• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORI. Menurut Rahmat Haryadi Actuating (dalam Ekhardi, 2010) Actuating adalah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN TEORI. Menurut Rahmat Haryadi Actuating (dalam Ekhardi, 2010) Actuating adalah"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II KAJIAN TEORI

2.1 Pelaksanaan Program Posyandu 2.1.1 Pengertian Pelaksanaan

Menurut Rahmat Haryadi Actuating (dalam Ekhardi, 2010) Actuating adalah suatu tindakan untuk mengusahakan agar semua anggota kelompok berusaha untuk mencapai sasaran yang sesuai dengan perencanaan manejerial dan usaha-usaha organisasi. Jadi actuating artinya menggerakkan orang-orang agar mau bekerja dengan sendirinya atau dengan kesadaran secara bersama-sama untuk mencapai tujuan dikehendaki secara efektif, dalam hal ini yang dibutuhkan adalah kepemimpinan.

Actuating adalah Pelaksanaan untuk bekerja, untuk melaksanakan secara fisik kegiatan dari aktivitas tesebut, maka manajer mengambil tindakan-tindakannya kearah itu. Seperti : Leadership (pimpinan), perintah, komunikasi dan conseling (nasehat). Actuating disebut juga “gerakan aksi“ mencakup kegiatan yang dilakukan seorang manager untuk mengawali dan melanjutkan kegiatan yang ditetapkan oleh unsur-unsur perencanaan dan pengorganisasian agar tujuan-tujuan dapat tercapai. Dari seluruh rangkaian proses manajemen, pelaksanaan (actuating) merupakan fungsi manajemen yang paling utama. Dalam fungsi perencanaan dan pengorganisasian lebih banyak berhubungan dengan aspek-aspek abstrak proses manajemen, sedangkan fungsi actuating justru lebih menekankan pada kegiatan yang berhubungan langsung dengan orang-orang dalam organisasi.

(2)

Pengertian yang dikemukakan di atas dapatlah ditarik suatu kesimpulan bahwa pada dasarnya pelaksanaan suatu program yang telah ditetapkan oleh pemerintah harus sejalan dengan kondisi yang ada, baik itu di lapangan maupun di luar lapangan, yang mana dalam kegiatannya melibatkan beberapa unsure disertai dengan usaha-usaha dan didukung oleh alat-alat penunjang. Selain itu perlu adanya batasan waktu dan penentuan tata cara pelaksanaan.

2.1.2 Pengertian Posyandu

Definisi Posyandu adalah wadah pemeliharaan kesehatan yang dilakukan dari, oleh dan untuk masyarakat yang dibimbing petugas terkait. (Departemen Kesehatan RI. 2006). Apabila dipandang dari hirarki sistem upaya pelayanan kesehatan, maka Posyandu adalah forum yang menjembatani ahli teknologi dan ahli kelola untuk upaya-upaya kesehatan yang profesional kepada masyarakat sebagai upaya untuk meningkatkan kemampuan masyarakat agar dapat hidup sehat. Selanjutnya Posyandu adalah salah satu wujud peran serta masyarakat dalam pembangunan khususnya kesehatan, dengan menciptakan kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk (Syafrudin, dkk. 2009:151).

Posyandu adalah kependekan dari Pos Pelayanan Terpadu. Secara sederhana yang dimaksud dengan Posyandu adalah pusat kegiatan di mana masyarakat dapat sekaligus memperoleh pelayanan KB-Kesehatan. Dari aspek proses, maka pengertiannya adalah salah satu wujud peran serta masyarakat dalam pembangunan, khususnya kesehatan dengan menciptakan kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk dalam mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Pengertian lain Posyandu adalah kegiatan kesehatan dasar yang diselenggarakan

(3)

dari, oleh, dan untuk masyarakat yang dibantu oleh petugas kesehatan di suatu wilayah kerja Puskesmas, dimana program ini dapat dilaksanakan di balai dusun, balai kelurahan, maupun tempat-tempat lain yang mudah didatangi oleh masyarakat (Ismawati S, dkk. 2010:3).

Menurut Departemen Kesehatan, Posyandu adalah upaya masyarakat untuk menjaga dan meningkatkan kesehatan melalui kegiatan terpadu yang dilaksanakan oleh masyarakat sendiri melalui bimbingan dan bantuan petugas kesehatan. Sedangkan menurut Sembiring (2004), pengertian Posyandu adalah suatu wadah komunikasi alih teknologi dalam pelayanan kesehatan masyarakat keluarga berencana dari masyarakat, oleh masyarakat dan untuk masyarakat dengan dukungan pelayanan serta pembinaan teknis dari petugas kesehatan dan keluarga berencana yang mempunyai nilai strategis untuk pengembangan sumber daya manusia sejak dini. Yang dimaksud dengan nilai strategis untuk pengembangan sumber daya manusia sejak dini yaitu ada tiga intervensi adalah:

Pembinaan kelangsungan hidup anak (Child Survival) yang ditujukan untuk menjaga kelangsungan dalam peningkatan mutu manusia masa yang akan datang dan akibat dari proses pertumbuhan dan perkembangan manusia

(1) Hidup anak sejak dalam kandungan ibu sampai usia balita.

