• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bagaimana Allah Berbicara Kepada Manusia?

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Bagaimana Allah Berbicara Kepada Manusia?"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Bagaimana Allah Berbicara Kepada Manusia?

Friday, May 20, 2016

https://www.itsme.id/bagaimana-allah-berbicara-kepada-manusia/

Sebuah Kajian Memahami Q.S. Asy-Syuura [42]:51

iT's me - Seringkali saat menemui istilah bahasa Arab ‘wahi’ dalam pemikiran Muslim, biasanya ini diterima secara meluas dan dipahami hanya sebagai wahyu yang diterima Nabi. Bagaimanapun juga dari sudut pandang Al-Qur’an kita akan mengetahui bahwa pembatasan pengertian demikian terhadap istilah tersebut adalah suatu hal yang tidak berdasar.

Akar kata bahasa Arab ‘W-H-Y’ berarti mengungkap, mengindikasikan, menandakan, atau menyiratkan (dalam batin) suatu sinyal, untuk menginspirasi atau menunjukkan.

Sumber: Hans Wehr – A Dictionary of Modern Written Arabic [1]

Sumber: Leksikon Edward Lane [2]

Pembaca juga akan mengetahui dari ayat Al-Qur’an berikut.

ٌﻢﻴِﻜَﺣ ٌّﻲِﻠَﻋ ُﻪَّﻧِﺇ ُﺀﺂَﺸَﻳ ﺎَﻣ ِﻪِﻧْﺫِﺈِﺑ َﻰِﺣﻮُﻴَﻓ ًﻻﻮُﺳَﺭ َﻞِﺳْﺮُﻳ ْﻭَﺃ ٍﺏﺎَﺠِﺣ ِﺀﺁَﺭَﻭ ﻦِﻣ ْﻭَﺃ ًﺎﻴْﺣَﻭ َّﻻِﺇ ُﻪَّﻠﻠٱ ُﻪَﻤِّﻠَﻜُﻳ ﻥَﺃ ٍﺮَﺸَﺒِﻟ َﻥﺎَﻛ ﺎَﻣَﻭ “Dan tidak patut bagi seorang manusia (bahasa Arab: l-basharain) bahwa Allah akan berbicara kepadanya kecuali dengan perantaraan wahyu (bahasa Arab: wahyan) atau dari belakang tabir (bahasa Arab: hijabin) atau dengan mengutus utusan lalu diungkapkan (bahasa Arab: fayuhiya) kepadanya dengan izin-Nya apa yang Dia kehendaki. Sungguh, Dia Mahatinggi Mahabijaksana. ”Q.S. Asy-Syuura [42]:51

(2)

Ilustrasi: Joseph Islam

Kata bahasa Arab ‘l-basharin’ di ayat di atas mengacu kepada ‘tiap’ manusia dan bukan orang tertentu. Karenanya istilah itu mencakup semua orang.

Ayat itu kemudian menjelaskan bagaimana komunikasi-komunikasi dari Allah mencapai manusia. (1)Melalui ilham/saran-saran/petunjuk-petunjuk, dan sebagainya (wahi)

(2)Dari belakang tabir (Hijab) – Lihat contoh Nabi Musa AS di bawah (3)Dengan mengirimkan utusanNya

(1) MELALUI ILHAM, SARAN-SARAN, PETUNJUK-PETUNJUK, dan sebagainya (WAHI) Jelas bahwa ciptaan Allah (termasuk manusia) punya kemampuan menerima ‘wahi’ dari-Nya dalam beraneka kapasitas. Misalnya:

