Monitoring
Persidangan
Pembunuhan
Munir
Persidangan XV
PN Jakarta Pusat
Jakarta, 10 November2005
Materi: Pemeriksaan Saksi ahli Ridla Bakti dan Budi Sampurna Waktu: 13.20 ‐. 15. 00 Wib Tempat: Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, lantai III, ruang sidang VI.Sebelum Persidangan
Ruang sidang dipadati sekitar 80‐an orang yang akan mengikuti perkara Said
Agil Husain Munawar (Mantan Menteri Agama) tentang korupsi Dana Abadi
Umat, perkara tersebut juga ditangani Hakim ketua yang sama, Cicut Setiraso.
Dan penasehat hukum yang sama Assegaf Cs. Sekitar 30‐an orang dari ikatan
korban dan keluarga korban Tanjung Priok, Mei, 65, dan Semanggi hadir
bersama KontraS untuk mengikuti jalannya persidangan kasus pembunuhan
Munir. Pollycarpus Budihari Priyanto, saat memasuki ruang sidang sempat
menyalami Said Agil Husain Munwar yang duduk di barisan paling depan
sambil melontarkan senyuman dan sapaan.
II. Persidangan
Pukul 13.20 Wib, Majelis hakim membuka sidang, dengan agenda
mendengarkan keterangan saksi ahli.
Majelis Hakim yang hadir:
1. Cicut Setiarso (Hakim Ketua)
2. Sugito (Hakim Anggota: tidak hadir)
3. Ridwan Mansur (Hakim Anggota)
4. Agus Subroto (Hakim Anggota)
5. Liliek Mulyadi (Hakim Anggota)
Jaksa Penuntut Umum yang hadir:
1. Narendra Jatna
2. Domu P Sihite
3. Saptani
4. Sapardi
Penasehat Hukum yang hadir:
1. Assegaf 2. Wirawan Adnan 3. Heru Santoso 4. Dedy K Amudy 5. Uki 6. Dzulkifli
Menurut JPU, kesempatan sidang hari ini akan menghadirkan lima orang saksi,
namun saksi yang sudah hadir baru dua orang.
III. Pemeriksaan saksi Ridla Bakri
Identitas Saksi
Nama : dr. Ridla Bakri, Mphil
TTL : Jakarta, 24 September 1955
Agama : Islam
Pekerjaan : Staf departemen Kimia Fak. MIPA Univ. Indonesia
Alamat : Kalibata Bru Blok B No 2
Saksi mengaku tidak pernah kenal terdakwa, pernah diperiksa penyidik. Saksi
disumpah secara Islam.
Terkait dengan kematian Munir, Saksi mengaku pernah ditugaskan pemerintah
untuk pergi ke Belanda bersama Tim dari Indonesia. Tim tersebut ada tujuh
orang, terdiri antara lain Anton dari Mabes Polri, Dr. Agung dari Polda, Adi
Qurasiman ahli toxiologi UI, dr. Budi Sampurna dari Forensik UI, Omar Singh,
Bestari dari Deplu (Departemen Luar Negeri)
Saksi mengatakan, kegiatan yang dilakukan saat berada di Belanda, pertama
melapor kepada Deplu, kemudian Deplu menghubungi pihak kehakiman
Belanda, selanjutnya bertemu dengan tim NFI (Nederlands Forensic Institute) di
Amsterdam. saksi mengaku Berada di Belanda selama 6 hari
Materi Pertanyaan Jaksa Penuntut Umum
Domu P Sihite menanyakan hal‐hal berikut:
Seputar kegiatan saksi selama 6 hari di Belanda Ridla mengaku di Belanda
bertemu dengan tim ahli dari Belanda, Mr Van dari kehakiman, dengan NFI
bertemu dr. Luthop, Mr. Vissher, dengan mereka berdiskusi mengenai kasus
racun Arsen.
Seputar isi diskusi tentang racun Ridla mengaku mendiskusikan tentang racun
arsen yang ada di cairan lambung, urin dan darah Munir dalam kadar yang
Seputar bisa diyakini tidaknya hasil temuan tim ahli Belanda Ridla mengatakan
apa yang mereka dapatkan kami yakini, karena mereka menggunakan standar
internasional, dan alat yang mereka gunakan cukup canggih, sehingga apa yang
mereka dapatkan cukup bisa dipahami dan menjadi hasil yang cukup baik
Seputar wujud Arsen Ridla mengatakan, Arsen bentuknya ada beberapa, ada
bentuk gas dan kepadatan putih. Yang ada di dalam tubuh Munir tidak bisa
dijelaskan bentuknya karena sudah larut di dalam isi lambung
Seputar bisa ditentukan tidaknya bentuk awal Arsen yang masuk ke Munir Ridla mengatakan sementara tidak bisa ditentukan bentuk awalnya, jelasnya
dalam bentuk ASO₂O₃ yang merupakan bubuk putih.
