• Tidak ada hasil yang ditemukan

GAMBARAN PENERIMAAN DIRI DAN MANFAAT PENDIDIKAN PSIKOLOGI PADA MAHASISWA PSIKOLOGI JENJANG SARJANA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "GAMBARAN PENERIMAAN DIRI DAN MANFAAT PENDIDIKAN PSIKOLOGI PADA MAHASISWA PSIKOLOGI JENJANG SARJANA"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

GAMBARAN PENERIMAAN DIRI DAN MANFAAT PENDIDIKAN

PSIKOLOGI PADA MAHASISWA PSIKOLOGI JENJANG SARJANA

Dewi Fransiska Simanjuntak, Julia Suleeman

Fakultas Psikologi, Universitas Indonesia, 16424, Depok, Indonesia Email: fransiskad1991@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian ini dilakukan untuk melihat gambaran penerimaan diri sebagai manfaat pendidikan psikologi pada mahasiswa psikologi jenjang sarjana. Penerimaan diri adalah kondisi dimana seseorang benar-benar menerima dirinya tanpa tergantung pada penerimaan orang lain (Ellis,1997). Manfaat pendidikan psikologi dilihat melalui pertanyaan terbuka tentang manfaat pendidikan psikologi. Penerimaan diri dilihat dengan menggunakan alat ukur Unconditional Self Acceptance Questionnaire (USAQ) (Chamberlain & Haaga, 2001). Penelitian ini dilakukan pada 179 orang mahasiswa jenjang sarjana Fakultas Psikologi Universitas Indonesia angkatan 2009, 2010, 2011, dan 2012. Hasil penelitian yang diperoleh adalahtidak ada perbedaan yang signifikan antara skor penerimaan diri sebagai dampak pendidikan psikologi pada setiap angkatan mahasiswa (p=0,582).

Kata kunci : Mahasiswa sarjana fakultas psikologi; Manfaat pendidikan psikologi; Penerimaan diri

SELF ACCEPTANCE AND BENEFIT OF PSYCHOLOGY EDUCATION FOR

UNDERGRADUATE PSYCHOLOGY STUDENTS

ABSTRACT

This study is conducted to see the description of self-acceptance as the benefit of Psychology Education for undergraduate psychology students. Self-acceptance is a condition where a person truly accept himself (Ellis, 1997). Benefit of psychology education is measured by open-ended questions. Self-acceptance is measured by Unconditional Self Acceptance Questionnaire (USAQ) (Chamberlain & Haaga, 2001). Study is conducted on 179 undergraduate psychology students, University of Indonesia in grade 2009, 2010, 2011, and 2012. Result of this study , there is no significant differences between the scores of self-acceptance as the benefit of psychology education to students in each grade (p = 0.582).

(2)

PENDAHULUAN

Pendidikan psikologi semakin berkembang dan banyak mahasiswa yang memiliki minat untuk mempelajari psikologi sebagai jurusan kuliah mereka (Goedeke, 2007). Pada umumnya tujuan mahasiswa untuk mengambil pendidikan psikologi sebagai jurusan kuliah mereka adalah adanya keinginan untuk lebih memahami diri mereka sendiri dan juga memahami orang lain, selain itu adanya keinginan untuk menolong rekan lain yang memiliki masalah dan juga ingin menolong diri sendiri dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi (Goedeke,2007). Pada umumnya mahasiswa yang mengambil jurusan psikologi adalah mahasiswa yang memiliki masalah pada awal kehidupannya, masalah yang mereka miliki tersebut mendorong mereka untuk memberikan pertolongan kepada orang lain (Tillet, 2003).

Ilmu Psikologi merupakan ilmu yang aplikatif (Weiten, 2002). Aplikasi ilmu psikologi sebaiknya dapat mulai dirasakan mahasiswa sebagai kelompok yang mempelajari ilmu psikologi (Zimbardo, 2004). Psikologi termasuk ke dalam helping profession, helping profession adalah profesi yang menolong orang keluar dari masalah yang dihadapi dan meningkatkan kesejahteraan orang lain (Waterman, 2002). Psikologi sebagai helping profession dalam bidang kesehatan mental berarti, orang yang berperan dalam bidang ilmu psikologi bertujuan untuk menolong orang lain keluar dari masalah psikologis yang dihadapi dan meningkatkan kesejahteraan psikologis orang lain. Orang-orang yang bekerja dalam bidang ini membutuhkan empati (Waterman, 2002). Semakin tinggi penerimaan diri seseorang maka semakin tinggi juga empati yang dimilikinya (Hurlock, 1992).

Orang-orang yang bekerja dalam helping profession seperti psikolog, konselor, pekerja sosial, dokter, pada umumnya adalah orang-orang yang memiliki masalah pada masa kecilnya, seperti pengalaman diabaikan secara emosional dan mengalami kekerasan (Dicaccavo, 2002). Ketidakpuasan yang dialami pada masa kecil, menimbulkan luka emosional seperti perasaan kosong dan perasaan kecewa. Sebagai usaha untuk mengatasi luka dimasa kecil mereka, mereka memilih terlibat dalam pekerjaan sosial (Hanson & Mccullagh, 1995 dalam Waterman 2002). Hal ini membuat mereka memberikan pertolongan kepada orang lain sesuai dengan hal yang dirasakannya sebagai kebutuhannya, mereka berspekulasi bahwa hal yang dibutuhkan orang lain sama dengan kebutuhan mereka (Tillet, 2003). Hal ini membuat seorang psikolog memberikan pertolongan dengan tidak efektif.

