266
METODE BAKU PEMISAHAN CESIUM
DALAM LARUTAN BAHAN BAKAR U
3Si
2/Al TMU 4,8 gU/cm
3PASCA IRADIASI MENGGUNAKAN METODE PENUKAR KATION
Rosika Kriswarini, Yanlinastuti, Noviarty, Sutri Indaryati, Iis Haryati
Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir - BATAN
ABSTRAK
Metode penukar kation adalah salah satu metode kimia yang dapat digunakan untuk pemisahan cesium dalam pelat elemen bakar (PEB) U3Si2-Al pasca iradiasi. PEB dilarutkan dan diencerkan menggunakan HCl 0,1N, kemudian ditambah zeolit Lampung sebagai bahan penukar kation untuk mengikat cesium yang terkandung di dalam larutan PEB U3Si2-Al pasca iradiasi. Hasil pemisahan dengan metode penukar kation diperoleh padatan Cs-zeolit. Padatan Cs-zeolit yang terbentuk dikeringkan kemudian dianalisis kandungan cesiumnya menggunakan spektrometer gamma. Untuk mendapatkan hasil analisis cesium yang akurat, maka pada kegiatan penelitian tahun ke-1 dilakukan penyiapan SOP (Standar Opersional Prosedur) yang terkait dengan kegiatan tersebut. Langkah awal yang dilakukan adalah mengidentifikasi unjuk kerja alat spektrometer gamma dengan menentukan efisiensi detektor, akurasi dan presisi pengukuran, kemudian melakukan validasi metode menggunakan larutan cesium standar SRM 4233 E untuk menentukan recovery dan presisi metode. Tujuan penelitian adalah untuk mendapatkan metode penukar kation yang valid yang dapat digunakan untuk pemungutan cesium di dalam PEB U3Si2-Al pasca iradiasi. Hasil validasi metode penukar kation yang valid dituangkan dalam SOP antara lain SOP 040.003/ BN 02 06/ BBN 3.5 tentang Recovery Pemungutan Isotop 137Cs Dalam PEB U3Si2-Al Pasca Iradiasi Menggunakan Metode Penukar Kation dan SOP 003.003/ BN 02 06/ BBN 3.5 tentang Pemungutan Isotop 137Cs Dalam PEB U3Si2/Al Pasca Iradiasi Menggunakan Metode Penukar Kation.
Kata kunci : metode penukar kation, bahan bakar U3Si2/Al pasca iradiasi TMU 4,8gU/cm3, isotop cesium
PENDAHULUAN
Instalasi Radiometalurgi (IRM) dirancang untuk melaksanakan kegiatan pengujian
dan pengembangan uji pasca iradiasi (Post Irradiation Examination, PIE) terhadap elemen
bakar (EB) reaktor riset (RR) dan reaktor daya (RD) beserta komponen reaktor lainnya[1].
Uji pasca iradiasi EB terdiri dari Non Destructive Test (NDT) dan Destructive Test (DT),
metalografi, fisikokimia dan mekanik. Salah satu kegiatan penelitian dan pengembangan
(litbang) untuk analisis PIE EBRR yang digunakan di reaktor G.A. Siwabessy adalah
pengujian PIE dengan metode fisikokimia untuk U3Si2/Al berbentuk pelat. Dalam
pengembangan metode baku uji fisikokimia maka yang sangat penting dilakukan adalah
penentuan burn up atau fraksi bakar dengan cara merusak terhadap PEB U3Si2/Al tingkat
muat uranium (TMU) 4,8 gU/cm3 pasca iradiasi. Penentuan burn up dalam PEB U3Si2/Al
pasca iradiasi TMU 2,96 gU/cm3 sudah dilakukan pada penelitian tahun 2013. Sesuai
denganpenelitian terdahulu maka tujuan menaikkan densitas PEB U3Si2/Al pasca iradiasi
TMU dari 2,96 gU/cm3 menjadi 4,8 gU/cm3 adalah untuk meningkatkan unjuk kerja bahan
267
Burn up merupakan salah satu parameter yang penting dalam mempelajari kinerja
bahan bakar nuklir selama mengalami iradiasi dalam reaktor. Burn up adalah presentasi
atau fraksi atom fisil 235U yang dihasilkan dari proses fisi atau perbandingan antara isotop 235
U yang terbakar menjadi beberapa hasil fisi (salah satunya adalah isotop 137Cs) serta
isotop 235U sisa dan isotop 235U mula-mula[3]. Beberapa kegiatan yang berkaitan dengan
penentuan burn up U3Si2/Al telah dilakukan yaitu mengenai aspek-aspek yang mempuyai
peranan penting dalam analisis burn up, antara lain adalah proses pemisahan
radionuklida hasil fisi dengan unsur-unsur bermassa berat yang terkandung di dalam
PEB U3Si2/Al pasca iradiasi beserta analisis isotop yang terkandung dalam PEB pasca
iradiasi. Isotop yang berperan dalam perhitungan burn up yaitu isotop hasil fisi (Cs, Nd,
Ce, Zr) dan transuranium (U,Pu)[4,9,10].
Isotop hasil fisi dalam PEB U3Si2-Al pasca iradiasi yang digunakan untuk
perhitungan burn up adalah isotop yang memiliki waktu paruh panjang yaitu 137Cs ( T½ =
30,17 tahun) dan fission yield besar (Fy untuk 137Cs = 6,02%). Isotop 137Cs dalam
peluruhannya memancarkan sinar-γ sehingga untuk menganalisis kandungan secara
kualitatif dan kuantitatif menggunakan spektrometer-γ. Pengukuran isotop sangat
ditentukan oleh kemurnian isotop yang akan dianalisis sehingga diperoleh data analisis
yang lebih akurat. Proses pemurnian isotop dalam larutan PEB U3Si2/Al pasca iradiasi
dilakukan dengan metode pemisahan dengan alternatif proses di antaranya adalah
ekstraksi, pengendapan dan penukar kation. Penelitian sebelumnya menginformasikan
bahwa metode penukar kation memberikan hasil pemisahan cesium yang lebih optimum
dibandingkan dengan metode pengendapan maupun ekstraksi[5,8]. Cesium hasil fisi terdiri
dari dua jenis isotop yaitu 134Cs dan 137Cs, di mana isotop134Cs mempunyai waktu paruh
(T½) 2 tahun, sedangkan isotop 137Cs mempunyai waktu paruh (T½) yang panjang yaitu
30,17 tahun. Dengan demikian isotop 137Cs dipilih sebagai isotop untuk analisis
kuantitatif[6,7,11] .
Pelaksanaan kegiatan ini diawali dengan pelarutan PEB U3Si2/Al pasca iradiasi
yang selanjutnya dilakukan proses pengenceran untuk mengurangi paparan radiasi
sehingga sesuai dengan batas keamanan dan keselamatan daerah radiasi dan pekerja
radiasi. Larutan PEB U3Si2/Al pasca iradiasi hasil pengenceran selanjutnya siap dilakukan
proses pemisahan cesium dari larutan PEB PEB U3Si2/Al TMU 4,8 gU/cm3 pasca iradiasi
menggunakan metode penukar kation. Tujuan penelitian pada tahun pertama adalah
melakukan validasi metode dengan menyiapkan beberapa SOP yang berkaitan dengan
pemisahan cesium menggunakan metode penukar kation dengan penambahan zeolit
Lampung. Dari kegiatan ini akan dihasilkan SOP recovery pemungutan cesium, SOP
268
METODOLOGIBahan yang digunakan adalah standar titik isotop 60Co untuk kalibrasi energi alat
spektrometer gamma. Validasi metode dilakukan menggunakan standar cesium cair SRM
4233E dari NIST (National Institute of Standars Technology) untuk menentukan efisiensi,
presisi dan akurasi pengukuran. PEB U3Si2-Al TMU 2,96 gU/cm3 pasca iradiasi digunakan
sebagai sampel dengan zeolit Lampung yang telah diaktivasi sebagai bahan penukar
kation.
Alat yang digunakan adalah botol plastik untuk tempat larutan PEB U3Si2-Al TMU
2,96 gU/cm3 pasca iradiasi. Pipet eppendorph dan pipet ukur,timbangan analitik untuk
menimbang botol/vial/sampel serta shaker untuk proses pengadukan sampel.
Spektrometer-γ untuk pengukuran isotop hasil belah dan Surveymeter sebagi alat
pemantau paparan radiasi.
Langkah awal yang dilakukan dalam validasi metode adalah melakukan kalibrasi
energi alat spektrometer gamma menggunakan standar isotop 60Co. Parameter hasil
kalibrasi akan digunakan didalam melakukan validasi metode. Validasi metode dilakukan
untuk mengetahui recovery proses pemungutan isotop 137Cs dalam standar isotop 137Cs
SRM 4233E dari NIST dengan metode penukar kation menggunakan zeolit Lampung.
