• Tidak ada hasil yang ditemukan

Siti Umaroh. STIT Muh. Kendal

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Siti Umaroh. STIT Muh. Kendal"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

METODE PENGAMATAN PADA PEMBELAJARAN

WACANA DESKRIPSI SEBAGAI METODE INOVATIF

DALAM UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR

SISWA KELAS IX SMA NEGERI 1 WELERI KENDAL

Siti Umaroh

STIT Muh. Kendal umaroh.siti.@yahoo.co.id

Abstrak: Pendidikan nasional, dengan segala idealisme yang dijabarkannya baik dalam UU Sisdiknas, program-program pemberdayaan, hingga dalam orasi-orasi ilmiah ternyata belum mampu mengangkat kualitas pendidikan nasional secara merata. Hal ini tentu saja bukan menjadi PR bagi segelintir penguasa semata namun juga menjadi tanggungjawab seluruh masyarakat Indonesia. Bagaimanapun, pendidikan menjadi satu komponen terpenting agar masyarakat Indonesia mampu menunjukkan taringnya dalam kancah percaturan global. Dalam ikhtiarnya memajukan pendidikan (sekaligus peradaban), bangsa Indonesia memerlukan kesadaran akan potensi, hambatan, peluang, serta ancaman yang dimiliki negara Indonesia dewasa ini.

Kata Kunci: Pendidikan Nasional, Kebijakan Politik, Analisis SWOT.

Pendahuluan

Sistem desentralisasi pendidikan telah dilaksanakan sejak tahun 2002. Posisi guru berada pada sentra penentu dengan tanggung jawab yang luas dan menjadi landasan penting dalam pengembangan pembelajaran. Guru bukan sekedar pelaksana pengajaran seperti yang tertulis dalam Garis-garis Besar Program Pengajaran (GBPP) yang telah ditetapkan oleh Menteri Pendidikan.

Saat ini guru harus mampu tampil dengan kemampuan yang terbina dari dalam dirinya. Guru harus mampu membuktikan kemampuan

Penulis adalah Dosen Tidak STIT Muhammadiyah Kendal dan Guru Pegawai Negeri Sipil di SMA Negeri 1 Weleri Kendal.

(2)

profesionalnya untuk menerima amanah sebagai pendidik tangguh. Bila pada era sentralisasi pendidikan, guru sebagai pelaksana dari pemikiran birokrat tetapi kini guru harus mampu berpikir logis, kritis, kreatif dan refleksif dalam meningkatkan mutu pembelajarannya dan melaksanakan hasil pemikirannya itu dalam pembelajaran di kelas. Bergantinya sistem sentralisasi ke dalam sistem desentralisasi pendidikan seperti saat ini tidak serta merta mengubah pola pikir guru yang semula sebagai pelaksana pengajaran langsung menjadi pemrakarsa pembelajaran, seperti membalikkan telapak tangan. Apalagi beragamnya kualitas dan profesionalnya guru, dari guru yang bermotivasi berubah hingga karena keterpaksaan, dari guru yang hanya berniat dari rupiah dan selalu menggerutu hingga yang senantiasa tawakal.

Maka dari itu perlu tersedianya pendukung yang memadai dan proses yang panjang dalam program pendidikan dan pembinaan guru. Perlu adanya gerakan dari para guru untuk mengidentifikasi kebutuhan dirinya dalam meningkatkan kompetensinya, agar dapat mengembangkan kualitas pembelajaran.

Peningkatan kualitas pembelajaran bidang studi Bahasa Indonesia sangat diperlukan. Dalam hal ini banyak faktor yang harus diperhatikan seperti guru, siswa, sarana dan prasarana, lingkungan manajemen bahkan metode pembelajarannya.

Pengajaran bahasa Indonesia, khususnya dalam pengajaran menulis wacana deskripsi pada kelas XI Bahasa SMA Negeri I Weleri Kabupaten Kendal belum menunjukkan hasil yang maksimal. Hal ini terbukti masih minimnya kemampuan menulis wacana deskripsi seperti yang termuat dalam data sebagai berikut: KKM yang telah ditetapkan pada awal tahun pelajaran adalah 65. Jumlah siswa kelas XI bahasa SMA Negeri 1 Weleri adalah 33 orang. Pada pengajaran menulis wacana deskripsi dengan metode yang biasanya dilaksanakan yaitu dengan metode penjelasan (ceramah) siswa yang mendapatkan nilai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimum) 24 siswa dan sisanya (9 siswa) belum mencapai KKM. Hal ini berarti prestasi belajar siswa pada ketrampilan menulis wacana deskripsi masih perlu ditingkatkan mengingat indikator keberhasilan belajar siswa tercapai apabila secara klasikal siswa yang mencapai KKM dari seluruh siswa sekurang-kurangnya 85%. Sedangkan menurut data diatas secara klasikal yang sudah berhasil dalam pembelajaran baru mencapai 72,73% (

33 24

(3)

Untuk itu dalam pembelajaran wacana diskripsi perlu diterapkan metode pengamatan sebagai upaya meningkatkan prestasi belajar siswa. Hal ini disebakan karena metode pengamatan merupakan metode yang inovatif dalam pembelajaran wacana deskripsi.

Permasalahan

Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan permasalahan ” Sejauh mana peningkatan prestasi belajar siswa pada pengajaran wacana deskripsi melalui metode pengamatan? ”

Strategi Pemecahan Masalah

Metode pembelajaran wacana deskripsi dengan metode konvensional tidak kreatif dan inovatif. Siswa merasa bosan, kondisi kelas pasif, tidak menyenangkan dan tidak menumbuhkaan minat siswa. Maka hal itu dapat diatasi dengan menggunakan metode pengamatan. Metode pengamatan berarti suatu metode yang membawa siswa pada objek langsung. Dan objek tersebut akan mempermudah dalam pengajaran menulis wacana deskripsi. Dalam teori bahasa, hal tersebut sebagai pendekatan/ metode kontekstual/CTL (Contextual Teaching Learning) seperti yang tertuang dalam buku Sagala, bahwa metode kontektual sering dikenal dengan metode CTL (Contextual Teaching Learning).1 Metode ini diterapkan dalam pembelajaran bahasa terutama pada pengajaran wacana deskripsi karena metode ini membawa siswa pada objek langsung sebagai sumber belajar sehingga mempermudah siswa dalam menuangkan gagasannya pada penulisan wacana deskripsi. “Pendekatan CTL merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa, mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat”.2

Maka dari itu, pembelajaran dengan metode ini memiliki ciri 1) pembelajaran dilakukan di luar kelas 2) Siswa dihadapkan pada objek langsung berupa lingkungan alam di sekitar sekolah 3) siswa mersa senang dan tidak bosan dalam pembelajaran 4) siswa lebih kreatif dalam mengungkapkan ide-idenya 5) prestasi belajar siswa meningkat.

1

Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran, (Bandung: Alfabet, 2003), hlm. 87.

2

Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran, (Bandung: Alfabet, 2003), hlm. 87.

(4)

Tahapan Operasional

Tahapan opersional pembelajaran wacana deskripsi dengan metode pengamatan.

1. Guru menyusun Silabus dan RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran).

2. Guru menyusun instrumen observasi.

3. Guru melaksanakan pembelajaran wacana diskripsi di kelas maupun di luar (di lingkungan alam sekolah) sekaligus menemukan data-data tentang pembelajaran baik tes maupun non tes.

4. Guru menganalisis data-data yang sudah ditemukan. 5. Guru membuat dokumen tentang hasil analisis.

6. Guru membuat laporan penulisan dalam bentuk Karya Ilmiah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) sebagai karya inovasi pembelajaran.

Pembahasan

1. Alasan Pemilihan Strategi Pemecahan Masalah

Peningkatan kualitas pembelajaran bidang studi Bahasa Indonesia khususnya pembelajaran wacana deskripsi sangat diperlukan. Dalam hal ini banyak faktor yang harus diperhatikan seperti guru, siswa, sarana dan prasarana, lingkungan, manajemen bahkan metode pembelajarannya. Keberhasilan ini dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor baik faktor dari dalam diri siswa maupun yang berasal dari luar siswa.3

Implementasi metode pengamatan dalam pembelajaran wacana deskripsi dipilih sebagai upaya meningkatkan prestasi belajar siswa karena hasil belajar siswa belum memenuhi KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal). Disamping itu juga sebagai koreksi dan intropeksi bagi guru dalam pembelajaran serta sebagai langkah awal dalam perbaikan pengajaran. Dan pada akhirnya akan meningkatkan profesional guru. Hal ini akan berdampak pula bagi peningkatan kualitas pendidikan.

2. Hasil Implementasi Metode Pengamatan dalam Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa

Pembelajaran Bahasa Indonesia khususnya pada pembelajaran wacana deskripsi menggunakan metode pengamatan sebagai metode yang inovatif sehingga prestasi belajar siswa meningkat. Para guru

3

Henry Guntur Tarigan, Menulis sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, (Bandung: Angkasa, 1993), hlm. 37.

(5)

terutama guru Bahasa Indonesia membuka diri dalam menggunakan metode pembelajaran yang inovatif sehingga siswa tertarik dan merasa senang sekaligus sebagai perbaikan pengajaran yang telah dilakukan oleh guru. Pembelajaran wacana deskripsi dengan menggunakan metode pengamatan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa seperti yang tampak pada grafik di bawah ini.

Pada grafik di atas tampak bahwa pembelajaran wacana deskripsi dengan menggunakan metode konvensional prestasi belajar siswa/peserta didik hanya mencapai 61,55 (siklus 1) sedangkan pembelajaran wacana deskripsi dengan menggunakan metode pengamatan sebagai metode inovatif prestasi belajar siswa mencapai 72, 46 (siklus 2) dan 81, 97 (siklus 3).

Demikian pula proses pembelajaran wacana deskripsi dengan menggunakan metode pengamatan ternyata dapat menciptakan suasana pembelajaran lebih menyenangkan, komunikatif dan kondusif. Siswa antusias dan termotivasi untuk melakukan pengamatan karena siswa berada pada alam di lingkungan sekolah. Siswa lebih bebas mengekspresikan ide atau gagasannya dalam sebuah tulisan berdasarkan pengamatan yang dilakukan.

a. Siklus ke 1

Hasil pengamatan menunjukkan bahwa dalam pembelajara wacana deskripsi dengan metode pembelajaran konvensional menunjukkan keuntungan a) Siswa belajar secara individu, b) Siswa kurang inisiatif, c) Siswa cenderung pasif, d) Siswa kurang

Grafik 1. Prestasi Siswa dalam Menulis Wacana Deskripsi 61,55 72,46 81,97 0 20 40 60 80 100

Siklus 1 Siklus 2 Siklus 3

(6)

memperhatikan langkah-langkah menulis secara sistematis. Hal ini bisa dicermati pada data tabel 4.

b. Siklus ke 2

Tabel 5 menunjukkan hasil pengamatan bahwa dalam pembelajaran wacana deskripsi dengan metode pangamatan dapat mengubah :

1) Melatih siswa untuk lebih kreatif dan berinisiatif 2) Siswa lebih aktif dalam belajar

3) Siswa lebih memperhatikan penulisan secara sistematis c. Siklus ke 3

Hasil pengamatan menunjukkan bahwa dalam pembelajaran deskripsi dengan metode pengamatan objek akan lebih termotivasi, lebih kreatif dan berinisiatif. Siswa lebih aktif dan lebih yakin mengekspresikan gagasannya berdasarkan pengamatan objek yang dilakukan. Hal itu dapat dilihat pada tabel 6.

3. Angket Pendapat Siswa

Hal ini dapat diamati pada tabel 7 a. Siklus ke 1

Hasil angket menunjukkan bahwa pembelajaran dengan metode konvensional cenderung tidak diminati siswa.

b. Siklus ke 2

Pembelajaran wacana deskripsi dengan metode pengamatan menunjukan bahwa siswa menjadi lebih aktif, termotivasi, senang, komunikatif dan memperoleh manfaat secara faktual karena siswa berada pada alam di lingkungan sekolah

c. Siklus ke 3

Perubahan peningkatan minat siswa dapat dicermati pada tabel 7. Perubahan kenaikan hasil pembelajaran wacana deskripsi diperoleh setelah siswa diajak berpindah dari belajar secara konvensional memasuki kondisi belajar kontekstual. Kondisi belajar konvensional berarti siswa dalam kondisi pembelajaran guru memberikan ceramah/ penjelasan dengan memberikan topik/ tema kemudian siswa mengembangkannya menjadi sebuah wacana. Sedangkan kondisi belajar kontekstual adalah siswa diajak menghadapi konteks dengan berada di alam pada lingkungan sekolah kemudian melakukan pengamatan objek yang dihadapi. Dengan cara ini siswa lebih mengkonstruksikan pengetahuannya secara mandiri kemudian mengkomunikasikan hasil konstruksi pengetahuannya dalam bentuk wacana.

(7)

Hal yang sangat penting untuk diperhatikan agar lebih dapat menggugah potensi psikologis siswa dalam pembelajaran menulis wacana deskripsi adalah menciptakan suasana pembelajaran yang kreatif dan menyenangkan.

Pada proses pembelajaran siswa harus diberi kesempatan mengembangkan pemahaman dalam insight yaitu pemahaman atau persepsi dari hubungan-hubungan terhadap konsep yang berkenaan dengan pengamatan objek yang dilakukan.

Kendala yang Dihadapi

Kendala yang dihadapi pada implementasi metode pengamatan dalam pembelajaran wacana deskripsi sebagai upaya meningkatkan prestasi belajar siswa pada mulanya teman sejawat dan warga sekolah tidak mendukung dengan respon negatif terhadap pembelajaran yang dilakukan. Proses pembelajaran dipandang ”aneh” karena tidak dilakukan seperti lazimnya. Pembelajaran di luar kelas dianggap ”tabu, menyalahi aturan” karena secara konvensional pembelajaran dibenarkan apabila dilakukan di dalam kelas. Disamping itu pembelajaran dengan metode pengamatan dianggap merepotkan karena membutuhkan persiapan administratif yang optimal agar pembelajaran efektif.

Faktor-faktor Pendukung

Kemampuan guru dalam menerapkan kurikulum KTSP (Kurikulum Satuan Tingkat Pendidikan) merupakan faktor pendukung utama dalam menerapkan metode pengamatan dalam pembelajaran wacana deskripsi sebagai upaya peningkatan prestasi belajar siswa. Para siswa sebagai subjek didik merespon secara aktif dan antusias dalam pembelajaran dengan metode ini karena metode pembelajaran ini merupakan metode pembelajaran inovatif yang mampu menumbuhkan minat dan kreatifitas siswa dalam pembelajaran.

Alternatif Pengembangan

Implementasi metode pengamatan dapat dikembangkan lebih

lanjut sebagai upaya meningkatkan prestasi belajar siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia khususnya dalam pembelajaran wacana deskripsi. Pengembangan lebih lanjut dapat dilakukan dengan menemukan metode-metode yang lebih inovatif, variatif dan efektif sehingga dapat lebih meningkatkan prestasi belajar siswa, meningkatkan kualitas pembelajaran dan kompetensi guru yang pada akhirnya akan berlanjut pada peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia.

(8)

Simpulan

Berdasarkan paparan di atas dapat dismpulkan bahwa :

1. Pembelajaran wacana deskripsi dengan menerapkan metode pengamatan terbukti dapat meningkatkan minat belajar siswa karena siswa dihadapkan kepada hal baru dalam pembelajaran wacana deskripsi.

2. Pembelajaran wacana deskripsi dengan menerapkan metode pengamatan terbukti dapat meningkatkan pengalaman dan pemahaman siswa terhadap karangan deskripsi melalui proses konstruktif karena siswa membangun pemahamannya melalui pengalaman dalam pengamatan objek secara langsung.

3. Pembelajaran menulis wacana deskripsi dengan menerapkan metode pengamatan terbukti dapat meningkatkan kualitas proses pembalajaran dengan ditandai adanya peningkatan aktivitas yang berpusat kepada siswa dalam suasana kontekstual. Siswa melakukan pengamatan objek dan penulisan wacana deskripsinya berdasar apa yang dilakukannya yaitu dengan mengamati objek langsung di lingkungan sekolah.

4. Pembelajaran wacana deskripsi dengan menerapkan metode pengamatan terbukti dapat meningkatkan kemampuan teknik mengarang dilihat dari peningkatan kualitas hasil mengarang dari aspek isi wacana sistimatika, tata ejaan, koherensi dan diksi dari rata-rata nilai 61,55 (dengan pembelajaran konvesional) menjadi 81, 97 melalui pembelajaran dengan metode pengamatan.

Rekomendasi Opersional

Pembelajaran di kelas akan dicapai dengan baik apabila proses pembelajaran berjalan dengan baik. Proses pembelajaran berhasil dengan baik apabila metode pembelajaran inovatif ini hendaknya dapat sebagai informasi dan acuan terhadap pengembangan pendidikan khususnya pembelajaran Bahasa Indonesia dalam pengajaran penulisasn wacana dskripsi. Metode pembelajaran ini selayaknya sebagai alternatif bagi guru Bahasa Indonesia agar dalam mengajar tidak secara konvesional tetapi secara kreatif dan inovatif. Metode pembelajaran inovatif ini dapat juga dijadikan acuan untuk membuka diri dalam pembelajaran agar pembelajaran menyenangkan dan tidak menjadikan siswa bosan yang sekaligus sebagai perbaikan pengajaran bagi guru terutama guru Bahasa Indonesia khususnya dalam pembelajaran menulis wacana deskripsi.

(9)

DAFTAR PUSTAKA

Achmadi, Mukhsin. 1990. Dasar-dasar Komposisi Bahasa Indonesia. Malang : Yayasan A3.

Arikunto, Suharsini dkk. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : PT Bumi Aksara.

Depdiknas. 1999. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Dirjen Diskdasmen. Depdiknas. 2004. Kurikulum 2004; Standar Kompotensi Bahasa dan Sastra

Indonesia SMA dan MA. Jakarta : Dirjen Dikdasmen.

Djuharmie , Eko . 2005 . Bahasa dan sastra Indonesia untuk SMA dan MA Kelas X . Bandung : Epsilon Group.

Djuharmie, Eko . 2005 . Bahasa dan sastra Indonesia untuk SMA dan MA Kelas XI . Bandung : Epsilon Group.

Djuharmie, Eko. 2005. Bahasa dan sastra Indonesia untuk SMA dan MA Kelas XII. Bandung : Epsilon Group.

Ganda Sadikin, Asep. 2002. Bahasa Indonesia; Buku Pelajaran untuk SMU Kelas III. Bandung: Grashindo.

HP. Novianto. 2002. Kamus Lengkap; Inggris Indonesia. Surakarta: Bringin. Keraf, Gorys. 1999. Eksposisi: Komposisi Lanjutan II. Jakarta : Grashindo. Mulyasa, E. 2003. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung : Rosda. Muslich, Masnur. 2007. “Jenis Karangan dan Langkah-langkah Mengarang”.

http://muslich.m.blogspot.com/

Roestiyah . 2001 . Strategi Belajar Mengajar . Jakarta : PT Rineka Cipta . Sagala, syaiful. 2003. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung Alfabet. Sudjana . 2005 . Metode dan Teknik Pembelajaran Partisipatif . Bandung :

Falah Production .

Susilo . 2007 . Panduan Penelitian Tindakan Kelas .Yogyakarta : Pustaka Book Puplisher.

Tarigan, Henry Guntur. 1993. Menulis sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.

Tim Pengembang Bahasa dan Pengajarannya. 2001. Morfema; Jurnal Bahasa dan Pengajarannya. Semarang : FPBS UNES.

Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. 2003. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Winarno. 2005. Upaya Peningkatan Keterampilan Menulis Karangan Eksposisi Melalui Teknik Eksperimen Sederhana pada Siswa Kelas X.I SMA Negeri I Cepiring.

Gambar

Grafik 1. Prestasi Siswa dalam Menulis  Wacana Deskripsi 61,55 72,46 81,97 020406080100

Referensi

Dokumen terkait

Peserta didik dapat menganalisa struktur/pola kalimat dari wacana/gambar/tabel/grafik tentang:. - Kala : Präsens, Präteritum (haben,

Peningkatan hasil belajar peserta didik dan dan jumlah peserta didik yang tuntas dan mencapai KKM dari siklus I dan siklus II maupun sebelum penerapan model Pembelajaran

Dari deskripsi tersebut dapat dilihat peningkatan kemampuan berbicara dan kepercayaan diri peserta didik serta hasil belajar peserta didik dari mulai prasiklus, siklus

Tabel 4.1 Hasil Tes Pemahaman Konsep Peserta Didik Siklus I...64.. Tabel 4.2 Deskripsi Hasil Observasi Proses Pembelajaran

Penelitian ini diharapkan dapat menambah wacana bagi para guru- guru, khususnya guru BK dalam melihat fenomena-fenomena sosial Peserta didik, seperti Peserta didik yang

prestasi belajar pada siklus II pertemun 1 dengan umlah 17 peserta didik mata pelajaran IPA terdapat 13 peserta didik yang tuntas dan hanya 4 peserta didik

Akan tetapi pada proses pembelajaran peserta didik masih tampak lamban dalam menggunakan metode diskusi dengan sesama teman, sehingga diperlukan pengulangan siklus agar peserta didik

Grafik 1 Peningkatan Aktivitas Peserta Didik Pada Siklus I Siklus II Sesuai tabel tersebut, berdasarkan hasil observasi, terlihat bahwa peserta didik lebih aktif dan antusias dalam