LAPORAN PENELITIAN
MODEL KELEMBAGAAN PEMERINTAHAN DESA
TIM PENELITI,
Ketua : Drs. Hj. Sri Sutjiatmi, M.Si Anggota Peneliti : Arif Zainudin, S.IP., M.IP
PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS PANCASAKTI TEGAL 2016
DAFTAR ISI
Hlm
Halaman Judul ... i
Halaman Pengesahan ... ii
Daftar Isi ... iii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
I.1. Latar Belakang ... 1
I.2. Perumusan Masalah ... 2
I.3. Tujuan ... 3
I.4. Manfaat Kegiatan ... 4
I.5. Keluaran Penelitian ... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 5
II.1. Pemerintahan Desa ... 5
II.2. Organisasi ... 14
II.2.1 Elemen Organsiasi ... 16
II.2.2 Simple Structure ... 20
II.2.3 Birokrasi Mesin dan Birokrasi Profesional ... 25
II.3 Alur Pikir Penelitian ... 29
BAB III METODE ... 32
III.1 Pendekatan Penelitian ... 32
III.2. Jenis Penelitian ... 33
III.3. Jenis Data ... 33
III.4. Lokasi Penelitian ... 34
III.5. Metode Pengumpulan Data ... 34
III.6. Unit Analisis Data ... 34
BAB IV DESKRIPSI WILAYAH PENELITIAN ... 39
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ... 64
BAB VI PENUTUP ... 77
Penelitian 2015| Model Kelembagaan Pemerintah Desa 4 BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut R. Bintarto desa merupakan perwujudan geografis yang ditimbulkan oleh unsur-unsur fisiografis, sosial, ekonomis politik, kultural setempat dalam hubungan dan pengaruh timbal balik dengan daerah lain. Sedangkan menurut pendapat lain seperti Kartohadikusumo yang mengatakan bahwa desa merupakan kesatuan hukum tempat tinggal suatu masyarakat yang berhak menyelenggarakan rumah tangganya sendiri. Dalam makna kata „desa‟ terdapat beberapa unsur seperti geografis, ekonomi, politik, budaya, dan masyarakat yang terangkum dalam sebuah wadah organisasi yaitu Pemerintahan Desa.
Berdasarkan UU No. 6 tahun 2014 tentang Desa psl 1, Pemerintahan Desa ialah penyelenggaraan urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat dalam sistem pemerintah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Latar belakang berdirinya sebuah pemerintahan desa di sebuah wilayah hakekatnya ialah sebagai pemenuhan kebutuhan dasar masyarkatnya, atau sebagai unsur pemerintah yang melayani masyarakatnya. Dalam proses pemenuhan kebutuhan dasar tentunya pemerintahan desa memiliki urusan untuk menjalankan fungsi dari pemerintahannya. Adapun urusan pemerintahan desa yakni urusan tata pemerintahan, urusan pemberdayaan masyarakat desa, urusan kesejahteraan
Penelitian 2015| Model Kelembagaan Pemerintah Desa 5 masyarakat, dan urusan ketertiban lingkungan. Sementara ini urusan pemerintahan desa tersebut, menjadi unit dalam organisasi pemerintahan desa. Akan tetapai dengan adanya perubahan regulasi pengaturan UU No. 6 tahun 2014 tentang Desa, menyebutkan bahwa struktur organisasi pemerintahan desa tidak harus merujuk kepada urusan yang dimilikinya. Namun Kepala Desa berhak mengusulkan struktur organisasi pemerintahan desa dan tata kerja (psl. 26 UU No. 6 tahun 2014 tentang desa).
Dengan adanya UU No. 6 tahun 2014 tentang Desa mengatur kewenangan pemerintahan desa. Pasal 18 UU No. 6 tahun 2014 tentang desa, mengatur tentang klasifikasi bidang dalam pemerintahan desa. Adapun bidang tersebut yakni penyelenggaraan pemerintahan desa, pelaksanaan pembangunan desa, pembinaan kemasyarakatan desa, dan pemberdayaan masyarakat Desa berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul dan adat istiadat Desa. Dengan pengaturan bidang dalam peraturan tersebut, maka struktur organisasi pemerintahan desa akan berganti yang sebelumnya unit teknis disebutnya kepala urusan menjadi kepala bidang.
Seharusnya menurut Mithzberg dalam menentukan struktur organisasi ditentukan berdasarkan urusan dan kewenangan organisasi yang melekat. Dalam pemerintahan Desa berdasarkan UU No. 6 tahun 2014 tentang Desa ada 4 (empat) kewenangan yang melekat dalam pemerintahan Desa, hal tersebut yang perlu dijabarkan dalam bentuk organsasi pemerintahan Desa.
Penelitian 2015| Model Kelembagaan Pemerintah Desa 6 B. Perumusan Masalah
Sementara ini sebelum adanya perubahan peraturan tentang desa, pemerintahan desa menggunakan nama urusan desa sebagai unit teknis organisasi pemerintahan desa. Seperti urusan tata pemerintahan, urusan pemberdayaan masyarakat desa, urusan kesejahteraan masyarakat, dan urusan ketertiban lingkungan.
Namun dalam UU No. 6 tahun 2014 tentang Desa menyebutkan bahwa urusan pemerintahan menjadi kewenangan desa. Kewenangan desa terbagi menjadi 4 bidang yaitu penyelenggaraan pemerintahan desa, pelaksanaan pembangunan desa, pembinaan kemasyarakatan desa, dan pemberdayaan masyarakat desa berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal-usul dan adat istiadat desa.
Pemerintahan desa kemuning Kec. Kramat Kab. Tegal dari salah satu desa yang masih menjalankan peraturan lama yakni nama unit struktur organisasi pemerintahan desa menggunakan urusan pemerintahan desa. Oleh karena itu dengan adanya peraturan UU No. 6 tahun 2014 tentang desa, maka perlu dilakukan revitalisasi kelembagaan pemerintahan desa. Sehingga model organsisasi pemerintahan desa kemuning dapat menampung kewenangan yang diamanahkan dalam UU No. 6 tahun 2014 tentang Desa.
Berdasarkan uraian diatas, penulis merumuskan permasalahan yang akan dikaji yaitu :
Penelitian 2015| Model Kelembagaan Pemerintah Desa 7
2. Bagaimana bentuk urusan pemerintahan desa ?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang telah dijelaskan sebelumnya maka, penelitian ini memiliki tujuan yang ingin dicapai. Adapun tujuan penelitian yaitu:
 Mengidentifikasi jenis pelayanan dasar yang diberikan oleh
pemerintahan Desa Kemuning Kec. Kramat Kab. Tegal sehingga dapat diketahui uraian tugas pemerintahan Desa Kemuning.
 Mendesain model organisasi pemerintahan Desa Kemuning Kec.
Kramat Kab. Tegal. D. Manfaat Kegiatan
Manfaat penelitian Revitalisasi Kelembagaan Pemerintahan Desa antara lain adalah :
 Sebagai bahan informasi bagi Pemerintahan Desa tentang jenis
kewenangan dan jenis pelayanan dasar yang dimiliki oleh Pemerintahan Desa.
 Sebagai bahan pertimbangan Pemerintah Daerah Kabupaten Tegal
dalam menentukan desain organisasi pemerintahan desa yang sesuai dengan kewenangan dan tugas dasar pemerintahan.
 Kajian ini akan memunculkan inovasi akademik dalam tata kelola
Penelitian 2015| Model Kelembagaan Pemerintah Desa 8 E. Keluaran Penelitian
Adapun hasil yang diharapkan dalam kajian Revitalisasi Kelembagaan Pemerintahan Desa yaitu :
 Uraian Kewenangan dan tugas Pemerintahan Desa Kemuning.
 Desain model organisasi Pemerintahan Desa Kemuning.
Penelitian 2015| Model Kelembagaan Pemerintah Desa 9 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pemerintahan Desa
Menurut Syafie (1997:109) mengemukakan bahwa Desa merupakan suatu wilayah yang ditempati oleh sejumlah penduduk sebagai kesatuan masyarakat, termasuk di dalamnya kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai organisasi pemerintahan langsung dibawah camat dan berhak menyelenggarakan rumah tangganya sendiri dalam ikatan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Desa menurut UU No. 6 Tahun 2014 tentang Desa psl 1. Yaitu desa dan desa adata atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut Desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Kemudian menurut Egon E. Bergel (1955:121), mendefinisikan desa sebagai “setiap pemukiman para petani (peasants)”. Sebenarnya faktor pertanian bukanlah ciri yang harus melekat pada setiap desa. Ciri utama yang melekat pada setiap desa adalah fungsinya sebagai tempat tinggal (menetap) dari suatu kelompok masyarakat yang relatif kecil.
