• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION DISERTAI MEDIA GAMBARTERHADAP HASIL

BELAJAR SISWA KELAS X DI SMAN 1 SUNGAI RUMBAI KABUPATEN DHARMASRAYA TAHUN

PELAJARAN 2016/2017

Martina Widyanti1, Rina Widiana2, Annika Maizeli2

1

Mahasiswa Program Studi Pendidikan Biologi STKIP PGRI Sumatera Barat 2

Dosen Program Studi Pendidikan Biologi STKIP PGRI Sumatera Barat

martina11@gmail.com

ABSTRACT

The learning process of biology of X class students at SMAN 1 Sungai Rumbai Dharmasraya Regency is still dominated by teachers. Learning resources used are still focused on LKS. The interaction of students with teachers and fellow students in the learning process is still low, thus causing less understanding of the students towards the material and resulting students under the KKM established in the school, which is 75. This study aims to determine the application of Group Investigation learning model with the image media on student learning outcomes class X in SMAN 1 Sungai Rumbai Regency Dharmasraya.The type of this research is experimental research with Randommized Control Group-Posttest Only Design research design. The population in this study is all students of Class X SMAN 1 Sungai Rumbai Dharmasraya District. Sampling using purposive sampling technique and obtained class X6 as experiment class and X5 as control

class. Data analysis technique used is t test. Hypothesis test results obtained Tcount

2.03> Ttable 1.67 then the hypothesis accepted. In the affective appraisal the

experimental class is (3.96) with the predicate B, the control class (3.89) the predicate B. The experimental class experimental rating is (2.74), with the predicate B-, the control class is (2.56) with predicate B-. The experimental class skill assessment is (3.65) with the A-predicate, while the control class is (3.25) with the B + predicate. Based on the result of the research, it can be concluded that the application of Group Investigation (GI) learning model along with the image media can improve the learning outcomes of the X grade students in SMAN 1 Sungai Rumbai Dharmasraya Regency.

Keywords: Cooperative Learning, Learning Outocoms Affectif, Cognitive, Psychomotor Domains.

PENDAHULUAN

Pembelajaran merupakan suatu proses interaksi atau hubungan antara peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar dalam suatu

lingkungan belajar. Sebelum melaksanakan proses pembelajaran seorang pendidik harus bisa merencanakan sebuah pembelajaran yang baik dalam penggunaan model

(2)

pembelajaran, metode dan media pembelajaran yang sesuai dengan materi yang diajarkan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Terutama pelajaran biologi dalam penerapannya mempelajari tentang makhluk hidup dan lingkungannya.

Sanjaya (2006:13) menyatakan bahwa bagaimanapun bagus dan idealnya kurikulum pendidikan,serta lengkapnya sarana dan prasarana pendidikan,tanpa diimbangi dengan kemampuan guru dalam mengimplementasikannya, maka semuanya akan kurang bermakna, oleh karena itu agar pembelajaran biologi dapat berjalan dengan baik guru dituntut mem-bimbing dan mengarahkan, menciptakan suasana belajar yang menyenangkan, serta mampu melihat metode, model dan media pembelajaran yang sesuai demi ter-capainya suatu tujuan pembelajaran.

Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan guru mata pelajaran Biologi di SMAN 1 Sungai Rumbai kelas X pada bulan Februari 2016 dalam proses belajar mengajar sebelumnya guru telah menerapakan metode diskusi kelompok yang

menuntut keaktifan siswa namun kurang berjalan dengan baik. Guru mengatakan dalam proses pembelajaran guru tidak menerapkan model pembelajaran tetapi menggunakan metode ceramah, tanya jawab dan pemberian tugas saja. Siswa di sekolah ini masih cenderung pasif dalam proses pembelajaran. Siswa terlihat kurang bersemangat selama proses pembelajaran berlangsung. Motivasi siswa untuk belajar biologi masih kurang dan masih banyak siswa yang merasa bosan dan mengantuk saat belajar biologi.Hal ini terlihat pada rendahnya keaktifan siswa saat proses belajar mengajar berlangsung sehingga berdampak pada nilai siswa yang masih rendah. Berbagai solusi telahdilakukan oleh guru seperti mem-bentuk kelompok diskusi, membuat power point, serta membuat media charta. Sumber belajar yang digunakan siswa masih terfokus pada LKS. Namun hal ini belum menunjukkan perubahan ke arah yang lebih baik, justru siswa terlihat melalaikan tanggung jawab saat mengerjakan tugas individu maupun kelompok

