• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kementerian Ketenagakerjaan Republik Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Kementerian Ketenagakerjaan Republik Indonesia"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pengangguran merupakan salah satu permasalahan serius bangsa yang tiada hentinya menjadi fokus perhatian pemerintah. Upaya penanggulangan pengangguran menjadi penting, karena bila tidak tertangani dengan baik, dampak dari masalah pengangguran dikhawatirkan dapat memicu persoalan kerawanan sosial, seperti meningkatkan angka kemiskinan dan kriminalitas.

Masih tingginya angka pengangguran di tanah air dapat diamati dari data Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) BPS Agustus 2014 yang menyebutkan bahwa Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) pada Agustus 2014 mengalami peningkatan dari semula sebanyak 7,15 juta orang atau sekitar 5,7 persen penduduk pada Februari 2014 menjadi 7,24 juta orang atau sekitar 6,17 persen penduduk pada Agustus 2014.

Fakta tersebut menjadi warning kepada pemerintah agar mampu meningkatkan upaya penanggulangan pengangguran secara optimal, terutama ditengah kondisi perekonomian nasional yang belum membaik.

Disisi lain, pengembangan ketenagakerjaan sektor informal belum tergarap secara optimal. Padahal, Indonesia memliki beragam potensi sumber daya alam yang bisa dimanfaatkan sebagai modal dasar untuk pengembangan kegiatan-kegiatan sektor informal (kewirausahaan).

Dalam rangka mengatasi permasalahan diatas, pemerintah melalui Kementerian Ketenagakerjaan mengupayakan berbagai kebijakan, salah satunya melalui pelaksanaan kegiatan Pendayagunaan Tenaga Kerja Sukarela atau yang dikenal dengan istilah "Pendayagunaan TKS".

Sejak dijalankan kembali pada tahun 2009, kegiatan Pendayagunaan TKS telah memberikan banyak manfaat, bukan saja bagi TKS selaku pendamping, namun juga bagi kelompok usaha yang didampinginya.

Meskipun tugas pendampingan TKS telah berakhir, akan tetapi di beberapa tempat, sebagian TKS masih melanjutkan pendampingan kelompok untuk pengembangan rintisan usaha. Namun diakui bahwa masalah permodalan nampaknya menjadi kendala dalam pengembangan usaha. Disisi lain, akses kredit permodalan usaha dari perbankan sulit diperoleh karena ketidaksanggupan kelompok dalam memenuhi jaminan kredit.

(4)

Menindaklanjuti persoalan diatas, dalam rangka memperkuat usaha lembaga TKS Purna, Direktorat Pengembangan dan Perluasan Kesempatan Kerja - Ditjen Pembinaan Penempatan Tenaga Kerja dan Perluasan Kesempatan Kerja - Kementerian Ketenagakerjaan telah menginisiasi kegiatan yang bernama "Penguatan Usaha Lembaga TKS Purna ".

Kegiatan Penguatan Usaha Lembaga TKS Purna merupakan salah satu bentuk pengembangan dari kegiatan Pendayagunaan TKS. Kegiatan ini berbasis pada pemberian bantuan dana kegiatan untuk pengadaan sarana/peralatan usaha lembaga TKS Purna. Dengan bantuan tersebut, kemajuan usaha lembaga TKS Purna diharapkan semakin meningkat.

Selanjutnya, untuk medukung kegiatan diatas, maka diperlukan suatu pedoman yang dapat menjelaskan secara rinci prinsip-prinsip kegiatan,mekanisme pelaksanaannya sesuai dengan maksud dan tujuan yang dikehendaki.

B. Dasar Hukum

1. Undang-Undang No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan; 2. Undang-Undang No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara; 3. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2009 tentang Kepemudaan; 4. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan

Negara;

5. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2011 tentang Kewirausahaan Pemuda;

6. Peraturan Pemerintah No.33 Tahun 2013 tentang Perluasan Kesempatan Kerja;

7. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.12 tahun 2012 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Bidang Ketenagakerjaan dan Ketransmigrasian Tahun 2010-2025;

8. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. 5 Tahun 2014 tentang Penetapan Indikator Kinerja Utama Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi Tahun 2014-2019.

C. Tujuan

Pedoman kegiatan Penguatan Usaha Lembaga TKS Purna bertujuan untuk memberikan informasi kepada semua pihak yang terlibat dalam pelaksanaan kegiatan, yaitu Pelaksana Kegiatan Pusat (Dit. Pengembangan dan Perluasan Kesempatan Kerja), Pelaksana Kegiatan di daerah (Disnaker Provinsi dan Kabupaten/Kota) dan Lembaga TKS selaku pemohon bantuan kegiatan.

(5)

D. Sasaran

- Tersedianya pedoman/acuan kerja bagi Tim Penilai (Verifikator)

untuk melakukan penilaian atas proposal usaha yang diajukan oleh lembaga pemohon;

- Tersedianya pedoman/acuan kerja bagi lembaga pengusul mengenai tata cara penyusunan dan pengajuan proposal sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan;

- Terciptanya koordinasi dan sinergi dalam mendukung kegiatan penguatan lembaga TKS Purna;

- Terlaksananya kegiatan sesuai dengan arah dan sasaran kebijakan; - Terlaksananya penilaian hasil kegiatan yang obyektif, transparan, adil

dan dapat dipertanggung jawabkan.

E. Daftar Istilah

Untuk dapat memahami kegiatan Penguatan Usaha Lembaga TKS Purna secara baik, ada beberapa istilah penting yang harus diketahui para pengguna pedoman, sebagai berikut :

1. Tenaga Kerja Sukarela Purna (TKS Purna)mantan peserta kegiatan pendayagunaan Tenaga Kerja Sukarela sebagai pendamping kelompok usaha masyarakat.

2. Lembaga TKS Purnaadalah suatu organisasi berbadan hukum yang dibentuk dan dijalankan oleh minimal 4 (empat) orang TKS Purna dan beranggotakan sebanyak 10 s.d 20 orang. Lembaga tersebut berorientasi pada kegiatan pemberdayaan masyarakat melalui pengembangan usaha produktif.

3. Kelompok Dampingan TKS adalah kumpulan orang (kelompok) yang didampingi TKS pada saat kegiatan Pendayagunaan TKS, dimana saat kegiatan berakhir, TKS masih mendampingi kelompok untuk pengembangan usaha produktif.

4. Proposaladalah dokumen usulan permohonan bantuan penguatan usaha. Dokumen tersebut disusun oleh lembaga pemohon dan disampaikan kepada Direktur Pengembangan dan Perluasan Kesempatan Kerja - Ditjen Pembinaan Penempatan Tenaga Kerja dan Perluasan Kesempatan Kerja-Kementerian Ketenagakerjaan. 5. Bantuan Penguatan Usaha adalah bantuan dana penyelenggaraan

kegiatan pemberdayaan masyarakat yang diberikan oleh Kementerian Ketenagakerjaan kepada lembaga atau kelompok dampingan TKS Purna dalam rangka pengembangan usaha produktif.

(6)

6. Pemberdayaan masyarakat adalah upaya meningkatkan kekuatan atau posisi tawar masyarakat agar mampu mengambil keputusan untuk dirinya serta ikut menentukan dan mempengaruhi pengambilan keputusan yang dilakukan pihak lain yang berpengaruh terhadap dirinya.

7. Usaha produktifadalah semua jenis usaha yang menghasilkan dan menguntungkan secara berkesinambungan.

8. Kewirausahaan adalah semangat, sikap, perilaku, dan kemampuan seseorang dalam menangani usaha atau kegiatan yang mengarah pada upaya mencari, menciptakan, serta menerapkan cara kerja, teknologi dan produk baru dengan meningkatkan efisiensi dalam rangka memberikan pelayanan yang lebih baik dan/atau memperoleh keuntungan yang lebih besar.

(7)

BAB II

PROFIL KEGIATAN PENGUATAN LEMBAGA USAHA TKS PURNA

A. Konsep Kegiatan

Masalah pengangguran harus dicermati dan disikapi secara serius oleh semua pihak untuk menghasilkan suatu upaya penanganan yang efektif. Kegagalan dalam penanganan masalah pengangguran, tentu saja akan berimplikasi luas terhadap persoalan sosial lainnya, seperti kemiskinan struktural dan penurunan kualitas tenaga kerja. Oleh karena itu, penanganan masalah pengangguran yang multi dimensi harus ditangani secaraintegral.

