PENGGUNAAN TEKNIK BERCERITA BERPASANGAN (
PAIRED-STORYTELLING) DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS
KARANGAN NARASI SISWA KELAS X SMK NEGERI 3 BOGOR
Siti Amaliah1, Sri Rahayu Dwiastuti2, dan Suhendra,3
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PAKUAN
1. Abstrak dan kata kunci
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah penggunaan teknik bercerita
berpasangan (paired-storytelling) dapat meningkatkan kemampuan menulis
karangan narasi siswa kelas X SMK Negeri 3 Bogor dan untuk mengetahui
kendala-kendala penggunaan teknik bercerita berpasangan (paired-storytelling)
dalam meningkatkan kemampuan menulis karangan narasi siswa kelas X SMK Negeri 3 Bogor. Metode yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu eksperimen. Teknik yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu tes dan angket. Poplulasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X yang berjumlah 566 siswa. Sampel dalam penelitian ini adalah 66 orang, yaitu 33 siswa kelas X Jasa Boga 4 sebagai kelas eksperimen dan 33 siswa kelas X Jasa Boga 3 sebagai kelas kontrol.
Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik purposive sample
atau sampel bertujuan. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah teknik
bercerita berpasangan (paired-storytelling) dapat meningkatkan kemampuan
menulis karangan narasi siswa kelas X SMK Negeri 3 Bogor. Berdasarkan hasil analisis data, hipotesis ini telah terbukti kebenarannya. Kebenaran hipotesis tersebut terlihat dari adanya peningkatan nilai rata-rata kemampuan menulis
karangan narasi dengan menggunakan teknik bercerita berpasangan (
paired-storytelling) dari nilai rata-rata kelas 60,79 menjadi 76,97. Hipotesis kedua dalam penelitian ini, yaitu ada kendala penggunaan teknik bercerita berpasangan (paired-storytelling) dalam meningkatkan kemampuan menulis karangan narasi siswa kelas X SMK Negeri 3 Bogor.
1 Mahasiswa program studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Pakuan 2 Staf pengajar program studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Pakuan 3 Staf pengajar program studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Pakuan
Bukti itu dikuatkan lagi dengan adanya perbedaan yang signifikan antara skor hasil tes kelas kontrol dan kelas eksperimen. Berdasarkan hasil penghitungan
perbandingan mean dengan menggunakan rumus t-tes, diperoleh harga thitung=
6,22, t0,95 = 1,67 dan t0,99 = 2,39 demikian t0 lebih besar daripada tt 1,67 < 6,22 >
2,39. Berdasarkan hasil analisis angket yang berisi pertanyaan-pertanyaan mengenai kendala penggunaan teknik bercerita berpasangan dalam meningkatkan kemampuan menulis karangan narasi, hipotesis ini telah terbukti kebenarannya. Kebenaran hipotesis tersebut terbukti bahwa siswa mengalami kendala
penggunaan teknik bercerita berpasangan (paired-storytelling) dalam
meningkatkan kemampuan menulis karangan narasi. Berdasarkan hasil tersebut
dapat disimpulkan bahwa penggunaan teknik bercerita berpasangan (
paired-storytelling) dapat meningkatkan kemampuan menulis karangan narasi siswa kelas X SMK Negeri 3 Bogor dan terdapat kendala dalam penggunaannya.
Kata Kunci: Menulis karangan narasi, teknik bercerita berpasangan (
paired-storytelling)
ABSTRACT
The objective of this research is to knowing about using storytelling technique paired can improving narrative writing ability for X grade students of SMK Negeri 3 Bogor and to knowing many problem of X grade student SMK Negeri 3 Bogor in narrative writing with storytelling technique paired. The method of this research is used experimental method. The technique performed in this study are test and questionnaire The population of this research are all of the student of X grade students of SMK Negeri 3 Bogor with total amount are 566 students. The sample in this research amounted to 66 students, they are 33 students from Jasa Boga 4 class as experimental class and 33 student from Jasa
Boga 4 as control class. Sampling was done by using purposive sample.The first
hypothesis which are observed in this research is using storytelling can improve the ability to write a narrative for X grade students of SMK Negeri 3 Bogor. Based on the data analysis, this hypothesis could attested. The truth of hypothesis can be seen from an increasing average value narrative writing using storytelling technique from the class average value 60,79 being 76,97. Based on the questionnaires analysis which are content of some question about many problem of narrative writing ability by using storytelling technique paired, this hypothesis could attested. The truth of this hypothesis can be seen from students who have problem by to write a narrative using storytelling technique paired. The evidence of the first hypothesis is reinforced by the calculation of mean differentiation with t-test formula. Based on the calculation of the mean price obtained t0 = 6.22 and db = 64 with a 5% price tt = 1.67 and the price tt 1% = 2.39. Price tt obtained using one tailed test. Thus, t0 is much greater than the price tt 1.67 <6.22> 2.39. These figures indicate that the storytelling techniques paired can improve the ability to write a narrative class X SMK Negeri 3 Bogor and have obstacle using storytelling technique paired.
2. Pendahuluan
a. Latar Belakang Masalah
Pembelajaran menulis di
SMK sudah cukup beragam. Namun, masih banyak siswa yang kesulitan dalam menulis. Beberapa faktor yang menjadi penyebab siswa kesulitan dalam menulis, yaitu siswa kurang latihan dalam menulis, siswa malas,
minat membaca masih kurang
sehingga perbendaharaan kosa kata yang dimiliki masih sedikit yang menyebabkan tulisan tidak menarik dan siswa masih belum mengetahui tentang tata cara penulisan sesuai dengan kaidah yang berlaku.
Selain itu, faktor guru juga menjadi salah satu penyebab siswa
kesulitan dalam menulis.
Kemampuan guru dalam
menggunakan teknik, strategi,
metode, dan media masih kurang,
kegiatan pembelajaran yang
dilakukan sangat monoton dan tidak menarik, sehingga siswa menjadi bosan.
Banyak cara yang dapat
dilakukan dalam meningkatkan
kemampuan menulis, salah satu di antaranya adalah penggunaan teknik pembelajaran yang tepat. Teknik pembelajaran mempunyai peranan yang sangat penting dalam kegiatan belajar mengajar, khususnya dalam meningkatkan kemampuan menulis. Hal ini menjadi tugas guru dalam memilih teknik yang baik dan menarik. Salah satu teknik tersebut adalah teknik bercerita berpasangan (Paired-Storytelling).
Teknik ini menuntut siswa untuk berpikir imajinatif dan kreatif. Pada teknik ini, guru membantu siswa mengaktifkan skemata siswa agar bahan pelajaran menjadi lebih
bermakna. Siswa tidak hanya
dituntut agar menguasai materi
pembelajaran, tetapi siswa
dirangsang untuk mengembangkan
kemampuan berpikir mengolah
informasi dari hasil membaca dan frasa-frasa kunci yang didapat dari
pasangan kelompoknya. Setelah
berpikir, siswa dituntut untuk
berimajinasi mengembangkan
informasi yang didapat menjadi sebuah karangan yang bersifat naratif dan deskriptif. Dengan menggunakan
teknik ini diharapkan dapat
meningkatkan kemampuan siswa
dalam menulis karena siswa
dirangsang untuk berpikir dan
berimajinasi. Sehubungan hal
tersebut, maka peneliti melakukan
penelitian mengenai Penggunaan
Teknik Bercerita Berpasangan
(Paired-Storytelling) dalam
Meningkatkan Kemampuan Menulis Karangan Narasi Siswa Kelas X SMK Negeri 3 Bogor.
b. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang
yang telah diuraikan, peneliti
menetapkan masalah sebagai berikut:
1. Apakah penggunaan teknik
bercerita berpasangan (
paired-storytelling) dapat meningkatkan kemampuan menulis karangan narasi siswa kelas X SMK Negeri 3 Bogor?
2. Apa kendala penggunaan teknik
bercerita berpasangan (
paired-storytelling) dalam meningkatkan kemampuan menulis karangan narasi siswa kelas X SMK Negeri 3 Bogor?
3. Deskripsi Teori
a. Teknik Bercerita
Berpasangan (
Anita Lie (2008: 71) mengembangkan pendapat para ahli di atas secara lebih rinci bahwa dalam teknik bercerita berpasangan
adalah teknik pembelajaran
kooperatif. Dalam teknik ini, guru memperhatikan skemata atau latar belakang pengalaman siswa dan
membantu siswa mengaktifkan
skemata ini agar bahan pelajaran menjadi lebih bermakna. Dalam kegiatan ini siswa dirangsang untuk
mengembangkan kemampuan
berpikir dan berimajinatif. Buah pemikiran mereka akan dihargai sehingga siswa makin terdorong untuk belajar. Bercerita berpasangan
bisa digunakan untuk semua
tingkatan usia anak didik.
Isjoni (2011: 80)
menambahkan pendapat Lie bahwa dalam teknik ini, siswa dituntut untuk bekerja dengan sesama siswa dalam suasana gotong royong dan
mempunyai banyak kesempatan
untuk mengolah informasi dan
meningkatkan keterampilan
berkomunikasi.
Pada prinsipnya teknik
bercerita berpasangan (
paired-storytelling) menurut pendapat Lie
dan Isjoni adalah teknik
pembelajaran kooperatif dan kreatif. Dikatakan kooperatif karena siswa dituntut bekerja sama dengan teman
pasangannya dalam mengolah
informasi dan bertukar informasi. Hal ini terlihat dari pendapat Isjoni. Kreatif itu sendiri terlihat dari kegiatan siswa yang diharuskan
mengaktifkan latar belakang
pengalaman mereka oleh guru
sebagai fasilitator. Kegiatan tersebut
dapat merangsang otak untuk
berpikir kreatif dan berimajinasi
terhadap bahan pelajaran yang
diberikan, seperti yang dikemukakan
oleh Lie. Oleh karena itu, kegiatan
mengolah informasi, bertukar
informasi, berpikir kreatif, dan
berimajinasi dapat meningkatkan keaktifan siswa dan partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran di kelas.
Berdasarkan pendapat
kedua para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa teknik bercerita
berpasangan (paired-storytelling)
adalah teknik yang menggabungkan
empat keterampilan berbahasa
sekaligus. Guru, siswa, dan bahan pelajaran saling mempengaruhi satu sama lain. Bahan pelajaran yang paling cocok adalah yang bersifat naratif dan deskriptif. Dalam teknik
ini siswa dirangsang untuk
mengembangkan kemampuan
berpikir kreatif dan berimajinasi melalui skemata atau latar belakang pengalaman siswa. Selain itu, siswa bekerja sama dengan pasangannya
untuk mengolah informasi dan
bertukar informasi satu sama lain
sehingga dapat meningkatkan
keterampilan berkomunikasi melalui tulisan.
Dalam Sugiyanto (2010: 52) langkah-langkah pembelajaran dari
teknik bercerita berpasangan (
paired-storytelling), yaitu:
1) Pengajar membagi bahan
pelajaran yang akan
diberikan menjadi dua
bagian.
2) Sebelum bahan pelajaran
diberikan, pengajar memberikan pengenalan mengenai topik yang
akan dibahas dalam bahan
pelajaran untuk hari itu.
3) Siswa dipasangkan. Bagian
pertama bahan diberikan kepada siswa yang pertama sedangkan yang kedua menerima bagian yang kedua. Kemudian siswa
membaca atau mendengarkan bagian mereka masing-masing.
4) Sambil membaca/mendengarkan
siswa disuruh mencatat dan
mendaftar beberapa kata/frasa kunci yang ada dalam bagian
masing-masing dan saling
menukar daftar kata/frasa kunci dengan pasangan masing-masing.
5) Siswa yang telah
membaca/mendengarkan bagian
pertama berusaha menuliskan apa
yang terjadi selanjutnya
berdasarkan kata-kata/frasa kunci dari pasangannya. Sementara itu
siswa yang
membaca/mendengarkan bagian
kedua menuliskan apa yang
terjadi sebelumnya berdasarkan
kata-kata/frasa kunci dari
pasangannya juga.
6) Setelah selesai menulis, beberapa
siswa diberi kesempatan untuk
membacakan hasil karangan
mereka.
7) Kemudian pengajar membagikan
bagian cerita yang belum terbaca
kepada masing-masing siswa.
Siswa membaca bagian tersebut.
b. Karangan Narasi
Karangan narasi adalah suatu
bentuk tulisan yang berusaha
menciptakan, mengisahkan,
merangkaikan tindak-tanduk
perbuatan manusia dalam sebuah peristiwa secara kronologis atau
yang berlangsung dalam suatu
kesatuan waktu (Finoza: 2009: 222). Sejalan dengan Finoza, Atar Semi
(1990: 32) berpendapat bahwa
“narasi merupakan bentuk tulisan
yang bertujuan menceritakan
rangkaian peristiwa atau pengalaman manusia berdasarkan perkembangan dari waktu ke waktu.”
Dari pendapat kedua ahli di atas, pada prinsipnya karangan narasi
adalah bentuk tulisan yang
merangkaikan perbuatan manusia dan pengalaman manusia secara
kronologis. Perbedaan pendapat
kedua ahli di atas hanya dari pemilihan kata (diksi) saja. Atar semi
hanya mengemukakan karangan
narasi itu menceritakan rangkaian peristiwa atau pengalaman manusia berdasarkan waktu. Finoza ber-pendapat karangan narasi itu tulisan yang menciptakan, mengisahkan, merangkaikan semua tindak-tanduk perbuatan manusia dalam sebuah peristiwa secara kronologis. Terlihat bahwa Semi menggunakan kata pengalaman manusia tanpa ada kata
kronologis, sedangkan Finoza
menggunakan kata perbuatan
manusia secara kronologis.
Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, dapat disimpulkan
bahwa yang dimaksud dengan
karangan narasi adalah suatu bentuk tulisan yang berusaha menciptakan,
mengisahkan, menceritakan, dan
merangkaikan suatu peristiwa atau
beberapa kejadian berdasarkan
perbuatan manusia atau pengalaman manusia yang disusun menurut urutan dari waktu ke waktu (secara kronologis).
c. Hasil Penelitian yang
Relevan
Penelitian yang dilakukan oleh Rina Novita tahun 2010 menyimpulkan bahwa siswa berhasil dalam menulis karangan narasi dengan menerapkan strategi inkuiri. Hal ini berdasarkan pengolahan dan analisis tes, diperoleh rata-rata prates sebesar 66,8 sedangkan nilai rata-rata postes adalah 86,6.
4. Metodologi Penelitian
1) Untuk mengetahui apakah penggunaan teknik bercerita berpasangan (paired-storytelling) dapat meningkatkan keterampilan menulis
karangan narasi siswa kelas X SMK Negeri 3 Bogor. 2) Untuk mengetahui kendala-kendala penggunaan teknik bercerita berpasangan (paired-storytelling) dalam meningkatkan kemampuan menulis
karangan narasi siswa kelas X SMK Negeri 3 Bogor.
b. Tempat dan Waktu
Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMK Negeri 3 Bogor, tanggal 08 s.d. 24 Oktober. Tahun Ajaran 2012-2013. Penelitian ini dilaksanakan sesuai dengan surat izin penelitian yang telah dibuat.
c. Populasi dan Sampel
Penelitian
Populasi penelitian adalah siswa kelas X SMA Negeri 3 Bogor yang berjumlah 566 siswa. Kelas yang dijadikan sampel ialah kelas X
Jasa Boga 4 sebagai kelas
eksperimen dengan jumlah siswa 33 orang, dan X Jasa Boga 3 sebagai kelas kontrol dengan jumlah siswa
33 orang. Teknik pengambilan
sampel, yaitu teknik purposive
sample atau sampel bertujuan.
d. Metode Penelitian
Metode yang digunakan
dalam penelitian ini adalah metode
eksperimen. Melalui metode
eksperimen penulis membandingkan antara perlakuan yang dilakukan di kelas eksperimen dengan kelas kontrol dalam menentukan hasil kemampuan siswa dalam menulis karangan narasi. Adapun rumus untuk menghitung perbedaan nilai
rata-rata kelas kontrol dan
eksperimen dengan menggunakan rumus t-tes, yaitu:
t =
Keterangan :
M = nilai rata-rata per kelas N = banyaknya subjek
X = deviasi setiap nilai x2 dan x1
Y = deviasi setiap nilai y2 dan y
(Arikunto, 2010: 354)
5. Temuan Penelitian
Setelah diadakannya tes awal dan tes akhir yang di kelas kontrol
maupun eksperimen ternyata
ditemukan peningkatan yang
signifikan dalam menulis karangan narasi. Peningkatan tersebut dapat terlihat dari tabel rekapitulasi berikut ini:
Tabel 1
REKAPITULASI ANALISIS DATA PRATES MENULIS KARANGAN NARASI KELAS KONTROL
Interval Nilai
Interval Persentase
Tingkat Penguasaan Frekuensi Persentase Keterangan
85-100 85%-100% - - Baik sekali
75-84 75%-84% - - Baik
40-59 40%-59% 27 81,82% Kurang
0-39 0%-39% - - Gagal
Berdasarkan tabel
rekapitulasi analisis data prates, dapat terlihat bahwa dari 33 siswa yang termasuk dalam kelas kontrol terdapat sebanyak 6 siswa atau 18,18% mendapatkan nilai 60-75
dengan interpretasi cukup, dan
sebanyak 27 siswa atau 81,82%
mendapatkan nilai 40-59 dengan
interpretasi kurang. Hasil yang
diperoleh merupakan nilai sebelum
dilakukan pembelajaran menulis
karangan narasi dengan
menggunakan model example non
example.
Tabel 2
REKAPITULASI ANALISIS DATA POSTES MENULIS KARANGAN NARASI KELAS KONTROL
Interval Nilai
Interval Persentase
Tingkat Penguasaan Frekuensi Persentase Keterangan
85-100 85%-100% - - Baik Sekali 75-84 75%-84% - - Baik 60-75 60%-75 29 87,89% Cukup 40-59 40%-59% 4 12,12% Kurang 0-39 0%-39% - - Gagal Berdasarkan tabel
rekapitulasi analisis data postes, dapat terlihat bahwa dari 33 siswa yang termasuk dalam kelas kontrol terdapat 29 siswa atau 87,89% mendapatkan nilai 60-75 dengan
interpretasi cukup dan sebanyak 4
siswa atau 12,12% mendapatkan
nilai 40-59 dengan interpretasi
kurang. Hasil yang diperoleh
merupakan nilai setelah dilakukan
pembelajaran menulis karangan
narasi dengan menggunakan model
example non example
.
Tabel 3
REKAPITULASI ANALISIS DATA PRATES MENULIS KARANGAN NARASI KELAS EKSPERIMEN
Interval Nilai
Interval Persentase
Tingkat Penguasaan Frekuensi Persentase Keterangan
85-100 85%-100% - - Baik sekali 75-84 75%-84% Baik 60-75 60%-75 26 78,79% Cukup 40-59 40%-59% 7 21,21% Kurang 0-39 0%-39% - - Gagal Berdasarkan tabel
rekapitulasi analisis data prates, dapat terlihat bahwa dari 33 siswa
yang termasuk dalam kelas
eksperimen terdapat 26 siswa atau 78,79% mendapatkan nilai 60-75
dengan interpretasi cukup, sebanyak
7 siswa atau 21,21% mendapatkan
nilai 40-59 dengan interpretasi
kurang. Hasil yang diperoleh
merupakan nilai sebelum dilakukan
pembelajaran menulis karangan
bercerita berpasangan (paired- storytelling).
Tabel 4
REKAPITULASI ANALISIS DATA POSTES MENULIS KARANGAN NARASI KELAS EKSPERIMEN
Interval Nilai
Interval Persentase
Tingkat Penguasaan Frekuensi Persentase Keterangan
85-100 85%-100% 2 6,06% Baik sekali 75-84 75%-84% 26 78,79% Baik 60-75 60%-75 5 15,15% Cukup 40-59 40%-59% - - Kurang 0-39 0%-39% - - Gagal Berdasarkan tabel
rekapitulasi analisis data postes, dapat terlihat bahwa dari 33 siswa
yang termasuk dalam kelas
eksperimen terdapat 2 siswa atau 5,41% mendapatkan nilai 85-100
dengan interpretasi baik sekali,
sebanyak 26 siswa atau 78,79% mendapatkan nilai 75-84 dengan
interpretasi baik, 4 siswa atau
15,15% mendapatkan nilai 60-75
dengan interpretasi cukup. Hasil
yang diperoleh merupakan nilai
setelah dilakukan pembelajaran
menulis karangan narasi dengan
menggunakan teknik bercerita
berpasangan (paired-storytelling).
6. Hasil Penelitian dan
Pembahasan
Hasil tes awal (prates) menulis karangan narasi yang diperoleh pada
kelas kontrol bahwa siswa kurang
dalam menulis karangan narasi
sebelum menggunakan model
example non example dengan nilai rata-rata 55,04, sedangkan pada hasil tes akhir (postes) menulis karangan narasi yang diperoleh pada kelas kontrol bahwa siswa mengalami
peningkatan yang cukup dalam
menulis karangan narasi setelah
menggunakan model example non
example dengan nilai rata-rata 63,17.
Hasil tes yang dilakukan di kelas eksperimen, pada tes awal (prates) menulis karangan narasi diperoleh
hasil bahwa siswa cukup dalam
menulis karangan narasi sebelum
mengunakan teknik bercerita
berpasangan (paired-storytelling)
dengan nilai rata-rata 60,79,
sedangkan pada tes akhir (postes) diperoleh hasil siswa mengalami
peningkatan yang Baik dalam
menulis karangan narasi setelah
mengunakan teknik bercerita
berpasangan (paired-storytelling)
dengan nilai rata-rata 76,97.
Perbedaan yang signifikan antara skor hasil tes menulis karangan
narasi sebelum dan sesudah
dilaksanakan pembelajaran
menggunakan teknik bercerita
berpasangan (paired-storytelling).
Hasil-hasil tersebut dapat dilihat pada diagram venn berikut ini:
Hasil penghitungan tersebut,
diperoleh harga t0 = 6,22 dan d.b. =
64, selanjutnya dilakukan pengetesan pada tabel t. Nilai d.b. 64 tidak terdapat dalam tabel maka dicari d.b. yang mendekati, yaitu 60 dan
diperoleh harga t0,99 = 2,39 dan harga
t0,95 = 1,67. Dengan demikian, to
signifikan karena nilai tt lebih kecil
daripada t0 yaitu 1,67<6,22>2,39.
Berdasarkan hasil
perhitungan perbandingan rata-rata dengan meng-gunakan rumus t-tes,
diperoleh harga to = 6,22 lebih besar
daripada harga tt, baik di taraf
signifikansi 5% maupun di taraf signifikansi 1%. Dengan demikian
penggunaan teknik bercerita
berpasangan (paired-storytelling)
dapat meningkatkan kemampuan
menulis karangan narasi siswa kelas X SMK Negeri 3 Bogor.
Berdasarkan hasil analisis angket, 7 dari 10 pertanyaan yang berhubungan dengan penggunaan
teknik bercerita berpasangan (
paired-storytelling) menunjukkan bahwa
siswa mengalami kendala.
Kendala-kendala tersebut, yaitu kendala
dalam menentukan judul, kendala dalam menentukan penulisan sesuai dengan ejaan yang benar, kendala dalam menuangkan ide atau gagasan, kendala dalam memilih kata (diksi),
kendala dalam mengingat bacaan yang sudah dibaca sendiri, kendala dalam mengembangkan frasa/kata kunci yang diberikan pasangan
kelompok, kendala dalam
menyambungkan bagian yang dibaca
dengan frasa/kata kunci yang
diberikan pasangan kelompok.
7. Simpulan
Ada beberapa simpulan yang
dapat penulis sampaikan yaitu
sebagai berikut :
a. Penggunaan teknik bercerita
berpasangan (paired-storytelling)
dapat meningkatkan kemampuan menulis karangan narasi. Hal tersebut dapat terbukti dari hasil prates dan postes pada kelas eksperimen dari nilai rata-rata 60,79 menjadi 76,97. Hasil uji -t
menunjukkan hasil thitung= 6,22,
t0,95 = 1,67 dan t0,99 = 2,39
demikian t0 lebih besar daripada tt
1,67 < 6,22 > 2,39. Hal ini berarti bahwa Penggunaan teknik
bercerita berpasangan (
paired-storytelling) dapat meningkatkan kemampuan menulis karangan narasi.
b. Berdasarkan hasil analisis
angket, 7 dari 10 pertanyaan
yang berhubungan dengan
penggunaan teknik bercerita
berpasangan (paired-storytelling)
dalam pembelajaran menulis
karangan narasi menunjukkan bahwa siswa mengalami kendala. Kendala yang paling banyak dialami siswa, yaitu kendala
dalam menentukan penulisan
sesuai dengan ejaan yang benar sebanyak 23 siswa (69,69%) dan kendala dalam memilih kata
(diksi) sebanyak 19 siswa
(57,58%).
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur
Penelitian Suatu
Pendekatan Praktik.
Jakarta: Rineka Cipta.
•63,17 (63,17%)= Cukup •55,04 (55,04%) = Kurang •76,97 (76,97%)= Baik •60,79 (60,79%)
= Cukup Prates Kelas
Eksperimen Postes Kelas eksperi men Postes Kelas Kontrol Prates Kelas Kontrol
Finoza, Lamuddin. 2009. Komposisi Bahasa Indonesia. Jakarta: Diksi Insan Mulia.
Isjoni. 2007. Cooperative Learning.
Bandung: Alfabeta.
Lie, Anita. Cooperative Learning.
2008. Jakarta: PT Grasindo.
Semi, Atar. 1990. Menulis Efektif.
Padang: Angkasa Raya.
Sugiyanto. 2010. Model-Model
Pembelajaran Inovatif. Surakarta:
Yuma Pustaka.
RIWAYAT HIDUP
Siti Amaliah lahir di Bogor, 13 November 1988. Putri kedua dari enam bersaudara keluarga Bapak Hamdan dan Ibu Suwarni. Dibesarkan dari keluarga pegawai negeri yang bertempat tinggal di Kp. Tegal Manggah RT/RW 03/07 Kel. Tegallega Kec. Bogor Tengah 16127.
Pendidikan pertama di TK Negeri Mexindo Bogor tahun 1994-1995. Kemudian melanjutkan pendidikan formal di SDN Baranang Siang Bogor, lulus tahun 2001. Pada tahun 2001-2004 melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 3 Bogor. Tahun 2004 melanjutkan pendidikan di SMK Negeri 3 Bogor jurusan Tata Busana, lulus tahun 2007.
Tahun 2008 menempuh pendidikan S1 Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Pakuan Bogor. Dengan harapan dapat menjadi guru yang diteladani dan dapat mencerdaskan anak-anak penerus bangsa.