(3)

atau sekedar bermain-main dengan teman kelompok. Hasil wawancara dengan guru yang mengajar biologi, nilai siswa pada materi Lingkungan masih dibawah Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) yang telah ditetapkan pada nilai KD materi Lingkungan tersebut. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata ulangan harian biologi siswa terutama materi Lingkungan pada kelas X SMAN 1 Sungai Rumbai Tahun Pelajaran 2015/2016 dengan Kriteria Ketun-tasan Minimal (KKM) yaitu 75 dengan rata-rata setiap kelas yaitu sebagai berikut: Kelas X.1 (66,03), Kelas X.2 (66,45), Kelas X.3 (46,98), Kelas X.4 (74,16), Kelas X.5 (61,29), dan Kelas X.6 (44,90). Materi Lingkungan ter-masuk sulit karena materi ini menekankan pada pemahaman konsep. Terutama pada sub materi macam-macam pen-cemaran, dan pengelolaan limbah. Siswa cenderung sulit untuk me-mahami dan menjelaskan sember-sumber pencemaran dan pe-ngelolaan limbah. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, maka guru perlu memilih metode, media, dan model pembelajaran yang dapat

meningkatkan motivasi dan keaktifan siswa sehingga hasil belajar dapat meningkat. Salah satunya dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe

Group Investigation (GI) disertai media gambar.

Model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation (GI) ini diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar biologi, karena dalam pembelajaran ini, siswa dituntut untuk menguasai materi pem-belajaran dan keterlibatan siswa secara intelektual dan emosional. Hal ini terlihat dari kelebihan model kooperatif tipe Group Investigation (GI) yaitu dapat memadukan antara siswa yang berbeda kemampuan, melatih siswa untuk meningkatkan kerja sama, untuk mengeluarkan ide-ide baru dan melatih siswa untuk bertanggung jawab terhadap tugas yang diberikan (Istarani 2014:87).

Untuk menunjang proses belajar pada materi lingkungan dengan menerapkan model pembelajaran

Group Investigation adalah meng-gunakan media gambar. Media gambar merupakan media visual yang dapat membantu siswa

(4)

memahami dan mendeskripsikan macam-macam pencemaran dan pengelolaan limbah dengan meng-gunakan media gambar.

Salah satu media pembelajaran yang efektif adalah media berbasis visual yaitu media gambar.Melalui media ini peserta didik diajak untuk merealisasikan objek dengan kasat mata. Media gambar dapat mening-katkan daya ingat peserta didik akan materi yang diajarkan.

Arsyad (2004: 91)Media berbasis visual (image atau perumpamaan) memegang peran yang sangat penting dalam proses belajar. Media visual dapat memperlancar pemahaman (misalnya melalui elaborasi struktur dan organisasi) dan memperkuat ingatan. Visual dapat pula menumbuhkan minat siswa dan dapat memberikan hubungan antara isi materi pelajaran dengan dunia nyata. Agar menjadi efektif, visual sebaiknya ditempatkan pada konteks yang bermakna dan siswa harus berinteraksi dengan visual (image) itu untuk meyakinkan terjadinya proses informasi.”

Berdasarkan latar belakang diatas penulis telah melakukan penelitian tentang Penerapan Model Pembelajaran Tipe Group

Investiga-tion Disertai Media Gambar

Terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas X SMAN 1 Sungai Rumbai Tahun Pelajaran 2016/2017.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen. Rancangan yang digunakan adalah Randomized Control Group Postest Only Design. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMAN 1 Sungai Rumbai tahun pelajaran 2016/2017. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan teknik

purposive sampling sehingga di-peroleh sampel kelas X6 sebagai kelas eksperimen dan kelas X5 sebagai kelas kontrol. Instrumen yang digunakan untuk melakukan penilaian sikap yaitu melalui penilaian observasi sikap, penilaian pengetahuan melalui tes tertulis dan penilaian keterampilan melalui penilaian produk.