Kebijakan perluasan kesempatan kerja yang dikembangkan oleh Kementerian Ketenagakerjaan melalui penguatan usaha lembaga TKS Purna merupakan salah satu terobosan strategis dalam rangka mendukung pembangunan ekonomi masyarakat.

Pendekatan ini secara teknis diwujudkan melalui pemberian bantuan pembiayaan kepada lembaga usaha TKS PUrna yang concern terhadap kegiatan pemberdayaan masyarakat melalui usaha-usaha produktif. Dengan bantuan tersebut, diharapkan terjadi transformasi sosial ekonomi masyarakat miskin atau penganggur ke arah yang lebih

produktif, inovatif dan responsif terhadap dinamika kehidupan sosial ekonomi di lingkungannya, sekaligus tumbuh dan berkembangnya kesempatan kerja dan usaha yang berkelanjutan.

Secara teknis, bantuan penguatan usaha lembaga TKS Purna memerlukan kerangka kelembagaan yang memadai dan dapat dijalankan secara terstruktur. Setidaknya ada tiga pihak yang secara langsung terlibat dalam pemberdayaan masyarakat melalui kegiatan Penguatan Usaha Lembaga TKS Purna, meliputi :

1) Tenaga Kerja Sukarela Purna (TKS Purna); 2) Masyarakat dampingan TKS;

3) Aparatur pemerintah sebagai penanggung jawab kegiatan, fasilitator, pembina sekaligus pengawas kegiatan, yakni Direktorat Pengembangan Perluasan Kesempatan Kerja, Dinas yang membidangi ketenagakerjaan di tingkat Provinsi dan Kabupaten/Kota.

(8)

membentuk menjalankan

Skema Kegiatan

TKS p membentuk menjalankan

Skema Kegiatan

Secara sederhana, skema kegiatan Penguatan Purna diuraikan sebagai berikut :

- Lembaga TKS Purna mengajukan proposal kepada Direktur Pengembangan

- Direktur Pengembangan Perluasan Kesempatan Kerja Pelaksana Pusat memerintahkan

kelayakan lembaga pemohon - Setelah proses verifikasi,

Kesempatan Kerja menetapkan nam

bantuan, kemudian ditindaklanjuti dengan penandatanganan perjanjian kerja sebagai dasar pelaksanaan peng

barang/sarana usaha.

- Lembaga penerima bantuan pemanfaatan bantuan usaha

Pengembangan dan Perluasan Kesempatan Kerja pertanggungjawaban penggunaan anggaran negara; - Direktorat Pengembangan

melakukan monitoring dan evaluasi untuk mengetahui hasil kegiatan pemberdayaan masyarakat yang

serta menghimpun berbagai berikutnya. membentuk/ menjalankan Lembaga/Kelompok Dampingan TKS Purna DITJEN BINAPENTA c.q. Dit.Pengembangan Perluasan Kesempatan Kerja Bantuan Usaha Lembaga mengajukan proposal bantuan dan mempertanggungjawabkan

penggunaan bantuan

membentuk/

menjalankan Lembaga TKS Purna Dit. Pengembangan dan Perluasan Kesempatan Kerja

Bantuan Usaha

Lembaga mengajukan proposal bantuan dan mempertanggungjawabkan

penggunaan bantuan

ederhana, skema kegiatan Penguatan Usaha Lembaga TKS sebagai berikut :

mengajukan proposal bantuan penguatan usaha Pengembangan dan Perluasan Kesempatan Kerja; Pengembangan Perluasan Kesempatan Kerja sebagai

memerintahkan tim verifikasi untuk meneliti lembaga pemohon dan kelayakan usaha yang dijalankan.

, Direktur Pengembangan dan Perluasan menetapkan nama-nama lembaga penerima ditindaklanjuti dengan penandatanganan perjanjian kerja sebagai dasar pelaksanaan pengadaan bantuan penerima bantuan melaporkan hasil kegiatan dan usaha secara berkala kepada Direktur Perluasan Kesempatan Kerja sebagai bentuk pertanggungjawaban penggunaan anggaran negara;

Direktorat Pengembangan dan Perluasan Kesempatan Kerja melakukan monitoring dan evaluasi untuk mengetahui hasil kegiatan pemberdayaan masyarakat yang dijalankan oleh Lembaga TKS Purna a menghimpun berbagai masukan untuk pengembangan kegiatan