Standar 137Cs SRM 4233E yang dikenai proses penukar kation disiapkan dalam 3 (tiga)
buah vial yang telah diberi label. Larutan standar 50 µL ditambah dengan 2 mL larutan
pengemban HCl 0,1M, kemudian ditambahkan zeolit lampung dengan berat 1 gram ke
dalam vial. Campuran Cs-zeolit tersebut selanjutnya dikenakan proses penukar kation
dengan cara mengaduk menggunakan shaker selama 1 jam. Setelah didiamkan selama
24 jam, maka terbentuk 2 (dua) fasa yaitu 137Cs yang terikat dengan zeolit (137Cs-zeolit)
sebagai fasa padat dan unsur pengotor sebagai fasa cair. Kandungan isotop 137Cs dalam
padatan 137Cs-zeolit untuk masing-masing vial diukur menggunakan spektrometer gamma
dengan 3 (tiga) kali pengulangan. Hasil pengukuran isotop 137Cs dengan spektrometer
gamma diperoleh berupa cacahan yang selanjutnya dapat di evaluasi menjadi nilai
efisiensi detektor dengan menggunakan menggunakan rumus :
Eff. = Ci / ( yield x aktivitas ) (1)
Dengan : Ci = count per second (nilai intensitas dibagi waktu counting)
Yield = kebolehjadian 137Cs pada energi 661 keV (Tabel)
269
Besar efisiensi detektor selanjutnya digunakan untuk menghitung aktivitas isotop 137Cs
(analisis kuantitatif) digunakan sebagai berikut [4,5,7,10].
(2)
dengan:
Aktivitas = aktivitas sampel (Bq)
Area net = laju pencacahan (cacah)
t. count = waktu pencacahan (detik)
Efisiensi = efisiensi detektor (%)
Yield = intensitas relatif puncak isotop 137Cs pada energi yang diukur
Berat isotop 137Cs dalam padatan dapat dilakukan dengan perhitungan sebagai berikut
(3)
N = cacah isotop
W = berat isotop dalam padatan (µg)
A = aktifitas isotop dalam padatan (Bq)
T = waktu paro isotop 137Cs(detik) dan BA = berat atom 137Cs
Langkah proses pemisahan cesium dalam sampel larutan PEB TMU 4,8 gU/cm3
pasca iradiasi berdasarkan penelitian terhadap sampel larutan PEB TMU 2,96 gU/cm3
270
Gambar 1. Proses pemisahan 137Cs dalam PEB U3Si2/Al pasca iradiasi menggunakan metode penukar kation
Hasil validasi metode tersebut selanjutnya disusun dalam Standar Operasional
Prosedur (SOP) untuk proses penukar kation menggunakan zeolit Lampung,
mengidentifikasi unjuk kerja dan kesiapan SOP pengujian isotop menggunakan
spektrometer Gamma, menyiapkan SOP recovery proses penukar kation, melakukan
pengukuran standar 137Cs (SRM 4233E) untuk penentuan efisiensi detektor, akurasi dan
271
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kalibrasi energi alat spektrometer- dilakukan dengan menggunakan sumber
standar isotop 60Co dengan waktu cacah 1500 detik. Hasil kalibrasi energi menggunakan
isotop 60Co terdapat dua spektrum pada energi 1173,24 keV dan 1332,5 keV seperti yang
ditunjukkan pada Gambar 2.
Gambar 2. Spektrum 60Co pada energi 1173,24 keV dan 1173,24 keV
Tabel 1. Data perhitungan efisiensi detektor spektrometer-
Aktivitas standar 50µL137Cs, Bq
Net Area
(cacah)
Cacah per detik
(Cps)
I (tabel)
(%)
Efisiensi Detektor
(%) Tahun 2015
9582,96
23585
15,6747 85,1 0,1914
23355
23596
23512
Tabel 1 menunjukkan bahwa diperoleh besar efisiensi detektor sebesar 0,1914%
pada jarak sampel dengan detektor 16 cm. Cacahan standar isotop 137Cs SRM 4233E
digunakan juga untuk perhitungan SD, presisi dan akurasi. Hasil pengukuran diperoleh
nilai SD, akurasi dan presisi masing-masing sebesar 617,14 ; 0,36 % dan 1,875 % seperti
272
pengukuran dan aktivitas yang tercantum dalam sertifikat atau akurasi diperoleh sebesar
0,36 %. Untuk mengetahui keberterimaan nilai perbedaan tersebut, dilakukan uji t dengan
mengambil derajat kepercayaan 95%. Hasil perhitungan menunjukkan nilai uji t sebesar
0,506 lebih kecil dari pada nilai t-tabel (Critical values of student’s t distribution, t0.05 =
4,3)[13]. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara aktivitas
hasil pengukuran dengan sertifikat. Sementara itu, diperoleh besaran presisi pengukuran
sebesar 1,875 % lebih kecil dari 5% sehingga masih memenuhi kriteria keberterimaan
kaidah statistik pada derajat kepercayaan 95%. Berdasarkan data perhitungan di atas
menunjukkan bahwa unjuk kerja peralatan spektrometer- yang digunakan untuk
pengukuran isotop 137Cs telah memenuhi keberterimaan secara statistik.
Dalam melakukan validasi metode selain efisiensi detektor, SD, akurasi dan
presisi ada hal penting yang harus diketahui yaitu recovery pemisahan isotop 137Cs
dengan metode penukar kation menggunakan zeolit Lampung. Padatan 137Cs-zeolit hasil
pemisahan dengan metode penukar kation diukur dengan menggunakan spektrometer
gamma. Hasil pengukuran diperoleh spektrum isotop 137Cs seperti yang ditunjukkan pada
273
Gambar 3. Spektrum isotop standar isotop 137Cs SRM 4233E
Dari spektrum isotop 137Cs ditentukan recovery untuk standar 50 µL isotop 137Cs
SRM 4233E dan padatan 137Cs-zeolit seperti yang ditunjukkan pada Tabel 3.
Tabel 3. Hasil analisis penentuan recovery analisis standar SRM isotop 137Cs[5,14]
Sampel
Kandungan 137
Cs sertifikat (µg)
Kandungan 137Cs
pengukuran (µg) Recovery, %
Larutan 137Cs SRM-NIST 0,0037847 0,00376 99,23
Padatan 137Cs-zeolit 0,0037847 0,00375 99,03
Tabel 3 menunjukkan bahwa hasil penentuan recovery sampel larutan 50 µL SRM
4233E dalam 2 mL HCl 0,1M diperoleh sebesar 99,23 %. Hasil ini dibandingkan dengan
recovery padatan 137Cs-zeolit yang diperoleh sebesar 99,03 %. Hal ini menunjukkan
bahwa metode penukar kation mampu menyerap isotop 137Cs dalam 50 µL SRM 4233E
hingga 98%. Besaran recovery ini digunakan sebagai faktor koreksi untuk penentuan
kandungan isotop 137Cs dalam larutan PEB U3Si2-Al pasca iradiasi dengan metode dan
parameter pengukuran yang sama.
Langkah–langkah validasi metode yang telah diperoleh yaitu meliputi penetuan efisiensi detektor, SD, akurasi dan presisi serta recovery pemisahan isotop 137Cs dengan
metode penukar kation menggunakan zeolit Lampung dituangkan dan disusun dalam
format SOP. Dokumen SOP yang telah tersusun selanjutnya disahkan oleh Unit Jaminan
Mutu (UJM). Beberapa SOP yang telah disahkan oleh UJM adalah 040.003/ BN 02 06/
BBN 3.5, SOP 007.003/ PL 00 01/ BBN 3.5 tentang Pengoperasian dan Perawatan
274
Internal Spektrometer Gamma Genie 2000, SOP 008.003/ BN 03 03/ BBN 3.5 tentang
Pengujian Isotop 137Cs Menggunakan Spektrometer Gamma Genie 2000, SOP 003.003/B
N 02 06/ BBN 3.5 tentang Pemungutan Isotop 137Cs Dalam PEB U3Si2/Al Pasca Iradiasi
Menggunakan Metode Penukar Kation.
KESIMPULAN
Telah diperoleh metode penukar kation yang valid dan siap digunakan untuk
pemungutan isotop 137Cs yang terkandung di dalam PEB U3Si2-Al TMU 4,8 gU/cm3. Langkah–langkah validasi metode tersebut telah dituangkan di dalam beberapa SOP antara lain SOP 040.003/B N 02 06/ BBN 3.5 tentang Recovery Pemungutan Isotop 137Cs
Dalam PEB U3Si2-Al Pasca Iradiasi Menggunakan Metode Penukar Kation dan SOP
003.003/B N 02 06/ BBN 3.5 tentang Pemungutan Isotop 137Cs Dalam PEB U3Si2-Al
Pasca Iradiasi Menggunakan Metode Penukar Kation. SOP yang diperoleh siap
digunakan sebagai prosedur dalam melakukan pemisahan atau penentuan kandungan
isotop 137Cs di dalam PEB U3Si2-Al TMU 4,8 gU/cm3 pasca iradiasi.
UCAPAN TERIMA KASIH
Terima kasih disampaikan kepada Ka.BUR Ir. Sungkono, MT. yang telah
membantu memfasilitasi kegiatan DIPA, Ir. Aslina Br. Ginting, Ir. Dian Anggraini yang
telah memberi bimbingan teknis secara maksimal, Arif Nugroho S.ST dan Boybul,
Dipl.Kim yang telah membantu pelaksanaan secara teknis, teman-teman di kelompok
Fisikokimia yang membantu kelancaran kegiatan ini, teman-teman dari UJM yang
memperlancar pembuatan dan pengesahan SOP serta pengadaan bahan dan alat yang
sangat membantu memperlancar penelitian ini.
PUSTAKA
1. Peraturan Kepala BATAN, No.14/KA/VIII/2013 tentang Rincian Tugas Unit Kerja di
Lingkungan BATAN, Jakarta, 2013.
2. Supardjo, Agoeng K., Boybul, Maman K.A., Karakterisasi Ingot Paduan U-7Mo-xTi
Hasil Proses Peleburan Menggunakan Tungku Busur Listrik, Jurnal Teknologi
Bahan Nuklir Vol.9 No.2, Juni 2013, 67-76.
3. Aslina Br. Ginting, Boybul, Arif N., Dian A., Rosika K., Penentuan Burn Up Mutlak
PEB U3Si2-Al TMU 2,96 gU/cm3 Pasca Iradiasi, Jurnal Teknologi Bahan Nuklir
275
4. Aslina Br.Ginting, Dian Anggraini, Pengaruh Penambahan Zeolit Terhadap
Pemisahan Isotop 137Cs dalam Pelat Elemen Bakar Nuklir U3Si2-Al Pasca Iradiasi ,
Jurnal Teknologi Bahan Nuklir Vol.7 No.2, 2011, 123-135.
5. A. Nugroho, Boybul, A. Br. Ginting, Aslina Br. Ginting, Pemungutan Isotop Hasil Fisi 137
Cs dan Unsur Bermassa Berat dari Bahan Bakar U3Si2-Al Pasca Iradiasi, Jurnal
Teknologi Bahan Nuklir Vol.10, No.1, 2014.
6. A. Br.Ginting, D. Anggraini, A. Nugroho, R. Kriswarini, G. Wurdiyanto, Hermawan,
Pembuatan Isotop 137Cs Sebagai Sumber Radiasi Gamma Untuk Digunakan Dalam
Industri, URANIA, Jurnal Ilmiah Daur Bahan Bakar Nuklir, Vol.3 No.3, 2014,147-155.
7. A. Br. Ginting ,A. Nugroho, Boybul, Pemisahan dan Analisis Isotop 137Cs di dalam
PEB U3Si2-Al TMU 2,96 gU/cm3 Pasca Iradiasi, Jurnal Teknologi Bahan Nuklir Vol.8
No.1, 2012, 27-38.
8. Dian, Siti Amini, Yusuf N., Noviarty, Pemanfaatan Zeolit Lampung untuk Pemisahan
Kation Cs dari Larutan Radioaktif Hasil Fisi, Prosiding Presentasi Ilmiah DBBN VI,
P2TBDU – BATAN, 2001.
9. Arif Nugroho, Dian Anggraini, Noviarty, Analisis Isotop Cs dalam Proses Pemisahan
Cs dengan Zeolit Menggunakan Spektrometer-γ, Jurnal Zeolit Indonesia, 2010, 75
-78.
10. A. Nugroho, D. Anggraini, Noviarty, (2010), Optimasi Penentuan Isotop 137Cs dalam
PEB U3Si2-Al Densitas 2,96 gU/cm3 Pasca Iradiasi, Seminar Nasional VI SDM
Teknologi Nuklir, Yogyakarta, 2010.
11. ASTM E320-00, American Standard Test Methods for 137Cs in Nuclear Fuel Solution
by Radiochemical Analysis, Standard Test Method for Nuclear Material, USA,