(3)

Seorang psikolog bisa memberikan pertolongan dengan efektif harus memiliki kesehatan psikologis yang baik (Tillet, 2003). Indikator utama kesehatan psikologis yang baik adalah memiliki penerimaan diri yang tinggi (Ryff, 2004; Ellis, 1997). Orang yang memiliki penerimaan diri yang tinggi akan semakin memiliki penyesuaian diri dan penyesuaian sosial yang baik (Hurlock, 1992). Penerimaan diri merupakan kondisi dimana seseorang menerima dirinya sendiri secara penuh dan tanpa syarat, terlepas dari apakah dia menunjukkan perilaku yang cerdas atau tidak, kompeten atau tidak, dan terlepas dari apakah orang lain menyetujui, mencintai dan menghargainya (Ellis, 1997). Ada beberapa faktor yang berpengaruh terhadap penerimaan diri, namun faktor utama yang paling berpengaruh terhadap penerimaan diri adalah pemahaman diri (self understanding) (Hurlock, 1992). Pemahaman diri dan penerimaan diri berjalan berdampingan. Semakin seseorang memahami dirinya, semakin meningkat pula penerimaan diri yang dimiliki. Individu yang mampu mengenali dirinya dengan baik akan mampu menerima dirinya dengan baik pula. Sementara itu, kurangnya pemahaman diri akan mengakibatkan terjadinya kesenjangan antara konsep diri yang diinginkan (ideal self concept) dengan gambaran konsep diri yang sebenarnya (Hurlock, 1992).

Melihat defenisi dan dampak dari penerimaan diri yang tinggi, dapat dikatakan bahwa penerimaan diri merupakan kualitas diri yang sangat dibutuhkan semua orang, secara khusus penerimaan diri merupakan kualitas diri yang sangat dibutuhkan oleh mahasiswa psikologi sebagai calon psikolog, maka pendidikan psikologi seharusnya mampu membantu mahasiswa untuk mengembangkan penerimaan diri. Tidak semua mahasiswa sarjana akan mengambil profesi sebagai psikolog atau pekerja sosial, tetapi pendidikan psikologi pada jenjang sarjana mempersiapkan mahasiswa yang memiliki minat untuk melanjut pada program pascasarjana menjadi psikolog. Mahasiswa yang mempelajari ilmu psikologi akan mengembangkan kemampuan untuk mengidentifikasi diri dan kemampuan untuk mengenal diri. Mempelajari ilmu psikologi akan membuat mahasiswa semakin memahami dirinya. Pemahaman diri dapat dikembangkan ketika menjalani masa pendidikan psikologi (Goedeke, 2007). Adanya pengalaman hidup dan pengalaman belajar yang berbeda-beda dan terus bertambah pada setiap angkatan, membuat peneliti tertarik untuk melihat bagaimana gambaran penerimaan diri sebagai dampak dari manfaat pendidikan psikologi pada setiap angkatan jenjang sarjana mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Indonesia. Dalam penelitian ini yang ingin dilihat lebih spesifik adalah gambaran penerimaan diri mahasiswa psikologi dilihat dari angkatan

(4)

mahasiswa. Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran penerimaan diri pada mahasiswa jenjang sarjana Fakultas Psikologi Universitas Indonesia sebagai dampak dari pendidikan psikologi.

TINJAUAN TEORITIS

Definisi Penerimaan Diri

Ellis (1997) mengatakan bahwa penerimaan diri adalah,” the individual fully and unconditionally accepts himself whether or not he behaves inteligently, correctly, or competently and whether or not other people approve, respect, or love him.” (hlm.101)

Faktor-faktor yang Memengaruhi Penerimaan Diri

Rational Emotive Behaviour Therapy (REBT) tidak memberikan literatur mengenai faktor yang mempengaruhi penerimaan diri, tetapi Hurlock (1992) menjelaskan faktor-faktor yang berperan dalam penerimaan diri yang positif, antara lain:

a. Pemahaman diri (Self-understanding)

b. Harapan yang realistis (Realistic expectations )

c. Tidak adanya hambatan lingkungan (Absence of environmental obstacles ) d. Tingkah laku sosial yang sesuai (Favorable Social attitudes)

e. Tidak adanya stress emosional yang parah (Absence of severe emotional stress) f. Kenangan terhadap keberhasilan (Prepoderance of success)

g. Identifikasi dengan orang lain yang mampu menyesuaikan diri dengan baik (Identification with well-adjusted people)

h. Perspektif diri (Self-perspective)

i. Pola asuh yang baik dimasa kecil (Good Childhood Training) j. Konsep diri yang stabil (Stable Self- concept)

Dari kesepuluh faktor diatas, faktor utama yang paling berpengaruh terhadap penerimaan diri adalah pemahaman diri (Self-understanding).