(2) Pembinaan perkembangan anak (Child Development) yang ditujukan untuk membina tumbuh kembang anak secara sempurna, baik fisik maupun mental sehingga siap menjadi tenaga kerja tangguh.

(3) Pembinaan kemampuan kerja (Employment) yang dimaksud untuk memberikan kesempatan berkarya dan berkreasi dalam pembangunan bangsa dan negara.

(4)

Intervensi satu dan dua dapat dilaksanakan sendiri oleh masyarakat dengan sedikit bantuan dan pengarahan dari petugas penyelenggara dan pengembangan. Posyandu merupakan strategi yang tepat untuk intervensi ini. Sedangkan, intervensi ke-3 perlu dipersiapkan dengan memperhatikan aspek-aspek Poleksosbud. Sedangkan menurut Cessnasari (2005) adalah kegiatan kesehatan dasar yang diselenggarakan dari, oleh dan untuk masyarakat yang dibantu oleh petugas kesehatan.

Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan guna memberdayakan masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar/sosial dasar untuk mempercepat penurunan AKI (Angka kematian Ibu) dan AKB (Angka Kematian Bayi). (Kementerian Kesehatan RI. 2011:3).

Dengan pengertian lain Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu) merupakan salah satu bentuk upaya pelayanan kesehatan yang dilaksanakan oleh, dari, dan bersama masyarakat, untuk memberdayakan dan memberikan kemudahan kepada masyarakat guna memperoleh pelayanan kesehatan bagi ibu dan anak. (Departemen Kesehatan RI. 2009:1).

Beberapa pengertian tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa Posyandu adalah Pos Pelayanan Terpadu yang merupakan pusat pelayanan Keluarga Berencana (KB), dan kesehatan ibu hamil, ibu menyusui, bayi, balita, PUS (Pasangan Usia Subur), dan WUS (Wanita Usia Subur), agar hidup sehat, dengan memperhatikan kesehatan baik jasmani dan rohani dengan tujuan pengembangan

(5)

sumber manusia sejak dini, artinya dapat melahirkan generasi yang sehat, cerdas, produktif, dalam pertumbuhan dan perkembangan anak secara optimal.

2.1.2.1 Tujuan Posyandu

Adapun tujuan pelaksanaan Posyandu adalah sebagai berikut:(1) Menurunkan Angka Kematian Bayi (AKB) Angka Kematian Ibu (ibu hamil, melahirkan dan nifas) (2) Membudayakan NKKBS (Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera) (3) Meningkatkan peran serta dan kemampuan masyarakat untuk mengembangkan kegiatan kesehatan dan KB serta kegiatan lainnya yang menunjang untuk tercapainya masyarakat sehat sejahtera (4) Berfungsi sebagai Wahana Gerakan Reproduksi Keluarga Sejahtera, Gerakan Ketahanan Keluarga dan Gerakan Ekonomi Keluarga Sejahtera (5) Menghimpun potensi masyarakat untuk berperan serta secara aktif meningkatkan kesehatan ibu, bayi, balita dan keluarga serta mempercepat penurunan angka kematian ibu, bayi, dan balita. Adapun lima kegiatan pokok posyandu adalah: KIA (Karti Ibu Dan Anak), KB (Keluarga Berencana), Imunisasi, Penaggulangan Diare (Syafrudin, dkk. 2009:152-153).

2.1.2.2 Manfaat Posyandu

Posyandu memiliki banyak manfaat untuk masyarakat diantaranya:

1. Mendukung perbaikan perilaku, keadaan gizi dan kesehatan keluarga sehingga: (a) Keluarga menimbang balitanya setiap bulan agar terpantau pertumbuhannya (b) Bayi 6-11 bulan memperoleh 1 kapsul Vitamin A warna Biru (100.000 SI) (c) Anak 12-59 bulan memperoleh

