• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Perilaku Konsumen - NONI BAB II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Perilaku Konsumen - NONI BAB II"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A.Landasan Teori

1. Perilaku Konsumen

Perilaku konsumen menurut Schiffman dan Kanuk (2008:6) Perilaku

konsumen menggambarkan cara individu mengambil keputusan untuk

memanfaatkan sumber daya mereka yang tersedia (waktu, uang, usaha)

guna membeli barang-barang yang berhubungan dengan konsumsi. Dari

pengertian tentang perilaku konsumen di atas dapat diperoleh dua hal yang

penting, yaitu: (1) sebagai kegiatan fisik dan (2) sebagai prosespengambilan

keputusan. Dapat disimpulkan bahwa perilaku konsumen adalah semua

kegiatan, tindakan, serta proses psikologis yang mendorong tindakan

tersebut pada saat sebelum membeli, ketika membeli, menggunakan,

menghabiskan produk dan jasa setelah melakukan hal-hal di atas atau

kegiatan mengevaluasi.

Menurut Sangadji dan Sopiah (2013:9) perilaku konsumen adalah

semua tindakan yang dilakukan oleh konsumen guna untuk mencapai dan

memenuhi kebutuhannya baik dalam penggunaan, pengonsumsian, maupun

penghabisan barang dan jasa, termasuk proses keputusan yang mendahului

dan yang menyusul. Sedangkan menurut Mangkunegara (2008:4) perilaku

konsumen adalah tindakan-tindakan yang dilakukan oleh individu,

(2)

keputusan dalam mendapatkan, menggunakan barang-barang atau jasa

ekonomis yang dapat dipengaruhi lingkungan. Menurut Simamora (2008:6)

faktor-faktor yang dapat mempengaruhi perilaku konsumen diantaranya

adalah:

a. Faktor kebudayaan

Faktor kebudayaan mempenyai pengaruh yang paling luas dan paling

dalam terhadap perilaku konsumen. Pemasar harus memahami peran

yang dimainkan oleh kultur, sub-kultur, dan kelas sosial pembeli.

b. Faktor sosial

Perilaku konsumen juga akan dipengaruhi oleh faktor sosial sperti

kelompok kecil, keluarga, peran dan status sosial dari konsumen.

Faktor-faktor ini sangat mempengaruhi tanggapan konsumen, oleh karena itu

pemasar harus benar-benar memperhitungkannya untuk menyusun

strategi pemasaran.

c. Faktor pribadi

Keputusan seseorang pembeli juga dipengaruhi oleh karateristik pribadi

seperti umur dan tahap daur hidup pembeli, jabatan, keadaan ekonomi,

gaya hidup, keperibadian dan konsep diri pembeli yang bersangkutan.

d. Faktor psikologi

Pada suatu saat tertentu seseorang mempunyai banyak kebutuhan baik

bersifat biologis. Kebutuhan ini timbul dari suatu keadaan fisiologis

seperti rasa lapar, haus, dan sebagainya. Pilihan pembelian seseorang

(3)

2. Sikap

Pengertian sikap menurut Schiffman dan Kanuk (2008:222) sikap

merupakan kecenderungan yang dipelajari untuk perilaku dengan cara yang

tetap menyenangkan terhadap suatu objek tertentu. Sedangkan pengertian

sikap menurut Sangadji dan Sopiah (2013:1776) sikap merupakan inti

persaaan suka atau tidak suka seseorang terhadap suatu objek tertentu.

Sangadji dan Sopiah (2013:176) ada tiga komponen sikap yaitu:

a. Kognitif berkaitan dengan pikiran (otak) seseorang, apa yang dipikirkan

konsumen. Kognitif bersifat rasional, masuk akal.

b. Afkektif berkaitan dengan perasaan, jadi sifatnya emosional. Wujudnya

bisa berupa perasaan senang, sedih, ceria, gembira, dan sebagainya.

c. Konatif (psikomotor) berkaitan dengan tindakan. Wujudnya adalah

keterampilan seseorang, misalnya terampil meyetir, olahraga, memasak,

dan lain-lain.

Sangadji dan Sopiah (2013:195) fungsi dari sikap adalah membantu

menyimpan memori jangka panjang sehingga orang bisa dapat dengan

mudah mengikat kembali suatu hal pada saat yang tepat ketika sedang

menghadapi isu atau masalah pada produk, merek, dan jasa dalam rangka

membuat pernyataan tentang diri mereka. Ada beberapa karateristik sikap

menurut Sopiah dan Sangadji (2013:195):

a. Sikap memiliki objek

Didalam konteks pemasaran, sikap konsumen harus terkait dengan objek

(4)

konsumsi dan pemasaran seperti produk, merek, iklan, harga, kemasan,

penggunaan media, dan sebagainya.

b. Konsisteni sikap

Sikap adalah gambaran perasaan dari seorang konsumen, dan perasaan

tersebut akan direflesikan oleh perilakunya karena sikap memiliki

konsistensi dengan perilaku.

c. Sikap positif, negatif, netral

Sikap positif merupakan sikap yang mungkin dapat menerima atau

menyukai suatu hal, sedangkan sikap negatif merupakan sikap yang tidak

menyukai suatu hal. Bersikap netral berarti tidak memiliki sikap atas

suatu hal.

d. Intensitas sikap

Intensitas sikap adalah ketika konsumen menyatakan derajat tingkat

kesukaannya terhadap suatu produk.

e. Resistensi sikap

Resistensi adalah seberapa besar sikap seorang konsumen bisa berubah.

Pemasar perlu memahami resistensi konsumen agar bisa menerapkan

strategi pemasaran yang tepat.

f. Persistensi sikap

Persistensi adalah karakteristik sikap yang menggambarkan bahwa sikap

(5)

g. Keyakinan sikap

Keyakinan adalah kepercayaan konsumen mengenai kebenaran sikap

yang dimilikinya.

h. Sikap dan situasi

Sikap seseorang terhadap suatu objek sering kali muncul dalam kontek

situasi. Artinya, situasi akan memengaruhi sikap konsumen terhadap

suatu objek.

Kotler dan Keller (2009 : 187) sikap menentukan kita dalam kerangka

pikiran, menyukai atau tidak menyukai sebuah objek, bergerak menuju atau

beralih padanya. Sikap menuntun kita untuk berperilaku dalam cara cukup

konsisten terhadap objek yang sama. Karena sikap menghemat energi dan

pikiran, sikap sangat sulit diubah.

3. Fashion Leadership

Fashion merupakan gaya yang dimiliki oleh konsumen. Fashion

mengacu pada desain dan gaya yang diterima oleh kelompok fashion

leadership yang eksklusif. (Schiffman dan Kanuk, 2008:351) para anggota

berbagai kelas sosial tertentu berbeda sudut pandangannya mengenai apa

yang mereka anggap sesuai dengan mode atau selera yang baik. Karena

kebanyakan orang berpakaian sesuai dengan citra diri mereka, termasuk

persepi mengenai keanggotaan kelas sosial mereka. Fashion leadership bisa

dikatakan konsumen-konsumen yang elit dan mereka yang paling pertama

mengadaptasi perubahan fashion (Solomon, 2009 dalam Dwipayani

(6)

menjadi hal yang penting dalam masyarakat. Mode mempengaruhi apa yang

kita pakai, apa yang kita makan, bagaimana kita hidup dan bagaimana kita

melihat diri kita. Cara kita berdandan juga menunjukkan kepribadian kita

dan idealisme dan juga mencerminkan masyarakat kita dan budaya. Fashion

adalah gaya yang diterima dan digunakan oleh sebagian besar kelompok

pada satu waktu. Dari definisi tersebut kita dapat mengetahui bahwa fashion

berhubungan dengan gaya, kepribadian dan waktu, sehingga dapat

dimengerti mengapa trend fashion berubah setiap tahunnya. Robbins

(2003:314) dalam Wibowo (2015:280) kepemimpinan atau leadership

sebagai kemampuan mempengaruhi suatu kelompok menuju pada

pencapaian tujuan.

Secara operasional fashion leadership didefinisikan tidak hanya satu

keterlibatan dalan pengetahuan tentang fashion tetapi juga tingkat pengaruh

seseorang dalam pengetahuan tentang fashion tetapi juga tingakat pengaruh

seseorang atas rekan-rekanya dalam memilih produk-produk fashion dan

merek yang terkait untuk menjadi modis (Martinnez dan Kim, 2012 dalam

Dwipayani, 2016). Menurut Purnomo (2017) menyatakan bahwa

karakteristik Fashion Leadership memiliki minat yang sangat kuat dalam

fashion dan memiliki sikap positif terhadap perubahan fashion. Ciri

berikutnya tidak memperhatikan harga pakaian, suka berteman atau sosialita

dan bersedia mencoba mengikuti trend terbaru dengan segala risiko dan

konsekuensi. Biasanya ciri seorang fashion leader adalah orang-orang yang

(7)

atau ciri dari individu tersebut, bahkan selain itu fashion yang dikenakan

bisa menginspirasi orang lain untuk mengikuti apa yang dikenakan.

4. Kepercayaan Konsumen

Kepercayaan adalah rasa yang timbul terhadap suatu pihak untuk

melakukan suatu kewajiban sesuai dengan yang diharapkan (Tugiso dkk.,

2016). Kepercayaan adalah kemauan seseorang untuk bertumpu pada orang

lain dimana kita memiliki keyakinan padanya. Kepercayaan merupakan

kondisi mental yang didasarkan oleh situasi seseorang dan konteks

sosialnya. Ketika seseorang mengambil suatu keputusan, ia akan lebih

memilih keputusan berdasarkan pilihan dari orang-orang yang lebih dapat ia

percaya dari pada yang kurang dipercayai (Tugiso dkk, 2016). Menurut

Zulfikar (2015) mendefinisikan kepercayaan (trust) sebagai kemauan untuk

bergantung pada penjual yang dapat dipercaya. Dalam transaksi secara

online, kepercayaan muncul ketika mereka yang terlibat telah mendapat

kepastian dari pihak lainnya, serta mau dan bisa memberikan kewajibannya.

Sangadji dan Sopiah (2013) mendefinisikan kepercayaan konsumen

sebagai semua pengetahuan yang dimiliki oleh konsumen, dan semua

kesimpulan yang dibuat oleh konsumen tentang objek, artibut, dan

manfaatnya. Objek dapat berupa produk, orang, perusahaan, atau segala

sesuatu yang padanya seseorang memiliki kepercayaan dan sikap. Atribut

adalah karakteristif atau fitur yang mungkin dimiliki atau tidak dimiliki oleh

objek. Terdapat dua macam atribut yaitu atribut intrinsik dan ekstrinsik.

(8)

Listyorini (2015) menyatakan, faktor yang membentuk kepercayaan

seseorang terhadap merek suatu perusahaan ada tiga : kemampuan (abilty),

kebaikan hati (benevolence) dan integritas (integrity). Ketiga faktor tersebut

dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Kemampuan (Ability) Kemampuan mengacu pada kompetensi dan

karakteristik penjual atau organisasi dalam mempengaruhi dan mengotori

wilayah yang spesifik. Dalam hal ini, bagaimana penjual mampu

menyediakan, melayani, sampai mengamankan transaksi dari gangguan

pihak lain. Artinya bahwa konsumen memperoleh jaminan kepuasan dan

keamanan dari penjual dalam melakukan transaksi.

b. Kebaikan hati (Benevolence) kebaikan hati merupakan kemauan penjual

dalam memberikan kepuasan yang saling menguntungkan antara dirinya

dengan konsumen. Profit yang diperoleh penjual dapat dimaksimumkan,

tetapi kepuasan konsumen juga tinggi. Penjual bukan semata-mata

mengejar profit maksimum semata, melainkan juga memiliki perhatian

yang besar dalam mewujudkan kepuasan konsumen.

c. Integritas (Integrity) integritas berkaitan dengan bagaimana perilaku atau

kebiasaan penjual dalam menjalankan bisnisnya. Informasi yang

diberikan kepada konsumen apakah benar sesuai dengan fakta atau tidak.

Kualitas produk yang dijual apakah dapat dipercaya atau tidak.

Kepercayaan Konsumen pada Toko Online dalam jurnal yang di tulis

oleh Mahkota dkk (2014) kepercayaan dalam kaitannya dengan online shop

(9)

online vendor. Kepercayaan pada online store adalah kesediaan untuk

menerima kelemahan dalam transaksi online berdasarkan harapan positif

mengenai perilaku masa depan online store. Sehingga disimpulkan bahwa

semakin tinggi tingkat kepercayaan konsumen, semakin tinggi tingkat

pembelian niat konsumen.

5. Orientasi Belanja

Azizah dan Dewi (2016) orientasi belanja adalah bagian khusus dari

gaya hidup dan digambarkan melalui serangkaian aktivitas, minat dan

pernyataan opini yang berhubungan dengan perilaku berbelanja setiap

individu. Schiffman dan Kanuk (2008:297) berpendapat bahwa dua oang

atau lebih yang berbelanja bersama-sama, baik berbelanja makanan,

pakaian, atau hanya untuk melewatkan waktu, dapat disebut kelompok

belanja. Kelompok-kelompok seperti ini sering merupakan cabang keluarga

atau kelompok persahabatan, dan karena itu mereka berfungsi untuk sebagai

teman membeli. Azizah dan Dewi (2016) dalam mengidentifikasi beberapa

jenis orientasi belanja, antara lain:

a. Impulse purchase orientation, orientasi pembelian secara spontan atau

impulse purchase orientation adalah perilaku yang tidak direncanakan

secara wajar bila hal itu berkaitan dengan evaluasi objektif dan keinginan

emosional dalam pembelian.

b. Brand orientation atau orientasi merek adalah sejauh mana perusahaan

(10)

c. Quality orientation atau orientasi kualitas adalah sejauh mana produk

atau jasa memenuhi atau melebihi harapan pelanggan.

Ivoni, dkk ((2015) Orientasi belanja seseorang merupakan hal yang

dianggap berpengaruh terhadap niat pembelian. Nusarika dkk (2015)

Orientasi belanja setiap individu akan ditunjukan melalui aktivitas, opini

dan minat individu ketika melakukan kegiatan belanja pemahaman terhadap

orientasi belanja yang dimiliki oleh individu dapat membantu prosedur

untuk menangkap apa yang diinginkan, dibutuhkan ataupun tujuan yang

diinginkan oleh individu ketika melakukan kegiatan belanja (Nusarika dkk.,

2015).

6. Niat Beli

Niat adalah intensi, didefinisikan secara umum sebagai suatu

keinginan mendalam untuk melakukan sesuatu. Konsumen yang

mempunyai niat pembelian secara online dalam lingkungan situs belanja

akan menentukan kekuatan niat seseorang konsumen untuk melakukan

pembelian yang di tentukan perilaku internet (Soegiarto, 2013). Ibrahim

(2013) dapat didefinisikan sebagai rencana muka untuk membeli barang

atau jasa tertentu dimasa depan, rencana ini mungkin tidak selalu

menyebabkan implementasi, karena dipengaruhi oleh kemampuan untuk

melakukan. Berdasarkan arti lain niat dapat didefinisikan sebagai dorongan

oleh suatu keinginan, setelah melihat, mengamati dan membandingkan serta

mempertimbangkan dengan kebutuhan yang diinginkannya. Dalam proses

(11)

untuk memakai maupun membeli produk tertentu. Motif pembelian ini

berbeda dari masing-masing konsumen (Kotler, 2000).

Menurut Oetama dan Muslimah (2017:114) niat beli seringkali

digunakan untuk menganalisa perilaku konsumen. Sebelum melakukan

pembelian, konsumen akan mengumpulkan informasi tentang produk yang

akan akan menjadi pertimbangan. Dalam model perilaku konsumen niat beli

dibentuk dari kepercayaan mengenai produk atau merek dan artributnya,

diikuti dengan peralihan dalam sikap terhadap tindakan pembelian dan

dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal. Oentoro (2012) dalam

Binalay (2016) dalam tahap-tahap minat beli konsumen terdapat suatu

konsep AIDA diantaranya yaitu:

1. Perhatian (Attention)

Merupakan tahap awal dalam menilai suatu produk atau jasanya yang

dibutuhkan calon pelanggan, dimana dalam tahap ini calon pelanggan

nilai memperoleh produk atau jasa yang ditawarkan.

2. Ketertarikan (Interest)

Minat calon pelanggan timbul setelah mendapatkan informasi yang lebih

terperinci mengamati produk atau jasa.

3. Keinginan (Desire)

Calon pelanggan memikirkan serta berdiskusi yang menyebabkan

keinginan dan hasrat untuk membeli produk atau jasa yang ditawarkan.

Tahap ini ditandai dengan hasrat yang kuat dari calon pelanggan untuk

(12)

4. Tindakan (Action)

Melakukan pengambilan keputusan yang positif atas penawaran. Pada

tahap ini calon pelanggan yang telah mengunjungi perusahaan akan

mempunyai tingkat kemantapan akan membeli atau menggunakan suatu

produk yang ditawarkan.