Penelitian 2015| Model Kelembagaan Pemerintah Desa 10 Selanjutnya koentjaraningrat (1977:134) melengkapi pengertian tentang desa melalui pemilahan pengertian komunitas dalam dua jenis yaitu komunitas besar (seperti: kota, negara bagian, negara) dan komunitas kecil (seperti : band, desa, rukun tetangga dan sebagainya). Dalam hal ini
Koentjaraningrat mendefinisikan desa sebagai “komunitas kecil yang
menetap tetap di suatu tempat” (1977:162). Koentjaraningrat tidak memberikan penegasan bahwa komunitas desa secara khusus tergantung pada sektor pertanian. Dengan kata lain artinya bahwa masyarakat desa sebagai sebuah komunitas kecil itu dapat saja memiliki ciri-ciri aktivitas ekonomi yang beragam tidak disektor pertanian saja.
Berdasarkan beberapa pengertian tentang konsep desa yang telah dibahas sebelunya, terdapat unsur-unsur Desa yaitu wilayah, masyarakat, sumber ekonomi, hukum, dan pemerintahan sebagai pengatur unsur-unsur tersebut.
Selanjutnya pengertian pemerintahan desa itu sendiri adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia (psl 1 UU No. 6 Tahun 2014 tentang Desa).
Dalam penataan Desa menurut Psl 7 UU No. 6 tahun 2014 tentang Desa, Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dapat melakukan penataan Desa. Penataan sebagaimana yang dimaksud bertujuan untuk mewujudkna efektivitas penyelenggaraan Pemerintahan Desa, meningkatkan kesejahteraan masyarakat Desa, mempercepat
Penelitian 2015| Model Kelembagaan Pemerintah Desa 11 peningkatan kualitas pelayanan publik, meningkatkan kualitas tata kelola Pemerintahan Desa serta meningkatkan daya saing Desa.
Tugas Pemerintah Daerah dalam urusan penataan Desa meliputi pembentukan desa beserta sistem tata pemerintahan, penghapusan Desa, penggabungan Desa, perubahan status Desa, dan penetapan Desa.
Dalam pembentukan Desa, menurut psl 8 UU No. 6 tahun 2014 tentang Desa. Ada beberapa syarat kriteria minimal dalam pembentukan Desa yaitu:
1) Wilayah Jawa paling sedikit 6.000 (enam ribu) jiwa atau 1.200 (seribu
dua ratus) kepala keluarga;
2) Wilayah Bali paling sedikit 5.000 (lima ribu) jiwa atau 1.000 (seribu)
kepala keluarga;
3) Wilayah Sumatera paling sedikit 4.000 (empat ribu) jiwa atau 800 (delapan ratus) kepala keluarga;
4) Wilayah Sulawesi Selatan dan Sulawesi Utara paling sedikit 3.000 (tiga ribu) jiwa atau 600 (enam ratus) kepala keluarga;
5) Wilayah Nusa Tenggara Bara paling sedikit 2.500 (dua ribu lima
ratus) jiwa atau 500 (lima ratus) kepala keluarga;
6) Wilayah Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, Sulawesi Tenggara,
Gorontalo, dan Kalimantan Selatan paling sedikit 2.000 (dua ribu) jiwa atau 400 (empat ratus) kepala keluarga;
Penelitian 2015| Model Kelembagaan Pemerintah Desa 12
7) Wilayah Kalimantan Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah,
dan Kalimantan Utara paling sedikit 1.500 (seribu lima ratus) jiwa atau 300 (tiga ratus) kepala keluarga;
8) Wilayah Nusa Tenggara Timur, Maluku, dan Maluku Utara paling
sedikit 1.000 (seribu) jiwa atau 200 (dua ratus) kepala keluarga; 9) Wilayah Papua dan Papua Barat paling sedikit 500 (lima ratus) jiwa
atau 100 (seratus) kepala keluarga.
Selain syarat jumlah kependudukan masih ada beberapa yang harus dipenuhi apabila membentuk desa yaitu
a. Wilayah kerja yang memiliki akses transportasi.
b. Sosial budaya yang dapat menciptakan kerukunan hidup
bermasyarakat,
c. Memiliki potensi yang meliputi sumber daya alam, sumber daya
manusia, dan sumber daya ekonomi pendukung.
d. Batas wilayah Desa yang dinyatakan dalam bentuk peta Desa yang
telah ditetapkan dalam peraturan Bupati/Walikota.
e. Sarana dan prasarana bagi Pemerintahan Desa dan pelayanan publik.
f. Tersedianya dana operasional, penghasilan tetap, dan tunjangan
lainnya bagi perangkat Pemerintah Desa sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Tata kelola Pemerintahan Desa dipimpin oleh Kepala Desa, jabatan yang dipegang oleh pimpinan tertinggi pemerintahan Desa. Kepala Desa dipilih secara langsung oleh dan dari penduduk Desa warga negera republik
Penelitian 2015| Model Kelembagaan Pemerintah Desa 13 Indonesia yang memenuhi persyaratan dengan masa jabatan 6 (enam) tahun terhitung sejak tanggal pelantikan. Kepala Desa dapat menjabat paling banyak 3 (tiga) kali masa jabatan secara berturut-turut atau tidak secara berturut-turut. Sedangkan pengisian jabatan dan masa jabatan Kepala Desa Adat berlaku ketentuan hukum adat di Desa Adat sepanjang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan masyarakat serta prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia yang ditetapkan dalam Peraturan Daerah Kabupaten/Kota dengan berpedoman pada Peraturan Pemerintahan.
Proses pengaturan Desa harus berlandaskan pada asas sebagai berikut:
a. Rekognisi merupakan pengakuan terhadap hak asal usul;
b. Subsidaritas yaitu penetapan kewenangan berskala lokal dan
pengambilan keputusan secara lokal untuk kepentingan masyarakat Desa;
c. Keberagaman yaitu pengakuan dan penghormatan terhadap sistem
nilai yang berlaku di masyarakat Desa, tetapi dnegna tetap mengindahkan sistem nilai bersama dalam kehidupan berbangsa dan bernegara;
d. Kebersamaan yaitu semangat untuk berperan aktif dan bekerja sama dengan prinsip saling menghargai antara kelembagaan di tingkat Desa dan unsur masyarakat Desa dalam membangun Desa;
e. Kegotongroyongan meruapakan kebiasaan saling tolong-menolong
Penelitian 2015| Model Kelembagaan Pemerintah Desa 14
f. Musyawarah yaitu proses pengambilan keputusan yang menyangkut
kepentingan masyarakat Desa melalui diskusi dengan berbagai pihak yang berkepentingan;
g. Demokrasi yaitu sistem pengorganisasian masyarakat Desa dalam
suatu sistem pemeirntahan yang dilakukan oleh maysarakat Desa atau dengan persetujuan masyarakat Desa serta keluhuran harkat dan martabat manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha esa diakui, diatas, dan dijamin;
h. Kemandirian yaitu suatu proses yang dilakukan oleh Pemerintahan
Desa dan masyarakat Desa untuk melakukan suatu kegiatan dalam rangka memenuhi kebutuhannya dengan kemampuan sendiri;
i. Partisipasi yaitu turut berperan aktif dalam suatu kegiatan;
j. Kesetaraan yaitu kesamaan dalam kedudukan dan peran;
k. Pemberdayaan yaitu upaya meningkatkan taraf hidup dan
kesejahteraan masyarakat Desa melalui penetapan kebijakan, program dan kegiatan yang sesuai dengan esensi masalah dan prioritas kebutuhan masyarakat Desa;
l. Keberlanjutan yaitu suatu proses yang dilakukan secara terkoordinasi,
terintegrasi, dan berkesinambungan dalam merencanakan dan melaksanakan program pembangunan Desa.
Asas-asas yang telah disepakati tersbuet telah tertuang dalam UU No. 6 tahun 2014 tentang Desa merupakan dasar pengelolaan pemerintahan Desa.
Penelitian 2015| Model Kelembagaan Pemerintah Desa 15 Asas legalitas menjadi dasar legitimasi pemerintahan Desa, dengan kata lain setipa penyelenggaraan pemerintahan desa harus memiliki legitimasi yaitu kewenangan yang diberikan oleh perturan. Kewenangan (authority, gezag) merupakan kekuasan yang diformalkan untuk orang-orang tertentu atau kekuasaan terhadap bidang pemerintahan tertentu yang berasal dari pelimpahan urusan pemerintah. sedangkan wewenang (bevoegdheid) merupakan kemampuan untuk melakukan tindakan-tindakan hukum tertentu. S.F. Marbun, menyebutkan wewenang mengandung arti kemampuan untuk melakukan suatu tindakan hukum publik atau secara yuridis adalah kemampuan bertindak yang berdasarkan oleh undang-undang yang berlaku untuk melakukan aktifitas pemerintahan. (Sadjijono, 2008)
Menurut psl 19 UU No. 6 tahun 2014 tentang Desa, Pemerintahan Desa dalam menjalankan tugas memiliki kewenangan dasar yaitu
1) Kewenangan berdasarkan hak asal usul;
2) Kewenangan lokal berskala Desa;
3) Kewenangan yang ditugaskan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah
Provinsi, atau Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota;
4) Kewenangan lain yang ditugaskan oleh Pemerintah, Pemerintah
Daerah Provinsi, atau Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Kewenangan Pemerintah Desa yang tercantum dalam UU No. 6 tahun 2014 tentang Desa, hanya mengatur secara umum sifat kewenangan yang dimiliki atau yang harus dilakukan oleh pemerintahan desa. Hal ini tentunya
Penelitian 2015| Model Kelembagaan Pemerintah Desa 16 dalam bentuk atau jenis tugas dan kewenangan tentunya akan berbeda dari seluruh pemerintahan Desa di Indonesia.