Seputar kelarutan Arsen Ridla mengatakan kelarutannya cukup besar, kira‐kira
21 g/liter kemungkinan bisa dimasukan ke dalam minuman atau ditaburkan ke
makanan
Seputar bisa diketahui atau tidaknya dari hasil temuan, apakah masuknya
(Arsen ke tubuh Munir) melalui makanan atau minuman Ridla mengatakan
tidak bisa disampaikan masuknya lewat makanan atau minuman, karena yang
diambil berbentuk cairan dan kepadatannya harus disaring dulu, kemungkinan
bisa dari cairan atau makanan
Seputar reaksi Arsen sejak masuk Ridla mengatakan dari hasil diskusi dengan
prof…. (tidak terdengar jelas) Dari Leiden, dia menyatakan sekitar 30 menit‐1 jam
gejala sudah muncul, gejalanya berupa kerongkongan kering, pusing, kejang‐
kejang, dan diare yang hebat.
Seputar bisa diteliti tidaknya muntah (yang dikeluarkan Munir) Ridla mengatakan muntah tidak disebutkan, tetapi yang mereka teliti adalah cairan
lambung
Seputar aroma yang keluar dari mulut jika kemasukan Arsen Ridla mengatakan
awal masuk tidak berbau, jika buang air besar baru akan berbau seperti bau
bawang putih
Seputar warna Arsen yang sudah masuk ke cairan lambung Ridla mengatakan
jika dimasukan ke orange juice atau makanan tidak akan menghilangkaran rasa
atau merubah warna
Seputar kesimpulan diskusi dengan Tim ahli Belanda Ridla mengatakan dari
hasil pembahasan, kematian Munir disimpulkan akibat Arsen yang masuk ke
tubuhnya dengan kadar yang cukup tinggi
Narendra Jatna menanyakan hal berikut:
Seputar di mana dan kapan Arsen masuk ke tubuh Munir Ridla mengatakan
dari diskusi mereka menyampaikan jika di Jakarta “hampir kemungkinanya
tidak”, kemungkinannya terjadi keracunan di pesawat, di Singapura atau di
Changi Airport
Seputar warna cairan di lambung Ridla mengatakan warnanya kehijau‐hijauan
Seputar sisa kadar Arsen yang tersisa di lambung Munir Ridla mengatakan
sekitar 83 mg Arsen, dan kadar tersebut cukup mematikan
Seputar arsen di tubuh Munir selain berada di lambung Ridla mengatakan
selain di lambung 83 Mg, di darah ada 3,1. Kadar tersebut mematikan, karena
kadar minimal lebih kecil dari 0.1 mg/liter sedangkan di darah 3.1/liter
Seputar ditemukan tidaknya Arsen di Urine Ridla mengatakan di urine 4,8
mg/liter yang kadar minimalnya harusnya lebih kecil dari 0,3 Mg
JPU Supardi menanyakan hal berikut:
Seputar ditunjukan tidaknya tim Indonesia alat‐alat yang digunakan tim ahli
Belanda dan standar yang mereka gunakan Ridla mengatakan mereka memakai
standar internasional dan alat‐alat terbaru
Seputar jumlah keseluruhan Arsen yang masuk Ridla mengatakan tidak
diketahui jumlah keseluruhan Arsen yang masuk, sebab yang didapatkan hanya
yang tersisa di lambung, belum terhitung yang terserap. Sedangkan di dalam
darah yang seharusnya satu‐dua jam sudah hilang tetapi di Munir kadarnya
masih tinggi
Seputar selain sampel yang diperlihatkan, apakah tubuh Munir juga
diperlihatkan Ridla mengatakan tidak, karena sudah dimakamkan, hanya
diperlihatkan jaringan‐jaringan sisa yang mereka miliki
Seputar diberikan tidaknya jaringan sisa kepada tim Indonesia, dan apakah Tim
Indonesia melakukan pemeriksaan ulang Ridla mengatakan betul, kemudian
diserahkan kepada Mabes Polri, Ridla mengaku setelah itu tidak mengetahui
lagi apakah dilakukan pemeriksaan ulang atau tidak
Seputar ditunjukan tidaknya hasil Visum Ridla mengatakan sudah ditunjukan
dan tim Indonesia menganalisa kembali.
Materi Pertanyaan Penasehat Hukum
Assegaf menanyakan hal berikut:
Seputar reaksi mematikan arsen dalam jangka waktu 30 menit ‐ 1 jam, apakah
reaksi bisa dipengaruhi oleh jumlah yang masuk ke lambung Ridla mengatakan
ya, dan untuk kadar mematikan reaksinya sekitar 30‐60 menit
Seputar teori kemungkinan masuknya Arsen di Pesawat dan di Changi Ridla mengatakan sudah dianalisa bahwa Jakarta Singapura perjalanan sekitar 1
setengah jam, kemudian Singapura 40 menit… kemudian berangkat kembali.
Dari hasil diskusi keterangan saksi yang mengatakan di Changi Munir sudah
mulas‐mulas, dan saat boarding pesawat Singapura Amesterdam Munir sudah
minta obat, artinya sudah timbul gejala
Terkait keterangan saksi yang bisa mematikan Arsen masuk di pesawat. Cicut
mengingatkan saksi agar memberi keterangan sesuai pengetahuan dan keahlianya saja
tidak harus menjawab semua, terkait saksi menggunakan keterangan referensi saksi lain.