(9)

B. Hasil Yang Diharapkan

Hasil yang diharapkan dari pelaksanaan kegiatan Penguatan Usaha Lembaga TKS Purna, antara lain:

1. Tumbuhnya kemampuan masyarakat dalam mengelola potensi sumber daya lokal;

2. Tumbuhnya kemandirian kelompok dalam membangun dan meningkatkan perekonomian lokal;

3. Tewujudnya kelembagaan fungsional masyarakat yang kokoh dan mampu menjadi motor penggerak dalam meningkatkan kapasitas masyarakat untuk melakukan kegiatan ekonomi;

4. Terciptanya kelompok-kelompok wirausaha baru yang mempunyai keunggulan kompetitif;

5. Tumbuh dan berkembangnya kesadaran masyarakat dalam mendayagunakan potensi diri dan sumberdaya lokal sehingga mampu melakukan perubahan-perubahan ke arah yang lebih baik.

C. Sifat dan Jenis Kegiatan

Pada dasarnya, kegiatan Penguatan Usaha Lembaga TKS Purna bersifat berkelanjutan, artinya kegiatan memiliki dampak positif dan dapat dipelihara secara terus menerus, sehingga memberikan nilai tambah secara optimal.

Jenis-jenis kegiatan yang dilaksanakan harus sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan potensi sumber daya daerah serta mengarah pada kegiatan usaha ekonomi produktif, antara lain :

1. Peternakan, seperti : sapi, kerbau, kambing, ayam, itik dsb; 2. Budidaya perikanan air tawar, tambak, udang, kepiting soka dsb; 3. Pemanfaatan lahan tidur melalui kegiatan pertanian dan perkebunan

tanaman obat, tanaman jarak, jagung hibrida dsb;

4. Terapan Teknologi Tepat Guna (TTG), seperti bordir, sablon, batu bata, genteng, kuliner, makanan ringan, agrobisnis dan pupuk organik, anyaman, kerajinan tangan dsb.

5. Pelayanan Jasa, seperti, percetakan, sablon, bengkel/pertukangan, service komputer, perdagangan,dsb.

Catatan : Jenis usaha yang tidak diperkenankan, antara lain usaha hiburan, game onlinedan pelayanan pendidikan, seperti kursus, pelatihan.

(10)

BAB III

ORGANISASI PELAKSANA

Dalam rangka mendukung kegiatan Penguatan Usaha Lembaga TKS Purna, ada beberapa persyaratan penting yang terkait dengan lembaga pelaksana dan pembina kegiatan.

A. Pelaksana Kegiatan

Pihak-pihak yang terkait dalam pelaksanaan kegiatan, antara lain:

1. Direktorat Pengembangan dan Perluasan Kesempatan Kerja, Dinas/SKPD yang membidangi urusan Ketenagakerjaan di tingkat Provinsi dan Kabupaten/Kota selaku penanggung jawab, fasilitator, pembina dan pengawas kegiatan.

2. TKS Purna sebagai anggota lembaga dan pendamping kelompok usaha masyarakat;

3. Masyarakat sebagai anggota Lembaga TKS Purna;

B. Lembaga TKS Purna

Sebagaimana telah dijelaskan, bantuan penguatan usaha dari Kementerian Ketenagakerjaan diberikan kepada lembaga TKS Purna. Lembaga TKS Purna merupakan organisasi berbadan hukum yang didirikan dan dikelola oleh minimal oleh 4 (empat) orang TKS Purna. Lembaga ini beranggotakan minimal 10 orang dan maksimal 20 orang. Lembaga dapat berbentuk yayasan, unit dagang/usaha atau koperasi. Untuk memperkuat kegiatannya, lembaga ini dapat merekrut anggota yang berasal dari masyarakat luas.

Selain itu, Lembaga TKS Purna dapat pula berbentuk kelompok dampingan TKS, dimana pasca penugasan, TKS Purna masih melanjutkan pendampingan kepada kelompok dan secara bersama-sama terlibat aktif untuk memperkuat usaha yang dijalankan.