Dalam menjalankan kewenangannya Kepala Desa dibantu perangkat desa yang terdiri dari (1) Sekertariat Desa, (2) Pelaksanaan Kewilayahan, dan (3) Pelaksana Teknis. Kemudian badan kelengkapan yang harus dimiliki oleh Pemerintahan Desa yakni Badan Permusyawaratan Desa merupakan forum permusyawaratan yang diikuti oleh Badan Permusyawaratan Desa, Pemerintah Desa, dan unsur masyarakat Desa untuk memusyawarahkan hal yang bersifat strategis dalam penyelenggaraan Pemerintahan Desa.
Berkaitan dengan sifat strategis yang dimaksud dalam urusan Badan Permusyawaratan Desa meliputi:
a. Penataan Desa;
b. Perencanaan Desa
c. Kerjasama Desa;
d. Rencana Investasi yang masuk ke Desa;
e. Pembentukan BUM Desa;
f. Penambahan dan Pelepasan Aset Desa;
g. Kejadian luar biasa.
Menurut berdirinya Badan Permusyawaratan Desa memiliki fungsi melekat dalam organisasi tersebut. Berdasarkan psl. 55 UU No. 6 tahun 2014 tentang Desa, fungsi BPD meliputi:
Penelitian 2015| Model Kelembagaan Pemerintah Desa 17
a. Membahas dan menyepakati Rancangan Peraturan Desa bersama
Kepala Desa;
b. Menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat Desa;
c. Melakukan pengawasan kinerja Kepala Desa.
Melihat uraian fungsi BPD yang diruaikan sebelumnya, fungsi BPD dan fungsi Dewan Perwakilan Rakyat Daerah memiliki kesamaan. Pada intinya yakni Badan Permusyawaratan Desa merupakan unsur kontroling terhadap aktifitas pemerintahan Desa yang dilakukan atau dipimpin oleh Kepala Desa.
Menurut Mitzberg, aspek pendanaan merupakan salah satu bentuk input organisasi pemerintahan. Dalam sistem pemerintahan Desa, terdapat beberapa hal yang tergolong sumber pendapatan pemerintahan desa. Adapun sumber pendapatan pemerintahan Desa sebagai berikut.
1. Pendapatan asli Desa terdiri atas hasil usaha, hasil aset, swadaya dan
partisipasi, gotong royong, dan lain-lain pendapatan asli Desa;
2. Alokasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara;
3. Bagian dari hasil pajak daerah dan retribusi daerah kabupaten/kota;
4. Alokasi dana Desa yang merupakan bagian dari dana perimbangan
yang diterima Kabupaten/Kota;
5. Bantuan keuangan dari Anggaran Pendapat dan Belanja Daerah
Provinsi dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten/Kot;
Penelitian 2015| Model Kelembagaan Pemerintah Desa 18
7. Lain-lain pendapatan Desa yang sah.
B. Organisasi
Secara etimologi organisasi berasal dari kata “Organum” yang bermakna Alat yaitu bagian dari anggota atau badan (Mitzberg, 1908). Dalam hidup manusia sebagai makhluk sosial tidak mungkin dapat mencukupi kebutuhannya sendiri. Manusia sangat membutuhkan manusia lain untuk memenuhi kebutuhan dan kepentingan hidupnya tersebut. Manusia dalam aktifitasnya melakukan interaksi dengan manusia lain dnegan saling berhubungan atau bekerjasama. Interaksi sosial dalam hubungan kerjasama ini dalam rangka mencapai tujuan bersama tersebut menjadi embrio lahirnya kelompok-kelompok dalam masyarakat yang selanjutnya secara teoretik kemudian melahirkan konsep dan teori organisasi.
Penyebutan istilah kelompok dalam kajian ilmu-ilmu sosial dilakukan berbeda, seperti dalam ilmu politik, ekonomi, sosiologi, antropologi, sejarah dan sebagainya. Namun secara umum pembagian kelompok dalam masyarakat tersebut terbagi dalam dua bentuk utama antara gemeinscahft
dan gesellsckhaf atau dalam kamus kebahasaan kita disebut juga dengan kelompok sekunder dan primer. Dalam konsepsi antropologi,
Koentjaraningrat menyebutnya primary group dengan association
(Koentjaraningrat, 1990:154-160). Sedangkan Nasikun sebagai pakar sosiologi menyebut kedua bentuk utama kelompok masyarakat tersebut
Penelitian 2015| Model Kelembagaan Pemerintah Desa 19 dengan kelompok semu atau quasi group dan kelompok kepentingan atau
interest group (Nasikun, 2001:13).
Konsepsi organisasi dapat dilihat dari berbagai perspektif, tergantung pada struktur, fungsi dan tujuannya. Setiap manusia memiliki perbedaan tentang persepsi, kepribadian, pengalaman, nilai dan tujuan hidup yang berbeda. Namun secara umum organisasi merupakan wadah yang memungkinkan manusia dapat meraih hasil yang sebelumnya tidak mungkin dapat dicapai oleh individu secara sendiri-sendiri sehingga organisasi menjadi suatu unit terkoordinasi yang berfungsi guna mencapai tujuan tertentu sebagai tujuan bersama. Pada kaitan ini, manusia dalam organisasi telah melebur sebagai sebuah sistem yang terpola. Oleh karena itu, perilaku manusia yang berada dalam suatu kelompok atau organisasi adalah perilaku organisasi.
Pilihan tipe model organisasi dalam penerapannya antara satu organisasi satu dengan yang lain juga berbeda. Karena itu, pemilihan tipe model organisasi yang tepat untuk suatu organisasi tertentu tidak mudah. Hal ini memerlukan pengkajian yang mendalam dari anggota-anggota organisasi yang terlibat didalamnya, khususnya yang mempunyai kompetensi dan tanggung jawab terhadap pemilihan organisasi yang akan digunakan oleh organisasi yang bersangkutan. Sebab kesalahan dalam pemilihan bentuk organisasi yang digunakan akan dapat mengganggu kinerja organisasi.
Penelitian 2015| Model Kelembagaan Pemerintah Desa 20 Dalam memilih tipe model organisasi, Gibson, Ivencevich dan Donelly (1995) mengingatkan bahwa pada dasarnya tidak ada satupun metode tertentu yang dapat dianggap paling baik dan efektif yang dapat digunakan dalam sebuah organisasi. Ketiganya kemudian menyebut hal ini dengan teori pendekatan kontingensi. Pandangan ini kemudian diperkuat oleh pandangan Robbins (2003), yaitu berdasar pada kebutuhan yang diantaranya harus memperhatikan beberapa seperti tujuan dan strategi, besaran organisasi, teknologi, lingkungan, serta pengendalian kekuasaan dalam organisasi tersebut.
Tipe model organisasi adalah pola formal tentang bagaimana orang dan aktifitasnya dikelompokkan dan dibagi berdasar pada kebutuhan yang dikoordinasikan. Terdapat dua cara adaptasi yang dapat dilakukan dalam menjalankan organisasi. Pertama , melalui perubahan internal , yaitu menyesuaikan struktur internal organisasi, pola kerja, perencanaan dan aspek internal lainnya terhadap karakteristik lingkungan. Kedua, dengan berusaha untuk menguasai dan mengubah kondisi lingkungan sehingga menguntungkan organisasi.
B.1 Elemen Organisasi
Konsepsi tentang sebuah desain tipe model organisasi melahirkan banyak rumusan. Menurut Suwarno (2009:201) yang meminjam konsepsi Mintzberg (1979:109) dan Mintzberg dan Quin (1996:231), desain tipe model organisasi bersifat unik sehingga tidak ada desain organisasi yang sama persis antara satu dengan yang lain,
Penelitian 2015| Model Kelembagaan Pemerintah Desa 21 desain tipe model organisasi harus dibuat sesuai dengan kebutuhan dimana pandangan ini telah juga disebut dalam pemikiran Gibson, Ivencevich dan Donelly (1995:164) diatas. Sebab dalam konsepsi Mintzberg, secara umum literatur yang membahas desain tipe model organisasi selalu mengabaikan para praktisi organisasi, atau lebih banyak disampaikan oleh para akademisi sehingga orientasi kerja organisasi sering tidak dapat diaplikasikan.
Mintzberg memperkenalkan lima bagian utama sebagai elemen dasar sebuah orgnaisasi. Lima elemen dasar tersebut adalah strategic apex, middle line, supporting staff, technostructure dan operating
core. Kelima elemen dalam sebuah desain organisasi berbeda
tanggung jawab dan fungsinya. Mintzberg menggambarkannya sebagaimana gambar berikut.
