A. Keaktivan siswa
1. Pengertian Keaktivan siswa
Keaktivan siswa dalam proses pembelajaran diperlukan demi
terciptanya pembelajaran yang baik. Menurut UU No. 20 tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional,
"Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktiv mengembangkan potensi dirinya sehingga memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, ahlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan oleh dirinya, masyarakat, bangsa dan negara".
Berdasarkan pengertian di atas jelaslah bahwa di dalam proses
pembelajaran, peserta didik atau siswa dituntut keaktivannya. Guru merupakan
penanggungjawab kegiatan proses pembelajaran di dalam kelas, karenanya
guru memegang peranan penting dalam proses belajar siswa melalui
pembelajaran yang dikelolanya. Guru harus mampu menciptakan interaksi
yang baik dalam usaha membangkitkan serta mengembangkan keaktivan
belajar siswa. Sebab, segala keaktivan siswa dalam belajar sangat menentukan
bagi keberhasilan pencapaian tujuan.
Winarno Surahmad (1994) dalam bukunya M. Sobry Sutikno
(2005:19) menjelaskan bahwa di dalam proses pembelajaran selalu ditekankan
pengertian interaksi yaitu hubungan aktiv multi arah antara pendidik dan
peserta didik dengan sumber belajar. Menurut Anton M.Mulyono (2001:26)
yang dimaksud dengan keaktivan adalah kegiatan atau aktivitas atau segala
sesuatu yang dilakukan atau kegiatan-kegiatan yang terjadi baik fisik maupun
non fisik. Sanjaya (2007:101) mengemukakan bahwa aktivitas tidak hanya
ditentukan oleh aktivitas fisik semata, tetapi juga ditentukan oleh aktivitas non
fisik seperti mental, intelektual dan emosional.
Menurut Syah (2010:89-90) mengemukakan pada prinsipnya,
pengembangan hasil belajar ideal meliputi segenap ranah psikologis yang
berubah sebagai akibat pengalaman dan proses belajar siswa. Dengan demikian
prestasi belajar di bagi ke dalam tiga macam prestasi diantaranya:
a. Prestasi yang bersifat kognitif (ranah cipta)
Prestasi yang bersifat kognitif yaitu: pengamatan, ingatan, pemahaman aplikasi atau penerapan, analisis (pemerikasaan dan penilaian secara teliti), sisntesis (membuat paduan baru dan utuh).
b. Prestasi yang bersifat afektif (ranah rasa)
Prestasi yang bersifat afektif (ranah rasa) yaitu meliputi: penerimaan, sambutan, apresiasi (sikap menghargai), internalisasi (pendalaman), karakterisasi (penghayatan). Misalnya seorang siswa dapat menunjukkan sikap menerima atau menolak terhadap suatu pernyataan dari permasalahan atau mungkin siswa menunjukkan sikap berpartisipasi dalam hal yang dianggap baik dan lain-lain.
c. Prestasi yang bersifat psikomotorik (Ranah Karsa)
Prestasi yang bersifat psikomotorik (ranah karsa) yaitu: ketrampilan bergerak dan bertindak, kecakapan ekspresi verbal dan non verbal. Misalnya siswa menerima pelajaran tentang adab sopan santun kepada orang tua, maka si anak mengaplikasikan pelajaran tersebut dalam kehidupan sehari-hari.
Pengambilan bagian oleh siswa dalam aneka ragam kegiatan belajar
mengajar meningkatkan keterlibatan mental siswa dalam proses belajar
membangkitkan motivasi yang optimal pula dari pihak siswa untuk
melaksanakan kegiatan belaja mengajar tersebut. Pengalaman belajar memberi
kesempatan kepada para siswa untuk mencoba sendiri mencari jawaban suatu
masalah, bekerja sama dengan teman sekelas, atau membuat sesuatu, atau jauh
lebih menantang pengerahan energi dan pengerahan perhatian siswa daripada
apabila hanya harus mencernakan saja informasi yang diberikan berkala
(Oemar Hamalik, 2003:10).
Di sini jelas bahwa guru berperan sebagai motivator atau memberi
motivasi kepada peserta didik. Motivasi adalah suatu perubahan energi di
dalam pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya afektif dan reaksi
untuk mencapai tujuan (Zakiah Daradjat, 2008:23). Motivasi yang diberikn
oleh guru melalui berbagai metode pengajaran dapat menimbulkan keaktivan
siswa dalam proses belajar mengajar. Berkaitan dengan hal tersebut, Sudjana
(1994:61) mengatakan bahwa :
"Keaktivan siswa dapat dilihat dalam hal turut serta dalam melaksanakan tugas belajarnya, terlibat dalam pemecahan masalah, bertanya kepada siswa lain atau kepada guru jika tidak memahami persoalan yang dihadapinya. Selain itu keaktivan siswa ditandai pula dengan berusaha mencari berbagai informasi yang diperlukan untuk pemecahan masalah, melaksanakan diskusi kelompok sesuai dengan petunjuk guru, menilai kemampuan dirinya dan hasil-hasil yang sejenis, kesempatan untuk menggunakan atau menerapkan apa yang telah diperankan dalam menyelesaikan tugas atau persoalan yang dihadapi".
Berdasarkan uraian di atas dapat dimengerti jika yang dimaksud
dengan keaktivan siswa adalah turut serta, keterlibatan siswa, atau
diwujudkan dengan bertanya, mencari informasi, atau melaksanakan tugas
sesuai tujuan.
2. Bentuk-bentuk keaktivan siswa
Belajar dengan sendirinya dalam bentuk keaktivan siswa
walaupun, tentu saja, dalam derajat yang berbeda-beda. Keaktivan dapat
mengambil bentuk yang beraneka ragam seperti misalnya menulis laporan,
mendengarkan (ceramah), mendiskusikan, membuat sesuatu, dan sebagainya.
Keaktivan-keaktivan yang lebih penting, bahkan lebih sulit diamati
menggunakan isi khazanah pengetahuan dan memecahkan masalah baru,
menyatakan gagasan dengan bahasa sendiri, menyusun suatu rencana satuan
pelajaran atau eksperimen IPA, dan sebagainya. Akan tetapi semua itu
dipulangkan kepada satu dalam kegiatan belajar mengajar yang bersangkutan.
Asimilasi dan akomodasi kognitif dalam pencapaian pengetahuan, perbuatan
serta pengalaman langsung terhadap balikannya dalam pembentukan
keterampilan, dan penghayatan serta internalisasi nilai-nilai dalam
pembentukan nilai dan sikap (Hamalik, 2003:45).
Sudjana (1994:61) mengatakan bahwa keaktivan siswa dapat dilihat
dalam hal turut serta dalam melaksanakan tugas belajarnya, terlibat dalam
pemecahan masalah, bertanya kepada siswa lain atau kepada guru jika tidak
memahami persoalan yang dihadapinya. Selain itu keaktivan siswa ditandai
pula dengan berusaha mencari berbagai informasi yang diperlukan untuk
pemecahan masalah, melaksanakan diskusi kelompok sesuai dengan petunjuk
untuk menggunakan atau menerapkan apa yang telah diperankan dalam
menyelesaikan tugas atau persoalan yang dihadapi. Jadi di dalam proses
pembelajaran keaktivan siswa melibatkan segi fisik atau jasmani dan segi jiwa
atau mentalnya. Pada saat peserta didik aktif jasmaninya dengan sendirinya ia
juga aktiv jiwanya, begitu sebaliknya (Rohani, 2004:21).
Berdasarkan berbagai pendapat tentang keaktivan siswa tersebut di
atas dapat dimengerti bahwa jenis keaktivan siswa meliputi keaktivan jiwa atau
rohani dan keaktifan jasmani. Keaktivan siswa jenis rohani dan jasmani dapat
dilihat dalam kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh siswa di sekolah.
Kegiatan-kegiatan jasmani dan rohani yang dapat dilakukan di sekolah
menurut hasil penelitian yang dilakukn oleh Paul B. Diedrich (dalam Rohani,
2004:24) meliputi:
1) Visual activities: membaca, memperhatikan gambar, percobaan dan
sebagainya.
2) Oral activities : menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran,
mengeluarkan pendapat, diskusi, dan sebagainya.
3) Listening activities : mendengarkan uraian, percakapan, diskusi, pidato dan
sebagainya.
4) Writing activities : menulis cerita, karangan, laporan, tes, angket menyalin
5) Drawing activities : menggambar, membuat grafik, peta, pola.
6) Motor activities : melakukan percobaan, bermain, berkebun, dan lain-lain.
7) Mental activities: mengingat, memecahkan masalah, menganalisis,
8) Emotional activities: menaruh minat, merasa bosan, gembira, berani, tenang,
gugup, dan sebagainya.
Keaktivan peserta didik atau siswa adalah mutlak dalam proses
pendidikan agar mereka mampu mengembangkan potensi dirinya menjadi
manusia seutuhnya. Dalam proses pembelajaran, siswa mengaktivkan berbagai
macam inderanya untuk dapat menyerap dan mencapai hasil belajar yang
maksimal. Keaktivan belajar siswa ini akan berpengaruh pada hasil belajar
yang ia peroleh. Semakin tinggi tingkat keaktivan diharapkan semakin besar
hasil yang diperoleh (Dermawan, 2009:5).
3. Upaya-upaya dalam keaktivan siswa
Dalam usaha pendidikan, guru dan murid merupakan dua
faktor yang sangat penting. Mengajar pendidikan kewarganegaraan (PKn) tidak
akan berhasil kalau salah satu faktor tersebut diabaikan. Kedua faktor tersebut
harus sama-sama aktiv. Guru sebagai subyek yang aktiv mengajar, dan murid
sebagai subyek yang aktif menerima pelajaran (Ahmadi,1986:100). Guru
merangsang keaktivan dengan jalan menyajikan bahan pelajaran, sedangkan
yang mencerna dan mengolah adalah murid itu sendiri sesuai kemauan,
kemampuan, bakat dan latar belakang masing-masing. Keaktivan siswa di
dalam belajar adalah keaktivan jasmani dan jiwa (Rohani, 2004:21). Untuk
membangkitkan keaktivan jiwa peserta didik, guru perlu :
1) mengajukan pertanyaan dan membimbing diskusi peserta didik dengan
2) memberikan tugas-tugas untuk memecahkan masalah–masalah,
menganalisis, mengambil keputusan, dan sebagainya.