Untuk menjamin legalitas, transparansi dan akuntabilitas kegiatan, maka setiap lembaga pelaksana kegiatan harus memenuhi persyaratan, sbb :

1. Memiliki visi dan misi pemberdayaan masyarakat; 2. Lembaga bukan milik perseorangan;

3. Berbadan hukum dibuktikan akte pendirian lembaga (akte notaris), dalam bentuk Yayasan, Koperasi, Lembaga Swadaya Masyarakat, Organisasi/Lembaga Pemberdayaan Masyarakat;

(11)

5. Memiliki program yang jelas dan berorientasi pada upaya pemberdayaan masyarakat;

6. Memiliki kantor sekretariat dengan bukti ijin domisili dari lurah setempat dan memiliki papan nama di depan kantor;

7. Memiliki NPWP dan rekening bank atas nama lembaga;

8. Bersedia menandatangani surat pernyataan tentang kesanggupan pelaksanaan kegiatan, membuat laporan pertanggungjawaban, berupa laporan kegiatan dan keuangan;

9. Bersedia untuk menjaga, melestarikan dan mengembangkan hasil yang dicapai;

10. Memiliki kepedulian yang tinggi dan aspiratif terhadap problem yang dihadapi masyarakat penganggur;

11. Memiliki akses pengembangan SDM, pengentasan kemiskinan, dan penanggulangan pengangguran diberbagai sektor;

12. Memahami potensi sumber daya daerah yang akan dikembangkan atau dikelola;

C. Tugas dan Fungsi Pelaksana

1. Direktorat Pengembangan dan Perluasan Kesempatan Kerja: a. Menjadi penanggung jawab, pelaksana dan pembina kegiatan; b. Memberikan fasilitasi sebagian pembiayaan dalam bentuk

bantuan penguatan usaha kepada lembaga TKS Purna;

c. Memberikan legitimasi dan dukungan kepada pelaksana kegiatan sesuai dengan tugas, fungsi dan tanggung jawab masing-masing; d. Melakukan penilaian atas kelayakan dan kepatutan proposal

yang disampaikan dari lembaga pemohon;

e. Melaksanakan perjanjian kerjasama dengan lembaga penerima bantuan;

f. Menyiapkan Kontrak Kerja dan Surat Perintah Kerja dengan lembaga penerima bantuan;

g. Menunjuk dan menetapkan lembaga penerima bantuan;

h. Memfasilitasi lembaga penerima bantuan yang memerlukan koordinasi dengan institusi atau lembaga lain.

2. Dinas yang membidangi Ketenagakerjaan di Provinsi:

a. Memberi rekomendasi proposal yang diajukan oleh lembaga pemohon bantuan dan menerima tembusan proposal;

(12)

b. Memfasilitasi kelompok yang memerlukan koordinasi dengan institusi atau lembaga lain;

c. Membina lembaga penerima bantuan sarana usaha;

d. Membantu penyelesaian masalah dalam pelaksanaan kegiatan di lapangan.

3. Dinas yang membidangi Ketenagakerjaan di Kabupaten/Kota:

a. Memberikan rekomendasi proposal yang diajukan oleh lembaga pemohon bantuan dan menerima tembusan proposal;

b. Memberikan pembinaan dan bimbingan penyusunan proposal kepada lembaga pemohon;

c. Membantu penyelesaian masalah di lapangan;

d. Melakukan pembinaan, monitoring dan evaluasi kinerja lembaga penerima bantuan.

e. Memberikan arahan/bimbingan penyelesaian administrasi kegiatan kepada lembaga penerima bantuan;

f. Memfasilitasi lembaga/kelompok yang memerlukan koordinasi dengan lembaga/instansi lain;

g. Melaporkan hasil monitoring dan evaluasi kepada Direktorat Pengembangan dan Perluasan Kesempatan Kerja dan tembusan kepada Dinas Tenaga Kerja Provinsi.

(13)

BAB IV

TAHAPAN KEGIATAN

Kegiatan Penguatan Usaha Lembaga TKS Purna dijalankan secara terencana dan terukur, sesuai dengan mekanisme/tahapan sebagai berikut :

A. Sosialisasi Kegiatan

Sebelum kegiatan Penguatan Usaha Lembaga TKS Purna dijalankan, Direktorat Pengembangan dan Perluasan Kesempatan Kerja melakukan sosialisasi kepada jajaran Aparatur Dinas Tenaga Kerja Provinsi dan Kabupaten/Kota. Sosialisasi dilakukan untuk meningkatkan koordinasi diantara pelaksana kegiatan sehingga diharapkan dapat mengimplementasikan kegiatan sesuai dengan maksud dan tujuan yang ingin dicapai.

Selanjutnya, petugas Dinas Tenaga Kerja Provinsi dan Kabupaten/Kota meneruskan informasi kegiatan kepada para TKS Purna untuk menjaring sebanyak-banyaknya lembaga yang berminat memanfaatkan bantuan penguatan usaha. Berbagai informasi yang berkaitan dengan kegiatan, persyaratan lembaga pemohon dan mekanisme pengajuannya dijelaskan secara lengkap dalam sosialisasi.

B. Penyampaian Proposal Bantuan

Lembaga TKS Purna mengusulkan proposal bantuan usaha produktif dengan memaparkan informasi terkait status kelembagaan, struktur organisasi, jenis usaha yang dijalankan, sasaran anggota kelompok dan pembiayaan yang diperlukan untuk pelaksanaan kegiatan.

Selain itu, proposal juga melampirkan foto copy dokumen-dokumen kelembagaan, seperti: Akte notaris pendirian lembaga, NPWP, rekening bank atas nama lembaga, Rencana Anggaran Biaya kegiatan dan lain-lain.

C. Penilaian Kelayakan

Setelah menghimpun proposal dari lembaga pengusul, Direktorat Pengembangan dan Perluasan Kesempatan Kerja melakukan penilaian kelayakan melalui evaluasi proposal dan verifikasi lembaga.

Untuk menjamin bahwa proses verifikasi berjalan sistematis, transparan, jujur dan adil, maka Direktorat Pengembangan dan Perluasan Kesempatan Kerja harus membuat sistem verifikasi yang terencana dan menunjuk petugas verifikasi untuk melakukan pengecekan dokumen kelembagaan dan identifikasi lapangan (lokasi kegiatan usaha lembaga).

(14)

D. Perjanjian Kerja

Lembaga TKS Purna yang telah ditetapkan sebagai penerima bantuan, selanjutnya mengadakan perjanjian kerja dengan Pejabat Direktorat Pengembangan dan Perluasan Kesempatan Kerja yang ditunjuk.

Perjanjian kerja memuat ketentuan-ketentuan yang mengatur tentang pokok kegiatan, ruang lingkup, hak dan kewajiban, pihak-pihak yang terlibat dalam pelaksanaan kegiatan, rincian kegiatan (lokasi, bidang kegiatan, jangka waktu pelaksanaan), putusnya perjanjian dan ketentuan lain yang dianggap penting.

E. Pengadaan Barang Bantuan Usaha

Perjanjian Kerja dan Surat Perintah Kerja menjadi dasar bagi lembaga untuk melakukan pengadaan barang/sarana usaha. Dalam proses pengadaan barang, lembaga penerima bantuan bekerjasama dengan pihak ketiga selaku pihak penyedia barang. Pelaksanaan pengadaan barang harus mengacu pada peraturan pengadaan barang dan jasa.

F. Pencairan Dana Kegiatan

Proses pencairan dana kegiatan lembaga penerima bantuan dilakukan melalui SISTEM PEMBAYARAN LANGSUNG (LS), yang dibuktikan dengan Berita Acara Serah Terima Pekerjaan dari lembaga penerima bantuan dan Berita Acara Pembayaran yang dikeluarkan oleh Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) Direktorat Pengembangan dan Perluasan Kesempatan Kerja.

G. Monitoring dan Evaluasi

Pelaksana kegiatan dari Direktorat Pengembangan dan Perluasan Kesempatan Kerja, Dinas Tenaga Kerja Provinsi dan Kabupaten/Kota melakukan monitoring dan evaluasi untuk mengetahui hasil pelaksanaan kegiatan lembaga penerima bantuan, sejauhmana pencapaian hasil kegiatan dan persoalan-persoalan yang dihadapi dalam pelaksanaan kegiatan.

Berbagai informasi yang terhimpun dari hasil monitoring dan evaluasi menjadi masukan untuk perbaikan dalam pelaksanaan kegiatan pada tahun berikutnya.

