• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Putri Sitronela Dewi BAB II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Putri Sitronela Dewi BAB II"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori

1. Definisi Kematian Maternal

Kematian maternal merupakan kematian dari setiap wanita selama masa kehamilan, bersalin atau dalam 42 hari sesudah berakhirnya kehamilan oleh sebab apapun, tanpa melihat usia dan lokasi kehamilan, oleh setiap penyebab yang berhubungan dengan atau diperberat oleh kehamilan atau penanganannya tetapi bukan oleh kecelakaan atau insidental (faktor kebetulan), hal ini sesuai dengan definisi Internasional Statistical Classification of Disease and Related Health Problems (ICD) (Padraig O Luanaigh and Cindy Carlson, 2009).

Internasional Statistical Classification of Disease and Related Health Problems (ICD) mendefinisikan kematian maternal yaitu kematian wanita selama hamil atau dalam 42 hari setelah berakhirnya kehamilan, tidak tergantung dari penyebab kematian.

(2)

2. Faktor-faktor Penyebab Kematian Maternal

Menurut Andryansyah A, Angkasawati TJ, Asribudisuari M, Turniani, Astridya BW, Heny, et al (2005), dalam journalnya mengatakan bahwa tiga faktor utama penyebab kematian ibu adalah :

a. Faktor medis (langsung dan tidak langsung),

b. Faktor sistem pelayanan (sistem pelayanan antenatal, sistem pelayanan persalinan dan sistem pelayanan pasca persalinan dan pelayanan kesehatan anak),

c. Faktor ekonomi, sosial budaya dan peran serta masyarakat (kurangnya pengenalan masalah, terlambatnya proses pengambilan keputusan, kurangnya akses terhadap pelayanan kesehatan, pengarusutamaan gender, dan peran masyarakat dalam kesehatan ibu dan anak).

Menurut Prawirohardjo S (2008) dan Fibriana AI (2007), dalam journalnya mengatakan Kematian maternal dibagi menjadi dua kelompok : a. Kematian obstetri langsung yaitu kematian yang timbul karena adanya

komplikasi kehamilan, persalinan dan nifas dikarenakan intervensi medis. Komplikasi – komplikasi tersebut yaitu perdarahan, baik perdarahan antepartum maupun postpartum, preeklamsia/eklamsia, sepsis, persalinan macet, abortus dan emboli air ketuban.

(3)

kematian maternal disebabkan oleh karena penyakit jantung, anemia, malaria, dan HIV / AIDS.

Selain faktor-faktor diatas yang telah disebutkan, Dwinata Indra (2009), mengatakan bahwa faktor reproduksi dan faktor non medis ibu (faktor determinan jauh) turut berkontribusi pada risiko kematian maternal diantaranya yaitu :

a. Faktor Reproduksi

1). Jumlah paritas satu dan paritas diatas tiga telah terbukti meningkatkan angka kematian maternal dibanding paritas 2-3, 2). Selain itu faktor umur ibu melahirkan juga menjadi faktor risiko

kematian ibu, dimana usia muda yaitu < 20 tahun dan usia tua ≥35

tahun pada saat melahirkan menjadi faktor risiko kematian maternal, 3). Sedangkan jarak antara tiap kehamilan yang dianggap cukup aman

adalah 3-4 tahun.

Faktor kematian maternal ini kemudian diidentifikasi sebagai 4T (4 terlalu: terlalu muda, terlalu tua, terlalu rapat jarak kehamilan dan terlalu banyak).

b. Faktor non medis (determinan jauh)

(4)

Dari berbagai penjabaran diatas, peneliti hanya meneliti faktor medis penyebab kematian maternal diantaranya yaitu kematian maternal langsung dan kematian maternal tidak langsung adalah sebagai berikut :

a. Penyebab langsung kematian maternal 1). Perdarahan

Terdapat dua macam perdarahan yaitu perdarahan antepartum dan perdarahan postpartum.

a). Perdarahan antepartum

Perdarahan antepartum adalah perdarahan pervaginam yang terjadi pada kehamilan diatas 28 minggu atau lebih. Perdarahan antepartum merupakan komplikasi persalinan dengan frekuensi sekitar 3 – 4% (Manuaba IBG, Manuaba IBGF, Manuaba IAC, 2010).

Perdarahan antepartum merupakan keadaan gawat darurat obstetrik yang dapat mengakibatkan kematian maternal maupun fetal dalam waktu singkat. Penyebab perdarahan antepartum yang berbahaya pada umumnya bersumber pada kelainan plasenta, yaitu plasenta previa dan solusio plasenta (Prawirohardjo S, 2008).

b). Perdarahan postpartum

(5)

tertinggalnya sebagian dari plasenta, dan kadang - kadang perdarahan juga disebabkan oleh kelainan proses pembekuan darah akibat hipofibrinogenemia yang terjadi akibat solusio plasenta, retensi janin mati dalam uterus dan emboli air ketuban (Prawirohardjo S, 2008).

2). Abortus

Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup diluar kandungan dengan umur kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram (Prawirohardjo S, 2008).

Dari hasil laporan WHO, angka kematian maternal karena abortus di seluruh dunia adalah 15%, terdapat 20 juta kasus abortus tak aman/berisiko (unsafe abortion) di seluruh dunia pertahun. Komplikasi yang berbahaya pada abortus ialah perdarahan, perforasi uterus, infeksi, syok hemoragik dan syok septik. Komplikasi fatal juga dapat terjadi akibat bendungan sistem pembuluh darah oleh bekuan darah, gelembung udara atau cairan, gangguan mekanisme pembekuan darah yang berat (koagulasi intravaskuler diseminata) dan keracunan obat - obat abortif yang menimbulkan gagal ginjal (Fibriana AI,2007).

3). Hipertensi (Preeklamsia/eklamsia)

(6)

kehamilan yang sering dijumpai adalah preeklamsia dan eklamsia. Preeklamsia berat dan khususnya eklamsia merupakan keadaan gawat karena dapat mengakibatkan kematian ibu dan janin.. Tanda khas preeklamsia adalah tekanan darah yang tinggi, ditemukannya protein dalam urin dan pembengkakan jaringan (edema) selama trimester kedua kehamilan, dan akan menjadi eklampsi dengan timbulnya kejang. Menurut Depkes RI tahun 2004, kematian maternal akibat hipertensi pada kehamilan sebesar 14,5% - 24%, sedangkan hipertensi dalam kehamilan itu sendiri merupakan 5 – 15% penyulit kehamilan dan merupakan salah satu dari tiga penyebab tertinggi mortalitas dan morbiditas ibu bersalin (Prawirohardjo S, 2008).

4). Infeksi

Infeksi dibagi menjadi dua yaitu infeksi kehamilan dan infeksi nifas. a). Infeksi pada saat kehamilan

(7)

Triyanti K, Savitri K, Wardhani WI, Setiowulan W, Tiara AD,et al, 2007).

b). Infeksi nifas

Infeksi nifas merupakan keadaan yang mencakup semua peradangan yang disebabkan oleh masuknya kuman - kuman ke dalam alat genital pada waktu persalinan dan nifas. Mula - mula infeksi terbatas pada uterus, dimana terdapat rasa nyeri dan nyeri tekan pada perut bagian bawah, dengan cairan vagina yang berbau busuk. Demam, nyeri perut yang bertambah, muntah, nyeri kepala dan kehilangan nafsu makan menandakan terjadinya penyebaran infeksi ke tempat lain. Pada kasus yang berat, infeksi dapat menyebar ke dalam aliran darah (septikemia), menimbulkan abses dalam otak, otot dan ginjal. Jika infeksi tidak dikendalikan, selanjutnya dapat terjadi gangguan mental dan koma. Infeksi nifas menyebabkan morbiditas dan mortalitas bagi ibu pasca persalinan (Helen Varney, Jan M. Kriebs, Carolyn L. Gregor volume 2 tahun 2008).

5). Partus Lama

(8)

dapat mengakibatkan ruptura uteri. Ruptura uteri menyebabkan kematian maternal sebesar 10 - 40%. Kematian dapat timbul dalam 24 jam sebagai akibat perdarahan dan syok, atau akibat infeksi yang timbul kemudian (Manuaba IBG, Manuaba IBGF, Manuaba IAC,2010). 6). Emboli air ketuban

Emboli air ketuban adalah keadaan dimana masuknya cairan ketuban yang menyumbat kapiler paru sehingga menyebabkan hipertensi arteri pulmonum, edema paru, dan gangguan pertukaran oksigen dan karbondioksida. Waktu terjadinya pada persalinan spontan, persalinan dengan seksio sesaria, atau ketika terjadi ruptur uteri. Gambaran klinis komplikasi ini adalah trias gejala (ketuban pecah, diikuti sesak napas, dan syok serta dapat diikuti perdarahan). Emboli air ketuban menyebabkan komplikasi dan gejala klinis yang bersumber dari kolaps kardiovaskular, gangguan pembekuan darah, atau koagulasi intravaskular (Manuaba IBG, Manuaba IBGF, Manuaba IAC, 2010).

b. Penyebab tidak langsung kematian maternal 1). Anemia

(9)

sementara hemoglobin terus meningkat (Mansjoer AM, Triyanti K, Savitri K, Wardhani WI, Setiowulan W, Tiara AD,et al,2007).

2). Malaria

Pada kehamilan, malaria adalah penyakit infeksi. Morbiditas dan mortalitas ibu hamil yang menderita malaria tinggi, terutama pada primigravida, akan menimbulkan anemia. Infeksi akan lebih berat jika disebabkan oleh P.Falsiparum dan P.Vivaks (Prawirohardjo S, 2008).

Bagan 2.1 Masalah yang ditimbulkan oleh infeksi pada malaria

3). HIV/AIDS

Acquired immunodeficiency syndrome (AIDS) adalah sindroma dengan gejala penyakit infeksi oportunistik atau kanker tertentu akibat menurunnya sistem kekebalan tubuh oleh infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) (Prawirohardjo S, 2008). Selama

BBLR Prematuritas IUGR

Penyakit malaria Mortalitas Malaria

Ibu Hamil

Janin

BBL Abortus

Lahir mati Infeksi kongenital Parasitemia

(10)

kehamilan, banyak perubahan “peraturan” dalam pengobatan penyakit HIV (Varney, Jan M. Kriebs, Carolyn L. Gregor volume 1 tahun 2007). 4). Penyakit Kardiovaskular

(11)

B. Kerangka teori

Bagan 2.2 Kerangka Teori Keterangan :

: diteliti : tidak diteliti (Prawirohardjo S, 2008)

Proses Persalinan

Kematian Maternal Normal

Persalinan patologis

persalinan normal

Penyebab Langsung (komplikasi kehamilan, persalinan, dan nifas) :

1. Perdarahan 2. Hipertensi 3. Infeksi 4. Abortus 5. Partus lama 6. Emboli air

ketuban

Penyebab tidak langsung (penyakit penyerta):

1. Malaria 2. Anemia 3. HIV/AIDS 4. penyakit

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian terdahulu yang menunjukkan adanya peningkatan keterampilan proses sains dan besarnya persentase peningkatan hasil belajar siswa, peneliti

Hal itu sejalan dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yaitu fungsi pendidikan adalah mengembangkan kemampuan dan

hanya dapat memiliki satu proses adalah bahwa tidak semua proses hanya membutuhkan satu sumber daya,   untuk suatu proses yang   kompleks dibutuhkan banyak sumber daya pada saat yang

Rata-rata dari warga yang berprofesi sebagai nelayan itu masih bisa2. dibilang “miskin”, untuk yang memiliki ekonomi

Hasil penelitian menunjukkan bahwa complete feed berpengaruh nyata terhadap konsumsi bahan kering (BK), bahan organik (BO), protein kasar (PK), serat kasar (SK), lemak

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan model PBL pada materi pencemaran lingkungan dapat meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi peserta didik yang

Sesuai dengan kriteria diterima atau ditolaknya hipotesis maka dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa menerima hipotesis yang diajukan terbukti atau dengan kata lain variabel

Selain merencanakan strategi dalam meningkatkan peserta, perlu bagi Jamsotek Kanwil DKI Jakarta untuk menyusun proses eksekusi strategi agar implementasi dari formulasi