Teknik analisis datapada tes akhir dilakukan uji hipotesis yang

(5)

terlebih dahulu dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas. Data yang diperoleh berdistribusi normal dan homogen, maka selanjutnya dilakukan uji t.

HASIL DAN PEMBAHASAN Penilaian Afektif

Rata-rata nilai modus keseluruhan pada kelas eksperimen dengan menerapkan model pem-belajaran Group Investigation (GI) disertai media gambar dapat dilihat pada gambar 1.

Gambar 1.Rata-rata Nilai Sikap Siswa Pada Masing-masing Indikator Berdasarkan Gambar 1 dapat dilihat bahwa rata-rata nilai sikap kelas eksperimen pada indikator menghargai pendapat teman dalam

diskusi kelompok adalah 3,84 (B), bertanggung jawab adalah 3,80 (B) dan santun berkomunikasi adalah 4 (A). Kelas kontrol pada indikator menghargai pendapat teman dalam diskusi kelompok adalah 3,10 (B), bertanggung jawab adalah 3,60 (B) dan santun berkomunikasi adalah 3,89 (B).

Pada indikator menghargai pendapat teman dalam proses pembelajaran ini siswa dituntut untuk mendengarkan, menerima dan menanggapai pendapat teman dalam proses pembelajaran. Dari kedua data terlihat bahwa kelas eksperimen lebih tinggi dibanding-kan kelas kontrol. Hal ini disebab-kan saat pembelajaran berlangsung dan diskusi kelompok siswa saling berinteraksi untuk mencari dan memecahkan masalah disitulah timbul rasa menghargai spendapat diantara mereka. Selain itu jika dilihat dari keaktifan mereka banyak yang aktif dalam memecahkan masalah sehingga dapat menumbuh-kan sikap saling menghargai diantara mereka dalam bertukar pikiran dan pendapat satu sama lain.Sejalan dengan pendapat Basri 3.84 3.8 4 3.1 3.6 3.84 0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5

Kelas Eksperimen Kelas Kontrol

R a ta -ra ta N il a i M o du s Kes el u ru h a n Meng hargai Penda pat Berta nggung Jawab Santun Berko muni kasi

(6)

(2015:88) pengungkapan pikiran, baik dalam rangka mengemukakan gagasan sendiri maupun orang lain akan memantapkan pemahaman seseorang tentang hal-hal yang dipikirkan atau dipelajari. Berbeda dengan kelas kontrol hanya beberapa orang siswa yang terlihat aktif dalam bertanya dan menang-gapi jawaban dalam proses pem-belajaran hal ini disebabkan karena sebagian siswa hanya mengandalkan siwa yang pintar dan aktif saja sehingga menyebabkan rata-rata nilai modus pada kelas eksperimen rendah.

Penilaian pada indikator bertanggung jawab didapatkan hasil pengamatan pada kelas eksperimen adalah 3,80, sedangkan penilaian pada kelas kontrol adalah 3,60. Kelas eksperimen lebih tinggi daripada kelas kontrol sedangkan tugas yang diberikan sama, hanya yang membedakan kelas eksperimen berdasarkan sub topik kelas kontrol tidak berdasarkan sub topik. Pada kelas eksperimen proses pem-belajaran menggunakan model

Group Ivestigation siswa dituntut untuk untuk mengerjakan tugas

kelompok dan mengerjakan secara bersama-sama dengan anggota kelompok dan tidak ada mengandal-kan teman yang pintar saja, seperti siswa melaksanakan investigasi, menuliskan laporan dan mem-presentasikan laporan. Sehingga menyebabkan dalam diri siswa timbul rasa bertanggung jawab untuk menyelesaikan tugas tersebut karena hasil yang mereka dapatkan akan dibuat dalam sebuah laporan dan akan dipresentasikan ke depan kelas. Hal ini sejalan dengan pendapat (Istarani, 2014: 86-87) model pembelajaran Group Inves-tigation yaitu melatih siswa untuk bertanggung jawab sebab ia diberi tugas untuk diselesaikan dalam kelompok.