(5)

Dampak Penerimaan Diri

Hurlock (1992) menjelaskan bahwa semakin baik seseorang dapat menerima dirinya, maka akan semakin baik pula penyesuaian diri dan sosialnya. Hurlock (1992) membagi dampak dari penerimaan diri dalam dua kategori yaitu dalam penyesuaian diri dan dalam penyesuaian sosial.

Manfaat pendidikan ilmu psikologi

Dengan mempelajari ilmu psikologi dalam dunia pendidikan, terdapat beberapa keuntungan yang diperoleh (Goedeke, 2007), antara lain:

a. Perkembangan personal diri mahasiswa

Dengan menjalani pendidikan psikologi mahasiswa cenderung bertumbuh dan berubah, mahasiswa semakin memiliki pemahaman diri yang lebih besar, mampu memahami masalah yang dimilikinya dengan lebih baik dan dengan penghayatan yang lebih dalam. Hal ini didukung banyaknya tugas di dalam mata kuliah psikologi yang membuat mahasiswa untuk melakukan refleksi pada dirinya sendiri.

b. Perkembangan hubungan personal dengan orang lain

Mahasiswa juga dapat lebih memahami orang lain, lebih mampu memahami masalah yang dihadapi orang lain. Aspek psikologis yang lain juga mengalami perkembangan seperti kemampuan berkomunikasi, memberikan dukungan, dan berempati sehingga hubungan personal dengan orang lain dapat berkembang.

c. Perkembangan cara pandang mahasiswa terhadap kesempatan kerja

Dengan menjalani pendidikan psikologi, kesadaran mahasiswa akan pilihan dan kesempatan kerja akan semakin meningkat karena mahasiswa akan melihat relevansi pendidikan psikologi di dalam dunia kerja. Mahasiswa juga dapat mengembangkan kemampuan- kemampuan penting yang diperlukan dalam dunia pekerjaan.

Hubungan antara penerimaan diri dan pendidikan psikologi

Goedeke (2007) menyatakan bahwa hal yang paling mendorong mahasiswa untuk mengambil pendidikan ilmu psikologi sebagai jurusan kuliah mereka adalah adanya keinginan mahasiswa untuk dapat memahami diri mereka, mengenal lebih dalam kepribadian dan orang lain, serta

(6)

memahami fenomena sosial yang terjadi disekitar mereka. Secara umum, pendidikan ilmu psikologi pada jenjang sarjana memang bertujuan untuk mengembangkan pemahaman mahasiswa akan diri mereka (Goedeke, 2007). Tujuan pendidikan ilmu psikologi pada mahasiswa jenjang sarjana di Fakultas Psikologi Universitas Indonesia adalah agar mahasiswa mampu mengenali nilai-nilai yang dimiliki pribadi maupun fenomena sosial sehingga mampu mendorong adanya kepekaan terhadap diri dan fenomena yang ditemui dalam kehidupan sehari-hari (Rifameutia, Limandibrata, & Heryyanto, 2006).

Pemahaman diri merupakan faktor utama yang mempengaruhi penerimaan diri (Hurlock, 1992), sementara penerimaan diri merupakan indikator utama yang menentukan kesehatan psikologis (Ryff, 2004; Ellis, 1997), dengan demikian pendidikan psikologi seharusnya mampu memberikan manfaat bagi mahasiswa untuk mengembangkan pemahaman diri mahasiswa dan juga kemampuan untuk memahami orang lain sehingga dapat membantu mahasiswa memiliki penerimaan diri yang baik dan dengan demikian, mahasiswa akan terbantu untuk memiliki kondisi psikologis yang sehat.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kuantitatif dibantu dengan tambahan data kualitatif. Peneliti menggunakan instrumen penelitian berupa kuesioner. Data kuantitatif diperoleh dengan menggunakan kuesioner Unconditional Self Acceptance Questionnaire (USAQ), (Chmaberlain & Haaga, 2001) dan self-report berupa kuesioner dengan empat pertanyaan terbuka untuk melihat manfaat pendidikan ilmu psikologi yang dirasakan mahasiswa. Penelitian ini termasuk ke dalam penelitian deskriptif. Hasil dari penelitian ini dimaksudkan bermanfaat sebagai masukan untuk Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, maka penelitian ini juga termasuk ke dalam penelitian terapan (applied research ). Penelitian ini dilakukan dalam kelompok sampel dalam satu waktu untuk melihat sebuah fenomena, sehingga penelitian ini termasuk ke dalam cross- sectional study. Penelitian ini juga termasuk ke dalam penelitian non-experimental karena data diambil berdasarkan pengalaman mahasiswa sendiri tanpa adanya pemberian ‘perilaku’ tertentu. Variabel pertama yang digunakan dalam penelitian ini adalah penerimaan diri sementara variabel kedua adalah angkatan yang menunjukkan perbedaan antara

(7)

kelompok sampel. Populasi pada penelitian ini adalah mahasiswa, sementara sampel pada penelitian ini adalah mahasiswa jenjang sarjana Fakultas Psikologi Universitas Indonesia angkatan 2009, 2010, 2011, dan 2012. Penelitian ini dilakukan pada 179 mahasiswa jenjang sarjana Fakultas Psikologi Universitas Indonesia angkatan 2009, 2010, 2011, dan 2012 dengan rentang usia antara 17 sampai dengan 22 tahun dengan jumlah partisipan laki-laki 29 orang dan jumlah partisipan perempuan 150 orang. Analisa data kuantitatif dilakukan dengan menggunaka one-way anova bertujuan yang bertujuan melihat perbedaan antara masing-masing kelompok partisipan yang dibedakan berdasarkan angkatan, t-test untuk melihat perbedaan skor antara partisipan dengan jenis kelamin laki-laki dan partisipan dengan jenis kelamin perempuan. Sementara analisis pada kuesioner kualitatif dilakukan dengan mengumpulkan semua jawaban yang diberikan setiap angkatan, yaitu angkatan 2009, 2010, 2011, dan 2012, kemudian peneliti merangkum jawaban dari setiap angkatan kedalam padatan faktual sehingga menjadi tema-tema tertentu, kemudian peneliti menghitung berdasarkan frekuensi jawaban dan mengurutkan jawaban setiap angkatan dengan frekuensi terbesar.

HASIL PENELITIAN

Tabel 1. Persebaran Skor USAQ secara umum

Range Skor Kategori Jumlah Partisipan Prosentase

>46 Tinggi 26 14%

34-46 Sedang 128 72%

< 34 Rendah 25 14%

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa mayoritas kelompok partisipan memiliki skor penerimaan diri dalam tingkat sedang, yaitu sebesar 72 %, sementara kelompok partisipan yang memiliki skor penerimaan diri yang tinggi dan rendah memiliki kisaran yang sama yaitu sebesar 14 %. Berikutnya peneliti akan melihat jumlah partisipan dengan kategori skor di atas. Hasil yang lebih rinci akan ditampilkan pada tabel 4.2

(8)

Tabel 2. Persebaran Skor USAQ pada setiap angkatan berdasarkan norma

Angkatan Persebaran Skor USAQ

Tinggi Sedang Rendah

2009 7 43 3

2010 8 27 3

2011 4 29 5

2012 8 37 5

Total 27 136 16

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa skor rata-rata tertinggi diperoleh angkatan 2010, sebesar 41,47 sementara skor rata-rata terendah diperoleh angkatan 2011 sebesar 39,68. Dari gambaran data di atas juga dapat dilihat bahwa perbedaan skor rata-rata (mean) pada setiap angkatan tidak berbeda jauh, namun untuk melihat lebih rinci lagi, maka peneliti melakukan perhitungan dengan teknik statistik one-way ANOVA. Hasil dari perhitungan one-way ANOVA dapat dilihat pada tabel 4.3

Tabel 3. Rangkuman Hasil one-way ANOVA

Angkatan Jumlah partisipan Mean Standar Deviasi Signifikansi Keterangan F P 2009 53 40,64 4,756 0,653 0,582 Tidak Signifikan 2010 38 41,47 6,425 2011 38 39,68 5,662 2012 50 40,48 5,719

*Sig pada los 0,05

Dari hasil perhitungan one-way ANOVA diperoleh hasil p sebesar 0,582. Dimana nilai p signifikan jika p <0,05. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa hasil tidak signifikan, maka perbedaan angkatan tidak memiliki dampak yang signifikan terhadap skor total penerimaan diri sebagai dampak dari pendidikan psikologi.

(9)

Selanjutnya akan dilihat manfaat pendidikan psikologi untuk meningkatkan pemahaman kondisi psikologis diri sendiri maupun pemahaman terhadap kondisi psikologis orang lain. Tabel 4. Manfaat Pendidikan Psikologi untuk peningkatan pemahaman diri sendiri

Angkatan Bermaanfaat Tidak Bermanfaat

Jumlah Prosentase Jumlah Prosentase

2009 49 96% 2 4%

2010 38 100% - -

2011 36 95% 2 5%

2012 47 94% 3 6%

Total 170 96% 7 4%

Dari tabel 4 dapat dilihat bahwa 96% partisipan merasakan bahwa pendidikan psikologi dirasakan bermanfaat untuk meningkatkan pemahaman terhadap kondisi psikologis diri sendiri. Sementara 4% dari partisipan tidak merasakan bahwa pendidikan psikologi memiliki manfaat untuk meningkatkan pemahaman terhadap kondisi psikologis diri sendiri.

Tabel 5. Manfaat pendidikan psikologi pada peningkatan kemampuan untuk memahami kondisi psikologis orang lain

Dari tabel 5 dapat dilihat bahwa 94% partisipan merasakan bahwa pendidikan psikologi memiliki manfaat terhadap peningkatan kemampuan untuk memahami kondisi psikologis orang lain. Sementara 6% partisipan tidak merasakan adanya manfaat pendidikan psikologi terhadap peningkatan kemampuan memahami kondisi psikologis orang lain. Hampir keseluruhan mahasiswa merasakan manfaat pendidikan psikologi untuk semakin mampu memahami kondisi psikologis diri sendiri dan juga kondisi psikologis orang lain. Pemahaman diri merupakan faktor

Angkatan Bermaanfaat Tidak Bermanfaat

Jumlah Prosentase Jumlah Prosentase

2009 49 96% 2 4%

2010 38 100% - -

2011 32 84% 6 16%

2012 47 94% 3 6%

(10)

utama memengaruhi penerimaan diri (Hurlock, 1992), sehingga dapat dikatan bahwa pendidikan psikologi membantu untuk meningkatkan penerimaan diri pada mahasiswa fakultas psikologi.

Dengan melihat hasil tersebut, maka peneliti ingin melihat lebih spesifik lagi, manfaat pendidikan psikologi tersebut diperoleh dari mana, baik dari segi praktik dan juga materi kuliah yang diberikan. Peneliti melihat mata kuliah dan praktik perkuliahan yang memiliki dampak terhadap peningkatan kualitas diri mahasiswa, khususnya memiliki manfaat terhadap peningkatan penerimaan diri. Praktik perkuliahan yang berpengaruh terhadap peningkatan kualitas diri terbanyak akan ditampilkan pada tabel 6, urutan didasarkan pada praktik perkuliahan yang dirasakan bermanfaat pada peningkatan kualitas diri oleh setiap angkatan, diurutkan berdasarkan prosentase jawaban terbesar hingga terkecil. Tidak ditemukan prosentase pada suatu angkatan, bukan berarti angkatan tersebut tidak merasakan manfaat praktik perkuliahan tersebut, melainkan karena praktik perkuliahan tersebut, bukan menjadi tujuh praktik perkuliahan yang dirasakan paling bermanfaat pada angkatan tersebut.

Tabel 6. Rangkuman praktik perkuliahan yang mendorong mahasiswa mengalami peningkatan kualitas diri

Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa melakukan observasi, melakukan penelitian, tugas refleksi, diskusi, presentasi dan tugas-tugas mata kuliah, dengan demikian dapat dikatakan bahwa praktik perkuliahan seperti melakukan observasi, penelitian, tugas refleksi, diskusi dan presentasi, merupakan bentuk-bentuk praktik perkuliahan yang dinggap sudah memberikan manfaat terhadap peningkatan kualitas diri mahasiswa. Dilihat dari rata-rata yang diperoleh, praktik perkuliahan melakukan wawancara memiliki rata-rata yang paling besar yaitu 15% dan melakukan observasi sebesar 10%, sehingga dapat dikatakan bahwa praktik perkuliahan yang memiliki manfaat paling

No. Praktik perkuliahan yang mendorong peningkatan kualitas

diri

2009 2010 2011 2012 Total Rata-rata

1. Melakukan wawancara 14 11 2 - 27 15% 2. Melakukan observasi 6 9 1 2 18 10% 3. Melakukan kerja kelompok - - 8 5 13 7% 4. Melaksanakan penelitian 2 2 6 3 13 7% 5. Tugas analisis diri 4 3 6 - 13 7% 6. Melakukan kunjungan untuk tugas

kuliah

-

7

3 1 11 6% 7. Bekerja sama dalam kelompok 8 - - - 8 6%

(11)

besar terhadap peningkatan kualitas diri yang dirasakan oleh semua angkatan mahasiswa sarjana Fakultas Psikologi UI adalah melakukan observasi dan melakukan penelitian.

Selain praktik perkuliahan yang memiliki manfaat terhadap peningkatan kualitas diri, pada pertanyaan kedua, diajukan pertanyaan untuk mengetahui praktik perkuliahan yang menghambat peningkatan kualitas diri. Untuk lebih rinci hasil tersebut akan ditampilkan pada tabel 7.

Tabel 7. Rangkuman praktik perkuliahan yang menghambat peningkatan kualitas diri pada mahasiswa

Dari rangkuman tabel diatas, dapat dilihat bahwa tidak ada praktik perkuliahan yang menghambat peningkatan kualitas diri yang dirasakan oleh semua angkatan. Dilihat dari rata-ratanya, maka tiga praktik perkuliahan yang paling menghambat peningkatan kualitas diri partisipan adalah materi kuliah yang terlalu teoritis sebesar 32%, metode pemberian kuliah yang tidak sesuai dengan materi sebesar 18%, dan tugas yang terlalu banyak (tidak sesuai dengan beban SKS) sebesar 12%, sehingga dapat dikatakan bahwa praktik perkuliahan yang paling besar pengaruhnya terhadap terhambatnya peningkatan kualitas diri adalah materi kuliah yang terlalu teoritis, metode pemberian kuliah yang tidak sesuai dengan materi dan tugas yang terlalu banyak.

Setelah peneliti melihat bahwa praktik perkuliahan bermanfaat untuk mrningkatkan kualitas diri mahasiswa terutama pada penerimaan diri, maka selanjutnay peneliti ingin melihat mata kuliah yang dirasakan mahasiswa memiliki manfaat terhadap peningkatan pemahaman kondisi psikologis diri sendiri dan pemahaman kondisi psikologis orang lain. Untuk lebih rinci, hasil akan ditampilkan pada tabel 8. No. Praktik yang menghambat

peningkatan kualitas diri

2009 2010 2011 2012 Total Rata-rata

1. Materi kuliah yang penyampaian dan pembahasannya terlalu teoritis.

- 10 2 6 18 32%

2. Metode pemberian kuliah yang tidak mendukung materi.

7 3 - - 10 18%

3. Tugas yang terlalu banyak (tidak sesuai dengan beban SKS)

- 2 3 2 7 12%

4. Tugas kelompok dengan anggota yang free rider

- 1 2 1 4 7%

5. Cara mengajar dosen yang tidak menarik

- - - 4 4 7%

6. Deadline pengerjaan yang singkat 3 - - 3 5% 7. Kurangnya pemberian feedback dari

dosen untuk tugas

(12)

Tabel 8. Mata kuliah yang bermanfaat pada peningkatan pemahaman diri sendiri

Dari tabel diatas dilihat bahwa materi kuliah yang berpengaruh terhadap peningkatan kemampuan untuk memahami diri sendiri adalah mata kuliah Psikologi Kepribadian dan Psikologi Belajar. Kemudian akan dilihat mata kuliah yang dirasakan berpengaruh terhadap peningkatan pemahaman kondisi psikologis orang lain, untuk hasil yang lebih rinci akan ditampilkan pada tabel 9.

Tabel 9. Tabel mata kuliah yang bermanfaat untuk lebih memahami kondisi psikologis orang lain No. Mata Kuliah 2009 2010 2011 2012 Total

Rata-rata 1. Psikologi Kepribadian 9 22 30 1 62 35% 2. Psikologi Perkembangan 15 16 28 1 60 34% 3. Psikologi Sosial - 6 10 35 51 29% 4. Psikologi Umum 1 - - 5 40 45 25% 5. Pemberian Bantuan 32 - 5 - 37 21% 6. Psikologi Pendidikan 23 - 3 - 26 15% 7. Psikologi Belajar 3 3 16 4 26 15%

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa mata kuliah yang berpengaruh terhadap peningkatan kemampuan untuk memahami orang lain dan dirasakan oleh seluruh angkatan adalah mata kuliah Psikologi Kepribadian, Psikologi Perkembangan, dan Psikologi Belajar.

No Mata Kuliah 2009 2010 2011 2012 Total

Rata-rata 1. Psikologi Kepribadian 22 25 32 1 83 47% 2. Psikologi Sosial 5 - 19 41 65 37% 3. Psikologi Belajar 5 2 8 41 56 32% 4. Psikologi Perkembangan 18 - 24 - 42 24% 5. Psikologi Umum 1 - - 6 32 38 21% 6. Konseling 20 - - - 20 11% 7. Psikologi Abnormal 18 13 - - 31 7%

(13)

PEMBAHASAN

Dari hasil penelitian dilihat bahwa rata-rata skor penerimaan diri mahasiswa Fakultas Psikologi ada dalam tingkat sedang. Sementara hasil penelitian juga menunjukkan bahwa pendidikan psikologi baik yang diberikan melalui materi perkuliahan maupun praktik memberikan peningkatan dalam kemampuan untuk memahami kondisi psikologis diri sendiri maupun orang lain. Hurlock (1992) mengatakan bahwa faktor utama yang memengaruhi penerimaan diri adalah pemahaman diri (self understanding). Penerimaan diri dan pemahaman diri merupakan hal yang berjalan beriringan. Semakin tinggi pemahaman diri seseorang maka akan semakin tinggi penerimaan dirinya (Hurlock, 1992). Teori yang dikemukakan oleh Hurlock diperkuat oleh teori yang dikemukakan oleh Chamberlain (1999) yang mengatakan bahwa individu yang menerima dirinya adalah individu yang menyadari kelebihan dan kekurangan dirinya secara objektif dan tidak menggunakan pendapat orang lain untuk menilai kelebihan atau kelemahan yang ada pada dirinya. Jika pemahaman diri merupakan manfaat dari pendidikan psikologi, maka seharusnya pada setiap angkatan ada perbedaan yang signifikan dalam skor penerimaan dirinya, tetapi hal ini tidak ditemukan dalam penelitian, atau setidaknya hasil penelitian menunjukkan skor rata-rata (mean) yang lebih tinggi pada angkatan 2009 dengan asumsi bahwa angkatan tersebut sudah lebih lama merasakan manfaat dari pendidikan psikologi dan yang paling rendah pada angkatan 2012 sebagai angkatan yang paling singkat merasakan manfaat pendidikan psikologi. Sementara hasil penelitian menunjukkan bahwa skor rata-rata (mean) penerimaan diri yang paling tinggi adalah pada angkatan 2011 dan paling rendah pada angkatan 2010.

Kemungkinan hasil ini disebabkan oleh banyak faktor yang memengaruhi skor penerimaan diri. Hurlock (1992) mengemukakan bahwa ada sepuluh faktor antara lain pemahaman diri, harapan yang realistis, tidak ada hambatan sosial, tingkah laku sosial yang sesuai, tidak ada hambatan sosial yang parah, kenangan akan keberhasilan, identifikasi dengan orang yang memiliki penerimaan diri yang baik, pola asuh masa kecil, dan konsep diri yang

(14)

stabil. Jadi, meskipun pemahaman diri merupakan faktor yang utama, kesembilan faktor lain memiliki pengaruh yang besar juga terhadap penerimaan diri seseorang.

KESIMPULAN

Skor penerimaan diri pada mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Indonesia tersebar merata. Tidak ada perbedaan yang signifikan antara skor penerimaan diri pada mahasiswa dari setiap angkatan. Praktik perkuliahan seperti diskusi, melakukan penelitian, observasi, tugas refleksi, dan presentasi telah membantu mahasiswa untuk memperoleh peningkatan kualitas diri secara umum, sementara praktik perkuliahan yang menghambat peningkatan kualitas diri antara lain, mata kuliah yang penyampaiannya terlalu teoritis, metode pengajaran yang dirasakan tidak sesuai dengan materi kuliah, dan tugas yang dianggap oleh mahasiswa tidak sesuai dengan beban SKS dan pengumpulannya dalam waktu yang terlalu singkat. Mata kuliah yang dirasakan semua angkatan berperan bagi peningkatan kemampuan untuk memahami diri sendiri adalah mata kuliah Psikologi Kepribadian dan Psikologi Belajar, sementara mata kuliah yang dirasakan oleh semua angkatan berperan untuk peningkatan kemampuan memahami kondisi psikologis orang lain adalah mata kuliah Psikologi Belajar, Psikologi Kepribadian, dan Psikologi Perkembangan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pendidikan psikologi sudah membantu mahasiswa untuk memperoleh penerimaan diri.

SARAN

Penelitian selanjutnya dapat dilakukan dengan menerapkan penelitian pada sampel dengan karakteristik yang berbeda jauh dengan partisipan penelitian ini, dengan demikian dapat dilakukan perbandingan skor penerimaan diri partisipan, untuk melihat apakah pendidikan psikologi memang berpengaruh terhadap skor penerimaan diri mahasiswa. Penelitian selanjutnya dapat dilakukan untuk melihat apakah mahasiswa psikologi yang menjalani pendidikan psikologi yang bermanfaat untuk memahami orang lain dan diri sendiri akan memiliki skor penerimaan diri yang lebih tinggi dibandingkan dengan mahasiswa yang mempelajari pendidikan non psikologi.

Penelitian selanjutnya ditujukan untuk melihat skor penerimaan diri dengan jumlah partisipan yang seimbang antara laki-laki dan perempuan dan jika memungkinkaan dilakukan

(15)

juga penelitian dengan membandingkan kelompok partisipan dengan rentang usia berbeda, sehingga dapat dilihat lagi apakah gender dan usia memiliki pengaruh terhadap skor penerimaan diri.

Penelitian selanjutnya dirancang untuk menggali lebih spesifik dengan pertanyaan kualitatif tentang kualitas diri yang dirasakan meningkat sebagai manfaat dari praktik perkuliahan atau pertanyaan kualitatifnya mencari informasi mengenai praktik perkuliahan yang bermanfaat terhadap pemahaman diri sendiri dan juga pemahaman terhadap orang lain, dengan demikian hasil yang diperoleh bisa lebih spesifik. Melalui hasil penelitian ini, dapat dilihat bahwa banyak praktik perkuliahan dirasakan bermanfaat terhadap peningkatan kualitas diri, sehingga pihak fakultas dapat mempertahankan metode perkuliahan dengan praktik, seperti melakukan observasi, diskusi, melakukan penelitian, dan presentasi. Fakultas juga bisa merancang metode perkuliahan yang menerapkan praktik pada mata kuliah yang terlalu teoritis.

Untuk meningkatkan efisiensi pendidikan psikologi pada mahasiswa, agar mahasiswa dapat mencapai tujuannya yaitu mengalami pertumbuhan personal diri sendiri, meningkatkan hubungan personal dengan orang lain, dan mengalami perkembangan diri melalui pendidikan psikologi, baik melalui materi kuliah maupun praktik perkuliahan, praktik perkuliahan memiliki banyak manfaat, sehingga kedepannya fakultas psikologi bisa lebih meningkatkan praktik perkuliahan dengan memperbanyak tugas yang lebih aplikatif dan juga meningkatkan fasilitas perkuliahan pada fakultas psikologi.

Untuk meningkatkan efisiensi pendidikan psikologi di fakultas psikologi, penerapan penilaian antar sesama anggota kelompok perlu dilakukan. Hal ini memang sudah diterapkan pada beberapa mata kuliah, tapi lebih baik jika semua mata kuliah yang menerapkan kerja kelompok dalam melakukan tugas, melakukan ini. Hal ini disarankan sesuai dengan hasil penelitian bahwa partisipan merasa bahwa bekerja dalam kelompok memang meningkatkan kualitas diri, tetapi hal tersebut juga bisa menghambat karena anggota kelompok yang free rider, maka dengan cara yang sudah disebutkan sebelumnya, maka sikap free rider pada mahasiswa diharapkan semakin berkurang, sehingga bekerja dalam kelompok tidak lagi menghambat peningkatan kualitas diri.

(16)

DAFTAR REFERENSI

Chamberlain, H. (1999). An empirical test of- rational emotive behavior therapy’s unconditional self acceptance theory. Disertasi.Washington : American University Chamberlain, H. (2001). Unconditional Self Acceptances and response to negative

feedback. Journal of Rational-Emotive & Cognitive Behavioral Therapy Vol.19, No. 3, 177-189

Chamberlain, H. & Davies, M.F.(2001). Unconditional self acceptance and psychological health. Journal of Rational-Emotive & Cognitive Behavioral Therapy Vol.19, No. 3,163-176

Davies, M.F. (2006). Irrational beliefs and unconditional self-acceptance. III. The relative importance of different types of irrational beliefs. Journal of Rational-Emotive &

Cognitive Behavioral Therapy, 2 (2), 102-118

Dicaccavo, Antonietta (2002). Investigating individuals' motivations to become counselling psychologists: The influence of early caretaking roles within the family. Psychology and Psychotherapy, Theory, Research, and Practice, 75, 463-472.

Ellis, A., Abrams,M. (2009). Personality Theories: Critical Perspective. Thousand Oaks :Sage

Ellis, A. (1977). Psychoterapy and the value of a human being. In A. Ellis R. Gregier (Eds.), Handbook of rational-emotive therapy (pp.99-112). New York : Springer.

Ellis, A. (1995). Changing rational-emotive therapy (RET) to rational emotive behavior therapy (REBT). Journal of Rational-Emotive & Cognitive Behavior Therapy, 13, 85-89 Ellis, A. (1995). Changing rational-emotive therapy (RET) to rational emotive behavior

therapy (REBT). Journal of Rational-Emotive and Cognitive-Behavior Therapy,Vol. 13, 85 – 89.

Goedeke, S. (2007). Teaching psychology at undergraduate level: rethinking what we teach and how we teach it. New zealand journal of teacher’s work, 4(10), 48-63.

(17)

Linley P.A. & Joseph,S (Eds.).(2004).Positive Psychology in Practice . New Jersey :John Wiley & Sons

Rifameutia, Limandibrata, dan Herryanto (2006). Buku Panduan Strata 1 Fakultas Psikologi Universitas Indonesia. Depok: UI

Ryff,C.D (1996). Psychological Well-being.inj.E.Bi (Ed.), Birrren (Ed.), Enciclopedia of gerontology: Age, aging, and the aged (pp.365-369). San Diego, CA: Academic Press Ryff, C.D., & Singer, B. (2008). Know thyself and become what you are: A eudaimmonic

approach to psychological well-being. Journal of Happiness Studies, 9(1), 13-39. Tillet, R. (2003). The patient within- psychopatology in the helping professions. Journal of

continuing professional development, (9), 272-279

Waterman, B. T. (2002). Motivations for choosing social service as a career. www.bedrugree.net. Diunduh pada 23 Juni 2013.

Weiten, W. (2008). Briefer Version Psychology themes & variations.7th Ed. Thomoson Learning : Belmont

Zimbardo, P. G. (2004). Does psychology make a significant difference in our lives?. American Psychological Association, 59(5), 339-351

Gambar

Tabel 1. Persebaran Skor USAQ secara umum
Tabel 3. Rangkuman Hasil one-way ANOVA  Angkatan  Jumlah  partisipan  Mean  Standar Deviasi  Signifikansi  Keterangan  F  P  2009  53  40,64  4,756  0,653  0,582  Tidak  Signifikan 2010 38 41,47 6,425  2011  38  39,68  5,662  2012  50  40,48  5,719
Tabel 5. Manfaat pendidikan psikologi pada peningkatan kemampuan untuk memahami kondisi psikologis  orang lain
Tabel 6. Rangkuman praktik perkuliahan yang mendorong mahasiswa mengalami peningkatan kualitas diri
+3

Referensi

Dokumen terkait

pembelajaran yang tertuang dalam RPP dan SILABUS. Pelaksanaan guru pendidikan agama Islam dalam meningkatkan prestasi.. belajar PAI di SMKN 1 Boyolangu yaitu: 1)

Perubahan secara umum atas Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2004 tentang Perubahan

Skripsi berjudul “Analisis Gangguan Sendi Tempromandibular (STM) Secara Auskultasi Pada Penderita Di Klinik Prostodonsia Rumah Sakit Gigi dan Mulut Universitas Jember”

1 Bantuan perpipaan untuk desa rawan air bersih Desa Sidamulya Kecamatan Wanareja (Pengadaan Pipa).. 96.985.000,00 SIUP Pengadaan Pipa

Judul : Ekstraksi dan Uji Stabilitas Zat Warna Alami dari Daun Jati (Tectona grandis Linn. F.) sebagai Pengganti Pewarna Sintetik Pada Produk Minuman1. Pewarna alami sebagai

Selanjutnya hasil penelitian siklus I dan siklus II akan dibandingkan dengan lebih jelas dalam rangkuman hasil belajar siswa dalam pembelajaran pengurangan bilangan

Hasil pengamatan di lapangan terlihat bahwa pada tanaman tertentu potensi predasi predator Reduviidae lebih tinggi dibandingkan dengan tanaman lainnya (Setiawati,

penurunan secara fluktuatif, berdasarkan rasio perputaran piutang, perputaran persediaan, perputaran aset tetap dan perputaran total aset, perusahaan dinilai belum