2017: Inovasi Penyediaan Informasi Geospasial untuk Pembangunan Berkelanjutan"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

PENGGUNAAN CITRA LANDSAT UNTUK ANALISIS PERUBAHAN

GARIS PANTAI AKIBAT PERUBAHAN PENGGUNAAN TANAH

Studi Kasus: Kecamatan Gerokgak, Kabupaten Buleleng, Bali

(Landsat Image Using for Analyze Shoreline Change Consequence of Land Use

ChangeCase Study: Gerokgak Subdistrict, Buleleng Regency, Bali)

I Nyoman Putera Indrawan, Astrid Damayanti, Andry Rustanto

Departemen Geografi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Indonesia.

Gedung Departemen Geografi FMIPA, Kampus UI Depok, Kode Pos: 16424 E-mail: i.nyoman42@ui.ac.id

ABSTRAK

Kecamatan Gerokgak berada di bagian barat Kabupaten Buleleng, Bali. Penggunaan tanah di Kecamatan Gerokgak sangat bervariasi seperti Taman Nasional Bali Barat, Pura Pulaki, Pelabuhan besar Celukan Bawang dan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Celukan Bawang. Perkembangan penggunaan tanah cenderung mengarah ke pesisir. Hal ini dapat mempengaruhi kestabilan transportasi sedimen di pantai sehingga lebih rentan mengalami abrasi. Tujuan Penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh perubahan penggunaan tanah di Kecamatan Gerokgak terhadap abrasi yang mempengaruhi perubahan garis pantai. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada pemerintah setempat sebagai pertimbangan dalam mengkaji pembangunan agar lebih memperhatikan keseimbangan lingkungan. Penelitian ini menggunakan citra Landsat 5 dan 8 dengan kurun waktu 20 tahun yaitu tahun 1997 dan 2017. Metodologinya dengan analisis perubahan garis pantai menggunakan citra landsat dan diolah dengan

software ArcMap 10.4 dan tools DSAS untuk perhitungan jarak dan luas perubahan garis pantai. Hasil

penelitian ini menunjukkan perubahan garis Pantai di Kecamatan Gerokgak terjadi di sepanjang pantai terutama di wilayah Pelabuhan dan PLTU Celukan Bawang.

Kata Kunci: Abrasi, Perubahan garis pantai, Citra Landsat

ABSTRACT

Gerokgak is a subdistrict located in the west of Buleleng Regency, Bali. It has a lot variations of land use such as Bali Barat National Park, Pulaki Temple, Port of Celukan Bawang and Celukan Bawang Power Steam Electricity Generator. The Land use change in this area is more inclining to the coastal area. It affect the movement of sediment transport at the coastal that make an abrasion at the coastal area. The purpose of the research is to analyze the influence of land use changes in Gerokgak Subdistrict with abrasion that can caused shoreline changes. Hopefully this research can give more benefit to local government to consider and investigate the next sustainable development in order to more observe an environmental balance at the research location. This research use the Landsat 5 and Landsat 8 image with 20 years time series that is in 1997 and 2017 to observe the shoreline changes. The data processed using Arc Map 10.4 and DSAS Calculation Tools to calculate total shoreline change. The result showed that shoreline change is happen along the coastal areas in Gerokgak Regency especially in Port and Power Steam Electricity Generator area.

Keywords: Abrasion, Shoreline change, Landsat image

PENDAHULUAN

Kecamatan Gerokgak terletak di Kabupaten Buleleng bagian barat. Kecamatan ini memiliki garis pantai terpanjang di Kabupaten Buleleng. Wilayah ini memiliki luas sebesar 26.524,25 hektar dan jumlah penduduk sebayak 82.687 jiwa (BPS 2017). Gerokgak memiliki panjang garis pantai 76,69 Km (DKP Kab. Buleleng 2017). Mata pencaharian penduduk di Kecamatan Gerokgak cenderung ke aktivitas pariwisata dan perikanan (BPS. 2017).

Pembangunan di Kecamatan Gerokgak cenderung mengarah ke pesisir. Hal ini karena di bagian selatan Kecamatan Gerokgak merupakan daerah bukit lipatan yang masyarakatnya cenderung cukup sulit untuk melaksanakan pembangunan di wilayah tersebut. Perubahan penggunaan tanah di Kecamatan Gerokgak bermacam-macam, diantaranya adalah pembangunan Pelabuhan dan PLTU Celukan Bawang yang menjorok ke Pantai dan pembangunan hotel dan

(2)

fasilitas pariwisata lain. Faktor ini merupakan penyebab abrasi di sepanjang pantai Kecamatan Gerokgak (Kabuth, et al. 2014). Abrasi adalah erosi atau berkurangnya daratan akibat dari kerja hidrodinamika gelombang laut (Kabuth, et al. 2014). Erosi pantai merupakan salah satu masalah serius degradasi garis pantai yang disebabkan oleh angin, hujan, arus, dan gelombang serta aktivitas manusia (Tarigan 2007).

Kondisi topografi di sepanjang pantai Kecamatan Gerokgak tergolong landai dengan ketinggian 0-5 mdpl. Wilayah ini memiliki 1 muara sungai besar dan beberapa muara yang dilalui oleh sungai kecil. Muara sungai kecil ini beberapa dimanfaatkan untuk kegiatan tambak perikanan (Eryani, 2016). Pantai di sepanjang Kecamatan Gerokgak umumnya memiliki pasir berwarna hitam dan sebagian berwarna putih. Hal itu dikarenakan adanya aktivitas vulkanis dari Gunung Agung dan Gunung Batur. Kondisi batimetri di wilayah pesisir Bali Utara adalah dangkal dan dengan lereng landai (Setiawan, et al 2014). Ada berbagai faktor yang berperan dalam mekanisme perubahan garis pantai, yakni antara lain besarnya energi gelombang yang menghempas di pantai, sudut yang dibentuk antara muka gelombang saat pecah dengan garis pantai, lereng dasar perairan, jenis dan ukuran sedimen yang terdeposit, keterbukaan pantai terhadap hantaman gelombang dan bentuk morfologi garis pantai (Purba dan Jaya, 2004). Abrasi mengakibatkan berubahnya garis pantai di wilayah ini. Hal itu berpengaruh pada keseimbangan transportasi sedimen di pantai (Kalay 2008}.

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan menganalisis pengaruh perubahan penggunaan tanah terhadap perubahan garis pantai yang terkena abrasi di Kabupaten Buleleng terutama di Kecamatan Gerokgak. Pantai di Kabupaten Buleleng sudah mengalami abrasi sepanjang 44 kilometer dari total 157,05 kilometer total panjang garis pantai (Mudiarta 2007). Penelitian ini menggunakan Sistem Informasi Geografis (SIG) untuk menganalisis perubahan garis pantai dalam jangka waktu 20 tahun (1997 hingga 2017) yang disebabkan oleh abrasi.

Tulisan ini merupakan bagian dari studi tentang abrasi yang dilihat dari perubahan penggunaan tanah dan aktivitas manusia. Tujuannya untuk melihat dampak perubahan garis pantai terhadap wilayah sekitar baik kondisi fisik maupun manusia. Harapannya dapat membantu pemerintah untuk lebih baik lagi dalam perencanaan pembangunan dengan melihat dampak lingkungan nya terutama di wilayah pesisir.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini berlokasi di Kecamatan Gerokgak, Kabupaten Buleleng, Bali. Alasan pemilihan tahun 1997 dan 2017 adalah karena adanya perubahan penggunaan tanah yang sangat signifikan dan banyaknya abrasi yang terjadi di Kabupaten Buleleng terutama di Kecamatan Gerokgak akibat perubahan penggunaan tanah (Kalay 2008). Variabel yang dibutuhkan meliputi

1. Penggunaan tanah Data yang digunakan:

1. Penggunaan tanah Kecamatan Gerokgak tahun 1997 dan 2017 2. Jumlah penduduk Kecamatan Gerokgak tahun 1997 dan 2017 (BPS) 3. Perencanaan wilayah Kecamatan Gerokgak (Bappeda Kabupaten Buleleng) 4. Peta RBI Kecamatan Gerokgak (BIG)

5. Citra Landsat 5 untuk tahun 1997 dan Landsat 8 untuk tahun 2017 (USGS) Pengolahan datanya meliputi:

1. Citra Landsat 5 untuk citra tahun 1997 dan Landsat 8 untuk citra tahun 2017. Satu citra mewakili satu tahun dengan tutupan awan di bawah 15%. Citra landsat akan diolah dan disusun data vektor-nya berdasarkan urutan tahun untuk mendapatkan panjang abrasi dan akresi.

2. Perhitungan perubahan garis pantai menggunakan formula dari Thieler et al (2008) dengan jarak vektor garis pantai dihitung setiap tahun dari citra tersebut sehingga dapat diketahui total pergerakan garis pantai. Pengukuran ini menggunakan programDigital Shoreline Analysis

(3)

Jumlah grid ada 49 buah. Grid 1 terletak di bagian barat berlanjut ke arah timur sampai grid 49.

3. Hasil dari perubahan tersebut dikelompokkan dalam 2 jenis, yaitu perubahan panjang pantai dan perubahan jarak pantai ke daratan yang diukur secara manual dengan tools measurement pada perangkat lunak ArcMap 10.4.

4. Hasil dari pengukurannya kemudian dikelompokkan dalam 3 kelas yaitu kelas perubahan “kecil”, “sedang”, dan “besar”. (LihatTabel 1 dan 2)

5. Analisis datanya adalah analisis deskriptif kuantitatif

Tabel 1.Kelas Perubahan. Klasifikasi Perubahan Jarak Terhadap Daratan Perubahan Panjang Garis Pantai Rasio Perubahan Penggunaan Tanah Kecil <50 m <100 0-0,002 Sedang 50-200 100-500 0,0021-0,004 Besar >200 m >500 >0,004

HASIL DAN PEMBAHASAN

Perubahan Garis Pantai

Garis pantai di Kecamatan Gerokgak pada tahun 1997 memiliki total panjang 83,08 kilometer dengan garis terpanjang yaitu 3611,6 yang terletak di grid 25, berlokasi di sebelah utara Kecamatan Gerokgak. Lebar terbesar adalah 341,3 m pada grid 18 berlokasi di barat laut Kecamatan Gerokgak di wilayah Taman Nasional Bali Barat (TNBB), dan lebar terkecil 0 meter tersebar di grid 24 dan 25 berlokasi di utara Kecamatan Gerokgak. Luas terbesar 429.697 m2

berada pada grid 1 berlokasi di wilayah barat tepatnya di Kawasan TNBB dan luas terkecil adalah 0 m2terletak pada grid 24 dan 25.

Pada tahun 2017 panjang total mengalami perubahan yaitu 87,96 kilometer dengan garis terpanjang 3901,5 di grid 25. Lebar terbesar 253 di grid 18 dan 19 berlokasi di sebelah barat daya Kecamatan Gerokgak. Lebar terkecil 0 meter terletak di grid 24,25 yang berlokasi di sebelah utara dan grid 48 berlokasi di sebelah timur. Luas terbesar 563,937 m2berada di grid 1 dan luas terkecil

0 m2terletak grid 24,25, dan 48.

Dengan demikian, perubahan jarak garis pantai dari tahun 1997 hingga 2017 yang terbesar adalah 620,06 m pada grid 1 dan perubahan terkecil adalah 0 m yang tersebar hampir di seluruh grid. Total rata-rata perubahan 4673,3. Jarak perubahan dominan terbesar 350 m terletak di grid 15 berlokasi di sebelah barat, masih dalam kawasan TNBB, dan panjang perubahan dominan terbesar 1139,6 di grid yang sama yaitu grid 15. Total luas antara jarak perubahan garis pantai adalah 1.993.727 meter persegi atau 1,99kilometer persegi.

Perubahan tersebut disebabkan oleh abrasi dan akresi. Hal itu disebabkan oleh pengaruh gelombang laut dan perubahan penggunaan tanah. Besaran perubahan bervariasi dan dianalisis setiap grid dengan luas grid 2x2 kilometer. Analisis grid bertujuan untuk melihat kedetailan perubahan garis pantai. Hasil perubahan disajikan dalam pengkelasan melalui analisis grid (Lihat

Tabel 2.)

(4)

Tabel 2 adalah hasil analisis perubahan panjang garis pantai, perubahan jarak garis pantai tahun 1997 dan tahun 2017 dan luas keseluruhan perubahan garis pantai. Mayoritas perubahan yang dialami kecil dan hanya beberapa grid yang mengalami perubahan besar. Grid 1 dan 15 mengalami perubahan yang besar baik di panjang dan jarak garis pantai tetapi tidak mengalami perubahan yang besar di luas keseluruhan. (LihatGambar 1.)

Gambar 1 menjelaskan perubahan jarak garis pantai antara tahun 1997 dan 2017 beserta perubahan panjang yang besar terletak di grid 1 dan 15. Perubahan besar berikutnya berada pada grid 5,6,13,14, dan 25, namun grid tersebut memiliki perubahan panjang yang sedang. Sisa grid yang lain adalah perubahan jarak yang sedang dan kecil. Perubahan tersebut dipengaruhi oleh faktor perubahan penggunaan tanah.

Gambar 1.Perubahan Garis Pantai di Kecamatan Gerokgak Tahun 1997 dan 2017. Perubahan Penggunaan Tanah

Jenis penggunaan tanah di Kecamatan Gerokgak pada tahun 1997 terdiri atas permukiman, tambak, bangunan dengan masing-masing seluas 1,15 Km2; 3,4Km2; 0,91Km2, dan vegetasi

dengan luas total 397,5 terdiri atas sawah irigasi (152,3Km2), hutan (197,3 Km2), bakau (0,19

Km2), dan tegalan (47,6Km2). Persebaran penggunaan tanah didominasi oleh hutan yang tersebar

di wilayah selatan Kecamatan Gerokgak dan kawasan TNBB serta sawah irigasi yang membentang di wilayah utara hingga tengah Kecamatan Gerokgak.

Penggunaan tanah tahun 2017 cenderung sama, hanya mengalami perbedaan luas, persebaran, dan alih fungsi lahan dari pertanian menjadi perkebunan, bangunan, dan permukiman. Masing-masing penggunaan tanah yaitu permukiman, tambak, bangunan dengan luas 6,5 Km2;

4,8Km2; 1,3Km2; dan vegetasi dengan luas total 389,9 Km2 terdiri atas sawah irigasi (101,4Km2),

bakau (0,63Km2), hutan (220,8Km2), kebun (11,2Km2), dan tegalan (55,5Km2). Persebaran

didominasi oleh hutan yang tersebar di wilayah selatan berupa bukit lipatan dan kawasan TNBB, sawah irigasi dan tegalan yang tersebar dari wilayah utara hingga tengah Kecamatan Gerokgak

Untuk mengetahui lebih detail, penggunaan tanah dianalisis dengan mendijitasi citra sesuai penggunaan tanah dalam masing-masing grid dengan luas 2x2 kilometer. Setelah di di-dijitasi, polygon penggunaan tanah dihitung luasnya dengan menggunakan calculate geometry. Luas tersebut disajikan dalam satuan kilometer persegi. Kedetailan penggunaan tanah disajikan dalam

(5)

Tabel 4 menunjukkan bahwa perubahan dikarenakan bertambahnya luas bangunan dan tambak. Bangunan dan tambak tersebut berada tepat di wilayah pantai. Taman Nasional Bali Barat mengalami perubahan penggunaan tanah akibat penanaman bakau dan kepentingan pariwisata seperti pembangunan hotel dan jalan setapak. Di wilayah timur Kecamatan Gerokgak terdapat bangunan yang berupa Pelabuhan Celukan Bawang dan PLTU Celukan Bawang yang menjorok ke laut. Di pesisir sekitar wilayah tersebut terdapat bangunan berupa hotel dan asrama untuk karyawan. Hasil analisis perubahan

penggunaan tanah dihitung dalam rasio dan dikelaskan(LihatTabel 4.)

Tabel 3. Total Perubahan Luasan Penggunaan Tanah di Wilayah Pesisir Kecamatan Gerokgak tahun 1997

dan 2017 (Km2)

Tahun Penggunaan Tanah

Pemukiman sawah irigasi Tegalan Hutan Bakau Kebun Bangunan Tambak

1997 0,722942 36,44262262 10,03683 26,20301 0 0 0,889294 3,686223

2017 2,464659 17,14547621 17,60778 25,19482 0,312635 3,149933 1,152668 4,309068

Tabel 4.Kelas Rasio Perubahan Penggunaan Tanah.

Jenis/Kelas Kecil Sedang Besar

Permukiman 37 19 28,34,35,37,41,42,45,46,47,48,49 Sawah irigasi 19,24,25,44,47,48,49 20 23,26,28,29,31,33,34,41,42,43,45,46 Tegalan 1,20,21,22,23,29,32,33 30.36.39 31,34,34,37,40,41,46,47. Hutan 5,13,17 1,6,10,12,15,18 2,3,4,7,911,14,16 Kebun 26,27,28,29 Mangrove 19, 20 Bangunan 37,38,39,40,41,42,43,44,45,46,47,48,49 Tambak 29, 30 26,27,28,31,38,39,40,41,42,43,45,47

Rasio tersebut menunjukkan yang memiliki variasi terbanyak adalah sawah irigasi, tegalan, dan hutan. Rasio tambak, bangunan, dan permukiman mayoritas besar. Hal ini menunjukkan perubahan penggunaan tanah di Kecamatan Gerokgak terjadi akibat alih fungsi lahan yang sebagian besar menjadi pemukiman, tambak, dan bangunan seperti hotel, pelabuhan, pabrik, dan PLTU. Alih fungsi lahan yang lain adalah perubahan dari hutan menjadi sawah irigasi, hutan dan sawah irigasi menjadi tegalan, dan sawah irigasi menjadi kebun. (Lihat Gambar 2.)

Gambar 2 menyajikan bertambahnya wilayah tambak yang terletak di grid 25. Perubahan penggunaan tanah dari sawah irigasi menjadi perkebunan pada grid 19, 20. Lalu bertambahnya wilayah pemukiman pada grid 37, 42, 43, 46, 47, 48, 49; dan bertambahnya bangunan berupa PLTU Celukan Bawang pada grid 48 dan perubahan pengolahan fungsi lahan dari sawah irigasi menjadi tegalan pada grid 37-40.

Perubahan penggunaan tanah berpengaruh pada perubahan garis pantai di Kecamatan Gerokgak. Aktivitas manusia turut berperan dalam hal ini, yaitu pembangunan di wilayah pesisir. Diantaranya adalah pembangunan hotel, PLTU, pabrik, penanaman bakau, pembangunan tambak, dan pembangunan infrastruktur pariwisata. Perubahan garis pantai terbesar terdapat pada grid 1, 5, 13, dan 15 dengan perubahan penggunaan tanah dari kawasan pantai berpasir menjadi hutan bakau di kawasan Taman Nasional Bali Barat (TNBB). Perubahan garis pantai terbesar berikutnya terdapat pada grid 25 dengan perubahan penggunaan tanah dari kawasan tambak menjadi tambak dengan hutan bakau di sekitarnya Dan perubahan garis pantai terbesar yang terakhir

(6)

terdapat pada grid 18 dengan perubahan penggunaan tanah dari pantai berpasir menjadi hutan bakau dan grid 48 dari tegalan menjadi bangunan berupa PLTU Celukan Bawang dan bangunan penunjang lain di sekitarnya. Faktor lain yang menyebabkan perubahan adalah alih fungsi lahan seperti sawah irigasi menjadi tegalan, dan dari sawah irigasi menjadi tambak. Hal lain yaitu faktor fisik seperti transportasi sedimen yang disebabkan oleh gelombang laut. Selain gelombang, muara sungai yang terdapat di grid 30 dan 34 berperan dalam transportasi sedimen pantai, namun tidak menjadi pengaruh kuat perubahan garis pantai di Kecamatan Gerokgak.

Gambar 2.Penggunaan Tanah di Kecamatan Gerokgak tahun 1997 dan 2017.

KESIMPULAN

Garis pantai di Kecamatan Gerokgak, Kabupaten Buleleng, Bali mengalami perubahan. Hal itu akibat perubahan penggunaan tanah. Perubahan tersebut akibat adanya alih fungsi lahan di beberapa wilayah pesisir seperti pembangunan tambak, pelabuhan, PLTU, infrastruktur pariwisata

(7)

adalah 1193,5 meter. Luas perubahan terbesar 0,32 Km2. Selain faktor manusia, faktor fisik juga

berperan, diantaranya pengaruh gelombang laut, kenaikan permukaan air laut, dan pasang surut. Pengaruh terbesar di Kecamatan Gerokgak adalah adanya penanaman bakau, pembangunan Pelabuhan Celukan Bawang, dan PLTU Celukan Bawang yang bangunannya menjorok ke laut.

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Buleleng. (2017).Kecamatan Gerokgak Dalam Angka 2017.

Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Buleleng. (2015). Profil Investasi Perikanan dan Kelautan

Kabupaten Buleleng 2014.

Eryani, I. G. A. P. (2016). Karakteristik dan Metode Penataaan Pantai Lovina Buleleng Berbasis Lingkungan

Pariwisata. PADURAKSA, 5(1), 10-19.

Kabuth, Alina K, Aart Kroon, dan Jorn B.T.P. (2014). Multidecadal Shoreline Changes in Denmark.Journal of

Coastal Research, 30(4), 714-728.

Kalay, D. E. (2008). Perubahan Garis Pantai di Sepanjang Pesisir Pantai Indramayu. Tesis Sekolah

Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor. 165 hlm.

Mudiarta. (2007). 5,886 Km Bibir Pantai di Buleleng Abrasi. Balipost 26 Juni 2017.

http://www.balipost.com/news/2017/06/26/12788/5,886-Km-Bibir-Pantai-di...html

Purba, Mulia dan Indra Jaya. (2004). Analisis Perubahan Garis Pantai dan Penutupan Lahan Antara Way

Panet dan Way Sekampung, Kabupaten Lampung Timur. Jurnal Ilmu-Ilmu Perairan dan Perikanan

Indonesia,11(2), 109-121.

Setiawan. A, Bayu. P, Faisal. H, Tedi. F. Dan Yuli. P. (2014). Survei Batimetri dan Pengamatan Kondisi

Kualitas Air di Perairan Musi, Gerokgak, Bali Untuk Budidaya Laut.Balai Penelitian dan Observasi Laut, Balai Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan Kementerian Kelautan dan Perikanan. 5-37. KKP: Jakarta.

Tarigan, M. Salam. (2007). Perubahan Garis Pantai di Wilayah Perairan Pesisir Cisadane, Provinsi Banten.

(8)

Gambar

Tabel 1. Kelas Perubahan. Klasifikasi PerubahanJarakTerhadap Daratan PerubahanPanjangGarisPantai Rasio Perubahan PenggunaanTanah Kecil &lt;50 m &lt;100 0-0,002 Sedang 50-200 100-500 0,0021-0,004 Besar &gt;200 m &gt;500 &gt;0,004
Tabel 2 adalah hasil analisis perubahan panjang garis pantai, perubahan jarak garis pantai
Tabel 4 menunjukkan bahwa perubahan dikarenakan bertambahnya luas bangunan dan
Gambar 2. Penggunaan Tanah di Kecamatan Gerokgak tahun 1997 dan 2017.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan persentase kecacingan pada anak yang atopi di SDN Kampung Baru, Kecamatan Kusan Hilir, Kabupaten Tanah Butnbu, Kalimantan Selatan

Kotawaringin Barat yang selanjutnya disebut LPSE Kabupaten Kotawaringin Barat adalah unsur pelaksana di Pemerintah Kabupaten yang melayani proses pengadaan

Hubungan antara persepsi bawahan terhadap komunikasi yang dilakukan oleh atasan dengan motivasi kerja karyawan (aspek Expactation).. Teknik analisis data yang digunakan

Alhamdulillahi Robbil’alamin, puji syukur kehadirat Allah SWT atau segala limpahan rahmat, taufik, dan hidayahnya sehingga penulis dapat menelesaikan Karya Tulis

Berdasarkan Peraturan Pemerintah No.8 tahun 1965 tentang Pendirian Perusahaan Negara Asuransi Kerugian Djasa Rahardja, mulai 1 Januari 1965 PNAK Eka Karya dilebur

Lahan di Kerta Buana semakin tergerus oleh tambang, dimana perusahaan tambang lainnya, PT Kitadin (anak perusahaan grup Banpu), memulai operasi mereka di bagian selatan

Karakteristik LKS yang dihasilkan yaitu adanya suatu alat bantu berupa benda nyata (media manipulatif) yang dapat membantu siswa dalam melakukan kegiatan-kegiatan yang

Pastor Marcus Schäfer sudah melayani lebih dari 10 tahun di FeG Moabit, tetapi baru mulai dekat dengan jemaat Imanuel semenjak beberapa tahun terakhir ini, ketika kita sedang