H. Pertanggungjawaban kegiatan

Mengingat bahwa sumber pembiayaan kegiatan berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), sesuai dengan Peraturan

(15)

Pemerintah No. 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah, maka setiap entitas instansi pemerintah harus mempertanggungjawabkan hasil pelaksanaan tugasnya melalui suatu pelaporan yang mencakup laporan pelaksanaan dan realisasi anggaran. Begitu pun dengan pelaksanaan kegiatan penguatan usaha lembaga TKS Purna.

Secara umum, pertanggungjawaban kegiatan, meliputi pertanggungjawaban kinerja dan pertanggungjawaban administrasi keuangan. Pertanggungjawaban kinerja kegiatan diwujudkan dalam bentuk pelaporan hasil kegiatan dari tahap awal sampai dengan perkembangan terakhir kegiatan yang dijalankan serta hasil-hasil yang telah dicapai.

Sedangkan pelaporan administrasi keuangan disampaikan dengan melampirkan bukti-bukti pengeluaran definitif yang telah dibukukan secara baik dan tertib administrasi sesuai dengan peraturan yang berlaku. Lembaga penerima bantuan harus dapat menunjukkan semua bukti-bukti pengeluaran kepada petugas pemeriksa yang berwenang.

(16)

BAB V

MONITORING DAN EVALUASI

Pada dasarnya monitoring dan evaluasi merupakan kegiatan untuk melihat, menilai dan mengukur sejauhmana hasil capaian kegiatan. Untuk kepentingan itu, maka diperlukan upaya pengumpulan data dan informasi kegiatan secara komprehensif, baik pelaksana kegiatan, peserta kegiatan maupun institusi lain yang terkait, sekaligus nilai kemanfaatan hasil kegiatan. Berikut ini beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam monitoring dan evaluasi.

A. Metode

Untuk mendapatkan informasi yang akurat terkait hasil kegiatan, maka metode monev yang digunakan adalah kunjungan lapangan. Data primer diperoleh melalui pengisian kuesioner dan wawancara antara petugas dengan kelompok sasaran. Selain itu dilakukan pula analisis data sekunder dari laporan yang disampaikan lembaga penerima bantuan.

B. Instrumen

Instrumen atau perangkat yang digunakan dalam monev, meliputi kuesioner, panduan wawancara, kamera, alat perekam, dsb.

C. Responden

Responden yang menjadi sasaran monitoring dan evaluasi adalah mereka yang terkait langsung dengan pelaksanaan kegiatan atau pihak lain yang terpengaruh secara langsung maupun tidak langsung dengan kegiatan. Responden yang dimaksud adalah lembaga penerima bantuan, anggota lembaga, Dinas Tenaga Kerja dan instansi/lembaga terkait lainnya.

D. Mekanisme

Pelaksanaan monitoring dan evaluasi kegiatan, meliputi tahapan-tahapan, sebagai berikut:

1. Identifikasi lembaga yang menjadi target monev. 2. Penetapan petugas monev.

3. Penetapan jadwal monev. 4. Pelaksanaan monev.

(17)

E. Indikator

Untuk mengevaluasi secara menyeluruh pelaksanaan kegiatan, capaian kinerja, manfaat serta penilaian layak atau tidaknya kegiatan dimaksud dikembangkan, maka diperlukan penilaian terhadap tiga subyek yaitu (1). lembaga TKS Purna (2). anggota lembaga TKS Purna, (3). Dinas yang membidangi Ketenagakerjaan baik di Provinsi maupun Kabupaten/Kota selaku pembina. Untuk kepentingan tersebut, maka indikator penilaian terbagi menjadi 4 (empat) poin penting.

INDIKATOR 1: LEMBAGA/KELOMPOK DAMPINGAN TKS PURNA

Indikator ini untuk mengetahui dan menilai eksistensi lembaga penerima bantuan.

INDIKATOR 2: ANGGOTA LEMBAGA/KELOMPOK DAMPINGAN TKS Indikator ini dimaksudkan untuk mengetahui secara pasti kondisi atau keberadaan anggota lembaga, manfaat kegiatan, dan perkembangannya antara sebelum dan sesudah menerima bantuan. INDIKATOR 3: KEBERLANJUTAN KEGIATAN

Indikator ini dimaksudkan untuk mengetahui kemanfaatan kegiatan, kesinambungan dan hubungan antara lembaga dengan anggota.