3) menyelenggarakan berbagai percobaan dengan menyimpulkan keterangan,
memberikan pendapat dan sebagainya (Rohani, 2004:23).
Untuk membangkitkan keaktivan jasmani, maka guru perlu :
1)menyelenggarakan berbagai bentuk pekerjaan ketrampilan di bengkel,
laboratorium, dan sebagainya.
2)mengadakan pameran, karyawisata, dan sebagainya (Rohani, 2004:23).
Guru merupakan penanggung jawab kegiatan proses pembelajaran
di dalam kelas. Guru memegang peranan penting dalam proses belajar
mengajar siswa melalui pembelajaran yang dikelolanya. Guru menciptakan
interaksi yang baik dalam usaha membangkitkan serta mengembangkan
keaktivan belajar siswa. Sebab segala keaktivan siswa dalam belajar sangat
menentukan bagi keberhasilan pencapaian tujuan (Ilham, 2008:5).
Selain itu ada beberapa bentuk upaya yang dapat dilakukan guru
dalam mengembangkan keaktifan belajar siswa dalam mata pelajaran adalah di
antaranya dengan meningkatkan minat siswa, membangkitkan motivasi siswa,
menerapkan prinsip individualitas siswa, serta menggunakan media dalam
pembelajaran (Djamarah, 2003:35-38).
1) Meningkatkan minat siswa
Kondisi pembelajaran yang efektif adalah dengan adanya minat dan
perhatian siswa dalam belajar. Minat sangat besar pengaruhnya terhadap
diminatinya. Sebaliknya, tanpa adanya minat seseorang tidak mungkin akan
melakukan sesuatu. Siswa yang memiliki minat yang besar terhadap suatu
pelajaran akan lebih aktif untuk mempelajarinya dan sebaliknya, siswa akan
kurang keaktivannya dalam mempelajari pelajaran yang kurang
diminatinya. Oleh karena itu William Jams memandang bahwa minat siswa
merupakan faktor utama yang menentukan derajat keaktivan belajar siswa.
Jadi, minat merupakan faktor yang menentukan keterlibatan siswa secara
aktif dalam belajar. Untuk membangkitkan minat siswa dalam belajar, guru
dapat melakukan beberapa upaya yaitu dengan menggunakan media gambar
adalah :
a) Membangkitkan adanya suatu kebutuhan
b) Menghubungkan dengan persoalan pengalaman yang lampau.
c) Memberi kesempatan untuk mendapatkan hasil yang baik.
d) Menggunakan berbagai macam bentuk mengajar (Syaiful Bahri
Djamarah, 2003:35).
Thomas M. Risk (1975:79) mengemukakan “no learning takes
place without attention.” Dari pernyataan tersebut dapat dikatakan bahwa
suatu pelajaran tidak akan berlangsung tanpa adanya perhatian dari siswa.
Dengan demikian proses pembelajaran akan berjalan lancar bila siswa
memiliki minat yang besar yang menimbulkan perhatiannya dalam belajar.
Oleh karena itu, guru perlu membangkitkan minat siswa-siswanya agar
pelajaran yang diberikan mudah dipahami sehingga mereka terlibat aktif
2) Membangkitkan motivasi siswa
Motif merupakan suatu tenaga yang berada pada diri siswa
yang mendorongnya untuk berbuat mencapai suatu tujuan. Menurut Muh.
Uzer Usman adalah “suatu proses untuk menggiatkan motif-motif menjadi
perbuatan atau tingkah laku untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai
tujuan, atau keadaan dan kesiapan dalam diri individu yang mendorong
tingkah lakunya untuk membuat sesuatu dalam mencapai tujuan tertentu”.
Tugas guru adalah membangkitkan motivasi siswa sehingga ia mau belajar
secara aktif. Motivasi belajar siswa dapat timbul dari dalam individu siswa
dan dapat pula timbul akibat pengaruh dari luar dirinya. Motivasi yang
timbul dari dalam diri siswa sendiri tanpa ada ajakan atau pengaruh dari
orang lain disebut motivasi intrinsik. Sedangkan motivasi yang timbul
akibat pengaruh dari luar diri siswa, apakah karena adanya ajakan, suruhan
atau paksaan dari orang lain disebut motivasi ekstrinsik. Adapun
faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pembentukan motivasi belajar menurut
Haris Mujiman (2007:41) adalah:
a) Faktor pengetahuan tentang kegunaan belajar
b) Faktor kebutuhan untuk belajar
c) Faktor kemampuan melakukan kegiatan belajar.
d) Faktor kesenangan terhadap ide melakukan kegiatan belajar.
e) Faktor pelaksanaan kegiatan belajar.
f) Faktor hasil belajar.
h) Faktor karakteristik pribadi dan lingkungan.
