• Tidak ada hasil yang ditemukan

TEKNIK PEMBUATAN BERITA ACARA SIDANG (BAS) 1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TEKNIK PEMBUATAN BERITA ACARA SIDANG (BAS) 1"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

1

TEKNIK PEMBUATAN BERITA ACARA SIDANG (BAS)

1

Oleh : Drs. SUBUKI, M.H.

A. PENDAHULUAN.

Berita Acara Sidang atau juga disebut dengan “proses verbal” merupakan akta autentik yang berisi tentang proses pemeriksaan suatu perkara dalam persidangan. Berita acara tersebut dijadikan dasar oleh majelis hakim dalam membuat putsuan perkara yang diadilinya.

Otentikasi sebuah berita acara terletak pada cara dan bentuk pembuatannya. BAS dibuat oleh pejabat resmi yang berwenang untuk itu dan kemudian ditandatangani oleh Panitera/Panitera Pengganti yang bersangkutan dan Ketua Majelis.

Berita acara sebagai akta otentik, memuat segala kejadian dalam persidangan yang berhubungan dengan perkara yang diproses, di dalam berita acara itu tercata semua keterangan Penggugat dan Tergugat dan segala sesuatu yang berhubungan dengan bukti, oleh karen aitu berita acara merupakan sumber data dan fakta dalam membuat putusan.

Berita acara sidang itu mempunyai fungsi sebagai akta otentik, dasar hakim dalam menyusun putusan dan sebagai dokumentasi dan informasi keilmuan.

Dalam pembuatan berita acara diperlukan kejujuran Panitera/Panitera Pengganti dan Hakim yang membuat berita acara tersebut. Dengan kata lain dibuat secara obyektif, apa adanya, tidak menambah atau mengurangi segala kejadian yang terjadi, dan keterangan yang diperlukan dalam persdiangan yang berhubungan denga n perkara yang diperiksa.

B. DASAR HUKUM BERITA ACARA SIDANG (BAS)

Berita acara dibuat berdasarkan ketentuan-ketentuan dikemukakan berikut ini:

1. Pasal 197 ayat (1) dan (3), Pasal 198 ayat (2) RBg; 2. Pasal 185 dan 186 HIR;

3. Pasal 97 Undang-Undang Nomor 7 tahun 1989;

1

(2)

2 C. PEMBUATAN BERITA ACARA SIDANG (BAS)

Panitera/Panitera Pengganti yang bersidang harus membuat Berita Acara Sidang (BAS) sebagaimana Standar pedoman format Berita acara Sidang yang telah diterbitkan oleh Badilag Mahkamah Agung RI yang isinya sebagai berikut:

1. Judul dan nomor Berita Acara Sidang (BAS) 2. Pengadilan yang memeriksa perkara;

3. Hari, tanggal, bulan, dan tahun pada persidangan;

4. Identitas dan kedudukan para pihak yang berperkara secara jelas; 5. Susunan Majelis Hakim dan Panitera yang ikut sidang;

6. Pernyataan sidang dibuka dan terbuka untuk umum;

7. Keterangan kehadiran dan ketidak hadiran para pihak yang berperkara dalam persidangan yang ditentukan;

8. Upaya mendamaikan dan proses mediasi;

9. Pernyataan sidang tertutup untuk umum (khusus perceraian); 10. Pembacaan surat gugatan;

11. Pemeriksaan para pihak (untuk memperjelas);

12. Pernyataan sidang terbuka untuk umum pada waktu penundaan sidang terhadap sidang yang sebelumnya dinyatakan tertutup untuk umum; 13. Pernyataan alasan penundaan sidang;

14. Penundaan sidang pada hari, tanggal, bulan, tahun, jam dengan penjelasan perintah hadir tanpa dipanggil lagi melalui relas dan atau dipanggil lagi melalui relas;

15. Penyataan sidang diskors untuk musyawarah Mejelis Hakim;

16. Pernyataan sidang terbuka untuk umum untuk pembacaan putusan; 17. Pernyataan sidang ditutup;

18. Penandatanganan BAS oleh Ketua Majelis dan Panitera/Panitera Pengganti;

D. BAHASA DAN FORMAT BERITA ACARA SIDANG 1. Bahasa yang dipakai dalam Berita Acara Sidang

Bahasa yang dipakai dalam Berita Acara Sidang adalah bahasa hukum dan bahasa Indonesia yang baik dan benar dan Majelis Hakim dalam Tanya jawab

(3)

3 antara Majelis Hakim dengan para pihak/saksi dalam BAS menggunakan kalimat langgsung, sebaimana contoh : petanyaan Ketua Majelis Hakim kepada Saksi “Apakah Saksi mengenal Tergugat ? Saksi menjawab saya mengenal Tergugat , sejak dia menikah dengan penggugat”

Berita Acara Sidang dibuat dengan menggunakan bahasa Indonesia yang baku, kalau menggunakan kata dari bahasa asing atau bahasa daerah harus diterjemahkan , contoh penggugat mengatakan “Tergugat sudah tidak care (peduli) lagi kepada Penggugat”

Jika terdapat kesalahan penulisan dalam Berita Acara Sidang tidak boleh dihapus dengan tip ex atau sejenisnya, tetapi harus menggunakan metoda revoi diantaranya SCG = sah coret ganti (untuk kata yang diganti, kemudian kata yang penggantinya ditulis di atasnya , SC = sah coret, ST = sah tambah (apa bila penambahan kata) dan kata yang ditambahkan ditulis di atasnya, kata yang dicoret atau diganti yaitu dicoret dengan satu garis, kata yang dicoret tetap terbaca dan paraf diletakan sejajar dengan yang direnvoi sebelah kiri;

Apabila, jawaban, replik, duplik , bukti tertulis dan dekumen sejenisnya, maka hal tersebut menyatu dalam Berita Acara Sidang (BAS) bagian pembukaan dan penutupan dari jawaban, replik dan lainnya tersebut diberi Z Cros serta disisi sebelah kirinya ditulis SC Z dan diparaf

2. Format Berita Acara Sidang (BAS);

Ukuran Kertas dan margin dalam pembuatan Berita Acara sidang sebagai berikut :

 Kertas yang digunakan : A4 – 70 gram;

 Batas/margin : Kiri 4 Cm, Atas 3 Cm, Kanan 2 Cm dan bawah 3 Cm;

 Jenis Huruf : Arial;

 Ukuran Huruf : 12 (dua belas);

 Spasi : 1 ½ (satu setengah).

3. Format Pengetikan Berita Acara Sidang (BAS);

Format Pengetikan Berita Acara Sidang (BAS) standas format yang digunakan sebagaimana dalam Pedoman Format Berita Acara Sidang (BAS) dan Buku II

(4)

4 Pedoman Pelaksana Tugas dan Administrasi Peradilan Agama revisi Tahun 2013 terdiri dari 2 (dua) format sebagai berikut:

 Contoh Format Balok:

 Contoh Format Iris Talas:

E. TEKNIK MEMILAH, MEMILIH DAN MENYUSUN BAS

Panitera/Panitera Pengganti bertugas mencatat semua yang terjadi di persidangan, namun tidak semua yang terjadi di persidangan dicatat oleh Panitera/Panitera Pengganti, yang dicatat hanyalah yang diperlukan saja. Artinya yang berhubungan dengan perkara yang diproses. Kemampuan Panitera/Panitera Pengganti untuk memilih dan memilah peristiwa yang terjadi di persidangan yang berhubungan dengan pokok perkara, oleh karena itu sebelum persidangan Panitera/Panitear Pengganti harus memastikan hal-hal sebagai berikut:

 Pokok perkara yang sedang disidangkan;

 Tahapan persidangan, apakah tahap perdamaian, jawab menjawab, duplik, replik, pembuktian, tahap kesimpulan, untuk mempertimbangkan atau pembacaan putusan;

 Memahami peraturan perundang-undangan yang mengatur dalam tahapan yang sedang diperiksa, seperti: dalam persidangan pemeriksaan saksi yang penting untuk dipahami adalah:

a. Hubungan saksi dengan para pihak;

PERTANYAAN JAWABAN

PERTANYAAN JAWABAN

PERTANYAAN JAWABAN

(5)

5 b. Pengetahuan saksi tentang peristiwa:

1). Apa yang terjadi?; 2). Siapa pelakunya?; 3). Di mana kejadian itu?; 4). Bila peristiwa itu terjadi?; 5). Bagaimana kejadiannya?;

6). Kenapa saksi sampai mengetahui masalah itu?;

Secara sederhana proses tersebut harus memuat 4 (empat) W, 1 (satu) H. Atau dengan istilah lain mencakup: siapa, apa, bila, di mana dan bagaimana (SIABIDIBA).

c. Jika saksi mengetahui, apakah pengetahuan saksi tersebut diterima dari orang lain atau saksi mendengar, melihat sendiri kejadiannya, maka seharusnya pertanyaannya, “Kenapa Saksi sampai mengetahui masalah itu”. Pertanyaan dan jawaban tersebut dicatat oleh Panitera/Panitera Pengganti hal-hal yang berkenaan dengan hal-hal di atas;

F. KONTRUKSI BERITA ACARA SIDANG;

Tugas Pantera/Penitera Pengganti dalam pembuatan Berita acara sidang dengan mengetahui dan memahami Standar pedoman format Berita acara Sidang yang telah diterbitkan oleh Badilag Mahkamah Agung RI serta isinya yang telah diuraikan di atas, sehingga untuk mengaplikasikannya minimal harus memuat hal-hal sebagai berikut:

1. Judul dan Nomor Perkara

Judul dan nomor perkara yang dibuat tanpa garis bawah dan setelah kata nomor tidak ada titik dua. Di bawah nomor perkara ditulis sidang pertama dan untuk BAS sidang berikutnya ditulis sidang lanjutan, contoh:

BERITA ACARA SIDANG Nomor 0015/Pdt.G/2014/PA.Mtr

(6)

6 BERITA ACARA SIDANG

Nomor 0015/Pdt.G/2014/PA.Mtr Sidang lanjutan

2. Penulisan Identitas: Meliputi nama ( nama para pihak memakai huruf capital awalnya saja), umur/tanggal lahir, agama, pekerjaan, pendidikan, tempat kediaman. Pada baris kedua dimulai dari ketukan ke 15 (3 Tut tab), dalam hal para pihak menggunakan kuasa hukum, identitas kuasa diletakan setelah identitas para pihak;

3. Kata melawan ditulis (secter text) dengan menggunakan hurup kecil;

4. Susunan Majelis yang bersidang, dalam BAS pertama dan BAS lanjutan yang ada pergantian majelis, susunan majelis ditulis secara lengkap nama dan gelar dengan dengan menggunakan hurup capital awalnya saja. Sedangkan BAS lanjutan yang bukan pergantian majelis ditulis dengan kalimat “Susunan majelis sama dengan susunan majelis sidang yang lalu”

5. Usaha mendamaikan para pihak oleh majelis hakim;

6. Pada sidang pertama, bila para pihak hadir semua, harus dicatat bahwa majelis hakim memerintahkan para pihak untuk mengikuti proses mediasi, dicatat pula nama mediator yang dipilih atau ditunjuk oleh majelis hakim; 7. Pembacaan surat gugatan, jawaban, replik dan duplik. Pembacaan tersebut

oleh majelis bukan oleh para pihak;

8. Jika ada jawaban dalam konvensi dan gugatan dalam rekonvensi maka agenda berikutnya replik dalam konvensi dan jawaban dalam rekonvensi selanjutnya duplik dalam konvensi dan replik dalam rekonvensi dan terakhir atas replik dalam rekonvensi duplik dalam rekonvensi;

9. Apabila jawaban tertulis, maka dentitas dan penandatanganan direnvoi (Z Cros) dan merupakan bagian dari BAS, sehingga harus diberi halaman seperti halnya jawaban lisan dalam replik dan duplik;

10. Dalam hal pemeriksaan bukti surat Panitera/Panitera Pengganti mencatat adanya nazegelen (pameteraian), legalisasi oleh Panitera, kemudian bukti tersebut diberi kode P.1 dst untuk Penggugat atau T.1 dst untuk tergugat, jika bukti surat berupa fotocopy harus dicatat bahwa apakah para pihak memperlihatkan aslinya atau tidak, jika diperlihatkan aslinya, maka dicatat pada fotocopy tersebut bahwa fotocopy ini setelah dicocokkan, ternyata

(7)

7 sesuai dengan aslinya dan diparaf oleh ketua majelis, sehingga dalam bukti surat ada ;

 Kode bukti (P.1 dst atau T.1 dst);

 Fotocopy ini setelah dicocokkanTernyata sesuai dengan aslinya;

 Paraf ketua Majelis ;

 Nazagelen (pemateraian);

 Legalisasi bukti surat oleh Panitera.

(Untuk tertib dan kerapihan kalimat “Fotocopy ini setelah icocokkanTernyata sesuai dengan aslinya” dan “Paraf ketua Majelis” ditulis di sebelah kanan atas bukti surat).

11. Dalam hal pemeriksaan saksi yang harus dicatat oleh Panitera/Panitera Pengganti adalah;

a. Nama, bin/binti, umur, agama, pekerjaan, pendidikan dan tempat tinggal saksi;

b. Hubungan saksi dengan pihak yang berperkara;

c. Apakah saksi disumpah atau tidak dan jika disumpah menurut agama apa;

d. Pertanyaan majelis dan jawaban saksi;

12. Nomor halaman berita acara sidang harus dibuat secara bersambung dari sidang pertama sampai sidang terakhir, nomor halaman tesebut diletakan pada bagian kanan bawah ;

13. Jawaban (termasuk rekonvensi), replik, duplik, alat bukti dan seluruh dokumen terkait serta kesimpulan, menjadi kesatuan berita acara dan diberi nomor urut halaman;

14. Panitera/Panitera Pengganti mencatat alasan penundaan sidang da pengumuman penundaan sidang dan dicatat hari, tanggal, bulan dan tahun sidang berikutnya; untuk pihak yang hadir diberitahukan agar hadir pada hari tanggal tersebut dan bagi yang tidak hadir diperintahkan kepada Juru Sita Pengganti untuk memanggil yang bersangkutan;

15. Berita acara sidang harus sudah selesai dan ditandatangani paling lambat sehari sebelum sidang berikutnya;

(8)

8 G. PENUTUP

Dari beberapa penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa berita acara persidangan memegang peranan yang sangat penting dalam menyelesaikan suatu perkara, khususnya dalam membuat putusan, oleh karena itu sebuah berita acara sidang harus dibuat dengan cermat, sistematis dan rapi.

(9)

9 Daftar Bacaan;

Abdul Manan, Prof., Dr., S.H., S.IP., M.Hum., Penerapan Hukum Acara Perdata di

Lingkungan Peradilan Agama, Tahun 2008;

Ahmad Mujahidin, DR., MH, Pembaharuan Hukum Acara Perdata Peradilan

Agama dan Mahkamah Syar’iyah di Indonesia, Tahun 2008

Direktorat Jendral Badan Peradilaan Mahkamah Agung RI, Himpunan Peraturan Perundang-undangan Tentang Peradilan Agama , Tahun 2010;

--- , Pedoman Pelaksanaan Tugas dan Administrasi Peradilan Agama BUKU II edisi revisi, Tahun 2013;

---, Pedoman Format Berita Acara Sidang dan Putusan Pengadilan

Agama/Mahkamah Syar’iyah, Tahun 2014;

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menyatakan bahwa terdapat hubungan antara kebiasaan meminjam pakaian dengan kejadian ska- bies dengan signifikansi sebesar 0,000.Hasil ini sesuai den- gan

Masing-masing Pihak akan memfasilitasi sesuai dengan peraturan nasional, waktu masuk, tinggal dan berangkat dari wi l ayah personil dari salah satu Pihak yang secara

1) Sistem birokrasi Pemerintah Kabupaten Pangandaran sudah cukup tertata dengan baik. 2) Kemimpinan Camat yang visioner, berkomitmen dan berintegritas sehingga menciptakan

peneliti memperoleh data dari web resmi Bank Syariah Mandiri. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sumber. data sekunder dan instrumen pengumpulan data

Pada tahapan Install Plugins, pengguna diberikan pilihan untuk memilih plugin apa saja yang akan digunakan, walaupun pada dasarnya plugin tersebut masih dapat dipilih atau

Sidang Majelis Jemaat Khusus dengan agenda yaitu pembahasan Peraturan Pelaksana Majelis Jemaat (PPMJ) akan dilaksanakan pada hari Sabtu, 22 November 2014 pukul 10.00, bertempat

Setelah melengkapi form Masukkan Data Diri dan mencheklist kotak Ketentuan Penggunaan dan Kebijakan Privasi dari Kampus Merdeka klik tombol ‘selanjutnya’ untuk menyimpan data

Bagi pakar pengurusan sisa pepejal dari Universiti Kebangsaan Malaysia (UKM), Profesor Dr. Hassan Basri, keadaan itu membayangkan bahawa pengurusan sisa pepejal di negara ini masih