3.3.4. Pemberdayaan Masyarakat (Klaster D)
Klaster D khusus dialokasikan bagi program-program pemberdayaan masyarakat Bidang Cipta Karya, baik di perkotaan maupun perdesaan. Program pemberdayaan masyarakat ini diperuntukkan dalam rangka pengentasan kemiskinan, sesuai dengan amanat pembangunan nasional.
3.3.5. Kabupaten/Kota Klaster E bagi Daerah dengan Program dan Inovasi yang Kreatif
NO KAB/KOTA PKN(PP 26/2008)
PKSN (PP 26/2008)
KSN (PP 26/2008)
KEK (PP 2/2011)
KPI-MP3EI (Perpres 32/2011)
PERDA RTRW
68 HALMAHERA TENGAH V V V
69 PULAU MOROTAI V V V
70 HALMAHERA SELATAN V V V
71 HALMAHERA UTARA V V V
72 HALMAHERA TIMUR V V V
73 HALMAHERA BARAT V V V
74 MERAUKE V V V V
75 JAYAPURA V V
76 BIAK NUMFOR V V
77 YAHUKIMO V V
78 PEGUNUNGAN
BINTANG
V V
79 BOVEN DIGOEL V V V
80 LANNY JAYA V V
81 TELUK BINTUNI V V V
82 RAJA AMPAT V V
3.3.3. Kabupaten/Kota Klaster C dalam Rangka Pemenuhan Standar Pelayanan Minimal (SPM)
NO KAB/KOTA PKN(PP 26/2008)
PKSN (PP 26/2008)
KSN (PP 26/2008)
KEK (PP 2/2011)
KPI-MP3EI (Perpres 32/2011)
PERDA RTRW
39 GIANYAR V V V
40 TABANAN V V V
41 BIMA V V
42 LOMBOK UTARA V V
43 KOTA BIMA V V
44 DOMPU V V
45 TIMOR TENGAH UTARA V V V
46 NGADA V V
47 KABUPATEN KUPANG V V
48 SUKAMARA V V
49 KOTA BALIKPAPAN V V V
50 MALINAU V V
51 BITUNG V V V V V
52 BOLAANG
MONGONDOW UTARA
V V
53 POHUWATO V V
54 BOALEMO V V
55 BANGGAI V V V
56 DONGGALA V V V
57 BUOL V V V
58 SIGI V V
59 MOROWALI V V
60 KOTA PARE-PARE V V V
61 LUWU V V V
62 GOWA V V V
63 MALUKU TENGGARA V V
64 KEPULAUAN ARU V V V
65 MALUKU TENGGARA
BARAT
V V V
66 MALUKU BARAT DAYA V V V
NO KAB/KOTA PKN(PP 26/2008)
PKSN (PP 26/2008)
KSN (PP 26/2008)
KEK (PP 2/2011)
KPI-MP3EI (Perpres 32/2011)
PERDA RTRW
10 MUARA ENIM V V
11 NATUNA V V V
12 KARIMUN V V
13 KAB BEKASI V V V
14 KOTA BEKASI V V V
15 KAB SUKABUMI V V V
16 CIANJUR V V
17 CIREBON V V
18 MAJALENGKA V V
19 KARAWANG V V
20 CIMAHI V V
21 SALATIGA V V
22 KAB SEMARANG V V V
23 GROBOGAN V V
24 DEMAK V V V
25 BREBES V V
26 SIDOARJO V V V V
27 KAB PASURUAN V V V
28 KOTA MOJOKERTO V V V V
29 KAB MALANG V V
30 KOTA KEDIRI V V
31 KOTA BATU V V
32 MOJOKERTO V V
33 CILEGON V V V
34 KOTA TANGERANG V V V
35 TANGERANG V V
36 TANGERANG SELATAN V V
37 KAB SERANG V V
NO KAB/KOTA PKN (PP 26/2008)
PKSN BANGU NA
N GED UNG
93 BONDOWOSO* * V
94 KOTA PASURUAN* * V V V
Catatan :
* Mewakili IbukotaProvinsi ** Kategori Khusus
3.3.2. Kabupaten/Kota Prioritas Strategis Nasional Klaster B
Kabupaten/Kota Prioritas Strategis Nasional pada Klaster B adalah kabupaten/kota yang merupakan Pusat Kegiatan Nasional (PKN), Pusat-Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN)di dalam KSN dan kabupaten/kota di dalam kawasan metropolitan, serta kawasan strategis lainnya (KEK, MP3EI) yang memiliki Perda RTRW. Sampai dengan Tahun 2013, diidentifikasi sebanyak 82 (delapan puluh dua) kabupaten/kota yang masuk dalam klaster B yang dipaparkan pada Tabel 5.2.
Tabel 3.8
Daftar Kabupaten/Kota Prioritas Strategis Nasional Klaster B
NO KAB/KOTA PKN(PP
26/2008)
5 SOLOK SELATAN V V
6 PASAMA N BARAT V V
7 KERINCI V V
8 LUBUKLINGGAU V V
NO KAB/KOTA PKN (PP 26/2008)
PKSN (PP 26/2008)
KSN (PP 26/2008)
KEK (PP 2/2011)
KPI-MP3EI
(Perpres 32/2011)
PERDA RTRW
PERDA BANGU NA
N GED UNG
56 KOTA BANJARMASIN V V V
57 BANJAR V V V
58 BARITO KUALA V V V
59 HULU SUNGAI UTARA V V V
60 KOTA TARAKAN V V V
61 KOTA GORONTALO V V V V
62 POSO V V V V
63 TOJO UNA-UNA V V V V
64 KOTA PALU V V V
65 PARIGI MOUTONG V V V
66 TOLITOLI V V V
67 BARRU V V V
68 MAROS V V V V V
69 TANA TORAJA V V V
70 TORAJA UTARA V V V
71 TAKALAR V V V V
72 WAJO V V V
73 KOTA KENDARI V V V V V
74 KOLAKA V V V V
75 MALUKU TENGAH V V V
76 KOTA TERNATE V V V
77 MIMIKA V V V V V
78 NABIRE V V V
79 KAB SORONG V V V
80 MEDAN* V V V V
81 KOTA PADANG* V V V V
82 PEKANBARU* V `
83 KOTA BENGKULU* V V
84 BANDAR LAMPUNG* V V V V
85 KOTA PANGKAL PINANG* V
86 KOTA DENPASAR* V V V V
87 KOTA MATARAM* V V
88 BULUNGAN* V V
89 MAMUJU* V V
90 AMBON* V V V
91 PACITAN** V
NO KAB/KOTA PKN (PP 26/2008)
PKSN (PP 26/2008)
KSN (PP 26/2008)
KEK (PP 2/2011)
KPI-MP3EI
(Perpres 32/2011)
PERDA RTRW
PERDA BANGU NA
N GED UNG
19 KOTA BOGOR V V V V
20 KAB BANDUNG V V V V
21 KOTA CIREBON V V V
22 KOTA TASIKMALAYA V V V
23 KOTA SUKABUMI V V V
24 CILACAP V V V V
25 KOTA SEMARANG V V V V V
26 KENDAL V V V V
27 KOTA SURAKARTA V V V
28 PURWOREJO V V V V
29 BOYOLALI V V V
30 MAGELANG V V V
31 KLATEN V V V
32 SUKOHARJO V V V
33 PATI V V V
34 KARANGANYAR V V V
35 YOGYAKARTA V V V V V
36 SLEMAN V V V
37 KULON PROGO V V V
38 GRESIK V V V V V
39 KOTA MALANG V V V V
40 LAMONGAN V V V V V
41 BANGKALAN V V V V
42 JOMBANG V V V
43 KOTA BLITAR V V V
44 PANDEGLANG V V V V
45 KOTA SERANG V V V V
46 LOMBOK TENGAH V V V V
47 LOMBOK TIMUR V V V
48 SUMBAWA BARAT V V V
49 KOTA KUPANG V V V V
50 MANGGARAI BARAT V V V
51 ALOR V V V
52 BELU V V V V
53 SUMBA TIMUR V V V
54 KOTA PONTIANAK V V V V V
3.3.1. Kabupaten/Kota Prioritas Strategis Nasional Klaster A
Kabupaten/Kota Prioritas Strategis Nasional pada Klaster A merupakan kabupaten/ kota yang merupakan Pusat Kegiatan Nasional (PKN), Pusat-Pusat Kegiatan Strategis Nasional(PKSN)di dalam KSN dan kabupaten/kota di dalam kawasan metropolitan, serta kawasan strategis lainnya(KEK, MP3EI)yangtelah memiliki Perda RTRW dan Perda Bangunan Gedung. Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan dengan menggunakan kriteria-kriteria di atas, sampai dengan akhir tahun 2013 diidentifikasi sebanyak 94 (sembilan puluh empat) kabupaten/kota di Indonesia yang termasuk pada Kabupaten/Kota Prioritas Strategis Nasional Klaster A, yang dipaparkan pada Tabel 5.1.
Tabel 3.7
Daftar Kabupaten/Kota Prioritas Strategis Nasional Klaster A
NO KAB/KOTA PKN
(PP 26/2008)
PKSN (PP 26/2008)
KSN (PP 26/2008)
KEK (PP 2/2011)
KPI-MP3EI
(Perpres 32/2011)
PERDA RTRW
PERDA BANGU NA
N GED UNG
1 KOTA BANDA ACEH V V V
2 ACEH BARAT V V V
3 AGAM V V V
4 BATANG HARI V V V
5 KOTA PALEMBANG V V V V
6 OGAN KOMERING ILIR V V V
7 REJANG LEBONG V V V
8 TANGGAMUS V V V
9 LAMPUNG TIMUR V V V
10 BINTAN V V V
11 KEPULAUAN SERIBU V V V V V
12 JAKARTA
SELATAN V V V V V
13 JAKARTA TIMUR V V V V V
14 JAKARTA BARAT V V V V V
15 JAKARTA UTARA V V V V V
16 JAKARTA PUSAT V V V V V
17 KAB BOGOR V V V V V
3.3. PRIORITAS KABUPATEN/KOTA BIDANG CIPTA KARYA
Penyelenggaraan pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya salah satunya mengacu pada Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota. Dengan mengacu kepada peraturan perundangan tersebut, maka prioritas penanganan infrastruktur Bidang Cipta Karya diarahkan pada kabupaten/kota yang berfungsi strategis secara nasional.
Pada pelaksanaannya, alokasi APBN Bidang Cipta Karya terdapat 5 (lima) klaster penanganan Bidang Cipta Karya sebaga berikut:
1. Klaster A, merupakan kabupaten/kota prioritas strategis nasional yang termasuk dalam Pusat Kegiatan Nasional (PKN), Pusat-Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN) di dalam KSN dan kabupaten/kota di dalam kawasan metropolitan, serta kawasan strategis lainnya (KEK, MP3EI) yang telah memiliki Perda RTRW dan Perda Bangunan Gedung.
2. Klaster B, merupakan kabupaten/kota prioritas strategis nasional yang termasuk dalam Pusat Kegiatan Nasional (PKN), Pusat-Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN) di dalam KSN dan kabupaten/kota di dalam kawasan metropolitan, serta kawasan strategis lainnya (KEK, MP3EI) yang telah memiliki Perda RTRW.
3. Klaster C, terdiri dari kabupaten/kota yang menjadi prioritas pemenuhan
Standar Pelayanan Minimal (SPM), berdasarkan karakteristik antara lain daerah yang rawan bencana alam, memiliki cakupan air minum/sanitasi rendah, permukiman kumuh, dan daerah kritis atau miskin.
4. Klaster D ditujukan dalam rangka pengembangan kegiatan pemberdayaan
masyarakat Bidang Cipta Karya yang bertujuan penanggulangan kemiskinan di perkotaan dan perdesaan.
2 Kabupaten Pandeglang, Banten Kawasan Ekonomi Khusus Tanjung Lesung
3 Kabupaten Kutai Timur, Kalimantan
Tmur Kawasan Ekonomi Khusus Maloy
4 Kota Bitung, Sulawesi Utara Kawasan Ekonomi Khusus Bitung
Berikut adalah tabel kompilasi lokasi KSN, PKSN, PKN, PKI MP3EI, dan KEK daerah Kabupaten Demak
Tabel 3.6
Matriks Isian Lokasi KSN, PKSN, PKN, PKI MP3EI, dan KEK di Kabupaten Demak
KSN
KSN SUDUT
KEPENTINGAN
STATUS HUKUM RTRW
KSN
PKN PKSN KPI
MP3EI KEK
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
Kawasan
Perkotaan Kendal – Demak – Ungaran –
Salatiga – Semarang
-Purwodadi (Kedung Sepur)
Pertumbuhan ekonomi
Raper pres
Kawasan Perkotaan Semarang- Kendal- Demak- Ungaran-Purwodadi (Kedungsepur),
-beberapa zona, antara lain pengolahan ekspor, logistik, industri, pengembangan teknologi, pariwisata, energi, dan ekonomi lainnya. Pembentukan KEK tersebut dapat melalui usulan dari Badan Usaha yang didirikan di Indonesia, pemerintah kabupaten/kota, dan pemerintah provinsi, yang ditujukan kepada Dewan Nasional. Selain itu, Pemerintah Pusat juga dapat menetapkan suatu wilayah sebagai KEK yang dilakukan berdasarkan usulan kementerian/lembaga pemerintah non kementerian. Sedangkan lokasi KEK yang diusulkan dapat merupakan area baru maupun perluasan dari KEK yang sudah ada.
Usulan lokasi KEK harus memenuhi beberapa kriteria antara lain :
a. sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah dan tidak berpotensi mengganggu kawasan lindung;
b. adanya dukungan dari pemerintah provinsi dan/atau pemerintah kabupaten/kota yang bersangkutan;
c. terletak pada posisi yang dekat dengan jalur perdagangan internasional atau dekat dengan jalur pelayaran internasional di Indonesia atau terletak pada wilayah potensi sumber daya unggulan;
d. mempunyai batas yang jelas.
Adapun KEK berdasarkan arahan Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Kawasan Ekonomi Khusus seperti pada tabel berikut.