(i) Langit-langit diwahyukan (awha) untuk menjalankan fungsi masing-masing. Q.S. Fushilat [41]:12. ِﻢﻴِﻠَﻌْﻠٱ ِﺰﻳِﺰَﻌْﻠٱ ُﺮﻳِﺪْﻘَﺗ َﻚِﻟٰﺫ ًﺎﻈْﻔِﺣَﻭ َﺢﻴِﺑﺎَﺼَﻤِﺑ ﺎَﻴْﻧُّﺪﻠٱ َﺀﺂَﻤَّﺴﻠٱ ﺎَّﻨَّﻳَﺯَﻭ ﺎَﻫَﺮْﻣَﺃ ٍﺀﺂَﻤَﺳ ِّﻞُﻛ ﻰِﻓ ٰﻰَﺣْﻭَﺃَﻭ ِﻦْﻴَﻣْﻮَﻳ ﻰِﻓ ٍﺕﺍَﻭﺎَﻤَﺳ َﻊْﺒَﺳ َّﻦُﻫﺎَﻀَﻘَﻓ

“Lalu diciptakan-Nya tujuh langit dalam dua masa dan pada setiap langit Dia mewahyukan urusan masing-masing. Kemudian, langit yang dekat (dengan bumi), Kami hiasi dengan bintang-bintang dan (Kami ciptakan) itu untuk memelihara. Demikian ketentuan (Allah) Yang Maha Perkasa, Maha Mengetahui.” Q.S. Fushilat [41]:12.

(ii) Lebah-lebah diwahyukan (awha) untuk bersarang di pegunungan dan pepohonan (Q.S. An-Nahl [16]:68).

َﻥﻮُﺷِﺮْﻌَﻳ ﺎَّﻤِﻣَﻭ ِﺮَﺠَّﺸﻠٱ َﻦِﻣَﻭ ًﺎﺗﻮُﻴُﺑ ِﻝﺎَﺒِﺠْﻠٱ َﻦِﻣ ﻯِﺬِﺨَّﺘٱ ِﻥَﺃ ِﻞْﺤَّﻨﻠٱ ٰﻰَﻟِﺇ َﻚُّﺑَﺭ ٰﻰَﺣْﻭَﺃَﻭ “Dan Tuhanmu mengilhamkan kepada lebah, ‘Buatlah sarang-sarang di gunung-gunung, di pohon-pohon kayu, dan di tempat yang dibikin manusia.” Q.S. An-Nahl [16]:68.

(iii) Bumi diwahyukan (awha) pada hari itu. (Q.S. Al-Zalzalah [99]:4 – 5)

“Pada hari itu bumi menyampaikan beritanya, karena sesungguhnya Tuhanmu telah memerintahkan kepadanya.” Q.S. Al-Zalzalah [99]:4 – 5.

(iv) Dengan hormat pada orang-orang yang bukan utusan Allah, ibunda Nabi Musa AS menerima ‘awha’ untuk menghanyutkan bayinya ke sungai dan untuk tidak takut. Q.S. Al-Qashash [28]:7.

َﻦِﻣ ُﻩﻮُﻠِﻋﺎَﺟَﻭ ِﻚْﻴَﻟِﺇ ُﻩﻭُّﺩﺁَﺭ ﺎَّﻧِﺇ ۤﻲِﻧَﺰْﺤَﺗ َﻻَﻭ ﻰِﻓﺎَﺨَﺗ َﻻَﻭ ِّﻢَﻴﻠٱ ﻰِﻓ ِﻪﻴِﻘْﻟَﺄَﻓ ِﻪْﻴَﻠَﻋ ِﺖْﻔِﺧ ﺍَﺫِﺈَﻓ ِﻪﻴِﻌِﺿْﺭَﺃ ْﻥَﺃ ٰﻰَﺳﻮُﻣ ِّﻡُﺃ ٰﻰَﻟِﺇ ﺂَﻨْﻴَﺣْﻭَﺃَﻭ َﻦﻴِﻠَﺳْﺮُﻤْﻠٱ “Dan kami ilhamkan kepada ibunya Musa, ‘Susuilah dia (Musa) dan apabila engkau khawatir

(3)

terhadapnya maka hanyutkanlah dia ke sungai (Nil). Dan janganlah engkau takut dan janganlah (pula) bersedih hati, sesungguhnya Kami akan mengembalikannya kepadamu, dan menjadikannya salah seorang Rasul.” Q.S. Al-Qashash [28]:7.

Oleh karena itu, tampak dari ayat tersebut bahwasanya manusia (bashar) memiliki kapasitas untuk

menerima ilham-ilham dari Alah, pemikiran di benak atau batin seseorang atau suatu petunjuk yang mana kebenaran atau pemahaman tertentu bisa mewujudkan diri.

(2) DARI BELAKANG TABIR (HIJAB)

Allah hanya berkomunikasi kepada manusia dari belakang tabir tersembunyi. Patut diapresiasi bahwa bahkan saat Allah berfirman secara langsung kepada Nabi Musa AS (Q.S. An-Nisaa:164), Allah masih tetap tidak terlihat. Selalu terdapat ‘Hijab’ (tabir) antara Allah dan Nabi.

Al-Qur’an menjelaskan penegasan tidak mampunya manusia melihat Allah melalui balasan terhadap permintaan Nabi Musa dimana :...Tuhan berfirman, ‘Engkau tidak akan (sanggup) melihat-Ku (lantarani – Q.S. Al-A’raaf [7]:143)

Bahkan perwujudan tidak langsung untuk menunjukkan keagungan Tuhan (tajjab) terbukti gagal saat Allah menampakkan (keagungan-Nya) kepada gunung dan akhirnya gunung itu hancur luluh jadi debu (dakkan) dan Nabi Musa AS jatuh pingsan tak sadarkan diri (sa’iqan).

ُﻪَﻧﺎَﻜَﻣ َّﺮَﻘَﺘْﺳﺍ ِﻥِﺈَﻓ ِﻞَﺒَﺠْﻟﺍ ﻰَﻟِﺇ ْﺮُﻈْﻧﺍ ِﻦِﻜٰـَﻟَﻭ ﻰِﻧﺍَﺮَﺗ ﻦَﻟ َﻝﺎَﻗ َﻚْﻴَﻟِﺇ ْﺮُﻈﻧَﺃ ۤﻲِﻧِﺭَﺃ ِّﺏَﺭ َﻝﺎَﻗ ُﻪُّﺑَﺭ ُﻪَﻤَّﻠَﻛَﻭ ﺎَﻨِﺗﺎَﻘﻴِﻤِﻟ ٰﻰَﺳﻮُﻣ َﺀﺂَﺟ ﺎَّﻤَﻟَﻭ َﻦﻴِﻨِﻣْؤُﻤْﻠٱ ُﻝَّﻭَﺃ ْﺎَﻧَﺃَﻭ َﻚْﻴَﻟِﺇ ُﺖْﺒُﺗ َﻚَﻧﺎَﺤْﺒُﺳ َﻝﺎَﻗ َﻕﺎَﻓَﺃ ﺂَّﻤَﻠَﻓ ًﺎﻘِﻌَﺻ ٰﻰَﺳﻮﻣ َّﺮَﺧَﻭ ًﺎّﻛَﺩ ُﻪَﻠَﻌَﺟ ِﻞَﺒَﺠْﻠِﻟ ُﻪُّﺑَﺭ ٰﻰَّﻠَﺠَﺗ ﺎَّﻤَﻠَﻓ ﻰِﻧﺍَﺮَﺗ َﻑْﻮَﺴَﻓ “Dan ketika Musa datang untuk (munajat) pada waktu yang telah Kami tentukan dan Tuhan telah

berfirman (langsung) kepadanya, Musa berkata, ‘Ya Tuhanku tampakkanlah (diri-Mu) kepadaku agar aku dapat melihat kepada Engkau (Allah),’ Tuhan berfirman, ‘Engkau tidak akan (sanggup) melihat-Ku, namun lihatlah ke gunung itu, jika ia tetap di tempatnya (sebagai sediakala) niscaya engkau dapat melihat-Ku’ Maka ketika Tuhannya menampakkan (keagungan-Nya) kepada gunung itu, gunung itu hancur luluh dan Musa pun jatuh pingsan. Setelah Musa sadar, dia berkata, ‘Mahasuci Engkau, aku bertobat kepada Engkau dan aku orang yang pertama-tama beriman’” Q.S. Al-A’raaf [7]:143.

Akibatnya, ‘Hijab’ (tabir) antara Allah dan manusia tidak pernah bisa ditembus dan tetap berlaku meskipun ada banyak bentuk komunikasi yang digunakan Allah.

(3) DENGAN MENGIRIMKAN UTUSANNYA

Allah juga mengutus utusan-utusanNya ke umat manusia sebagai bagian dari bimbingan (lihat Q.S. Al-A’raaf [7]:35). Ini adalah bentuk komunikasi yang selalu ada dari Allah dan terus berlanjut sebagaimana dikutip dengan jelas oleh ayat Al-Qur’an.

َﻥﻮُﻧَﺰْﺤَﻳ ْﻢُﻫ َﻻَﻭ ْﻢِﻬْﻴَﻠَﻋ ٌﻑْﻮَﺧ َﻼَﻓ َﺢَﻠْﺻَﺃَﻭ ٰﻰَﻘَّﺘٱ ِﻦَﻤَﻓ ﻰِﺗﺎَﻳﺁ ْﻢُﻜْﻴَﻠَﻋ َﻥﻮُّﺼُﻘَﻳ ْﻢُﻜﻨِّﻣ ٌﻞُﺳُﺭ ْﻢُﻜَّﻨَﻴِﺗْﺄَﻳ ﺎَّﻣِﺇ َﻡَﺩﺁ ۤﻲِﻨَﺑﺎَﻳ “Wahai anak cucu Adam! Jika datang kepadamu Rasul-Rasul dari kalanganmu sendiri, yang

(4)

maka tidak ada rasa takut pada mereka, dan mereka tidak bersedih hati.” Q.S. Al-A’raaf [7]:35.

Kata kerja tidak sempurna ‘yuhi’ yang digunakan dalam Q.S. Asy-Syuura [42]:51 telah digunakan dalam Al-Qur’an untuk jenis wahyu yang diturunkan pada utusan-utusan Allah demi suatu tugas atau suatu wahyu bagi para malaikat. Misalnya lihat Q.S. Ali ‘Imran [3]:44, Q.S. Al-Anfaal [8]:12, Q.S. Huud [11]:49, Q.S. Yusuf [12]:102, Q.S. Yusuf [12]:109, Q.S. An-Nahl [16]:43, Q.S. Al-Anbiyaa’ [21]:7, Q.S. Al-Anbiyaa’ [21]:25, Q.S. Saba’ [34]:50, Q.S. Asy Syuuraa [42]:3. Bagaimanapun juga kata ini dipakai untuk menyebut bisikan setan pula. Lihat Q.S. Al-An’aam [6]:112 dan Q.S. Al-An’aam [6]:121.

Oleh karena itu kata kerja ‘yuhi’ tidak terbatas pada wahyu-wahyu ‘ilahiah’ saja dan dalam pengertian umumnya mencakup wahyu dalam artian luas baik yang baik maupun yang buruk.

Lebih lanjut lagi, tidaklah tepat untuk membatasi kemampuan menerima ‘wahi’ hanya pada orang-orang tertentu yang terpilih saja. Semua manusia punya kemampuan untuk mendapatkan ilham dalam satu bentuk atau lainnya.

Ibu Nabi Musa AS bukanlah seorang nabi namun mampu menerima ilham.

َﻦِﻣ ُﻩﻮُﻠِﻋﺎَﺟَﻭ ِﻚْﻴَﻟِﺇ ُﻩﻭُّﺩﺁَﺭ ﺎَّﻧِﺇ ۤﻲِﻧَﺰْﺤَﺗ َﻻَﻭ ﻰِﻓﺎَﺨَﺗ َﻻَﻭ ِّﻢَﻴﻠٱ ﻰِﻓ ِﻪﻴِﻘْﻟَﺄَﻓ ِﻪْﻴَﻠَﻋ ِﺖْﻔِﺧ ﺍَﺫِﺈَﻓ ِﻪﻴِﻌِﺿْﺭَﺃ ْﻥَﺃ ٰﻰَﺳﻮُﻣ ِّﻡُﺃ ٰﻰَﻟِﺇ ﺂَﻨْﻴَﺣْﻭَﺃَﻭ َﻦﻴِﻠَﺳْﺮُﻤْﻠٱ “Dan kami ilhamkan kepada ibu Musa; 'Susuilah dia, dan apabila kamu khawatir terhadapnya maka jatuhkanlah dia ke sungai (Nil). Dan janganlah kamu khawatir dan janganlah (pula) bersedih hati, karena sesungguhnya Kami akan mengembalikannya kepadamu dan menjadikannya (salah seorang) dari para rasul” Q.S. Al-Qashash [28]:7.

Kemampuan menerima ‘wahi’ juga dimiliki lebah. Mereka juga menerima ilham dalam kapasistas-kapasitasnya untuk menjalankan suatu fungsi tertentu.

َﻥﻮُﺷِﺮْﻌَﻳ ﺎَّﻤِﻣَﻭ ِﺮَﺠَّﺸﻠٱ َﻦِﻣَﻭ ًﺎﺗﻮُﻴُﺑ ِﻝﺎَﺒِﺠْﻠٱ َﻦِﻣ ﻯِﺬِﺨَّﺘٱ ِﻥَﺃ ِﻞْﺤَّﻨﻠٱ ٰﻰَﻟِﺇ َﻚُّﺑَﺭ ٰﻰَﺣْﻭَﺃَﻭ “Dan Tuhanmu mewahyukan kepada lebah: 'Buatlah sarang-sarang di bukit-bukit, di pohon-pohon kayu, dan di tempat-tempat yang dibikin manusia'” Q.S. An-Nahl [16]:68.

Bagaimanapun juga ‘wahi’ dalam istilah ‘Kenabian’ telah berhenti bagi umat manusia (khatama nabiyina Q.S. Al-Ahzab [33]:40) pada Nabi Muhammad SAW.

KESIMPULAN

Kesimpulannya, semua manusia memiliki kapasitas untuk menerima ‘wahi’ dari Allah dalam suatu bentuk atau lainnya, serta dalam beberapa kasus, sebagai peringatan terhadap umat manusia.

ِﻥﻮُﻘَّﺘٱَﻓ ْﺎَﻧَﺃ َّﻻِﺇ َﻪٰـَﻟِﺇ َﻻ ُﻪَّﻧَﺃ ْﺍۤﻭُﺭِﺬْﻧَﺃ ْﻥَﺃ ِﻩِﺩﺎَﺒِﻋ ْﻦِﻣ ُﺀﺂَﺸَﻳ ﻦَﻣ ٰﻰَﻠَﻋ ِﻩِﺮْﻣَﺃ ْﻦِﻣ ِﺡﻭُّﺮْﻠٱِﺑ َﺔَﻜِﺋۤﻼَﻤْﻠٱ ُﻝِّﺰَﻨُﻳ “Dia menurunkan para malaikat dengan (membawa) wahyu dengan perintahNya kepada siapa yang Dia kehendaki di antara hamba-hamba-Nya, yaitu: 'Peringatanlah olehmu sekalian bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan Aku, maka hendaklah kamu bertakwa kepada-Ku” Q.S. An-Nahl [16]:002.

(5)

ِﻕَﻼَّﺘﻠٱ َﻡْﻮَﻳ َﺭِﺬﻨُﻴِﻟ ِﻩِﺩﺎَﺒِﻋ ْﻦِﻣ ُﺀﺂَﺸَﻳ ﻦَﻣ ٰﻰَﻠَﻋ ِﻩِﺮْﻣَﺃ ْﻦِﻣ َﺡﻭُّﺮﻠٱ ﻰِﻘْﻠُﻳ ِﺵْﺮَﻌْﻠٱ ﻭُﺫ ِﺕﺎَﺟَﺭَّﺪﻠٱ ُﻊﻴِﻓَﺭ "Dia-lah yang Maha Tinggi derajat-Nya, yang mempunyai 'Arsy, Yang mengutus Jibril dengan membawa perintah-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya, supaya dia

memperingatkan (manusia) tentang hari pertemuan (hari kiamat)" Q.S. Al-Mu'min [40]:15. Poin ini dikemukakan kepada Nabi SAW dalam Q.S. Asy-Syuura [42]:51, sehingga ia bisa sebaik mungkin memahami bahwa ia menerima wahyu untuk suatu dakwah kepada umat manusia sehingga hatinya merasa tenteram. (Lihat Q.S. Al-A’raaf [7]:2 dan Q.S. Al-Anbiyaa' [21]:7.

َﻦﻴِﻨِﻣْؤُﻤْﻠِﻟ ٰﻯَﺮْﻛِﺫَﻭ ِﻪِﺑ َﺭِﺬﻨُﺘِﻟ ُﻪْﻨِّﻣ ٌﺝَﺮَﺣ َﻙِﺭْﺪَﺻ ﻰِﻓ ْﻦُﻜَﻳ َﻼَﻓ َﻚْﻴَﻟِﺇ َﻝِﺰﻧُﺃ ٌﺏﺎَﺘِﻛ "Ini adalah sebuah kitab yang diturunkan kepadamu, maka janganlah ada kesempitan di dalam dadamu karenanya, supaya kamu memberi peringatan dengan kitab itu (kepada orang-orang kafir), dan menjadi pelajaran bagi orang-orang yang beriman." Q.S. Al-A'raaf [7]:2.

َﻥﻮُﻤَﻠْﻌَﺗ َﻻ ْﻢُﺘﻨُﻛ ﻥِﺇ ِﺮْﻛِّﺬﻠٱ َﻞْﻫَﺃ ْﺍۤﻮُﻠَﺌْﺳﺎَﻓ ْﻢِﻬْﻴَﻟِﺇ ۤﻲِﺣﻮُّﻧ ًﻻﺎَﺟِﺭ َّﻻِﺇ َﻚَﻠْﺒَﻗ ﺎَﻨْﻠَﺳْﺭَﺃ ﺂَﻣَﻭ "Kami tiada mengutus rasul-rasul sebelum kamu (Muhammad) melainkan beberapa orang laki-laki yang Kami beri wahyu kepada mereka, maka tanyakanlah olehmu kepada orang-orang yang berilmu jika kamu tiada mengetahui." Q.S. Al-Anbiyaa' [21]:7.

Q.S. Asy-Syuura [42]:52 berikut menjelaskan sejelas-jelasnya bahwa terkait kenabiannya, Rasulullah SAW tidak tahu apa itu wahyu dan tidak mengenal konsep mengenai Iman sejati (laimaanu) sebelumnya. Ia adalah orang laki-laki yang memiliki sifat baik (Q.S. Al-Qalam [68]:4), diberi ‘wahi’, dan menjadi pertama yang berserah diri (Q.S. Al-An’aam [6]:163 dan Az-Zumar [39]:12) dan kemudian ia

membimbing umatnya.

ﺎَﻧِﺩﺎَﺒِﻋ ْﻦِﻣ ُﺀﺂَﺸَّﻧ ﻦَﻣ ِﻪِﺑ ﻯِﺪْﻬَّﻧ ًﺍﺭﻮُﻧ ُﻩﺎَﻨْﻠَﻌَﺟ ﻦِﻜٰـَﻟَﻭ ُﻥﺎَﻤﻳِﻺٱ َﻻَﻭ ُﺏﺎَﺘِﻜْﻠٱ ﺎَﻣ ﻯِﺭْﺪَﺗ َﺖﻨُﻛ ﺎَﻣ ﺎَﻧِﺮْﻣَﺃ ْﻦِّﻣ ًﺎﺣﻭُﺭ َﻚْﻴَﻟِﺇ ﺂَﻨْﻴَﺣْﻭَﺃ َﻚِﻟٰﺬَﻛَﻭ ٍﻢﻴِﻘَﺘْﺴُّﻣ ٍﻁﺍَﺮِﺻ ٰﻰَﻟِﺇ ۤﻱِﺪْﻬَﺘَﻟ َﻚَّﻧِﺇَﻭ “Dan demikianlah Kami wahyukan kepadamu (Muhammad) ruh (Al-Qur’an) dengan perintah Kami. Sebelumnya engkau tidaklah mengetahui (bahasa Arab: ma kunta) apakah Kitab (bahasa Arab: ma-Ikitabu) dan apakah iman itu, tetapi Kami jadikan Al-Qur’an itu cahaya, dengan itu Kami memberi petunjuk siapa yang kami kehendaki di antara hamba-hamba Kami. Dan sungguh, engkau benar-benar membimbing (manusia) kepada jalan yang lurus.”Q.S. Asy-Syuura [42]:52.

Nabi Muhammad SAW tidak hanya menerima ‘wahi’ sebagai seorang Rasulullah namun juga dalam kapasitas-kapasitas lainnya. Ini disiratkan Q.S. At-Tahrim [66]:3 dimana kebenaran suatu situasi khusus dimanifestasikan kepadanya dalam kapasitasnya sebagai seorang suami. Jenis manifestasi kebenaran ini terbuka bagi semua makhluk hidup dimana situasi dan kondisi tertentu bisa menunjukkan kebenaran suatu hal.

Baca juga :

(6)

REFERENSI-REFERENSI:

[1] WEHR. H, A Dictionary of Modern Written Arabic, Edited by J.Milton Cowan, 3rd Edition, Spoken Languages Services Inc. 1976, Hal. 157.

[2] LANE. E.W, Edward Lanes Lexicon, Williams and Norgate 1863; Librairie du Liban Beirut-Lebanon 1968, Volume 8, Supplement, Hal. 3050.

Quranmassage quran.com

_______________________________________________

Referensi

Dokumen terkait

Tersimpan dalam rahasia dibalik ayat: ”...tidak mungkin bagi seorang manusiapun bahwa Allah berkata-kata dengan dia kecuali dengan perantaraan wahyu atau dibelakang

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dalam memberi kekuatan dan kemampuan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi yang

Disini penulis berusaha untuk membuka tabir yang menutupi rahasia Allah tentang Nabi Muhammad saw berbicara dengan malaikat, berdasarkan kepada hukum alam, hukum Allah, dilihat

Berdasarkan uraian diatas kita dapat mengambil kesimpulan bahwa rahasia yang ada di balik ayat: "Dialah Yang menciptakan kamu dari diri yang satu..."(Al A'raaf: 7:189)

APA YANG MENJADI DASAR, MANUSIA BISA MELIHAT ALLAH MELALUI RUH KU Nah sekarang, kita masih terus memusatkan pikiran untuk membongkar rahasia yang terkandung dibalik ayat:

Apa saja yang diperbuat oleh manusia, yang kelihatan oleh pandangan mata dan yang tidak kelihatan oleh mata, ”...ruh Ku...(Al Hijr: 15: 29) mengetahui dan mencatatnya. Atau

Nah, kalau kita bongkar rahasia bagaimana bulan, bumi, matahari, bintang bersujud kepada Allah dibalik ayat: ”...kepada Allah bersujud apa yang ada di langit, di bumi,

Ternyata, memang, Allah tidak perlu berbicara langsung dengan setiap Nabi, Rasul dan manusia biasa, karena memang Allah telah ”...meniup kan kedalamnya ruh Ku...(Al Hijr : 15: