1 BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia adalah negara yang kaya baik dalam sumber daya manusia maupun sumber daya alam. Hidayah (1982, dikutip dari Lestari, 2013) mengungkapkan bahwa jumlah suku bangsa di indonesia lebih kurang 658 suku. Dari jumlah tersebut, 109 suku bangsa berada di belahan Indonesia Barat, sedangkan di Indonesia timur terdiri dari 549 suku. Keberagaman akan membentuk ciri khas bagi setiap daerahnya masing–masing sehingga akan memunculkan ciri khas tersendiri bagi daerah tersebut. Keberagaman budaya di Indonesia merupakan harta yang sangat berharga sehingga perlu adanya pelestarian, termasuk segala bentuk peninggalannya. Untuk melestarikan peninggalan-peninggalan sejarah kebudayaan pemerintah melakukan berbagai upaya dan sarana untuk melestarikan dan menjaga benda–benda bukti peninggalan budaya tersebut salah satunya dengan mendirikan museum. Selain untuk menjaga peninggalan peninggalan sejarah museum juga dapat dijadikan sebagai tempat wisata untuk wisatawan lokal maupun mancanegara. Pengenalan potensi objek dan daya tarik merupakan suatu hal yang penting untuk menarik para wisatawan untuk berkunjung dan menikmati keindahan ciptaan Tuhan Yang Maha Esa baik keberagaman adat istiadat maupun keindahan alamnya.
Purworejo merupakan sebuah kota yang berada di sebelah selatan Pulau Jawa, kota ini juga dilewati rute jalur pantai selatan. Kabupaten Purworejo pada
2 bagian barat berbatasan dengan Kabupaten Kebumen, sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Magelang dan Wonosobo, bagian timur berbatasan dengan provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dan bagian selatan berbatasan dengan Samudra Hindia.
Purworejo memiliki berbagai macam objek wisata baik wisata alam maupun wisata sejarah, salah satu wisata sejarah yang cukup dikenal di Purworejo adalah Museum Tosan Aji. Tosan Aji adalah sejenis senjata pusaka dari logam besi yang mendapat tempat terhormat (yang dihargai) di mata masyarakat terutama pada masa lampau, diantaranya berupa keris, tombak, pedang, kudi dan menur. Dalam alam pemikiran masyarakat lebih-lebih pada masa lampau Tosan Aji dianggap memiliki kekuatan gaib/kesaktian yang dapat mempengaruhi dalam kehidupan bermasyarakat.
Museum Tosan Aji merupakan sebuah museum khusus yang hanya menyajikan satu jenis koleksi yaitu Tosan Aji. Akan tetapi pada perkembangannya Museum Tosan Aji tidak hanya menampilkan koleksi tosan aji saja, namun juga menyimpan berbagai macam koleksi Benda Cagar Budaya yang banyak di temukan di wilayah kabupaten Purworejo baik masa prasejarah maupun masa klasik (Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jawa Tengah, t.t.). Pendirian museum ini diprakarsai oleh Menteri Dalam Negeri, Soeperdjo Roestam dan mantan Polkam Jendral Soerono yang bermaksud untuk melestarikan budaya bangsa Indonesia yang beranekaragam. Museum ini dibangun setelah Soeperdjo Roestam melakukan kunjungan ke Desa Suren Kecamatan Kutoarjo, Kabupaten Purworejo untuk mengunjungi seorang empu di desa tersebut. Setelah
3 mengunjungi empu tersebut Soeperdjo Roestam merasa bahwa di daerah tersebut banyak tosan aji yang perlu dilestarikan, atas dasar itulah ide pembuatan Museum Tosan Aji diadakan. Museum Tosan Aji diresmikan oleh Ismail pada tanggal 13 April 1987 beliau merupakan Gubernur Jawa Tengah pada masa itu1.
Pada saat ini Museum Tosan Aji sudah mengalami banyak perubahan mulai dari bertambahnya koleksi, meningkatnya kualitas fasilitas publik hingga bertambahnya jumlah pegawai walaupun belum ada peningkatan jumlah kunjungan wisatawan yang bisa dibanggakan.
Strategi pemasaran museum dapat menjadi solusi dari permasalahan yang dihadapi museum yaitu untuk meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan, meningkatkan pengetahuan masyarakat akan benda-benda cagar budaya yang tersimpan di museum sekaligus meningkakan rasa peduli terhadap benda–benda cagar budaya.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan paparan yang ada di dalam latar belakang maka dapat dirumuskan permasalahan penelitian sebagai berikut :
a. Daya tarik apa saja yang dimiliki museum Tosan Aji di Purworejo?
b. Bagaimana strategi pemasaran yang sudah dilakukan di Museum Tosan Aji serta apa rekomendasi pemasaran yang baik untuk meningkatkan jumlah kunjungan wisata di Museum Tosan Aji?
1 Hasil wawancara penulis dengan Teguh Wahyu Kuntoro, staf Museum Tosan Aji, 23 Januari
4 1.3 Tujuan Penelitian
a. Mengetahui daya tarik yang dimiliki Museum Tosan Aji.
b. Mengetahui strategi pemasaran yang dilakukan oleh museum Tosan Aji dan memberikan rekomendasi untuk meningkatkan kunjungan wisata. 1.4 Manfaaat Penelitian
Hasil Dari penelitian ini diharapkan dapat memiliki manfaat sebagai berikut : 1.4.1 Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat berperan sebagai sumber informasi awal bagi penelitian lebih lanjut pada bidang pariwisata khususnya dan ilmu pengetahuan umumnya.
1.4.2 Manfaat Praktis
Penelitian ini akan memberikan manfaat bagi masyarakat, pelaku atau industri pariwisata dan pemerintah sebagai sumbang saran dan bahan acuan dalam menghadapi permasalahan yang berkaitan dengan pemasaran pariwisata. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran dan informasi mengenai potensi yang ada di dalam Museum Tosan Aji. Selain itu juga dapat digunakan sebagai masukan untuk menentukan kebijakan dalam rangka mengembangkan Museum Tosan Aji. Penelitian yang dituangkan dalam bentuk penulisan ini diharapkan sebagai tambahan informasi dalam rangka perencanaan strategi pemasaran Museum Tosan Aji yang tepat dan sesuai dengan pasar yang di inginkan.
5 1.5 Tinjauan Pustaka
Penelitian-penelitian tentang pemasaran museum sudah banyak dilakukan oleh peneliti-peneliti terdahulu antara lain adalah penelitian yang dilakukan oleh Siti Nurhayati (2010) dalam penelitiannya yang berjudul “Faktor yang Berpengaruh bagi Efektivitas Pemasaran Museum Nasional sebagai Destinasi Pariwisata Kota Jakarta” penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor pengaruh yang berkaitan dengan efektifvitas pemasaran Museum Nasional dan mengetahui faktor yang dapat meningkatkan efektivitas pemasaran Museum Nasional. Dalam penelitian ini analisis yang digunakan adalah dengan melakukan pendekatan penelitian deskriptif kualitatif. Sedangkan pengumpulan datanya di lakukan dengan studi pustaka, metode kuisioner dan metode dokumentasi.
Berikutnya adalah penelitian yang dilakukan oleh Ema Ratri Kartika J (2014) dengan judul “Analisis Potensi Pengembangan Museum Batik di Yogyakarta”. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor SWOT dari Museum Batik Yogyakarta, menganalisis faktor-faktor penting dan kinerja Museum Batik Yogyakarta menurut penilaian pengunjung dan menentukan alternatif strategi pengembangan yang tepat untuk mengoptimalkan pemanfaatan Museum Batik Yogyakarta.
Sementara penelitian lain yang ada adalah penelitian tentang Museum Sonobudoyo oleh Sustiyadi (2012) secara deskriptif dengan fokus penelitian pada kondisi fisik dan lingkungan museum, serta manajemen preservasi dan konservasi penanganan benda koleksi. Penelitian pada Museum Ullen Sentalu juga pernah
6 dilakukan oleh Baroroh (2010) secara partisipasi aktif dengan cara observasi, yang fokus penelitiannya pada penyampaian pesan ideologi dan potensi museum kepada pengunjung.
Beberapa penelitian di atas memiliki tema yang hampir sama dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti tentang “Strategi Pemasaran Museum Tosan Aji sebagai Daya Tarik Wisata di Kabupaten Purworejo”. Disamping itu dari keterangan narasumber yaitu Parso dan Hartono belum ada penelitian dengan judul “Strategi Pemasaran Museum Tosan Aji Sebagai Daya Tarik Wisata di Kabupaten Purworejo”. Dengan demikian penelitian ini masih relevan untuk dilaksanakan mengingat permasalahan dan kasus yang ditinjau disetiap daerah berbeda-beda, sehingga keaslian penelitian masih dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah.
1.6 Landasan Teori
1.6.1 Museum
Museum merupakan tempat untuk menyimpan dan memamerkan benda– benda penting dan bersejarah, sehingga museum memiliki peranan yang sangat penting bagi masyarakat. Museum selain sebagai tempat untuk menyimpan benda–benda sejarah, juga sebagai tempat untuk berwisata yang sering di kunjungi oleh semua golongan umur dan profesi.
Menurut Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 1995, tentang Pemeliharaan dan Pemanfaatan Benda Cagar Budaya di Museum, disebutkan bahwa Museum adalah lembaga tempat penyimpanan, perawatan, pengamanan, dan pemanfaatan
7 benda-benda bukti material hasil budaya manusia, serta alam dan lingkungannya guna menunjang upaya perlindungan dan pelestarian kekayaan budaya bangsa.
Menurut International Council of Museums museum adalah lembaga permanen yang tidak mencari keuntungan, diabadikan untuk kepentingan masyarakat dan perkembangannya, terbuka untuk umum,yang mengumpulkan, melestarikan, meneliti, mengkomunikasikan, dan memamerkan bukti-bukti bendawi manusia dan non bendawi serta lingkungannya untuk tujuan studi penelitian dan kesenangan2.
1.6.2 Daya Tarik Wisata
Daya tarik wisata merupakan dasar bagi pengembangan kepariwisataan. Tanpa adanya suatu daya tarik wisata di suatu daerah, kepariwisataan akan sangat sulit dikembangkan.
Daya tarik wisata yang juga disebut objek wisata merupakan potensi yang menjadi pendorong kehadiran wisatawan ke suatu daerah tujuan wisata (Suwantoro, 2004: 19). Objek dan daya tarik wisata adalah suatu bentukan dan atau aktivitas dan fasilitas yang berhubungan, yang dapat menarik minat wisatawan atau pengunjung untuk datang ke suatu daerah atau tempat tertentu (Marpaung, 2000: 41).
Menurut Yoeti (2006b : 17) dalam pengelolaan sebuah museum terdapat sejumlah komponen dasar yang harus dipenuhi agar senantiasa menarik
2ICOM, Definition Development of the Museum Definition according to ICOM Statutes
8 pengunjung, sehingga pada akhirnya memudahkan proses “menjualnya”. Untuk itu perlu diperhatikan antara lain :
1. Penampilan (appearance) pintu masuk, ruang kedatangan utama dan tanda–tanda petunjuk arah bagi pengunjung, termasuk informasi yang tersedia di bagian karcis.
2. Pola arus (sirkulasi) pengunjung yang mengikuti tata letak (lay-out) yang logis.
3. Display, presentasi dan informasi yang memadai dan tersedia dengan mudah, termasuk daya dukung bahan audio visual, tape, guide dan sebagainya.
4. Penempatan dan tata letak kegiatan atraksi penunjang di lokasi.
5. Lokasi serta tata letak berbagai fasilitas yang tersedia di museum (toilet, cafe, musholla, toko souvenir, bangku duduk, dan sebagainya) 1.6.3 Strategi Pemasaran Pariwisata
Setiap produk pasti membutuhkan pemasaran untuk menarik konsumen begtu pula dalam hal kepariwisataan, destinasi wisata membutuhkan pemasaran pariwisata untuk meningkatkan jumlah kunjungan.
Salah Wahab, L.J. Crampton dan L.M Rothfield dalam Yoeti (2005 : 2) merumuskan pengertian pemasaran pariwisata adalah suatu proses manajemen yang dilakukan oleh organisasi pariwisata nasional atau perusahaan-perusahaan termasuk dalam kelompok industri pariwisata untuk melakukan identifikasi terhadap wisatawan yang sudah punya keinginan untuk melakukan perjalanan
9 wisata yang punya potensi akan melakukan perjalanan wisata dan wisatawan yang punya potensi akan melakukan perjalanan wisata dengan jalan melakukan komunikasi dengan mereka, mempengaruhi keinginan, kebutuhan, memotivasinya, terhadap apa yang disukai dan yang tidak disukainya, pada tingkat daerah-daerah lokal, regional, nasional ataupun internasional dengan menyediakan objek dan atraksi wisata agar wisatawan memperoleh kepuasan optimal.
Strategi adalah upaya yang dilakukan oleh museum untuk mencapai tujuannya dalam pemasaran museum ada tiga langkah yang mempengaruhi pembuatan strategi pemasaran, yaitu segmentasi (segmentation), penentuan pasar sasaran (targeting) dan posisi produk dalam benak konsumen (positioning). Karena museum merupakan lembaga yang menawarkan layanan jasa kepada masyarakat, maka pendekatan strategi pemasaran yang dapat di terapkan oleh museum adalah pemasaran jasa (marketing service) (Kotler dan Wendy, 2008: 24).
Sedangkan dalam undang–undang No 10 Tahun 2009 tentang kepariwisataan, meliputi empat aspek, salah satu diantaranya adalah pembangunan Pemasaran Pariwisata. Hal ini telah dijabarkan dalam penjelasan pasal 7 huruf c yaitu : “Pemasaran Pariwisata bersama, terpadu dan berkesinambungan dengan melibatkan seluruh pemangku kepentingan serta pemasaran yang bertanggung jawab dalam membangun Indonesia sebagai destinasi pariwisata yang berdaya saing”.
10 1.6.4 Bauran Pemasaran (Marketing Mix)
Variabel-variabel yang dapat dikendalikan atau dikontrol dalam rangka usaha untuk mempengaruhi wisatawan datang berkunjung pada suatu DTW secara populer dikenal dengan 4 P masing-masing : Product, Price, Place,dan Promotion (Yoeti, 2005: 111).
Yang dimaksud dengan 4 P menurut MacCarty dalam (Yoeti, 2006a: 237) adalah :
1. Product : adalah sesuatu yang dapat ditawarkan kepada konsumen untuk memenuhi kebutuhan (needs) dan keinginan (wants) konsumen. Dapat berwujud (tangible), atau tidak berwujud (intangible), atau kombinasi keduanya dan di dalamnya juga termasuk pelayanan (services).
2. Price : adalah harga yang dijadikan dasar penawaran kepada konsumen, ditetapkan sedemikian rupa sehingga menarik bagi konsumen dan bersaing dengan harga yang ditetapkan oleh pesaing terhadap produk yang sama.
3. Place : adalah tempat dimana konsumen dapat mencari informasi, memperoleh penjelasan, atau melakukan pembelian terhadap produk yang ditawarkan kepada konsumen.
4. Promotion : adalah suatu cara menginformasikan atau memberitahukan kepada calon pembeli tentang produk yang ditawarkan
11 dengan memberitahukan tempat-tempat dimana orang dapat melihat arau melakukan pembelian pada in the right place and at the right time.
Konsep bauran pemasaran (marketing mix) mengatakan bahwa antara ke-4 P tersebut harus dibuat sedemikian rupa, sehingga kalau dikombinasikan secara tepat, makan dapat dijadikan sebagai suatu strategi dalam pemasaran untuk menarik calon konsumen melakukan pembelian terhadap produk yang ditawarkan.
1.7 Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan penulis untuk menyelesaikan penelitian ini adalah dengan menggunakan metode deskriptif kuantitatif. Metode deskriptif adalah metode yang digunakan untuk menggambarkan atau menganalisis suatu hasil penelitian tetapi tidak digunakan untuk membuat kesimpulan yang lebih luas (Sugiyono, 2009: 21). Secara garis besar penelitian ini dibagi menjadi dua tahap yaitu pengumpulan data dan analisis data.
1.7.1 Studi Pustaka
Studi pustaka adalah pengumpulan data dengan mencari sember data sebanyak-banyaknya yang dilakukan dengan mempelajari berbagai sumber tertulis yang berkaitan dengan permasalahan dalam penelitian. Sumber yang digunakan berupa buku, majalah, koran, foto dan peta kota Purworejo.
12 Dari hasil studi pustaka yang dilakukan peneliti akan diperoleh berbagai data mengenai aspek potensi, sejarah kota Purworejo, sejarah Museum Tosan Aji dan informasi mengenai wisata pendukung kota Purworejo yang dapat dijadikan sebagai penyempurnaan penelitian.
1.7.2 Observasi
Peneliti mendapatkan data dengan cara mengamati objek yang sedang diteliti. Observasi digunakan untuk mendapatkan data yang tidak dapat diambil dari teknik wawancara. Cara ini dilakukan dengan cara mengamati pengunjung di waktu oprasional Museum Tosan Aji. Observasi dilakukan untuk mengamati pergerakan wisatawan Museum Tosan Aji untuk melihat berbagai macam aktivitas yang dilakukan oleh pengunjung.
1.7.3 Wawancara
Peneliti melakukan wawancara langsung untuk memperoleh data yang akurat. Wawancara dilakukan kepada Parso, Hartono, Teguh Wahyu Kuntoro dan Amin Supangkat selaku staf Museum Tosan Aji untuk mendapatkan data seputar kunjungan wisatawan, sejarah museum informasi mengenai benda koleksi dan berbagai data seputar destinasi. Peneliti juga melakukan wawancara terhadap sejumlah wisatawan untuk menjamin keakuratan dan kelengkapan data yang diperlukan.
13 1.7.4 Survei
Pada tahap ini peneliti melakukan survei di berbagai tempat berkumpulnya para sample seperti Museum Tosan Aji, lingkungan sekitar museum, SMK Negeri 3 Purworejo, SMA Negeri 8 Purworejo, SMP Negeri 10 Purworejo dan tempat keramaian siswa/siswi berkumpul.
Penarikan contoh sampel dengan pembagian angket atau kuesioner yaitu dengan cara perhitungan menggunakan formula yang dikembangkan oleh Slovin pada tahun 1990 (Kusumayadi dan Sugiarto, 2000: 74).
𝑛 = N
1 + Ne2
n = ukuran sampel yang dibutuhkan N = ukuran populasi
e = margin error yang diperkenankan (5% - 10%)
Ukuran populasi diperoleh dari jumlah pengunjung yang datang ke Museum Tosan Aji pada 2013 yaitu sebanyak 771 orang (data statistik kunjungan Museum Tosan Aji, 2014) . Margin error yang digunakan dalam penelitian ini adalah 10%.
𝑛 = N
1 + Ne2
𝑛 = 771
14 𝑛 = 771 1 + 771 (0,01) 𝑛 = 771 1 + 7,71 𝑛 = 88,52 𝑛 = 89
Jadi akan ada sebanyak 89 kuesioner yang akan dibagikan ke responden, kuesioner yang dibagikan berisi dua bagian yaitu mengenai identitas responden dan berbagai tanggapan responden.
Sampel yang diteliti menggunakan teknik purpose sampling. Yang dimaksud dengan teknik purposive sampling menurut Sugiyono (2009:85) adalah teknik teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Peneliti menyasar berbagai kelompok yang berhubungan dengan Museum Tosan Aji seperti : murid kelas tiga SMA, guru SMP yang pernah mengunjungi museum, masyarakat sekitar museum yang pernah mengunjungi museum dan pengunjung museum yang datang saat pencarian responden. Sedangkan alasan pemilihan responden kelas tiga SMA adalah karena responden sudah memiliki umur sekitar 16-17 tahun sehingga diharapkan tidak mengalami kesalahpahaman maksud pertanyaan dalam pengisian kuesioner, disamping itu siswa SMA sangat sering mengunjungi museum ini baik untuk sekedar berkunjung, melakukan studi banding maupun menyelesaikan tugas dari sekolah.
15 Sedangkan pemilihan responden dari kalangan guru SMP adalah karena guru SMP sering melakukan studi banding mengampu murid-murudnya untuk mengunjungi Museum Tosan Aji. Selanjutnya adalah alasan dari penulis untuk mengambil data dari kalangan masyarakat sekitar museum adalah karena masyarakat sekitar museum sering melihat keadaan museum dan mengetahui perkembangan museum dari waktu ke waktu jadi diharapkan dapat memberikan data yang lebih akurat dalam pengisian angket kuesioner. Dan yang terakhir adalah pengunjung yang datang ke museum saat peneliti melakukan survei, tujuan peneliti memilih responden ini adalah karena pengunjung langsung menikmati kunjungan di museum ini jadi masih hangat ingatan mengenai museum ini yang diharapkan dapat memberikan data yang akurat dalam pengisian kuesioner yang diberikan oleh peneliti. Kuesioner ini hanya digunakan sebagai data pendukung, penulis tidak melakukan pengujian sampel yaitu pengujian validitas dan realibilitas.
1.7.5 Analisis Data
Peneliti mengumpulkan data yang dibutuhkan melalui studi pustaka, observasi, wawancara dan survei. Selanjutnya seluruh data yang telah terkumpul kemudian diidentifikasi berdasarkan pokok permasalahan untuk dianalisis dan diuraikan secara sistematis agar mendapatkan pembahasan yang sesuai dengan permasalahan dan tujuan penelitian.
Analisis yang digunakan dalam penulisan ini adalah teknik analisis 4P (Product, Price, Promotion, dan Place) dengan masing masing “P” berisikan
16 keputusan yang apabila digabungkan akan membentuk sebuah nilai jual bagi para pembelinya. Bauran pemasaran (marketing mix) dibuat sesuai dengan target kustomernya dengan merefleksikan keunggulan perusahaannya.
1.7.5.1 Penghitungan Hasil Kuesioner
Penulis menggunakan skala Likert untuk menilai kuesioner yang telah oleh responden. Menurut Sugiyono (2009:93) skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Dengan menggunakan skala Likert, maka dimensi dijabarkan menjadi variabel kemudian variabel dijabarkan lagi menjadi indikator-indikator yang dapat diukur. Masing-masing jawaban akan diberi score atau bobot antara 1 sampai 3, dengan rincian :
1. Jawaban setuju diberi bobot (score) 3. 2. Jawaban netral diberi bobot (score) 2 3. Jawaban tidak setuju diberi bobot (score) 1 1.8 Sistematika Penulisan
Untuk mendapatkan gambaran yang jelas dan menyeluruh mengenai penyajian hasil penelitian ini. Peneliti menyusun dan mengurainya ke dalam
Bab satu adalah bab pendahuluan berisi tentang latar belakang yang melatarbelakangi alasan pengambilan pendukung tema dan lokasi penelitian.
Bab dua adalah bab yang berisi gambaran umum lokasi objek penelitian, sejarah, jumlah pengunjung dan fasilitas.
17 Bab tiga adalah bab yang berisi tentang hasil penelitian dari informan , pembahasan potensi museum dan rekomendasi.
Bab empat merupakan kesimpulan dan saran dari keseluruhan penelitian, diharapkan dengan adanya penelitian ini dapat memberikan kontribusi nyata dalam pengembangan Museum Tosan Aji.