Gambar 1
Penelitian 2015| Model Kelembagaan Pemerintah Desa 22 Berangkat dari gambar tersebut, lima elemen dasar tesebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Strategic Apex atau organisasi puncak. Sesuai dengan peran dan pisisinya sebagai pemimpin (manajer) tertinggi dalam sebuah organisasi, strataegic apex memiliki tanggung jawab secara keseluruhan terhadap kinerja organisasi. Karena itu pemimpin adalah pengendali kinerja organisasi dengan kewenangan atau kekuasaan yang dimiliki.
b. Midle Line atau organisasi menengah. Sesuai dengan peran dan posisinya, manajer menengah, merupakan organisasi fungsional sebagai penghubung antara strategic apex dengan operating core, dimana elemen tersebut merupakan sebuah mata rantai operasional organisasi dengan menggunakan kekuasaan formal di delegasikan.
c. Operating Core atau pelaksana. Sesuai dengan peran dan posisinya, operating core merupakan pelaksana dari sebuah kebijakan. Operating core melakukan pekerjaan dasar yang berhubungan langsung dengan produksi barang dan jasa.
d. Technostructure atau perumus. Sesuai dengan peran dan posisinya, technostructure merupakan pembuat desain atau perencana kinerja sebuah organisasi.
e. Supporting Staff atau dari unit khusus. Sesuai dengan peran dan posisinya, supporting staff memiliki tugas dan fungsi
Penelitian 2015| Model Kelembagaan Pemerintah Desa 23 memberikan dukungan kepada organisasi di luar alur kerja operasional organisasi.
Jika setiap organisasi memiliki kebutuhan dan kepentingan karena organisasi menjadi tempat berkumpulnya orang, bagaimana jika ada diantara lima elemen dasar organisasi tersebut terdapat bagian yang lebih dominan diantara bagian yang lain. Hal ini juga telah dijawab oleh Mintzberg (1979:78). Oleh Winardi hal ini akan melahirkan apa yang disebut dengan konfigurasi organisasi. Menurut Mintzberg sebagaimana dirumuskan oleh Winardi, terdapat lima bentuk konfigurasi organisasi (Winardi, 2011; 1118-119).
Pertama, bilamana pada sebuah organisasi, strategic apex yang paling dominan, yang dicirikan dengan kontrol terhadap organisasi menjadi tersentralisasi, maka organisasi tersebut termasuk dalam konfigurasi organisasi sederhana (simple stucture). Kedua, bilamana pada sebuah organisasi, midle line yang paling dominan, sehingga unit-unit secara esensial beroperasi dan bekerja secara otonom, maka organisasi tersebut termasuk dalam konfigurasi struktur divisional (divisional structure). Ketiga, bilamana pada sebuah organisasi,
technostructure yang dominan sehingga kontrol kinerja organisasi terstandarisasi, maka organisasi tersebut masuk dalam konfigurasi
birokrasi mesin (machine bureacracy). Keempat, bilamana pada
sebuah organisasi, operating core-nya yang paling dominan, maka organisasi termasuk dalam konfigurasi organisasi profesional
Penelitian 2015| Model Kelembagaan Pemerintah Desa 24 birokrasi. Kelima, hak ini terjadi jika pada sebuah organisasi,
supporting staff-nya yang dominan sehingga kontrol dilakukan saling menyesuaikan dengan kebutuhan, maka akan melahirkan konfigurasi organisasi yang disebut dengan adhokrasi.
Bahasan mengenai struktur organisasi dalam modul ini akan berangkat dari konfigurasi sebagaimana telah dikonsep-teorikan oleh Mintzberg diatas dengan penjelasan secara lebih mendalam disertai dengan perkembangan dan bentuk-bentuk baru organisasi modern yang merespon perubahan sosial zaman. Konsep struktur organisasi Mintzberg tersebut lahir akhir tahun 1970-an dimana saat ini bentuk organisasi sudah berkembang pesat. Namun dilihat dari konfigurasinya, struktur dasar organisasi yang dirumuskan oleh Mintzberg belum tergantikan oleh pakar organisasi yang lain. Bahasan modul ini adalah kesatuan, karena itu pembahasan didalamnya sangat terkait antara satu dengan yang lain.
B.2 Simple Structure (Desain Struktur Organisasi Sederhana)
Organisasi yang baik adalah organisasi yang mampu memadukan antara kebutuhan dan kepentingan. Kebutuhan akan dijawab dengan dengan rumusan tentang fungsi dan kepentingan akan dijawab dengan tujuan organisasi sebagai turunan dari visi dan misi yang hendak dicapai. Hal ini akan dapat dicapai bilamana dalam operasinya, organisasi menerapkan tipe model organisasi yang tepat. Tipe model organisasi harus disesuaikan dengan lingkungannya.
Penelitian 2015| Model Kelembagaan Pemerintah Desa 25 Kebutuhan dan kepentingan sebuah organisasi harus dapat diukur sehingga dapat ditentukan tipe model dan konfigurasinya sehingga organisasi mampu bekerja dengan baik. Kesalahan dalam menentukan struktur akan mengakibatkan pada organisasi yang tidak efektif. Pada sebuah kebutuhan dan kepentingan yang tidak terlampau besar, struktur organisasi juga harus disusun menjadi lebih sederhana. Oleh karena itu, meski suatu organisasi dapat disusun dalam berbagai cara dan bentuk, semua harus mengacu pada tujuan organisasi yang terangkum dalam kebutuhan dan kepentingan organisasi. Pilihan struktur organisasi akan menentukan model yang memungkinkan tanggung jawab ditentukan oleh fungsi yang berbeda setiap jenjang orgnisasi. Struktur organisasi akan mempengaruhi tindakan organisasi. Salah satu tipe model organisasi pada saat bersinggungan dengan situasi lingkungan internal dan eksternal dengan lingkup jangkauan yang tidak terlalu besar adalah lahirnya bentuk konfigurasi organisasi struktur sederhana atau simple structure (Mintberg dan Quin, 1996; 614)
Sebagaimana telah disebut diatas bahwa desain organisasi selalu bersifat unik sehingga tidak ada desain organisasi yang sama persis antara satu dengan yang lain dan yang dapat dianggap paling baik dan efektif (Gibson, Ivencevich dan Donelly, 1995:65), maka jika desain organisasi tersebut hanya menjangkau cakupan yang terbatas dengan kemampuan jumlah sumberdaya yang tidak terlalu besar, pilihan tipe
Penelitian 2015| Model Kelembagaan Pemerintah Desa 26 model dalam konfigurasi struktur sederhana dapat menjadi pilihan dan solusinya. Ciri-ciri tipe model pada sebuah organisasi dengan tipe model struktur sedehana ini dapat dilihat dari relasi antara kelima elemen organisasinya dan diantara kelima elemen tersebut mana yang paling dominan dan memegang kendali utama.
Ciri-ciri dari tipe model organisasi struktur sederhana ini utamanya dapat dilihat dari beberapa hal. Pertama, adanya otoritas yang tersentralisasi pada strategic apex, yaitu dimana seseorang atau
pemimpin tersebut memegang kendali utama dan tunggal. Kedua,
secara umum struktur hirarki organisasi dibuat lebih sederhana dan tidak rumit. Hirarki tersebut tersebut dapat dilihat dari hubungan rentang kendali dan kontrol antar elemen organisasi tidak jauh. Karena itu, jarak rentang kendali dan kontrol otoritas manajer tertinggi dengan bawahan semakin dekat. Implikasinya, struktur organisasi biasanya hanya memiliki dua atau tiga divisi dengan tugas yang lebih sederhana. Ketiga, karena peran strategic apex yang dominan, maka komposisi kewenangan, tugas, tanggung jawab dan hak yang bisasnya melekat technostucture dan supporting staf menyatu dalam diri
strategic apex. Bahkan dalam banyak kasus tidak lagi terdapat elemen
technostucture dan supporting staf karena keduanya telah melekat dalam strategic apex atau pun jika ada technostructure dan suporting staff tidak memiliki kewenangan sama sekali. Karena sederhana, model hirarki manajerialnya juga kecil sebab perilaku organisasi
Penelitian 2015| Model Kelembagaan Pemerintah Desa 27 dengan struktur sederhana tidak diformalkan, demikian juga proyeksi atas target masa datang sangat jarang di tuangkan dalam sebuat rencana strategis. Berangkat dari kacamata ini secara umum, desain dalam tipe model organisasi struktur sederhana, perilaku organisasi dan standar yang menjadi aturan organisasi identik dan melekat dalam perilaku strategic apex (Winardi, 2014).
Bentuk dari organisasi struktur sederhana ini, Mintzberg dan Quin (1996) mendeskripsikannya dengan gambar berikut.
Gambar 2
Desain Sturktur Organisasi Sederhana
Berdasar pada gambar tersebut tampak bahwa koordinasi, kendali dan kontrol dilakukan secara langsung oleh strategic apex,
sehingga kekuasaan dan keputusan terpusat pada strategic apex itu
sendiri. Dengan demikian, strategic apex merupakan elemen
terpenting dari struktur sederhana karena merupakan sentral organisasi. Karenanya lingkungan organisasi dalam model struktur
sederhana ini biasanya lebih dinamis dimana antar stakehorder
organisasi saling mengenal dan terlibat hubungan pribadi dan emosional yang cukup dekat antara satu dengan yang lain.