INDIKATOR 4: DINAS YANG MEMBIDANGI KETENAGAKERJAAN SELAKU LEMBAGA FASILITASI DAN PEMBINA

Indikator ini untuk mengetahui apakah Dinas Ketenagakerjaan setempat memiliki peran penting dalam pembinaan lembaga TKS Purna. Hasil evaluasi akan dijadikan sebagai rujukan khusus bagi pelaksana pusat untuk memperkuat peran Dinas Tenaga Kerja Provinsi dan Kabupaten/Kota dalam pembinaan lembaga penerima bantuan.

(18)

BAB VI PELAPORAN

Pelaporan kegiatan diperlukan sebagai sumber informasi untuk mengetahui perkembangan usaha lembaga penerima bantuan di lapangan. Hal-hal yang disampaikan dalam laporan menjadi rujukan dalam penyusunan kegiatan tahun berikutnya. Laporan dapat berbentuk laporan kegiatan dan laporan hasil monitoring dan evaluasi.

A. Laporan Kegiatan

Lembaga penerima bantuan yang telah melaksanakan kegiatan diwajibkan membuat laporan. Disamping berfungsi sebagai bukti penyelenggaraan, laporan juga sangat diperlukan untuk kelengkapan pencairan anggaran melalui pengajuan ke Kantor Perbendaharaan Negara.

Laporan kegiatan memuat hasil perkembangan yang dicapai secara

kumulatif dari sejak awal kegiatan sampai dengan laporan dibuat, terutama terkait dengan modal kerja usaha (bantuan sarana usaha, penambahan tenaga kerja, kontinuitas kelembagaan usaha, masalah-masalah yang dihadapi dan upaya pemecahan).

B. Laporan Monitoring Dan Evaluasi (Monev)

Direktorat Pengembangan dan Perluasan Kesempatan Kerja berkewajiban menghimpun dan menyusun laporan perkembangan hasil kegiatan secara menyeluruh dan kumulatif berkaitan dengan jumlah bantuan sarana usaha, tenaga kerja yang diserap, permasalahan yang dihadapi serta upaya pemecahannya. Laporan ini disusun berdasarkan hasil monitoring dan evaluasi lapangan.

Laporan monev menjadi salah satu bahan masukan dalam penyusunan Laporan Kegiatan Penguatan Usaha Lembaga TKS Purna Direktorat Pengembangan dan Perluasan Kesempatan Kerja.

(19)

BAB VII P E N U T U P

Pedoman Penguatan Usaha Lembaga TKS Purna diharapkan dapat memberikan informasi yang jelas dan lengkap kepada para pelaksana kegiatan. Keberhasilan kegiatan sangat dipengaruhi oleh konsistensi, keseriusan dan kejujuran dari masing-masing pelaksana kegiatan.

Oleh karena itu, kepada semua pihak yang terkait dalam pelaksanaan kegiatan diharapkan dapat memberikan kinerja yang terbaik dengan harapan bahwa tujuan dan sasaran kegiatan dalam rangka pengentasan kemiskinan dan pengangguran dapat terwujud.

Referensi

Dokumen terkait

peraturan zonasi sistem provinsi dan kabupaten; 2) Arahan perizinan; 3) Arahan pemberian insentif dan disinsentif; dan 4) Arahan sanksi. Indikasi arahan peraturan zonasi

[r]

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Suspek Tb Paru yang terdiri dari umur, pendidikan, pendapatan, status

2) Investasi di sektor industri me- nengah memiliki pengaruh yang lebih besar terhadap penyerapan tenaga kerja dibandingkan in- vestasi di sektor industri kecil di Kota

Dari hasil penelitian menunjukan pemanfaatan Weighted Product sebagai model system pendukung keputusan penentuan pakan ternak Ruminansia yang dapat membantu pihak

Hasil utama dalam penelitian ini memperlihatkan bahwa hipotesis yang diharapkan ternyata diterima, yaitu terdapat perbedaan tingkat stres kerja antara wanita karir

Penelitian-penelitian ilmiah para pakar memastikan bahwa 11.600 tahun lalu terjadi bencana banjir yang sangat besar yang menenggelamkan dunia, sehingga pulau

Kritik atas Teori Keadilan Rawls and Niebuhr Tantangan bagi teori Rawls tentang keadilan sebagai fairness adalah mengenai konsep epistemologisnya tentang ‗selubung