Pada kelas kontrol terlihat nilai modus tanggung jawab lebih rendah dari pada kelas eksperimen karena pada saat guru menjelaskan materi siswa tidak memperhatikan guru, ini disebabkan rendahnya motivasi dan minat dalam belajar sehingga siswa tampak main-main dalam proses pembelajaran dan tidak semua siswa mengerjakan apa yang diperintahkan oleh guru. Sesuai dengan pendapat

(7)

Latisma (2011:192) bahwa orang yang tidak memiliki minat pada mata pelajaran tertentu, sulit di-harapkan akan mencapai ke-berhasilan belajar secara maksimal.

Tingginya indikator santun berkomunikasi pada saat proses pembelajaran kelas eksperimen di-bandingkan kelas kontrol karena pada saat proses pembelajaran pada kelas eksperimen kelompok me-laksanakan investigasi, bertukar pikiran dan mempresentasikan hasil diskusi ke depan kelas dan kelompok lain menanggapi hasil diskusinya dengan suasana tenang, sehingga dengan kondisi yang tenang mereka mampu untuk berkomunikasi dengan baik, jelas dan benar. Hal ini disebabkan pada saat diskusi kelas eksperimen berjalan dengan tenang siswa saling bertukar pendapat satu sama lain, berinteraksi untuk mencari dan memecahkan masalah disitulah terlihat mereka dapat menyampai-kan dan menerima pendapat orang lain. Hal ini sejalan dengan pendapat Mariana Dan Nurmillah (2012: 142) komunikasi dilakukan di tempat yang tenang tentu para

pelaku komunikasi akan merasa nyaman dan menyempaikannya dengan bahasa yang baik dan jelas. Terlebih jika pembicaraan dinilai sangat penting. Pesan yang disampaikan akan diterima dengan baik.

Pada kelas kontrol hanya beberapa siswa mengeluarkan ide, pertanyaan atau menanggapi pertanyaan teman, hal ini disebab-kan karena siswa masih mengandal-kan siswa yang pintar dan rajin saja untuk bertanya dan menanggapi jawaban.

Penilaian Kognitif

Rata-rata nilai tes akhir pada kelas eksperimen dan kelas kontrol seperti disajikan pada gambar 2.

Gambar 2.Rata-rata Nilai Kognitif Siswa Pada Masing-masing Kelas Sampel

68.79 64.37 62 63 64 65 66 67 68 69 70 R at a -r at a N il ai T es A k h ir Kelas Eksperim en Kelas Kontrol

(8)

Berdasarkan gambar 2 dapat dilihat bahwa hasil belajar biologi pada penilaian pengetahuan untuk kelas eksperimen lebih tinggi di-bandingkan dengan kelas kontrol. Hal ini terlihat dari rata-rata hasil belajar pada kelas eksperimen adalah 68,79 dengan nilai konversi 2,74 (B-) sedangkan kelas kontrol adalah 64,37 dengan nilai konversi 2,56 (B-). Pada penilaian pengetahuan didapa-kan hasil analisis uji normalitas pada kelas eksperimen adalah L0 0,0155<L tabel 0,173 sedangkan kelas kontrol yaitu L0 0,029<L tabel 0,161 maka data dari kedua kelas sampel berdistribusi normal, sedangkan hasil analisis uji homogenitas Fhitung 0,9374 < F tabel 1,9299 maka varian data dari kedua kelas sampel homogen. Kemudian dilakukan uji hipotesis yaitu menggunakan uji-t. Hasil uji-t pada penilaian pengetahuan didapatkan thitung 2,03> ttabel 1,67 dengan demikian hipotesis diterima.

Berdasarkan hasil uji hipotesis yang telah dilakukan terlihat terdapat pengaruh penggunaan model Group Investigation disertai media gambar pada materi

Lingkungan. Hal ini disebabkan karena proses pembelajaran pada kelas eksperimen menerapkan model pembelajaran Group In-vestigation yang menerapkan pe-laksanaan investigasi atau mencari berbagai informasi yang terpilih pada sub topik dengan penuh tanggung jawab pada masing-masing kelompok.

Sedangkan pada kelas kontrol menerapkan metode ceramah dan tanya jawab. Siswa menggunakan berbagai sumber belajar untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan sesuai dengan tuntutan tujuan pembelajaran. hal ini dapat dilihat pada penilaian kognitif atau pengetahuan yang telah diperoleh bahwa kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol terlihat rata-rata hasil belajar siswa pada kelas eksperimen adalah 68,79 sedangkan kelas kontrol adalah 64,37, pada kelas eksperimen hasil belajar siswa yang diatas KKM sebanyak 7 orang dengan presentase 25% sedangkan yang dibawah KKM 20 orang hal ini disebabkan karena tingkat kemampuan siswa yang berbeda. Dilihat dari uraian diatas

(9)

lebih banyak kelas eksperimen yang tuntas dibandingkan kelas kontrol walaupun belum mencapai 60% siswa yang tuntas.

Menurut pendapat Djamarah dan Zain (2010:107) Tingkat keberhasilan belajar mengajar dikatakan kurang apabila bahan pelajaran yang diajarkan kurang dari 60% dikuasai oleh siswa. Hal ini berarti proses pembelajaran belum berjalan secara maksimal. Namun hal tersebut bukan berarti penerapan model pembelajaran Group Inves-tigation disertai media gambar pada kelas eksperimen tidak baik diguna-kan dalam proses pembelajaran.

Rendahnya presentase ke-tuntasan siswa disebabkan karena pada pelaksanaan pembelajaraan kelas eksperimen siswa kurang fokus belajar dan kurang mem-perhatikan guru pada tahap evaluasi. Hal ini disebabkan karena mata pelajaran biologi pada kelas eksperimen dijam terakhir sehingga siswa terpengaruh hal-hal yang diluar kelas. Permasalahan tersebut juga di sebabkan karena sikap peneliti kurang tegas pada saat menegur siswa yang tidak fokus,

berbicara, dan bercanda dalam diskusi. Hal ini sejalan dengan pendapat Djamarah dan Zain (2013:195) beberapa masalah-masalah pengelolaan kelas yang berhubungan dengan perilaku siswa adalah tidak ada standar prilaku dalam bekerja kelompok misalnya ribut, bercakap-cakap dan pergi kesana-kemari.

Selain itu tidak adanya per-siapan belajar pada siswa sebelum melaksanakan proses belajar disekolah hal ini terlihat pada saat guru melakukan apersepsi dan me-nanyakan materi yang sudah di-pelajari dan yang akan di di-pelajari saat proses pembelajaran dimulai, meskipun sebelumnya guru telah menyuruh siswa untuk melakukan persiapan belajar dirumah terlebih dahulu agar mendapatkan nilai yang baik dan berdasarkan petikan wawancara langsung pada kelas eksperimen setelah selesai ujian hanya beberapa siswa yang belajar dan selebihnya tidak belajar, inilah yang menyebabkan nilai siswa rendah. Hal ini sejalan dengan pendapat Slameto (2013:59) ke-siapan perlu diperhatikan dalam

(10)

proses belajar, karena apabila siswa belajar dan pada mereka sudah ada kesiapan, maka hasil belajar akan lebih baik.

Selain menerapkan model pembelajaran Group Investigation,

pada kelas eksperimen meng-gunakan media gambar yang mana media gambar ini memudahkan siswa dalam proses pengamatan dan investigasi. Pada tahap investigasi siswa akan mengamati media gambar yang diberikan oleh guru, sehingga semua anggota kelompok mempunyai tugas yang sama, yaitu sama-sama mencaris solusi dari permasalahan yang mereka temukan dalam kelompok. Itulah sebabnya pada kelas eksperimen siswa lebih aktif dibandingkan kelas kontrol. Sejalan dengan pendapat Arsyad (2014: 21) bahwa lambang visual atau media gambar dapat mem-perlancar pencapaian tujuan untuk memahami, mengingat informasi atau pesan yang terkandung dalam gambar dan memperkuat ingatan.

Tingginya hasil belajar siswa kelas eksperimen dibandingkan dengan kelas kontrol pada ranah kognitif karena, pada kelas

eksperimen menerapkan pem-belajaran kooperatif Group

Inves-tigationdisertai media gambar.

Model pembelajaran ini dapat merangsang keaktifan siswa dan keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran, karena pada model pembelajaran Group Investigation

disertai media gambar perwakilan kelompok akan mempresentasikan hasil investigasi materi yang dipilih, karena itu setiap siswa diberi kesempatan menemukan sendiri atas materi yang akan dipelajari, sehingga menimbulkan rasa tanggung jawab pada diri sendiri untuk dapat memahami materi serta melatih siswa untuk bertanggung jawab terhadap tugas yang di-berikan. Proses pembelajaran meng-gunakan model kooperatif tipe

Group Investigation disertai media gambar melatih siswa untuk bertanggung jawab terhadap tugas-nya. Hal ini sejalan dengan pendapat Istarani (2014:87) mengenai ke-lebihan dari model pembelajaran ini adalah (1) dapat memadukan antara siswa yang berbeda kemampuan, (2) melatih siswa untuk meningkatkan kerjasama, (3) untuk mengeluarkan

(11)

ide-ide baru dan, (4) melatih siswa untuk bertanggung jawab terhadap tugas yang diberikan.

Presentase ketuntasan pada kelas kontrol yaitu 14,28% berada pada tingkatan yang kurang hal ini disebabkan karena masih banyak nilai siswa yang belum mencapai KKM, kurangnya minat dan motivasi siswa dalam proses pem-belajaran kebanyakan siswa kurang aktif. Hal ini dapat dilihat saat siswa tidak memberi tanggapan terhadap tanggapan teman, dan masih ada sebagian siswa yang asyik dengan aktifitasnya sendiri. Hal ini terlihat pada saat proses pembelajaran masih mengandalkan guru untuk memberikan materi pelajaran. Hal ini membuat pelajaran monoton sehingga banyak siswa yang merasa bosan dan mengantuk dalam proses pembelajaran dan membuat guru sukar untuk menilai sejauh mana pemahaman siswa. Hal ini sejalan dengan pendapat Lufri (2007:34) kekurangan dari metode ceramah yaitu membosankan bagi siswa bila terlalu lama, sukar untuk mendeteksi atau mengontrol sejauh mana

pemahaman siswa, menyebab-kan siswa pasif, dan membuat siswa tergantung pada gurunya.

Penilaian Psikomotor

Penilaian keterampilan dilihat dari laporan diskusi untuk kelas eksperimen dan resume untuk kelas kontrol. Indikator yang dinilai pada ranah keterampilan yaitu ke-lengkapan laporan diskusi atau resume, kesesuaian isi laporan atau resume dan ke rapian, Kebersihan dan kejelasan dalam penulisan. Nilai dari setiap indikator penilaian pada penilaian sikap dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3.Rata-Rata Nilai Psiko-motor Siswa Pada Masing-masing Indikator 3.22 3.24 3.79 3.06 2.22 3.76 0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4

Kelas Eksperimen Kelas Kontrol Kese suaian isi Lapor an Disku si/Res ume Keleng kapan Lapo ran Diskusi /Resu me Kebersih an, Kera pian dan Kejelasan Dalam Penulisan R a ta -ra ta N il a i C a pa ia n Opti m u n

(12)

Penilaian pada aspek ke-lengkapan laporan diskusi pada kelas eksperimen adalah 3,22 sedangkan pada kelas kontrol adalah 3,06. Hal ini terlihat nilai kelas eksperimen lebih tinggi dari pada kelas kontrol. Pada kelas eksperimen nilai laporan diskusi lebih tinggi karena mereka memiliki banyak sumber buku dari materi sub topik yang dipilihnya untuk me-rangkumnya menjadi sebuah laporan diskusi.

Rendahnya nilai kelengkapan resume pada kelas kontrol disebab-kan hanya beberapa siswa yang memiliki sumber buku. Meskipun telah diberikan kemudahan untuk meggunakan sumber buku yang telah diberikan guru, ada juga siswa tidak menggunakannya bahkan ada yang melihat resume teman dan bahkan ada juga buku yang hilang. Hal ini menyebabkan laporan resume mereka pada umumnya sama dan tidak sesuai dengan tujuan pembelajaran yang akan di capai yang mana akan mempengaruhi hasil resume mereka.

Pada indikator kesesuaian isi laporan/ resume kelas eksperimen

lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol, nilai modus pada kelas eksperimen adalah 3,24 sedangkan pada kelas control 2,22. Pada kelas eksperimen mereka menyatukan pendapat yang berbeda dalam satu laporan dengan menggunakan be-berapa sumber buku, meskipun ada beberapa kelompok yang membuat laporan tidak sesuai dengan sub topik serta membahas materi yang berbeda.Jika nilai laporan mereka rendah maka nilai seluruh anggota kelompok juga rendah begitu juga sebaliknya.

Pada kelas kontrol mereka membuat resume secara individu, tetapi ada juga yang bersama karena keterbatasan sumber buku dan ada yang membuat resume berdasarkan tujuan pembelajaran yang dijelaskan dan disampaikan oleh guru saja bahkan ada yang tidak membuat resume. Hal inilah yang menyebab-kan nilai keseuaian isi resume pada kelas kontrol lebih rendah dari kelas eksperimen. Hal ini sejalan dengan pendapat Susanto (2013: 6) seberapa besar siswa mampu me-nerima, sejauh mana siswa dapat memahami serta mengerti apa yang

(13)

di baca, dilihat atau dirasakan akan mempengaruhi hasil yang diperoleh. Pada indikator Kerapian, Kebersihan dan kejelasan dalam penulisanini kelas eksperimen lebih tinggi yaitu 3,79, sedangkan pada kelas kontrol adalah 3,76. Pada indikator ini semua siswa memiliki kriteria yang cukup rapi, bersih dan jelas karena laporan diskusi atau resume yang mereka kumpulkan dapat dipahami dan dibaca dengan jelas oleh guru, rata-rata nilai pada ini untuk kedua kelas sampel juga tidak terlalu jauh.

Pada kelas eksperimen untuk aspek ini lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol, meskipun mereka membuat laporan dari beberapa sumber buku dan hanya beberapa kelompok yang membuat laporan tidak sesuai dengan sub topik serta membahas materi yang berbeda untuk setiap kelompok tetapi mereka tetap memperhatikan aspek-aspek yang akan dinilai. Mereka membuat laporan diskusi dengan baik dan tidak hanya asal selesai,dalam penulisan laporan diskusi terlihat rapi bersih dan jelas. Hal ini sejalan dengan pendapat

Sugono (2009:23) bahwa teknik penulisan dikatakan baik apabila itu mudah dipahami sesuai dengan topik yang dibicarakan dan di tata rapi.

Pada aspek kebersihan, kerapian dan kejelasan kelas kontrol lebih rendah dibandingkan kelas eksperimen karena pada kelas kontrol ada beberapa siswa yang membuat resume hanya asal-asalan saja dan tidak memperhatikan resume yang mereka buat. mereka juga dapat melihat resume teman yang lain karena materi yang dibahas sama, tetapi untuk aspek ini mereka kurang memperhatikan sehingga pada indikator ini kelas kontrol lebih rendah.

Tingginya nilai psikomotor siswa pada kelas eksperimen karena pada kelas eksperimen diterapkan model pembelajaran kooperatif

Group investigation disertai media gambar sehingga menyebabkan rasa ingin tahu siswa terhadap materi semakin tinggi sekaligus mampu menguji rasa tanggung jawab siswa terhadap tugas yang diberikan. Hal ini sejalan dengan pendapat Slavin (2005) kegiatan diskusi kelompok

(14)

dan saling berbagi pendapat dapat melahirkan perluasan dan konflik kognitif serta keterampilan peserta didik.

Berdasarkan uraian diatas penerapan model pembelajaran kooperatif Group investigation di-sertai media gambar dapat me-ningkatkan hasil belajar siswa pada ranah afektif, kognitif dan psikomotor.

KESIMPULAN

Penerapan model pembelajaran

Group Investigation (GI) disertai media gambar dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas X di SMAN 1 Sungai Rumbai Tahun Pelajaran 2016/2017.

DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, A. (2004). Media

Pem-Belajaran. Jakarta: Raja

Grafindo Persada.

Basri, H. (2015). Paradigma Baru Sistem Pembelajaran. Bandung: Pustaka Setia.

Djamarah, S.B. Dan Zain, A. 2010.

Strategi Belajar Mengajar.

Jakarta: Bumi Aksara.

Istarani. 2014. 58 Model Pem-belajaran Inovatif. Medan: Media Persada.

Latisima. 2011. Evaluasi Pem-Belajaran. Padang: UNP Press. Marianna, A Dan Nurmillah, M.

2012. Berkah Dan Maanfaat Silaturahmi. Bandung: Ruang Kata Kawan Pustaka.

Mudlofir, A Dan Evi Fatimatur Rusydiyah. (2016). Desain Pembelajaran Inovatif: Dari Teori Ke Praktik.Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Slavin R.E. 2005. Cooperative

Leraning. Bandung: Nusa

Media.

Sugono.2009. Mahir Berbahasa

Indonesia Dengan Benar.

Jakarta: Gramedia Pusat Utama. Susanto, A. 2013.Teori Belajar Pembelajaran. Jakarta: Ken-cana Prenada MediaGroup.

Gambar

Gambar  1.Rata-rata  Nilai  Sikap  Siswa  Pada   Masing-masing Indikator  Berdasarkan  Gambar  1  dapat  dilihat  bahwa  rata-rata  nilai  sikap  kelas  eksperimen  pada  indikator  menghargai  pendapat  teman  dalam
Gambar  2.Rata-rata  Nilai  Kognitif
Gambar  3.Rata-Rata  Nilai  Psiko-

Referensi

Dokumen terkait

Bobot kering total tanaman pada pengamatan umur 35 hst perlakuan pupuk kandang ayam 10 t ha -1 dengan penambahan 25% pupuk anorganik memperoleh hasil yang

Sebagai contoh, jika suatu perusahaan pelayaran memiliki 3.000 TEUs untuk salah satu rutenya, maka dapat dilihat yang paling efisien pada rute tersebut dengan jumlah

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan penerapan Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 3 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Pedagang Kaki Lima yang dengan

Untuk penelitian selanjutnya, bagi yang hendak melakukan penelitian dengan obyek yang sama, peneliti memiliki saran untuk mengamati kinerja dari PDS,

Isdaryanto, A. Skripsi S-1 Kearsipan Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Semarang. Drumblek Dari Salatiga Untuk Dunia. Salatiga: Kampoeng Salatiga. Pengantar

Dengan demikian, seseorang yang sedang melakukan bersiwak tidaklah hanya untuk membersihkan kotoran sisa-sisa makanan yang ada di mulut, akan tetapi ia juga

Perusahaan yang berada dalam kondisi industri tumbuh lambat padahal kondisi makro sedang membaik.. *) keterangan/ contoh SPACE Matrix. Contoh Aplikasi

Setelah mengevaluasi pengakuan pendapatan pada PT Nastek Mustika Abadi, maka penulis mencoba memberi saran yang mungkin berguna dan dapat menjadi bahan pertimbangan demi