Dari sini, organisasi struktur sederhana, selain disebut sebagai struktur dinamis, juga dapat disebut sebagai struktur organik. Hal ini
Penelitian 2015| Model Kelembagaan Pemerintah Desa 28 karena, organisasi organik lebih berperan seperti rantai makhluk hidup. Mereka memiliki tugas yang lebih saling tergantung dan yang terus-menerus disesuaikan melalui interaksi dengan para anggota organisasi. Dalam sebuah organisasi organik, pengendalian tergantung pada posisi pekerjaan daripada keahlian-keahlian yang dimiliki anggotanya karena hubungan sangat bergantung pada figur otoritas tunggal.
Karena itu tidak salah jika desain organisasi struktur sederhana paling banyak dipraktekkan dalam organisasi-organisasi privat. Dalam berbegai kasus, dalam organisasi bisnis, secara khusus dalam usaha kecil sering dapat dijumpai pemilik dan pengelolanya adalah sama dan karyawan menempati posisi sebagai bawahan, bukan lagi sebagai mitra dan aset sumberdaya.
Beberapa kelebihan (strength) dari organisasi struktur sederhana secara hirarki terletak pada efektifitas, responsifitas dan fleksibilitas pengelolaannya sehingga pengaturan dapat dilakukan lebih mudah. Efektif disini dilihat dari proses yang harus dilalui tidak perlu melewati mata rantai hierarki struktur yang banyak. Responsifitas dapat dilihat dari jarak antara organisasi dan lingkungannya yang bersinggungan langsung, setiap perubahan lingkungan akan langsung mempengaruhi organisasi. Strategic apex juga secara langsung dapat mengetahui apa yang terjadi dalam organisasi dan lingkungannya. Demikian jika diperlukan keputusan dalam mengatasi masalah, akan
Penelitian 2015| Model Kelembagaan Pemerintah Desa 29 dapat segera diambil keputusannya. Sedangkan fleksibel dapat dilihat dari mudahnya struktur sederhana ini beradaptasi dengan lingkungan. Sehingga struktur sederhana ini lebih mudah untuk tetap survive
dalam banyak keadaan.
Sedangkan kelemahannya (weakness), pertama, organisasi
struktur sederhana ini sangat bergantung kepada pemimpin (strategix
apex) yang sangat cakap dibidangnya. Pemimpin yang tidak cakap akan sangat menggaangu kinerja organisasi. Tanpa seorang pemimpin yang cakap, bisa dipastikan organisasi akan stagnan bahkan mati atau bangkrut. Karena organisasi tergantung pada pemimpin (bukan sistem), maka organisasi sederhana ini sangat rentan terhadap situasi lingkungan sebab terlalu tergantung pada satu orang. Kedua, karena desain strukturnya sederhana maka jangkauan cakupan juga terbatas pada wilayah yang lebih kecil dan terbatas.
B.3 Birokrasi Mesin dan Birokrasi Profesional
Birokrasi mesin jika dikaitkan dengan organisasi publik, maka akan ditemukan aplikasinya dalam birokrasi pemerintahan atau dalam organisasi privat terdapat dalam organisasi bisnis yang memiliki lingkup besar atau bahkan multinasional. Birokrasi ini bergerak operasional yang bersifat rutin, ketentuan dan peraturan yang diformalisasikan, tugas dibagi dalam departemen atau divisi yang fungsional, otoritas yang terdesentrasilasi, dan pengambilan keputusan
Penelitian 2015| Model Kelembagaan Pemerintah Desa 30 yang mengikuti rantai komando dalam struktur administratif (Winardi, 2011:122).
Selanjutnya, apa relasi antara birokrasi mesin dan birokrasi profesional? Baik birokrasi mesin maupun birokrasi mesin, keduanya diatur berdasar pada standar organisasi, keduanya sama-sama memiliki dalam mengatur organisasi karena dalam konfigurasi organisasi kedua mendapatkan pelimpahan kewenangan dalam bentuk desentralisasi dari strategic apex sehingga strategic apex bukan merupakan unsur terpenting. Peran dan posisi strategic apex diikat dan diatur dalam standarisasi yang diberlakukan
Perbedaan keduanya terletak pada: pertama, bahwa birokrasi profesional mengandalkan para ahli yang terlatih yang menginginkan kontrol kerja sendiri karena dalam organisasi mereka menempati struktur pada technostructure. Struktur ini khas berisi sejumlah besar para pemikir ahli. Sedangkan dalam birokrasi profesional meskipun mereka memiliki kewenangan berdasar prinsip desentralisasi, mereka menempati stuktur operating core. Struktur ini khas berisi sejumlah besar para pekerja ahli.
Sebagaimana birokrasi mesin, birokrasi profesional adalah kompleks juga terdapat banyak aturan dan prosedur. Strategic apek
akhirnya hanya berperan sebagai koordinator dalam organisasi dan tidak memiliki kewenangan kontrol yang kuat yang bersifat menatur (abjective). Karena otoritas dan kekuasaan tersebar ke bawah melalui
Penelitian 2015| Model Kelembagaan Pemerintah Desa 31 hirarki menjadikan birokrasi mesin dan birokrasi profesional ini menjadi sulit untuk berubah (Mintzberg dan Quin, 1996; 658).
Namun demikian, meski sulit untuk berubah, birokrasi profesional yang merupakan bentuk baru kinerja birokrasi yang mengkombinasikan antara standarisasi dan desentralisasi, sangat memungkinkan lebih cepat memberikan respon terhadap perubahan karena para pekerja profesional ini langsung berhadapan dengan lingkungan organisasi yang setiap saat berubah. Karena itu birokrasi profesional ini lahir dari tuntutan untuk menyelesaikan masalah-masalah yang sifatnya khusus. Sebagai organisasi yang langsung berhadapan langsung dengan masyarakat, para pekerja profesional ini yang berperan sebagai operating core dituntut untuk memiliki-keterampilan-keterampilan khusus.
Gambar. 3.a Birokrasi Mesin
Gambar. 3.b Birokrasi Profesional
Gambar diatas adalah bentuk tipe model desain organisasi dalam birokrasi mesin dan birokrasi profesional. Dalam gambar birokrasi mesin (gambar 3.a), lima elemen dasar organisasi memiliki peran yang cukup seimbang karena semua elemen memiliki peran yang sudah diatur secara formal dan terstandarisasi sehingga masing-masing elemen bertugas sesuai peran dan posisinya.
Penelitian 2015| Model Kelembagaan Pemerintah Desa 32 Hal ini berbeda dengan gambar birokrasi profesional (gambar 3.b), operating core berperan lebih besar, sedangkan supporting staff, middle line hanya memberi dukungan, khusus untuk strategic apex
adalah sebagai koordinator atau fasilitator antar elemen. Peran yang justru kecil tampak pada technostructure, hal ini karena kewenangan telah terdesentralisasi pada operating core sehingga standar kerja dan
aturan formal lebih banyak dibuat dan dilakukan oleh operating core
sendiri. Namun demikian, baik birokrasi mesin dan birokrasi profesional dalam kinerjanya tetap dalam kerangka aturan formal yang distandarisasi.
Standarisasi sendiri adalah mekanisme organisasi yang berfungsi untuk mencapai tujuan berdasar aturan dasar yang diformulasikan dan diformalkan. Dengan adanya standarisasi dalam pekerjaan, para pegawai, pekerja, karyawan atau unit sudah mengetahui apa yang harus dikerjakan dan dilakukan. Ada tiga cara untuk mencapai standarisasi dalam organisasi, yaitu melalui standarisasi proses kerja, standarisasi produk hasil kerja (output) dan standarisasi masukan (input) untuk suatu pekerjaan dalam organisasi. Perbedaan mendasar dari ketiga jenis standarisasi ini, bahwa kedua standarisasi yang pertama (standarisasi proses kerja dan hasil kerja) dapat mengontrol pekerjaan dan mencapai koordinasi secara langsung, sedangkan standarisasi masukan melakukannya secara tidak langsung.
Penelitian 2015| Model Kelembagaan Pemerintah Desa 33 Standarisasi proses kerja adalah, standarisasi yang dilakukan bilamana pekerjaan bersifat spesifik atau telah diprogram sebelumnya. Dalam kondisi kerja seperti ini, para para pegawai, pekerja, karyawan atau unit tidak memerlukan pengawasan langsung maupun komunikasi informal, karena semuanya tergantung dari desain pekerjaan itu sendiri.
Sedangkanstandarisasi produk hasil kerja adalah standarisasi atas hasil kerja para pegawai, pekerja, karyawan atau unit yang tidak perlu diajari bagaimana cara mereka bekerja, atau diberitahu bagaimana mereka menyelesaikan pekerjaannya, akan tetapi cukup diberitahu apa yang harus mereka selesaikan. Dan standarisasi masukan (input) adalah standarisasi yang dilakukan sebelum para pegawai, pekerja, karyawan atau unit masuk dalam sebuah organisasi. Agar organisasi mencapai tujuan maka sumber daya yang terlibat didalamnya harus disesuaikan dengan kebutuhan organisasi. Karena itu sebelum seseorang menjadi pegawai, pekerja, karyawan atau menjadi bagian dari unit sebuah orgnanisasi, mereka harus memenuhi kualifikasi kebutuhan organisasi. Sehingga dalam proses, mereka dianggap memiliki kemampuan yang memadai untuk mengemban tugasnya masing-masing.