Karena keterangan tersebut, Penasehat Hukum merasa keberatan
Seputar aroma Arsen Ridla mengatakan ketika cairan keluar akan berbau
bawang putih seperti pada cairan muntah, sebab dia sudah bercampur dengan
protein yang ada di dalam tubuh
Wirawan Adnan Menanyakan hal‐hal berikut:
Apakah jenis arsen yang ada di Munir adalah jenis ASO₂O₃ Ridla menjawab, ya
Seputar aroma arsen yang seperti bau bawang putih Ridla mengatakan aroma
bawang putih akan tercium apabila Arsen sudah bereaksi bersama protein
Seputar bau arsen yang sudah bereaksi dengan protein yang terjadi di luar tubuh Ridla mengatakan, kemungkinannya tetap menimbulkan bau
Apakah arsen yang dimasukan ke dalam orange juice dan makanan akan
menimbulkan aroma bawang putih Ridla mengatakan tidak, jika di luar tubuh
tidak menimbulkan aroma
Seputar keracunan Munir apakah kematian kronik atau akut Ridla mengatakan
akut
Seputar dasar terjadinya keracunan “ketidakmungkinan di luar sebelum boarding
di Jakarta”. Ridla mengatakan, pertama karena kandungannya besar, kedua
gejala awal sekitar 30‐ 60 menit.
Wirawan mengatakan jika 30‐60 menit, sangat memungkinkan bisa
menimbulkan keluhan saat penerbangan Jakarta‐Singapura, sebab lamanya
penerbangan satu setengah jam. Ridla mengatakan kemungkinan ada.
Wirawan mengkonfrontasi dengan keterangan saksi yang mengatakan “tidak
mungkin jika terjadi di luar saat sebelum boarding” Ridla mengatakan “tidak
mungkin di Jakarta karena yang saya dengar dari…Wirawan memotong dan menanyakan bagaimana anda bisa bilang “tidak mungkin”. Ridla menjawab,
mungkin apabila gejalanya terasa saat ada di pesawat Jakarta Singapura, Jika
reaksinya 30 menit, maka proses keracunannya bisa terjadi di Cengkareng bisa
di pesawat
Seputar bisa diketahui atau tidak apa makanan dan minuman apa yang ada di
lambung Munir Ridla menjawab agak sulit, dan tidak ada keterangan tentang
isi kandungan lambung Munir.
Seputar bisa tidaknya mengetahui makanan apa saja yang dikonsumsi dengan
menit karena saat itu pencernaan belum menghancurkan semua makanan, masih
ada makanan yang tersisa
Seputar bisa tidak jumlah Arsen yang mematikan di masukan ke dalam air
dingin kemudian menjadi larut Ridla mengatakan bisa, tetapi agak lama. berapa
lama larutnya tergantung pada jumlah arsennya, jika jumlah yang mematikan
sekitar 200 mg maka sebentar saja bisa larut.
Seputar Bisa tidaknya arsen 200 mg larut dalam minuman dingin tanpa harus
diaduk Ridla mengatakan bisa larut sendiri, tetapi waktunya agak lama, sekitar
5‐10 menit
Seputar ada tidaknya analisa ilmiah dalam pertemuan dengan ahli Belanda.
Ridla mengatakan ada, Wirawan menanyakan apa yang dimaksud dengan
reaksi metobilisme jenis makanan yang bercampur dengan arsenik Ridla mengatakan, arsenik akan membentuk AS o4, sehingga logam AS akan
mengikat o4, dalam tubuh ada ATP dan ADP sebagai energi tubuh yang berupa
Co4, Co4 akan digantikan oleh arsen tersebut yang tidak mempunyai fungsi
menjadi ADP …(tidak terdengar jelas). Wirawan menanyakan berapa lama
reaksi tersebut Ridla mengatakan hanya sesaat, karena darah dalam satu dua
jam bisa hilang, lalu Arsen masuk ke jaringan menggantikan ADP‐ADP tersebut
Seputar melakukan tidaknya tim tentang metabolisme Ridla mengatakan tidak
Seputar sampel yang dibawa tim ahli dari Indonesia Ridla mengatakan ada
beberapa jenis jaringan yang di bawa ke Indonesia termasuk isi lambung
sekitra1‐2 ml. Selanjutnya cairan tersebut dikembalikan ke Polri
Seputar ada tidaknya analisa ulang dari sampel yang dibawa dan apakah sampel
1‐2 mg tersebut cukup untuk melihat reaksi kimia yang ada di korban, dan
apakah dari jumlah 1‐2 mg bisa melihat adanya racun Ridla mengatakan bisa
Heru Santoso menanyakan hal berikut:
Seputar berapa kali saksi menjadi saksi ahli Ridla mengatakan baru pertama kali
Seputar efektif tidaknya 6 hari diskusi dengan tim ahli dari Belanda Ridla mengatakan awal perjalanan 6 hari untuk diskusi dan mengambil sampel, tetapi
terbentur hukum mereka yang tidak mau menyerahkan. Diskusi satu hari sekitar
3‐4 jam, lalu kembali lagi ke Belanda pada bulan Mei
Seputar sampel yang bisa diambil dari orang yang keracunan Ridla mengatakan
hampir semua dari jaringan tubuh, seperti isi lambung, cairan lambung, lever,
paruh, jantung termasuk rambut dan kuku
Seputar ada tidaknya bukti kuku dan rambut Ridla mengatakan, rambut masih
tersimpan, kuku kami tidak melihat
Seputar ada tidaknya tanda di kuku jika orang di racun secara berlahan‐lahan.
Ridla mengatakan ada. Heru menanyakan mengapa kuku tidak ambil Ridla
mengatakan pada awalnya mengetahui bahwa sampel sudah diambil
Seputar alasan rambut dan kuku tidak diambil, dan seputar ukuran kuku yang
bisa diambil Ridla mengatakan kira‐kira 1‐2 gram, kalau 10 gram kadar yang
terlihat hanya sedikit. Saat itu rambut kita usahakan untuk mengambil tetapi
mereka mempertahankan karena untuk digunakan analisa satu kali lagi.
Berapa hari endapan di kuku jika seseorang keracunan arsen Ridla mengatakan
7 minggu sampai 7 tahun baru bisa diketahui
Matei Pertanyaan Majelis Hakim
Hakim ketua Cicut Setiarso menanyakan hal berikut:
Cicut setiarso menunjukan hasil‐hasil Visum kepada saksi di depan meja Hakim
ketua.
Seputar bentuk arsen sebelum berbentuk larutan Ridla mengatakan agak empuk
tidak terlalu keras
Seputar terasa tidaknya arsen dalam bentuk serbuk Ridla mengatakan tidak
terasa
Seputar didiskusikan tidaknya dari mana arsen masuk ke tubuh Munir Ridla mengatakan kami hanya mendiskusikan bahwa arsennya masuk lewat mulut,
Seputar mengikuti tidaknya saksi saat diskusi dan apakah diskusi tidak ada
kejanggalan saat diskusi terjadi Ridla mengatakan dengan ditunjukan metode
dan peralatan tidak ada keraguan terhadap hasil tim ahli Belanda
Hakim anggota Ridwan Mansur menanyakan hal berikut:
Seputar dikenal tidaknya arsen oleh Masyarakat luas Ridla mengatakan banyak
orang jawa yang menggunakan wereng untuk pembersih keris menggunakan
arsen, dan mereka mengetahui bahwa itu beracun
Seputar pernah tidaknya kasus pembunuhan dengan menggunakan arsen Ridla mengatakan sementara belum pernah mendapatkan kasus tersebut
Tanggapan terdakwa
Terdakwa Pollycarpus tidak memberi tanggapan IV. Pemeriksaan dr. Budi Sampurna Identitas Saksi
Nama : Budi Sampurna
TTL : Bandung, 23 Juli 1954
Agama : Islam
Pekerjaan : Dokter Forensik UI
Alamat : Kampus UI, Jl Salemba Raya No.6 Jakarta Pusat
Saksi mengaku tidak kenal terdakwa dan pernah diperiksa di Penyidikan
Saksi mengaku mengenal dr. Ridla Bakri Saksi disumpah secara Islam dan
diingatkan hakim untuk memberi keterangan sesuai keahliannya, dan adanya
ancaman jika memberikan kesaksian palsu, saksi juga diingatkan untuk tidak
menjawab semua pertanyaan jika saksi tidak mengetahuinya. Saksi mengaku
pernah ditugaskan ke Nederland (Belanda)
Materi Pertanyaan JPU
Domu P Sihite menanyakan hal berikut:
Seputar tugas tim ahli dari Indonesia ke Belanda dan pembahasan yang di
lakukan Tim saat ke Nederland Budi mengatakan ada dua kali kunjungan,
kunjungan pertama untuk meyakinkan apakah pemeriksaan yang dilakukan
petugas forensik Belanda sudah sesuai standar atau belum. Pada kunjungan
kedua, untuk mengetahui apakah benar hasil pemeriksaan sesuai dengan
beberapa lembar fotokopi hasil pemeriksaan yang diterima tim ahli Indonesia.
Tim ahli Indonesia memperoleh dokumen asli hasil pemeriksaan
Seputar hasil pembahasan dan temuan tim ahli Budi mengatakan Tim ahli
Indonesia tidak melakukan pemeriksaan, hanya menelusuri cara dan metode
yang NFI gunakan, sampai tim ahli Indonesia yakin bahwa mereka sudah
melakukannya
Seputar metode yang digunakan tim Forensik Belanda, apakah sesuai standar
internasional Budi menjawab ya
Seputar benar atau tidaknya hasil temuan forensik Belanda (bisa
dipertanggungjawabkan atau tidak) Budi mengatakan dari segi prosedural kami
meyakini mereka sudah melakukan yang terbaik dan secara tehnis tim Indonesia
sudah memberikan pertanyaan‐pertanyaan kepada mereka sampai meyakini
bahwa hasilnya benar
Seputar pembahasan yang didiskusikan dengan tim forensik Belanda Budi
mengatakan Pembahasan mengenai pemeriksaan dan kapan kecurigaan yang
muncul bahwa Munir diracun. Pada walnya mereka tidak menemui kecurigaan,
namun setelah jenazah Munir diperiksa dokter di Bandara ditemukan kelainan.
Kemudian Tim Forensik Belanda (NFI) melakukan pemeriksaan ulang utuk
diotopsi ternyata ada hal yang ganjil, lalu mereka melakukan pemeriksaan‐
pemeriksaan lanjutan baru ditemukan bahwa korban keracunan, di sana juga
ditemukan jenis obat‐obat yang masuk ke tubuh Munir. Cara‐cara tersebut
menunjukan mereka sudah melakukan prosedur yang normal dan hasil temuan
mereka dikonfirm lagi di laboratorium mereka, dan di laboratorium lain
Seputar racun yang ditemukan pada tubuh Munir Budi mengatakan yang
ditemukan adalah Arsen.
Seputar bentuk arsen yang ditemukan Budi menjawab di dalam tubuh orang
yang terken Arsen hanya bisa ditemukan unsur Arsen bukan dalam bentuk
senyawanya.
Seputar Arsen yang ada di tubuh Munir Budi mengatakan arsen ada di dalam
darah, urine, dan isi lambung Munir
Seputar isi Visum Munir dan mengerti tidaknya saksi isi Visum tersebut Budi mengatakan Visum dalam bahasa Belanda, dan Budi mengaku mengerti bahasa
Belanda karena pernah belajar di Belanda dan Jerman sehingga bisa
mempelajari hasil visum tersebut
Seputar mengakui dan menyepakati tidaknya tim ahli Indonesia mengenai hasil
temuan NFI Budi mengatakan kami sudah membaca dan membahas sehingga
kita memahami apa yang tim temukan.
Cicut Setiarso menanyakan, diskusi dilakukan dengan menggunakan bahasa apa Budi mengatakan dalam bahasa Inggris
Seputar kesimpulan Arsen sebagai penyebab kematian Munir Budi mengatakan
kesimpulan tersebut tidak seratus persen, tetapi bisa dikatakan keracunan Arsen,
berdasarkan gejala yang ditemukan sebagaimana keterangan saksi‐saksi
gejalanya adalah keracunan akut, dan ditemukan kadar Arsen yang cukup
tinggi di darah, urine. Dalam kadar tinggi karena di dalam literatur memang
tidak banyak penelitian arsen tetapi beberapa kasus keracunan yang ditemukan
angka‐angkanya lebih rendah dibanding yang ditemukan pada korban Munir.
Angka yang kadarnya 200 mikro gram/liter sudah keracunan berat, dan yang
meninggal biasanya di atas 3, untuk kasus Munir kadar di urine 3,1
Seputar bisa tidak disimpulkan kematian Munir karena Arsen yang cukup tinggi Budi mengatakan ya, hal tersebut telah disimpulkan karena tidak ada
penyebab kematian lain, hal ini dibuktikan tim ahli Belanda dengan memeriksa
semua organ, dan mereka tidak menemukan sebab kematian dari organ‐organ
Seputar waktu muncunya reaksi paling cepat dan paling lama Budi mengatakan
berdasarkan literatur dikatakan paling cepat 10 menit gejala awal dengan nyeri
perut, tenggorokan kering. Pada umumnya reaksi terjadi satu jam pertama, ada
makanan sehingga penyerapannya agak lebih lambat sehingga bisa sampai satu
setengah jam, untuk gejala awal paling lama 90 menit paling cepat 10 menit
Seputar akan sama tidaknya hasil visum antara hasil tim Indonesia jika
(mengadakan penelitain) dengan tim ahli forensik Belanda Budi mengatakan
pengetahuan adalah universal dan memang sama sehingga bisa diterima
JPU, Narendra Jatna menanyakan hal berikut:
Di BAP intake maksimum 90 menit sebelum gejala awal atau berarti selama
penerbangan Jakarta‐Singapura, apakah benar demikian Budi mengatakan
betul, dengan cara menghitung bahwa awal yang menonjol pada kasus ini
adalah saat menunggu di ruang tunggu saat Munir di Singapura, dan yang
paling terlihat saat naik pesawat ke Nederland Munir meminta obat sakit perut,
disiitulah titik paling kuat gejala muncul, kemudian ditarik bahwa maksimum
paling cepat 10 menit atau sembilan puluh menit paling lama
Di dalam visum dikatakan tidak dapat menentukan kapan waktu masuknya
Arsen, bagaimana kaitan analisa saksi dengan apa yang termuat dalam Visum. Budi mengatakan saya bukan pembuat Visum sehingga tidak bisa menjelaskan
mengapa bisa demikian, tetapi saat diskusi dengan pembuat Visum ternyata
mereka juga berkembang dalam menganalisa, mereka menemukan dari literatur
yang dibaca sehingga saat diskusi sudah sama dengan kami, mungkin saat
membuat Visum belum yakin benar, karena saat itu mereka juga belum
mengetahui kapan gejala awal muncul.
Seputar bisa tidak diterimanya hasil Visum NFI Budi mengatakan bisa
Cicut mengatakan apakah secara legalitas dan cara NFI melakukan pemeriksaan
bisa diterima Budi mengatakan secara tehnis sudah bisa diterima, secara
hukum bukan kewenangan saya
JPU Supardi menanyakan hal berikut
Seputar faktor yang mempergaruhi cepat lambatnya reaksi Arsen Budi
mengatakan secara umum jenis bahan makanan akan sangat berpengaruh,
apakah jenis bahannya solid padat, cair maka akan berbeda penyerapannya.
Yang kedua senyawanya berpengaruh pada proses penyerapannya termasuk
kalau pada arsen apakah valensinya 3 atau 5 kedua‐duanya berbeda. Yang 3
karena ketika Arsen masuk ke tubuh maka senyawanya akan berubah‐ubah dari
valensi 3 dan valensi 5, bentuknya juga bisa berubah dari ASO₂ apa ASO₃
karena ada asam lambung, karena banyaknya perbuahan yang terjadi tidak bisa
ditentukan senyawa awal saat dimakan akibat banyak faktor yang
mempengaruhi, termasuk faktor korbannya
Materi Pertanyaan Penasehat Hukum
Assegaf menanyakan hal berikut
Seputar waktu bereaksinya Arsen dan gejala awal yang terjadi jika kemasukan
Arsen Budi mengatakan gejala awal yang tidak terlalu nyata banyak, namun
yang paling jelas adalah keringnya tenggorokan dan nyeri perut yang hebat,
kemudian muntah dan buang air besar. Reaksinya tergantung dosis yang masuk
dan bentuk senyawanya
Seputar besarnya dosis berpengaruh cepatnya reaksi Budi mengatakan secara
teoritis benar, tetapi secara penelitain belum ada survey belum ada yang
melakukan, yang ada hanya beberapa laporan kepustakaan sehingga sulit
dijawab. Assegaf mencontohkan “apabila saya minum Arsen sedikit dengan
minum 5‐ 10 gram apakah waktu reaksinya berbeda” Budi mengatakan tentu,
saja
Jika sepuluh menit gejala awal nyeri perut dan tenggorokan kering apakah gejala
selanjutnya muntah Budi mengatakan gejala awal tidak hanya karena jumlah,
tetapi juga tergantung senyawanya, dan bentuk fisikanya apakah cairan, gas
atau padat. Assegaf menanyakan bagaimana jika cairan Budi mengatakan jika
sama‐sama cairan dengan jumlah yang lebih besar akan lebih cepat bereaksi,
tetapi setiap manusia juga punya kekuatan fisik masing‐masing
Jika 30, 60, 90 menit muncul reaksi, bagaimana pengaruhnya jika orang yang
kemasukan arsen dengan jumlah tinggi apakah ia masih bisa seperti orang
normal Budi mengatakan penelitian ini kami tidak punya laporannya tetapi
yang tercatat di laporan gejala awal yang muncul paling cepat 10 menit paling
lambat 90 menit, tetapi apakah orang itu akan jatuh atau tidak bisa bergerak
tidak tentu
Wirawan Adnan menanyakan hal berikut:
Jumlah arsen darah 4, 8, di urine, 3,1, berapa jumlah lambung Munir. Budi mengatakan 0,46 mg/ ml di dalam 180 ml
Apakah dari jumlah konsentrasi di urine, darah dan lambung bisa diketahui
waktu intakenya Budi mengatakan untuk diketahui…, Wirawan memotong dan
menanyakan berapa intek yang mematikan Budi menjawab tergantung
senyawanya. Wirawan menanyakan bagaimana jika senyawanya ASO₂O₃ Budi menjawab Angka di dalam literatur disebutkan 120 –200 mg sudah mematikan.
Wirawan menanyakan jika jumlah konsentrasinya demikian, kapan total
inteknya Budi mengatakan ini diskusi yang panjang dan kita tidak pernah bisa
mencapai satu keputusan final, tetapi mencoba berhitung panjang dengan
menghitung isi lambung. Di lambung dengan 0,46 mg/ml dari 180 ml maka
angkanya akan setara dengan 110 mg ASO₂O₃, padahal di lambung sudah
dibuang lewat muntah. Masalahnya isi lambung yang mau ditanyakan adalah
seluruh jumlah di dalam tubuh yang sudah terserap, maka angka tersebut tidak
cukup valid. Di dalam darah angkanya 3,1, ada penelitian di Leiden bahwa
berapa kira‐kira penyerapan dari cairan tubuh dan berapa yang akan
didistribusikan scara relatif, penelitian dilakukan pada tikus. Jika andaikan
manusia distribusinya sama dengan tikus dan dihitung dengan angka tadi, maka
angka yang diperoleh sekitar 930 mg arsen, dan jika disetarakan dengan ASO₂O₃
akan setara sekitar 1,236 gram ini masih perhitungan. Jika benar dijabarkan
fisiknya akan sedikit karena 1 gram sekitar 1/5 gula untuk kopi. Kesulitannya
bahan tadi sulit larut di dalam air
seputar pengaruh kelarutan Arsen terhadap suhu air Budi mengatakan jika
tidak salah semakin panas semakin mudah larut dan tergantung derajat PH
(keasaman)
Bagaimana sifat larutnya Arsen pada orange juice yang dingin, berapa
kedinginan yang layak dimimum Budi mengatakan di orange Juice sekitar 10‐15
derajat, tidak ada penelitian bagaimana proses kelarutan pada suhu tersebut.
Namun pada diskusi selanjutnya NFI melakukan penelitian tersebut. Mereka
melarutkan 500 mg di dalam 100 Ml di aduk dengan cara mengaduk kuat dan
dia aduk secara terus menerus selama 5 menit, hasilnya pada waktu diaduk kuat
semua hilang tidak ada endapan, tetapi setelah didiamkan terjadi pengendapan.
Pada suhu berapa dilarutkan tidak disebutkan tetapi dilakukan pada suhu
normal
Cicut Setiarso menanyakan hal berikut:
Apakah saksi mempunyai keahlian sama dengan dr. Ridla Budi mengatakan
Ridla ahli Toxin, saya ahli forensik.
Saksi diingatkan untuk menjawab yang hanya diketahui secara keahlian dan tidak harus mampu menjawab semua
Apakah saksi mengikuti penelitian tersebut atau hanya dari keterangan Budi
mengatakan tidak menyaksikan penelitian tetapi berdasarkan keterangan
mereka dari surat yang NFI berikan.
Budi melanjutkan jawaban bahwa arsen dalam bentuk ASO₂ dan ASO₃ tidak
mudah larut, jika tidak larut bisa dibuat suspensi (suspensi seperti pada obat
batuk ada endapan tetapi jika dikocok akan seperti suspensi). Dalam larutan
agak sulit dalam suspensi bisa
Seputar arsen yang dilarutkan bisa menimbulkan aroma atau tidak Budi mengatakan menurut penelitian tidak menimbulkan aroma
Seputar alasan sebab kematian tidak bisa dipastikan seratus persen Budi
mengatakan pada umumnya bersepakat, jika yakin seratus persen akan
dikatakan sebab kematian “bla, bla...”. Jika tidak yakin seratus persen tetapi
masih yakin maka bisa menggunakan bahasa lain “beyond resonable” dalam
hukum juga tidak ada seratus persen, dan sudah disebutkan pada Munir tidak
ada sebab kematian lain (kecuali karena Arsen)
Seputar proses kematian Munir kronik atau akut Budi mengatakan akut karena
begitu masuk ke tubuh masuk ke darah lalu di distribusi ke jaringan organ
tubuh. Pada umunya arsen akan ada di darah 2‐3 jam mereka akan masuk pada
jaringan. Pada kasus munir masih ada di darah, artinya masih baru terjadi dan
masih ada di lambung
Seputar melihat tidaknya saksi kondisi mayat Munir Budi mengatakan tidak
melihat tetapi melihat gambaran mayatnya
Imron Halimy menanyakan hal berikut:
Imron menyatakan saat diskusi hasil visum sudah jadi, dan pihak belanda
menjelaskan hasil visum Budi mengatakan hal tersebut terjadi pada diskusi
pertama. Untuk diskusi yang kedua tim ahli Indonesia lebih banyak
menanyakan tentang waktu, senyawa arsen dan jumlah arsen. Imron menanyakan berapa kali diskusi dilakukan Budi menjawab dua kali, pada
setiap kunjungan diskusi dilakukan satu kali
Seputar ada tidaknya perubahan analisa dari hasil visum ketika tim ahli
Indonesia banyak menanyakan hasil visum Budi mengatakan perubahan tidak
ada tetapi menjadi semakin tajam. Contohnya pada diskusi pertama mereka
tidak bisa menyebutkan kapan waktu intake terjadi. Pada diskusi kedua pada
angka‐angka intake maksimum 90 menit. Dan ketika ditanyakan mungkin tidak
lebih dari 90 menit, mereka mengatakan tidak berani mengatakan “tidak mungkin
tetapi “very unlikely”
Seputar membuat tidaknya tim ahli dari Indonesia sebuah analisa sebagai “second opinion” Budi mengatakan kami mengadakan analisa tetapi bukan
sebagai Second opinion, menganalisis apa yang dilakukan mereka dan
menentukan perlu tidaknya tindakan lain atau pemeriksaan lanjutan
Seputar diserahkan tidaknya hasil analisa tim Indonesia kepada Penyidik Budi mengatakan diserahkan, pertama dalam bentuk laporan beserta analisisnya, lalu
dalam bentuk berita acara (BAP). Imron menanyakan apakah analisa tersebut
sekedar mempertajam, menjelaskan atau ada perbedaan Budi manjawab tidak
mungkin ada perbedaan karena tim ahli Indonesia tidak melakukan
pemeriksaan
Seputar ada tidaknya wacana agar tim Indonesia melakukan otopsi Budi menjawab ada wacana mengenai pertimbangan untung rugi jika otopsi kami
lakukan. Pertama jenazah sudah pernah diotopsi dan sudah dipormalin dan
sudah dimakamkan, pemakaman sudah lewat dua bulan, maka dipehitungkan
apa yang bisa diambil jika akan dilakukan otopsi karena darah sudah tidak ada,
isi lambung, sudah tidak ada, dan disebutkan keluarga juga tidak mau. Akhirnya
tim Indonesia berpendapat otopsi ulang terlalu banyak kerugian dibanding
untungnya.
Seputar wacana otopsi apakah hanya menjadi wacana pada diskusi atau menjadi
Seputar ciri‐ciri keracunan kronik Budi menjawab kroniknya yang cukup lama
ada garis di kuku, ada beberapa garis berwarna lain.
Seputar berpengaruh tidaknya reaksi arsen terhadap orang yang berpenyakit
Budi menjawab tergantung penyakitnya. Imron mengatakan bagaimana
dengan penyakit hati Budi menjawab rasanya tidak
Seputar ditemukan tidaknya penyakit dalam pada Munir yang mempercepat
reaksi arsen pada Munir Budi menjawab tidak ada
Heru Santoso menanyakan hal berikut:
Seputar ada tidaknya pada kesimpulan visum mengenai intakenya Arsen Budi mengatakan dalam laporan Visum dinyatakan tidak dapat ditentukan
Seputar ada tidaknya dalam hasil Visum dari mana masuknya Arsen, apakah
dari makanan atau minuman Budi menjawab tidak mungkin bisa membedakan
apakah masuknya lewat makanan dan minuman, yang jelas melalui pencernaan
Seputar keterangan tentang suspensi, jika satu gelas orange juice 75 cc, dan sisa
arsen 82,9 sebagai sisa karena ada yang terbuang dan dikatakan 1/3 sendok teh,
jika demikian setara dengan berapa mili gram Budi mengatakan 1 gram arsen
ASO₂O₃ setara dengan volume sekitar 1/5 ukuran gula yang biasa dipakai. Heru menegaskan jika sisa 82 mg berapa sendok kristalnya Budi mengatakan bisa
diukur sendiri, dalam satu sendok ada 5 gram tinggal dihitung saja ada berapa. Heru mengatakan, jika dalam sendok ada 5 gram, sisa 82 mg maka sisanya
setangah sendok Budi mengatakan jauh sekali, masih 1/5 sendok
Seputar Orange Juice larut tidaknya Arsen dalam posisi diam (tidak diaduk atau
digoyangkan) Budi mengatakan ada dua larutan atau suspensi, kalau dalam
bentuk larutan sedikt yang bisa larut tetapi dalam bentuk suspensi satu gram
pun bisa larut
Seputar arsen di darah yang mestinya sudah hilang dalam waktu 2‐3 jam, tetapi
di dalam visum masih dalam kandungan tinggi Budi mengatakan artinya
masuknya tetap ada terus, masuk kemudian distribusi, kalau ia hanya sekali
adopsi maka distribusi sekali dan selesai hilang, jika terus menerus... maka dia
tidak adop
Materi pertanyaan Majelis Hakim
Hakim ketua Cicut Setiarso menanyakan hal berikut:
Seputar alasan kebenarannya (kematian karena Arsen) tidak seratus persen,
berapa jumlahnya jika diukur dengan prosentase Budi mengatakan ada di atas
sembilan puluh lima persen
Seputar punya tidaknya pengalaman saksi menyembuhkan orang yang terkena
Arsen Budi mengatakan tidak punya pengalaman tersebut. Kasus Arsen sangat
jarang. Di Indonesia kasus keracunan arsen hampir tidak pernah dijumpai
Hakim Anggota Ridwan Mansur menanyakan hal berikut
Seputar cairan yang ditemukan saat otopsi Budi menjawab yang paling
menonjol ditemukan cairan yang berwarna seperti air cucian beras, biasanya
cairan itu ditemukan pada diare yang hebat sekali dan kolera. Di dalam isi
lambung ada cairan tersebut dan saat dirotgen dengan sinar X ditemukan radio opa warnanya putih, artinya di situ ada logam, dari situ dicurigai ada logam
berat di tubuh Munir, maka dilakukan pemeriksaan
Seputar ada tidaknya penyebab kematian Munir yang lain Budi mengatakan
dari sisi patologi tidak ditemukan satupun kelainan yang menyebabkan
kematian karena organ
Seputar proses masuknya Arsen ke jaringan tubuh dan jaringan yang dirusak Budi mengatakan Arsen yang masuk ke dalam tubuh akan menyebar ke seluruh
jaringan sehingga sulit dijawab jika ditanyakan bagian mana yang menyebabkan
kematian, umumnya yang rusak karena arsen adalah saluran cerna dirusak
sedemikian rupa sehingga akan mengeluarkan banyak cairan dengan muntah
dan buang‐buang air sehingga terjadi dehidrasi
Seputar diperlihatkan tidaknya saksi hasil Visum dan otopsi (sambil Hakim
ketua menunjukan hasil visum kepada saksi) Budi Sampurna mengatakan ya
Tanggapan Terdakwa
Terdakwa Pollycarpus tidak memberi tanggapan