Modul ke:
Fakultas
Program Studi Psikologi
Psikologi
Winy Nila Wisudawati, M.Psi., Psikolog.
MODIFIKASI
PERILAKU
Teknik lainnya dalam modifikasi perilaku (restrukturisasi
kognisi, relaksasi, desensitisasi)
Bagian Isi
•
Pertemuan II
•
Pertemuan III
•
Pertemuan IV
•
Pertemuan V
•
Pertemuan VI
•
Pertemuan VII
•
Pertemuan VIII
•
Pertemuan IX
•
Pertemuan X
•
Pertemuan XI
•
Pertemuan XII
•
Pertemuan XIII
Pertemuan II
Reinforcement ada dua jenis:
•
Positif reinforcement
: memberikan sesuatu yang
menyenangkan segera setelah perilaku yang
diharapkan muncul
•
Negatif reinforcement
: mengambil/ mencabut hal
yang kurang menyenangkan setelah peirlaku yang
diharapkan muncul
Jadwal penguatan ada dua jenis:
Continuous reinforcement schedule (CRF schedule)--- Acquisition: jadwal yang digunakan ketika seseorang mempelajari TL baru
Penguatan intermiten: pemberian reinforcer dengan memperhatikan selang waktu, tidak memberikannya setiap kali perilaku yang diinginkan muncul
Fixed Ration (FR), Fixed Interval (FI), Variable Ratio (VR), Variable Interval (VI)
Fixed Ration (FR): membutuhkan sejumlah perilaku yang diharapkan untuk pemberian sekali reinforcement/ penguatan
Fixed Interval (FI): setiap selang waktu tertentu diberikan penguatan. Contoh: setiap 2 tahun sekali ada bonus
Variable Ratio (VR): pemberian reinforcement/ penguatan untuk sejumlah perilaku/respon yang jumlahnya bervariasi.
Variable Interval (VI): pemberian reinforcement/ penguatan tidak ditentukan waktunya. Contoh:
pemberian hadiah kadang 1 bulan sekali, kadang 1 tahun sekali, namun dirata2kan setiap 6 bulan (tunggu naik kelas).
Ekstingsi: Perilaku yang sebelumnya mendapat penguatan, tidak lagi mendapatkan penguatan (diabaikan)----perilaku yang tidak diinginkan akan berhenti. Ekstingsi fokus untuk menghilangkan perilaku yang tidak diinginkan.
Pertemuan III
Punishment ada dua jenis:
Positive Punishment: perilaku terjadi diikuti oleh kehadiran aversive stimulus, hasilnya perilaku tidak akan terjadi di masa yang akan datang
Negative Punishment: Perilaku terjadi diikuti oleh
penghilangkan stimulus yang menguatkan/ menyenangkan,
hasilnya perilaku tidak akan terjadi di masa yang akan datang
Time-out dari penguatan positive: Penguatan di hilangkan dalam waktu beberapa saat. Contoh: Peneletian Clark, Rowbury, Baer, dan Baer (1973) mengurangi perilaku
agresif anak down syndrome, dengna menyuruhnya untuk duduk dengan dirinya sendiri selama 3 menit.
Persamaan dan Perbedaan
Outcome Menghadirkan MencabutMemperkuat perilaku yang diinginkan Positive Reinforcement (stimulus yang menyenangkan) Negative Reinforcement: (Hal-hal yang tidak menyenangkan)
Memperlemah perilaku yang tidak diinginkan
Positive punishment (stimulus yang tidak menyenangkan)
Negative Punishment (Hal-hal yang menyenangkan)
Stimulus control ada dua:
•
Discriminasi:
sebuah
perilaku
cenderung
dilakukan
ketika
penyebab
(Antecedent) hadir.
•
Generalisasi: terjadi ketika perilaku dilakukan dengan
kehadiran stimulus
yang hampir sama dengan S
Datau
generalization gradient.
Respondent conditioning:
Faktor-faktor yang mempengaruhi Respondent Conditioning
1.
Frekuensi
memasangkan CS dengan US, maka CS menjadi trigger CR.
2.
Timing
memasangkan harus berdekatan
3. 1 stimulus netral yang dihadirkan secara
konsisten
---paling kuat menjadi CS
4. CR berkembang kalau
CS
atau
US
bersifat i
ntens
daripada lemah
Pada kasus
higher order conditioning
ketika CS1 kehilangan kemampuan untuk
menghasilkan CR maka hal yang membangkitkan CR (ketakutan) kembali ke hal yang
pertama.
Pertemuan IV
Shaping
digunakan untuk membentuk
perilaku yang diinginkan secara bertahap.
Shaping didefinisikan sebagai bentuk lain
dari reinforcement secara berturut-turut
(ada tahapannya) terhadap perilaku yang
menjadi target
Prompt
adalah stimulus/petunjuk yang diberikan sebelum atau
selama perilaku muncul.
Prompt
membantu perilaku terjadi, sehingga
guru dapat memberikan penguatan "(. Cooper, Heron, & Heward,
1987, hal 312).
Prompt
adalah penyebab (
antecedent)
atau event
yang bisa membangkitkan perilaku tertentu dalam situasi tertentu.
Tipe dari
Prompt
ada dua:
response prompts: perilaku orang lain (individu B) yang menyebabkan munculnya respon perilaku pada individu A ketika hadirnya stimulus (SD). Response prompts
ada empat hal yaitu: verbal prompts, gestural prompts, modeling prompts, physical prompts.
stimulus prompts: dalam stimulus prompt yang dirubah adalah stimulusnya, menambah atau mengurangi stimulusnya, sehingga respon yang tepat bisa dilakukan. Stimulus prompt melibatkan perubahan pada SDatau S-delta (S∆),
sehingga SDlebih kelihatan dan (S∆) tidak begitu kelihat dan individu tersebut
melakukan respon yang tepat ketika muncul SD(individu bisa melakukan
diskriminasi). Merubah SDdisebutwithin-stimulus prompt dan menambahkan
Pertemuan V
Chaining:
Perilaku yang kompleks yang terdiri dari berbagai macam
komponen perilaku yang terjadi secara bersamaan dalam urutan
tertentu disebut
behavioral chain
(Rangkaian dari Perilaku).
Ada 7
prosedur dalam
behavioral chain
(Rangkaian dari Perilaku),
yaitu:
Backward chaining Forward chaining
TotaL task presentation Written task analysis Picture prompts Video modeling Self- instruction
Training Keterampilan Perilaku (
Behavioral
Skills Training- BST)
terdiri dari 4 komponen:
modeling,
instruksi,
rehearsal(latihan), dan
feedback (masukan).
Training ini sudah banyak digunakan untuk
membantu mengajarkan keterampilan
tertentu pada anak dan orang dewasa.
Pertemuan VI
4 fase dalam assessment:
Screening
Baseline
Treatment
Follow up
Functional Assessment
adalah proses
mengumpulkan informasi tentang penyebab
dan konsekuensi yang saling terkait (menjadi
sebab dan akibat) dari perilaku yang muncul.
Kategori informasi yang digali pada saat
Functional Assessment:
Problem behavior:deskripsi objektif dari perilaku yang bermasalah.
Antecedent: deskripsi objektif dari lingkungan sebelum perilaku tersebut muncul.
Consequence:deskripsi objektif dari lingkungan setelah munculnya perilaku.
Alternative behavior:informasi mengenai perilaku seseorang yang mungkin bisa diberikan reinforcement sebagai pengganti dari perilaku yang bermasalah.
Motivational variable:informasi mengenai event yang berfungsi sebagai
establishing operation atau abolishing operationyang dapat mempengaruhi efektivitas darireinforce dan punisher pada perilaku yang bermasalah ataupun perilaki alternative.
Potential reinforcer:informasi tentang lingkungan-termasuk stimulus fisik dan perilaku dari orang lainnya- yang berfungsi sebagaireinforceryang dapat digunakan dalam program treatment.
Previous intervention:informasi tentang intervensi terdahulu yang pernah digunakan dalam mengatasi perilaku yang bermasalah.
Metode-metode dalam
functional assessment:
Metode assessment yang
tidak langsung (indirect)
Metode assessment
langsung (direct)
Pertemuan VII
Prosedur Kontrol Penyebab (
Antecedent
Control Procedures
)
atau yang lebih dikenal
dengan nama
Antecedent
manipulation
adalah prosedur memanipulasi stimulus
yang dapat membangkitkan perilaku yang
diinginkan ataupun memamnipulasi stimulus
untuk menghilangkan perilaku yang tidak
Manipulasi penyebab (
antecedent)
yang
dapat memunculkan perilaku yang diinginkan
dengan beberapa cara, yaitu:
Menghadirkan stimulus (S
D) ataupun stimulus
tambahan/signal (
cues
) yang memiliki stimulus control pada
perilaku yang diinginkan. Mengatur kondisi yang tepat
sehingga perilaku yang diinginkan bisa muncul.
Mengatur EO dari perilaku sehingga konsekuensi menjadi
lebih menguatkan (
reinforcing)
.
Mengurangi response usaha untuk melakukan tindakan yang
diinginkan. Untuk mengatur penyebab (
antecedent)
sedemikian rupa sehingga usaha untuk melakukannya tidak
begitu besar. Perilaku yang tidak membutuhkan usaha yang
besar cenderung untuk muncul lebih sering daripada perilaku
yang membutuhkan usaha yang besar untuk mengerjakannya.
Manipulasi penyebab (
antecedent)
yang dapat
mengurangi/menghilangkan perilaku yang
tidak diinginkan
Menghilangkan stimulus (S
D) ataupun stimulus
tambahan/signal (
cues
) pada perilaku tidak diinginkan.
Melaksanakan prosedur penghapusan (
Abolishing Operation
)
untuk
outcome
dari perilaku yang tidak diinginkan. Membuat
outcome dari perilaku yang tidak diinginkan menjadi tidak
memiliki efek penguat atau efek penguatnya berkurang,
sehingga seseorang tidak akan melakukan tindakan tersebut.
Seseorang harus meningkatkan usahanya ketika akan
melakukan sebuah tindakan yang tidak diinginkan atau ingin
dihilangkan.
Langkah-langkah dalam ekstingsi
Melakukan pengumpulan data tentang efek dari treatment yang diberikan. Kamu harus merecordsemua data sebelum dan sesudah melakukan ekstingsi. Mengidentifikasikan reinforcement untuk perilaku bermasalah melalui
assessment. Tahapan ini adalah proses yang paling penting karena terapis/ psikolog harus memetakan reinforcement yang mana yang bisa menguatkan perilaku. Sehingga dalam proses ekstingsi bisa dilakukan eliminasi.
Mengeliminasi reinforcer setelah mengidentifikasikannya.
Pertimbangkan jadwal dari reinforcement untuk perilaku yang bermasalah. Penting untuk dipertimbangkan apakah perilaku yang ingin diubah tersebut diperkuat oleh continuous atau intermittentsehingga bisa memperhitungkan penurunan intensitas dari perilaku tersebut ketika ekstingsi diimplementasikan. Memberikan reinforcer pada perilaku lainnya
Pertemuan VIII
Differential
Reinforcement
Differential
Reinforcement
Reinforcmentyang berbeda untuk perilaku alternative (Differential Reinforcement of
Alternatif Behavior- DRA):
memberikanreinforcement
pada perilaku yang diinginkan dan melakukan ekstingsi pada perilaku yang tidak diinginkan. Ada dua variasi dari DRA yaitu:
Reinforcmentyang berbeda untuk perilaku alternative (Differential Reinforcement of
Alternatif Behavior- DRA):
memberikanreinforcement
pada perilaku yang diinginkan dan melakukan ekstingsi pada perilaku yang tidak diinginkan. Ada dua variasi dari DRA yaitu:
Differential Reinforcement of an Incompatible Behavior (DRI): perilaku
alternative yang tidak compatible dengan perilaku
yang bermasalah, yang tidak bisa terjadi dalam
waktu bersamaan.
Differential Reinforcement of Communication (DRC):
orang yang memiliki perilaku berkomunikasi yang bermasalah, belajar
untuk
mengkomunikasikanya.
Reinforcement yang berbeda untuk perilaku lainnya (Differential Reinforcement of
Other Behavior- DRO):
memberikanreinforcement
ketika perilaku yang tidak diinginkan tidak muncul. Interval waktu dibagi menjadi
dua, yaitu:
Reinforcement yang berbeda untuk perilaku lainnya (Differential Reinforcement of
Other Behavior- DRO):
memberikanreinforcement
ketika perilaku yang tidak diinginkan tidak muncul. Interval waktu dibagi menjadi
dua, yaitu:
Whole- interval DRO:
perilaku yang bermasalah tidak hadir selama interval
waktu yang sudah ditetapkan, kemudian
reinforcer diberikan
Momentary DRO:perilaku yang bermasalah tidak hadir
di akhir interval waktu yang sudah ditetapkan kemudian
reinforcer diberikan
Differential Reinforcement of Low Rates of Responding:
memberikan reinforcement ketika perilaku yang tidak diinginkan rate/frekuensinya
menurun.
Differential Reinforcement of Low Rates of Responding:
memberikan reinforcement ketika perilaku yang tidak diinginkan rate/frekuensinya
menurun.
Full-session DRL:
reinforcementyang diberikan lebih sedikit dari jumlah respon yang terjadi dalam satu periode waktu. Contoh: siswa yang diminta angkat tangan tidak lebih dari 3 kali dalam satu hari waktu belajar maka akan mendapatkan reinforcerjika
berhasil melakukannya.
Spaced- Responding DRL:
respon terjadi setelah interval waktu tertentu,
kemudian diberikan
• Aplikasi dari positive punishment, yaitu: a. Overcorrection: positive practice, restitution b. Contingent exercise c. Guided compliance d. Physical restraint
• Etika dalam penggunaan punishment: Prosedur
punishment harus sangat berhati-hati dalam melakukannya karena melibatkan restriksi pada hak-hak klien. Sehingga prosedur ini disebut juga
restrictive procedures. Sehingga dalam pelaksanaannya harus memperhatikan etika. Adapun hal yang harus diperhatikan adalah:
a. Informed consent b. Alternative treatment
c. Keamanan dari klien
d. Panduan implementasi di lapangan e. Training dan supervise
f. Review dari rekan sejawat
g. Akuntabilitas: untuk menghindari penyalahgunaan dari kekuatan dalam memberikan punishment itu sendiri.
Pertemuan IX
Generalisasi: munculnya perilaku seiring dengan munculnya stimulus yang mirip dengan stimulus awalnya (SD) hadir di masa
training. Strategi dalam promosi generalisasi:
a. Memberikan penguatan ketika perilaku digeneralisasikan muncul: memberikan penguatan ketika perilaku tersebut bisa diaplikasikan diluar ruang terapi/ ruang training. Sehingga semua stimulus yang relevant berkembang menjadi stimulus controlbagi perilaku tersebut.
b. Training keterampilan untuk kontak natural kontingensi dan kemudian diberikan reinforcement.Jika strategi di atas tidak berjalan maka psikolog/terapis bisa melakukan hal berikutnya yaitu: hadirnya penguatan natural.
c. Modifikasi kontingensi dari reinforcement dan punishment dalam situasi yang natural. Ketika dua strategi di atas tidak mungkin didapatkan maka dilakukan strategi generalisasi berikutnya yaitu: modifikasi kontingensi dari reinforcement
pada situasi yang relevant. Dengan perkataan lain, jika trainer tidak dapat/tidak sempat memberikan reinforcer maka orang yang ada disekitar individu diajarkan cara untuk memperkuat perilaku tersebut.
d. Melibatkan stimulus situasi yang relevan dalam training. Dalam situasi raining, sebisa mungkin dan sebanyak mungkin menyediakan respon (stimulus exemplars)mungkin klien akan hadapi dalam situasi yang sebenarnya.
e. Melibatkan stimulus yang umum/ biasa. Jika cara yang sudah disebutkan di atas tidak berhasil juga maka strategi berikutnya adalah melibatkan stimulus yang umum/biasa.
f. Mengajarkan berbagai fungsi dari respon yang ekuivalen. Mengajarkan kepada klien tentang respon/tindakan yang bisa menghasilkanoutcomeyang sama atau yang biasa disebut sebagaifunctionally equivalent response.
g. Melibatkan self-generated sebagai mediator dari generalisasi. Menggunakan “sesuatu” sebagai mediator untuk melakukan perilaku tersebut dalam berbagai macam situasi dan tempat.
Pertemuan X
Token ekonomi adalah sesuatu yang diberikan kepada klien setelah munculnya akumulasi perilaku yang diinginkan dan menukarkan dengan hal lainnya (backup reinforcer). Karena token dipasangkan dengan reinforcer , sehingga token menjadi
reinforcer yang terkondisi yang bisa memperkuat perilaku yang diinginkan untuk muncul. Tujuan dari pemberian token ekonomi adalah memperkuat terjadinya perilaku yang diinginkan dan mengurangi/menghilangkan perilaku yang tidak diinginkan. Adapun komponen esensial dalam pemberian token ekonomi:
• Perilaku yang menjadi target harus diperkuat
• Token dipergunakan untuk memperkuat perilaku.
• Token ditukarkan dengan backup reinforcer
• Jadwal pemberian reinforcement dalam memberikan token.
• Rating seberapa banyak token yang harus dikumpulkan untuk ditukarkan dengan
reinforcer.
Hal-hal praktis yang harus diperhatikan:
Pertama
,
orang
yang
melakukan
modifikasi
perilaku
harus
selalu
memberikan token secara langsung setelah perilaku yang diharapkan
muncul.
Kedua
, orang yang melakukan modifikasi perilaku harus memberikan pujian
setiap memberikan token.
Ketiga,
untuk anak ataupun individu dengan kemampuan intelektual
terbatas,
backup reinforcer
harus diberikan bersamaan pemberian token
sehingga token bisa menjadi
reinforcer
yang dikondisikan.
Keempat,
karena token bersifat khusus tidak bisa ditemukan ditempat
umum lainnya, sebelum klien menyelesaikan treatment maka penggunaan
token harus disamarkan (
fading
).
Sehingga ada kemungkinan perilaku bisa
digeneralisasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Self control atau self-management terjadi ketika seseorang terlibat dalam satu tindakan/perilaku (controlling behavior) dalam waktu yang tertentu untuk mengontrol perilaku lainnya (controlled behavior) muncul di waktu yang lain. ada dua jenis yaitu:
a. Perilaku yang berlebih:
Reinforcer yang langsung didapatkan VS punisher yang tertunda
Reinforcer yang langsung didapatkan VS punisher yang bersifat akumulatif
Reinforcer yang langsung didapatkan (untuk perilaku yang bermasalah) VS Reinforcer
yang tertunda (bagi perilaku alternative yang diinginkan).
b. Perilaku yang kurang
Punisher kecil langsung didapatkan VS reinforcer yang bersifat akumulatif namun signitifkan.
Punisher kecil langsung didapatkan VS punisher besar namun hampir tidak mungkin terjadi.
Punisher kecil langsung didapatkan VS punisher besar yang tertunda jika perilaku tidak terjadi
Pertemuan XI
Restrukturisasi kognisi, proses mengidentifikasikan cara berpikir klien
yang salah dan menggantinya dengan pikiran yang lebih sehat.
Langkah-langkah dalam restrukturisasi kognisi:
Membantu klien untuk mengidentifikasikan pikiran yang maladaptive yang
mempengaruhi tingkah laku dan perasaan seseorang.
Bertanya kepada klien dan “menantang cara berpikir” yang salah
Setelahnya mengganti dengan pikiran yang sehat sehingga menciptakan pikiran
dan perilaku yang lebih sehat.
Relaksasi
adalah kondisi dimana seseorang tenang secara psikologis dan
fisiologis ditandai dengan rendahnya ketegangan dan gejolak baik secara fisik
maupun psikologis. Ada tiga jenis relaksasi yaitu:
Progressive muscle relaxation,
Autogenic Training, meditasi
Desensitisasi sistematis:
desensitize
membuat seseorang kurang responsif atau
rentan terhadap rangsangan tertentu. Desensitisasi dikatakan sistematis karena
desensitisasi dilakukan secara bertahap dengan cara mengahadirkan setiap CS
secara singkat dan melakukan desensitisasi terhadap CS dari mulai yang lemah
sampai yang kuat.
Pertemuan XII
Habit reversal
adalah prosedur pembalikan
kebiasaan yang dikembangkan oleh Azrin
dan Nunn (1973) melalui empat prosedur
yaitu:
Awareness training
Competing response training
Social support training
Pertemuan XIII
Kontrak perilaku (behavioral contracts)
adalah persetujuan tertulis yang
digunakan oleh orang yang ingin meningkatkan atau mengurangi perilaku yang
diharapkan ataupun tidak.
• 5 komponen dalam kontrak perubahan perilaku:
1. Identifikasikan perilaku yang ingin diubah. Langkah pertama adalah menuliskan kontrak/perjanjian yang didalamnya menerangkan secara jelas perilaku apa yang ingin diubah. 2. Menjelaskan bagaimana perubahan perilaku bisa diukur. Orang yang bertanggung jawab untuk
mengimplementasikan kontrak (contoh: konselor) harus mempunyai bukti yang jelas dan nyata ketika perilaku tersebut terjadi.
3. Menjelaskan kapan perilaku tersebut harus ditampilkan/ditunjukkan. Setiap kontrak harus menjelaskan kapan perilaku tersebut harus terjadi (dan kapan tidak) sehingga kontingensi bisa diimplementasikan.
4. Identifikasikan kontingensi reinforcement ataupun punishment, sehingga perilaku yang diharapkan lebih mungkin untuk terjadi.