• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hakekat Belajar - PENINGKATAN KEMAMPUAN BERTANYA PADA PEMBELAJARAN IPA BIOLOGI MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN CTL (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) PADA SISWA KELAS VIII D SMP NEGERI 1 SOKARAJA - repository perpustakaan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hakekat Belajar - PENINGKATAN KEMAMPUAN BERTANYA PADA PEMBELAJARAN IPA BIOLOGI MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN CTL (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) PADA SISWA KELAS VIII D SMP NEGERI 1 SOKARAJA - repository perpustakaan"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Hakekat Belajar

Menurut Baharudin (2007), Belajar merupakan proses manusia untuk mencapai berbagai macam kompetensi, keterampilan dan sikap. Belajar dimulai sejak manusia lahir sampai akhir khayat. Kemampuan manusia untuk belajar merupakan karakteristik penting yang membedakan manusia dengan makhluk hidup lainnya. Belajar mempunyai keuntungan, baik bagi individu maupun bagi masyarakat. Bagi individu, kemampuan untuk belajar secara terus-menerus akan memberikan kontribusi terhadap pengembangan kualitas hidupnya. Sedangkan bagi masyarakat, belajar mempunyai peran yang penting dalam mentransmisikan budaya dan pengetahuan dari generasi ke generasi Bell-Gredler dalam Baharudin (2007).

(2)

Belajar adalah suatu aktivitas mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif di lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman dalam nilai sikap. Perubahan itu bersifat relatif konstan dan berbekas (Winkel, 1996). Menurut Slameto (1991) menjelaskan bahwa belajar adalah proses usaha yang dilakukan seseorang untuk mempermudah suatu perubahan tingkah lakuyang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

Menurut Hilgrad dalam Sanjaya (2006), belajar diannggap sebagai proses perubahan perilaku sebagai akibat dari pengalaman dan latihan. Hilgrad mengungkapkan “Learning is the process by wich an activity originates or changed through training procedurs (wether in the laboratory or in the natural

environment0 as distinguished from changes by factors not attributable to

training.” Menurutnya belajar itu adalah proses perubahan melalui kegiatan atau

prosedur latihan baik latihan di dalam laboratorium maupun di lingkungan alamiah.

Belajar bukanlah sekedar mengumpulkan pengetahuan. Belajar adalah mental yang terjadi dalam diri seseorang, sehingga menyebabkan munculnya perubahan perilaku. Aktivitas mental itu terjadi karena adanya interaksi individu dengan lingkungan yang disadari.

(3)

perubahan tidak hanya berkaitan dengan penambahan ilmu pengetahuan, tetapi juga berbentuk kecakapan, keterampilan sikap, dan penyesuaian diri terhadap suatu lingkungan.

2.2 Faktor yang mempengaruhi Belajar

Menurut Hanafiah dan Suhana (2009), menjelaskan bahwa keberhasilan dalam belajar sangat dipengaruhi oleh berfungsinya secara integrative dari setiap faktor pendukungnya. Adapun faktor-faktor yang mepengaruhi keberhasilan belajar, antara lain :

1. Peserta didik dengan sejumlah latar belakangnya, yang mencakup : a. Tingkat kecerdasan (intelligent quotient)

b. Bakat (aptitude) c. Minat (interest) d. Motivasi (motivation) e. Keyakinan (belief)

f. Kesadaran (consciousness) g. Kedisiplinan (discipline)

h. Tanggung jawab (responsibility)

2. Pengajar yang professional yang memiliki : a. Kompetensi pedagodik

(4)

e. Kualifikasi pendidikan yang memadai f. Kesejahteraan yag memadai

3. Atmosfir pembelajaran partisipasif dan interaktif yang dimanifestasikan dengan adanya komunikasi timbal balik dan multi arah (multiple communication) secara aktif, kreatif, efektif, inovatif dan menyenangkan

yaitu :

a. Komunikasi antara guru dengan peserta didik

b. Komunikasi antar peserta didik dengan peserta didik

c. Komunikasi kontekstual dan integrativ antar guru, peserta didik dan lingkungannya.

4. Sarana dan prasarana yang menunjang proses pembelajaran, sehingga peserta didik merasa betah dan bergairah (enthuse) untuk belajar, yang mencakup : a. Lahan tanah, antar alain kebutuhan sekolah, halaman sekolah, halaman

dan lapangan olahraga.

b. Bangunan, antara lain bangunan kantor, kelas, laboratorium, perpustakaan dan ruang aktivitas ekstra kurikuler

c. Perlengkapan, antara lainalat tulis kantor, media pembelajaran, baik elektronik maupun manual.

(5)

6. Lingkungan agama, social, budaya, politik, ekonomi, ilmu dan teknologi serta lingkungan alam sekitar, yang mendukung terlaksananya proses pembelajaran secara aktif, kreatif, efektif, inovatif dan menyenangkan. Lingkungan ini merupakan faktor peluang (opportunity) untuk terjadinya belajar kontekstual. 7. Atmosfer kepemimpan yang sehat, partisipasif, demokratis dan situasional

yang membangun kebahagian intelektual (intellectual happiness), kebagaiaan emosional (emotional happiness), kebahagiaan dalam merekayasa ancamann menjadi peluang (adversity happiness) dan kebahagiaan spiritual (spitritual happiness).

8. Pembiayaan yang memadai, baik biaya rutin (recurrent budget) maupun biaya pembangunan (capital budget) yang datangnya dari pihak pemerintah, orangtua, maupun skateholder lainnya sehingga sekolah mampu melangkah maju dari sebagai pengguna dana (cost) menjadi penggali dana (revenue). 2.3 Pemahaman Konsep

2.3.1 Pengertian Pemahaman

(6)

bagian-bagian belajar pada proporsinya. Tanpa itu, skill pengetahuan dan sikap tidak akan bermakna.

2.3.2 Kemampuan Pemahaman Konsep

Menurut Wardhani (2006) menjelaskan bahwa indikator pencapaian aspek pemahaman konsep adalah sebagai berikut :

a. Menyatakan ulang sebuah konsep.

b. Mengklasifikasi objek menurut sifat-sifat tertentu sesuai konsepnya.

c. Memberi contoh dan bukan contoh dari konsep. d. Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk presentasi. e. Mengembangkan syarat perlu atau syarat cukup dari konsep.

Dari uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa siswa dikatakan mempunyai kemampuan pemahaman konsep apabila siswa mampu mendefinisikan dan mengidentifikasikan konsep serta menyajikan konsep dalam bentuk presentasi. Pemahaman konsep dapat diartikan sebagai kompetensi yang ditunjukkan siswa dalam memahami konsep dan melakukan prosedur secara efisien dan tepat dalam menyelesaikan atau memecahkan masalah.

2.4 Hakikat IPA Biologi

(7)

dibangun pula sebagai proses, sebagai produk dan sebagai prosedur. Sebagi proses diartikan semua kegiatan ilmiah untuk menyempurnakanpengetahuan tetang alam maupun untuk menemukan pengetahuan baru. IPA sebagai produk artinya sebagai hasil proses, berupa pengetahuan yang diajarkan dalam sekolah atau diluar sekolah ataupun bahan bacaan untuk penyebaran pengetahuan. IPA sebagai prosedur dimaksudkan adalah metodologi atau cara yang dipakai untuk mengetahui sesuatu riset pada umumnya yang lazim diseut metode ilmiah . Hakikat IPA semata-mata tidaklah pada dimensi pengetahuan (kelimuan), tetapi lebih dari itu, IPA lebih menekankan pada dimensi nilai ukhrawi dimana dengan memerhatikan keteraturan di alam semesta akan semakin meningkatkan keyakinan akan adanya sang pencipta yaitu Allah SWT (Trianto, 2010).

2.5 Keterampilan Proses Sains

2.5.1 Pengertian Keterampilan Proses

Menurut Indrawati dalam Triyanto (1999), Keterampilan proses merupakan keseluruhan suatu keterampilan ilmiah yang terarah (baik kognitif maupun psikomotorik) yang dapat untuk menemukan suatu konsep, prinsip, atau teori untuk mengembangkan konsep yang telah ada sebelumnya, ataupun untuk melakukan penyangkalan terhadap suatu penemuan (falsifikasi) yang akan berperan dalam pengembangan ilmu pengetahuan.

(8)

keterampilan tertentu pada diri siswa agar mampu memproses informasi atau hal – hal baru yang bermanfaat baik berupa fakta, konsep, maupun pengembangan sikap dan nilai (Dwiyanti & Siswaningsih, 2005).

Menurut Juliato (2003) Keterampilan Proses Sains bermanfaat dalam rangka :

a. Membantu siswa belajar mengembangkan pikirannya

b. Memberi kesempatan kepada siswa untuk melakukan penemuan c. Meningkatkan daya ingat.

d. Memberikan kepuasan instrinsik bila anak telah berhasil melakukan sesuatu.

e. Membantu siswa mempelajari konsep-konsep sains. Keuntungan dengan Keterampilan Proses

a. Siswa dapat menggunakan berbagai sumber belajar.

b. Siswa lebih menghayati materi karena menghadapi langsung dengan obyek belajar.

c. Sikap ingin tahu, kemampuan kreatifitas, sikap kritis, sistematis, terbuka, jujur dapat ditumbuhkembangkan.

d. Siswa dilibatkan secara optimal baik mental maupun fisik, sehingga pengetahuan mudah meresap dan tahan lama.

2.5.2 Jenis-jenis keterampilan proses

(9)

menghitung, mengukur, menafsirkan, melakukan percobaan, memprediksi, melaksanakan tehnik manipulasi, mengklasifikasikan, menggunakan alat, memformulasikan hipotesis, meramalkan, menganalisis, mensintesis, menarik kesimpulan, mengartikan data, menguasai dan memanipulasikan variable (faktor ubah), membentuk suatu model dan menyusun satu definisi yang operasional (Julianto, 2003).

2.5.3 Kemampuan Bertanya

Menurut Kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) bertanya adalah meminta keterangan atau penjelasan. Dalam hal ini bertanya agar memperoleh keterangan atau penjelasan yang lebih baik dari yang tidak diketahui atau yang diketahui sebelumnya. Kemampuan bertanya dapat dilatih dengan mengamati secara seksama dan mempertanyakan mengapa sesuatu itu memiliki kekhususan bentuk, warna, ukuran, bagian, symbol dan sebagainya (Harsanto dalam Kurniasih (2011)).

Menurut Hasibuan dan Moedjiono (2009), bertanya merupakan ucapan verbal yang meminta respons dari seseorang yang dikenali. Respons yang diberikan dapat berupa pengetahuan sampai dengan hal-hal yang merupakan hasil pertimbangan. Jadi bertanya merupakan stimulus efektif yang mendorong kemampuan berfikir.

(10)

melibatkan/menggunakan tanya jawab. Kemampuan bertanya merupakan kemampuan yang digunakan untuk mendapatkan jawaban/balikan dari orang lain.

Dari pengertian diatas, dapat dikatakan bahwa kemampuan bertanya merupakan suatu cara untuk meminta respons berupa keterangan atau penjelasan dari sesuatu yang belum diketahui ataupun sudah diketahui.

Hampir seluruh proses evaluasi, pengukuran, penilaian, dan pengujian dilakukan melalui pertanyaan. Menurut Sanjaya (2006), pertanyaan yang baik memiliki dampak yang positif terhadap siswa, diataranya :

a. Bisa meningkatkan partisipasi siswa secara penuh dalam proses pembelajaran.

b. Dapat meningkatkan kemampuan berfikir siswa, sebab berfikir itu sendiri pada hakikatnya adalah bertanya.

c. Dapat membangkitkan rasa ingin tahu siswa serta menuntun siswa untuk menentukan jawaban.

d. Memusatkan siswa pada masalah yang sedang dibahas.

(11)

mendorong siswa untuk berperan secara aktif dalam mencari dan menemukan sendiri pengetahuannya. Proses mendorong siswa untuk menemukan itu sangat dipengaruhi oleh kemampun guru dalam membimbing siswa melalui proses bertanya (Sanjaya, 2006).

Dari uraian tersebut diatas, maka dapat dikatakan bahwa kemampuan bertanya sangat dibutuhkan dalam proses pembelajaran, sehingga proses pembelajaran akan lebih bermakna. Selain itu, kemampuan bertanya akan menjadikan siswa aktif dilihat dari siswa yang mengajukan pertanyaan.

2.6 Model CTL (Contextual Teaching And Learning)

2.6.1 Pengertian CTL (Contextual Teaching and Learning)

Menurut Sanjaya (2006), Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah suatu strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka.

Menurut Hanafiah dan Suhana (2009), Contextual Teaching and Learning merupakan suatu proses pembelajaran holistik yang bertujuan

(12)

maupun cultural. Sehingga peserta didik memperoleh ilmu pengetahuan dan keterampilan yang dapat diaplikasikan dan ditransfer dari suatu onteks permasalahan yang satu ke permasalahan lainnya.

Menurut Sagala (2003) pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning) adalah konsep belajar yang membantu guru

mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari.

Dari pengertian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran CTL (Contextual teaching and learning) adalah model pembelajaran yang mengutamakan keaktifan siswa dalam pembelajaran dan mengaitkan dengan kenyataan yang dialaminya. Guru dalam model pembelajaran ini hanya berperan sebagai fasilitator, sehingga pembelajaran tidak terpusat kepada guru saja tetapi siswa diharuskan aktif untuk mencari tahu apa yang menjadi permasalahan dalam materi yang sedang dipelajari.

(13)

Kedua, CTL mendorong agar siswa dapat menemukan hubungan

antara materi yang dipelajari degan situasi kehidupan nyata, artinya siswa dituntut untuk dapat menangkap hubungan antara pengalaman belajar di sekolah dengan kehidupan nyata. Hal ni sangat penting, sebab dengan dapat mengorelasikan materi yang ditemukan dengan kehidupan nyata, bukan saja bagi siswa materi itu akan bermakna secara fungsional, akan tetatpi materi yang dipelajarinya akan tertanam erat dalam memori siswa, sehingga tidak akan mudah dilupakan.

Ketiga, CTL mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam

kehidupan, artinya CTL bukan hanya mengharapkan siswa dapat memahami materi yang dipelajarainya, akan tetap bagaimna materi pelajaran itu dapat mewarnai perilakunya dalam kehidupan sehari-hari. Materi pelajaran dalam konteks CTL bukan untuk ditumpuk di otak dan kemudian dilupakan, akan tetapi sebagai bekal mereka dalam mengarungi kehidupan nyata.

Lebih lanjut menurut (Sanjaya, 2006), terdapat lima karaketeristik penting dalam proses pembelajaran yang menggunakan pendekatan CTL yaitu :

(14)

demikian pengetahuan yang akan diperoleh siswa adalah pengetahuan yang utuh yang memiliki keterkaitan satu sama lain.

2. Pembelajaran yang kontekstual adalah belajar dalam rangka memperoleh dan meambah baru (accquiring knowledge). Pengetahuan baru yang diperoleh dengan cara deduktif artinya pembelajaran dimulai dengan mempelajari secara keseluruhan, kemudian memperhatikan detailnya.

3. Pemahaman pengetahuan (understanding konowledge), artinya pengetahuan yang diperoleh bukan untuk dihafal tetapi untu dipahami dan diyakini, misalnya denan cara meminta tanggapan dari yang lain tentang pengetahuan yang diperolahnya dan berdasarkan tanggapan tersebut baru pengetauan itu dikembangkan.

4. Mempraktikkan pengetahuan dan pengalaman tersebut (applying knowledge), artinya pengetahuan dan pengalaman yang diperolehnya

harus dapat diaplikasikan dalam kehidupan siswa, sehingga tampak perubahan perilaku siswa.

5. Melakukan refleksi (reflecting knwoledge) terhadap strategi pengembangan pengetahuan. Hal ini dilakukan sebagai umpan balik untuk proses perbaikan dan penyempurnaan strategi.

2.6.2 Asas-asas CTL (Contextual Teaching and Learning)

(15)

model CTL. Asas dalam model ini disebutjuga komponen-komponen CTL.

1) Konstruktivisme (Constructivism)

Konstruktivisme adalah proses membangun atau menyusun pengetahuan baru dalam struktur kognitif siswa berdasarkan pengalaman. Menurut baldawin dan Piaget dalam Sanjaya (2006), menyatakan bahwa pengetahuan itu terbentuk bukan hanya dari objek semata, tetapi juga dari kemampuan individu sebagai subjek yang menangkap setiap objek yang diamatinya. Menurut konstruktivisme, pengetahuan itu memang berasal dari luar, akan tetapi dikonstruksi oleh dan dari dalam diri seseorang. oleh sebab itu pengetahuan terbentuk oleh dua faktor penting, yaitu objek yang menjadi bahan pegamatan dan kemampuan subjek untuk menginterpretasikan ojek tersebut. Kedua faktor itu sama pentingnya. Dengan demikian pengetahuan itu tidak bersifat statis tetapi bersifat dinamis, tergantung individu yang melihat dan mengkonstruksinya.

2) Inkuiri (Inquiry)

(16)

harus dihafal, akan tetapi merancang pembelajaran yang memungkinkan siswa dapat menemukan sendiri materi yang harus dipahaminya. Belajar pada dasarnya merupakan proses mental seseorang yang tidak terjadi secara mekanis. Melalui proses mental itulah, diharapkan siswa berkembang secara utuh baik itelektual, mental, emosional, maupun pribadi.

Secara umum proses inkuiri dapat dilakukan melalui beberapa langkah yaitu :

a. Merumuskan masalah b. Mengujikan hipotesis c. Mengumpulkan data

d. Menuji hipotesis berdasarkan data yang ditentukan e. Membuat kesimpulan

3) Bertanya (Questioning)

(17)

pertanyaan-pertanyaan guru dapat membimbing dan mengarahkan siswa untuk menemukan setiap materi yang dipelajarinya.

Dalam suatu pembelajaran yang produktif kegiatan bertanya akan sangat berguna untuk :

a. Menggali informasi tetang kemampuan siswa dalam penguasaan materi pelajaran.

b. Membangkitkan motivasi siswa untuk belajar. c. Merangsang keingintahuan siswa terhadap sesuatu. d. Memfokuskan siswa pada sesuatu yang diinginkan.

e. Membimbing siswa untuk menemukan atau menyimpulkan sesuatu.

4) Masyarakat belajar (Learning Community)

Konsep masyarakat belajar (learning community) dalam CTL menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh melalui kerjasama dengan orang lain. Kerja sama itu dapat dilakukan dalam berbagai bentuk baik dalam kelompok belajar secara formal maupun dalam lingkungan yang terjadi secara alamiah. Hasil belajar dapat diperoleh dari hasil sharing denan orang lain, antar teman, antar kelompok, yang sudah tahu memberi tahu pada yang belum tahu, yang pernah memiliki pengalaman membagi pengalamannya pada orang lain.

(18)

belajar. Siswa dibagi dalam kelompok –kelompok yang anggotanya bersifat heterogen, baik dilihat dari kemampuan dan kecepatan belajarnya, maupun dilihat dari bakat dan minatnya.

Dalam hal tertentu, guru dapat mengundang orang-orang yang dianggap memiliki keahlian khusus untuk membelajarkan siswa. Misalnya dokter untuk memberikan atau membahas masalah kesehatan, para petani tukang reparasi radio dan lain-lain. Pada pembelajaran masyarakat belajar, setiap orang bisa saling terlihat, bisa saling membelajarkan, bertukar informasi dan bertukar pengalaman. 5) Pemodelan (Modeling)

Proses pembelajaran akan lebih berarti jika didukung dengan adanya pemodelan yang dapat ditiru, baik yang bersifat kejiwaan (identifikasi) maupun yang bersifat fisik (imitasi) yang berkaitan dengan cara untuk mengoperasikan sesuatu aktivitas, cara untuk menguasai pengetahuan atau keterampilan tertentu (Hanafiah dan Suhana, 2009).

6) Refleksi (Reflection)

(19)

mengedepankan apa yang baru dipelajarinya sebagai wujud pengayaan atau revisi dari pengetahuan dan keterampilan sebelumnya (Hanafiah dan Suhana, 2009) .

Menurut Sanjaya (2006) dalam proses pembelajaran yang menggunakan CTL, setiap berakhir proses pembelajaran, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk “merenung” atau mengingat kembali apa yang telah dipelajarinya. Biarkan secara bebas siswa menafsirkan pengalamannya sendiri, sehingga ia dapat menyimpulkan tentang pengalaman belajarnya.

7) Penilaian Nyata (Authentic Assesment)

Penilaian nyata adalah proses yang dilakukan guru untuk mengumpulkan informasi tentang perkembangan belajar yang dilakukan siswa. Penilaian ini diperlukan untuk mengetahui apakah siswa benar-benar belajar atau tidak, apakah pengalaman belajar siswa memiliki pengaruh yang positif terhadap perkembangan baik intelektual maupun mental siswa.

(20)

2.7 Hasil Penelitian Terdahulu

1. Penelitian Baihaki (2010) tentang peningkatan aktifitas belajar melalui pendekatan contextual teaching and learning pada mata pelajaran Aqidah Akhlak materi Asma'ul Husna Kelas IV Semester II di MINU Pucang Sidoarjo Tahun Pelajaran 2009 – 2010. Hasil yang dilaporkan adalah terjadi peningkatan aktifitas belajar siswa kelas IV pada mata pelajaran Aqidah Akhlak materi Asmaul khusna dari siklus I dan siklus II yaitu siklus I (80,53%) dan siklus II (83,62%).

2. Rusdiyanto (2008) melakukan penelitian untuk meningkatkan minat belajar peserta didik kelas VII B Mts Negeri Model Purwokerto, penelitian tersebut menunjukkan hasil yang cukup baik, dimana model CTL (Contextual teaching and Learning) mampu meingkatkan minat belajar siswa.

3. Penelitian mengenai model CTL (Contextual teaching and Learning) juga pernah dilakukan oleh Ayunani (2010) untuk meningkatkan daya analisis siswa kelas X2 SMA Negeri Baturaden , hasil yang dilaporkan bahwa model pembelajaran CTL (Contextual teaching and Learning) mampu meningkatkan daya analisis siswa kelas X2 SMA Negeri Baturaden.

4. Yulianto (2006) melakukan penelitian untuk meningkatkan hasil belajar pada mata pelajaran ekonomi pada siswa SMA Negeri 11 Semarang. Hasil yang dilaporkan bahwa terjadi peningkatan hasil belajar dari 45% menjadi 70%. 5. Marlina (2010) juga melakukan penelitian menggunakan model CTL

(21)

mahasiswa pada perkuliahan dasar (rias kecantikan wajah dan rambut) di Universitas Pendidikan Indonesia. Hasil yang dilaporkan bahwa model CTL (Contextual teaching and Learning) mampu meningkatkan kreativitas mahasiswa terutama untuk membentuk dan mengembangkan konsep pada diri mahasiswa dengan cara aplikasi ilmu dalam kehidupan sehari-hari.

2.8 Kerangka Berpikir

(22)

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel Dana Pihak Ketiga berpengaruh positif tidak signifikan terhadap ROA. Suryani

Sebagai alternatif, digunakan fuzzy use case points yang merupakan modifikasi dari use case points yaitu dengan menambahkan atau memodifikasi nilai pengali dari

Tujuan dari penelitian adalah untuk mengetahui kuat tekan beton dengan material agregat halus dari sungai Serayu Banyumas dan Adipala. Benda uji yang digunakan

atau merujuk untuk tindakan yang sesuai. 10) Penatalaksanaan ibu postpartum abnormal : sisa plasenta, renjatan. dan infeksi ringan.. 11) Melakukan konseling pada ibu

Untuk menyusun skripsi ini penulis menggunakan metode deskriptif, yaitu suatu metode dengan menafsirkan data yang ada tentang suatu yang dialami, suatu hubungan, kegiatan,

Pada Pembangkit Listrik Tenaga Uap, semakin besar daya yang dibangkitkan maka semakin besar pula laju aliran massa bahan bakar. Konsumsi spesifik bahan bakar

pendudukan Jepang. Berdasarkan alasan itu, pada tahun 1947 pemerintah berencana untuk membuka kembali Bursa Efek Jakarta. Akan tetapi, rencana ini tertunda karena

Ide solusi untuk tindak lanjut: franchisee diminta untuk memesan bahan – bahan jauh hari, jadi ada jeda atau sela waktu yang longgar untuk pengiriman bahan .baku,