• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemurnian Varietas Kipas Putih dan Kipas Merah Dalam Rangka Mendapatkan Galur Mutan Tahan Kekeringan dan Berpotensi Hasil Tinggi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pemurnian Varietas Kipas Putih dan Kipas Merah Dalam Rangka Mendapatkan Galur Mutan Tahan Kekeringan dan Berpotensi Hasil Tinggi"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Pemurnian Varietas Kipas Putih dan Kipas Merah Dalam Rangka

Mendapatkan Galur Mutan Tahan Kekeringan dan

Berpotensi Hasil Tinggi

Zuyasna

1*)

, Chairunnas

2)

, Efendi

1)

dan Arwin

3)

1) Program Studi Agroteknologi Fakulas Pertanian, Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh 2) Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Aceh

3) Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN)

*)

zuyasna@gmail.com

ABSTRACT

Budidaya tanaman kedelai yang tolerant terhadap kekeringan dan berumur genjah serta berbiji besar merupakan salah satu upaya peningkatan produktivitas lahan dalam rangka mengatasi masalah kedelai di Indonesia. Namun keterbatasan varietas yang dapat beradaptasi dengan kekeringan menjadi kendala utama petani. Dua varietas lokal Aceh yaitu Kipas Merah dan Kipas Putih berpotensi menjadi varietas unggul yang sesuai dengan kondisi lahan di Aceh. Kipas merah memiliki keunggulan potensi hasil tinggi, tahan rebah, adaptasi luas namun memiliki ukuran biji yang kecil jika dibandingkan dengan varietas nasional seperti Panderman dan Anjasmoro. Sedangkan Kipas Putih memiliki kekurangan karena potensi hasil yang rendah. Sehingga kedua varietas lokal Aceh ini kurang disukai oleh petani di Aceh. Dalam rangka kegiatan penelitian pemuliaan kedelai yang berjudul “Seleksi Galur Mutan Kedelai Toleran Kekeringan Adaptif di Aceh dan Berpotensi Hasil Tinggi”, suatu kerjasama antara Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian dengan Universitas Syiah Kuala, telah dilakukan pemurnian varietas Kipas Merah dan Kipas Putih untuk dijadikan sebagai bahan benih untuk dibuat mutan-mutan yang memiliki sifat lebih baik dari induknya seperti ukuran biji besar, hasil tinggi, umur genjah dan tahan penyakit. Hasil pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa budidaya kedelai di Aceh oleh petani sudah tercampur dengan varietas nasional Burangrang, Agromulyo, Panderman, Grobokan dan Anjasmoro. Kipas merah sudah berhasil dimurnikan, sedangkan kipas putih masih dalam tahap seleksi.

Kata Kunci: kedelai, kipas merah, kipas putih

PENDAHULUAN

Data Badan Pusat Statistik (BPS, 2011) menunjukkan, sekitar 71 persen pemenuhan kebutuhan kedelai dalam negeri di tahun 2011 berasal dari impor. Tahun 2012, Indonesia harus mengimpor sebanyak 2.087.986 ton kedelai karena produksi kedelai dalam negeri hanya mencapai 851.286 ton. Sebagian besar kedelai impor tersebut berasal dari AS sebesar 1.847.900 ton, impor dari Malaysia 120.074 ton, Argentina 73.037 ton, Uruguay 16.825 ton dan Brasil 13.550 ton. E.Prihtiyan (2012) mengungkapkan bahwa harga jual kedelai per kg pada bulan Oktober 2012 meningkat Rp1,370 atau meningkat 25,25 persen dibandingkan perdagangan awal tahun yang diperdagangkan Rp 5,425 per kg.

Tingginya harga kedelai antara lain disebabkan bencana kekeringan yang melanda pemasok utama komoditas kedelai dunia yaitu AS dan Amerika Selatan, sehingga mengakibatkan suplai kedelai di pasar Internasional terganggu dan harga kedelai melambung tinggi. Dan lebih diperparah lagi harga kedelai di Indonesia naik berlipat-lipat akibat terjadinya praktek kartel dalam importasi komoditas ini, yang bertujuan menetapkan harga, untuk membatasi suplai dan kompetisi kedelai di Indonesia (Rudi, 2012).

Salah satu kendala pengembangan kedelai di Indonesia adalah keterbatasan lahan yang sesuai sehingga harus menggunakan lahan-lahan marginal. Lahan marginal memiliki keterbatasan, khususnya dalam ketersediaan air yang menyebabkan tanaman mengalami stres kekeringan. Disamping itu, perubahan iklim global, seperti perubahan suhu udara, pola curah hujan, dan tingkat permukaan air laut. Peningkatan suhu udara akan menyebabkan aktifnya fotorespirasi yang dapat menurunkan produktivitas tanaman. Selain itu, pergeseran musim dan peningkatan intensitas kejadian iklim ekstrim, seperti EI-Nino dan La-Nina, terutama kekeringan dan kebanjiran, juga menjadi penyebab gagal panen di beberapa wilayah Indonesia. Pendekatan yang dapat dilakukan untuk menanggulangi permasalahan tersebut salah satunya adalah penyediaan varietas kedelai yang toleran terhadap stres kekeringan. Studi untuk mendapatkan varietas kedelai yang toleran kekeringan sangat jarang dilakukan karena sulitnya melakukan seleksi untuk sifat ini di lapang, sehingga dapat berpengaruh terhadap hasil seleksi.

(2)

Budidaya tanaman kedelai yang tolerant terhadap kekeringan dan berumur genjah serta berbiji besar merupakan salah satu upaya peningkatan produktivitas lahan dalam rangka mengatasi masalah kedelai di Indonesia. Namun keterbatasan varietas yang dapat beradaptasi dengan kekeringan menjadi kendala utama petani. Dua varietas lokal Aceh yaitu Kipas Merah dan Kipas Putih berpotensi menjadi varietas unggul yang sesuai dengan kondisi lahan di Aceh. Namun kedua varietas Aceh ini kurang disukai oleh petani di Aceh, sehingga hampir tidak bisa ditemukan lagi benih murninya. Upaya untuk perbaikan genetik kedua varietas lokal Aceh tersebut terkendala karena benih murni kedua varietas tersebut tidak tersedia akibat telah tercampur dengan varietas nasional lainnya oleh petani, dan perlu dilakukan seleksi massa untuk mendapatkan benih bermutu sebagai bahan perbaikan genetik secara fisika. Menurut Mugnisyah dan Setiawan (1990), benih bermutu adalah benih yang memiliki tingkat kemurnian 100%, mempunyai kelebihan tertentu, sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan, sesuai untuk daerah pengembangan, harga yang terjangkau dan daya hasil tinggi.

Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mendapatkan galur murni varietas lokal Kipas Merah dan Kipas Putih serta mengetahui perbedaan karakter agronomi antara tipe murni dan tipe lain. Penelitian ini perlu dilakukan sebagai upaya dalam rangka meningkatkan kualitas benih dan daya hasil menuju swasembada kedelai di Indonesia.

BAHAN DAN METODE

Percobaan dilakukan di Kebun Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Banda Aceh untuk melihat perbedaan karakter morfologi Varietas Kipas Merah dan Kipas Putih yang tercampur dengan Varietas lainnya. Bahan yang digunakan adalah benih kedelai dari hasil panen petani di Kabupaten Aceh Timur, pupuk NPK, abu sekam padi, nodulin, insektisida, fungisida, kantong plastik, tali plastik, label dan spidol permanen. Peralatan yang digunakan meliputi cangkul, parang, sprayer, meteran, alat tugal, ember, gunting, dan kamera. Karakter morfologi yang diamati antara lain warna hipokotil, bunga, bulu, hilum, polong dan biji, tinggi tanaman, umur berbunga, umur polong masak, ukuran biji, dan bobot 100 biji.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Provinsi Aceh memiliki plasma nutfah varietas unggul lokal kedelai yang dikenal dengan Kipas Merah dan Kipas Putih. Varietas lokal yang biasanya ditanam para petani pantai Barat dan Selatan Provinsi Aceh ini sangat dikhawatirkan telah mengalami kepunahan akibat para petani kita tidak lagi melakukan budidayanya. Hal ini disebabkan karena petani lebih senang menanam kedelai varietas unggul yang produksinya lebih tinggi dan bijinya lebih besar.

Karakter morfologi kedelai varietas kipas merah

Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan muncul beberapa karakter morfologi yang berbeda dengan varietas Kipas Merah (Gambar 1). Ada tiga jenis lain yang memiliki warna bunga ungu seperti Kipas Merah pada sejumlah besar tanaman yang diseleksi. Secara kualitatif ada tiga jenis tanaman yang memiliki karakter hampir sama dengan varietas Kipas Merah (Tabel 1). Perbedaan karakter kualitatif Kipas Merah dengan tanaman jenis lain terlihat dari warna epikotil, warna daun, warna bulu batang, warna kulit biji, warna hilum, bentuk daun dan bentuk percabangan. Perbedaan yang menyolok antara Kipas Merah dengan ketiga jenis lainnya adalah bentuk percabangan yang menyerupai kipas pada tanaman kedelai Kipas Merah dan memiliki cabang yang tidak teratur pada jenis lainnya. Perbedaan lain yang terlihat adalah ukuran biji serta berat 100 biji kipas merah yang relatif lebih kecil dibandingkan ketiga jenis kedelai lainnya.

Berdasarkan pengamatan pada Tabel 1, ketiga jenis tanaman lain yang mirip dengan karakter morfologi kedelai kipas merah kemungkinan jenis kedelai tersebut termasuk karakter yang dimiliki oleh varietas Burangrang, Agromulyo dan Anjasmoro. Keberadaan benih tersebut memang sudah wajar karena ketiga varietas unggul tersebut memang pernah dibudidayakan oleh petani setempat. Ketiga varietas tersebut disenangi petani karena bijinya lebih besar dari Kipas Merah, sehingga produksi dan nilai jualnya lebih tinggi.

(3)

Gambar 1. Morfologi kedelai Kipas Merah dan jenis lain

Tabel 1. Karakter kualitatif Kipas Merah dan jenis tanaman lain yang tercampur

Karakter morfologi kedelai varietas Kipas Putih

Hasil pengamatan di lapangan pada tahapan seleksi galur murni Kipas Putih muncul satu jenis dengan morfologi yang sedikit berbeda dengan varietas Kipas Putih (Gambar 2). Perbedaan karakter kualitatif Kipas Putih dengan jenis lain terlihat dari warna hipokotil, epikotil, warna bulu batang, warna kulit biji, dan bentuk percabangan. Perbedaan yang menyolok antara Kipas Putih dengan jenis lainnya adalah bentuk percabangan yang menyerupai kipas pada tanaman kedelai Kipas Putih dan tidak memiliki cabang pada jenis lainnya. Perbedaan lain yang terlihat adalah ukuran biji serta berat 100 biji kipas putih yang relatif lebih kecil dibandingkan jenis kedelai lainnya.

(4)

Gambar 2. Morfologi kedelai kipas puth dan varitas lain

Tabel 2. Karakter kualitatif Kipas Putih dan jenis tanaman lain yang tercampur

Berdasarkan pengamatan pada Tabel 2, jenis tanaman lain yang mirip dengan karakter morfologi kedelai Kipas Putih kemungkinan besar adalah jenis kedelai yang dimiliki oleh varietas Panderman. Keberadaan benih tersebut dimungkinkan karena varietas Panderman pernah dibudidayakan oleh petani setempat. Varietas Panderman lebih disukai oleh petani dibanding varietas lokal Kipas Putih karena memiliki biji yang lebih besar, produktivitasnya dan nilai jualnya lebih tinggi.

Hasil pengamatan di lapangan selama seleksi galur murni kedelai varietas Kipas Merah dan Kipas Putih, persentase terendah adalah kedelai Kipas Putih dan yang tertinggi ada pada kedelai jenis 1 dan 2 (Tabel 3). Dikhawatirkan kedelai Kipas Putih ini bisa hilang karena petani tidak lagi membudidayakannya secara khusus. Padahal kedua varietas lokal Aceh ini (Kipas Merah dan Kipas Putih) memiliki potensi menjadi tuan rumah di daerah sendiri karena sudah beradaptasi dan sesuai dengan kondisi lahan di Aceh. Kipas Merah memiliki keunggulan tahan terhadap lalat bibit dan ulat grayak, tidak mudah pecah polong, batang dan percabangan kokoh, dan sifatnya lainnya dapat beradaptasi baik pada dataran rendah sampai ke bukit, lahan sawah tadah hujan dan irigasi serta lahan gambut. Sedangkan Kipas Putih memiliki keunggulan tahan rebah, toleran karat daun, beradaptasi baik pada lahan kering dan lahan sawah tadah hujan.

Kekurangan yang dimiliki oleh kedelai Kipas Merah adalah ukuran biji yang kecil jika dibandingkan dengan varietas nasional seperti Panderman dan Anjasmoro. Sedangkan Kipas Putih memiliki kekurangan

(5)

karena potensi hasil yang rendah. Oleh sebab itu kedua varietas Aceh ini kurang disukai oleh petani di Aceh, sehingga hampir tidak bisa ditemukan lagi benih murninya. Padahal kita tidak menyadari telah kehilangan sumber genetik yang tidak pernah dimiliki Propinsi lain di Indonesia. Oleh karena itu perlu dilakukan perbaikan genetik kedua varietas lokal Aceh ini untuk mendapatkan kedelai yang berpotensi hasil tinggi, umur genjah, tahan kekeringan dan berbiji besar. Perbaikan tersebut akan sangat efektif dilakukan melalui mutasi induksi dengan menggunakan dengan mutagen fisika. Menurut Brar & Jain (1998), mutasi induksi dengan menggunakan sinar Gamma telah memberikan kontribusi yang nyata untuk perbaikan tanaman di belahan dunia terhadap peningkatan produksi dan termasuk kearah genjah. Pemulian dengan teknik mutasi telah menghasilkan 75% varitas dari 2250 varietas yang telah dilepas sebagai varitas unggul baru didunia.

Tabel 3. Persentase kehadiran tanaman di lapangan pada seleksi pemurnian kedelai Kipas Merah dan Kipas Putih

KESIMPULAN

Keberadaan benih Kipas Merah dan Kipas Putih hampir langka di lahan yang dibudidayakan oleh petani di Aceh Timur dan dikhawatirkan bisa punah jika tidak segera dilakukan pemurnian dan perbanyakan benihnya. Saat ini sudah berhasil diperoleh galur murni varietas Kipas Merah sedangkan Kipas Putih masih dalam proses pemurnian.

UCAPAN TERIMA KASIH

Makalah ini merupakan bagian dari serangkaian penelitian kerjasama antara Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian dengan Universitas Syiah Kuala, berdasarkan surat perjanjian pelaksanaan kegiatan Nomor: 791/LB.620/I.1/2/2013. Kami mengucapkan terima kasih kepada 2 orang mahasiswa Fakultas Pertanian (M. Rival dan Ade Edwar) yang telah menjadi bagian dari pekerjaan penelitian ini sebagai kegiatan praktek lapang.

DAFTAR PUSTAKA

BPS. 2011. Badan Pusat Statistik. Online, www.bps.co.id. [diakses 20 April 2011].

Brar DS, Jain SM. 1998. Somaclonal variation : mechanism and applications in crop improvement. In Jain SM, Bran DS, Ahloowalia BS. (eds.), Somaclonal variation and induced mutation in crop improvement. p 15 - 37, Kluwer Academic Publisher, UK.

E. Prihtiyan. 2012. Harga Kedelai Naik 25,25 Persen dalam Setahun.

http://regional.kompas.com/read/2012/10/15/21305654/Harga.Kedelai.Naik.25.25.Persen.dalam.Setahun. [diakses 6 Desember 2012]

Mugnisyah, W.Q. dan A. Setiawan. 1990. Pengantar produksi benih. CV. Rajawali. Jakarta.

Rudi.2012. Empat Perusahaan Kuasai Impor Kedelai di Indonesia. http://www.lensaindonesia .com/2012/08/09/gawat-empat-perusahaan-kuasai-impor-kedelai-di-indonesia.html [diakses 6 Desember 2012]

(6)

Gambar

Tabel 1. Karakter kualitatif Kipas Merah dan jenis tanaman lain yang tercampur
Tabel 2. Karakter kualitatif Kipas Putih dan jenis tanaman lain yang tercampur
Tabel 3. Persentase kehadiran tanaman di lapangan pada seleksi  pemurnian kedelai Kipas Merah dan Kipas Putih

Referensi

Dokumen terkait

“ disitu terdapat pilihan “ya” dan “tidak” Sub menu utama belajar Halaman ini berisikan sub-sub menu materi pembelajaran yang akan di berikan, tampilan sub menu

Erizainak lana egiten duen lekuan bularreko minbizia duten emakumeen elkarteak dauden aztertu beharko du eta elkarte horiek eskaintzen dituzten laguntza-programa

Berkhoff (1972), menurunkan persamaan model refraksi – difraksi oleh batimetri gelombang dengan menggunakan suatu anggapan bahwa kemiringan dasar perairan adalah sangat kecil,

Berdasarkan pemaparan mengenai konteks pembelaan, penulis sependapat dengan pendapat Narasumber 2 karena dalam Pasal 4 Surat Keputusan Kongres Advokat Indonesia

Keberadaan masjid di sisi barat dan bangunan penting lain di sekitar alun-alun tersebut menurut Lisa Dwi Wulandari terkait dengan konsep alun-alun sebagai upaya untuk memadukan

Dari hasil observasi pelaksanaan program yang dilakukan oleh guru dapat disimpulkan bahwa S pada awalnya adalah anak cenderung tidak koo- peratif untuk melakukan

Kesedaran juga wujud terhadap kepentingan penggunaan pelbagai teknik mentafsir dalam meningkatkan kesahan konstruk yang diukur dan seterusnya meningkatkan kesahan maklumat