• Tidak ada hasil yang ditemukan

3.3.4. Pemberdayaan Masyarakat (Klaster D) Klaster D khusus dialokasikan bagi program-program pemberdayaan masyarakat Bidang Cipta Karya, baik di perkotaan maupun perdesaan. Program pemberdayaan masyarakat ini diperuntukkan dalam rangka pengentasan kemisk

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "3.3.4. Pemberdayaan Masyarakat (Klaster D) Klaster D khusus dialokasikan bagi program-program pemberdayaan masyarakat Bidang Cipta Karya, baik di perkotaan maupun perdesaan. Program pemberdayaan masyarakat ini diperuntukkan dalam rangka pengentasan kemisk"

Copied!
42
0
0

Teks penuh

(1)

3.3.4. Pemberdayaan Masyarakat (Klaster D)

Klaster D khusus dialokasikan bagi program-program pemberdayaan masyarakat Bidang Cipta Karya, baik di perkotaan maupun perdesaan. Program pemberdayaan masyarakat ini diperuntukkan dalam rangka pengentasan kemiskinan, sesuai dengan amanat pembangunan nasional.

3.3.5. Kabupaten/Kota Klaster E bagi Daerah dengan Program dan Inovasi yang Kreatif

(2)

NO KAB/KOTA PKN(PP 26/2008)

PKSN (PP 26/2008)

KSN (PP 26/2008)

KEK (PP 2/2011)

KPI-MP3EI (Perpres 32/2011)

PERDA RTRW

68 HALMAHERA TENGAH V V V

69 PULAU MOROTAI V V V

70 HALMAHERA SELATAN V V V

71 HALMAHERA UTARA V V V

72 HALMAHERA TIMUR V V V

73 HALMAHERA BARAT V V V

74 MERAUKE V V V V

75 JAYAPURA V V

76 BIAK NUMFOR V V

77 YAHUKIMO V V

78 PEGUNUNGAN

BINTANG

V V

79 BOVEN DIGOEL V V V

80 LANNY JAYA V V

81 TELUK BINTUNI V V V

82 RAJA AMPAT V V

3.3.3. Kabupaten/Kota Klaster C dalam Rangka Pemenuhan Standar Pelayanan Minimal (SPM)

(3)

NO KAB/KOTA PKN(PP 26/2008)

PKSN (PP 26/2008)

KSN (PP 26/2008)

KEK (PP 2/2011)

KPI-MP3EI (Perpres 32/2011)

PERDA RTRW

39 GIANYAR V V V

40 TABANAN V V V

41 BIMA V V

42 LOMBOK UTARA V V

43 KOTA BIMA V V

44 DOMPU V V

45 TIMOR TENGAH UTARA V V V

46 NGADA V V

47 KABUPATEN KUPANG V V

48 SUKAMARA V V

49 KOTA BALIKPAPAN V V V

50 MALINAU V V

51 BITUNG V V V V V

52 BOLAANG

MONGONDOW UTARA

V V

53 POHUWATO V V

54 BOALEMO V V

55 BANGGAI V V V

56 DONGGALA V V V

57 BUOL V V V

58 SIGI V V

59 MOROWALI V V

60 KOTA PARE-PARE V V V

61 LUWU V V V

62 GOWA V V V

63 MALUKU TENGGARA V V

64 KEPULAUAN ARU V V V

65 MALUKU TENGGARA

BARAT

V V V

66 MALUKU BARAT DAYA V V V

(4)

NO KAB/KOTA PKN(PP 26/2008)

PKSN (PP 26/2008)

KSN (PP 26/2008)

KEK (PP 2/2011)

KPI-MP3EI (Perpres 32/2011)

PERDA RTRW

10 MUARA ENIM V V

11 NATUNA V V V

12 KARIMUN V V

13 KAB BEKASI V V V

14 KOTA BEKASI V V V

15 KAB SUKABUMI V V V

16 CIANJUR V V

17 CIREBON V V

18 MAJALENGKA V V

19 KARAWANG V V

20 CIMAHI V V

21 SALATIGA V V

22 KAB SEMARANG V V V

23 GROBOGAN V V

24 DEMAK V V V

25 BREBES V V

26 SIDOARJO V V V V

27 KAB PASURUAN V V V

28 KOTA MOJOKERTO V V V V

29 KAB MALANG V V

30 KOTA KEDIRI V V

31 KOTA BATU V V

32 MOJOKERTO V V

33 CILEGON V V V

34 KOTA TANGERANG V V V

35 TANGERANG V V

36 TANGERANG SELATAN V V

37 KAB SERANG V V

(5)

NO KAB/KOTA PKN (PP 26/2008)

PKSN BANGU NA

N GED UNG

93 BONDOWOSO* * V

94 KOTA PASURUAN* * V V V

Catatan :

* Mewakili IbukotaProvinsi ** Kategori Khusus

3.3.2. Kabupaten/Kota Prioritas Strategis Nasional Klaster B

Kabupaten/Kota Prioritas Strategis Nasional pada Klaster B adalah kabupaten/kota yang merupakan Pusat Kegiatan Nasional (PKN), Pusat-Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN)di dalam KSN dan kabupaten/kota di dalam kawasan metropolitan, serta kawasan strategis lainnya (KEK, MP3EI) yang memiliki Perda RTRW. Sampai dengan Tahun 2013, diidentifikasi sebanyak 82 (delapan puluh dua) kabupaten/kota yang masuk dalam klaster B yang dipaparkan pada Tabel 5.2.

Tabel 3.8

Daftar Kabupaten/Kota Prioritas Strategis Nasional Klaster B

NO KAB/KOTA PKN(PP

26/2008)

5 SOLOK SELATAN V V

6 PASAMA N BARAT V V

7 KERINCI V V

8 LUBUKLINGGAU V V

(6)

NO KAB/KOTA PKN (PP 26/2008)

PKSN (PP 26/2008)

KSN (PP 26/2008)

KEK (PP 2/2011)

KPI-MP3EI

(Perpres 32/2011)

PERDA RTRW

PERDA BANGU NA

N GED UNG

56 KOTA BANJARMASIN V V V

57 BANJAR V V V

58 BARITO KUALA V V V

59 HULU SUNGAI UTARA V V V

60 KOTA TARAKAN V V V

61 KOTA GORONTALO V V V V

62 POSO V V V V

63 TOJO UNA-UNA V V V V

64 KOTA PALU V V V

65 PARIGI MOUTONG V V V

66 TOLITOLI V V V

67 BARRU V V V

68 MAROS V V V V V

69 TANA TORAJA V V V

70 TORAJA UTARA V V V

71 TAKALAR V V V V

72 WAJO V V V

73 KOTA KENDARI V V V V V

74 KOLAKA V V V V

75 MALUKU TENGAH V V V

76 KOTA TERNATE V V V

77 MIMIKA V V V V V

78 NABIRE V V V

79 KAB SORONG V V V

80 MEDAN* V V V V

81 KOTA PADANG* V V V V

82 PEKANBARU* V `

83 KOTA BENGKULU* V V

84 BANDAR LAMPUNG* V V V V

85 KOTA PANGKAL PINANG* V

86 KOTA DENPASAR* V V V V

87 KOTA MATARAM* V V

88 BULUNGAN* V V

89 MAMUJU* V V

90 AMBON* V V V

91 PACITAN** V

(7)

NO KAB/KOTA PKN (PP 26/2008)

PKSN (PP 26/2008)

KSN (PP 26/2008)

KEK (PP 2/2011)

KPI-MP3EI

(Perpres 32/2011)

PERDA RTRW

PERDA BANGU NA

N GED UNG

19 KOTA BOGOR V V V V

20 KAB BANDUNG V V V V

21 KOTA CIREBON V V V

22 KOTA TASIKMALAYA V V V

23 KOTA SUKABUMI V V V

24 CILACAP V V V V

25 KOTA SEMARANG V V V V V

26 KENDAL V V V V

27 KOTA SURAKARTA V V V

28 PURWOREJO V V V V

29 BOYOLALI V V V

30 MAGELANG V V V

31 KLATEN V V V

32 SUKOHARJO V V V

33 PATI V V V

34 KARANGANYAR V V V

35 YOGYAKARTA V V V V V

36 SLEMAN V V V

37 KULON PROGO V V V

38 GRESIK V V V V V

39 KOTA MALANG V V V V

40 LAMONGAN V V V V V

41 BANGKALAN V V V V

42 JOMBANG V V V

43 KOTA BLITAR V V V

44 PANDEGLANG V V V V

45 KOTA SERANG V V V V

46 LOMBOK TENGAH V V V V

47 LOMBOK TIMUR V V V

48 SUMBAWA BARAT V V V

49 KOTA KUPANG V V V V

50 MANGGARAI BARAT V V V

51 ALOR V V V

52 BELU V V V V

53 SUMBA TIMUR V V V

54 KOTA PONTIANAK V V V V V

(8)

3.3.1. Kabupaten/Kota Prioritas Strategis Nasional Klaster A

Kabupaten/Kota Prioritas Strategis Nasional pada Klaster A merupakan kabupaten/ kota yang merupakan Pusat Kegiatan Nasional (PKN), Pusat-Pusat Kegiatan Strategis Nasional(PKSN)di dalam KSN dan kabupaten/kota di dalam kawasan metropolitan, serta kawasan strategis lainnya(KEK, MP3EI)yangtelah memiliki Perda RTRW dan Perda Bangunan Gedung. Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan dengan menggunakan kriteria-kriteria di atas, sampai dengan akhir tahun 2013 diidentifikasi sebanyak 94 (sembilan puluh empat) kabupaten/kota di Indonesia yang termasuk pada Kabupaten/Kota Prioritas Strategis Nasional Klaster A, yang dipaparkan pada Tabel 5.1.

Tabel 3.7

Daftar Kabupaten/Kota Prioritas Strategis Nasional Klaster A

NO KAB/KOTA PKN

(PP 26/2008)

PKSN (PP 26/2008)

KSN (PP 26/2008)

KEK (PP 2/2011)

KPI-MP3EI

(Perpres 32/2011)

PERDA RTRW

PERDA BANGU NA

N GED UNG

1 KOTA BANDA ACEH V V V

2 ACEH BARAT V V V

3 AGAM V V V

4 BATANG HARI V V V

5 KOTA PALEMBANG V V V V

6 OGAN KOMERING ILIR V V V

7 REJANG LEBONG V V V

8 TANGGAMUS V V V

9 LAMPUNG TIMUR V V V

10 BINTAN V V V

11 KEPULAUAN SERIBU V V V V V

12 JAKARTA

SELATAN V V V V V

13 JAKARTA TIMUR V V V V V

14 JAKARTA BARAT V V V V V

15 JAKARTA UTARA V V V V V

16 JAKARTA PUSAT V V V V V

17 KAB BOGOR V V V V V

(9)

3.3. PRIORITAS KABUPATEN/KOTA BIDANG CIPTA KARYA

Penyelenggaraan pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya salah satunya mengacu pada Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota. Dengan mengacu kepada peraturan perundangan tersebut, maka prioritas penanganan infrastruktur Bidang Cipta Karya diarahkan pada kabupaten/kota yang berfungsi strategis secara nasional.

Pada pelaksanaannya, alokasi APBN Bidang Cipta Karya terdapat 5 (lima) klaster penanganan Bidang Cipta Karya sebaga berikut:

1. Klaster A, merupakan kabupaten/kota prioritas strategis nasional yang termasuk dalam Pusat Kegiatan Nasional (PKN), Pusat-Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN) di dalam KSN dan kabupaten/kota di dalam kawasan metropolitan, serta kawasan strategis lainnya (KEK, MP3EI) yang telah memiliki Perda RTRW dan Perda Bangunan Gedung.

2. Klaster B, merupakan kabupaten/kota prioritas strategis nasional yang termasuk dalam Pusat Kegiatan Nasional (PKN), Pusat-Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN) di dalam KSN dan kabupaten/kota di dalam kawasan metropolitan, serta kawasan strategis lainnya (KEK, MP3EI) yang telah memiliki Perda RTRW.

3. Klaster C, terdiri dari kabupaten/kota yang menjadi prioritas pemenuhan

Standar Pelayanan Minimal (SPM), berdasarkan karakteristik antara lain daerah yang rawan bencana alam, memiliki cakupan air minum/sanitasi rendah, permukiman kumuh, dan daerah kritis atau miskin.

4. Klaster D ditujukan dalam rangka pengembangan kegiatan pemberdayaan

masyarakat Bidang Cipta Karya yang bertujuan penanggulangan kemiskinan di perkotaan dan perdesaan.

(10)

2 Kabupaten Pandeglang, Banten Kawasan Ekonomi Khusus Tanjung Lesung

3 Kabupaten Kutai Timur, Kalimantan

Tmur Kawasan Ekonomi Khusus Maloy

4 Kota Bitung, Sulawesi Utara Kawasan Ekonomi Khusus Bitung

Berikut adalah tabel kompilasi lokasi KSN, PKSN, PKN, PKI MP3EI, dan KEK daerah Kabupaten Demak

Tabel 3.6

Matriks Isian Lokasi KSN, PKSN, PKN, PKI MP3EI, dan KEK di Kabupaten Demak

KSN

KSN SUDUT

KEPENTINGAN

STATUS HUKUM RTRW

KSN

PKN PKSN KPI

MP3EI KEK

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

Kawasan

Perkotaan Kendal – Demak – Ungaran –

Salatiga – Semarang

-Purwodadi (Kedung Sepur)

Pertumbuhan ekonomi

Raper pres

Kawasan Perkotaan Semarang- Kendal- Demak- Ungaran-Purwodadi (Kedungsepur),

(11)

-beberapa zona, antara lain pengolahan ekspor, logistik, industri, pengembangan teknologi, pariwisata, energi, dan ekonomi lainnya. Pembentukan KEK tersebut dapat melalui usulan dari Badan Usaha yang didirikan di Indonesia, pemerintah kabupaten/kota, dan pemerintah provinsi, yang ditujukan kepada Dewan Nasional. Selain itu, Pemerintah Pusat juga dapat menetapkan suatu wilayah sebagai KEK yang dilakukan berdasarkan usulan kementerian/lembaga pemerintah non kementerian. Sedangkan lokasi KEK yang diusulkan dapat merupakan area baru maupun perluasan dari KEK yang sudah ada.

Usulan lokasi KEK harus memenuhi beberapa kriteria antara lain :

a. sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah dan tidak berpotensi mengganggu kawasan lindung;

b. adanya dukungan dari pemerintah provinsi dan/atau pemerintah kabupaten/kota yang bersangkutan;

c. terletak pada posisi yang dekat dengan jalur perdagangan internasional atau dekat dengan jalur pelayaran internasional di Indonesia atau terletak pada wilayah potensi sumber daya unggulan;

d. mempunyai batas yang jelas.

Adapun KEK berdasarkan arahan Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Kawasan Ekonomi Khusus seperti pada tabel berikut.

Tabel 3.5

Penetapan Lokasi Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Berdasarkan Arahan Perpres Nomor Nomor 2 Tahun 2011

NO LOKASI KAWASAN EKONOMI KHUSUS

(1) (2) (3)

1 Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara

(12)

No Koridor KPI

(1) (2) (3)

Kotabaru Ketapang

Kotawaringin Barat Kapuas

Pontianak Bontang Tanah Bumbu Sanggau

Penajam Paser Utara 5. Koridor Ekonomi (KE)

Sulawesi

Makassar Palopo (Luwu) Mamuju-Mamasa Parepare

Kendari Kolaka

Konawe Utara Morowali Parigi Moutang Banggai

Bitung 6. Koridor Ekonomi (KE)

Papua – Kep. Maluku

Merauke (Mifee) Timika

Hal mahera Teluk Bintuni Morotai Ambon Manokwari

3.2.5. Kawasan Ekonomi Khusus (KEK)

(13)

Tabel 3.4

Penetapan Lokasi Kawasan Perhatian Investasi (KPI) Berdasarkan Arahan Perpres Nomor 32 Tahun 2011

No Koridor KPI

(1) (2) (3)

1. Koridor Ekonomi (KE) Sumatera

Sei Mangkei Tapanuli Selatan Dairi

Dumai

Tj Api-Api – Tj Carat Muaraenim – Pendopo Palembang

Prabumulih

Bangka Barat, Babel Batam

Bandar Lampung Lampung Timur Besi Baja Cilegon 2 Koridor Ekonomi (KE) Jawa Banten

DKI Jakarta Karawang Bekasi Purwakarta Cilacap Surabaya Gresik Lamongan Pasuruan 3. Koridor Ekonomi (KE) Bali –

Nusa Tenggara

Badung Buleleng

Lombok Tengah Kupang

Sumbawa Barat Aegela

Nusa Penida 4. Koridor Ekonomi (KE)

Kalimantan

(14)

3.2.4. Kawasan Perhatian Investasi (KPI) Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI)

Berdasarkan arahan Peraturan Presiden Nomor 32 Tahun 2011 tentang Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia 2011-2025, Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (M P3EI) merupakan arahan strategis dalam percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi Indonesia untuk periode 15 (lima belas) tahun terhitung sejak tahun 2011 sampai dengan tahun 2025 dalam rangka pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005-2025 dan melengkapi dokumen perencanaan.

Pengembangan MP3EI difokuskan padaKawasan Perhatian Investasi (KPI)yang diidentifikasikan sebagai satu atau lebih kegiatan ekonomi atau sentra produksi yang terikat atau terhubung dengan satu atau lebih faktor konektivitas dan SDM IPTEK. Pendekatan KPI dilakukan untuk mempermudah identifikasi, pemantauan, dan evaluasi atas kegiatan ekonomi atau sentra produksi yang terikat dengan faktor konektivitas dan SDM IPTEK yang sama.

KPI dapat menjadi KPI prioritas dengan kriteria sebagai berikut: a. Total nilai investasi pada setiap KPI yang bernilai signifikan;

b. Keterwakilan Kegiatan Ekonomi Utama yang berlokasi pada setiap KPI; c. Dukungan Pemerintah dan Pemerintah Daerah terhadap sentra-sentra

produksi di masing-masing KPI;

d. Kesesuaian terhadap beberapa kepentingan strategis (dampak sosial, dampak ekonomi, dan politik) dan arahan Pemerintah (Presiden RI).

(15)

b. pusat perkotaan yang berfungsi sebagai pintu gerbang internasional yang menghubungkan dengan negara tetangga

c. pusat perkotaan yang merupakan simpul utama transportasi yang menghubungkan wilayah sekitarnya

d. pusat perkotaan yang merupakan pusat pertumbuhan ekonomi yang dapat mendorong perkembangan kawasan di sekitarnya.

3.2.3. Pusat Kegiatan Nasional (PKN)

Sesuai dengan arahan pada PP Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, Pusat Kegiatan Nasional atau PKN adalah kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala internasional, nasional, atau beberapa provinsi. Penetapan PKN dilakukan berdasarkan beberapa kriteria yang terdapat pada pasal 14, yaitu sebagai berikut:

a. kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul utama kegiatan ekspor-impor atau pintu gerbang menuju kawasan internasional b. kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan

industri dan jasa skala nasional atau yang melayani beberapa provinsi c. kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul utama

transportasi skala nasional atau melayani beberapa provinsi

(16)

3.2. ARAHAN STRATEGIS NASIONAL 3.2.1. Kawasan Strategis Nasional (KSN)

Sesuai dengan arahan pada Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, Kawasan Strategis Nasional (KSN) adalah wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting secara nasional terhadap kedaulatan negara, pertahanan dan keamanan negara, ekonomi, sosial, budaya, dan/atau lingkungan, termasuk wilayah yang telah ditetapkan sebagai warisan dunia.

Penetapan Kawasan Strategis Nasional dilakukan berdasarkan beberapa kepentingan, yaitu:

a. pertahanan dan keamanan b. pertumbuhan ekonomi c. sosial dan budaya

d. pendayagunaan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi e. fungsi dan daya dukung lingkungan hidup

Kawasan Kedungsepur dimana Kabupaten Demak termasuk di dalamnya sebagaimana diatur pada PP Nomor 26 Tahun 2008 tentang RTRWN merupakan salah satu KSN (Kawasan Strategis Nasional) dari sudut kepentingan pertumbuhan ekonomi.

3.2.2. Pusat Kegiatan Strategis Nasional

Sesuai dengan arahan pada PP Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, Pusat Kegiatan Strategis Nasional atau PKSN adalah kawasan perkotaan yang ditetapkan untuk mendorong pengembangan kawasan perbatasan negara. Penetapan PKSN dilakukan berdasarkan beberapa kriteria yang terdapat pada pasal 15, yaitu sebagai berikut:

(17)

2. Arahan pengembangan pola ruang dan struktur ruang yang mencakup: a. Arahan pengembangan pola ruang:

1) Arahan pengembangan kawasan lindung dan budidaya

2) Arahan pengembangan pola ruang terkait bidang Cipta Karya seperti pengembangan RTH.

b. Arahan pengembangan struktur ruang terkait keciptakaryaan seperti pengembangan prasarana sarana air minum, air limbah, persampahan, drainase, RTH, Rusunawa, maupun Agropolitan.

3. Ketentuan zonasi bagi pembangunan prasarana sarana bidang Cipta Karya yang harus diperhatikan mencakup ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan lindung, kawasan budidaya, sistem perkotaan, dan jaringan prasarana.

(18)

Gorontalo;

7) Perda 22 Tahun 2010 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Barat;

8) Perda No. 6 Tahun 2010 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Tengah;

9) Perda No. 5 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Timur;

10) Perda No. 1 Tahun 2010 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Lampung;

11) Perda No. 3 Tahun 2010 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat;

12) Perda No. 1 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Timur;

13) Perda No. 9 Tahun 2009 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Sulawesi Selatan;

14) Perda No. 13 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Sumatera Barat.

3.1.5. Arahan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten/Kota

Sesuai dengan amanat UU No. 26 Tahun 2007, Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten/Kota ditetapkan oleh Peraturan Daerah Kabupaten/Kota. Adapun arahan dalam RTRW Kabupaten Demak yang perlu diperhatikan dalam penyusunan RPI2-JM Kabupaten Demak adalah sebagai berikut:

1. Penetapan Kawasan Strategis Kabupaten/Kota (KSK) yang didasari sudut kepentingan:

a. Pertahanan keamanan b. Ekonomi

(19)

3.1.4. Arahan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi

Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi Jawa Tengah ditetapkan melalui Peraturan Daerah Provinsi No. 6 Tahun 2010 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Tengah. Beberapa arahan yang harus diperhatikan dari RTRW Provinsi untuk penyusunan RPI2-JM Kabupaten/Kota adalah:

1. Arahan pengembangan pola ruang dan struktur ruang yang mencakup: a) Arahan pengembangan pola ruang:

i. Arahan pengembangan kawasan lindung dan bud idaya

ii. Arahan pengembangan pola ruang terkait bidang Cipta Karya seperti pengembangan RTH.

b) Arahan pengembangan struktur ruang terkait keciptakaryaan seperti pengembangan prasarana dan sarana air minum, air limbah, persampahan, dan drainase

2. Strategi operasionalisasi rencana pola ruang dan struktur ruang khususnya untuk bidang Cipta Karya.

Hingga saat ini, RTRW Provinsi yang telah memiliki Perda adalah sebagai berikut:

1) Perda No. 16 Tahun 2009 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Bali;

2) Perda No. 2 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Banten;

3) Perda No. 2 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Bengkulu;

4) Perda No. 2 Tahun 2010 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta;

(20)

Kabupaten Demak dalam PP Nomor 26 Tahun 2008 tentang RTRWN merupakan salah satu PKN (Pusat Kegiatan Nasional) bagian dari Kawasan Kedungsepur (Kabupaten Kendal, Demak, Semarang, Grobogan, dan Kota Semarang) yang telah ditetapkan dalam RTRWN sebagai KSN (Kawasan Strategis Nasional) dari sudut kepentingan ekonomi. Namun demikian, RTRW KSN ini belum memiliki Peraturan Presiden. Sehingga, belum diketahui delienasi maupun arahan pengembangan struktur dan pola ruang, serta indikasi programnya.

3.1.3. Arahan Rencana Tata Ruang (RTR) Pulau

Rencana Tata Ruang (RTR) Pulau merupakan rencana rinci dan operasionalisasi dari RTRWN. Adapun arahan yang harus diperhatikan dari RTR Pulau untuk penyusunan RPI2-JM Kabupaten/Kota adalah:

1) Arahan pengembangan pola ruang dan struktur ruang antara lain mencakup arahan pengembangan kawasan lindung dan budidaya, serta arahan pengembangan pola ruang terkait bidang Cipta Karya seperti pengembangan RTH.

2) Arahan pengendalian pemanfaatan ruang yang memberikan arahan batasan wilayah mana yang dapat dikembangkan dan yang harus dikendalikan.

3) Strategi operasionalisasi rencana pola ruang dan struktur ruang khususnya untuk bidang Cipta Karya seperti pengembangan prasarana sarana air minum, air limbah, persampahan, drainase, RTH, rusunawa, agropolitan, dan lain-lain.

Hingga saat ini RTRW Pulau yang telah ditetapkan adalah:

(21)

b) Arahan kepentingan penetapan KSN, yang dapat berupa: 1) Ekonomi

2) Lingkungan Hidup 3) Sosial Budaya

4) Pendayagunaan Sumberdaya alam dan Teknologi Tinggi 5) Pertahanan dan Keamanan

c) Arahan pengembangan pola ruang dan struktur ruang yang mencakup: 1) Arahan pengembangan pola ruang:

a) Arahan pengembangan kawasan lindung dan bud idaya b) Arahan pengembangan pola ruang terkait bidang Cipta Karya

seperti pengembangan RTH.

2) Arahan pengembangan struktur ruang terkait keciptakaryaan seperti pengembangan prasarana sarana air minum, air limbah, persampahan, dan drainase

3) Indikasi program sebagai operasionalisasi rencana pola ruang dan struktur ruang khususnya untuk bidang Cipta Karya.

Adapun RTRW KSN yang telah ditetapkan sampai saat ini adalah sebagai berikut:

1) Perpres No. 54 Tahun 2008 tentang Penataan Ruang Kawasan Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, Puncak, Cianjur;

2) Perpres No. 45 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Kawasan Perkotaan Denpasar, Badung, Gianyar, dan Tabanan;

3) Perpres No. 55 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Kawasan Perkotaan Makassar, Maros, Sungguminasa, Takalar;

4) Perpres No. 62 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Kawasan Perkotaan Medan, Binjai, Deli Serdang, dan Karo;

5) Perpres No. 86 Tahun 2011 tentang Pengembangan Kawasan Strategis dan Infrastruktur Selat Sunda;

(22)

NO

KABUPATEN *) PROVINSI

STATUS HUKUM

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

Besar, Raya, Rusa, Benggala, Simuk, Wunga, Sibarubaru, Sinyaunyau, Enggano, Mega, Batu Kecil, Deli, Manuk, Nusa Kambangan, Barung, Sekel, Panehan, dan Sophialouisa) yang berhadapan dengan laut lepas

Kab. Nias, Prov Sum bar: Kab. Kep. Mentawai, Prov. Bengkulu: Kab. Bengkulu Utara, Prov. Lampung: Kab.

Tanggamus, Prov. Banten: Kab.

Pandeglang, Prov. Jabar: Kab.

Tasikmalaya, Prov. Jateng: Kab. Cilacap, Prov. Jatim: Kab. Jember, Kab.

Trenggalek, Prov. NTB: Kab. Lombok Barat

Barat, Bengkulu, Lampung, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Nusa Tenggara Barat

Ket:*) Penentuan kabupaten/kota yang menjadi wilayah delineasi KSN

masih dapat berubah sebelum Perpres RTRW KSN ditetapkan.

3.1.2. RTRW Kawasan Strategis Nasional (KSN)

Beberapa arahan yang harus diperhatikan dari RTRW KSN dalam penyusunan RPI2-JM Cipta Karya Kabupaten/Kota adalah sebagai berikut:

(23)

NO

KABUPATEN *) PROVINSI

STATUS HUKUM

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

71 Kawasan Stasiun

Telemetry Tracking and Command Wahana Peluncur Satelit

Penggunaan Sumberdaya Alam dan Teknologi Tinggi

Kab. Biak Numfor

Papua

72 Kawasan Timika Sosial Budaya Kab. Mimika Papua

73 Kawasan Taman

Nasional Lorentz

Lingkungan Hidup

Kab. Mimika, Kab. Asmat, Kab. Nduga, Kab.

Yahukimo, Kab. Jayawijaya, Kab. Lanny Jaya, Kab. Puncak Jaya, Kab. Puncak, Kab. Paniai

Papua

74 Kawasan

Konservasi Keanekaragaman Hayati Teluk Bintuni

Lingkungan Hidup

Kab. Tel. Bintuni

Papua

75 Kawasan

Perbatasan Darat RI dengan negara Papua Nugini

Pertahanan dan

Keamanan

Kota Jayapura, Kab. Keerom, Kab.

Pegunungan Bintang, Kab. Boven Digoel, Kab. Merauke

Papua

76 Kawasan

Perbatasan Negara termasuk 19 pulau kecil terluar (Pulau

Pertahanan dan

Keamanan

Prov. NAD: Kab. Simelue, Kab. Aceh Barat, Kab. Aceh Besar,

(24)

NO

KABUPATEN *) PROVINSI

STATUS HUKUM

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

Karaweira, Panambulai, Kultubai Utara, Kultubai Selatan, Karang, Enu, Batu Goyang, Larat, Asutubun, Selaru, Batarkusu, Masela,

Miatimiarang, Leti, Kisar, Wetar, Liran, Kolepon, dan Laag) dengan negara Timor Leste/Australia

Maluku Tenggara Barat, Kab. Maluku Barat Daya, Prov. Papua: Kab. Merauke

67 Kawasan

Perbatasan Laut RI termasuk 8 pulau kecil terluar (Pulau Jiew, Budd, Fani, Miossu, Fanildo, Bras, Bepondi, dan Liki) dengan negara Palau

Pertahanan dan

Keamanan

Kab. Halmahera, Kab. Sorong, Kab. Biak Numfor, Kab. Jayapura

Maluku Utara, Papua Barat, dan Papua

68 Kawasan

Konservasi Keanekaragaman Hayati Raja Ampat

Lingkungan Hidup

Kab. Raja Ampat

Papua Barat

69 Kawasan

Pengembangan Ekonomi Terpadu Biak

Ekonomi Kab. Biak

Numfor

Papua

70 Kawasan Stasiun

Bumi Satelit Cuaca dan Lingkungan

Penggunaan Sumberdaya Alam dan Teknologi

Kab. Biak Numfor

(25)

NO

KABUPATEN *) PROVINSI

STATUS HUKUM

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

Maros, Sungguminas a, Takalar

58 Kawasan

Pengembangan Ekonomi Terpadu Parepare

Ekonomi Kota

Pare-Pare, Kab. Barru

Sulawesi Selatan

59 Kawasan Toraja

dan Sekitarnya

Sosial Budaya Kab. Tana

Toraja, Kab. Toraja Utara

Sulawesi Selatan

60 Kawasan Stasiun

Bumi Sumber Alam Parepare

Penggunaan Sumberdaya Alam dan Teknologi Tinggi

Kota Pare-Pare

Sulawesi Selatan

61 Kawasan Soroako

dan Sekitarnya

Sosial Budaya Kab. Luwu Sulawesi

Selatan

62 Kawasan

Pengembangan Ekonomi Terpadu Buton, Kolaka, dan Kendari

Ekonomi Kab. Buton,

Kab. Kolaka, Kota Kendari

Sulawesi Tenggara

63 Kawasan Taman

Nasional Rawa Aopa - Watumohai dan Rawa Tinondo

Lingkungan Hidup

Kota Kendari, Kab. Kolaka, Kab. Buton,

Sulawesi Tenggara

64 Kawasan

Pengembangan Ekonomi Terpadu Seram

Ekonomi Pulau Seram

Kab. Maluku Tengah

Maluku

65 Kawasan Laut Banda Sosial Budaya Kab. Maluku

Tengah

Maluku

66 Kawasan

Perbatasan Laut RI termasuk 20 pulau kecil terluar (Pulau Ararkula,

Pertahanan dan

Keamanan

Prov. Maluku: Kab. Maluku tenggara, Kota Tual, Kab. Kep. Aru, Kab.

(26)

NO

KABUPATEN *) PROVINSI

STATUS HUKUM

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

Philipina

51 Kawasan

Pengembangan Ekonomi Terpadu Manado – Bitung

Ekonomi Kota Manado,

Kota Bitung

Sulawesi Utara

52 Kawasan

Konservasi dan Wisata Daerah Aliran Sungai Tondano

Lingkungan Hidup

Kab.

Minahasa,Kab . Minahasa Utara, Kota Tomohon,

Kota Manado

Sulawesi Utara

53 Kawasan

Pengembangan Ekonomi Terpadu Batui

Ekonomi Kab. Banggai Sulawesi

Tengah

54 Kawasan Poso

dan Sekitarnya

Sosial Budaya Kab. Poso Sulawesi

Tengah

55 Kawasan Kritis

Lingkungan Balingara

Lingkungan Hidup

Kab. Tojo Una-Una

Sulawesi Tengah

56 Kawasan Kritis

Lingkungan Buol -Lambunu Donggala , Kabupaten Parigi Moutong , Kabupaten Toli-Toli

Sulawesi Tengah

57 Kawasan

Perkotaan

Makassar – Maros – Sungguminasa – Takalar

(Mamm inasata)

Ekonomi Kota

Makassar, Kab. Maros, Kab. Gowa, Kab. Takalar

Sulawesi Selatan

(27)

NO

KABUPATEN *) PROVINSI

STATUS HUKUM

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

Ekonomi Terpadu Daerah Aliran Sungai Kahayan Kapuas dan Barito

Kab. Pulang Pisau, Kab. Kapuas, Kab. Barito Selatan

47 Kawasan Taman

Nasional Tanjung Putting

48 Kawasan

Pengembangan Ekonomi Terpadu Batulicin

Ekonomi Kab.

Kotabaru, Kab. Tanah Bumbu

Kalimantan Selatan

49 Kawasan

Pengembangan Ekonomi Terpadu Samarinda, Sanga-Sanga, Muara Jawa, dan Balikpapan

Ekonomi Kota

Samarinda, Kab. Kutai

Kalimantan Timur

50 Kawasan

Perbatasan Laut RI termasuk 18 pulau kecil terluar (Pulau Sebatik, Gosong Makasar, Maratua, Sambit, Lingian, Salando, Dolangan, Bangkit, Mantewaru, Makalehi,

Kawalusu, Kawio, Marore, Batu Bawaikang, Miangas,

Maram pit, Intata, dan Kakarutan) dengan negara

Pertahanan dan

Keamanan

Kab. Nunukan, Kab. Berau, Kab. Tolitoli, Kab. Boolang Mongondow Utara, Kab. Kep. Sitaro, Kab. Kep. Sangihe, Kab. Sangihe Talaud, Kab. Kep. Talaud

(28)

NO

KABUPATEN *) PROVINSI

STATUS HUKUM

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

39 Kawasan

Pengembangan Ekonomi Terpadu Mbay

Ekonomi Kab. Ngada Nusa

Tenggara Timur

40 Kawasan

Perbatasan Darat RI dengan negara Timor Leste

Pertahanan dan

Keamanan

Kab. Kupang, Kab. Timor Tengah Utara, Kab. Belu

Nusa Tenggara Timur

41 Kawasan

Perbatasan Laut RI termasuk 5 pulau kecil terluar (Pulau Alor, Batek, Dana, Ndana, dan Mangudu) dengan negara Timor Leste/Australia

Pertahanan dan

Keamanan

Kab. Kupang, Kab. Timor Tengah Utara, Kab. Belu

Nusa Tenggara Timur

42 Kawasan

Pengembangan Ekonomi Terpadu Khatulistiwa

Ekonomi Kab. Sanggau Kalimantan

Barat

43 Kawasan Stasiun

Pengamat Dirgantara Pontianak

Penggunaan Sum berdaya Alam dan Teknologi

44 Kawasan Taman

Nasional Betung Kerihun

Lingkungan Hidup

Kab. Kapuas Hulu

Kalimantan Barat

45 Kawasan

Perbatasan Darat RI dan Jantung Kalimantan (Heart of Borneo)

Pertahanan dan

Keamanan

Kab. Sambas, Kab. Kapuas Hulu, Kab. Sanggau,

Kalimantan Barat, Kalimantan Timur

46 Kawasan

Pengembangan

Ekonomi Kota

Palangkaraya,

(29)

NO

KABUPATEN *) PROVINSI

STATUS HUKUM

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

Surabaya – Sidoarjo – Lamongan (Gerbangkertosusi la)

Mojokerto, Kota Surabaya, Kab. Sidoarjo, Kab.

Lamongan

33 Kawasan Stasiun

Pengamat Dirgantara Watukosek

Penggunaan Sum berdaya Alam dan Teknologi Tinggi

Kab. Pasuruan Jawa Timur

34 Kawasan Taman

Nasional Ujung Kulon

35 Kawasan

Perkotaan Denpasar – Badung – Gianyar - Tabanan

(Sarbagita)

Ekonomi Kota

Denpasar, Kab. Badung, Kab. Gianyar, Kab. Tabanan

Bali Perpres

No. 45 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Kawasan Perkotaan Denpasar, Badung, Gianyar, dan Tabanan

36 Kawasan

Pengembangan Ekonomi Terpadu Bima

Ekonomi Kab. Bima,

Kab. Dompu

Nusa Tenggara Barat

37 Kawasan Taman

Nasional Komodo

Lingkungan

38 Kawasan Gunung

Rinjani

Lingkungan Hidup

Kab. Lombok Utara, Kab. Lombok Tengah, Kab. Lombok Timur

(30)

NO

KABUPATEN *) PROVINSI

STATUS HUKUM

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

Tinggi

26 Kawasan Stasiun

Bumi Penerima Satelit Mikro

Penggunaan Sum berdaya Alam dan Teknologi Tinggi

Kabupaten Pangandaran

Jawa Barat

27 Kawasan

Pangandaran – Kalipuncang – Segara Anakan – Nusakambangan Kab. Ciamis, Kab. Cilacap

Jawa Barat dan Jawa Tengah

28 Kawasan

Perkotaan Kendal – Demak – Ungaran –

Salatiga – Semarang

-Purwodadi (Kedung Sepur)

Ekonomi Kab. Kendal,

Kab. Demak, Kab.

Semarang, Kota Salatiga, Kota

29 Kawasan

Borobudur dan Sekitarnya

30 Kawasan Candi

Prambanan

Lingkungan Hidup

Kab. Klaten, Kab. Sleman

Jawa Tengah

31 Kawasan Taman

Nasional Gunung Merapi

Lingkungan Hidup

Kab. Sleman, Kota

Yogyakarta, Kab. Klaten, Kab. Boyolali, Kab.

Magelang

Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta

32 Kawasan

Perkotaan Gresik – Bangkalan – Mojokerto –

Ekonomi Kab. Gresik,

Kab. Bangkalan, Kota

(31)

NO

KABUPATEN *) PROVINSI

STATUS HUKUM

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

Jabodetabek-Punjur termasuk Kepulauan Seribu

Selatan, Barat, Timur, Pusat),

Kota Bogor, Kab. Bogor, Kota Depok, Kota

Selatan, Kota Bekasi, Kab. Bekasi, Kab. Cianjur

Jawa Barat 2008 tentang

Penataan

21 Kawasan

Perkotaan Cekungan Bandung

Ekonomi Kota Bandung,

Kab. Bandung

Jawa Barat

22 Kawasan Fasilitas Uji Terbang Roket Pamengpeuk

Penggunaan Sum berdaya Alam dan Teknologi Tinggi

Kab. Garut Jawa Barat

23 Kawasan Stasiun

Pengamat Dirgantara Pamengpeuk

Penggunaan Sum berdaya Alam dan Teknologi Tinggi

Kab. Garut Jawa Barat

24 Kawasan Stasiun

Pengamat Dirgantara Tanjung Sari

Penggunaan Sumberdaya Alam dan Teknologi Tinggi

Kab. Sumedang

Jawa Barat

25 Kawasan Stasiun

Telecomand

Penggunaan Sum berdaya Alam dan

(32)

NO

KABUPATEN *) PROVINSI

STATUS

14 Kawasan Taman

Nasional Berbak

Lingkungan Hidup

Kab. Muaro Jambi

Jambi

15 Kawasan Taman

Nasional Bukit Tigapuluh

Lingkungan Hidup

Kab. Indragiri Hulu, Kab. Indragiri Hilir, Kab. Tanjung Jabung Barat, Kab. Tebo

Jambi dan Riau

16 Kawasan Taman

Nasional Bukit Duabelas

17 Kawasan Selat

Sunda

Ekonomi Kota Serang,

Kota Bandar Lampung

Lampung dan Banten

Perpres No. 86 Tahun 2011 tentang Pengembang an Kawasan Strategis dan Infrastruktur Selat Sunda

18 Kawasan Instalasi

Lingkungan dan Cuaca

Penggunaan Sumberdaya Alam dan Teknologi Tinggi

Kota Jakarta Pusat

DKI Jakarta

19 Kawasan Fasilitas

Pengolahan Data dan Satelit

Penggunaan Sum berdaya Alam dan Teknologi Tinggi

DKI Jakarta

20 Kawasan

Perkotaan

Ekonomi Kota Jakarta

(Utara,

DKI Jakarta, Banten, dan

(33)

NO

KABUPATEN *) PROVINSI

STATUS HUKUM

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

10 Kawasan Hutan

Lindung Mahato

Lingkungan Hidup

Kab. Rokan Hilir

Riau

11 Kawasan

Perbatasan Laut RI termasuk 20 pulau kecil terluar (Pulau Sentut, Tokong Malang Biru, Damar, Mangkai, Tokong Nanas, Tokong Belayar, Tokong Boro, Semiun, Sebetul,

Sekatung, Senua, Subi Kecil, Kepala, Batu Mandi, Iyu Kecil, Karimun Kecil, Nipa, Pelampong, Batu Berhanti, dan Nongsa) dengan negara Malaysia / Vietnam /

Singapura

Penggunaan Sum berdaya Alam dan Teknologi Tinggi

Kab. Bintan, Kab. Natuna, Kab. Kep. Anambas, Kab. Karimun, Kota Batam

Kepulauan Riau

12 Kawasan Batam,

Bintan, dan Karimun

Ekonomi Kab. Bintan,

Kab. Natuna, Kab. Karimun, Kota Batam

Kepulauan Riau

Perpres No. 87 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Kawasan Batam, Bintan, dan Karimun

13 Kawasan

Lingkungan Hidup Taman Nasional

Lingkungan Hidup

Kab. Kerinci, Kota Padang, Kab. Lubuk

(34)

NO

KABUPATEN *) PROVINSI

STATUS HUKUM

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

kecil terluar (Pulau Rondo dan Berhala) dengan negara India / Thailand /

Malaysia

dan Sumatera Utara

6 Kawasan

Perkotaan Medan – Binjai – Deli Serdang – Karo (Mebidangro)

Ekonomi Kota Medan,

Binjai, Deli Serdang, Karo

Sumatera Utara

Perpres No. 62 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Kawasan Perkotaan Medan, Binjai, Deli Serdang, dan Karo

7 Kawasan Danau

Toba dan Sekitarnya

Lingkungan Hidup

Kab. Samosir, Kab. Tapanuli Utara, Kab. Humbang Hasundutan, Kab. Dairi, Kab. Karo, Kab.

Simalungun, Kab. Toba, Kab. Pakpak Barat

Sumatera Utara

8 Kawasan Stasiun

Pengamat Dirgantara Kototabang

Penggunaan Sum berdaya Alam dan Teknologi Tinggi

Kab. Agam Sumatera

Barat

9 Kawasan Hutan

Lindung Bukit Batabuh

Lingkungan Hidup

Kab. Kuantan Singingi dan Kab. Indragiri

(35)

Tabel 3.3

Penetapan Kawasan Strategis Nasional (KSN) Berdasarkan PP Nomor 26 Tahun 2008 tentang RTRWN

NO

KABUPATEN *) PROVINSI

STATUS HUKUM

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

1 Kawasan Industri

Lhokseumawe

Ekonomi Kota

Lhokseumawe

Nanggroe Aceh Darussalam

2 Kawasan

Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Sabang

Ekonomi Kota Sabang Nanggroe

Aceh Darussalam

3 Kawasan

Pengembangan Ekonomi Terpadu Banda Aceh Darussalam

Ekonomi Kota Banda

Aceh

Nanggroe Aceh Darussalam

4 Kawasan

Ekosistem Leuser

Lingkungan Hidup

13 Kabupaten (Aceh Barat, Nagan Raya, Aceh Barat Daya, Aceh Selatan, Aceh Singkil, Subulussalam, Aceh

Tenggara, Gayo Lues, Aceh Tengah, Bener Meriah, Aceh Utara, Aceh Timur, dan Aceh Tamiang)

Nanggroe Aceh Darussalam

5 Kawasan

Perbatasan Laut RI termasuk 2 pulau

Pertahanan dan

Keamanan

Kota Sabang Nanggroe

(36)

Nunukan) Baru (Tahap I)

15 Long Midang (Kab.

Nunukan)

I / A / 2 : Pengembangan Baru (Tahap I)

Kalimantan Timur

16 Long Pahangai

(kab. Kutai Barat)

II / A/ 2 : Pengembangan Baru (Tahap II)

Kalimantan Timur

17 Long Nawan (Kab.

Malinau)

II / A/ 2 : Pengembangan Baru (Tahap II)

Kalimantan Timur

18 Melonguane

(ibukota Kab. Talaud)

I / A / 2 : Pengembangan Baru (Tahap I)

Sulawesi Utara

19 Tahuna (ibukota

Kab. Kep. Sangihe)

I / A / 2 : Pengembangan Baru (Tahap I)

Sulawesi Utara

20 Saumlaki (Kab.

Maluku Tenggara Barat)

I / A / 2 : Pengembangan Baru (Tahap I)

Maluku

21 Ilwaki (Kab. Maluku Barat Daya)

II / A/ 2 : Pengembangan Baru (Tahap II)

Maluku

22 Dobo (Kab. Kep.

Aru)

II / A/ 2 : Pengembangan Baru (Tahap II)

Maluku

21 Daruba (Kab.

Pulau Morotai)

I / A / 2 : Pengembangan Baru (Tahap I)

Maluku Utara

22 Kota Jayapura I / A/ 1 : Pengembangan

/ Peningkatan Fungsi (Tahap I)

Papua

23 Kota Tanah Merah

(Ibukota Kab. Tanah Merah)

I / A/ 1 : Pengembangan / Peningkatan Fungsi (Tahap I)

Papua

24 Kota Merauke

(Ibukota Kab. Merauke)

I / A/ 1 : Pengembangan / Peningkatan Fungsi (Tahap I)

(37)

Tabel 3.2

Penet apan Loka si Pusat Kegia tan Strat egis Nasio nal (PKSN ) Berda sarka n PP Nomor 26 Tahun 2008 tenta ng RTRWN

NO PUSAT KEGIATAN

STRATEGIS NASIONAL STATUS PROVINSI

(1) (2) (3) (4)

1 Kota Sabang I / A / 2 : Pengembangan

Baru (Tahap I)

Nanggroe Aceh Darussalam

2 Kota Dumai I / A/ 1 : Pengembangan

/ Peningkatan Fungsi (Tahap I)

Riau

3 Kota Batam I / A/ 1 : Pengembangan

/ Peningkatan Fungsi (Tahap I)

Kep. Riau

4 Ranai (Ibukota

Kab. Natuna)

I / A / 2 : Pengembangan Baru (Tahap I)

Kep. Riau

5 Atambua (Ibukota

Kab. Belu)

I / A/ 1 : Pengembangan / Peningkatan Fungsi (Tahap I)

Nusa Tenggara Timur

6 Kalabahi (Ibukota

Kab. Alor)

II / A/ 2 : Pengembangan

Baru (Tahap II) Nusa Tenggara Timur

7 Kefamenanu

(Ibukota Kab. Timor Tengah Utara)

I / A / 2 : Pengembangan Baru (Tahap I)

Nusa Tenggara Timur

8 Paloh - Aruk (Kab.

Sambas)

I / A / 2 : Pengembangan Baru (Tahap I)

Kalimantan Barat

9 Jagoi Babang

(Kab.

Bengkayang)

I / A / 2 : Pengembangan Baru (Tahap I)

Kalimantan Barat

10 Nangabadau (Kab.

Kapuas Hulu)

I / A / 2 : Pengembangan Baru (Tahap I)

Kalimantan Barat

11 Entikong ( Kab.

Sanggau)

I / A/ 1 : Pengembangan / Peningkatan Fungsi (Tahap I)

Kalimantan Barat

12 Jasa (Kab.

Sintang)

II / A/ 2 : Pengembangan Baru (Tahap II)

Kalimantan Barat

13 Nunukan (Ibukota

Kab. Nunukan)

I / A/ 1 : Pengembangan / Peningkatan Fungsi

(38)

NO PROV INSI PKN PKW

(1) (2) (3) (4)

Barat Ketapang,

Putussibau, Entikong, Sanggau, Sintang

21 Kalimantan

Tengah

Palangkaraya Kuala Kapuas, Pangkalan Bun, Buntok,

Muarateweh, Sampit

22 Kalimantan

Selatan

Banjarmasin

Amuntai, Martapura, Marabahan, Kotabaru

23 Kalimantan

Timur

Kawasan Perkotaan

Balikpapan-

Tenggarong-Samarinda-Bontang, Tarakan

Tanjung Redeb, Sangata, Nunukan, Tanjung Selor, Malinau, Tanlumbis, Tanah Grogot, Sendawar

24 Gorontalo Gorontalo Isimu, Kuandang, Tilamuta

25 Sulawesi

Utara

Kawasan Perkotaan

Manado-Bitung Tomohon, Tondano, Kotamobagu

26 Sulawesi

Tengah

Palu Poso, Luwuk, Buol,

Kolonedale, Tolitoli, Donggala

27 Sulawesi

Selatan

Kawasan Perkotaan

Makassar- Sungguminasa-Takalar-Maros (Maminasata)

Pangkajene, Jeneponto, Palopo, Watampone,

Bulukumba, Barru, Parepare

28 Sulawesi

Barat Mamuju, Majene, Pasangkayu

29 Sulawesi

Tenggara

Kendari

Unaaha, Lasolo, Bau-Bau, Raha, kolaka

30 Maluku Ambon Masohi, Werinama, Kairatu, Tual, Namlea,

Wahai, Bula,

31 Maluku

Utara

Ternate Tidore, Tobelo, Labuha, Sanana

32 Papua Barat Sorong Fak-Fak, Manokwari, Ayamaru

33 Papua Jayapura, Timika Biak, Nabire, Muting, Bade, Merauke, Sarmi,

(39)

NO PROV INSI PKN PKW

(1) (2) (3) (4)

7 Sumatera

Selatan

Palembang Muara Enim, Kayuagung, Baturaja,

Prabumulih, Lubuk Linggau, Sekayu, Lahat

8 Bengkulu Bengkulu, Manna, Muko-Muko, Curup

9 Bangka

Belitung

Pangkal Pinang, Muntok, Tanjung Pandan, Manggar

10 Lampung Bandar Lampung Metro, Kalianda, Liwa, Menggala, Kotabumi,

Kota Agung

11 DKI Jakarta

Jawa Barat -Banten

Kawasan Perkotaan Jabodetabek

12 Banten Serang, Cilegon Pandeglang, Rangkas Bitung

13 Jawa Barat Kawasan Perkotaan

Bandung Raya, Cirebon

Sukabumi, Cikampek – Cikopo, Pelabuhanratu,

Indramayu, Kadipaten, Tasikmalaya, Pangandaran

14 Jawa Tengah Surakarta, Kawasan

Perkotaan Semarang- Kendal-Demak-Ungaran-Purwodadi (Kedungsepur), Cilacap

Boyolali, Klaten, Salatiga, Tegal, Pekalongan, Kudus, Cepu, Magelang, Wonosobo,

Kebumen,Purwokerto

15 Daerah

Istimewa Yogyakarta

Yogyakarta Bantul, Sleman

16 Jawa Timur Kawasan Perkotaan

(Gerbangkertosusila), Malang

Probolinggo, Tuban, Kediri, Madiun, Banyuwangi, Jember, Blitar, Pamekasan, Bojonegoro, Pacitan

17 Bali Kawasan Perkotaan

Denpasar-Bangli-Gianyar-Tabanan (Sarbagita)

Singaraja, Semarapura, Negara

18 Nusa

Tenggara Barat

Mataram Praya, Raya, Sumbawa Besar

19 Nusa

Tenggara Timur

Kupang

Soe, Kefamenanu, Ende, Maumere, Waingapu, Ruteng, Labuan Bajo

(40)

3.1.1.3. Penetapan Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN) Kriteria:

1) Pusat perkotaan yang berpotensi sebagai pos pemeriksaan lintas batas dengan negara tetangga,

2) Pusat perkotaan yang berfungsi sebagai pintu gerbang internasional yang menghubungkan dengan negara tetangga,

3) Pusat perkotaan yang merupakan simpul utama transportasi yang menghubungkan wilayah sekitarnya, dan/atau

4) Pusat perkotaan yang merupakan pusat pertumbuhan ekonomi yang dapat mendorong perkembangan kawasan di sekitarnya.

Tabel 3.1

Penet apan Loka si Pusat Kegia tan Nasio nal (PKN) DAN Pusat Kegia tan Wilay ah (PKW)

Berda sarka n PP Nomor 26 Tahun 2008 tenta ng RTRWN

NO PROV INSI PKN PKW

(1) (2) (3) (4)

1 Nang groe

Aceh Daru ssal am

Lhok seum awe

Saba ng, Band a Aceh , Take ngon, Meul aboh

2 Suma tera

Utara

Kawa san Perko taan Meda n -Binj ai -Deli Serd ang -Karo (Mebi dangr o)

Tebi ngtin ggi, Sidik alang , Pemat ang Siant ar,

Bali ge, Rant au Prap at, Kisa ran, Gunu ng Bali ge, Pada ng Sidem puan , Sibol ga

3 Sumatera

Barat

Padang Pariaman, Sawahlunto, Muarasiberut,

Bukittinggi, Solok

4 Riau Pekanbaru, Dumai Bangkinang, Teluk Kuantan, Bengkalis,

Bagan Siapiapi, Tembilahan, Rengat, Pangkalan Kerinci, Pasir Pangarayan, Siak Sri Indrapura

5 Kepulauan

Riau

Batam Tanjung Pinang, Terempa, Daik Lingga,

Dabo –Pulau Singkep, Tanjung Balai Kari mun

6 Jambi Jambi Kuala Tungkal, Sarolangun, Muarabungo,

(41)

3) Pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang di wilayah nasional;

4) Perwujudan keterpaduan, keterkaitan, dan keseimbangan perkembangan antarwilayah provinsi, serta keserasian antarsektor;

5) Penetapan lokasi dan fungsi ruang untuk investasi; 6) Penataan ruang kawasan strategis nasional, dan 7) Penataan ruang wilayah provinsi dan kabupaten/kota.

Berbagai Arahan yang harus diperhatikan dari RTRWN untuk ditindaklanjuti ke dalam RPI2-JM Kabupaten Demak.

3.1.1.1. Penetapan Pusat Kegiatan Nasional (PKN) Kriteria:

a) kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul utama kegiatan ekspor-impor atau pintu gerbang menuju kawasan internasional, b) Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan industri dan jasa skala nasional atau yang melayani beberapa provinsi, dan/atau

c) Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul utama transportasi skala nasiona atau melayani beberapa provinsi.

3.1.1.2. Penetapan Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) Kriteria:

a) Kawasan Perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul kedua kegiatan ekspor-impor yang mendukung PKN,

b) Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan industri dan jasa yang melayani skala provinsi atau beberapa kabupaten, dan/atau

(42)

BAB 3

ARAHAN STRATEGIS NASIONAL BIDANG CIPTA

KARYA KABUPATEN DEMAK

3.1. RTRW (NASIONAL, PULAU, PROPINSI, KAWASAN STRATEGIS NASIONAL)

Rencana Tata Ruang Wilayah memuat arahan struktur ruang dan pola ruang. Struktur ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman dan sistem jaringan prasarana dan sarana yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial ekonomi masyarakat yang secara hirarkis memiliki hubungan fungsional, sedangkan pola ruang adalah distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah yang meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan ruang untuk budidaya.

Pembangunan bidang Cipta Karya harus memperhatikan arahan struktur dan pola ruang yang tertuang dalam RTRW, selain untuk mewujudkan permukiman yang layak huni dan berkelanjutan juga dapat mewujudkan tujuan dari penyelenggaraan penataan ruang yaitu keharmonisan antara lingkungan alam dan lingkungan buatan, keterpaduan dalam penggunaan sumber daya alam dan sumber daya buatan dengan memperhatikan sumber daya manusia, serta pelindungan fungsi ruang dan pencegahan dampak negatif terhadap lingkungan akibat pemanfaatan ruang.

3.1.1. Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN)

Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) disusun melalui Peraturan Pemerintah No. 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) yang dijadikan sebagai pedoman untuk:

Gambar

Tabel 3.8
Tabel 3.7
Tabel 3.6
Tabel 3.5
+5

Referensi

Dokumen terkait

7 Tahun 2011 jo Berita Acara Rekapitulasi Hasil Penghitungan Suara Pemilihan Umum Bupati dan Wakil Bupati Sambas Tingkat Kabupaten oleh Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Sambas jo

Bagi perusahaan-perusahaan yang menghasilkan cat maka cat adalah produk (hasil produksi) sehingga mereka menyebutnya sebagai barang. Namun, bagi pengusaha pengecatan

Pada hasil analisa didapatkan metode terbaik untuk kedua waduk tersebut yaitu IDW dengan power 3 dengan nilai error terkecil yaitu 1,258 untuk Wlingi dan 1,39 untuk

Dari uji mekanik disimpulkan bahwa dibandingkan pada binder poliester, penggunaan binder silicone rubber menghasilkan sifat mekanik yang semakin menurun pada

Program ini ditujukan kepada generasi muda remaja putra dan putri di sekitar daerah sepanjang pantai ekologi hutan mangrove daerah Tanjung Jabung Barat berusia

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan proses pembelajaran menulis karangan naratif dengan model CTL (Contextual Teaching and Learning) dan meningkatkan

4. Pada dasarnya pembelajaran dikatakan efektif apabila tujuan pembelajaran tercapai. Tujuan akan tercapai jika siswa aktif membangun pengetahuannya dalam

Laporan ini merupakan hasil Pengabdian Kepada Masyarakat dengan tema ‘ Kreativitas Sebagai Salah Satu Bentuk Pembelajaran Tari di SMA N 2 Sukoharjo .” Tujuan dari pelatihan