(6)

kapsul vitamin A warna merah (200.000 SI) (d) Bayi umur 0-11 bulan memperoleh imunisasi Hepatitis B 4 kali, BCG 1 kali, Polio 4 kali, DPT 3 kali dan campak 1 kali (e) Bayi diberi ASI saja sejak lahir sampai umur 6 bulan (ASI Eksklusif) (f) Bayi mulai umur 6 bulan diberikan makanan pendamping ASI (g) Pemberian ASI dilanjutkan sampai umur 2 tahun atau lebih (h) Bayi/anak yang diare segera diberikan: ASI lebih sering dari biasa, Makanan seperti biasa, Larutan Oralit dan minum air lebih banyak (i) Ibu hamil minum 1 tablet tambah darah setiap hari (j) Ibu hamil mau memeriksakan diri secara teratur dan mau melahirkan ditolong oleh tenaga kesehatan (k) Ibu hamil dan Wanita Usia Subur (WUS) mendapat Imunisasi Tetanus Toxoid (TT) setelah melalui penapisan TT (l) Setelah melahirkan Ibu segera melaksanakan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) (m) Ibu nifas minum 2 kapsul vitamin A warna merah (200.000 SI):1 kapsul segera setelah persalinan, 1 kapsul 24 jam setelah pemberian kapsul pertama (n) Ibu hamil, nifas, dan menyusui makan hidangan bergizi lebih banyak saat sebelum hamil (o) Keluarga menggunakan garam beryodium setiap kali memasak (p) Keluarga mengkomsumsi pangan/makanan beragam, bergizi seimbang.

Dengan melaksanakan perilaku di atas maka diharapkan:

(a) Balita naik berat badannya setiap bulan (b) Balita tidak menderita kekurangan gizi (c) Bayi terlindung dari penyakit berbahaya yang dapat dicegah dengan imunisasi (d) Ibu hamil tidak menderita kurang darah (e) Bayi lahir tidak menderita GAKI (f) Balita dan bufas tidak

(7)

menderita kurang vitamin A (g) WUS (Wanita Usia Subur) tidak menderita kurang energi kronis (h) Masyarakat semakin menyadari pentingnya gizi dan kesehatan (i) Menurunkan jumlah kematian ibu dan balita.

2. Mendukung perilaku hidup bersih dan sehat sehingga:

(a) Keluarga buang air kecil/besar menggunakan jamban (b) Keluarga memanfaatkan air bersih untuk kehidupan sehari-hari (c) Tidak merokok di dalam rumah/keluarga tidak ada yang merokok (d) Keluarga mencuci tangan pakai sabun (e) Rumah bebas jentik nyamuk (f) Persalinan ibu ditolong oleh tenaga kesehatan (g) Keluarga makan buah dan sayur setiap hari.

3. Mendukung pencegahan penyakit yang berbasis lingkungan dapat dicegah dengan imunisasi, sehingga keluarga: (a) Tidak menderita Diare, ISPA, DBD dan Malaria (b) Tidak menderita Hepatitis, TBC, Polio, Difteri, Batuk Rejan, Tetanus dan Campak.

4. Mendukung pelayanan Keluarga Berencana, sehingga PUS (Pasangan Usia Subur): (a) Menjadi peserta KB (Keluarga Berencana) (b) Dapat memilih alat kontrasepsi jangka pendek atau jangka panjang yang cocok dan tepat penggunaan. (Kementerian Kesehatan RI 2011:3-6).

2.1.2.3 Strata Posyandu dan Intervensi

Adapun tingkatan Posyandu untuk meningkatkan kualitas dan kemandirian Posyandu diperlukan intervensi sebagai berikut:

(8)

Posyandu tingkat pratama adalah Posyandu yang masih belum mantap, kegiatannya belum bisa rutin tiap bulan dan kader aktifnya terbatas. Keadaan ini dinilai ‘gawat’ sehingga intervensinya adalah pelatihan kader ulang. Artinya kader yang ada perlu ditambah dan dilakukan pelatihan dasar lagi.

2. Posyandu Madya (warna kuning)

Posyandu pada tingkat madya sudah dapat melaksanakan kegiatan lebih dari 8 kali per tahun dengan rata-rata jumlah kader tugas 5 orang atau lebih. Akan tetapi cakupan program utamanya KB (Keluarga Berencana), KIA (Kesehatan Ibu dan Anak), Gizi dan Imunisasi masih rendah yaitu kurang dari 50%. Ini berarti, kelestarian posyandu sudah baik tetapi masih rendah cakupannya.

3. Posyandu purnama (warna hijau)

Posyandu pada tingkat purnama adalah Posyandu yang frekuensinya lebih dari 8 kali per tahun, rata-rata jumlah kader tugas 5 orang atau lebih, dan cakupan 5 program utamanya KB (Keluarga Berencana), KIA (Kesehatan Ibu dan Anak), Gizi dan Imunisasi lebih dari 50%. Sudah ada program tambahan, bahkan mungkin sudah ada Dana Sehat yang masih sederhana. Intervensi pada Posyandu di tingkat ini adalah :

(a). Penggarapan dengan pendekatan PKMD (Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa) untuk mengarahkan masyarakat menentukan sendiri pengembangan program di Posyandu

(b). Pelatihan Dana Sehat, agar di desa tersebut dapat tumbuh Dana Sehat yang kuat dengan cakupan anggota minimal 50% KK( Kepala Keluarga) atau lebih. 4. Posyandu mandiri (warna biru)

(9)

Posyandu yang telah melaksanakan kegiatan lebih dari 8 kali pertahun dengan jumlah kader 5 orang atau lebih dimana cakupan ke-5 kegiatan utamanya lebih dari 50% dan dapat melaksanakan sumber dana dari dana sehat yang dikelola oleh masyarakat. Intervensinya dilakukan pembinaan program dana sehat, memperbanyak program tambahan sesuai dengan masalah dan pendekatan PKMD (Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa).

2.1.3 Tahap Pelaksanaan Program Posyandu

Posyandu sebaiknya berada pada tempat yang mudah didatangi oleh masyarakat ditentukan oleh masyarakat sendiri, dengan demikian kegiatan posyandu dapat dilaksanakan di pos pelayanan yang telah ada, rumah penduduk, kepala dusun, tempat pertemuan RT/RK (Rukun Tetangga/Rukun Keluarga) atau tempat khusus yang dibangun masyarakat.

Adapun langkah-langkah pembentukan Posyandu sebagai berikut: 1. Pertemuan lintas program dan lintas sektoral tingkat kecamatan.

2. Survey mawas diri yang dilaksanakan oleh kader PKK (Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga) di bawah bimbingan teknis unsur kesehatan dan KB (Keluarga Berencana).

3. Musyawarah masyarakat desa membicarakan hasil survey mawas diri, sarana dan prasarana Posyandu, biaya Posyandu.

4. Pemilihan kader Posyandu. 5. Pelatihan kader Posyandu.

(10)

2.1.3.1 Kriteria Pembentukan Posyandu

Pembentukan Posyandu sebaiknya tidak terlalu dekat dengan puskesmas agar pendekatan pelayanan kesehatan terhadap masyarakat lebih tercapai sedangkan satu posyandu melayani 100 balita.

a. Kriteria Kader Posyandu:

1. Dapat membaca dan menulis.

2. Berjiwa sosial dan mau bekerja secara relawan. 3. Mengetahui adat istiadat serta kebiasaan masyarakat. 4. Mempunyai waktu yang cukup.

5. Bertempat tinggal di wilayah Posyandu. 6. Berpenampilan ramah dan simpatik. 7. Di terima masyarakat setempat.

Adapun pelaksanaan Posyandu dilakukan dengan “SISTEM LIMA MEJA” yang dapat dijabarkan sebagai berikut:

Meja I : Meja pendaftaran + Penyuluhan kelompok

Pada meja pendaftaran dilakukan beberapa kegiatan yaitu, (a) Mendaftar balita, ibu hamil, ibu menyusui (b) Setiap pengunjung yang datang ke Posyandu didaftarkan oleh kader sendiri (c) Para pengunjung secara berkelompok lebih kurang 10-15 pengunjung diberikan penjelasan secara bertahap, tidak perlu menunggu berkumpulnya seluruh pengunjung (d) Penyuluhan kelompok diutamakan oleh kader sendiri secara tepat dan benar dengan bimbingan petugas Puskesmas (e) Sewaktu-waktu penyuluhan juga oleh petugas kesehatan dan petugas lintas sektoral (misal dari : pertanian, BKKBN, dan lain-lain) (f) Materi penyuluhan : tentang “Yandu” dan topik yang sangat relevan pada waktu itu) (g) Pada waktu menunggu

(11)

dilanjutkan kreatifitas dan inisiatif kader untuk menyelenggarakan/menyediakan Alat Permainan Edukatif (APE) (g) Ape berguna untuk meningkatkan keterampilan alat-alat permainan secara sederrhana, misalnya ayunan dari ban berkas dan lain-lain, hal ini menarik anak agar senang datang ke Posyandu begitu pula orang tuanya.

Meja II : Meja Penimbangan

Meja penimbangan yang terdiri dari beberapa kegiatan yaitu:

(a) Menimbang balita (b) Penimbangan untuk ibu hamil (c) Penimbangan dilaksanakan oleh kader (d) Penimbangan dilakukan bagi bayi dan balita dilaksanakan sebulan sekali (c) Hasil penimbangan dicatat dan dibawa ke Meja III. Meja III : Meja Pencatatan

Kegiatan yang dilakukan pada meja III meliputi kegiatan (a) Mencatat hasil penimbangan (b) Pencatatan oleh kader: dengan bimbingan petugas Puskesmas (c) Semua hasil penimbangan, hasil imunisasi penyakit diderita, pemberian kapsul Vitamin A dosis tinggi, dan lain-lain di catat dalam KMS (Kartu Menuju Sehat) (d) Selain itu ada: buku-buku bantu (buku register, dan lain-lain buku catatan).

Meja IV : Meja Penyuluhan dan Penerangan

Kegiatan yang dilakukan pada meja IV meliputi kegiatan, (a) menyuluh ibu berdasar hasil penimbangan berat badannya naik/tidak naik, diikuti dengan pemberian makanan tambahan (PMT), oralit dan vitamin A dosis tinggi (b) Terhadap ibu hamil diberikan tablet besi, ibu hamil resiko tinggi dirujuk kepada petugas puskesmas (c) Terhadap Pasangan Usia Subur (PUS) agar menjadi peserta KB (Keluarga Berencana) diikuti dengan pemberian kondom, pil ulangan atau tablet biasa.

(12)

Kegiatan yang dilakukan pada meja V meliputi kegiatan, (a) Pelayanan oleh tenaga profesional, meliputi pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), Keluarga Berencana KB), Imunisasi dan pengobatan serta pelayanan lain sesuai dengan kebutuhan (b) Di meja V diberikan pelayanan yang sifatnya profesional yang tidak dapat dilakukan oleh kader (c) Rujukan kasus dari kader dirujuk di meja C tersebut.

Adapun kegiatan yang dilakukan oleh kader Posyandu maupun tenaga kesehatan yaitu :

(a) Persiapan Pelaksanaan Posyandu

Sebelum pelaksanan Posyandu, kader memastikan sasaran seperti jumlah bayi baru lahir, bayi, balita, ibu hamil, ibu menyusui, ibu nifas, PUS (Pasangan Usia Subur).

1. Menyebarluaskan hari buka Posyandu melalui pertemuan warga setempat (majelis tak’lim, kebaktian, pertemuan keagamaan lainnya, arisan, dll). Kader dapat mengajak sasaran untuk datang ke Posyandu dengan bantuan tokoh masyarakat atau tokoh agama setempat. Fasilitas umum seperti sarana ibadah (masjid, gereja, pura, wihara, dan sebagainya) dapat dijadikan sarana untuk menyebarluaskan informasi hari buka Posyandu.

2. Mempersiapkan tempat pelaksanaan Posyandu 3. Mempersiapkan sarana Posyandu

Kebutuhan sarana berupa KMS (Kartu Menuju Sehat)/buku KIA (Kartu Ibu dan Anak), alat timbang seperti dacin dan sarung, pita LILA (Lingkar Lengan), obat gizi (kapsul Vitamin A, tablet tambah darah, oralit, alat bantu penyuluhan, buku pencatatan dan pelaporan, dan lainnya).

(13)

Pembagian tugas dilakukan sesuai dengan langkah kegiatan yang dilakukan di Posyandu seperti pendaftaran, penimbangan, pencatatan, penyuluhan, dan pelayanan yang dapat dilakukan oleh kader.

5. Kader berkoordinasi dengan petugas kesehatan dan petugas lainnya.

Sebelum pelaksanaan kegiatan di Posyandu, kader berkoordinasi dengan petugas lainnya terkait dengan sasaran, tindak lanjut dari kegiatan Posyandu sebelumnya, dan rencana kegiataan berikutnya.

6. Mempersiapkan bahan PMT (Pemberian Makanan Tambahan) penyuluhan Kader membuat PMT (Pemberian Makanan Tambahan) penyuluhan dengan bahan makanan yaang diperoleh dari daerah setempat, beraneka ragam dan bergizi.

(b) Pendaftaran Posyandu

1. Pendaftaran yang terdiri dari beberapa tahapan yaitu: (a) Pendaftaran balita (b) Pendaftaran ibu hamil (c) Pendaftaran PUS (Pasangan Usia Subur).

2. Penimbangan yang terdiri dari beberapa tahapan yaitu: (a) Mempersiapkan Dacin (b) Menimbang Balita (c) Pengukuran Lila (Lingkar Lengan) pada ibu hamil dan WUS (Wanita Usia Subur).

3. Pencatatan, mencakup pencatatan terhadap; (a) Balita (b) Ibu hamil (c) PUS/WUS (Pasangan Usia Subur/Wanita Usia Subur).

4. Penyuluhan

Penyuluhan dilakukan untuk perorangan yang dapat diperkaya dengan penyuluhan kelompok, sebagai berikut: (a) Penyuluhan untuk Ibu Balita (b) Penyuluhan untuk Ibu Hamil (c) Penyuluhan untuk Ibu Nifas dan Ibu Menyusui

(14)

(d) Penyuluhan untuk Pasangan Usia Subur/PUS (Penyuluhan Kesehatan dan Keluarga Berencana atau KB).

(c) Kegiatan di Luar Hari Buka Posyandu

1. Kunjungan rumah pada balita yang: (a) Tidak hadir pada hari pelaksanaan (b) Gizi kurang (c) Gizi buruk rawat jalan.

2. Menggerakkan masyarakat untuk ikut serta dalam kegiatan Posyandu termasuk penggalangan dana.

3. Memfasilitasi masyarakat memanfaatkan pekarangan untuk meningkatkan gizi keluarga.

4. Membantu petugas dalam pendataan, penyuluhan dan peragaan keterampilan dalam upaya peningkatan peran serta masyarakat. (Kementerian Kesehatan RI, 2011, 9:27).

2.1.3.2 Sasaran Pelayanan Posyandu

Adapun yang menjadi sasaran pelayanan pada kegiatan Posyandu adalah yaitu:

1. Bayi/Balita

2. Ibu hamil/Ibu menyusui

3. WUS (Wanita Usia Subur) dan PUS (Pasangan Usia Subur) Adapun peserta Posyandu yang mendapat pelayanan meliputi:

1. Kesehatan ibu dan anak: (a) Pemberian pil tambah darah (ibu hamil) Pemberian vitamin A dosis tinggi (pada bulan Februari dan Agustus) (b) Pemberian makanan bergizi (c) Imunisasi (d) Penimbangan balita rutin dilakukan perbulan dengan menandai/menarik garis grafik di KMS (Kartu

(15)

Menuju Sehat) sesuai hasil berat balita, keberhasilan penimbangan ini terlihat jika garis melewati garis merah, ditandai dengan garis warna hijau.

2. KB (Keluarga Berencana), Penyuntikan alat kontrasepsi, Pemberian Pil, Pemasangan Implan dan Spiral, yang paling banyak diminati oleh ibu-ibu adalah alat kontrasepsi suntik, Pil, Implan menurut mereka alat kontrasepsi tersebut praktis dibandingkan dengan alat kontrasepsi Spiral.

3. Pemberian Oralit dan pengobatan.

4. Penyuluhan kesehatan dan penyuluhan pribadi sesuai permasalahan dilaksanakan oleh kader Posyandu sekaligus kader PKK melalui meja IV dengan materi dasar KMS (Kartu Meniju Sehat) balita dan ibu hamil. Keberhasilan Posyandu tergambar melalui cakupan SKDN:

S: Semua balita diwilayah kerja Posyandu

K: Semua balita yang memiliki KMS (Kartu Menuju Sehat). D: Balita yang ditimbang.

N: Balita yang naik berat badannya. 2.1.3.3 Pokok-Pokok Program Posyandu.

Beberapa kegiatan di Posyandu diantaranya terdiri dari lima kegiatan Posyandu (Panca Krida Posyandu), antara lain:

1. Kesehatan ibu dan anak

a) Pemeliharaan kesehatan ibu hamil, melahirkan dan menyusui, serta bayi, anak balita dan anak prasekolah.

b) Memberikan nasehat tentang makanan guna mencegah gizi buruk karena kekurangan protein dan kalori, serta bila ada pemberian makanan tambahan vitamin dan mineral.

(16)

c) Pemberian nasehat tentang tumbuh kembang dan cara stimulasinya.

d) Penyuluhan kesehatan meliputi berbagai aspek dalam mencapai tujuan program KIA (Kesehatan Ibu Dan Anak).

2. Keluarga Berencana

a) Pelayanan keluarga berencana kepada PUS (Pasangan Usia Subur) dengan perhatian khusus kepada mereka yang dalam keadaan bahaya karena melahirkan anak berkali-kali dan golongan ibu beresiko tinggi.

b) Cara- cara penggunaan pil, kondom dan sebagainya 3. Imunisasi

Bayi harus di imunisasi sesuai jadwal, karena imunisasi melindungi anak dari penyakit berbahaya. Imunisasi dapat mencegah cacat dan kematian anak. Imunisasi tetanus toksoid 2 kali pada ibu hamil, adapun suntikan yang harus diberikan pada bayi adalah sebagai berikut:

a) Polio: Mencegah polio (lumpuh layuh pada tungkai kaki dan lengan tangan). b) Hepatitis B : Mencegah hepatitis B (kerusakan hati)

c) BCG : Mencegah TBC/Tuberkulosis (sakit paru-paru) d) DPT: Mencegah:

1) Difteri (penyumbatan jalan napas dan gangguan fungsi jantung) 2) Batuk rejan (batuk 100 hari)\

3) Tetanus (otot kaku)

4) Campak: Mencegah campak (radang paru, radang otak, dan kebutaan). Selanjutnya jadwal Imunisasi bayi sebagai berikut:

1) 0 bulan Hepatitis B (HB) 0 2) 1 bulan BCG, polio 1

(17)

3) 2 bulan DPT/HB 1, Polio 2 4) 3 bulan DPT/HB 2, Polio 3 5) 4 bulan DPT/HB 3, Polio 4

6) 9 bulan Campak. (Direktorat Pembinaan Pendidikan Anak Usia Dini, 2011, 9:10).

4) Peningkatan gizi

a) Memberikan pendidikan gizi kepada masyarakat.

b) Memberikan makanan tambahan yang mengandung protein dan kalori cukup kepada anak-anak dibawah umur 5 tahun dan kepada ibu yang menyusui.

c) Memberikan kapsul vitamin A kepada anak-anak dibawah umur 5 tahun. Perlukah kapsul vitamin A?, Vitamin A dapat memperkuat kekebalan tubuh balita terhadap beberapa penyakit. Pemberian vitamin A pada balita pada bulan Februari dan Agustus di Posyandu. Ada dua jenis kapsul vitamin A: untuk anak umur 6-11 bulan, diberikan 1 kali setahun. Untuk anak umur 1-5 tahun berikan 2 kali setahun.

4. Pencegahan Dan Penanggulangan Diare.

Pencegahan diare di Posyandu dilakukan dengan penyuluhan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Penanggulangan diare di Posyandu juga dilakukan melalui pemberian oralit. Apabila diperlukan penanganan lebih lanjut akan diberikan obat Zinc oleh petugas kesehatan. Salah satu bentuk PHBS (Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat) yang bisa dilakukan untuk mencegah diare adalah dengan mencuci tangan menggunakan sabun sebelum dan sesudah makan atau setelah buang air besar. (Syafrudin, dkk. 2009:152-153)

(18)

2.1.3.4 Keterlibatan Pihak-Pihak Terkait Dalam Pelaksanaan Posyandu

Adapun pihak-pihak yang terlibat dalam pelaksanaan program posyandu adalah sebagai berikut: pelaksanaan kegiatan Posyandu dilakukan oleh kader yang terlatih dibidang kesehatan, berasal dari PKK (Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga), tokoh masyarakat, pemuda dan lain-lain dengan bimbingan tim pembina PKMD (Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa) tingkat kecamatan. Posyandu direncanakan dan dikembangkan oleh kader bersama KKL LKMD (Lembaga Kesejahteraan Masyarakat Desa) di tingkat kedukuhan dengan bimbingan tim LKMD (Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa) tingkat Kecamatan. (Syafrudin, dkk. 2009:169)

Kader Posyandu atau disebut dengan kader kesehatan desa, juga dinamakan promotor kesehatan desa (prokes) adalah tenaga sukarela yang dipilih oleh dari masyarakat dan bertugas mengembangkan masyarakat. Direktorat Bina Peran Serta Masyarakat setempat yang dipilih dan ditinjau oleh masyarakat dan dapat bekerja secara sukarela”. (Zulkifli,

2.1.4 Dampak Pelaksanaan Program Posyandu 1. Bagi Masyarakat

a) Memperoleh kemudahan untuk mendapatkan informasi dan pelayanan kesehatan dasar, terutama berkaitan dengan penurunan AKI (Angka Kematian Ibu Dan Anak)) dan AKB (Angka Kematian Bayi)

b) Memperoleh bantuan secara profesional dalam pemecahan masalah kesehatan terutama terkait kesehatan ibu dan anak

c) Efisiensi dalam mendapatkan pelayanan terpadu kesehatan dan sektor lain terkait 2. Bagi Kader, Pengurus Posyandu dan Tokoh Masyarakat

(19)

a) Mendapatkan informasi terdahulu tentang upaya kesehatan yang terkait dengan penurunan AKI (Angka Kematian Ibu) dan penurunan AKB (Angka Kematian Bayi)

b) Dapat mewujudkan aktualisasi dirinya dalam membantu masyarakat menyelesaikan masalah kesehatan terkait dengan penurunan AKI (Angka Kematian Ibu) dan AKB (Angka Kematian Bayi)

3. Bagi Puskesmas

a) Optimalisasi fungsi Puskesmas sebagai pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan, pusat pemberdayaan masyarakat, pusat pelayanan kesehatan strata pertama.

b) Dapat lebih spesifik membantu masyarakat dalam pemecahan masalah kesehatan sesuai kondisi setempat.

c) Meningkatkan efisiensi waktu, tenaga dan dana melalui pemberian pelayanan secara terpadu.

4. Bagi sektor lain

a) Dapat lebih spesifik membantu masyarakat dalam pemecahan masalah sektor terkait, utamanya yang terkait dengan upaya penurunan AKI (Angka Kematian Ibu) dan AKB (Angka Kematian Bayi) sesuai kondisi setempat.

b) Meningkatkan efisiensi melalui pemberian pelayanan secara terpadu sesuai dengan tupoksi masing-masing sektor. Lokasi disetiap desa/kelurahan, bila dibutuhkan dan mampu, dapat didirikan di RW (Rukun Warga), dusun, nagari/desa.

Kesimpulannya bahwa pelaksanaan program Posyandu melalui program-program kegiatan yang disebut dengan PancaKrida akan dapat meningkatkan derajat

(20)

kesehatan masyarakat pada umumnya, khususnya kesehatan ibu hamil, ibu menyusui/nifas, bayi dan anak balita sekaligus mengoptimalkan pertumbuhan dan perkembangan anak baik secara psikis, maupun secara fisik, sehingga terciptalah Sumber Daya Manusia (SDM) yang sehat,cerdas dan produktif.

2.1.5 Kajian Penelitian Yang Relevan

Skripsi yang berjudul Gambaran Peran Kader Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) Tentang Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) Di Kecamatan Pagimana Sulawesi Tengah. Di susun oleh Andi Oktavian Aritonang, 2012. Penelitian ini dilakukan dengan permasalahannya yaitu: kurangnya upaya yang nyata dan realistis dari seorang kader Posyandú untuk mengajak masyarakat berprilaku hidup bersih dan sehat. Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengungkap data tentang beberapa faktor penyebab kurangnya upaya yang nyata dan realistis dari seorang kader Posyandu untuk mengajak masyarakat berprilaku hidup bersih dan sehat.

Skripsi yang berjudul Upaya Tim Penggerak PKK Dalam Meningkatkan Partisipasi Masyarakat Terhadap Kegiatan Posyandu Di Desa Nanggeleng Kecamatan Cipeundeuyi Kabupaten Bandung Barat. Di susun oleh Erni Lestari Ermawati 2012. Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengungkap data tentang beberapa faktor penyebab kurangnya partisipasi masyarakat dan tentang upaya-upaya yang dilakukan tim penggerak PKK dalam meningkatkan partisipasi masyarakat terhadap kegiatan Posyandu. Dalam hal ini yang menjadi obyek penelitiannya adalah partisipasi anggota PKK terhadap kegiatan Posyandu masih perlu ditingkatkan dan saran bagi para kader agar lebih kreatif dan lebih baik lagi.

(21)

Berdasarkan penelitian yang relevan tersebut, dapat disimpulkan setelah di analisis belum ada yang meneliti secara rinci tentang deskripsi pelaksanaan program Posyandu yang membahas keseluruhan kegiatan-kegiatan yang di selenggarakan di Posyandu. Hal itulah yang kemudian memotivasi peneliti untuk melakukan kajian penelitian secara objektif yaitu deskripsi pelaksanaan program Posyandu di desa Butu Kecamatan Tilongkabila Kabupaten Bone Bolango, dengan menjadikan hasil penelitian tersebut di atas sebagai referensi utama sekaligus sebagai sumber informasi munculnya gagasan untuk membahas secara holistik tentang hal-hal yang berkaitan dengan masalah dalam penelitian.

Referensi

Dokumen terkait

Multi Jaya Samudera ini adalah gaya kepemimpinan yang hanya mengacu pada pemimpin tidak mempertimbangkan masalah kecil atau masalah besar dalam memberikan sangsi,

BlobAnalysis adalah metode untuk menghitung statistik untuk daerah yang berlabel atau daerah yang saling terkoneksi dalam satu region.Pada penelitian ini, fitur

Mulyasa, Manajemen Pendidikan Karakter, h.. 17 Jika program pendidikan dan pembinaan akhlak itu dirancang dengan baik, sistematik dan dilaksanakan dengan sungguh-sungguh,

Tombol Hapus dan Pesan Konfirmasi Hapus Pilih data ruanga n yang akan dihapus dengan cara mengkl ik tombol Hapus pada Ketika tombol edit diklik, maka akan

Paket pengadaan ini terbuka untuk penyedia barang/jasa yang memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan untuk menjalankan kegiatan/usaha untuk pekerjaan Jasa

Paket pengadaan ini terbuka untuk penyedia barang/jasa yang memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan untuk menjalankan kegiatan/usaha untuk pekerjaan Jasa

Nilai duga kemajuan genetik karakter ketahanan tanaman cabai merah terhadap penyakit Antraknos dilapangan termasuk kriteria agak rendah karena luasnya nilai variabilitas

The writer observed the students of Tadika Puri Elementary School at East Jakarta for last seven months during the teaching learning process of English in the classroom