11
Analisis Tingkat Penerapan Program Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3) dan Pengendalian
Hazards
dengan
Pendekatan
Risk Assessment
Pada
PKS Torgamba di PT. XYZ
Eko Agusta Bangun
1, Ir. Khawarita Siregar, MT
2, Ir. Buchari, MKes
3Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara
Jl. Almamater Kampus USU, Medan 20155
Email : ekoagusta@gmail.com
1Abstrak. PKS Torgamba merupakan salah satu unit produksi yang dimiliki oleh PT. XYZ yang bergerak dalam pengolahan kelapa sawit menjadi Crude Palm Oil (CPO) dan Inti. Dalam kurun waktu 3 tahun terakhir telah terjadi peningkatan jumlah kecelakaan kerja pada lantai produksi di tiap tahunnya. Hal ini menjadi masalah utama mengingat sumber daya manusia merupakan aset yang paling utama bagi perusahaan sehingga perlu dilindungi dengan program K3 yang berkualitas. Untuk itu perlu dilakukan audit untuk mengukur tingkat penerapan program manajemen K3 perusahaan dan pengendalian sumber bahaya (hazards) dengan pendekatan risk assessment. Penilaian tingkat penerapan program manajemen K3 dipengaruhi 3 faktor, yaitu: Tingkat Pencapaian progam manajemen K3, Audit SMK3 berdasarkan PPRI No. 50 Tahun 2012 terhadap program manajemen K3, dan Tingkat Kehilangan/Kerugian akibat kecelakaan kerja yang terjadi dengan menggunakan metode penilaian Traffic Light System. Penilaian sumber bahaya (hazards) dilakukan dengan melakukan perankingan sumber bahaya (hazards) dengan pendekatan risk assessment. Hasil yang diperoleh dengan metode penilaian Traffic Light System untuk Tingkat Pencapaian program manajemen K3 adalah sebesar 80,7 % (Kuning), hasil Audit SMK3 perusahaan sebesar 89,1 % (Hijau), dan Tingkat Kehilangan/Kerugian dalam kategori Hijau. Hasil yang didapat berdasarkan analisis terhadap sumber bahaya (Hazards) dengan pendekatan Risk Assessment ditemukan 3 stasiun yang masuk ke dalam kategori “moderate” atau bahaya sedang yaitu Stasiun Sterillizer, Stasiun Kernel, dan Stasiun Boiler.
Kata Kunci : K3, Traffic Light System, Audit SMK3, Hazards, Risk Assessment
Abstract. PKS Torgamba is the production unit that belong to PT. XYZ which is engaged in production crude palm oil (CPO) and Kernel. In last 3 years had been increase work accident on production floor. This is become the major problem as known the human resources is the most important assets for the company that need to be protected with the quality OHS program. Therefore, it is necessary to measure the level of implementation OHS company program and to analize hazards control with Risk Assessment approach. The measuring level of implementation influeced by 3 factor, which is: Achievement level of OHS management program, SMK3 Audit based on PPRI No. 50 Tahun 2012 to OHS management program, and Loss Rate caused by work accident occurred by using Traffic Light System method for the assessment. Hazards assessment will be ranked with risk assessment approach. The result for the Traffic Light System method are Achievement OHS management program is 80,7% (yellow), the result for SMK3 Audit is 89,1 % (green), and loss rate is in green category. The result based on analysist for hazards sources with risk assessment approach had been found 3 station which are in moderate danger category, there are Sterilizer Station, Kernel Station, and Boiler Station
Keywords : OHS, Traffic Light System, SMK3 Audit, Hazards, Risk Assessment
1 Mahasiswa, Fakultas Teknik Departemen Teknik Industri, Universitas Sumatera Utara
2
Dosen Pembimbing, Fakultas Teknik Departemen Teknik Industri, Universitas Sumatera Utara 3
12
1. PENDAHULUAN
Di dalam lingkungan industri banyak terdapat berbagai potensi bahaya yang ada, resiko terjadinya kecelakaan, serta belum terukurnya secara lengkap potensi bahaya (hazards) yang ada. Potensi bahaya (hazards) adalah salah satu problematika yang ada di perusahan karena merupakan sumber resiko yang berpotensial mengakibatkan kerugian baik material, lingkungan, maupun manusia.