C. Alur Pikir Penelitian
Dalam meneliti tentang organisasi pemerintahan desa maka peneliti akan membatasi pokok-pokok penelitian yang akan menjadi pembahasan.
Penelitian 2015| Model Kelembagaan Pemerintah Desa 34 Oleh karena itu peneliti menyusun bagan/diagram penelitian untuk membatasi pokok bahasan penelitian tersebut. Adapun bagan/diagram tersebut dapat dilihat berikut ini.
Penelitian 2015| Model Kelembagaan Pemerintah Desa 35
Fungsi dan Kewenagnan Pemerintahan Desa (UU No.6
tahun 2014 tentang Desa)
Strategic APex
Operating Core
Suporting Staff Midle Line
Technostructure
Elemen Organisasi (Mitzberg)
Desain Organisasi Pemerintahan Desa Bentuk urusan
pemerintahan Desa
Gambar 4. Diagram Penelitian
Struktur organisasi tidak sesuai dengan peraturan
terbaru
Desain struktur organisasi mengikuti Psl 18 UU No. 6 tahun 2014 tentang Desa
Penelitian 2015| Model Kelembagaan Pemerintah Desa 36 D. Definisi Konsepsional
1. Model Struktur Organisasi Pemerintahan Desa, yaitu desain struktur organisasi pemerintahan desa yang diusulkan atau ditawarkan dalam merevitalisasi struktur organisasi pemerintahan desa sesuai dengan peraturan terbaru.
2. Urusan pemerintahan desa, yaitu klasifikasi kegiatan penyelenggaraan pemerintahan desa dalam memenuhi kebutuhan masyarakat desa yang menjadi bentuk kewenangan pemerintahan desa.
Penelitian 2015| Model Kelembagaan Pemerintah Desa 37 BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian
Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif oleh Cresswell didefinisikan sebagai berikut.
“Qualitatif research focuses on the process that is occurring as well as the product or outcome. Researchers are particulars interested in understanding how things occurs.”
Definisi oleh Cresswell di atas menerangkan bahwa penelitian kualitatif difokuskan pada proses yang terjadi dalam penelitian. Hal ini menunjukkan bahwa penelitian kualitatif tidak dapat dibatasi. Disampin itu peneliti merupakan bagian yang penting dalampenelitian untuk memahami gejala sosial terjadi dalam proses penelitian.
B. Jenis Penelitian
Menurut Creswell (2012:68) jenis penelitian ialah strategi peneliti yang digunakan dalam melakukan sebuah penelitian. Strategi dalam penelitian ini menggunakan strategi Grounded theory merupakan strategi penelitian yang di dalamnya peneliti “meproduksi” teori umum dan abstrak dari suatu proses, aksi, atau interaksi tertentu yang berasal dari pandangan-pandangan partisipan. Rancangan ini mengharuskan peneliti untuk menjalani sejumlah tahap pengumpulan data dan penyaringan
kategori-Penelitian 2015| Model Kelembagaan Pemerintah Desa 38 kategori atas informasi yang diperoleh (Charmaz, 2006;Struss dan Corbin, 1990,1998). Rancangan ini memiliki dua karakteristik utama, yaitu (1) perbandingan yang konstan antara data dan kategori-kategori yang muncul, dan (2) pengambilan contoh secara teoritis (teoretical sampling) atas kelompok-kelompok yang berbeda untuk memaksimalkan kesamaan dan perbedaan informasi.
C. Jenis Data
Guna memperoleh data-data dan informasi yang berhubungan dengan permasalahan pada penelitian ini, maka dalam pelaksanaannya data dan informasi yang diperoleh akan dikelompokkan menjadi dua macam, yaitu: a. Data Primer
Yaitu data yang diperoleh langsung dari responden melalui interview yang berkaitan dengan masalah penelitian seperti yang tersebut dibawah ini:
1. Dinamika struktur organisasi pemerintahan desa
2. Urusan pemerintahan desa
3. Kewenangan pemerintahan desa
b. Data Sekunder
Yaitu data pendukung yang melengkapi data primer, yang diperoleh melalui dokumen-dokumen atau laporan tertulis, seperti data tentang gambaran objek penelitian dan sebagainya yang meliputi :
1. Deskripsi wilayah Pemerintahan Kabupaten Tegal
Penelitian 2015| Model Kelembagaan Pemerintah Desa 39
3. Deskripsi tentang unsur organisasi pemerintahan desa.
4. Struktur organisais pemerintahan desa
5. Kewenangan pemerintahan desa
6. Pelayanan dasar pemerintahan desa
D. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian dilakukan di pemerintahan Desa Kemuning Kec. Kramat Kab. Tegal. Karena desa tersebut masih menggunakan desain organisasi yang tidak disesuaikan dengan peraturan UU No. 6 tahun 2014 tentang Desa.
E. Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan metode :
a. Studi Pustaka, dilakukan untuk mendapatkan data terpercaya dari
jurnal maupun penerbitan resmi Kab. Tegal maupun dari dinas-dinas terkait.
b. Observasi, dilakukan untuk mendapatkan informasi dan fakta
primer/langsung tentang kondisi fisik wilayah yang merupakan hasil pengamatan lapangan secara visual.
c. Focus Group Discussion (FGD), dilakukan untuk mengetahui pendapat masyarakat mengenai usulan peneliti tentang model organisasi pemerintahan desa.
Penelitian 2015| Model Kelembagaan Pemerintah Desa 40 F. Anlisis Data
Analisis data adalah proses mengatur urutan data,
mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori, dan satuan uraian dasar.
Dalam jenis penelitian kualitatif dilakukan berdasarkan pada kemampuan nalar peneliti dalam menghubungkan fakta, data dan informasi yang ada. Metode kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata – kata tertulis atau lisan orang – orang dan perilaku yang diamati.
Menurut Moleong (2007:6), penelitian deskriptif yang bersifat kualitatif adalah
“Penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya suatu hubungan, motivasi, dampak, persepsi, perilaku yang nampak tentang proses yang sedang berjalan, secara holistik dan degnan cara deskripsi dalam bentuk kata – kata dan bahasa pada suatu konteks khusus yang alamiah dan degnan memanfaatakan berbagai metode ilmiah.”
Pada teknik analisis kualitatif data yang diperoleh diklarifikasikan, digambarkan dengan kalimat dan diinterprestasikan, dipisahkan menurut kategori untuk memperoleh kesimpulan. Selanjutnya menganalisa sesuai dengan obyek yang diteliti dan menginterprestasikan data atau dasar teori yang ada serta untuk menilai makan yang bersifat menyeluruh. Data tersebut diperoleh dari naskah wawancara, catatan laporan, dokumentasi dan lain sebagainya untuk memperoleh keabsahan data penelitian.
Penelitian 2015| Model Kelembagaan Pemerintah Desa 41 Gambar III.1
Alur Pengolahan Data
Sumber : Matthew B. Miles dan A. Michael Huberman, 1992
Menurut Moleong (2007:245) langkah – langkah proses dalam analisa data adalah sebagai berikut:
1. Menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber. Setelah dibaca, dipelajari, dan ditelaah maka langkah berikutnya,
2. Membuat abstraksi. Abstraksi merupakan kegiatan membuat
rangkuman yang inti, proses, dan pertanyaan – pertanyaan yang perlu dijaga sehingga tetap berada didalam konteks penelitian.
3. Langkah selanjutnya adalah menyusunnya dalam satuan – satuan.
Satauan – satuan itu kemudian dikategorisasikan pada langkah berikutnya.
4. Tahap akhir dari analisis data ialah mengadakan pemeriksanaan
keabsahan data. Pengumpulan Data Kesimpulan dan Verifikasi Analisis Data Penyajian Data
Penelitian 2015| Model Kelembagaan Pemerintah Desa 42 BAB IV
DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
Dalam bab ini peneliti akan memaparkan deskripsi wilayah penelitian Desa Kemuning, Kecamatan Kramat, Kabupaten Tegal.
IV.1 Profil Desa Kemuning
IV.1.1 Letak Geografis dan Luas Wilayah
Kemuning merupakan salah satu desayang didominasi ladang
persawahan dan perkebunan yang masih sangat luas dengan komoditi tanaman padi, jagung, dan sayur-sayuran, serta hutan bambu yang tidak kalah luasnya dengan persawahan dan diselingi dengan palawija. Daerah ini berada di Kecamatan Kramat, Kabupaten Tegal, Provinsi Jawa Tengah, adapun batas-batas wilayah Desa Kemuning sebagai berikut :
Sebelah Utara : Desa Plumbungan, Kecamatan Kramat
Sebelah Timur : Desa Jatibogor dan Sidoharjo, Kecamtan Suradadi Sebelah Selatan : Desa Tanjungharja, Kecamatan Kramat.
Sebelah Barat : Desa Bangungalih dan Plumbungan, Kecamatan Kramat.
Jarak Desa Kemuning dengan pusat pemerintahan adalah sebagai
berikut :
Jarak Desa Kemuning ke ibukota Kecamatan : 5 Km Jarak Desa Kemuning ke ibukota Kabupaten : 60 Km
Penelitian 2015| Model Kelembagaan Pemerintah Desa 43 Gambar IV.1 Peta Desa Kemuning
Sumber : Data Peta Google 2016
Sedangkan luas wilayah Desa Kemuning adalah 176.816 Ha, terdiri dari 20 RT dan 5 RW dibagi dalam 3 (tiga) Perdukuhan yaitu Perdukuhan Kemuning, Perdukuhan Bulu dan Perdukuhan Kesemen. Dengan rincian luas sebagai berikut :
Tabel IV.1 Tanah Sawah
Jenis Sawah Luas (Ha)
1. Sawah irigasi teknis 90.310
2. Sawah irigasi ½ teknis 11.210
Total Luas 101.520
Sumber : Profil Desa Kemuning 2015
Berdasarkan tabel IV.I menunjukkan bahwa sawah irigasi teknis sebesar 90.310 Ha atau 51% dari luas tanah desa Kemuning sedangkan sawah irigasi ½ teknis sebesar 11.210 Ha atau 6.3% dari luas tanah desa Kemuning.
Penelitian 2015| Model Kelembagaan Pemerintah Desa 44 Tabel IV.2 Tanah Kering
Jenis Tanah Kering Luas (Ha)
1. Tegal / Ladang 5.665
2. Pemukiman 51.007
Total Luas 56.672
Sumber : Profil Desa Kemuning 2015
Berdasarkan tabel IV.2 menunjukkan bahwa Tanah Tegal/Ladang sebesar 5665 Ha atau 3.2% dari luas tanah desa Kemuning sedangkan Pemukiman penduduk sebesar 51.007 Ha atau 28.8% dari luas tanah desa kemuning.
Tabel IV.3 Tanah Fasilitas Umum Jenis Fasilitas Umum Luas (Ha)
1. Kas Desa (Bengkok) 14.760
2. Perkantoran Pemerintah 0.540 3. Ruang Publik/Taman Kota 0.111 4. Tempat Pemakaman Desa/Umum 3.038 5. Fasilitas Pasar 0.175 Total Luas 18.624
Sumber : Profil Desa Kemuning 2015
Berdasarkan tabel IV.2 menunjukkan bahwa Tanah Kas Desa sebesar 14.760 Ha atau 8.3%, Perkantoran pemerintah sebesar 0.540 Ha atau 0.0003%, Ruang Publik/Taman Kota sebesar 0.111 Ha atau 0.00006%, Tempat pemakaman Desa/Umum sebesar 3038 Ha tau 1.7% dan Fasilitas pasar sebesar 0.175 Ha atau 0.00009% dari luas tanah desa Kemuning.
IV.1.2 Keadaan Penduduk
Menurut data kependudukan pada tahun 2014, jumlah penduduk di Desa Kemuning adalah sekitar 3832 jiwa, dengan jumlah penduduk laki-laki sekitar 1960 jiwa dan jumlah penduduk perempuan
Penelitian 2015| Model Kelembagaan Pemerintah Desa 45 sekitar 1882 jiwa. Jumlah Kepala Keluarga sebanyak 895 KK. Adapun jumlah penduduk menurut usia adalah sebagai berikut:
Tabel IV.4 Data Penduduk Menurut Usia di Desa Kemuning Kecamatan Kramat Kabupaten Tegal
Usia Laki-laki (Orang) Perempuan (Orang) Usia Laki-laki (Orang) Perempuan (Orang)
0-12 Bulan 31 32 39 22 24 1 29 31 40 26 25 2 28 34 41 22 24 3 31 30 42 23 26 4 31 32 43 21 27 5 29 32 44 26 24 6 30 30 45 24 21 7 26 36 46 21 25 8 25 32 47 20 27 9 26 34 48 30 34 10 27 27 49 29 36 11 26 29 50 27 37 12 25 21 51 31 31 13 23 21 52 31 33 14 22 46 53 30 32 15 44 25 54 31 33 16 26 25 55 29 33 17 24 40 56 27 34 18 31 37 57 32 36 19 36 42 58 42 48 20 34 43 59 12 14 21 32 44 60 12 15 22 39 28 61 13 11 23 42 31 62 12 12 24 30 41 63 9 15 25 32 41 64 12 12 26 31 41 65 11 13 27 34 31 66 10 14 28 23 23 67 13 11 29 26 32 68 11 13 30 24 23 69 13 11 31 20 26 70 15 9 32 21 26 71 13 11 33 22 24 72 10 14 34 24 22 73 11 16 35 22 23 74 12 12 36 21 25 75 10 14
Penelitian 2015| Model Kelembagaan Pemerintah Desa 46 Usia Laki-laki (Orang) Perempuan (Orang) Usia Laki-laki (Orang) Perempuan (Orang)
37 23 22 < 75 18 24
38 21 23 Total 1960 1882
Sumber : Buku Isian Potensi Desa Kemuning Tahun 2015
Berdasarkan Tabel IV.4 menunjukan bahwa jumlah jenis kelamin Laki-laki berjumlah 1960 sedikit lebih banyak di bandingkan dengan jumlah perempuan yang berjumlah 1882, dengan prosentase Laki-laki 51% dan Perempuan 49%. Total jumlah penduduk Desa Kemuning, Kecamatan Kramat, Kabupaten Tegal berjumlah 3832 Orang.
Pendidikan merupakan salah satu sarana yang dapat digunakan oleh pemerintah untuk mengembangkan, membangun, dan memajukan sumber daya manusia. Sumber daya manusia yang berpendidikan dan terampil merupakan asset berharga dari suatu negara. Penduduk Desa Kemuning, Kec. Kramat, Kab. Tegal, berdasarkan tingkat pendidikan dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
Tabel IV.5 Data Penduduk Menurut Jenjang Pendikan
Tingkat pendidikan Laki-Laki Perempuan
1. Usia 3-6 tahun yang belum masuk TK 50 45
2. Usia 3-6 tahun yang sedang TK/Play group 70 55
3. Usia7-18 tahun yang tidak pernah sekolah 5 4
4. Usia 7-18 tahun yang sedang sekolah 322 275
5. Usia 18-56 tahun pernah SD tetapi tidak
tamat 64 62
6. Tamat SD/Sederajat 315 295
7. Jumlah Usia 12-56 tahun tidak tamat SLTP 98 92
8. Jumlah usia 18-56 tahun tidak tamat SLTA 220 198
9. Tamat SMP/sederajat 60 55
10. Tamat SMA/Sederajat 17 16
11. Tamat D-2/Sederajat 3 2
Penelitian 2015| Model Kelembagaan Pemerintah Desa 47
Tingkat pendidikan Laki-Laki Perempuan
Jumlah 1123 1104
Jumlah Total 2227
Sumber : Buku Isian Potensi Desa KemuningTahun 2015
Berdasarkan Tabel IV.4 penduduk dengan Usia 7-18 tahun yang sedang sekolah lebih mendominasi dengan jumlah Laki-laki 322 Orang dan perempuan 275 Orang atau 28% dari jumlah penduduk Desa Kemuning, diikuti dengan penduduk tamat SD/Sederajat sebanyak Laki-laki 315 Orang dan Perempuan 295 Orang atau 27% dari jumlah penduduk desa kemuning. Dari data tersebut dapat dikatakan bahwa penduduk Desa Kemuning memiliki tingkat pendidikan yang relatif baik. Hasil ini mencerminkan, bahwa kesadaran masyarakat Desa Kemuning dalam hal upaya pendidikan bagi putra-putrinya menunjukkan tingkat yang sangat baik. Sedangkan Klasifikasi penduduk Desa Kemuning, Kec. Kramat, Kab. Tegal menurut jenis mata pencaharian dapat dilihat melalui tabel dibawah ini :
Tabel IV.6 Data Penduduk Menurut Mata Pencaharian Pokok
Jenis Pekerjaan Laki-Laki Perempuan
1. Petani 200 125
2. Buruh Tani 250 190
3. Pegawai Negeri Sipil 8 5
4. Peternak 1 -
5. Nelayan 5 -
6. Perawat Swasta - 2
7. TNI 1 -
8. Karyawan Perusahaan Swasta 2 -
9. Pensiunan PNS 5 -
Jumlah 472 322
Jumlah Total 794
Penelitian 2015| Model Kelembagaan Pemerintah Desa 48 Menurut Tabel IV.6 menunjukan bahwa mata pencaharian masyarakat Desa Kemuning Kecamatan Kramat Kabupaten Tegal mayoritas adalah Buruh Tani dengan jumlah Laki-laki sebanyak 250 Orang dan Perempuan 190 Orang atau 30% dari jumlah penduduk Desa Kemuning.
Jumlah penduduk merupakan salah satu aspek penting bagi pengembangan desa apabila dapat dikelola dengan baik. Salah satunya ialah generasi muda atau remaja di Desa Kemuning yang nantinya akan membawa perkembangan desa untuk ke depannya. Selain jumlah penduduk, Tenaga kerja dan Kualitas angkatan kerja juga sangat mempengaruhi maju tidaknya suatu Desa, berikut klasifikasi Tenaga Kerja yang terdapat di Desa Kemuning, Kec. Kramat, Kab. Tegal.
Tabel IV.6 Tenaga Kerja
Tenaga Kerja Laki-laki
(Orang)
Perempuan (Orang)
1. Penduduk usia 18-56 tahun 590 471
2. Penduduk usia 18-56 tahun yang
bekerja
450 338
3. Penduduk usia 18-56 tahun yang belum
atau tidak bekerja 140 130
4. Penduduk usia 0-6 tahun 175 171
5. Penduduk masih sekolah 7-18 tahun 251 240
6. Penduduk usia 56 tahun ke atas 300 254
7. Angatan kerja 172 144
Jumlah 2079 1748
Jumlah Total 3827
Sumber : Buku Isian Potensi Desa Kemunin Tahun 2015
Berdasarkan data tabel IV.6 jumlah tenaga kerja paling banyak yaitu penduduk dengan usia 18-56 tahun dengan jumlah Laki-laki
Penelitian 2015| Model Kelembagaan Pemerintah Desa 49 sebanyak 590 Orang dan Perempuan 471 Orang atau 28% dari jumlah penduduk Desa Kemuning.
Tabel IV.7 Kualitas Angkatan Kerja
Angkatan Kerja Laki-laki
(Orang)
Perempuan (Orang)
1. Penduduk usia 18-56 tahun yang
buta aksara dan huruf/angka latin - -
2. Penduduk usia 18-56 tahun yang
tidak tamat SD
62 61
3. Penduduk usia 18-56 tahun yang
tamat SD
234 298
4. Penduduk usia 18-56 tahun yang
tamat SLTP
104 95
5. Penduduk usia 18-56 tahun yang
tamat SLTA
225 201
6. Penduduk usia 18-56 tahun yang
tamat perguruan tinggi
10 7
Jumlah 726 662
Jumlah Total 1388
Sumber : Buku Isian Potensi Desa Kemuning Tahun 2015
Menurut Tabel IV.7 menunjukan bahwa kualitas angkatan kerja yang ada di Desa Kemuning didominasi oleh penduduk dengan usia 18-56 tahun dengan tamatan SD dengan jumlah Laki-laki sebanyak 234 Orang dan Perempuan 298 Orang atau 38% dari jumlah penduduk Desa Kemuning.
IV.2 Profil Pemerintahan Desa Kemuning IV.2.2 Struktur Organisai Desa Kemuning
Ditinjau dari sudut organisasi, maka pemerintahan Desa Kemuning, Kac. Kramat, Kab. Tegal merupakan salah satu wujud organiasi di dalam lembaga pemerintah yang mempunyai tugas dan fungsi dalam proses pencapaian tujuan nasional.
Penelitian 2015| Model Kelembagaan Pemerintah Desa 50 Adapun susunan atau struktur organisasi kantor Desa
Kemuning, Kec. Kramat, Kab. Tegal adalah sebagai berikut: Gambar IV.2 Struktur Organisasi Pemerintahan Desa
Desa Kemuning, Kec. Kramat, Kab. Tegal
Sumber : Profil Desa Kemuning 2015
Struktur pemeritahan Desa kemuning, Kec. Kramat, Kab. Tegal memiliki fungsi yang bersifat teknis pelayanan. Adapun fungsi setiap jabatan diuraikan sebagai berikut :
a. Tugas Pokok Kepala Desa
Tugas Pokok Kepala Desa adalah :
1. Kepala Desa mempunyai tugas menyelenggarakan urusan
pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan;
2. Kepala desa menjalankan tugas di samping berdasarkan
kewenangan jabatan, juga berdasarkan kebijakan yang
Kepala Desa Sutikno Sekdes Siti Rofiqoh. A Kaur Umum Untung M Kaur Keuangan Akhmad.D Kasi Pemerintahan Rohmat Kasi Pembangunan Indah L Kasi Kesra Satori Kasi Kartrantib Karsad Kadus I - Kadus II Suranto BPD
Penelitian 2015| Model Kelembagaan Pemerintah Desa 51 ditetapkan bersama antara Pemerintah Desa dan Badan Permusyawaratan Desa.
b. Tugas Pokok Sekretaris Desa
1. Sekretaris Desa berkedudukan sebagai unsur staf Kepala Desa di
bidang kesekretariatan.
2. Tugas pokok Sekretaris Desa adalah:
a. mengkoordinasikan perumusan kebijakan Pemerintah
Desa;
b. mengkoordinasikan penyusunan program kerja, evaluasi
dan pelaporan;
c. mengkoordinasikan pengelolaan kekayaan/aset desa;
d. mengkoordinasikan pengelolaan urusan rumah tangga
desa;
e. mengkoordinasikan pelaksanaan administrasi
pemerintahan, pembangunan, keuangan, kesejahteraan masyarakat dam umum.
f. melaksanakan tugas Iain yang diberikan oleh Pimpinan.
c. Tugas Pokok Kepala Dusun
1. Kepala Dusun berkedudukan sebagai pelaksana tugas Kepala
Desa di bagian wilayah Desa.
2. Kepala Dusun mempunyai tugas pokok:
Penelitian 2015| Model Kelembagaan Pemerintah Desa 52
b. melaksanakan tugas pernerintah dibidang pembangunan
dan kemasyarakatan Serta ketentraman dan ketertiban di Wilayah kerjanya.
c. melaksanakan keputusan dan kebijakan Kepala Desa.
d. membantu Kepala Desa dalam kegiatan pembinaan
kerukunan Warga di Wilayahnya;
e. membina dan meningkatkan swadaya gotong royong
masyarakat di wilayahnya;
f. melakukan penyuluhan program pemerintahan di
Wilayahnya;
g. memelihara dan mengembangkan aciat istiadat yang
berlalm di wilayahnya;
h. melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Desa.
3. Dalam pelaksanaan tugasnya Kepala Dusun bertanggung jawab
langsung kepada Kepala Desa. d. Tugas Pokok Kepala Urusan Keuangan
1. Kepala Urusan Keuangan berkedudukan sebagai unsur sfcaf
yang membantu Kepala Desa di bidang keuangan dan sebagai bendahara desa.
2. Kepala Urusan Keuangan mempunyai tugas pokok:
Penelitian 2015| Model Kelembagaan Pemerintah Desa 53
b. menerima, menyimpan, mengeluarkan atas persetujuan
dan seijin Kepala Desa, membukukan dan mem-pertanggungjawabkan keuangan desa
c. mengendalikan pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan
Belanja desa;
d. Menyusun bahan dan penyusunan laporan dibidang
keuangan;
e. melakukan tugas-tugas kedinasan di Iuar urusan keuangan
yang diberikan oleh Pimpinan;
3. Dalam pelaksnaan tugasnya Kepala Urusan Keuangan
bertanggung jawab kepada Kepala Desa melalui Sekreatris Desa.
e. Tugas Pokok Kepala Seksi Pemerintahan
1. Kepala Seksi Pemerintahan berkedudukagn sebagai pelaksana
teknis yang membantu Kepala Desa di bidang Pemerintahan.
2. Kepala Seksi Pemerintahan mempunyai tugas pokok:
a. mengumpulkan, mengolah dan mengevaluasii data
dibidang Pemerintahan Desa;
b. mengumpulan bahan dalam rangka pembinaan Wilayah
dan masyarakat;
c. membantu tugas administrasi di bidang pemungutan Pajak
Penelitian 2015| Model Kelembagaan Pemerintah Desa 54
d. melaksanakan kegiatan pelayanan administrasi pertanahan
dan akegiatan bidang pertanahan lainnya.
e. melaksanakan kegiatan pelayanan administrasi dan
pembinaan di bidang kependudukan dan Catatan Sipil;
f. mengumpulkan, mengolah dan mengevaluasi data di
bidang kependudukan dan Catatan Sipii;
g. membantu penyelenggaraan kegiatan administrasi
Perlindungan Masyarakat.
h. melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Desa.
3. Dalam pelaksanaan tugasnya Kepala Seksi Pemerintahan
bertanggung jawab kepada Kepala Desa f. Tugas Pokok Kepala Seksi Pembangunan
1. Kepala Seksi Pembangunan berkedudukan sebagai pelaksana
teknis yang membantu Kepala Desa di bidang Pembangunan.
2. Kepala Seksi Pembangunan mempunyai tugas pokok:
a. merencanakan pelaksanaan pembangunan, menjaga dan
memelihara prasarana fisik di lingkungan Desa.
b. mengumpulkan, mengolah dan mengevaluasi data di
bidang pembangunan;
c. melaksanakan kegiatan dalam rangka meningkatkan
swadaya dan partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan pembangunan di Desa;