Tabel 3.5
Penetapan Lokasi Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Berdasarkan Arahan Perpres Nomor Nomor 2 Tahun 2011
NO LOKASI KAWASAN EKONOMI KHUSUS
(1) (2) (3)
1 Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara
No Koridor KPI
(1) (2) (3)
Kotabaru Ketapang
Kotawaringin Barat Kapuas
Pontianak Bontang Tanah Bumbu Sanggau
Penajam Paser Utara 5. Koridor Ekonomi (KE)
Sulawesi
Makassar Palopo (Luwu) Mamuju-Mamasa Parepare
Kendari Kolaka
Konawe Utara Morowali Parigi Moutang Banggai
Bitung 6. Koridor Ekonomi (KE)
Papua – Kep. Maluku
Merauke (Mifee) Timika
Hal mahera Teluk Bintuni Morotai Ambon Manokwari
3.2.5. Kawasan Ekonomi Khusus (KEK)
Tabel 3.4
Penetapan Lokasi Kawasan Perhatian Investasi (KPI) Berdasarkan Arahan Perpres Nomor 32 Tahun 2011
No Koridor KPI
(1) (2) (3)
1. Koridor Ekonomi (KE) Sumatera
Sei Mangkei Tapanuli Selatan Dairi
Dumai
Tj Api-Api – Tj Carat Muaraenim – Pendopo Palembang
Prabumulih
Bangka Barat, Babel Batam
Bandar Lampung Lampung Timur Besi Baja Cilegon 2 Koridor Ekonomi (KE) Jawa Banten
DKI Jakarta Karawang Bekasi Purwakarta Cilacap Surabaya Gresik Lamongan Pasuruan 3. Koridor Ekonomi (KE) Bali –
Nusa Tenggara
Badung Buleleng
Lombok Tengah Kupang
Sumbawa Barat Aegela
Nusa Penida 4. Koridor Ekonomi (KE)
Kalimantan
3.2.4. Kawasan Perhatian Investasi (KPI) Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI)
Berdasarkan arahan Peraturan Presiden Nomor 32 Tahun 2011 tentang Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia 2011-2025, Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (M P3EI) merupakan arahan strategis dalam percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi Indonesia untuk periode 15 (lima belas) tahun terhitung sejak tahun 2011 sampai dengan tahun 2025 dalam rangka pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005-2025 dan melengkapi dokumen perencanaan.
Pengembangan MP3EI difokuskan padaKawasan Perhatian Investasi (KPI)yang diidentifikasikan sebagai satu atau lebih kegiatan ekonomi atau sentra produksi yang terikat atau terhubung dengan satu atau lebih faktor konektivitas dan SDM IPTEK. Pendekatan KPI dilakukan untuk mempermudah identifikasi, pemantauan, dan evaluasi atas kegiatan ekonomi atau sentra produksi yang terikat dengan faktor konektivitas dan SDM IPTEK yang sama.
KPI dapat menjadi KPI prioritas dengan kriteria sebagai berikut: a. Total nilai investasi pada setiap KPI yang bernilai signifikan;
b. Keterwakilan Kegiatan Ekonomi Utama yang berlokasi pada setiap KPI; c. Dukungan Pemerintah dan Pemerintah Daerah terhadap sentra-sentra
produksi di masing-masing KPI;
d. Kesesuaian terhadap beberapa kepentingan strategis (dampak sosial, dampak ekonomi, dan politik) dan arahan Pemerintah (Presiden RI).
b. pusat perkotaan yang berfungsi sebagai pintu gerbang internasional yang menghubungkan dengan negara tetangga
c. pusat perkotaan yang merupakan simpul utama transportasi yang menghubungkan wilayah sekitarnya
d. pusat perkotaan yang merupakan pusat pertumbuhan ekonomi yang dapat mendorong perkembangan kawasan di sekitarnya.
3.2.3. Pusat Kegiatan Nasional (PKN)
Sesuai dengan arahan pada PP Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, Pusat Kegiatan Nasional atau PKN adalah kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala internasional, nasional, atau beberapa provinsi. Penetapan PKN dilakukan berdasarkan beberapa kriteria yang terdapat pada pasal 14, yaitu sebagai berikut:
a. kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul utama kegiatan ekspor-impor atau pintu gerbang menuju kawasan internasional b. kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan
industri dan jasa skala nasional atau yang melayani beberapa provinsi c. kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul utama
transportasi skala nasional atau melayani beberapa provinsi
3.2. ARAHAN STRATEGIS NASIONAL 3.2.1. Kawasan Strategis Nasional (KSN)
Sesuai dengan arahan pada Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, Kawasan Strategis Nasional (KSN) adalah wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting secara nasional terhadap kedaulatan negara, pertahanan dan keamanan negara, ekonomi, sosial, budaya, dan/atau lingkungan, termasuk wilayah yang telah ditetapkan sebagai warisan dunia.
Penetapan Kawasan Strategis Nasional dilakukan berdasarkan beberapa kepentingan, yaitu:
a. pertahanan dan keamanan b. pertumbuhan ekonomi c. sosial dan budaya
d. pendayagunaan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi e. fungsi dan daya dukung lingkungan hidup
Kawasan Kedungsepur dimana Kabupaten Demak termasuk di dalamnya sebagaimana diatur pada PP Nomor 26 Tahun 2008 tentang RTRWN merupakan salah satu KSN (Kawasan Strategis Nasional) dari sudut kepentingan pertumbuhan ekonomi.
3.2.2. Pusat Kegiatan Strategis Nasional
Sesuai dengan arahan pada PP Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, Pusat Kegiatan Strategis Nasional atau PKSN adalah kawasan perkotaan yang ditetapkan untuk mendorong pengembangan kawasan perbatasan negara. Penetapan PKSN dilakukan berdasarkan beberapa kriteria yang terdapat pada pasal 15, yaitu sebagai berikut:
2. Arahan pengembangan pola ruang dan struktur ruang yang mencakup: a. Arahan pengembangan pola ruang:
1) Arahan pengembangan kawasan lindung dan budidaya
2) Arahan pengembangan pola ruang terkait bidang Cipta Karya seperti pengembangan RTH.
b. Arahan pengembangan struktur ruang terkait keciptakaryaan seperti pengembangan prasarana sarana air minum, air limbah, persampahan, drainase, RTH, Rusunawa, maupun Agropolitan.
3. Ketentuan zonasi bagi pembangunan prasarana sarana bidang Cipta Karya yang harus diperhatikan mencakup ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan lindung, kawasan budidaya, sistem perkotaan, dan jaringan prasarana.
Gorontalo;
7) Perda 22 Tahun 2010 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Barat;
8) Perda No. 6 Tahun 2010 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Tengah;
9) Perda No. 5 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Timur;
10) Perda No. 1 Tahun 2010 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Lampung;
11) Perda No. 3 Tahun 2010 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat;
12) Perda No. 1 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Timur;
13) Perda No. 9 Tahun 2009 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Sulawesi Selatan;
14) Perda No. 13 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Sumatera Barat.
3.1.5. Arahan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten/Kota
Sesuai dengan amanat UU No. 26 Tahun 2007, Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten/Kota ditetapkan oleh Peraturan Daerah Kabupaten/Kota. Adapun arahan dalam RTRW Kabupaten Demak yang perlu diperhatikan dalam penyusunan RPI2-JM Kabupaten Demak adalah sebagai berikut:
1. Penetapan Kawasan Strategis Kabupaten/Kota (KSK) yang didasari sudut kepentingan:
a. Pertahanan keamanan b. Ekonomi
3.1.4. Arahan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi Jawa Tengah ditetapkan melalui Peraturan Daerah Provinsi No. 6 Tahun 2010 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Tengah. Beberapa arahan yang harus diperhatikan dari RTRW Provinsi untuk penyusunan RPI2-JM Kabupaten/Kota adalah:
1. Arahan pengembangan pola ruang dan struktur ruang yang mencakup: a) Arahan pengembangan pola ruang:
i. Arahan pengembangan kawasan lindung dan bud idaya
ii. Arahan pengembangan pola ruang terkait bidang Cipta Karya seperti pengembangan RTH.
b) Arahan pengembangan struktur ruang terkait keciptakaryaan seperti pengembangan prasarana dan sarana air minum, air limbah, persampahan, dan drainase
2. Strategi operasionalisasi rencana pola ruang dan struktur ruang khususnya untuk bidang Cipta Karya.
Hingga saat ini, RTRW Provinsi yang telah memiliki Perda adalah sebagai berikut:
1) Perda No. 16 Tahun 2009 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Bali;
2) Perda No. 2 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Banten;
3) Perda No. 2 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Bengkulu;
4) Perda No. 2 Tahun 2010 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta;
Kabupaten Demak dalam PP Nomor 26 Tahun 2008 tentang RTRWN merupakan salah satu PKN (Pusat Kegiatan Nasional) bagian dari Kawasan Kedungsepur (Kabupaten Kendal, Demak, Semarang, Grobogan, dan Kota Semarang) yang telah ditetapkan dalam RTRWN sebagai KSN (Kawasan Strategis Nasional) dari sudut kepentingan ekonomi. Namun demikian, RTRW KSN ini belum memiliki Peraturan Presiden. Sehingga, belum diketahui delienasi maupun arahan pengembangan struktur dan pola ruang, serta indikasi programnya.
3.1.3. Arahan Rencana Tata Ruang (RTR) Pulau
Rencana Tata Ruang (RTR) Pulau merupakan rencana rinci dan operasionalisasi dari RTRWN. Adapun arahan yang harus diperhatikan dari RTR Pulau untuk penyusunan RPI2-JM Kabupaten/Kota adalah:
1) Arahan pengembangan pola ruang dan struktur ruang antara lain mencakup arahan pengembangan kawasan lindung dan budidaya, serta arahan pengembangan pola ruang terkait bidang Cipta Karya seperti pengembangan RTH.
2) Arahan pengendalian pemanfaatan ruang yang memberikan arahan batasan wilayah mana yang dapat dikembangkan dan yang harus dikendalikan.
3) Strategi operasionalisasi rencana pola ruang dan struktur ruang khususnya untuk bidang Cipta Karya seperti pengembangan prasarana sarana air minum, air limbah, persampahan, drainase, RTH, rusunawa, agropolitan, dan lain-lain.
Hingga saat ini RTRW Pulau yang telah ditetapkan adalah:
b) Arahan kepentingan penetapan KSN, yang dapat berupa: 1) Ekonomi
2) Lingkungan Hidup 3) Sosial Budaya
4) Pendayagunaan Sumberdaya alam dan Teknologi Tinggi 5) Pertahanan dan Keamanan
c) Arahan pengembangan pola ruang dan struktur ruang yang mencakup: 1) Arahan pengembangan pola ruang:
a) Arahan pengembangan kawasan lindung dan bud idaya b) Arahan pengembangan pola ruang terkait bidang Cipta Karya
seperti pengembangan RTH.
2) Arahan pengembangan struktur ruang terkait keciptakaryaan seperti pengembangan prasarana sarana air minum, air limbah, persampahan, dan drainase
3) Indikasi program sebagai operasionalisasi rencana pola ruang dan struktur ruang khususnya untuk bidang Cipta Karya.
Adapun RTRW KSN yang telah ditetapkan sampai saat ini adalah sebagai berikut:
1) Perpres No. 54 Tahun 2008 tentang Penataan Ruang Kawasan Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, Puncak, Cianjur;
2) Perpres No. 45 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Kawasan Perkotaan Denpasar, Badung, Gianyar, dan Tabanan;
3) Perpres No. 55 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Kawasan Perkotaan Makassar, Maros, Sungguminasa, Takalar;
4) Perpres No. 62 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Kawasan Perkotaan Medan, Binjai, Deli Serdang, dan Karo;
5) Perpres No. 86 Tahun 2011 tentang Pengembangan Kawasan Strategis dan Infrastruktur Selat Sunda;
NO
KABUPATEN *) PROVINSI
STATUS HUKUM
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Besar, Raya, Rusa, Benggala, Simuk, Wunga, Sibarubaru, Sinyaunyau, Enggano, Mega, Batu Kecil, Deli, Manuk, Nusa Kambangan, Barung, Sekel, Panehan, dan Sophialouisa) yang berhadapan dengan laut lepas
Kab. Nias, Prov Sum bar: Kab. Kep. Mentawai, Prov. Bengkulu: Kab. Bengkulu Utara, Prov. Lampung: Kab.
Tanggamus, Prov. Banten: Kab.
Pandeglang, Prov. Jabar: Kab.
Tasikmalaya, Prov. Jateng: Kab. Cilacap, Prov. Jatim: Kab. Jember, Kab.
Trenggalek, Prov. NTB: Kab. Lombok Barat
Barat, Bengkulu, Lampung, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Nusa Tenggara Barat
Ket:*) Penentuan kabupaten/kota yang menjadi wilayah delineasi KSN
masih dapat berubah sebelum Perpres RTRW KSN ditetapkan.
3.1.2. RTRW Kawasan Strategis Nasional (KSN)
Beberapa arahan yang harus diperhatikan dari RTRW KSN dalam penyusunan RPI2-JM Cipta Karya Kabupaten/Kota adalah sebagai berikut:
NO
KABUPATEN *) PROVINSI
STATUS HUKUM
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
71 Kawasan Stasiun
Telemetry Tracking and Command Wahana Peluncur Satelit
Penggunaan Sumberdaya Alam dan Teknologi Tinggi
Kab. Biak Numfor
Papua
72 Kawasan Timika Sosial Budaya Kab. Mimika Papua
73 Kawasan Taman
Nasional Lorentz
Lingkungan Hidup
Kab. Mimika, Kab. Asmat, Kab. Nduga, Kab.
Yahukimo, Kab. Jayawijaya, Kab. Lanny Jaya, Kab. Puncak Jaya, Kab. Puncak, Kab. Paniai
Papua
74 Kawasan
Konservasi Keanekaragaman Hayati Teluk Bintuni
Lingkungan Hidup
Kab. Tel. Bintuni
Papua
75 Kawasan
Perbatasan Darat RI dengan negara Papua Nugini
Pertahanan dan
Keamanan
Kota Jayapura, Kab. Keerom, Kab.
Pegunungan Bintang, Kab. Boven Digoel, Kab. Merauke
Papua
76 Kawasan
Perbatasan Negara termasuk 19 pulau kecil terluar (Pulau
Pertahanan dan
Keamanan
Prov. NAD: Kab. Simelue, Kab. Aceh Barat, Kab. Aceh Besar,
NO
KABUPATEN *) PROVINSI
STATUS HUKUM
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Karaweira, Panambulai, Kultubai Utara, Kultubai Selatan, Karang, Enu, Batu Goyang, Larat, Asutubun, Selaru, Batarkusu, Masela,
Miatimiarang, Leti, Kisar, Wetar, Liran, Kolepon, dan Laag) dengan negara Timor Leste/Australia
Maluku Tenggara Barat, Kab. Maluku Barat Daya, Prov. Papua: Kab. Merauke
67 Kawasan
Perbatasan Laut RI termasuk 8 pulau kecil terluar (Pulau Jiew, Budd, Fani, Miossu, Fanildo, Bras, Bepondi, dan Liki) dengan negara Palau
Pertahanan dan
Keamanan
Kab. Halmahera, Kab. Sorong, Kab. Biak Numfor, Kab. Jayapura
Maluku Utara, Papua Barat, dan Papua
68 Kawasan
Konservasi Keanekaragaman Hayati Raja Ampat
Lingkungan Hidup
Kab. Raja Ampat
Papua Barat
69 Kawasan
Pengembangan Ekonomi Terpadu Biak
Ekonomi Kab. Biak
Numfor
Papua
70 Kawasan Stasiun
Bumi Satelit Cuaca dan Lingkungan
Penggunaan Sumberdaya Alam dan Teknologi
Kab. Biak Numfor
NO
KABUPATEN *) PROVINSI
STATUS HUKUM
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Maros, Sungguminas a, Takalar
58 Kawasan
Pengembangan Ekonomi Terpadu Parepare
Ekonomi Kota
Pare-Pare, Kab. Barru
Sulawesi Selatan
59 Kawasan Toraja
dan Sekitarnya
Sosial Budaya Kab. Tana
Toraja, Kab. Toraja Utara
Sulawesi Selatan
60 Kawasan Stasiun
Bumi Sumber Alam Parepare
Penggunaan Sumberdaya Alam dan Teknologi Tinggi
Kota Pare-Pare
Sulawesi Selatan
61 Kawasan Soroako
dan Sekitarnya
Sosial Budaya Kab. Luwu Sulawesi
Selatan
62 Kawasan
Pengembangan Ekonomi Terpadu Buton, Kolaka, dan Kendari
Ekonomi Kab. Buton,
Kab. Kolaka, Kota Kendari
Sulawesi Tenggara
63 Kawasan Taman
Nasional Rawa Aopa - Watumohai dan Rawa Tinondo
Lingkungan Hidup
Kota Kendari, Kab. Kolaka, Kab. Buton,
Sulawesi Tenggara
64 Kawasan
Pengembangan Ekonomi Terpadu Seram
Ekonomi Pulau Seram
Kab. Maluku Tengah
Maluku
65 Kawasan Laut Banda Sosial Budaya Kab. Maluku
Tengah
Maluku
66 Kawasan
Perbatasan Laut RI termasuk 20 pulau kecil terluar (Pulau Ararkula,
Pertahanan dan
Keamanan
Prov. Maluku: Kab. Maluku tenggara, Kota Tual, Kab. Kep. Aru, Kab.
NO
KABUPATEN *) PROVINSI
STATUS HUKUM
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Philipina
51 Kawasan
Pengembangan Ekonomi Terpadu Manado – Bitung
Ekonomi Kota Manado,
Kota Bitung
Sulawesi Utara
52 Kawasan
Konservasi dan Wisata Daerah Aliran Sungai Tondano
Lingkungan Hidup
Kab.
Minahasa,Kab . Minahasa Utara, Kota Tomohon,
Kota Manado
Sulawesi Utara
53 Kawasan
Pengembangan Ekonomi Terpadu Batui
Ekonomi Kab. Banggai Sulawesi
Tengah
54 Kawasan Poso
dan Sekitarnya
Sosial Budaya Kab. Poso Sulawesi
Tengah
55 Kawasan Kritis
Lingkungan Balingara
Lingkungan Hidup
Kab. Tojo Una-Una
Sulawesi Tengah
56 Kawasan Kritis
Lingkungan Buol -Lambunu Donggala , Kabupaten Parigi Moutong , Kabupaten Toli-Toli
Sulawesi Tengah
57 Kawasan
Perkotaan
Makassar – Maros – Sungguminasa – Takalar
(Mamm inasata)
Ekonomi Kota
Makassar, Kab. Maros, Kab. Gowa, Kab. Takalar
Sulawesi Selatan
NO
KABUPATEN *) PROVINSI
STATUS HUKUM
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Ekonomi Terpadu Daerah Aliran Sungai Kahayan Kapuas dan Barito
Kab. Pulang Pisau, Kab. Kapuas, Kab. Barito Selatan
47 Kawasan Taman
Nasional Tanjung Putting
48 Kawasan
Pengembangan Ekonomi Terpadu Batulicin
Ekonomi Kab.
Kotabaru, Kab. Tanah Bumbu
Kalimantan Selatan
49 Kawasan
Pengembangan Ekonomi Terpadu Samarinda, Sanga-Sanga, Muara Jawa, dan Balikpapan
Ekonomi Kota
Samarinda, Kab. Kutai
Kalimantan Timur
50 Kawasan
Perbatasan Laut RI termasuk 18 pulau kecil terluar (Pulau Sebatik, Gosong Makasar, Maratua, Sambit, Lingian, Salando, Dolangan, Bangkit, Mantewaru, Makalehi,
Kawalusu, Kawio, Marore, Batu Bawaikang, Miangas,
Maram pit, Intata, dan Kakarutan) dengan negara
Pertahanan dan
Keamanan
Kab. Nunukan, Kab. Berau, Kab. Tolitoli, Kab. Boolang Mongondow Utara, Kab. Kep. Sitaro, Kab. Kep. Sangihe, Kab. Sangihe Talaud, Kab. Kep. Talaud
NO
KABUPATEN *) PROVINSI
STATUS HUKUM
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
39 Kawasan
Pengembangan Ekonomi Terpadu Mbay
Ekonomi Kab. Ngada Nusa
Tenggara Timur
40 Kawasan
Perbatasan Darat RI dengan negara Timor Leste
Pertahanan dan
Keamanan
Kab. Kupang, Kab. Timor Tengah Utara, Kab. Belu
Nusa Tenggara Timur
41 Kawasan
Perbatasan Laut RI termasuk 5 pulau kecil terluar (Pulau Alor, Batek, Dana, Ndana, dan Mangudu) dengan negara Timor Leste/Australia
Pertahanan dan
Keamanan
Kab. Kupang, Kab. Timor Tengah Utara, Kab. Belu
Nusa Tenggara Timur
42 Kawasan
Pengembangan Ekonomi Terpadu Khatulistiwa
Ekonomi Kab. Sanggau Kalimantan
Barat
43 Kawasan Stasiun
Pengamat Dirgantara Pontianak
Penggunaan Sum berdaya Alam dan Teknologi
44 Kawasan Taman
Nasional Betung Kerihun
Lingkungan Hidup
Kab. Kapuas Hulu
Kalimantan Barat
45 Kawasan
Perbatasan Darat RI dan Jantung Kalimantan (Heart of Borneo)
Pertahanan dan
Keamanan
Kab. Sambas, Kab. Kapuas Hulu, Kab. Sanggau,
Kalimantan Barat, Kalimantan Timur
46 Kawasan
Pengembangan
Ekonomi Kota
Palangkaraya,
NO
KABUPATEN *) PROVINSI
STATUS HUKUM
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Surabaya – Sidoarjo – Lamongan (Gerbangkertosusi la)
Mojokerto, Kota Surabaya, Kab. Sidoarjo, Kab.
Lamongan
33 Kawasan Stasiun
Pengamat Dirgantara Watukosek
Penggunaan Sum berdaya Alam dan Teknologi Tinggi
Kab. Pasuruan Jawa Timur
34 Kawasan Taman
Nasional Ujung Kulon
35 Kawasan
Perkotaan Denpasar – Badung – Gianyar - Tabanan
(Sarbagita)
Ekonomi Kota
Denpasar, Kab. Badung, Kab. Gianyar, Kab. Tabanan
Bali Perpres
No. 45 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Kawasan Perkotaan Denpasar, Badung, Gianyar, dan Tabanan
36 Kawasan
Pengembangan Ekonomi Terpadu Bima
Ekonomi Kab. Bima,
Kab. Dompu
Nusa Tenggara Barat
37 Kawasan Taman
Nasional Komodo
Lingkungan
38 Kawasan Gunung
Rinjani
Lingkungan Hidup
Kab. Lombok Utara, Kab. Lombok Tengah, Kab. Lombok Timur
NO
KABUPATEN *) PROVINSI
STATUS HUKUM
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Tinggi
26 Kawasan Stasiun
Bumi Penerima Satelit Mikro
Penggunaan Sum berdaya Alam dan Teknologi Tinggi
Kabupaten Pangandaran
Jawa Barat
27 Kawasan
Pangandaran – Kalipuncang – Segara Anakan – Nusakambangan Kab. Ciamis, Kab. Cilacap
Jawa Barat dan Jawa Tengah
28 Kawasan
Perkotaan Kendal – Demak – Ungaran –
Salatiga – Semarang
-Purwodadi (Kedung Sepur)
Ekonomi Kab. Kendal,
Kab. Demak, Kab.
Semarang, Kota Salatiga, Kota
29 Kawasan
Borobudur dan Sekitarnya
30 Kawasan Candi
Prambanan
Lingkungan Hidup
Kab. Klaten, Kab. Sleman
Jawa Tengah
31 Kawasan Taman
Nasional Gunung Merapi
Lingkungan Hidup
Kab. Sleman, Kota
Yogyakarta, Kab. Klaten, Kab. Boyolali, Kab.
Magelang
Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta
32 Kawasan
Perkotaan Gresik – Bangkalan – Mojokerto –
Ekonomi Kab. Gresik,
Kab. Bangkalan, Kota
NO
KABUPATEN *) PROVINSI
STATUS HUKUM
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Jabodetabek-Punjur termasuk Kepulauan Seribu
Selatan, Barat, Timur, Pusat),
Kota Bogor, Kab. Bogor, Kota Depok, Kota
Selatan, Kota Bekasi, Kab. Bekasi, Kab. Cianjur
Jawa Barat 2008 tentang
Penataan
21 Kawasan
Perkotaan Cekungan Bandung
Ekonomi Kota Bandung,
Kab. Bandung
Jawa Barat
22 Kawasan Fasilitas Uji Terbang Roket Pamengpeuk
Penggunaan Sum berdaya Alam dan Teknologi Tinggi
Kab. Garut Jawa Barat
23 Kawasan Stasiun
Pengamat Dirgantara Pamengpeuk
Penggunaan Sum berdaya Alam dan Teknologi Tinggi
Kab. Garut Jawa Barat
24 Kawasan Stasiun
Pengamat Dirgantara Tanjung Sari
Penggunaan Sumberdaya Alam dan Teknologi Tinggi
Kab. Sumedang
Jawa Barat
25 Kawasan Stasiun
Telecomand
Penggunaan Sum berdaya Alam dan
NO
KABUPATEN *) PROVINSI
STATUS
14 Kawasan Taman
Nasional Berbak
Lingkungan Hidup
Kab. Muaro Jambi
Jambi
15 Kawasan Taman
Nasional Bukit Tigapuluh
Lingkungan Hidup
Kab. Indragiri Hulu, Kab. Indragiri Hilir, Kab. Tanjung Jabung Barat, Kab. Tebo
Jambi dan Riau
16 Kawasan Taman
Nasional Bukit Duabelas
17 Kawasan Selat
Sunda
Ekonomi Kota Serang,
Kota Bandar Lampung
Lampung dan Banten
Perpres No. 86 Tahun 2011 tentang Pengembang an Kawasan Strategis dan Infrastruktur Selat Sunda
18 Kawasan Instalasi
Lingkungan dan Cuaca
Penggunaan Sumberdaya Alam dan Teknologi Tinggi
Kota Jakarta Pusat
DKI Jakarta
19 Kawasan Fasilitas
Pengolahan Data dan Satelit
Penggunaan Sum berdaya Alam dan Teknologi Tinggi
DKI Jakarta
20 Kawasan
Perkotaan
Ekonomi Kota Jakarta
(Utara,
DKI Jakarta, Banten, dan
NO
KABUPATEN *) PROVINSI
STATUS HUKUM
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
10 Kawasan Hutan
Lindung Mahato
Lingkungan Hidup
Kab. Rokan Hilir
Riau
11 Kawasan
Perbatasan Laut RI termasuk 20 pulau kecil terluar (Pulau Sentut, Tokong Malang Biru, Damar, Mangkai, Tokong Nanas, Tokong Belayar, Tokong Boro, Semiun, Sebetul,
Sekatung, Senua, Subi Kecil, Kepala, Batu Mandi, Iyu Kecil, Karimun Kecil, Nipa, Pelampong, Batu Berhanti, dan Nongsa) dengan negara Malaysia / Vietnam /
Singapura
Penggunaan Sum berdaya Alam dan Teknologi Tinggi
Kab. Bintan, Kab. Natuna, Kab. Kep. Anambas, Kab. Karimun, Kota Batam
Kepulauan Riau
12 Kawasan Batam,
Bintan, dan Karimun
Ekonomi Kab. Bintan,
Kab. Natuna, Kab. Karimun, Kota Batam
Kepulauan Riau
Perpres No. 87 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Kawasan Batam, Bintan, dan Karimun
13 Kawasan
Lingkungan Hidup Taman Nasional
Lingkungan Hidup
Kab. Kerinci, Kota Padang, Kab. Lubuk
NO
KABUPATEN *) PROVINSI
STATUS HUKUM
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
kecil terluar (Pulau Rondo dan Berhala) dengan negara India / Thailand /
Malaysia
dan Sumatera Utara
6 Kawasan
Perkotaan Medan – Binjai – Deli Serdang – Karo (Mebidangro)
Ekonomi Kota Medan,
Binjai, Deli Serdang, Karo
Sumatera Utara
Perpres No. 62 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Kawasan Perkotaan Medan, Binjai, Deli Serdang, dan Karo
7 Kawasan Danau
Toba dan Sekitarnya
Lingkungan Hidup
Kab. Samosir, Kab. Tapanuli Utara, Kab. Humbang Hasundutan, Kab. Dairi, Kab. Karo, Kab.
Simalungun, Kab. Toba, Kab. Pakpak Barat
Sumatera Utara
8 Kawasan Stasiun
Pengamat Dirgantara Kototabang
Penggunaan Sum berdaya Alam dan Teknologi Tinggi
Kab. Agam Sumatera
Barat
9 Kawasan Hutan
Lindung Bukit Batabuh
Lingkungan Hidup
Kab. Kuantan Singingi dan Kab. Indragiri
Tabel 3.3
Penetapan Kawasan Strategis Nasional (KSN) Berdasarkan PP Nomor 26 Tahun 2008 tentang RTRWN
NO
KABUPATEN *) PROVINSI
STATUS HUKUM
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1 Kawasan Industri
Lhokseumawe
Ekonomi Kota
Lhokseumawe
Nanggroe Aceh Darussalam
2 Kawasan
Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Sabang
Ekonomi Kota Sabang Nanggroe
Aceh Darussalam
3 Kawasan
Pengembangan Ekonomi Terpadu Banda Aceh Darussalam
Ekonomi Kota Banda
Aceh
Nanggroe Aceh Darussalam
4 Kawasan
Ekosistem Leuser
Lingkungan Hidup
13 Kabupaten (Aceh Barat, Nagan Raya, Aceh Barat Daya, Aceh Selatan, Aceh Singkil, Subulussalam, Aceh
Tenggara, Gayo Lues, Aceh Tengah, Bener Meriah, Aceh Utara, Aceh Timur, dan Aceh Tamiang)
Nanggroe Aceh Darussalam
5 Kawasan
Perbatasan Laut RI termasuk 2 pulau
Pertahanan dan
Keamanan
Kota Sabang Nanggroe
Nunukan) Baru (Tahap I)
15 Long Midang (Kab.
Nunukan)
I / A / 2 : Pengembangan Baru (Tahap I)
Kalimantan Timur
16 Long Pahangai
(kab. Kutai Barat)
II / A/ 2 : Pengembangan Baru (Tahap II)
Kalimantan Timur
17 Long Nawan (Kab.
Malinau)
II / A/ 2 : Pengembangan Baru (Tahap II)
Kalimantan Timur
18 Melonguane
(ibukota Kab. Talaud)
I / A / 2 : Pengembangan Baru (Tahap I)
Sulawesi Utara
19 Tahuna (ibukota
Kab. Kep. Sangihe)
I / A / 2 : Pengembangan Baru (Tahap I)
Sulawesi Utara
20 Saumlaki (Kab.
Maluku Tenggara Barat)
I / A / 2 : Pengembangan Baru (Tahap I)
Maluku
21 Ilwaki (Kab. Maluku Barat Daya)
II / A/ 2 : Pengembangan Baru (Tahap II)
Maluku
22 Dobo (Kab. Kep.
Aru)
II / A/ 2 : Pengembangan Baru (Tahap II)
Maluku
21 Daruba (Kab.
Pulau Morotai)
I / A / 2 : Pengembangan Baru (Tahap I)
Maluku Utara
22 Kota Jayapura I / A/ 1 : Pengembangan
/ Peningkatan Fungsi (Tahap I)
Papua
23 Kota Tanah Merah
(Ibukota Kab. Tanah Merah)
I / A/ 1 : Pengembangan / Peningkatan Fungsi (Tahap I)
Papua
24 Kota Merauke
(Ibukota Kab. Merauke)
I / A/ 1 : Pengembangan / Peningkatan Fungsi (Tahap I)
Tabel 3.2
Penet apan Loka si Pusat Kegia tan Strat egis Nasio nal (PKSN ) Berda sarka n PP Nomor 26 Tahun 2008 tenta ng RTRWN
NO PUSAT KEGIATAN
STRATEGIS NASIONAL STATUS PROVINSI
(1) (2) (3) (4)
1 Kota Sabang I / A / 2 : Pengembangan
Baru (Tahap I)
Nanggroe Aceh Darussalam
2 Kota Dumai I / A/ 1 : Pengembangan
/ Peningkatan Fungsi (Tahap I)
Riau
3 Kota Batam I / A/ 1 : Pengembangan
/ Peningkatan Fungsi (Tahap I)
Kep. Riau
4 Ranai (Ibukota
Kab. Natuna)
I / A / 2 : Pengembangan Baru (Tahap I)
Kep. Riau
5 Atambua (Ibukota
Kab. Belu)
I / A/ 1 : Pengembangan / Peningkatan Fungsi (Tahap I)
Nusa Tenggara Timur
6 Kalabahi (Ibukota
Kab. Alor)
II / A/ 2 : Pengembangan
Baru (Tahap II) Nusa Tenggara Timur
7 Kefamenanu
(Ibukota Kab. Timor Tengah Utara)
I / A / 2 : Pengembangan Baru (Tahap I)
Nusa Tenggara Timur
8 Paloh - Aruk (Kab.
Sambas)
I / A / 2 : Pengembangan Baru (Tahap I)
Kalimantan Barat
9 Jagoi Babang
(Kab.
Bengkayang)
I / A / 2 : Pengembangan Baru (Tahap I)
Kalimantan Barat
10 Nangabadau (Kab.
Kapuas Hulu)
I / A / 2 : Pengembangan Baru (Tahap I)
Kalimantan Barat
11 Entikong ( Kab.
Sanggau)
I / A/ 1 : Pengembangan / Peningkatan Fungsi (Tahap I)
Kalimantan Barat
12 Jasa (Kab.
Sintang)
II / A/ 2 : Pengembangan Baru (Tahap II)
Kalimantan Barat
13 Nunukan (Ibukota
Kab. Nunukan)
I / A/ 1 : Pengembangan / Peningkatan Fungsi
NO PROV INSI PKN PKW
(1) (2) (3) (4)
Barat Ketapang,
Putussibau, Entikong, Sanggau, Sintang
21 Kalimantan
Tengah
Palangkaraya Kuala Kapuas, Pangkalan Bun, Buntok,
Muarateweh, Sampit
22 Kalimantan
Selatan
Banjarmasin
Amuntai, Martapura, Marabahan, Kotabaru
23 Kalimantan
Timur
Kawasan Perkotaan
Balikpapan-
Tenggarong-Samarinda-Bontang, Tarakan
Tanjung Redeb, Sangata, Nunukan, Tanjung Selor, Malinau, Tanlumbis, Tanah Grogot, Sendawar
24 Gorontalo Gorontalo Isimu, Kuandang, Tilamuta
25 Sulawesi
Utara
Kawasan Perkotaan
Manado-Bitung Tomohon, Tondano, Kotamobagu
26 Sulawesi
Tengah
Palu Poso, Luwuk, Buol,
Kolonedale, Tolitoli, Donggala
27 Sulawesi
Selatan
Kawasan Perkotaan
Makassar- Sungguminasa-Takalar-Maros (Maminasata)
Pangkajene, Jeneponto, Palopo, Watampone,
Bulukumba, Barru, Parepare
28 Sulawesi
Barat Mamuju, Majene, Pasangkayu
29 Sulawesi
Tenggara
Kendari
Unaaha, Lasolo, Bau-Bau, Raha, kolaka
30 Maluku Ambon Masohi, Werinama, Kairatu, Tual, Namlea,
Wahai, Bula,
31 Maluku
Utara
Ternate Tidore, Tobelo, Labuha, Sanana
32 Papua Barat Sorong Fak-Fak, Manokwari, Ayamaru
33 Papua Jayapura, Timika Biak, Nabire, Muting, Bade, Merauke, Sarmi,
NO PROV INSI PKN PKW
(1) (2) (3) (4)
7 Sumatera
Selatan
Palembang Muara Enim, Kayuagung, Baturaja,
Prabumulih, Lubuk Linggau, Sekayu, Lahat
8 Bengkulu Bengkulu, Manna, Muko-Muko, Curup
9 Bangka
Belitung
Pangkal Pinang, Muntok, Tanjung Pandan, Manggar
10 Lampung Bandar Lampung Metro, Kalianda, Liwa, Menggala, Kotabumi,
Kota Agung
11 DKI Jakarta
–
Jawa Barat -Banten
Kawasan Perkotaan Jabodetabek
12 Banten Serang, Cilegon Pandeglang, Rangkas Bitung
13 Jawa Barat Kawasan Perkotaan
Bandung Raya, Cirebon
Sukabumi, Cikampek – Cikopo, Pelabuhanratu,
Indramayu, Kadipaten, Tasikmalaya, Pangandaran
14 Jawa Tengah Surakarta, Kawasan
Perkotaan Semarang- Kendal-Demak-Ungaran-Purwodadi (Kedungsepur), Cilacap
Boyolali, Klaten, Salatiga, Tegal, Pekalongan, Kudus, Cepu, Magelang, Wonosobo,
Kebumen,Purwokerto
15 Daerah
Istimewa Yogyakarta
Yogyakarta Bantul, Sleman
16 Jawa Timur Kawasan Perkotaan
(Gerbangkertosusila), Malang
Probolinggo, Tuban, Kediri, Madiun, Banyuwangi, Jember, Blitar, Pamekasan, Bojonegoro, Pacitan
17 Bali Kawasan Perkotaan
Denpasar-Bangli-Gianyar-Tabanan (Sarbagita)
Singaraja, Semarapura, Negara
18 Nusa
Tenggara Barat
Mataram Praya, Raya, Sumbawa Besar
19 Nusa
Tenggara Timur
Kupang
Soe, Kefamenanu, Ende, Maumere, Waingapu, Ruteng, Labuan Bajo
3.1.1.3. Penetapan Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN) Kriteria:
1) Pusat perkotaan yang berpotensi sebagai pos pemeriksaan lintas batas dengan negara tetangga,
2) Pusat perkotaan yang berfungsi sebagai pintu gerbang internasional yang menghubungkan dengan negara tetangga,
3) Pusat perkotaan yang merupakan simpul utama transportasi yang menghubungkan wilayah sekitarnya, dan/atau
4) Pusat perkotaan yang merupakan pusat pertumbuhan ekonomi yang dapat mendorong perkembangan kawasan di sekitarnya.
Tabel 3.1
Penet apan Loka si Pusat Kegia tan Nasio nal (PKN) DAN Pusat Kegia tan Wilay ah (PKW)
Berda sarka n PP Nomor 26 Tahun 2008 tenta ng RTRWN
NO PROV INSI PKN PKW
(1) (2) (3) (4)
1 Nang groe
Aceh Daru ssal am
Lhok seum awe
Saba ng, Band a Aceh , Take ngon, Meul aboh
2 Suma tera
Utara
Kawa san Perko taan Meda n -Binj ai -Deli Serd ang -Karo (Mebi dangr o)
Tebi ngtin ggi, Sidik alang , Pemat ang Siant ar,
Bali ge, Rant au Prap at, Kisa ran, Gunu ng Bali ge, Pada ng Sidem puan , Sibol ga
3 Sumatera
Barat
Padang Pariaman, Sawahlunto, Muarasiberut,
Bukittinggi, Solok
4 Riau Pekanbaru, Dumai Bangkinang, Teluk Kuantan, Bengkalis,
Bagan Siapiapi, Tembilahan, Rengat, Pangkalan Kerinci, Pasir Pangarayan, Siak Sri Indrapura
5 Kepulauan
Riau
Batam Tanjung Pinang, Terempa, Daik Lingga,
Dabo –Pulau Singkep, Tanjung Balai Kari mun
6 Jambi Jambi Kuala Tungkal, Sarolangun, Muarabungo,
3) Pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang di wilayah nasional;
4) Perwujudan keterpaduan, keterkaitan, dan keseimbangan perkembangan antarwilayah provinsi, serta keserasian antarsektor;
5) Penetapan lokasi dan fungsi ruang untuk investasi; 6) Penataan ruang kawasan strategis nasional, dan 7) Penataan ruang wilayah provinsi dan kabupaten/kota.
Berbagai Arahan yang harus diperhatikan dari RTRWN untuk ditindaklanjuti ke dalam RPI2-JM Kabupaten Demak.
3.1.1.1. Penetapan Pusat Kegiatan Nasional (PKN) Kriteria:
a) kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul utama kegiatan ekspor-impor atau pintu gerbang menuju kawasan internasional, b) Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan industri dan jasa skala nasional atau yang melayani beberapa provinsi, dan/atau
c) Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul utama transportasi skala nasiona atau melayani beberapa provinsi.
3.1.1.2. Penetapan Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) Kriteria:
a) Kawasan Perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul kedua kegiatan ekspor-impor yang mendukung PKN,
b) Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan industri dan jasa yang melayani skala provinsi atau beberapa kabupaten, dan/atau
BAB 3
ARAHAN STRATEGIS NASIONAL BIDANG CIPTA
KARYA KABUPATEN DEMAK
3.1. RTRW (NASIONAL, PULAU, PROPINSI, KAWASAN STRATEGIS NASIONAL)
Rencana Tata Ruang Wilayah memuat arahan struktur ruang dan pola ruang. Struktur ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman dan sistem jaringan prasarana dan sarana yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial ekonomi masyarakat yang secara hirarkis memiliki hubungan fungsional, sedangkan pola ruang adalah distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah yang meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan ruang untuk budidaya.
Pembangunan bidang Cipta Karya harus memperhatikan arahan struktur dan pola ruang yang tertuang dalam RTRW, selain untuk mewujudkan permukiman yang layak huni dan berkelanjutan juga dapat mewujudkan tujuan dari penyelenggaraan penataan ruang yaitu keharmonisan antara lingkungan alam dan lingkungan buatan, keterpaduan dalam penggunaan sumber daya alam dan sumber daya buatan dengan memperhatikan sumber daya manusia, serta pelindungan fungsi ruang dan pencegahan dampak negatif terhadap lingkungan akibat pemanfaatan ruang.
3.1.1. Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN)
Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) disusun melalui Peraturan Pemerintah No. 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) yang dijadikan sebagai pedoman untuk: