• Tidak ada hasil yang ditemukan

Yenny Sianturi, Eviana S Tambunan, Ratna Ningsih Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Jakarta III

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Yenny Sianturi, Eviana S Tambunan, Ratna Ningsih Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Jakarta III"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

12

MELAKUKAN DETEKSI TUMBUH KEMBANG BALITA

MELALUI PELATIHAN

(The Increaseness of Health Cadre Ability in Implementing Early Detection of Children Under Five Years Growth and Development Trough Training)

Yenny Sianturi, Eviana S Tambunan, Ratna Ningsih Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Jakarta III

Email: eviana_st@yahoo.com

ABSTRAK

Pemantauan dan deteksi tumbuh kembang anak usia dini merupakan bagian tugas dari para kader posyandu di wilayah kerjanya masing-masing. Oleh karena itu sangat diharapkan pemahaman dan keterampilan setiap kader dalam melakukan teknik stimulasi tumbuh kembang balita di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Jatinegara. Pelatihan merupakan salah satu cara untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap kader. Untuk itu peneliti ingin mengetahui sejauh mana pelatihan deteksi tumbuh kembang balita pada kader kesehatan terhadap kemampuan kader dalam melakukan deteksi tumbuh kembang balita di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Jatinegara, tahun 2012. Penelitian ini menggunakan desain quasi eksperimental dengan rancangan pre dan post-test control group design. Populasi adalah seluruh kader kesehatan yang berada di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Jatinegara. Sampel penelitian adalah populasi yang terpilih secara purpossive

dengan pertimbangan bersedia mengikuti pelatihan. Sampel yang terpilih akan dibagi menjadi kelompok yang mendapat perlakuan dan kelompok kontrol. Uji statistik yang digunakan adalah chi square, independent sample t-test, paired t-test. Uji statistik Kolmogorov-Smirnov dan Shapiro-Wilk

untuk menganalisis normalitas data. Hasil penelitian didapatkan kader kesehatan yang mendapatkan pelatihan mengalami peningkatan pengetahuan dan keterampilan yang cukup bermakna. Meningkatnya keterampilan kader kesehatan berkaitan dengan peningkatan pengetahuan kader kesehatan dalam melakukan deteksi tumbuh kembang balita.

Kata Kunci: Kader kesehatan, tumbuh kembang, pelatihan

ABSTRAK

Monitoring and detecting of growth and development are part of the duties of health cadre in their working areas. Therefore, it is expected the understanding and skills of each cadre in growth stimulation techniques for toddlers in Working Area of Jatinegara Public Health Centre. Training is one way to improve knowledge, skills and attitudes of cadres. Therefore, researchers wanted to know the extent of cadres can detect growth and development of young children. This study used a quasi experimental design with pretest and posttest control group design. The populations were a whole cadre of health in the Working Area of Jatinegara Public Health. The research sample was selected from population as purposive. The selected sample has divided into groups that received treatment and control groups. Statistical test used was chi-square, independent sample t-test, and paired t-test. Analyzing the data used statistical tests for normality Kolmogorov-Smirnov and Shapiro-Wilk. The result showed that the health cadres who have received training to increase their knowledge and skills were significant. The increase of cadres’ skills was associated with raising knowledge of health cadres on implementing of early detection of toddlers’ growth and development.

(2)

PENDAHULUAN

Masa balita sering disebut sebagai periode kritis. Periode ini diperlukan rangsangan atau stimulasi yang berguna agar potensi balita berkembang. Perkembangan balita dilakukan dengan memantau kesehatan balita secara dini, termasuk pemahaman mengenai karakteristik tumbuh kembang balita dan keterampilan dalam mendeteksi secara dini. Posyandu sebagai bentuk partisipasi masyarakat yang beraktifitas di bawah Kementerian Kesehatan merupakan salah satu tatanan pelaksanaan pendidikan dan pemantauan kesehatan masyarakat.

Pemantauan dan deteksi tumbuh kembang anak usia dini merupakan bagian dari tugas para kader posyandu di wilayah kerjanya masing-masing. Kader kesehatan mempunyai potensi yang sangat besar karena kader sangat dekat (dari sisi geografis dan sosial) dengan masyarakat di wilayah sendiri. Tugas kader tersebut menjadi sangat penting dan komplek karena persoalan tumbuh kembang anak ternyata bukan semata terarah pada pertumbuhan dan kesehatan fisik saja, melainkan juga komprehensif pada perkembangan psikis anak balita. Oleh karena itu sangat diharapkan pemahaman dan keterampilan setiap kader dalam melakukan teknik stimulasi tumbuh kembang balita.

Pelatihan merupakan salah satu cara untuk meningkatkan pengetahuan, kete rampilan dan sikap kader. Zainul dan Nasution (2005) dalam Sukiarso (2007) menyatakan bahwa keberhasilan suatu pelatihan dapat menjadi motivasi untuk mempertahankan dan meningkatkan hasil. Pelatihan merupakan suatu proses belajar mengajar terhadap pengetahuan dan keterampilan tertentu serta sikap agar peserta semakin terampil dan mampu melaksanakan tanggung jawabnya dengan semakin baik, sesuai dengan standar (Tanjung, 2003). Kirk Patrick (1994 dalam Sukiarso, 2007) mendefinisikan pelatihan sebagai upaya meningkatkan pengetahuan, mengubah perilaku, dan mengembangkan keterampilan. Hasil belajar dari pelatihan harus dapat dievaluasi.

Peningkatan pengetahuan dan keterampilan akan terjadi antara sebelum dan sesudah pelatihan. Kondisi keberhasilan ini dapat menjadikan motivasi bagi kader untuk melakukan pemantauan perkembangan balita di wilayah kerjanya. Sebagaimana yang disampaikan oleh Zainul dan Nasution (2005) dalam Sukiarso (2007) bahwa keberhasilan suatu pelatihan dapat menjadi motivasi untuk mempertahankan dan meningkatkan hasilnya. Menurut Noto atmodjo (2005), pelatihan memiliki tujuan penting untuk meningkatkan pengetahuan

(3)

dan keterampilan sebagai kriteria keberhasilan program kesehatan secara keseluruhan. Tujuan umum pelatihan kader posyandu adalah meningkatkan kemampuan kader posyandu dalam mengelola dan menyampaikan pelayanan kepada masyarakat (Tim Penggerak PKK Pusat, 1999 dalam Sukiarso, 2007).

Pengetahuan dapat diukur dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang diukur dari subjek penelitian atau responden dalam pengetahuan yang ingin diketahui atau disesuaikan dengan tingkatan-tingkatan tersebut di atas (Notoatmodjo, 2003). Keterampilan adalah kemampuan melaksanakan tugas/pekerjaan dengan menggunakan anggota badan dan peralatan kerja yang tersedia. Tiga jenis kemampuan dasar bersifat manusia (human skill), kemampuan teknik (technical skill), dan kemampuan membuat konsep (conceptual

skill). Keterampilan kader kesehatan lebih

kepada keterampilan teknis (technical

skill) dalam kegiatan posyandu.

Peningkatan pengetahuan dan keteram pilan kader sangat dipengaruhi adanya pelatihan. Kader yang mendapat pelatihan diharapkan dapat mengelola posyandu sesuai kompetensinya, karena pengetahuan atau kognitif dan keterampilan atau psikomotor merupakan domain yang

sangat penting bagi pembentukan perilaku seseorang.

Puskesmas di wilayah Jakarta Timur telah berupaya seoptimal mungkin menangani balita yang mengalami masalah tumbuh kembang, namun kader kesehatan di wilayah Puskesmas Kecamatan Jatinegara belum pernah mendapat pelatihan tentang deteksi tumbuh kembang balita. Tujuan dari penelitian adalah mengetahui pengaruh pelatihan deteksi tumbuh kembang balita pada kader kesehatan terhadap kemampuan melakukan deteksi tumbuh kembang balita di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Jatinegara pada tahun 2012.

METODE

Desain penelitian menggunakan kuasi eksperimental dengan rancangan pre dan

post-test with control group design,

dengan melakukan pengukuran atau observasi awal sebelum perlakuan diberikan (Pratiknya, 2003).

Populasi pada penelitian ini adalah seluruh kader kesehatan yang berada di wilayah kerja Puskesmas Jatinegara. Sampel penelitian adalah populasi yang terpilih secara purpossive. Sampel yang terpilih dibagi menjadi kelompok yang mendapat perlakuan dan kelompok kontrol. Kriteria inklusi sampel adalah (1) kader kesehatan yang aktif dalam kegiatan

(4)

2 tahun, (2) pendidikan minimal tamat SMP, (3) merupakan penduduk dan bertempat tinggal di wilayah Puskesmas Kecamatan Jatinegara, (4) bersedia menjadi responden, (5) berusia 20-40 tahun. Kriteria eksklusi adalah kader yang dalam 6 bulan terakhir tidak aktif dalam kegiatan posyandu.

Perhitungan besar sampel, bila diketahui S1 = 1 dan S2 = 2 maka δ2 = 2,5 dengan perkiraan rata-rata nilai pengetahuan kelompok perlakuan μ1 = 70 dan kelompok kontrol μ2 = 68, maka jumlah sampel tiap-tiap kelompok adalah 22 kader. Jumlah sampel secara keseluruhan baik untuk kelompok perlakuan dan kelompok kontrol adalah 44 kader.

Alat ukur yang digunakan dalam penelitian adalah 1) kuesioner, merupa kan suatu alat ukur dalam bentuk daftar pertanyaan untuk mengukur kemampuan subjek dalam hal pengetahuan kader gizi dalam kegiatan posyandu. Kuesioner yang digunakan adalah diadaptasi dari Pedoman Deteksi Dini Tumbuh Kembang Balita, 2) daftar tilik, yang digunakan adalah Pedoman Deteksi Dini Tumbuh Kembang Balita yang dikeluarkan oleh Kemenkes RI (2011) meliputi : Pengukuran Lingkaran Kepala Anak (PLKA), Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP), Kue sioner Perilaku Anak Prasekolah (KPAP), Tes Daya Lihat (TDL) dan Tes Kesehatan

Mata (TKM) bagi Anak Prasekolah. Pengukuran Berat Badan menurut Umur (BB/U) menggunakan Kartu Menuju Sehat Balita (KMS Balita).

Tahap pelaksanaan kegiatan, kelom pok perlakuan dan kontrol sebelum mengikuti pelatihan terlebih dahulu dilaksanakan pre-test pengetahuan dan keterampilan kader kesehatan. Data pengetahuan dikumpulkan melalui tes dengan menggunakan kuesioner, sedangkan untuk data keterampilan di kumpulkan melalui pengamatan langsung dengan daftar tilik yang meliputi kegiatan penimbangan dan pemantauan pertum buhan balita (menggunakan buku panduan

KPSP). Pelatihan dilaksanakan selama 1 (satu) hari di Balai Pertemuan RW.

Pelatihan diawali dengan pemberian materi yang dilanjutkan dengan demonstrasi melakukan stimulasi tumbuh kembang balita dalam kelompok kecil (5 kelompok). Masing-masing kelompok melakukan latihan dan redemonstrasi pada 2 orang anak balita. Setelah selesai mengikuti pelatihan, kader kesehatan kembali ke wilayahnya dan melakukan kegiatan deteksi tumbuh kembang balita di area kerjanya. Pengukuran post-test

dilakukan 2 (dua) minggu setelah mengikuti pelatihan.

Pengolahan data dilakukan dengan programkomputer. Uji statistik chi square

(5)

karakteristik responden seperti umur, pendidikan, status perkawinan, status pekerjaan, lama menjadi kader dan pelatihan yang pernah diikuti pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol. Uji statistik independent t-test

untuk melihat perbedaan pengetahuan dan keterampilan antara kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan pada kondisi awal, post-test 1 dan post-test 2. Uji statistik paired t-test digunakan untuk menganalisis perbedaan rerata skor pengetahuan dan keterampilan tiap tahapan pre-test, post-test 1, post-test 2 pada masing-masing kelompok, uji statistik dalam penelitian ini menggunakan tingkat kepercayaan 95%.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik responden pada kelompok perlakuan adalah kader posyandu yang berusia diantara 30 sampai dengan 40 tahun, memiliki tingkat pengetahuan tinggi, tidak bekerja, lama menjadi kader diatas 2 tahun dan pernah mengikuti pelatihan lain di posyandu. Karakteristik responden pada kelompok kontrol adalah kader posyandu yang berusia diantara 30 tahun sampai dengan 40 tahun, memiliki tingkat pengetahuan tinggi, tidak bekerja, lama menjadi kader diatas 2 tahun dan belum pernah mengikuti pelatihan lain di posyandu.

Tabel 1. Rata-Rata Tingkat Pengetahuan dan Keterampilan Deteksi Tumbuh Kembang Balita pada Kelompok Perlakuan dan Kontrol di Wilayah Jakarta Timur, Tahun 2012

Variabel

Perlakuan Kontrol

n Mean SD SE Mean n Mean SD SE Mean Tk Pengetahuan Sebelum (Pre) Sesudah (Post) 22 22 12.68 36 2.46 3.53 0.52 0.75 22 22 16.55 38.45 1.68 2.65 0.36 0.56 23.32 1.07 21.9 0.97 Ketrampilan Sebelum (Pre) Sesudah (Post) 22 22 8.23 9.59 2.35 2.59 0.50 0.13 22 22 6.59 6.59 2.49 2.30 0.53 0.49 1.36 0.24 0 0.19

Tabel 1 menunjukkan nilai rata-rata skor tingkat pengetahuan tentang deteksi tumbuh kembang balita pada kelompok perlakuan pelatihan deteksi tumbuh kembang balita didapatkan peningkatan

mean sebesar 23.32 poin dengan selisih nilai standar deviasi 1.07, sedangkan pada kelompok kontrol didapatkan peningkatan nilai mean sebesar 21.9 poin dengan selisih nilai standar deviasi sebesar 0.97.

(6)

Nilai rata-rata skor keterampilan dalam deteksi tumbuh kembang balita pada kelompok perlakuan pelatihan deteksi tumbuh kembang balita didapatkan peningkatan mean sebesar 1.36 poin dengan selisih nilai standar deviasi 0.24, sedangkan pada kelompok kontrol tidak ada perbedaan nilai mean dengan selisih nilai standar deviasi sebesar 0.19. Hasil uji statistik menunjukkan rata-rata skor tingkat pengetahuan dan keterampilan kader kesehatan antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol tidak ada perbedaan yang bermakna, artinya pengetahuan dan keterampilan kedua kelompok tersebut mempunyai kondisi awal yang sama, dengan demikian karakteristik pada kedua kelompok tersebut adalah setara. Menurut Green (2000) karakteristik merupakan salah satu faktor predisposisi yang mempengaruhi pengetahuan, sikap, dan tindakan seseorang. Pengaruh pelatihan terhadap pengetahuan kader kesehatan, didapatkan hasil analisis statistik rerata skor pengetahuan menunjukkan tidak ada perbedaan yang bermakna antara

kelompok perlakuan dan kelompok kontrol sebelum dilakukan pelatihan.

Demikian juga terhadap keterampilan kader, ditemukan rerata skor kemampuan kader dalam melakukan deteksi tumbuh kembang balita di posyandu, menunjukkan tidak ada perbedaan yang bermakna antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol sebelum dilakukan pelatihan. Setelah dilakukan pelatihan didapatkan rerata skor pengetahuan dan keterampilan kader kesehatan pada kelompok perlakuan dengan kelompok kontrol menunjukkan ada perbedaan. Perubahan tingkat pengetahuan setelah pelatihan dapat dilihat pada tabel 2. Nilai t pada kelompok perlakuan lebih kecil (-6.723) dari nilai t kontrol (-3.179), sedangkan nilai proba bilitas kelompok perlakuan lebih kecil (α = 0.000) dari nilai probabilitas kelompok kontrol (α = 0.005). Berda sarkan data tersebut maka dapat disimpulkan terdapat pengaruh yang signifikan pemberian pelatihan deteksi tumbuh kembang balita terhadap tingkat pengetahuan kader posyandu pada kelompok perlakuan.

Tabel 2. Pengaruh Pelatihan Deteksi Tumbuh Kembang Balita terhadap Tingkat Pengetahuan Kader Posyandu di Wilayah Jakarta Timur, Tahun 2012

Variabel Mean SD SE T P-Value

Tingkat Pengetahuan Perlakuan Kontrol -3.86 -2.45 2. 70 3. 62 0.57 0.77 -6.723 -3.179 0.000 0.005

(7)
(8)

Hasil ini sesuai dengan temuan dari Sukiarso (2007) yang mendapatkan hasil terjadinya peningkatan sebesar 63,3% pada kader gizi yang dilakukan pelatihan dengan metode BBM (belajar berdasarkan masalah). Sesuai juga dengan hasil temuan Widodo (1998), bahwa pelatihan dengan metode diskusi kelompok meningkatkan kader usaha kesehatan gigi masyarakat desa. Diperkuat oleh temuan Kurrachman (2003 dalam Sukiarso, 2007), bahwa pelatihan dengan metode ceramah yang disertai diskusi, simulasi, dan praktik dapat meningkatkan pengetahuan mahasiswa dalam melakukan kegiatan penimbangan balita di posyandu. Temuan ini juga sesuai dengan pernyataan yang dikemukakan Notoatmojo (2003), bahwa pendidikan kesehatan dalam jangka waktu pendek dapat menghasilkan perubahan dan peningkatan pengetahuan individu, kelompok, dan masyarakat.

Peningkatan pengetahuan kader kesehatan melalui pelatihan sangat diperlukan agar kader kesehatan mampu melakukan deteksi pertumbuhan dan perkembangan balita di wilayah kerjanya sesuai dengan kemampuannya, karena pengetahuan merupakan domain yang sangat penting dalam pembentukan tindakan seseorang.

Sementara perubahan keterampilan setelah pelatihan dapat dilihat pada tabel 3. Nilai t perlakuan lebih kecil (-2.709) dari nilai t kontrol (0.000) sedangkan nilai probabilitas kelompok perlakukan lebih kecil (α = 0.013) dari nilai probabilitas kelompok kontrol ( α = 1.000). Dari data tersebut maka dapat disimpulkan terdapat pengaruh yang signifikan pemberian pelatihan deteksi tumbuh kembang balita terhadap keterampilan kader posyandu

pada kelompok perlakuan.

Tabel 3. Pengaruh Pelatihan Deteksi Tumbuh Kembang Balita terhadap ketrampilan Kader Posyandu di Wilayah Jakarta Timur, Tahun 2012

Variabel Mean SD SE T P-Value

Ketrampilan Perlakuan Kontrol -1.36 0.00 2.36 3.44 0.50 0.73 -2.709 0.000 0.013 1.000

Keterampilan kader dalam penelitian ini dilihat dari kemampuan kader dalam

melakukan deteksi tumbuh kembang balita di posyandu. Hasil penelitian

(9)

menunjukkan tidak ada perbedaan yang bermakna antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol pada saat pretest, namun pada post-test yang dilakukan 2 minggu setelah pelatihan, didapatkan ada pengaruh yang signifikan pada kelompok perlakuan. Meningkatnya keterampilan kader kesehatan berkaitan dengan peningkatan pengetahuan kader kesehatan dalam melakukan deteksi tumbuh kembang balita.

Depkes (1993) menunjukkan bahwa untuk mengubah komponen perilaku perlu dipilih metode yang tepat. Metode untuk mengubah pengetahuan dapat digunakan metode ceramah, tugas baca, panel dan konseling. Sedangkan untuk mengubah sikap dapat digunakan metode curah pendapat, diskusi kelompok, tanya-jawab serta pameran. Metode pelatihan demonstrasi lebih tepat untuk mengubah keterampilan.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Sukiarso, (2007) yang men dapatkan adanya peningkatan rerata skor keterampilan yang cukup tinggi pada kader gizi yang diberikan pelatihan dengan metode BBM. Sementara hasil penelitian Mujianto (1998) bahwa pelatihan partisipatif berpengaruh terhadap keterampilan kader dalam memonitoring tekanan darah pada usia lanjut.

Sesuai dengan temuan Kurrachman (2003 dalam Sukiarso, 2007),

bahwa pelatihan dengan metode ceramah yang disertai diskusi, simulasi dan praktik dapat meningkatkan pengetahuan mahasiswa dalam melaku kan kegiatan penimbangan balita di posyandu.

Peningkatan pengetahuan dan keterampilan kader kesehatan dalam melakukan deteksi tumbuh kembang balita harus diimbangi dengan adanya pemantauan kegiatan di posyandu oleh petugas kesehatan. Junaedi (1990 dalam Sukiarso, 2007), menyatakan bahwa bimbingan dan supervisi dari petugas kesehatan akan berpengaruh terhadap peningkatan pengetahuan dan keterampilan kader.

Pada penelitian ini tidak dapat dikendalikan adanya pengaruh dari luar penelitian seperti informasi dari media massa dan sumber lain, yang dapat mempengaruhi pengetahuan dan keterampilan responden. Keterbatasan penilitian terjadi dalam pengumpulan data. Penilai untuk pengetahuan dan pengamat uji keterampilan kader kesehatan dilakukan oleh tim pengumpul data sehingga dimungkinkan adanya subjektivitas dalam penilaian tersebut. Untuk mengatasi subjektivitas sebenar nya dapat dilakukan dengan cara penilai ditunjuk bukan dari tim pelatih dan dilakukan dengan cara double blind.

(10)

SIMPULAN

Hasil penelitian menggambarkan kader kesehatan antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol mempunyai kondisi awal yang sama baik untuk pengetahuan maupun keterampilan. Setelah dilakukan pelatihan kader kesehatan yang mendapatkan pelatihan mengalami peningkatan pengetahuan dan keterampilan yang cukup bermakna. Peningkatan keterampilan kader kesehatan berkaitan dengan peningkatan pengetahuan kader kesehatan dalam melakukan deteksi tumbuh kembang balita.

Pemantauan dari petugas kesehatan, dalam hal ini Puskesmas terhadap kader kesehatan dalam melakukan deteksi tumbuh kembang balita akan membantu kader kesehatan untuk mempertahankan dan meningkatkan keterampilan dalam melakukan deteksi tumbuh kembang balita.

DAFTAR RUJUKAN

Green, LW. 2000. Health Education

Promotion Planning, Copyright

by.Mayfield Publishing Company. Junaedi, P. 1990. Kader Dalam Program

Upaya Perbaikan Gizi

Keluarga,Keluaran, Kemampuan

dan Popularitasnya, Prosising

KPIG dan Konggres VIII. Persagi.

Jakarta.

Kemenkes RI. (2011). Pedoman pelaksanaan stimulasi, deteksi dan intervensi dini tumbuh kembang

anak di tingkat pelayanan

kesehatan dasar.

Mujianto. 1998. Pengaruh Pelatihan Partisipatif Terhadap Peningkatan Pengetahuan, Sikap dan Keteram pilan Kader Dalam Monitoring Tekanan Darah Usia Lanjut Di

Kabupaten Sleman. Tesis tidak

diterbitkan. FKM Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Notoatmojo, Soekidjo. 2003. Pendidikan

dan Perilaku Kesehatan. Cetakan

Pertama. Jakarta : PT Rineka Cipta. Sukiarso, Edy. 2007. Pengaruh

Pelatihan dengan Metode Belajar Berdasarkan Masalah terhadap Pengetahuan dan Keterampilan

Kader Gizi dalam Kegiatan

Posyandu. Tesis tidak diterbitkan.

FKM Universitas Diponegoro, Semarang.

Siahaan, Romaul. 2006. Pelaksanaan Program Deteksi Dini Tumbuh Kembang Balita di Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Sentosa Baru, Kecamatan Medan Per

juangan Tahun 2005. FKM USU,

Medan

Widodo. 1998. Perbandingan Pengaruh

Pelatihan dengan Diskusi

Kelompok Terhadap Pengetahuan, Sikap dan Keterampilan kader Usaha Kesehatan Gigi Masyarakat

Desa (UKGMD) dalam

Meningkatkan Cakupan Kegiatan.

Tesis tidak diterbitkan. FKM Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Gambar

Tabel 1. Rata-Rata Tingkat Pengetahuan dan Keterampilan Deteksi Tumbuh Kembang Balita  pada Kelompok Perlakuan dan Kontrol di Wilayah Jakarta Timur, Tahun 2012
Tabel 2. Pengaruh Pelatihan Deteksi Tumbuh Kembang Balita terhadap Tingkat Pengetahuan  Kader Posyandu di Wilayah Jakarta Timur, Tahun 2012
Tabel 3.  Pengaruh Pelatihan Deteksi Tumbuh Kembang Balita terhadap ketrampilan  Kader Posyandu di Wilayah Jakarta Timur, Tahun 2012

Referensi

Dokumen terkait

Setelah selesai mengikuti program pembelajaran pada mata kuliah ini, mahasiswa memahami Kultur dan Manajemen Sekolah, Kompetensi Guru, Peserta Didik, Proses Pembelajaran

Pada tahap penelitian pengem bangan ini penekanan diarahkan terhadap usaha alih teknologi kom ponen usahatani padi rintak. A dapun kornponen usahatani lainnya tetap dilaksanakan

Analisis regresi logistik polinomial digunakan untuk memeriksa hubungan multivariat antara pilihan guru pada format instruksi dan faktor “garis arsir” yang

Kegiatan usaha BSM sebagai BUS menurut UU Perbankan Syariah diantaranya adalah menghimpun dana dalam bentuk simpanan maupun investasi berupa deposito, menyalurkan

24 Hasil refleksi siklus 2 menunjukkan: kegiatan pembelajaran lebih berpusat pada siswa sehingga peran siswa lebih optimal, karena guru menerapkan model

Karena nilai probabilitas lebih kecil dari nilai signifikansi maka hal ini menunjukkan secara simultan manajemen laba dapat dijelaskan oleh variabel

Kedua, hasil belajar siswa pada pokok bahasan larutan elektrolit dan non elektrolit yang diajarkan dengan pembelajaran literasi sains dan teknologi lebih tinggi dan

Berdasarkan kelebihan yang dimiliki oleh model pembelajaran Dis- covery learning, maka perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh Discovery learning