B.Hasil Penelitian Terdahulu

Tabel 2.1

Hasil Penelitian Terdahulu

No

Judul Penelitian /

Peneliti

Variabel Hasil Penelitian

1. Pengaruh Sikap, Norma Subyektif Terhadap Niat Beli Ulang Produk Fashion Via Online Di Kota Denpasar (Dewidan Ardani 2016) Variabel Independen Sikap, Norma Subyektif Variabel Dependen

Niat Beli Ulang

a. Sikap berpengaruh positit dan signifikan terhadap niat beli ulangproduk fashinon via online di kota Denpasar. b. Norma subyektif

berpengaruh positif dan signifikan terhadap niat beli ulang produk fashion via online di kota Denpasar.

2. Pengaruh Sikap dan Fashion Leadership Terhadap Niat Beli Online Remaja Di Kota Denpasar (Dwipayani dan Rahayuda 2016) Variabel

Independen Sikap dan Fshion

leadership

Variabel Dependen

Niat Beli

a. Sikap berpengaruh positif dan signifikan terhadap niat beli online remaja di kota Denpasar.

(13)

3. Pengaruh Persepsi Harga, Kepercayaan, dan Orientasi Belanja Terhadap Niat Beli Secara Online (Nusarika dan Purnami 2015). Variabel Independen Harga, Kepercayaan dan Orientasi Belanja Variabel Dependen Niat beli

a. Persepsi harga berpengaruh positif dan signifikan terhadap niat beli produk online dikota Denpasar. b. Kepercayaan berpengaruh

positif dan signifikan terhadap niat beli produk fashion online di kota Denpasar.

c. Orientasi belanja berpengaruh positif dan signifikan terhadap niat beli produk fashion online di kota Denpasar.

4. The

Relationship of Attitude, Subjective Norm and Website Usability on Consumer Intention to Purchase Online: An Evidence of Malaysian Youth Hasbullah dkk (2016). Variabel Independen Sikap, Norma Subjektif dan Kegunaan Situs WEB Variabel Dependen Membeli Secara Online

a. Sikap berpengaruh positif dan signifikan terhadap Intensi Konsumen untuk Pembelian secara Online: Bukti Remaja Malaysia. b. Norma Subjektif

berpengaruh positif dan signifikan terhadap Intensi Konsumen untuk Pembelian secara Online: Bukti

Remaja Malaysia. c. Kegunaan situs

berpengaruh positif dan signifikan terhadap Intensi Konsumen untuk Pembelian secara Online: Bukti

Remaja Malaysia. 5. Trust and Risk

in Purchase Intention through Online Social Network: A Focus Group Study of Facebook in Thailand (Leeraphong dan Mardjob 2013) Variabel Independen Kepercayaan dan Risiko Variabel Dependen Niat Pembelian

a. Kepercayaan berpengaruh

positof dan signifikan terhadap niat Pembelian melalui Jaringan Sosial Online: Studi Kelompok Terfokus Facebook di Thailand.

b. Risiko berpengaruh positif dan signifikan terhadap Niat Pembelian melalui Jaringan Sosial Online: Studi

(14)

C.KERANGKA PEMIKIRAN

1. Hubungan Sikap terhadap niat beli.

Menurut Schiffman dan Kanuk (2008:222) sikap merupakan

kecenderungan yang dipelajari untuk berperilaku dengan cara yang tetap

menyenangkan atau tidak menyenangkan terhadap suatu obyek tertentu

misalnya, suatu kategori produk, merk, jasa iklan, situs Web, atau toko

ritel. Sikap mempengaruhi niat beli karena sikap sebagai mental dan syaraf

dengan kesiapan untuk menanggapi, diorganisasi melalui pengalaman dan

memiliki pengaruh yang mengarahkan terhadap perilaku khususnya niat.

Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya sikap berpengaruh positif dan

signifikan terhadap niat beli menurut Dewi dkk (2016) dan Dwipayani dkk

(2016). Hasbullah dkk (2016) berdasarkan penelitiannya sikap terhadap

pembelian berpengaruh positif signifikan terhadap niat untuk membeli

secara online .

2. Hubungan Fashion leadership terhadap niat beli.

Fashion merupakan gaya yang dimiliki oleh konsumen. Fashion

mengacu pada desain dan gaya yang diterima oleh kelompok fashion

leadership yang eksklusif. Fashion leadership bisa dikatakan

konsumen-konsumen yang elit dan mereka yang paling pertama mengadaptasi

perubahan fashion (Solomon, 2009 dalam Dwipayani 2016:3622).

Berdasarkan penelitian Dwipayani (2016) fashion leadership berpengaruh

(15)

3. Hubungan kepercayaan konsumen terhadap niat beli

Menurut Setiadi (2008) kepercayaan merupakan keyakinan suatu

pihak akan menemukan apa yang diinginkan dari pihak lain bukan apa

yang ditakutkan dari pihak lain. Kepercayaan mempengaruhi niat beli

karena kekuatan pengetahuan yang dimiliki oleh konsumen dan semua

semua kesimpulan yang dibuat konsumen bahwa produk mempunyai

objek, artibut, dan manfaat. Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya

Kepercayaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap niat beli

(Nusarika, 2016). Leeraphong dan Mardjob (2013) berdasarkan

penelitiannya Kepercayaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap

niat beli. Namun dalam penelitian Nuraini dan Mudiantono (2017) dalam

penelitian menyatakan bahwa terdapat hubungan tidak langsung dan

negatif antara kepercayaan konsumen terhadap niat beli ulang. Dalam

penelitiannya menyatakan bahwa kepercayaan konsumen pada traveloka

tidak selalu berdampak pada minat beli ulang konsumen dimasa yang akan

datang.

4. Hubungan orientasi belanja terhadap niat beli

Orientasi belanja merupaka gaya hidup yang berkaitan dengan

kegiatan-kegiatan belanja yang akan ditunjukan melalui aktifitas, opini dan

minat individu ketika melakukan kegiatan belanja (Azizah dan Dewi,

2016). Orientasi belanja mempengaruhi niat beli karena dapat membantu

produsen untuk menangkap apa yang diinginkan oleh individu, dapat

(16)

H5 (+)

H4 (+)

H1 (+)

H2 (+)

H3 (+)

oleh individu ketika melakukan kegiatan belanja. Berdasarkan hasil

penelitian sebelumnya orientasi belanja berpengaruh positif dan signifikan

terhadap niat beli (Nusarika, 2016).

Berdasarkan dari landasan teori dan penelitian yang telah

diungkapkan diatas, maka kerangka pemikiran dapat digambarkan sebagai

berikut:

D.Hipotesis

Berdasarkan teori, hasil penelitian sebelumnya, dan kerangka pemikiran

di atas maka disimpulkan hipotesis sebagai berikut:

H1 : Sikap secara parsial berpengaruh positif signifikan terhadap niat beli.

H2 : Fashion leadership secara parsial berpengarung positif signifikan

terhadap niat beli. Sikap

(X1)

Fashion Leadership(X2)

Niat Beli

(Y)

Kepercayaan Konsumen(X3)

Orientasi Belanja (X4)

(17)

H3 : Kepercayaan konsumen secara parsial berpengaruh positif signifikan

terhadap niat beli.

H4 : Orientasi belanja secara parsial berpengaruh positif signifikan terhadap

niat beli.

H5 : Sikap, fashion leadership, kepercayaan konsumen dan orientasi belanja

Gambar

Tabel 2.1 Hasil Penelitian Terdahulu
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran

Referensi

Dokumen terkait

Pada halaman index (utama) berisi tentang headline berita atau agenda akademik baik dari prodi maupun dari kampus. Beberapa interaksi pada halaman index adalah navigasi

memiliki konsep emosi “Mewah”, “Modern”, “Futuristik” , dan “Kreatif”. Tetapi untuk mempertajam jumlah emosi maka yang digunakan adalah nilai yang memiliki

Komitmen organisasi dapat ditunjukkan melalui beberapa sikap, antara lain perasaan memiliki terhadap perusahaan, perasaan terlibat dalam suatu pekerjaan, pemahaman

Sesuai dengan kriteria diterima atau ditolaknya hipotesis maka dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa menerima hipotesis yang diajukan terbukti atau dengan kata lain variabel

Semoga buku ini memberi manfaat yang besar bagi para mahasiswa, sejarawan dan pemerhati yang sedang mendalami sejarah bangsa Cina, terutama periode Klasik.. Konsep

dengan judul “ Rancang Bangun Sistem Penjadwalan dan Monitoring Pelaksanaan Praktikum dan Asistensi Laboratorium Pada Jurusan Sistem Informasi dan Teknik Informatika ”

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara isi pesan, desain brosur, serta frekuensi media exposure dengan brand awareness Lunpia Delight pada

Project : Embankment Rehabilitation and Dredging Work of West Banjir Canal and Upper Sunter Floodway of Jakarta Urgent Flood Mitigation Project (JUFMP/JEDI) – ICB Package