3) Menerapkan prinsip individualitas
Setiap siswa memiliki ciri-ciri individu sendiri. Ada siswa yang
badannya tinggi kurus, atau pendek gemuk, cekatan atau lambat, kecerdasan
tinggi, sedang atau rendah, berbakat dalam beberapa mata pelajaran, tetapi
kurang berbakat dalam mata pelajaran tertentu, tabah, ulet atau mudah putus
asa, periang atau perenung, bersemangat atau acuh tak acuh, dan
sebagainya. Berdasarkan hal tersebut, pemahaman guru terhadap setiap
individu siswa sangat penting dalam upaya mengembangkan keaktifan
belajar mereka. Dalam konteks ini Saiful Bahri Djamarah (2003:37)
mengemukakan sebagai berikut: ”Guru harus melakukan pendekatan dalam
strategi belajar mengajarnya. Bila tidak, maka strategi belajar tuntas atau
masteyr learning yang menuntut penguasaan penuh kepada anak didik tidak
akan pernah menjadi kenyataan”. Paling tidak dengan pendekatan individual
dapat diharapkan kepada anak didik dengan tingkat penguasaan optimal.
4) Menggunakan media dalam pembelajaran.
Media pembelajaran memiliki arti yang cukup penting dalam
kegiatan pembelajaran. Karena dalam kegiatan tersebut ketidakjelasan
materi yang disampaikan dapat dibantu dengan menghadirkan media
sebagai perantara. Kerumitan bahan pelajaran yang disampaikan kepada
siswa dapat disederhanakan dengan bantuan media. Siswa akan lebih mudah
menerima bahan pelajaran dari pada tanpa penggunaan media. Nana
mengemukakan manfaat dan nilai-nilai praktis penggunaan media
pembelajaran, yaitu:
1) Dengan media dapat meletakkan dasar-dasar yang nyata untuk berpikir.
Karena itu, dapat mengurangi verbalisme.
2) Dengan media dapat memperbesar minat dan perhatian siswa untuk
belajar.
3) Dengan media dapat meletakkan dasar untuk perkembangan belajar
sehingga hasil belajar bertambah mantap.
4) Memberikan pengalaman yang nyata dan dapat menumbuhkan kegiatan
berusaha sendiri pada setiap siswa.
5) Menumbuhkan pemikiran yang teratur dan berkesinambungan.
6) Membantu tumbuhnya pemikiran dan membantu berkembangnya
kemampuan berbahasa.
7) Memberikan pengalaman yang tak mudah diperoleh dengan cara lain
serta membantu berkembangnya efisiensi dan pengalaman belajar yang
lebih sempurna.
Keaktivan peserta didik atau siswa adalah mutlak dalam proses
pendidikan agar mereka mampu mengembangkan potensi dirinya menjadi
B. Media Gambar
1. Pengertian Media Gambar
Media pembelajaran telah dikenal sejak lama, sejak pendidikan formal
atau pengajaran itu ada. Terdapat banyak pengertian atau definisi tentang
media. Media adalah sarana yang digunakan untuk menampilkan pelajaran dan
dalam pengertian yang lebih luas disebut media pendidikan, dengan pengertian
bahwa pendidikan bukan hanya mencakup pengajaran saja tetapi juga
pendidikan dalam arti yang lebih luas.
Proses belajar mengajar adalah proses komunikasi yang diciptakan
oleh guru dan siswa, dimana kadang terjadi gangguan atau hambatan. Untuk
mengatasi hambatan itu diperlukan adanya media pengajaran yang dapat
meningkatkan efektivitas belajar mengajar. Menurut Oemar Hamalik (1982:
23) media pendidikan dapat berfungsi sebagai alat, metode dan teknik yang
digunakan dalam rangka lebih mengefektifkan komunikasi dan interaksi antara
guru dan siswa dalam proses pendidikan dan pengajaran di sekolah.
Menurut Arsyad (2002: 11-13) ada beberapa kemampuan media
pengajaran dalam mengefektifkan proses belajar mengajar antara lain: (1)
kemampuan fiksasi, yaitu media mempunyai kemampuan menangkap sesuatu
objek atau peristiwa, (2) kemampuan manipulatif yaitu kemampuan
memindahkan suatu objek yang disesuaikan dengan keperluan, kemampuan
distributive yaitu memungkinkan kita mentransfer atau memindahkan suatu
Media gambar adalah bentuk bahan pembelajaran yang didesain
dalam bentuk gambar. Guru dapat menggambar benda-benda yang sesuai
dengan materi yang diajarkan agar siswa menjadi tertarik dan aktif dalam
pembelajaran. Media gambar berbentuk dua dimensi (grafis) karena hanya
memiliki ukuran panjang dan lebar. Yang termasuk media gambar adalah
gambar, foto, grafik, bagan atau diagram, kartun, komik, poster, peta dan
lain-lain.
Media gambar telah berkembang sesuai dengan kemajuan teknologi
seperti gambar fotografi. Gambar fotografi bisa diperoleh dari berbagai sumber
: surat kabar, majalah, brosur, dan buku-buku. Gambar, lukisan, kartun,
ilustrasi, foto yang diperolah dari berbagai sumber tersebut dapat dipergunakan
oleh guru secara efektif dalam kegiatan belajar mengajar pada tiap jenjang
pendidikan dan berbagai disiplin ilmu (Sudjana 2000: 78)
2. Fungsi media gambar
Media pembelajaran mempunyai fungsi yaitu: (1) media
pembelajaran dapat memperjelas penyajian pesan dan informasi sehingga dapat
memperlancar dan meningkatkan proses dan hasil belajar, (2) media
pembelajaran dapat meningkatkan dan mengarahkan perhatian anak sehingga
dapat menimbulkan motivasi belajar, (3) media pembelajaran dapat mengatasi
keterbatasan indera, ruang dan waktu, (4) media pembelajaran dapat
memberikan kesamaan pengalaman kepada siswa tentang peristiwa-peristiwa
Sama dengan media lain, media gambar berfungsi untuk
menyalurkan pesan dan penerima sumber ke penerima pesan. Pesan yang akan
disampaikan dituangkan ke dalam simbol-simbol komunikasi visual. Supaya
proses penyampaian pesan dapat berhasil dan efisien, simbol-simbol tersebut
perlu dipahami benar. Secara khusus gambar berfungsi pula untuk menarik
perhatian, memperjelas sajian ide, menghiasi fakta yang mungkin akan cepat
dilupakan atau diabaikan bila tidak digrafiskan.
Di samping itu gambar/fotografi juga sangat mendorong para siswa
untuk membangkitkan minatnya pada pelajaran, membantu mengembangkan
kemampuan berbahasa, kegiatan seni, melukis, menggunakan serta membantu
mereka menafsirkan dan mengingat-ingat isi materi bacaan dari buku-buku
teks. Kriteria dalam pemilihan media gambar adalah berdasarkan persyaratan
artistik. Media gambar yang memiliki kriteria artistik adalah media gambar
grafis. Media memiliki unsur-unsur adalah gambar dan tulisan. Media ini dapat
digunakan untuk mengungkapkan fakta atau gagasan menggunakan kata-kata,
angka, serta bentuk simbol (lambang). Media grafis merupakan gambar yang
sederhana untuk menggambarkan data kuantitatif yang akurat dan mudah untuk
3. Macam-macam media gambar
1) Model
Model adalah alat bantu mengajar berupa bentuk-bentuk khusus bersifat dua
dimensi, merupakan tiruan dari unsur-unsur dalam pelajaran PKn, seperti
gambar lambang negara.
2) Bagan atau diagram
Bagan atau diagram, misal bagan waktu berfungsi memberikan kerangka
kronologis dalam mana peristiwa dan unsur perkembangannya bisa
ditunjukkan dengan jelas. Selain itu, bagan waktu juga bisa menggambarkan
unsur-unsur sebab akibat dari peristiwa dan bahkan saling hubungan antara
peristiwa-peristiwa dalam berbagai aspek kondisionalnya.
3) Peta
Penggunaan peta sebagai media pengajaran PKn, merupakan bagian integral
dari materi pengajaran itu sendiri, disebabkan karena dalam pelajaran PKn,
di samping ada unsur waktu juga punya unsur tempat atau ruang.
4) Gambar
Gambar digunakan dan diperagakan disusun pada dinding peraga. Gambar
harus cukup jelas, agar siswa dapat melihat dengan jelas. Gambar antara lain
bisa berupa gambar, foto, grafik, kartun, komik, poster, dan lain-lain.
4. Tata cara menggunakan media gambar
Pemanfaatan media gambar dalam pelajaran PKn diperlukan strategi
yang tepat, hal ini dimaksudkan agar pelajaran tidak terjebak pada sifat
gambar akan membawa suasana belajar sesuai dengan tujuan yang diharapkan,
dilanjutkan dengan menjelaskan atau menuliskan sejarah yang disajikan dalam
gambar. Beberapa strategi/ carayang dapat dipilih :
1) Serangkaian gambar untuk belajar berkelompok
Gambar disajikan bersamaan dengan serangkaian pertanyaan yang harus
didiskusikan dengan imajinasi dan persepsi kelompok.
2) Serangkaian gambar untuk belajar individual
Rangkaian gambar disajikan kepada setiap anak didik dengan cara lisan.
Kemudian meminta pendapat anak didik, serta memberikan tugas sesuai
dengan kemampuan mereka.
3) Gambar dinding
Gambar dinding biasanya sejak lama tergantung pada dinding kelas, dengan
memanfaatkan gambar dinding sebagai media pembelajaran.
Media pembelajaran gambar mempunyai beberapa kelebihan
(Sadiman 2003: 29-31) yaitu sifatnya konkrit, gambar dapat mengatasi batasan
ruang dan waktu. Media gambar juga dapat mengatasi keterbatasan
pengamatan manusia, dapat memperjelas suatu masalah, gambar juga dapat
digunakan tanpa memerlukan alat khusus. Di samping itu media gambar atau
foto juga mempunyai beberapa kelemahan (Sadiman 2003: 31) yaitu gambar
hanya menekankan persepsi indra mata, gambar benda yang terlalu kompleks
kurang efektif untuk kegiatan pembelajaran, ukurannya sangat terbatas untuk
Ada beberapa syarat harus terpenuhi supaya gambar itu baik sebagai
media pendidikan setidaknya gambar itu akan cocok dengan tujuan pendidikan.
Gambar tersebut harus otentik, sederhana dan ukurannya relatif serta gambar
sebaiknya mengandung gerak atau perbuatan, gambar juga hendaknya bagus
dari sudut seni dan sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.
C. Pembelajaran PKn
1. Pengertian Pembelajaran PKn
Pendidikan Kewarganegaraan (Citizenship) merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan diri yang beragam dari segi agama,
sosio-kultural, bahasa, usia dan suku bangsa untuk menjadi warga negara yang
cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD
1945 (Kurikulum Berbasis Kompetensi, 2004). Pendidikan Kewarganegaraan
mengalami perkembangan sejarah yang sangat panjang, yang dimulai
dari Civic Education, Pendidikan Moral Pancasila, Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, sampai yang terakhir pada Kurikulum 2004 berubah
namanya menjadi mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan.
Pendidikan Kewarganegaraan dapat diartikan sebagai wahana untuk
mengembangkan dan melestarikan nilai luhur dan moral yang berakar pada
budaya bangsa Indonesia yang diharapkan dapat diwujudkan dalam bentuk
perilaku kehidupan sehari-hari peserta didik sebagai individu, anggota
2. Landasan PKn
Landasan PKn adalah Pancasila dan UUD 1945, yang berakar pada
nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia, tanggap pada tuntutan
perubahan zaman, serta Undang Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, Kurikulum Berbasis Kompetensi tahun 2004 serta
Pedoman Khusus Pengembangan Silabus dan Penilaian Mata Pelajaran
Kewarganegaraan yang diterbitkan oleh Departemen Pendidikan
Nasional-Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar Menengah-Nasional-Direktorat Pendidikan
Menengah Umum.
Menurut Syah (2010:89-90) mengemukakan pada prinsipnya,
pengembangan hasil belajar ideal meliputi segenap ranah psikologis yang
berubah sebagai akibat pengalaman dan proses belajar siswa. Prestasi yang
bersifat afektif (ranah rasa)
Prestasi yang bersifat afektif (ranah rasa) yaitu meliputi: penerimaan, sambutan, apresiasi (sikap menghargai), internalisasi (pendalaman), karakterisasi (penghayatan). Misalnya seorang siswa dapat menunjukkan sikap menerima atau menolak terhadap suatu pernyataan dari permasalahan atau mungkin siswa menunjukkan sikap berpartisipasi dalam hal yang dianggap baik dan lain-lain.
Hasil penelitian Dale (1969) menunjukkan bahwa kegiatan belajar
mengajar akan lebih efektif dan mudah apabila dibantu dengan sarana visual,
di mana 75% melalui indera penglihatan, 13% melalui indera pendengaran
3. Tujuan pembelajaran PKn
Tujuan pembelajaran mata pelajaran Kewarganegaraan adalah sebagai
berikut ini.
1) Berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menangggapi isu
kewarganegaraan.
2) Berpartisipasi secara bermutu dan bertanggungjawab, dan bertindak secara
cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
3) Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri
berdasarkan pada karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup
bersama dengan bangsa-bangsa lain.
4) Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara
langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi.
(Kurikulum KTSP, 2006).
4. Ruang lingkup pembelajaran PKn
Ruang lingkup mata pelajaran PKn meliputi aspek-aspek sebagai
berikut.
1) Persatuan dan kesatuan bangsa, meliputi: hidup rukun dalam perbedaan,
cinta lingkungan, kebanggaan sebagai bangsa indonesia, sumpah pemuda,
keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia, partisipasi dalam
pembelaan negara, sikap positif terhadap Negara Kesatuan Republik
2) Norma, hukum dan peraturan, meliputi: tertib dalam kehidupan keluarga,
tertib di sekolah, norma yang berlaku di masyarakat, peraturan-peraturan
daerah, norma-norma dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, sistem
hukum dan peradilan nasional, hukum dan peradilan internasional.
3) Hak asasi manusia meliputi: hak dan kewajiban anak, hak dan kewajiban
anggota masyarakat, instrumen nasional dan internasional HAM, pemajuan,
penghormatan dan perlindungan HAM.
4) Kebutuhan warganegara meliputi: hidup gotong royong, harga diri sebagai
warga masyarakat, kebebasan berorganisasi, kemerdekaan mengeluarkan
pendapat, menghargai keputusan bersama, prestasi diri, persamaan
kedudukan warganegara.
5) Konstitusi negara meliputi: proklamasi kemerdekaan dan konstitusi yang
pertama, Konstitusi-konstitusi yang pernah digunakan di Indonesia,
Hubungan dasar negara dengan kostitusi.
6) Kekuasaan dan Politik meliputi: Pemerintahan desa dan kecamatan,
Pemerintahan daerah dan otonomi, Pemerintah pusat, Demokrasi dan sistem
politik, Budaya politik, Budaya demokrasi menuju masyarakat madani,
Sistem pemerintahan, Pers dalam masyarakat demokarasi.
7) Pancasila meliputi: kedudukan Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi
negara, proses perumusan Pancasila sebagai dasar negara, pengamalan
nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, Pancasila sebagai ideologi
5. Hasil pembelajaran PKn
Dalam suatu proses pembelajaran diinginkan suatu pencapaian hasil
dari suatu proses pembelajaran. Hasil yang diharapkan dalam pembelajaran
PKn pada materi dasar negara dan konstitusi adalah :
1) siswa mampu mengkonstruksikan pengetahuan tentang materi dasar negara
dan konstitusi di benak mereka sendiri.
2) siswa memahami materi dasar negara dan konstitusi.
3) siswa aktif, kritis dan kreatif selama proses pembelajaran
4) siswa selalu belajar PKn dengan antusias.
Dengan hasil yang diharapkan pada proses pembelajaran tercapai, maka
partisipasi aktif siswa dapat terwujud dan tujuan pembelajaran dapat dicapai.
D. Keaktivan Siswa dalam Pembelajaran PKn 1. Pengertian
Menurut Oemar Hamalik (2003:10) keaktivan bisa dikatakan sebagai
pengambilan bagian oleh siswa dalam aneka ragam kegiatan belajar mengajar
dengan keterlibatan mental siswa dalam proses belajar mengajar. Sementara
menurut Sudjana (2001:61) keaktivan siswa dapat dilihat dalam hal turut serta
dalam melaksanakan tugas belajarnya, terlibat dalam pemecahan masalah,
bertanya kepada siswa lain atau kepada guru jika tidak memahami persoalan
2. Wujud keaktivan siswa
Keaktivan siswa walaupun, tentu saja, dalam derajat yang
berbeda-beda, dapat mengambil bentuk yang beraneka ragam seperti misalnya menulis
laporan, mendengarkan (ceramah), mendiskusikan, membuat sesuatu, dan
sebagainya. Sudjana (1994:61) mengatakan bahwa keaktivan siswa dapat
dilihat dalam hal turut serta dalam melaksanakan tugas belajarnya, terlibat
dalam pemecahan masalah, bertanya kepada siswa lain atau kepada guru jika
tidak memahami persoalan yang dihadapinya. Selain itu keaktivan siswa
ditandai pula dengan berusaha mencari berbagai informasi yang diperlukan
untuk pemecahan masalah, melaksanakan diskusi kelompok sesuai dengan
petunjuk guru, menilai kemampuan dirinya dan hasil-hasil yang sejenis,
kesempatan untuk menggunakan atau menerapkan apa yang telah diperankan
dalam menyelesaikan tugas atau persoalan yang dihadapi. Jadi di dalam proses
pembelajaran keaktivan siswa melibatkan segi fisik atau jasmani dan segi jiwa
atau mentalnya. Pada saat peserta didik aktif jasmaninya dengan sendirinya ia
juga aktiv jiwanya, begitu sebaliknya (Rohani, 2004:21).
Dari berbagai pendapat tentang keaktivan siswa tersebut di atas dapat
dimengerti bahwa wujud partisipasi siswa meliputi keaktivan jiwa atau rohani
dan keaktifan jasmani. Di samping itu, menurut Ardhana (2009) keaktivan
siswa bisa diukur dengan beberapa indikator yang merupakan bentuk
partisipasi siswa antara lain adalah :
1) Mendengarkan dengan baik.
3) Mengemukakan pendapat / bertanya / menjawab pertanyaan
4) Mengerjakan tugas yang diberikan guru dengan baik.
Semakin banyak indikator tersebut di atas yang dipenuhi oleh seorang
siswa berarti semakin baik keaktivannya, dan ini bisa menjadi tolok ukur
bahwa dirinya memiliki kemampuan lebih besar untuk mengembangkan
potensi dirinya, karena berarti dia telah sadar dengan tujuan yang ingin dicapai.
3.Faktor Pendorong keaktivan siswa
Menurut Gagne dan Briggs (dalam Martinis, 2007:84) faktor-faktor
yang dapat menumbuhkan keaktivan siswa dalam proses pembelajaran adalah :
1) Memberi motivasi, sehingga siswa berperan aktiv dalam kegiatan belajar.
2) Menjelaskan tujuan intruksional.
3) Mengingatkan kompetensi belajar kepada siswa.
4) Memberi stimulus.
5) Memberi petunjuk kepada siswa cara mempelajarinya.
6) Memunculkan aktivitas, partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran.
7) Memberi umpan balik (feedback).
8) Melakukan tagihan-tagihan terhadap siswa berupa tes, sehingga kemampuan
siswa selalu terpantau atau terukur.
9) Menyimpulkan setiap materi yang disampaikan di akhir pelajaran.
Martinis Yamin (2007:80) menjelaskan bahwa keaktivan siswa dalam
kegiatan pembelajaran dapat dilaksanakan manakala :
1) Pembelajaran yang dilakukan berpusat pada siswa.
3) Tujuan kegiatan pembelajaran tercapai kemampuan minimal siswa
(kompetensi dasar).
4) Pengelolaan kegiatan pembelajaran lebih menekankan pada kreativitas
siswa, meningkatkan kemampuan minimalnya, dan mencapai siswa yang
kreatif serta mampu menguasai konsep-konsep.
5) Melakukan pengukuran secara kontinu dalam berbagai aspek
pengetahuan, sikap, atau ketrampilan.
4. Upaya-upaya dalam keaktivan siswa
Pemanfaatan media pembelajaran dalam upaya untuk pembelajaran/
membelajarkan siswa, peranan dan fungsi media pembelajaran ialah sebagai
media komunikasi yang dipakai dalam kegiatan belajar mengajar. Proses
belajar mengajar pada hakekatnya adalah proses komunikasi yaitu proses
penyampaian pesan dari sumber pesan melalui saluran atau media tertentu ke
penerima pesan. Di dalam pembelajaran sebagai proses komunikasi terdapat
kendala atau gangguan yang mempengaruhinya yang disebut noise.
Gangguan-gangguan ini dapat berupa hambatan psikologis seperti: kurangnya minat,
rendahnya intelegensi, kualitas fisiologis seperti: kelelahan, keterbatasan daya
indera dan hambatan kultural seperti: kebiasan serta hambatan yang berasal
dari lingkungan.
Perbedaan gaya belajar, minat, integelensi, keterbatasan daya indera,
cacat tubuh atau hambatan jarak geografis, jarak waktu dan lain-lain dapat
dibantu diatasi dengan pemanfataan media pembelajaran. Media sebagai salah
hambatan-hambatan yang ada. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa media
pembelajaran adalah segala jenis sarana yang dapat diindera yang digunakan
dalam proses belajar mengajar untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi
pencapaian tujuan pembelajaran (Sadiman dkk, 2003:12-13). Pemanfaatan
media merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan
pada umumnya dan peningkatan proses belajar mengajar pada khususnya serta
upaya menciptakan kondisis belajar yang dapat menunjang agar pembelajaran
dapat berlangsung secara efektif dan efisien.
E.Kerangka Pemikiran
Dalam pembelajaran di sekolah, terdapat banyak unsur yang saling
berkaitan dan menentukan keberhasilan dalam proses belajar mengajar.
Unsur-unsur tersebut adalah: pendidik (guru), peserta didik (siswa), kurikulum,
pengajaran, tes, dan lingkungan. Siswa sebagai subjek dalam proses tersebut juga
sangat berperan dalam keberhasilan kegiatan belajar mengajar (Sudjana 2001:2).
Salah satu tugas pendidik atau guru adalah menciptakan suasana pembelajaran
yang dapat memotivasi siswa untuk senantiasa belajar dengan baik dan
bersemangat. Oleh karena itu guru sebaiknya memiliki kemampuan dalam
memilih metode dan media pembelajaran yang tepat.
Media pembelajaran dapat membantu menjelaskan bahan yang abstrak
menjadi realistik (Semiawan, 1987: 53). Salah satu mata pelajaran yang diajarkan
di sekolah adalah Pendidikan Kewarganegaraan (PKn). Pengajaran Pendidikan
Kewarganegaraan memiliki tujuan dalam menumbuhkan dan mengembangkan
keaktivan siswa dalam belajar rendah. Masalah tersebut disebabkan karena
metode dan pendekatan yang digunakan guru kurang mendorong siswa untuk
belajar secara kondusif, sehingga penyajian materi pelajaran oleh guru cenderung
monoton. Oleh karena itu dalam proses pembelajaran PKn perlu kiranya
dirancang keterlibatan siswa secara aktif. Untuk mencapai tujuan pembelajaran
yang disusun (Semiawan 1987 : 8).
Salah satu upaya yang dapat dilakukan guru untuk meningkatkan
partisipasi atau keaktivan siswa dalam belajar adalah dengan menggunakan media
gambar atau foto. Sejumlah gambar, lukisan, baik dari majalah, buku, koran, dan
lain-lain yang ada hubungannya dengan pelajaran dapat dipergunakan sebagai alat
peraga pembelajaran (Sudjana 1982: 30). Penggunaan media gambar diharapkan
dapat meningkatkan keaktivan siswa dan pemahaman siswa akan materi yang
disampaikan guru.
Dari uraian di atas dapat diduga bahwa pembelajaran dengan penerapan
media gambar dapat meningkatkan keaktivan siswa dalam belajar yang efektif dan
kreatif, menemukan pengetahuan dan keterampilannya sendiri melalui proses
bertanya, diskusi dan kerja kelompok pada saat melakukan proses pembelajaran
F. Hipotesis Tindakan
Penerapan media gambar dapat meningkatkan keaktivan siswa dalam
pembelajaran pendidikan kewarganegaraan materi dasar Negara dan konstitusi di
sekolah menengah kejuruan tujuh lima 2 purwokerto pada siswa kelas X1
(Teknik Kendaraan Ringan) SMK Tujuh Lima 2 Purwokerto tahun ajaran
2012/2013 akan meningkat melalui penerapan media gambar.
Kondisi siswa awal
Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran
rendah
TINDAKAN
Dalam proses pembelajara guru menggunakan model pembelajaran ceramah
Siklus 1 dalam proses pembelajaran siswa menggunakan media
gambar
Siklus 2 dalam proses pembelajara menggunakan media
gambar