PKS Torgamba merupakan industri yang
memproduksi crude palm oil dan inti dimana
pabrik ini memiliki potensi bahaya yang banyak dijumpai di lantai produksi. Dalam kurun 3 tahun telah terjadi 3 kecelakaan kerja dilantai produksi sehingga perlu diukur kembali tingkat penerapan program K3 perusahaan untuk mengetahui sejauh mana program K3 perusahaan telah diterapkan. Disamping itu perlu dilakukan identifikasi dan pengukuran bahaya (hazards) pada lantai produksi untuk mengetahui potensi-potensi bahaya yang ada serta resikonya karena belum terukurnya secara lengkap potensi bahaya yang ada di PKS Torgamba.
Menurut Dedy dan Sritomo (2009) Kebijakan penerapan program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) ditujukan untuk mencegah dan mengurangi kecelakaan dan penyakit akibat kerja, serta terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif. Untuk mengetahui sejauh mana program K3 telah diimplementasikan maka perusahaan harus melakukan audit atau evaluasi di setiap unit kerja yang ada.
Menurut Deskmukh (2006) pengukuran dan identifikasi bahaya (hazards) bertujuan untuk mereduksi ketidakpastian dalam pengukuran resiko dan biasanya berkaitan dengan pengukuran
tingkat keparahan (severity) dan tingkat
probabilitas (probability).
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah mengukur tingkat penerapan program manajemen K3 dan memberikan usulan untuk
pengendalian hazards dengan pendekatan risk
assessment untuk meningkatkan program Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) perusahaan serta mengurangi angka kecelakaan kerja yang terjadi. Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah:
1. Menghitung tingkat pencapaian penerapan
program K3 berdasarkan persepsi karyawan terhadap program manajemen K3
2. Menghitung tingkat kerugian (Loss Rate).
3. Menghitung tingkat keberhasilan penerapan
program SMK3 dengan audit SMK3 sesuai dengan PP. Republik Indonesia No.50 Tahun 2012.
4. Menentukan dan perankingan Hazards serta
pengendaliannya dengan pendekatan risk
assessment
2.
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian dilakukan di PKS Torgamba, PT. XYZ. Penelitian dimulai pada bulan Oktober 2012 sampai dengan Juli 2013. Jenis penilitian ini adalah penelitian deskriptif (descriptive research)dimana penelitian bertujuan untuk mendeskripsikan secara sitematik, faktual dan akurat tentang fakta-fakta dan sifat-sifat suatu objek atau populasi tertentu. Variabel independen (bebas) adalah variabel yang
mempengaruhi atau yang menjadi sebab
perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat). Variabel independen yang berpengaruh terhadap penelitian antara lain:
a. Tingkat Pencapaian Penerapan Program
SMK3.
b. Tingkat Loss Rate.
c. Tingkat Keberhasilan Penerapan Program
SMK3.
d. Sumbar Bahaya (Hazards) yang dapat
menyebabkan kecelakaan
Variabel dependen (terikat) merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas. Disebut variabel terikat karena variabel ini dipengaruhi oleh variabel bebas. Variabel dependen yang dipengaruhi terhadap perancangan penelitian adalah:
1. Tingkat penerapan program manajemen K3
dan
2. Pengendalian hazards.
Instrumen yang digunakan pada penelitian ini berupa:
1. Kuesioner, dengan sampel 30 orang dari
populasi 82 karyawan produksi. 2. Checklist SMK3.
Metode pengumpulan data dalam penelitian dengan menggunakan beberapa cara, yaitu:
1. Observasi langsung
2. Melakukan wawancara dengan mereka yang
berhubungan dengan permasalahan
3. Melakukan penyebaran kuesioner kepada
karyawan produksi
Metode analisis penelitian dilakukan dengan cara
membandingkan setiap pernyataan dalam
kuesioner dengan standar implementasi yang digunakan sebagai acuan oleh pihak manajemen untuk menerapkan program K3 dan menggunakan
pendekatan risk assessment untuk
mengidentifikasi dan merankingkan bahaya
(hazards)
13
1.1. Hasil
1.1.1. Perhitungan Tingkat Pencapaian Program K3
Sebelum dilakukan penilaian tingkat pencapaian, terlebih dahulu dilakukan penyusunan kuesioner
penilaian tingkat penerapan program K3.
Kuesioner dibuat dengan mengacu pada standar
keselamatan dan kesehatan kerja dan PP. Republik Indonesia No.50 Tahun 2012. Penilaian tingkat penerapan dilakukan dengan memberi nilai 1-5, dimana dalam kuesioner penilaian dilakukan hanya dengan memberi tanda cek pada kolom penilaian
kuesioner sehingga dapat diukur tingkat
penerapan program K3. Terdapat 10 kategori yang menjadi indicator penilaian dalam kuesioner. Hasil penilaian kuesioner dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Rekap Hasil Penilaian Kuesioner
No Indikator Normalisasi Nilai Kategori 1 Penggunaan Alat Perlindungan Diri (APD) 0,768 76,8 % Kuning 2 Upaya Pencegahan Terjadinya Keadaan Darurat 0,907 90,7 % Hijau 3 Hubungan Koordinasi dengan Pihak Security 0,739 73,9 % Kuning 4 Hubungan Koordinasi dengan Pihak Teknik 0,717 71,7 % Kuning 5 Training / Pelatihan K3 0,798 79,8 % Kuning 6 Disiplin dan Pengawasan K3 0,778 77,8 % Kuning 7 Prosedur K3 0,878 87,8 % Hijau 8 Pengendalian Limbah dan Polusi 0,88 88% Hijau 9 Akses Jalan dan Evakuasi 0,74 74 % Kuning 10 Publikasi Keselamatan Kerja 0,87 87% Hijau Nilai Tingkat Pencapaian 0,807 80,7% KUNING
Dari Tabel 4, dibuatkan radar chart yang menunjukan tingkat penerapan program SMK3 berdasarkan persepsi karyawan seperti pada Gambar 2.
Dari Tabel 1 dapat dilihat hanya 4 indikator yang berada dalam kategori Hijau sedangkan 6 indikator
berada dalam kategori Kuning. Ini menunjukan bahwa tingkat penerapan program K3 berdasarkan persepsi karyawan masih berada pada kategori Kuning dengan nilai tingkat pencapaian sebesar 80,7 %.
1.1.2. Perhitungan Tingkat kehilangan/ Kerugian (Loss Rate) Kerja
Data berasal dari jumlah kecelakaan kerja yang terjadi di perusahaan dalam selang waktu 3 tahun terakhir. Kemudan setiap kecelakaan kerja yang terjadi ditentukan kategori kecelakaan kerja. Berikut adalah rekap pengkategorian kecelakaan kerja yang terjadi selang waktu 3 tahun.
Tabel 2. Kategori Kecelakaan Kerja Tanggal Kejadian Penjelasan Kategori Akhir 06/03/11 Karyawan pengolahan stasiun klarifikasi terjatuh dari tangga
lantai 2 pabrik
Hijau
29/01/12 Karyawan stasiun boiler
terkena uap panas
Hijau
03/06/12 Karyawan stasiun
sterilizer terkena besi panas lori
Hijau
Dari Tabel 2 dapat dilihat tingkat kerugian (loss rate) yang dialami oleh perusahaan berdasarkan kecelakaan kerja yang terjadi masih berada didalam kategori Hijau. Dimana 3 kecelakaan kerja tersebut masih dalam kategori minor yang tidak menyebabkan kerugian yang besar.
1.1.3. Hasil Audit SMK3
Hasil audit terhadap program SMK3 dengan
menggunakan checklist SMK3 sesuai dengan PP.
Republik Indonesia No. 50 Tahun 2012, telah ditemukan sebanyak 148 dari 166 kategori yang sesuai dan 18 kategori yang tidak sesuai.
Selanjutnya dilakukan perhitungan untuk
menentukan tingkat keberhasilan dari program SMK3 pada unit PKS ABC. Dari hasil perhitungan didapat nilai dari tingkat keberhasilan yaitu sebesar 89,1 % berada pada kategori HIJAU,
1.2. Pembahasan
1.2.1. Penentuan Level Tingkat Penerapan Program K3
Akan dilakukan 3 pemetaan penentuan level tingkat penerapan K3. Hasil pemetaan antara variable tingkat penerapan Program K3, Tingkat Keberhasilan Program K3, dan Tingkat Loss Rate dapat dilihat pada Gambar 1, 2, dan 3.
14
Gambar 1. Pemetaan Tingkat Pencapaian Penerapan – Tingkat Loss Rate
Gambar 2. Pemetaan Tingkat Pencapaian Penerapan – Tingkat Keberhasilan Program
Gambar 3. Pemetaan Tingkat Loss Rate – Tingkat Keberhasilan Program
Dari Gambar 1 dan 2 dapat dilihat bahwa hasil pemetaan menunjukan level penerapan program K3 perusahaan ini berada di level 2 (Cukup Aman) dan dari Gambar 3 dapat dilihat hasil pemetaan menunjukan level penerapam program K3 perusahaan berada di level 1 (Aman dan Nyaman)
1.2.2. Pengkategorian dan Perankingan Sumber Bahaya (Hazards)
Dari 5 sumber bahaya yang telah di kategorikan dengan menggunakan pendekatan risk assessment, dapat dilakukan perangkingan terhadap unit atau stasiun kerja berdasarkan risk assessment codes yang di dapat, yaitu:
Rank 1. Stasiun Clarification, dengan kategori pada “negligible” atau tidak perlu diperhatikan. Pada kategori ini walaupun tidak perlu diperhatikan tetapi tetap perlu
penanganan lebih lanjut seperti
pamakaian APD yang lebih disiplin. Rank 2. Unit Hoisting Crane dan Turbin uap /
power plant, dengan kategori
pada“minor” atau bahaya kecil. Pada kategori ini diperlukan pemakaian APD yang lebih disiplin dan tanda peringatan yang jelas untuk penanganan lebih lanjut Rank 3. Stasiun Sterilizer, Stasiun Kernel, dan
Stasiun Boiler, dengan kategori pada
“moderate” atau bahaya sedang. Pada kategori ini diperlukan pengawasan langsung oleh pekerja dan perawatan
yang berkala untuk menghindari
terjadinya kerusakan yang dapat
menyebabkan terjadinya kecelakaan kerja
1.2.3. Evaluasi Sumber Bahaya (Hazards)
Berdasarkan analisis terhadap sumber bahaya (hazard) pada subbab sebelumnya, maka diusulkan beberapa solusi untuk tindakan pencegahan terhadap resiko yang mungkin dapat terjadi. Solusi dari tindakan pencegahan dapat dilihat pada Tabel 10. Dari Tabel 3 dapat diketahui resiko yang mungkin dapat terjadi, sehingga dapat diambil tindakan pengendalian terhadap resiko yang bisa terjadi. Tindakan pengendalian terhadap beberapa resiko yang munkin dapat terjadi dapat dilihat pada Tabel 4.
15
Tabel 3. Usulan Tindakan Pencegahan Terhadap Resiko yang Mugkin Dapat Terjadi No. Aktifitas Sumber Bahaya Rank.
Bahaya
Tindakan Pencegahan
1 Stasiun
Clarification
- Terkena air panas.
- Lantai yang licin akibat
tumpahan minyak.
3 - Perbaikan pada pipa-pipa yang
bocor.
- Menggunakan sepatu boot
yang tidak licin.
- Menyiram lantai agar
tumpahanminyak dapat
disingkirkan.
2 Unit Kerja
Hoisting Crane
- Lori yang dapat jatuh atau
bertabrakan dengan benda lain.
- Tempat kerja operator yang
berada di ketinggian >10 m.
2 - Pemberian pelatihan kepada
operator.
- Penataan wilayah kerja agar
ruang gerak hoisting crane dapat lebih leluasa bergerak.
- Pemberian akses jalan yang
baik bagi operator dan
penambahan pengaman
(pegangaan tangga/jalan) bagi operator yang bekerja di ketinggian.
3 Turbin Uap /
Power Plant
- Mesin menghasilkan suara
bising lebih dari 90 db
- Mesin berpotensi meledak jika kurang pengawasan
2 - Pemberian earplug kepada
operator.
- Pemberian pelatihan kepada
operator dan pengawasan yang ketat dari operator.
4 Stasiun Sterilizer - Mesin bekerja pada tekanan
yang tinggi dan berpotensi meledak
- Mengeluarkan uap dan air
panas
- Permukaan mesin yang panas
1 - Dilakukan pemeriksaan dan
perawatan yang rutin
terhadap mesin sterilizer.
- Pemberian pelatihan khusus
kepada operator.
- Pemberian perlengkapanAPD
(sarung tangan, safety shoes) bagi pekerja.
5 Stasiun Kernel - Memiliki banyak mesin yang
bergerak
- Daerah kerja kurang terang
1 - Pemeriksaan rutin terhadap
seluruh mesin
- Pemberian tanda-tanda
bahaya pada mesin-mesin yang berbahaya jika dalam keadaan aktif
- Pemberian alat penerangan
berupa lampu
6 Stasiun Boiler - Mesin menghasilkan uap
bertekanan tinggi
- Lingkungan sekitar mesin panas
- Terjadi proses pembakaran
dengan menggunakan api
(berpotensi kebakaran)
1 - Dilakukan pemeriksaan yang
rutin terhadap mesin dan pengaman mesin
- Penggunaan APD (sarung
tangan, masker, sepatu)
- Melakukan simulasi pelatihan
pengendalian bencana
kebakaran
Tabel 4. Tindakan Pengendalian Terhadap Resiko yang Mungkin Dapat Terjadi No. Resiko yang Mungkin Terjadi Tindakan Pengendalian
1. Terkena kena air/uap panas,
tersentuh dengan permukaan benda yang panas
16
2. Terpeleset/jatuh karena lantai
licin.
Beri tindakan P3K dengan segera, bila serius bawa ke RS, beri hari libur bila diperlukan
3. Tertabrak lori atau tertimpa
lori
Beri tindakan P3K dengan segera, bila serius bawa ke RS, beri hari libur bila diperlukan
4. Operator hoisting crane jatuh
dari tempat kerja
Beri tindakan P3K dengan segera, bila serius bawa ke RS, beri hari libur bila diperlukan
5. Adanya tumpahan minyak
dilantai
Menaburkan pasir pada daerah tumpahan, jika memungkinkan dilakukan pembersihan dengan penyiraman air bersih agar tumpahan minyak tersingkir
2.
KESIMPULAN
Hasil perhitungan terhadap persepsi karyawan menunjukan tingkat pencapaian penerapan SMK3 oleh perusahaan berada pada level KUNING dengan nilai tingkat pencapaian sebesar 80,7% dengan Tingkat loss rate yang diderita pada unit PKS ini berada pada kategori HIJAU dan tingkat keberhasilan kinerja penerapan program SMK3 perusahaan dari hasil audit SMK3 PP. Republik Indonesia No.50 Tahun 2012 menunjukan untuk unit PKS berhak untuk mendapatkan sertifikat bendera EMAS dengan nilai pencapaian 89,1%. Pemetaan yang dilakukan menunjukan penerapan program K3 perusahaan berada di level 2 (Cukup Aman) dimana perlu peningkatan lagi dalam penerapan program K3 dan disiplin K3 oleh perusahaan.
Dalam indentifikasi bahaya (hazards) terdapat 3 unit/stasiun PKS yang berada pada ranking
tertinggi/ranking 1 dengan kategori “moderate”
atau bahaya sedang, yaitu stasiun Sterilizer, Stasiun Kernel, dan Stasiun Boiler; 2 unit/stasiun berada pada ranking 2 dengan kategori “minor” atau bahaya kecil., yaitu : Unit Hoisting Crane dan Turbin uap/power plant; dan 1 stasiun pada rangking 3 dengan kategori “negligible” atau tidak perlu diperhatikan, yaitu Stasiun Clarification.
DAFTAR PUSTAKA
Deshmukh, L. M. 2006. Industrial Safety
Management: Hazards Identification and Risk Control. Kanada: Tata McGraw-Hill Publishing Company Limited.
Ernawati, Dira. 2009. Pengukuran Implemntasi
Program Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3) dan
Pengkategorian Hazard dengan Pendekatan Risk Assessment. Surabaya: Jurnal Internet UPN.
Ginting, Rosnani. 2009. Perancangan Produk.
Yogyakarta: Penerbit Graha Ilmu.
Iriani. 2010. Pengukuran Implementasi Program
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dan Pengkategorian Hazard dengan Pendekatan Risk Assessment di PT Filtrona Indonesia. Surabaya: Jurnal Internet ITS.
Oktrianto, Dedy dan Sritomo W. 2009. Pengukuran Tingkat Kesiapan Perusahaan Terhadap Bahaya di Tempat Kerja dan Penanganan Hazard (Studi Kasus PT Otsuka Indonesia). Surabaya: Jurnal Internet ITS.
Rochmoeljati, Rr. 2009. Analisis Implementasi
Program Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3) dan
Perangkingan Hazards Dengan Pendekatan Manajemen Resiko. Surabaya: Jurnal Internet UPN. Tisnawati, Ika dan Cahyani. 2004. Identifikasi
Bahaya, Penilaian dan Pengendalian Resiko. Surabaya: ITS
Sinulingga, Sukaria. 2012. Metode Penelitian Edisi II. Medan: Penerbit USU Press.
Suma’mur. 1981. Keselamatan Kerja dan
Pencegahan Kecelakaan. Jakarta: Penerbit CV Haji Masagung.
Umar, Hussein. 2008. Metode Penelitian untuk
Skripsi dan Tesis Bisnis. Jakarta: Penerbit Rajawali Pers.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 50 Tahun 2012 Tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja.