• Tidak ada hasil yang ditemukan

HIDROGEOKIMIA KARST. Tjahyo Nugroho Adji KARST RESEARCH GROUP FAC. OF GEOGRAPHY--GADJAH MADA UNIVERSITY INDONESIA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HIDROGEOKIMIA KARST. Tjahyo Nugroho Adji KARST RESEARCH GROUP FAC. OF GEOGRAPHY--GADJAH MADA UNIVERSITY INDONESIA"

Copied!
73
0
0

Teks penuh

(1)

Serial

Serial Powerpoint

Powerpoint Presentasi

Presentasi

:

:

Karst

Karst Hydrogeochemistry

Hydrogeochemistry

Tjahyo Nugroho Adji

KARST RESEARCH GROUP

FAC. OF GEOGRAPHY--GADJAH MADA UNIVERSITY

INDONESIA

HIDROGEOKIMIA KARST

(2)

Interaksi udara

Interaksi udara--batu gamping

batu gamping--air

air

air hujan dari udara dan jatuh ke

air hujan dari udara dan jatuh ke

permukaan

permukaan

proses fisik dan kimia yang melibatkan

proses fisik dan kimia yang melibatkan

unsur gas, cair dan padatan

unsur gas, cair dan padatan

perpindahan massa antara udara, air,

perpindahan massa antara udara, air,

dan batuan

dan batuan

(3)

Dikenal sebagai sistem batuan karbonat

dan disebut sistem CO

2

-H

2

O-CaCO

3

(4)

•dikenal Karst Dinamic System (KDS

)

•proses yang terjadi di interface/batas

adalah transfer massa atau difusi

(5)

1.

1.

ketika terjadi hujan, gas karbondioksida (CO2) di

ketika terjadi hujan, gas karbondioksida (CO2) di

atmosfer masuk ke dalam air melalui proses difusi

atmosfer masuk ke dalam air melalui proses difusi

(6)

2.

2.

air yang mengandung CO

air yang mengandung CO

2

2

bersenyawa membentuk

bersenyawa membentuk

asam karbonat (

asam karbonat (carbonic acid

carbonic acid) dengan reaksi kimia

) dengan reaksi kimia

CO

CO

2

2

(di air) + H

(di air) + H

2

2

O

O ---

--- H

H

2

2

CO

CO

3

3

, dan dapat

, dan dapat

dikatakan bahwa gas karbondioksida larut dalam air

dikatakan bahwa gas karbondioksida larut dalam air

(7)

3.

3.

H

H

2

2

CO3 merupakan asam kuat, maka dapat mengalami

CO3 merupakan asam kuat, maka dapat mengalami

dissociation

dissociation (perpecahan) yaitu yang pertama H

(perpecahan) yaitu yang pertama H

2

2

CO

CO

3

3

--- HCO

HCO

3

3

--

+ H

+ H

+

+

dan yang kedua adalah HCO

dan yang kedua adalah HCO

3

3

--

--- CO

CO

3

3

2

2--

+ H

+ H

+

+

dengan proporsi yang kecil di

dengan proporsi yang kecil di atas

atas

pH 8,4 sehingga dapat diabaikan.

(8)

4.

4.

ketika air dan batuan karbonat berinteraksi, terjadi

ketika air dan batuan karbonat berinteraksi, terjadi

pelepasan ion dan kemudian terjadi reaksi pelarutan

pelepasan ion dan kemudian terjadi reaksi pelarutan

karbonat CaCO3

(9)

--5.

5.

CO

CO

3

3

--

bergabung dengan ion H

bergabung dengan ion H

+

+

yang lepas pada reaksi

yang lepas pada reaksi

(3) sehingga CO

(3) sehingga CO

3

3

2

2--

+ H

+ H

+

+

---

--- HCO

HCO

3

3

(10)
(11)

CaCO

(12)

--SISTEM HIDROLOGI KARST

SISTEM HIDROLOGI KARST

(13)
(14)

Karst Water Balance

Karst Water Balance

(15)

QB = Qa + QI + Qd + QR

QB = Qa + QI + Qd + QR -- Qs

Qs

QB

QB= total output

= total output

Qa

Qa = aliran permukaan non

= aliran permukaan non--karst (allogenic)

karst (allogenic)

QI

QI = run

= run--off dari internal karst

off dari internal karst

Qd

Qd = infiltrasi yang bersifat diffuse

= infiltrasi yang bersifat diffuse

QR

QR= sungai permukaan

= sungai permukaan dalam karst (autogenik)

dalam karst (autogenik)

(16)

QB = Qa + QI + Qd + QR

QB = Qa + QI + Qd + QR -- Qs

Qs

QB

QB= total output

= total output

Qa

Qa = aliran permukaan non

= aliran permukaan non--karst (allogenic)

karst (allogenic)

QI

QI = run

= run--off dari internal karst

off dari internal karst

Qd

Qd = infiltrasi yang bersifat diffuse

= infiltrasi yang bersifat diffuse

QR

QR= sungai permukaan

= sungai permukaan

(17)

2 komponen utama airtanah karst

2 komponen utama airtanah karst

(18)
(19)
(20)
(21)

Epikarst sebagai tandon utama

Epikarst sebagai tandon utama

(22)
(23)

Pelarutan Batuan Karbonat

Pelarutan Batuan Karbonat

Secara umum, dari proses kimia diatas, tampak

Secara umum, dari proses kimia diatas, tampak

bahwa batuan gamping akan larut dalam air

bahwa batuan gamping akan larut dalam air

yang asam (H

yang asam (H

2

2

CO

CO

3

3

))

Air yang asam dalam hal ini adalah air yang

Air yang asam dalam hal ini adalah air yang

undersaturated (meteoric water) thd. mineral

undersaturated (meteoric water) thd. mineral

gampingan (kalsit, dolomit, dll)

gampingan (kalsit, dolomit, dll)

Tingkat pelarutan turun secara drastis pada

Tingkat pelarutan turun secara drastis pada

tingkat kejenuhan sekitar 65

(24)

0

50

100

Kejenuhan (%)

L

aj

u

p

e

lar

u

tan

(

g

/

d

t/

c

m

2

)

Max.

0

(25)
(26)

Faktor

Faktor--faktornya

faktornya

1. Kandungan CO

1. Kandungan CO

2

(27)

••

Gas CO

Gas CO

2

2

masuk ke air melalui interface udara

masuk ke air melalui interface udara--air dan

air dan

membentuk CO

membentuk CO

2

2

di larutan

di larutan

CO

CO

2

2

(gas) ===== CO

(gas) ===== CO

2

2

(aqeous)

(aqeous)

••

CO

CO

2

2

terlarut kemudian bereaksi dengan air membentuk

terlarut kemudian bereaksi dengan air membentuk

asam karbonat

asam karbonat

CO

CO

2

2

(aqeous) + H

(aqeous) + H

2

2

O ==== H

O ==== H

2

2

CO

CO

3

3

••

Jika kita ingat Henry’s Law, bahwa kemudahan larut gas

Jika kita ingat Henry’s Law, bahwa kemudahan larut gas

karbondioksida di air akan sebanding dengan tekanan

karbondioksida di air akan sebanding dengan tekanan

parsialnya dan berbanding terbalik dengan suhu, maka

parsialnya dan berbanding terbalik dengan suhu, maka

KCO

KCO

2

2

= [H

= [H

2

2

CO

CO

3

3

] /PCO

] /PCO

2

2

••

PCO

PCO

2

2

adalah tekanan parsial gas karbondioksida,

adalah tekanan parsial gas karbondioksida,

sehingga konsentrasi CO

sehingga konsentrasi CO

2

2

terlarut akan naik seiring

terlarut akan naik seiring

dengan naiknya PCO

dengan naiknya PCO

2

2

pada fase gas

pada fase gas

••

Akan tetapi, CO

Akan tetapi, CO

2

2

terlarut dan PCO

terlarut dan PCO

2

2

akan turun seiring

akan turun seiring

dengan naiknya temperatur

(28)

Henry’s Law

Henry’s Law

CO

CO

2

2

+ H

+ H

2

2

O ==== H

O ==== H

2

2

CO

CO

3

3

K CO

K CO

2

2

= [H

= [H

2

2

CO

CO

3

3

] / PCO

] / PCO

2

2

[H

[H

2

2

O]

O]

di air [H

di air [H

2

2

O] = 1, diabaikan, sehingga

O] = 1, diabaikan, sehingga

[H

[H

2

2

CO

CO

3

3

] = KCO

] = KCO

2

2

. PCO

. PCO

2

2

KCO

KCO

2

2

= [H

= [H

2

2

CO

CO

3

3

] / PCO

] / PCO

2 ……….

2 ……….

(1)

(1)

(29)

H

H

2

2

CO

CO

3

3

===== HCO

===== HCO

3

3

--

+ H

+ H

+

+

K

K

1

1

= [HCO

= [HCO

3

3

--

] [H

] [H

+

+

] / [H

] / [H

2

2

CO

CO

3

3

] ……….(3)

] ……….(3)

Jika rumus 1 dikombinasikan dengan rumus 3 rumus

Jika rumus 1 dikombinasikan dengan rumus 3 rumus

untuk mencari K

untuk mencari K

1

1

diatas,maka tekanan parsiil gas

diatas,maka tekanan parsiil gas

karbondioksida :

karbondioksida :

PCO

PCO

2

2

= [HCO

= [HCO

3

3

--

] [H

] [H

+

+

] / K

] / K

1

1

KCO

KCO

2

2

Secara teoritis maka tekanan parsiil gas karbondioksida

Secara teoritis maka tekanan parsiil gas karbondioksida

adalah tekanan pada fase gas yang dianggap berada

adalah tekanan pada fase gas yang dianggap berada

pada kondisi setimbang/equilibrium dengan sampel air

pada kondisi setimbang/equilibrium dengan sampel air

yang dianalisis. Sehingga, tidak penting untuk

yang dianalisis. Sehingga, tidak penting untuk

mengetahui tekanan gas karbondioksida di udara pada

mengetahui tekanan gas karbondioksida di udara pada

saat sampel diambil

(30)

Sehingga, jika suhu air naik, maka tingkat pelarutan

Sehingga, jika suhu air naik, maka tingkat pelarutan

batuan karbonat akan turun, dan sebaliknya, karena :

batuan karbonat akan turun, dan sebaliknya, karena :

Ingat hukum Raoult

Ingat hukum Raoult--Dalton untuk kesetimbangan fase

Dalton untuk kesetimbangan fase

udara

udara--fase air :

fase air :

C

C

A

A

= P

= P

A

A

/(R .T) dimana

/(R .T) dimana C

C

A

A

= konsentrasi larutan

= konsentrasi larutan

P

P

A

A

= tekanan parsial gas di larutan

= tekanan parsial gas di larutan

R = universal gas constant

R = universal gas constant

T = suhu

T = suhu

Sehingga, jika 1/RT dianggap sebagai Z

Sehingga, jika 1/RT dianggap sebagai Z

A

A

dimana Z

dimana Z

A

A

adalah

adalah

koefisien

koefisien

fugasitas

fugasitas

larutan pada fase udara, maka

larutan pada fase udara, maka

C

C

A

A

= P

= P

A

A

. Z

. Z

A

A

dan

dan

Z

Z

A

A

= 1/RT

= 1/RT

, maka

, maka

koefisien fugasitas

koefisien fugasitas

berbanding terbalik dengan

(31)

CO

CO

2

2

+ H

+ H

2

2

O ==== H

O ==== H

2

2

CO

CO

3,

3,

ekuilibriumnya :

ekuilibriumnya :

C

C

A

A

= P

= P

A

A

. Z

. Z

A

A

H

H

2

2

CO

CO

3

3

= PCO

= PCO

2

2

. KCO

. KCO

2

2

Sehingga jelas bahwa konsentrasi H

Sehingga jelas bahwa konsentrasi H

2

2

CO

CO

3

3

dalam air akan turun seiring dengan naiknya

dalam air akan turun seiring dengan naiknya

suhu, dan sebaliknya

(32)
(33)
(34)
(35)
(36)
(37)

2. pH

2. pH

(38)
(39)

Berarti

Berarti :

: semakin

semakin kecil

kecil pH,

pH, maka

maka proses

proses

pelarutan

pelarutan akan

akan semakin

semakin intensif

intensif

Tetapi

Tetapi faktor

faktor ini

ini tidak

tidak berdiri

berdiri sendiri

sendiri,

, karena

karena

juga

juga berasoiasi

berasoiasi dengan

dengan komponen

komponen lain

lain

seperti

seperti ::

Suhu

Suhu

CO

CO

2

2

terlarut

terlarut

(40)

3. Pengaruh dari ion lain

3. Pengaruh dari ion lain

Pada sistem KDS ion mayor selain Ca

Pada sistem KDS ion mayor selain Ca

2+

2+

dan HCO

dan HCO

3

3

--biasanya juga terlarut dalam air, --biasanya Mg

biasanya juga terlarut dalam air, biasanya Mg

2+

2+

punya

punya

proporsi yang cukup tinggi, sementara SO

proporsi yang cukup tinggi, sementara SO

4

4

2

2--

biasanya

biasanya

kecil

kecil

Ion alkali bahkan sering dijumpai pada sistem ini jika

Ion alkali bahkan sering dijumpai pada sistem ini jika

lokasinya dekat dengan laut atau danau yang asin di

lokasinya dekat dengan laut atau danau yang asin di

daerah arid

daerah arid

Pengaruh ion

Pengaruh ion--ion tersebut adalah terhadap kemudahan

ion tersebut adalah terhadap kemudahan

untuk melarutkan batuan gamping (solubility)

untuk melarutkan batuan gamping (solubility)

(41)

Penambahan 0,1 % larutan NaCl (ion lain) meningkatkan

Penambahan 0,1 % larutan NaCl (ion lain) meningkatkan

pelarutan sebesar 10

(42)

Contoh

Contoh

di alam

di alam

(43)

Penambahan ion sejenis menurunkan

Penambahan ion sejenis menurunkan

tingkat pelarutan

tingkat pelarutan

(44)

Sandstone

Hujan

Cl- , Na

+

, K

+

, SO

4

2-NO

3

-

, Ca

2+

, HCO

3

-Menambah proses pelarutan

Memperlambat Proses pelarutan

Ca

2+

dan HCO

3

-

sudah jenuh dalam air dan

memperlambat dissolution process

Presipitasi mineral

2

yg. mengandung

(45)

4. Mixing

4. Mixing

Teori

Teori

percampuran

percampuran

(mixing)

(mixing)

pertama

pertama

kali

kali

diperkenalkan

diperkenalkan oleh

oleh Bogli

Bogli ((1964

1964)) yaitu

yaitu jika

jika ada

ada dua

dua

air

air karst

karst yang

yang sama

sama--sama

sama sudah

sudah jenuh

jenuh terhadap

terhadap

kalsit,

kalsit, maka

maka jika

jika bercampur

bercampur akan

akan menghasilkan

menghasilkan air

air

yang

yang agresif

agresif terhadap

terhadap batuan

batuan gamping

gamping

Adanya

Adanya tenaga

tenaga mekanis

mekanis karena

karena ada

ada dua

dua air

air yang

yang

bercampur

bercampur memiliki

memiliki PCO

PCO

2

2

yang

yang berbeda

berbeda

(46)

Mixing – perkembangan gua sangat cepat pada zone sedikit dibawah muka air, dimana

terjadi mixing antara air vadose yang jenuh CO

2

dan air freatik yang punya CO

2

sedikit

&sudah jenuh terhadap kalsit akan menghasilkan air yang agresif terhadap kalsit

• vadose (air perkolasi dari atas menuju muka air)

• air freatik (air pada zone jenuh air)

(47)

Mixing dengan air laut

Mixing dengan air laut

(48)

Tingkat pelarutan batuan karbonat

Tingkat pelarutan batuan karbonat

Agresivitas

Agresivitas airtanah

airtanah karst

karst

:

: sifat

sifat mudah

mudah atau

atau

tidaknya

tidaknya air

air untuk

untuk melarutkan

melarutkan batuan

batuan karbonat

karbonat

Dipengaruhi

Dipengaruhi oleh

oleh faktor

faktor--faktor

faktor seperti

seperti yang

yang

sudah

sudah dijelaskan

dijelaskan diatas

diatas

(49)

Kandungan bikarbonat terlarut

1,9

3,9

5,8

7,0

7,8

8,0

8,1

8,16

Bereaksi cepat

Bereaksi lambat

(50)

Equilibrium

(51)

Pendekatan Kinetik

Pendekatan Kinetik

Ingat hukum termodinamika

Ingat hukum termodinamika

Law of mass action

Law of mass action

bahwa tingkat reaksi akan

bahwa tingkat reaksi akan

sebanding terhadap konsentrasi efektif dari ion

sebanding terhadap konsentrasi efektif dari ion

yang bereaksi

yang bereaksi

A + 2B = C, maka rate = [A] [B]

A + 2B = C, maka rate = [A] [B]

2

2

(52)

aA + bB

aA + bB

cC + dD

cC + dD

A

B

C

D

Waktu

Konsentrasi

•Reaktan A dan B bereaksi menghasilkan produk C dan D

•Konsentrasi A dan B menurun sampai mencapai nilai yang tidak berubah menurut waktu

•Konsentrasi C dan D naik sampai mencapai nilai yang tidak berubah menurut waktu

(53)

C

D

A

B

Waktu

Konsentrasi

(54)

Raksi tersebut berjalan terus sampai suatu ketika

Raksi tersebut berjalan terus sampai suatu ketika

konsentrasi A, B, C, dan D mencapai konstant

konsentrasi A, B, C, dan D mencapai konstant

Jika kemudian rasio [C]

Jika kemudian rasio [C]

cc

[D]

[D]

d

d

/[A]

/[A]

aa

[B]

[B]

b

b

diberi notasi K

diberi notasi K

dan pada kondisi tersebut dinamakan equilibrium, maka

dan pada kondisi tersebut dinamakan equilibrium, maka

K

K

dikenal sebagai

dikenal sebagai

equilibrium constant

equilibrium constant

K =

K =

[C]

[C]

cc

[D]

[D]

d

d

(produk)

(produk)

[A]

[A]

aa

[B]

[B]

b

b

(reaktan)

(reaktan)

[ ] bisa mol/liter atau yang lain atau bisa pula besaran

[ ] bisa mol/liter atau yang lain atau bisa pula besaran

aktivitas ion

(55)

Equilibrium

Equilibrium konstant

konstant bisa

bisa juga

juga disebut

disebut sebagai

sebagai rasio

rasio antara

antara reaksi

reaksi

ke

ke--kanan

kanan ((forward reaction

forward reaction)

) dan

dan reaksi

reaksi ke

ke--kiri

kiri ((reverse reaction

reverse reaction))

Reaksi

Reaksi ke

ke--kanan

kanan ((fr

fr) = k2 [A]

) = k2 [A]

aa

[B]

[B]

b

b

Reaksi

Reaksi ke

ke--kiri

kiri ((rr

rr) = k1 [C]

) = k1 [C]

cc

[D]

[D]

d

d

Jika

Jika fr

fr =

= rr

rr,

, maka

maka

[C]

[C]

cc

[D]

[D]

d

d

= k1

= k1

= K

= K

[A]

[A]

aa

[B]

[B]

b

b

= k2

= k2

Angka

Angka K

K tergantung

tergantung dari

dari unit yang

unit yang digunakan

digunakan dan

dan suhu

suhu air

air

Nilai

Nilai K

K untuk

untuk mineral

mineral--mineral yang

mineral yang mudah

mudah larut

larut dikenal

dikenal sebagai

sebagai

solubility product

solubility product

atau

atau

Ksp

Ksp

Biasa

Biasa disajikan

disajikan dalam

dalam nilai

nilai logaritma

logaritma

Ksp

Ksp kalsit

kalsit = 10

= 10

--8,48

8,48

Ksp

Ksp gipsum

gipsum = 10

= 10

--4,6

4,6

dst

dst

(56)

Hubungan antara Aktivitas

Hubungan antara Aktivitas –

– Konsentrasi Ion

Konsentrasi Ion

[Ca

[Ca

2+

2+

]]

= aktivitas ion kalsium

= aktivitas ion kalsium

(Ca

(Ca

2+

2+

))

= konsentrasi ion kalsium (mmol/liter)

= konsentrasi ion kalsium (mmol/liter)

Pada kenyataannya, konsentrasi efektif suatu ion di air

Pada kenyataannya, konsentrasi efektif suatu ion di air

berbeda dengan konsentrasi aktualnya, karena ada

berbeda dengan konsentrasi aktualnya, karena ada

perbedaan jumlah valensi (+ atau

perbedaan jumlah valensi (+ atau --))

Konsentrasi efektif dari suatu ion terlarut dikenal

Konsentrasi efektif dari suatu ion terlarut dikenal

sebagai

sebagai

aktivitas ion

aktivitas ion

Rasio antara aktivitas ion dan konsentrasi ion dikenal

Rasio antara aktivitas ion dan konsentrasi ion dikenal

sebagai koefisien aktivitas

sebagai koefisien aktivitas

((

γγ

))

((

α

α

) =

) =

γγ

. m

. m

, dimana

, dimana

γγ

= koefisien aktivitas

= koefisien aktivitas

m

(57)

Debye

Debye--Huckle Theory

Huckle Theory

Teori ini mengemukakan model bahwa

Teori ini mengemukakan model bahwa

koefisien aktivitas

koefisien aktivitas

dari suatu ion dapat dihitung atas dasar efek dari interaksi

dari suatu ion dapat dihitung atas dasar efek dari interaksi

ion

ion--ion terlarut

ion terlarut

log γi = (

log γi = (

--Azi

Azi

2

2

.√I) / (1+Ba

.√I) / (1+Ba

o

o

√I) + bI

√I) + bI

dimana

dimana

A = konstanta tergantung nilai suhu dan tekanan

A = konstanta tergantung nilai suhu dan tekanan

zi = valensi ion yang akan dicari

zi = valensi ion yang akan dicari

I = kekuatan ion, dicari dengan rumus

I = kekuatan ion, dicari dengan rumus

I = 1/2 Σ (mi.zi)

I = 1/2 Σ (mi.zi)

2

2

,

,

m = molalitas; z = valensi

m = molalitas; z = valensi

B = konstanta tergantung suhu dan tekanan

B = konstanta tergantung suhu dan tekanan

ao= tetapan atas dasar experimen

(58)

Indeks kejenuhan (SI) terhadap mineral CaCO

Indeks kejenuhan (SI) terhadap mineral CaCO

3

3

Ingat bahwa rekasi proses pelarutan kalsit adalah :

Ingat bahwa rekasi proses pelarutan kalsit adalah :

CaCO3

CaCO3

Ca

Ca

2+

2+

+

+

CO

CO

3

3

--

Jika kita sudah tahu koefisien aktivitas dari Ca

Jika kita sudah tahu koefisien aktivitas dari Ca

2+

2+

dan

dan

CO

CO

3

3

--

, ingat :

, ingat :

[CO

[CO

3

3

] =[HCO

] =[HCO

3

3

) K2 / [H

) K2 / [H

+

+

]]

dan KSp kalsit

dan KSp kalsit

pada 25

pada 25

o

o

C adalah 10

C adalah 10

--8.48

8.48

, maka pada T larutan sampel

, maka pada T larutan sampel

dapat didekati dengan formula:

dapat didekati dengan formula:

ln KT2

ln KT2--ln KT1 = (H

ln KT1 = (H

o

o

R / R) (1/T1

R / R) (1/T1 –

– 1/T2)

1/T2)

,

,

kemudian

kemudian

SI terhadap CaCO

SI terhadap CaCO

3

3

dapat dicari, karena menurut Davis:

dapat dicari, karena menurut Davis:

SI kalsit =

SI kalsit = KIAP kalsit/KSp kalsit

KIAP kalsit/KSp kalsit,

,

sementara

sementara

::

(59)
(60)

Klasifikasi Tingkat Pelarutan Dengan SI

Klasifikasi Tingkat Pelarutan Dengan SI

Fase Pelarutan atau Pengendapan terhadap Mineral Karbonat (CaCO

3

)

Nilai SI

Klasifikasi

Proses Hidrogeokimia

Negatif (<0)

Tidak jenuh

(undersaturated)

Masih mampu melarutkan kalsit

0

Seimbang (equilibrium)

Setimbang

Positif (>0)

Jenuh (supersaturated)

Mengkristal /membentuk padatan

(solid)

(61)

Klasifikasi agresivitas menggunakan diagram

Klasifikasi agresivitas menggunakan diagram

agresivitas kimia pada sistem pH

agresivitas kimia pada sistem pH –

– T

T

o

o

C

C –

– CaCO

CaCO

3

3

derajat keasaman

derajat keasaman--suhu

suhu--kesadahan

kesadahan

Menghitung selisih pH (∆pH) dan selisih TAC

Menghitung selisih pH (∆pH) dan selisih TAC

(∆TAC) tiap sampel searah aliran sungai bawah

(∆TAC) tiap sampel searah aliran sungai bawah

tanah

tanah

TAC adalah nilai yang dimunculkan untuk

TAC adalah nilai yang dimunculkan untuk

mewakili kandungan CaCO

mewakili kandungan CaCO

3

3

terlarut dengan

terlarut dengan

asumsi bahwa 1 TAC = 10 mg/lt CaCO3

asumsi bahwa 1 TAC = 10 mg/lt CaCO3

(62)
(63)

Kelas agresivitasnya

Kelas agresivitasnya

Kelas 1 : saturated water (air jenuh)

Kelas 1 : saturated water (air jenuh)

Kelas 2 : moderately saturated water (air agak jenuh)

Kelas 2 : moderately saturated water (air agak jenuh)

Kelas 3 : slightly saturated water (air sedikit jenuh)

Kelas 3 : slightly saturated water (air sedikit jenuh)

Kelas 4 : equilibriated water (air setimbang)

Kelas 4 : equilibriated water (air setimbang)

Kelas 5 : slightly aggressive water (air sedikit agresiv)

Kelas 5 : slightly aggressive water (air sedikit agresiv)

Kelas 6 : moderately agresive water (air agak agresiv)

Kelas 6 : moderately agresive water (air agak agresiv)

(64)
(65)
(66)

Analisis hidrokemograf

Analisis hidrokemograf

(67)
(68)

Analisis hidrograf

(69)
(70)

Untuk lebih memudahkan pencarian sitasi atau referensi , silahkan gunakan cara sitasi ini sebagaimana terdapat tanggal saat

artikel ini diarsip pada https://osf.io/preprints/inarxiv/

Adji, T. N. (2017, October 9); Adji, T. N. (2017, October 9);Adji, T. N. (2017, October 9); Fatchurohman, H., & Adji, T. N. (2017, October 7);

Fatchurohman, H., Adji, T. N., & oktama, . roza . (2017, October 7); Bahtiar, I. Y., & Adji, T. N. (2017, October 7); Adji, T. N., Hendrayana, H., .

sudarmadji ., & Woro, S. (2017, October 7); Adji, T. N. (2017, October 7); Adji, T. N., & Bahtiar, I. Y. (2017, October 7); Adji, T. N., & mujib, M. A.

(2017, October 7); Adji, T. N. (2017, October 9); Adji, T. N., & mujib, M. A. (2017, October 7); Adji, T. N. (2017, October 7); Adji, T. N., & Haryono,

E. (2017, October 7); Adji, T. N., Haryono, E., & Widyastuti, M. (2017, October 6); Adji, T. N. (2017, October 1); Adji, T. N. (2017, October 2); Adji,

T. N., & S. (2017, October 1); Adji, T. N., Sunariya, I. T., & Wicaksono, M. Z. (2017, October 2); Adji, T. N., & Misqi, M. (2017, October 2); Adji, T.

N., & Rahmawati, N. (2017, October 2); Adji, T. N. (2017, October 3); Adji, T. N. (2017, October 3); Adji, T. N., & Haryono, E. (2017, October 3);

Adji, T. N. (2017, October 2); Haryono, E., & Adji, T. N. (2017, October 2); Hariadi, B., & Adji, T. N. (2017, October 2); Adji, T. N. (2017, October 2);

Adji, T. N., Haryono, E., Widyastuti, M., & P, S. T. (2017, October 2); Adji, T. N. (2017, October 2); Adji, T. N. (2017, October 2); Adji, T. N. (2017,

October 2);Adji, T. N., & Cahyadi, A. (2017, October 2); Adji, T. N., Fatchurohman, H., Bahtiar, I. Y., & Mujib, M. A. (2017, October 2); Adji, T. N.

(2017, October 2); Adji, Tjahyo N, Heru Hendrayana, Sudarmadji, and Suratman Woro. 2017; Haryono, E., Adji, T. N., & Widyastuti, M. (2017,

October 2); Adji, T. N., & Haryono, E. (2017, October 1); Adji, T. N., & Haryono, E. (2017, October 1).

(71)

Pustaka-pustaka (jurnal dan artikel seminar) ini dapat memperkaya pengetahuan tentang sistem hidrologi karst, khususnya

yang ada di daerah tropis (Indonesia). Format penulisan referensi pustaka yang digunakan bukan sesuai tahun diterbitkan,

akan tetapi sesuai tahun ketika diunggah di web Indonesian Archive, lihat: (

https://osf.io/preprints/inarxiv/discover?q=tjahyo

)

These referances (journals and seminar articles) can enrich the knowledge of karst hydrological systems, especially those in

the tropical area (Indonesia). The reference writing format used is not based on the year published but according to the year

when it was uploaded on the Indonesian Archive web, see:

(

https://osf.io/preprints/inarxiv/discover?q=tjahyo

)

Adji, T. N., Hendrayana, H., . sudarmadji ., & Woro, S. (2017, October 7). Perhitungan Konstanta Resesi Akuifer Karst Sepanjang Aliran Sungai Bribin, Gunung Sewu. Retrieved from osf.io/preprints/inarxiv/ct278

Adji, T. N., Haryono, E., Widyastuti, M., & P, S. T. (2017, October 2). ATMOSPHERIC CARBON DIOXIDE SEQUESTRATION TROUGH KARST DENUDATION PROCESS Preliminary Estimation from Gunung Sewu Karst. Retrieved from osf.io/preprints/inarxiv/xe3c6

Adji, T. N., Fatchurohman, H., Bahtiar, I. Y., & Mujib, M. A. (2017, October 2). Analisis Tingkat Perkembangan Akuifer Karst di Kawasan Karst Gunung Sewu, Daerah Istimewa Yogyakarta dan Karst Rengel, Tuban, Jawa Timur Berdasarkan Analisis Hidrograf. Retrieved from osf.io/preprints/inarxiv/vr8sp

Adji, Tjahyo N, Heru Hendrayana, Sudarmadji, and Suratman Woro. 2017. “DIFFUSE FLOW SEPARATION WITHIN KARST UNDERGROUND RIVER AT NGRENENG CAVE”. INA-Rxiv. October 2. osf.io/preprints/inarxiv/c643e.

Fatchurohman, H., Adji, T. N., & oktama, . roza . (2017, October 7). HUBUNGAN DEBIT ANDALAN DENGAN TINGKAT AGRESIVITAS PADA MATAAIR KARST NGELENG, PURWOSARI, GUNUNGKIDUL. Retrieved from osf.io/preprints/inarxiv/8vnma

Adji, T. N. (2017, October 1). AGRESIVITAS AIRTANAH KARST SUNGAI BAWAH TANAH BRIBIN, GUNUNG SEWU. Retrieved from osf.io/jh8p2

Adji, T. N., & S. (2017, October 1). HYDROLOGICAL PROPERTIES OF BRIBIN UNDERGROUND RIVER SYSTEM (Experience learned for Seropan River System Project). Retrieved from osf.io/zshc9

Adji, T. N., & Haryono, E. (2017, October 1). KONFLIK ANTARA PEMANFAATAN BATUGAMPING DAN KONSERVASI SUMBERDAYA AIR DAS BRIBIN DI WILAYAH KARST GUNUNG SEWU. Retrieved from osf.io/utsxz

Adji, T. N., & Haryono, E. (2017, October 1). KAWASAN KARST DAN PROSPEK PENGEMBANGANNYA DI INDONESIA. Retrieved from osf.io/preprints/inarxiv/ykt3f

Adji, T. N. (2017, October 2). UPPER CATCHMENT OF BRIBIN UNDERGROUND RIVER HYDROGEOCHEMISTRY (GUNUNG SEWU KARST, GUNUNG KIDUL, JAVA, INDONESIA). Retrieved from osf.io/preprints/inarxiv/g7u6p

Adji, T. N., Sunariya, I. T., & Wicaksono, M. Z. (2017, October 2). LAJU PENYERAPAN KARBONDIOKSIDA DAERAH ALIRAN SUNGAI BAWAH TANAH BRIBIN, KARST GUNUNG SEWU. Retrieved from osf.io/preprints/inarxiv/eagcv

Adji, T. N., & Misqi, M. (2017, October 2). THE DISTRIBUTION OF FLOOD HYDROGRAPH RECESSION CONSTANT FOR CHARACTERIZATION OF KARST SPRING AND UNDERGROUND RIVER FLOW COMPONENTS RELEASING WITHIN GUNUNG SEWU KARST REGION. Retrieved from osf.io/preprints/inarxiv/nz3we

(72)

Adji, T. N. (2017, October 2). VARIASI SPASIAL-TEMPORAL HIDROGEOKIMIA DAN SIFAT ALIRAN UNTUK KARAKTERISASI SISTEM KARST DINAMIS DI SUNGAI BAWAH TANAH BRIBIN, KABUPATEN GUNUNG KIDUL, DIY. Retrieved from osf.io/preprints/inarxiv/x4wyu

Haryono, E., & Adji, T. N. (2017, October 2). GEOMORFOLOGI DAN HIDROLOGI KARST. Retrieved from osf.io/preprints/inarxiv/7jtgx

Hariadi, B., & Adji, T. N. (2017, October 2). Variasi Temporal Hidrogeokimia Tetesan dari Ornamen Drapery di DalamGua Gilap dii Kawasan Karst Gunungsewu, Kabupaten Gunungkidul, DIY. Retrieved from osf.io/preprints/inarxiv/drztj

Adji, T. N. (2017, October 2). Peranan Geomorfologi Dalam Kajian Kerentanan Air Bawah Tanah Karst. Retrieved from osf.io/preprints/inarxiv/zancv

Adji, T. N. (2017, October 2). Distribusi Spasial Respon Debit Mataair dan Sungai Bawah Tanah Terhadap Hujan Untuk Prediksi Kapasitas Penyimpanan Air oleh Akuifer Karst di Sebagian Wilayah Karst di Pulau Jawa. Retrieved from osf.io/preprints/inarxiv/8nc9m

Adji, T. N. (2017, October 2). SPATIAL AND TEMPORAL VARIATION OF HIDROGEOCHEMISTRY AND KARST FLOW PROPERTIES TO CHARACTERIZE KARST DYNAMIC SYSTEM IN BRIBIN UNDERGROUND RIVER, GUNUNG KIDUL REGENCY, DIY PROVINCE. Retrieved from osf.io/preprints/inarxiv/zegsa

Adji, T. N. (2017, October 2). KONTRIBUSI HIDROLOGI KARST DALAM PENGELOLAAN KAWASAN KARST. Retrieved from osf.io/preprints/inarxiv/fm9aj

Adji, T. N., & Cahyadi, A. (2017, October 2). Pentingnya Monitoring Parameter-Parameter Hidrograf Dalam Pengelolaan Airtanah di Daerah Karst. Retrieved from osf.io/preprints/inarxiv/hvcmw

Adji, T. N. (2017, October 2). Pemisahan aliran dasar bagian hulu Sungai Bribin pada aliran Gua Gilap, di Karst Gunung Sewu, Gunung Kidul, Yogyakarta. Retrieved from osf.io/preprints/inarxiv/97mrv

Haryono, E., Adji, T. N., & Widyastuti, M. (2017, October 2). ENVIRONMENTAL PROBLEMS OF TELAGA (DOLINE POND) IN GUNUNGSEWU KARST, JAVA INDONESIA. Retrieved from osf.io/preprints/inarxiv/8us3w

Adji, T. N. (2017, October 3). Serial:Powerpoint Presentasi: HIDROLOGI/ KONDISI AIR DAERAH KARST. Retrieved from osf.io/preprints/inarxiv/a4b3x

Adji, T. N. (2017, October 3). Serial: Powerpoint Presentasi KARTS SYSTEMS, CHARACTERISTICS, DEVELOPMENT, PROBLEMS AND CHARACTERIZATION. Retrieved from osf.io/preprints/inarxiv/9ndk3

Adji, T. N., & Haryono, E. (2017, October 3). Serial:Powerpoint Presentasi: MENGENAL KAWASAN KARST, CIRI-CIRI DAN TINDAKAN PREVENTIV SEDERHANA UNTUK PELESTARIANNYA. Retrieved from osf.io/preprints/inarxiv/4vxy2

Adji, T. N., Haryono, E., & Widyastuti, M. (2017, October 6). Serial Powerpoint Presentasi ATMOSPHERIC CARBONDIOXIDE SEQUESTRATION TROUGH KARST DENUDATION PROCESS (Preliminary Estimation from Gunung Sewu Karst Area). Retrieved from osf.io/preprints/inarxiv/fp2hu

Fatchurohman, H., & Adji, T. N. (2017, October 7). STUDY OF WATERROCK INTERACTION TO CHARACTERIZE KARST AQUIFER IN NGELENG SPRING. Retrieved from osf.io/preprints/inarxiv/td2zm

Bahtiar, I. Y., & Adji, T. N. (2017, October 7). KAJIAN RESPON DEBIT MATAAIR NGELENG TERHADAP CURAH HUJAN UNTUK KARAKTERISASI AKUIFER KARST. Retrieved from osf.io/preprints/inarxiv/g4dh5

Adji, T. N. (2017, October 7). Serial Powerpoint Presentasi: Karst Hydrogeochemistry - HIDROGEOKIMIA KARST. Retrieved from osf.io/preprints/inarxiv/ye3mv

Adji, T. N., & Bahtiar, I. Y. (2017, October 7). SERIAL POWERPOINT CROSS CORRELATION ANTARA INPUT (CURAH HUJAN) DAN OUTPUT (DEBIT ALIRAN) SISTEM AKUIFER KARST. Retrieved from osf.io/preprints/inarxiv/s8e2z

Adji, T. N., & mujib, M. A. (2017, October 7). Serial Powerpoint Presentasi: Menentukan Derajat Karstifikasi (Karstification Degree) akuifer Karst. Retrieved from osf.io/preprints/inarxiv/d3h6c

(73)

Adji, T. N., & mujib, M. A. (2017, October 7). Serial Presentasi: SEBARAN SPASIAL TINGKAT KARSTIFIKASI AREA PADA BEBERAPA MATAAIR DAN SUNGAI BAWAH TANAH KARST MENGGUNAKAN RUMUS RESESI HIDROGRAPH MALIK VOJTKOVA (2012). Retrieved from osf.io/preprints/inarxiv/ew5aq

Adji, T. N. (2017, October 7). Serial Powerpoint Presentasi: Nilai Ekonomi Air di Daerah Karst. Retrieved from osf.io/preprints/inarxiv/2pums

Adji, T. N., & Haryono, E. (2017, October 7). Serial Powerpoint Presentasi: PERKEMBANGAN SISTEM HIDROLOGI KARST. Retrieved from osf.io/preprints/inarxiv/rf4h6

Adji, T. N. (2017, October 9). HUBUNGAN KARAKTER ALIRAN DAN SIFAT KIMIA MATAAIR PETOYAN UNTUK KARAKTERISASI AKUIFER KARST. Retrieved from osf.io/preprints/inarxiv/t4yfk

Adji, T. N. (2017, October 9). SEBARAN SPASIAL TINGKAT KARSTIFIKASI AREA PADA BEBERAPA MATAAIR DAN SUNGAI BAWAH TANAH KARST MENGGUNAKAN RUMUS RESESI HIDROGRAPH MALIK VOJTKOVA (2012). Retrieved from osf.io/preprints/inarxiv/wahrg

Adji, T. N. (2017, October 9). ANALISIS HIDROGRAF ALIRAN UNTUK PENENTUAN DERAJAT KARSTIFIKASI PADA BEBERAPA KONDISI MATAAIR DAN SUNGAI BAWAH TANAH KARST. Retrieved from osf.io/preprints/inarxiv/9uq56

Referensi

Dokumen terkait

Dari studi literatur yang telah dilakukan, lapisan pendukung yang baik ialah yang memiliki konduktivitas termal yang tinggi dan relatif tipis sehingga dapat mengurangi

Sesi motivasinya khas dan selalu disukai oleh peserta dari perusahaan nasional dan asing (skor 4-5 hasil questioner), ini karena gaya humor Didik Madani yang khas menyentuh

Produk olahansirup berbahan baku lidah buaya, menyimpulkan bahwa sebanyak 16 orang menerima dalam arti konsumen menyukai dalam hal rasa, konsistensi dan warna

Bagaimana tinjauan Siyasah Maliyah terhadap Implementasi Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Nomor 17 Tahun 2017 Tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Daerah

Pada saat proses analisis kredit account officer (AO) melakukan analisis berdasarkan data permohonan kredit yang selanjutnya melakukan peninjauan lapangan ketempat usaha

Penelitian Ayunanda (2014) tentang perbedaan pengaruh Open Kinetic Chain dan Closed Kinetic Chain terhadap peningkatan kemampuan fungsional sendi lutut menujukan hasil

kepadatan tulang pinggang, yaitu karena tulang punggung juga sebagai bagian tulang belakang (vertebral) yang juga mempunyai peran dan fungsi yang sama dengan

Meskipun demikian, pada lansia umumnya terjadi penurunan berat badan dengan rata-rata selama 10 tahun mencapai 7 kg pada lansia pria dan 6 kg pada lansia wanita, hal