BUKU AJAR
KEDOKTERAN KELUARGA
Disusun oleh :
dr. Merry Tiyas Anggraini, M.Kes
dr. Andra Novitasari
dr. M. Riza Setiawan
Reviewer
dr. Aisyah Lahdji, MM, MMR
FAKULTAS KEDOKTERAN
VISI & MISI
Visi
Menjadi program studi yang unggul dalam pendidikan kedokteran dengan
pendekatan kedokteran keluarga dan kedokteran okupasi yang islami berbasis
teknologi dan berwawasan internasional pada tahun 2034
Misi
1. Menyelenggarakan pendidikan kedokteran yang unggul berbasis Standar
Kompetensi Dokter Indonesia (SKDI) dan Standar Kompetensi dan
Karakter Dokter Muhammadiyah (SKKDM).
2. Menyelenggarakan penelitian di bidang kedokteran dasar, kedoteran
klinik, kedokteran komunitas, kedokteran okupasi dan kedokteran islam
guna mendukung pengembangan pendidikan kedokteran dan kesehatan
masyarakat.
3. Menyelenggarakan pengabdian pada masyarakat di bidang kedokteran dan
kesehatan masyarakat.
4. Mengembangkan dan memperkuat manajemen fakultas untuk mencapai
kemandirian.
5. Mengembangkan dan menjalin kerjasama dengan pemangku kepentingan
K A T A P E N G A N T A R
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Alloh SWT atas limpahan
anugerahnya, sehingga buku ajar Kedokteran Keluarga ini dapat diselesaikan.
Penyusunan buku ajar ini bertujuan untuk membantu mahasiswa mempelajari
penyakit-penyakit yang menjadi kompetensinya, sehingga mahasiswa memiliki
kompetensi yang memadai untuk membuat diagnosis yang tepat, memberi
penanganan awal atau tuntas, dan melakukan rujukan secara tepat dalam rangka
penatalaksanaan pasien. Buku ajar ini ditujukan kepada mahasiswa Fakultas
Kedokteran pada Tahap Pendidikan Akademik, mengingat buku ajar ini berisi
ringkasan materi pembekalan Ilmu kedokteran keluarga.
Akhirnya penulis tak lupa mengucapkan banyak terima kasih kepada
berbagai pihak yang telah membantu penulis dalam menyusun buku ajar ini.
Mengingat ketidaksempurnaan buku ajar ini, penulis juga akan berterima kasih
atas berbagai masukan dan kritikan demi kesempurnaan buku ajar ini dimasa
datang.
Semarang, September 2015
DAFTAR ISI
Halaman Judul ...
Visi dan Misi ...
Kata Pengantar ...
Daftar Isi ...
Sub Pokok Bahasan
Kedokteran Keluarga dan Implementasinya
dalam Sistem Kesehatan Nasional ...
Sejarah Perkembangan Kedokteran Keluarga ...
Dokter Keluarga dalam Sistem Kesehatan Nasional ...
Peran Dokter Keluarga dalam Pembangunan Nasional ...
Dokter Keluarga di Indonesia ...
Kebijakan Pengembangan Dokter Keluarga di Indonesia ...
Peran Dokter Keluarga dalam Sistem Jaminan Pemeliharaan Kesehatan ...
Program Pengembangan Dokter Keluarga di Indonesia ...
Standar Kompetensi Dokter Keluarga ...
Sub Pokok Bahasan
Prinsip dan Karakteristik Pelayanan Dokter Keluarga ...
Pengertian Pelayanan Dokter Keluarga ...
Pengertian Dokter Keluarga ...
Pengertian Ilmu Kedokteran Keluarga ...
Peran Dokter Keluarga ...
Pelayanan Kedokteran Keluarga ...
Karakteristik Pelayanan Kedokteran Keluarga ...
Asas–Asas dalam Pelayanan Dokter Keluarga ...
Praktik Dokter Keluarga ...
Peralatan dan Tenaga Pelaksana ...
Pelayanan pada Praktik Dokter Keluarga ...
Pembiayaan Pelayanan Dokter Keluarga ...
Dinamika, Peran dan Pengaruh Keluarga ...
Definisi ...
Bentuk Keluarga ...
Fungsi Keluarga ...
Klasifikasi Tingkat Kesejahteraan ...
Penentuan Sehat atau Tidaknya Keluarga ...
Siklus Kehidupan Keluarga ...
Karakteristik Keluarga Sehat ...
Keluarga dalam Keadaan Krisis ...
Genogram ...
Keluarga dan Konsultasi Medis ...
Keluarga dan Kesehatan ...
Pengaruh Keluarga terhadap Kesehatan ...
Pengaruh Kesehatan terhadap Keluarga ...
Sub Pokok Bahasan
Penyelenggaraan Kedokteran Menyeluruh Terpadu, Berkesinambungan
Dan Pelayanan yang Berprinsip ...
Pelayanan yang Berprinsip Pencegahan ...
Home Visit ...
Konseling Metode CEA (Catharsis Education Action) ...
Catharsis atau Pembersihan ...
Education atau Edukasi ...
Konseling Modifikasi Gaya Hidup ...
Perubahan Perilaku ...
Enam Langkah untuk Perubahan Perilaku ...
Tingkatan Perubahan ...
Tahap Perubahan Kebiasaan Berhubungan dengan Merokok ...
Konseling Keluarga ...
Palliative Care ...
Pengertian Palliative Care Menurut Beberapa Ahli ...
Ruang Lingkup Kegiatan Palliative Care ...
Aspek Medikolegal dalam Palliative Care ...
Prinsip–Prinsip Palliative Care ...
Layanan Palliative Care ...
Palliative Care Plan ...
Peran Spiritual dalam Palliative Care ...
ILMU KEDOKTERAN KELUARGA
Diskripsi singkat
Buku ajar ini merupakan pengenalan terhadap Ilmu kedokteran keluarga,
merupakan salah satu ilmu dasar untuk mewujudkan tujuan fakultas
kedokteran UNIMUS yaitu menciptakan dokter yang mampu melakukan
pelayanan kesehatan primer dengan pendekatan kedokteran keluarga. Setelah
mempelajari buku ini diharapkan mahasiswa mampu menjelaskan llmu
Kedokteran Keluarga, yang menjadi bekal dalam penyelenggaraan pelayanan
kesehatan primer.
Sub Pokok Bahasan :
1. Kedokteran Keluarga dan wawasannya dalam Sistem Kesehatan Nasional
2. Prinsip dan Karakteristik Pelayanan Dokter Keluarga
3. Dinamika, Peran dan Pengaruh Keluarga
4. Penyelenggaraan Pelayanan Kedokteran Menyeluruh Terpadu,
Berkesinambungan dan Pelayanan yang berprinsip pencegahan
1. Deskripsi Singkat
Wawasan ilmu kedokteran telah dikemukakan oleh Akademi Ilmu
Pengetahuan Indonesia dan Komisi Bidang Ilmu Kedokteran pada tahun1995,
yaitu: mencakup ilmu-ilmu pengetahuan yang mempelajari proses tumbuh
kembang manusia mulai dari saat pembuahan sampai dengan akhir hayat, serta
berbagai konsep yang melandasi hidup dan kehidupan mulai pada tingkat
molekuler sampai dengan tingkat individu utuh. Jadi bidang garapan utama
studi ilmu kedokteran adalah perubahan, penyimpangan atau keadaan tidak
optimalnya fungsi organ tubuh secara terpadu pada tingkat individu utuh
sampai tingkat molekuler, dan adanya faktor genetik.
Ilmu kedokteran keluarga adalah ilmu yang mempelajari:
- Pengaruh fungsi keluarga terhadap timbul dan berkembangnya penyakit
serta permasalahan kesehatan keluarga
- Berbagai cara pendekatan kesehatan untuk mengembalikan fungsi
keluarga dalam keadaan normal.
Berdasarkan hal ini maka dalam membuat kurikulum terintegrasi
Kedokteran Keluarga diperlukan metoda agar pengetahuan dalam
kuliah-kuliah dapat dihimpun menjadi satu kesatuan yang juga diberikan oleh
berbagai disiplin ilmu dari Fakultas Kedokteran.
2. Relevansi
Dokter harus memiliki kemampuan yang harus dikuasai agar kompeten
melaksanakan tugas, fungsi, dan perannya dalam Upaya Kesehatan Masyarakat
dan atau perorangan. Kemampuan tersebut dijabarkan dari tujuh area
kompetensi yang harus dikuasai menurut Standar Kompetensi Dokter Indonesia
(SKDI).
Disiplin ilmu kedokteran keluarga memberikan pengetahuan yang akan
digunakan untuk mencapai kompetensi dasar pada area kompetensi tersebut
dalam SKDI. Pada kompetensi dasar, dokter harus mampu menerapkan
dasar-dasar ilmu biomedik, ilmu klinis, ilmu perilaku, dan epidemiologi dalam praktik
kedokteran keluarga. Dokter harus mampu menjelaskan dan menerapkan
ketrampilan pengelolaan masalah kesehatan pada individu, keluarga ataupun
masyarakat dengan cara yang komprehensif, holistik, berkesinambungan,
terkoordinasi, dan bekerja sama dalam konteks pelayanan kesehatan primer.
Dokter juga harus mawas diri dan pengembangan diri/belajar sepanjang hayat.
Setelah menyelesaikan disiplin ilmu ini diharapkan mahasiswa mampu
menjelaskan tentang pelayanan kesehatan/asuhan medis yang didukung oleh
pengetahuan kedokteran terkini secara menyeluruh (holistik), paripurna
(komprehensif), terpadu, berkesinambungan untuk menyelesaikan semua
keluhan dari pengguna jasa/pasien sebagai komponen keluarganya dengan tidak
3. Kompetensi
Standar Kompetensi
Pada kompetensi dasar, dokter harus mampu menerapkan dasar-dasar ilmu
biomedik, ilmu klinis, ilmu perilaku, dan epidemiologi dalam praktik
kedokteran keluarga. Dokter harus mampu menjelaskan dan menerapkan
ketrampilan pengelolaan masalah kesehatan pada individu, keluarga ataupun
masyarakat dengan cara yang komprehensif, holistik, berkesinambungan,
terkoordinasi, dan bekerja sama dalam konteks pelayanan kesehatan primer.
Dokter juga harus mawas diri dan pengembangan diri/belajar sepanjang hayat.
Kompetensi Dasar:
Mampu menjelaskan tentang:
1. Kedokteran Keluarga dan wawasannya dalam Sistem Kesehatan Nasional
2. Prinsip dan Karakteristik Pelayanan Dokter Keluarga
3. Dinamika, Peran dan Pengaruh Keluarga
4. Penyelenggaraan Pelayanan Kedokteran Menyeluruh Terpadu, dan
Berkesinambungan dan Pelayanan yang berprinsip pencegahan
Indikator :
mahasiswa mampu menjelaskan tentang Kedokteran Keluarga dalam Sistem
Kesehatan Nasional, Kedokteran keluarga dan prinsip-prinsipnya, Dinamika,
Peran dan Pengaruh Keluarga Pelayanan kedokteran menyeluruh, terpadu dan
SUB POKOK BAHASAN
KEDOKTERAN KELUARGA DAN IMPLEMENTASINYA DALAM SISTEM KESEHATAN NASIONAL
1. Pendahuluan
a. Deskripsi singkat :
Sub pokok bahasan ini akan membahas tentang pelayanan kesehatan
dengan prinsip kedokteran keluarga dan implementasinya dalam sistem
kesehatan nasional di Indonesia. Terwujudnya keadaan sehat merupakan
kehendak semua pihak tidak hanya oleh orang perorang atau keluarga,
tetapi juga oleh kelompok dan bahkan oleh seluruh anggota masyarakat
Indonesia. Sistem Kesehatan Nasional tahun 2004 menggariskan bahwa
untuk masa mendatang, apabila sistem jaminan kesehatan nasional telah
berkembang, pemerintah tidak lagi menyelenggarakan Upaya Kesehatan
Perorangan (UKP) strata pertama melalui puskesmas. Penyelenggaraan
UKP akan diserahkan kepada masyarakat dan swasta dengan menerapkan
konsep dokter keluarga, kecuali di daerah yang terpencil.
b. Relevansi
Pengetahuan ini dapat digunakan untuk menjelaskan tentang pelayanan
kesehatan, kedokteran keluarga dan implentasinya dalam Sistem
Kesehatan Nasional di Indonesia.
c. Kompetensi
Standar Kompetensi:
Pada kompetensi dasar, dokter harus mampu menerapkan dasar-dasar
ilmu biomedik, ilmu klinis, ilmu perilaku, dan epidemiologi dalam praktik
kedokteran keluarga. Dokter harus mampu menjelaskan dan menerapkan
ketrampilan pengelolaan masalah kesehatan pada individu, keluarga
ataupun masyarakat dengan cara yang komprehensif, holistik,
berkesinambungan, terkoordinasi, dan bekerja sama dalam konteks
pelayanan kesehatan primer. Dokter juga harus mawas diri dan
Kompetensi Dasar :
Mahasiswa mampu menjelaskan mengenai :
1) Pelayanan kesehatan oleh dokter keluarga
2) Sejarah perkembangan kedokteran keluarga di Indonesia dan di
Negara-negara lain.
3) Kedokteran keluarga dalam Sistem Kesehatan Nasional di Indonesia
2. Penyajian
Terwujudnya keadaan sehat adalah hak asasi manusia dan sekaligus modal
dasar keberhasilan pembangunan bangsa. Definisi sehat meliputi keadaan
sejahtera sempurna yang dinilai dari keadaan fisik, mental, dan sosial yang
tidak terbatas hanya pada bebas dari penyakit atau kelemahan saja.
Undang-undang No. 23 tahun 1992, sehat didefenisikan sebagai suatu keadaan badan,
jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara
sosial dan ekonomi.
Derajat kesehatan masyarakat dipengaruhi oleh banyak faktor, yang saling
terkait dan mempengaruhi. Jika salah satu faktor bermasalah atau terganggu
maka akan mempengaruhi faktor-faktor lainnya dan selanjutnya akan
berdampak pada derajat kesehatan masyarakat. Blum, 1974 mengemukakan
empat faktor utama yang perlu diperhatikan untuk mewujudkan masyarakat
yang sehat adalah sebagai berikut:
1.Perilaku, hal yang berkaitan dengan kebiasaan atau gaya hidup yang dianut dan diperlihatkan oleh masyarakat dalam menjalani kehidupan
sehari-hari.
2.Lingkungan, suatu keadaan sekitar dalam bentuk lingkungan fisik dan lingkungan nonfisik yang saling berinteraksi dan mempengaruhi
kesehatan seseorang.
4.Keturunan, merupakn kualitas dan kuantitas genetik yang bersifat diturunkan dari generasi ke generasi berikutnya. Pengaruh
masing-masing faktor terhadap kesehatan bersifat komplek baik secara
langsung maupun secara tidak langsung atau melalui faktor lainnya.
Pelayanan Kesehatan
Untuk dapat mewujudkan keadaan sehat tersebut banyak upaya yang harus
dilaksanakan. Salah satu diantaranya yang dipandang mempunyai peranan
yang cukup penting adalah peneyelenggaraan pelayanan kesehatan (Blum,
1976), jika pelayanan kesehatan tidak tersedia (available), tidak tercapai
(accesible), tidak terjangkau (affordable), tidak terpadu (integrated), dan atau
tidak bermutu (quality) tentu sulit diharapkan terwujudnya keadaan sehat
tersebut.
Pengertian pelayanan kesehatan yang dimaksudkan di sini mencakup
bidang yang amat luas sekali. Secara umum dapat diartikan sebagai setiap
upaya yang diselenggarakan secara sendiri atau bersama-sama dalam suatu
organisasi untuk meningkatkan dan memelihara kesehatan, mencegah dan
menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan perorangan, keluarga,
kelompok, dan ataupun masyarakat.
Pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang diselenggarakan sendiri
atau secara bersama bersama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan (promotif), mencegah (preventif), dan
menyembuhkan penyakit (kuratif) serta dalam memulihkan kesehatan
(rehabilitatif) perseorangan, keluarga, kelompok, dan atau masyarakat.
Hodgetts dan Cascio, 1983 mengklasifikasikan pelayanan kesehatan menjadi
dua macam.
1.Pelayanan Kesehatan Masyarakat (Public Health Services)
Merupakan bagian dari pelayanan kesehatan yang tujuan utamanya
untuk memelihara, menigkatkan kesehatan (promotif) serta mencegah
penyakit (preventif), dan sasaran utamanya adalah kelompok
2.Pelayanan Kesehatan Perorangan (Medical Services)
Merupakan bagian dari pelayanan kesehatan yang tujuan utamanya
untuk menyembuhkan (kuratif) dan memulihkan kesehatan
(rehabilitatif), serta sasaran utamanya adalah perorangan dan keluarga.
Kedua bentuk pelayanan kesehatan ini mempunyai ciri-ciri tersendiri. Jika
pelayanan kesehatan tersebut terutama ditujukan untuk menyembuhkan
penyakit (curative) dan memulihkan kesehatan (rehabilitative) disebut dengan
nama pelayanan kedokteran. Sedangkan jika pelayanan kesehatan tersebut
terutama ditujukan untuk meningkatkan kesehatan (promotive) dan mencegah
penyakit (preventive) disebut dengan nama pelayanan kesehatan masyarakat.
Sasaran kedua bentuk pelayanan kesehatan ini juga berbeda. Sasaran
pelayanan kedokteran adalah perseorangan dan keluarga. Sedangkan sasaran
utama pelayanan kesehatan masyarakat adalah kelompok dan masyarakat.
Pelayanan kedokteran yang sasaran utamanya adalah keluarga disebut dengan
nama pelayanan dokter keluarga (family practice).
Penyelenggara pelayanan kesehatan tergantung dari kebijakan kesehatan di
setiap negara. Perbedaan menyelenggaraan kesehatan ini disebabkan karena
adanya peran dari sektor pemerintahan dan sektor swasta. Pelayanan
kesehatan masyarakat lebih ditekankan pada pemerintah sedangkan untuk
pelayanan kesehatan perorangan dipercayakan kepada sektor swasta tetapi
masih melibatkan pemerintah. Diharapkan dengan kombinasi dan kerjasama
lintas sektor dan lintas program, derajat kesehatan masyarakat yang diimpikan
dapat terwujud sesuai dengan visi “Indonesia Sehat 2010”.
Suatu pelayanan kesehatan harus memiliki ketentuan-ketentuan atau
syarat-syarat tertentu. Hal ini ditujukan agar pelayanan kesehatan yang
diberikan lebih maksimal dan menyeluruh serta dapat membantu pribadi atau
kelompok yang membutuhkan. Tersedia, mudah dicapai, penyebaran merata,
mandiri, efektif, efisien, menyeluruh dan lengkap, berkesinambungan, terpadu,
dapat diterima, wajar, dapat dijangkau, dan bermutu, merupakan syarat-syarat
pelayanan kesehatan, di mana masing-masing memiliki tugas, tanggung jawab
dan kewewenangan yang jelas. Diharapkan adanya suatu hubungan atau
kerjasama dalam pemenuhan kebutuhan pelayanan kesehatan antara sarana
penyedia layanan kesehatan tersebut.
Primary Health Care
Pelayanan dokter keluarga melibatkan dokter keluarga sebagai penyaring
di tingkat primer, dokter spesialis di tingkat pelayanan sekunder, rumah sakit
rujukan, dan pihak pendana yang kesemuanya bekerja sama di bawah naungan
peraturan dan perundangan. Konsil Kedokteran Indonesia tahun 2006
menetapkan sembilan karakteristik pelayanan primer yaitu: komprehensif dan
holistik, kontinyu, mengutamakan pencegahan, koordinatif dan kolaboratif,
pasien sebagai bagian integral keluarga, mempertimbangkan lingkungan
(tempat tinggal dan kerja), menjunjung tinggi etika dan hukum, sadar biaya
dan sadar mutu, dapat diaudit dan dipertanggungjawabkan.
Implementasi konsep primary health care dalam pelayanan kesehatan
berbeda, antara negara-negara berkembang dengan negara-negara maju.
Indonesia contohnya, sebagai salah satu negara berkembang, penyelenggaraan
pelayanan kesehatan masyarakat dan pelayanan kesehatan perorangan primer
diselenggarakan secara terpadu melalui pelayanan kesehatan primer. Hal ini
karena masalah kesehatan masyarakat Indonesia masih dominan dan jumlah
serta kategori petugas atau sarana kesehatan masih terbatas. Sedangkan di
negara-negara maju, pelayanan kesehatan perorangan dilaksanakan secara
terpisah dari pelayanan kesehatan masyarakat melalui pelayanan dokter
keluarga. Pelayanan kesehatan masyarakat diselenggarakan oleh petugas dan
sarana kesehatan masyarakat yang didirikan khusus untuk hal tersebut,
Kompetensi Dokter Keluarga yang Diharapkan
Seorang dokter keluarga harus mempunyai kompetensi khusus yang lebih
dibandingkan seorang lulusan fakultas kedokteran pada umumnya. Hal ini
harus dibenahi. Mellinium Development Goals (MDG’s), target pencapaian
derajat kesehatan yang lebih baik, merupakan suatu program dibidang
kesehatan yang dijalankan dalam rangka perbaikan kualitas kesehatan
masyarakat.
MDG’s yang ditargetkan pada tahun 2015 menuntut seorang dokter
memiliki kompetensi lebih dalam merealisasikan program tersebut. Dalam
mewujudkan MDG’s seorang tenaga medis diharapkan mampu
mengobservasi, mendiagnosis, memberikan terapi yang tepat, dan melakukan
rehabilitatif untuk orang-orang yang menderita sakit, cidera, dan melahirkan.
Program MDG’s yangdicanangkan oleh pemerintah ini juga berkaitan dengan
globalisasi kesehatan, di mana kesiapan dan kemantapan tenaga kesehatan
suatu negara akan menjadi sorotan publik di seluruh dunia. Globalisasi dunia
menuntut sorang dokter atau tenaga kesehatan untuk lebih maksimal dalam
memberikan pelayanan kesehatan.
Paradigma sehat yang lebih menekankan pada kualitas hidup dari pada
sekedar penyembuhan penyakit, membutuh tenaga kesehatan yang
profesionalisme yang diutamakan pada dokter pelayanan primer. Dokter
pelayanan primer adalah dokter keluarga yang memberikan pelayanan pertama
secara berkesinambungan dan menyeluruh kepada satu kesatuan individu,
keluarga, dan masyarakat dengan memperhatikan faktor-faktor lingkungan,
ekonomi, dan sosial budaya. Pendekatan dokter keluarga sebagai primary
health care merupakan suatu solusi dan jalan dalam mewujudkan kualitas
kesehatan individu dan masyarakat yang lebih baik. Di sisi lain, pelayanan
dokter keluarga di Indonesia belum berkembang dengan baik dan sebagaimana
mestinya karena tidak ditopang oleh sistem pembiayaan kesehatan yang
sesuai. Diharapkan dengan adanya sistem pembiayaan ini, pelayanan dokter
keluarga dapat terselenggara dan berkembang sesuai dengan yang diharapkan.
Sistem pembiayaan yang selama ini berlaku bukan fee for services, dalam arti
kata, biaya pengobatan dibayar bukan atas pelayanan yang diberikan oleh
Selain itu, pengetahuan dan keterampilan dokter belum memuaskan,
dimana kompetensi yang dimiliki belum cukup untuk menyelenggarakan
pelayanan dokter keluarga. Dalam pelaksanaannya, dari seorang dokter
keluarga memang dituntut banyak hal dalam memberikan pelayanan
kesehatan. Standar dan kompetensi-kompetensi yang telah ditetap harus
dipenuhi sebagaimana mestinya. Mampu menjalin komunikasi yang efektif,
melakukan prosedur klinis dan kedaruratan klinis, mampu mengaplikasikan
konsep-konsep dan prinsip-prinsip ilmu kedokteran, dapat memanfaatkan dan
mendayagunakan segala umber yang ada di sekitar, mampu menggunakan
sistem teknologi dan informasi, belajar sepanjang hayat, dan memiliki sikap
profesional dalam keseharian adalah beberapa hal dari sekian banyak hal yang
harus dimiliki, dikuasai, dan dilaksanakan oleh seorang dokter keluarga.
Pedekatan yang dilakukan dalam mengupayakan pelayanan dokter
keluarga ditengah-tengah masyarakat hendaklah dilakukan secara
berkesinambungan. Dengan adanya peningkatan ke arah tersebut berarti
penerapannya akan semakin mantap. Walaupun masalah kesehatan di
Indonesia masih dipengaruhi oleh berbagai tatanan dan kondisi dari
masyarakat dan negara ini sendiri, namun tidak menutup kemungkinan upaya
pemerintah dalam mengusahakan praktik layanan dokter keluarga dalam
masyaraat akan menjadi solusi dari masalah kesehatan yang ada di Indonesia.
Pendekatan dokter keluarga sebagai primary health care adalah sebuah
cita-cita yang akan menjadi sebuah perubahan besar di tengah kondisi kesehatan
Indonesia yang sangat memprihatinkan. Pendekatan ini mungkin akan menjadi
solusi dalam memperbaiki status kesehatan masyarakat yang masih tertinggal
jauh bila dibandingkan dengan beberapa negara ASEAN lainnya, yaitu
peringkat ke-111 dari 172 negara yang dinilai, atau satu tingkat lebih baik dari
Vietnam namun jauh tertinggal dari Malaysia, Thailand dan Singapura. Tugas
ini adalah PR untuk semua sektor yang terlibat dan terkait serta masyarakat itu
sendiri tentunya.
Wawasan ilmu kedokteran telah dikemukakan oleh Akademi Ilmu
yaitu: mencakup ilmu-ilmu pengetahuan yang mempelajari proses tumbuh
kembang manusia mulai dari saat pembuahan sampai dengan akhir hayat, serta
berbagai konsep yang melandasi hidup dan kehidupan mulai pada tingkat
molekuler sampai dengan tingkat individu utuh. Jadi bidang garapan utama
studi ilmu kedokteran adalah perubahan, penyimpangan atau keadaan tidak
optimalnya fungsi organ tubuh secara terpadu pada tingkat individu utuh
sampai tingkat molekuler, dan adanya faktor genetik. Ilmu kedokteran
keluarga adalah ilmu yang mempelajari:
- Dinamika kehidupan keluarga dalam lingkungannya
- Pengaruh penyakit dan keturunan terhadap fungsi keluarga
- Pengaruh fungsi keluarga terhadap timbul dan berkembangnya penyakit
serta permasalahan kesehatan keluarga
- Berbagai cara pendekatan kesehatan untuk mengembalikan fungsi keluarga
dalam keadaan normal.
Jika ditinjau dan prinsip pokoknya, maka pelayanan dokter keluarga yang
memusatkan perhatian pada masalah-masalah kesehatan keluarga secara
keseluruhan, sebenarnya bukanlah sesuatu yang baru. Namun pada
kenyataannya, pelaksanaan di lapangan tidak berjalan dengan memuaskan.
Muncul berbagai masalah dalam sub sistem kesehatan, yang kalau dirinci
terbagi sebagai berikut:
A. Problematika Sub Sistem Pelayanan Kesehatan
1. Komersialisasi dalam pelayanan kesehatan
2. Menurunnya etos profesionalisme dokter. Mutu pelayanan dokter
umum dirasakan jauh dari memuaskan. Banyak dokter umum yang
menyelenggarakan pelayanan di bawah standar. Hal ini mungkin
disebabkan karena dokter umum tersebut tidak memiliki pengetahuan
dan ketrampilan klinis serta tidak mengikuti perkembangan ilmu dan
teknologi kedokteran.
3. Meningkatnya orientasi pada spesialis dan sub spesialis.
5. Hubungan dokter-pasien renggang, perhatian dokter seringkali hanya
terhadap keluhan, bukan pada penderita secara keseluruhan.
B. Problematika Sub Sistem Pembiayaan Kesehatan
1. Tingginya biaya kesehatan disebabkan karena penggunaan alat-alat
canggih dan karena pelayanan yang terkotak-kotak.
2. Daya beli masyarakat menurun.
Pelayanan dokter keluarga mempunyai posisi strategis dalam keberhasilan
penatalaksanaan subsistem pelayanan kesehatan, karena perannya dalam
mengalihkan orientasi kuratif ke orientasi komprehensif, mengedepankan
upaya promotif preventif sehingga seimbang dengan upaya kuratif dan
rehabilitatif, mengubah pelayanan yang fragmentatif ke pelayanan yang
integratif berjenjang, dengan menjadikan pelayanan primer sebagai ujung
tombak. Peran dokter keluarga dalam penatalaksanaan subsistem pembiayaan
kesehatan diwujudkan oleh kesediaannya untuk menerima pembayaran secara
praupaya yang juga bermakna mengendalikan biaya pelayanan kesehatan.
Peranan kedokteran keluarga dtharapkan mampu mewujudkan pelayanan
berkualitas yang diinginkan masyarakat.
SEJARAH PERKEMBANGAN KEDOKTERAN KELUARGA
Perkembangan spesialisasi dan atau subspesialisasi kedokteran berjalan sangat
pesat. Hingga saat ini jumlah spesialisasi dan subspesialisasi bidang
kedokteran tidak kurang dari 57 macam. Perkembangan spesialisasi dan atau
subspesialisasi seperti ini, disamping mendatangkan banyak manfaat yakni
makin meningkatnya mutu pelayanan kesehatan, yang antara lain ditandai oleh
turunnya angka kesakitan, angka cacat dan angka kematian, ternyata juga
mendatangkan banyak masalah. Salah satu dari masalah yang dimaksud dan
dipandang cukup penting adalah makin berkurangnya minat dokter
menyelenggarakan pelayanan dokter umum.
Sesungguhnya, dengan makin berkembangnya spesialisasi dan atau
pelayanan dokter umum makin berkurang. Oleh Millis (1966) penyebab makin
berkurangnya minat dokter menyelenggarakan pelayanan dokter umum ini,
disimpulkan sebagai berikut:
1. Karena makin menurunnya harga diri seorang dokter umum dibandingkan
dengan dokter spesialis.
2. Karena kesempatan memperdalam pengetahuan dan keterampilan sebagai
dokter umum dibandingkan dengan dokter spesialis makin kurang.
3. Karena makin buruknya kondisi kerja dokter umum dibandingkan dengan
dokter spesialis.
Demikianlah akibat makin berkurangnya jumlah dokter yang
menyelenggarakan pelayanan dokter umum. Sementara iru jumlah dokter yang
menyelenggarakan pelayanan dokter spesialis makin bertambah, menyebabkan
timbulnya berbagai masalah lainnya. Berbagai masalah yang dimaksud, jika
diperinci menurut subsistem kesehatan secara singkat dapat diuraikan sebagai
berikut :
1. Subsistem Pelayanan Kesehatan
Masalah yang paling menonjol yang ditemukan pada Subsistem Pelayanan
Kesehatan ialah pelayanan kesehatan tersebut menjadi terkotak-kotak
(fragmented heatlh Services), amat tergantung pada berbagai peralatan
kedokteran canggih serta cenderung mengorganisasi pelayanan kesehatan
yang lebih majemuk. Keadaan yang seperti ini tentu merugikan
masyarakat, karena mesyarakat akan sulit mendapatkan pelayanan
kesehatan yang menyeluruh (comprehensive health services).
Pasien akhirnya bagaikan berbelanja ke banyak toko. Berpindah dari satu
tempat ke tempat lain, tanpa tahu kegunaan dan manfaatnya. Lebih lanjut
lagi karena pelayanan yang terkotak-kotak ini, maka hubungan
dokter-pasien menjadi renggang. Sering ditemukan perhatian dokter hanya pada
keluhan yang disampaikan saja, bukan terhadap diri penderita secara
2. Subsistem Pembiayaan Kesehatan
Masalah yang paling menonjol yang ditemukan pada Subsistem
Pembiayaan Kesehatan ialah biaya kesehatan menjadi sangat meningkat.
Peningkatan biaya kesehatan tersebut bukan saja karena telah
dipergunakannya berbagai peralatan canggih, tetapi juga karena pelayanan
kesehatan tersebut telah terkotak-kotak. Akibatnya pemeriksaan
kedokteran yang sama sering dilakukan berulang-ulang, yang tentu saja
akan memberatkan pasien.
Selain itu, untuk para dokter yang tetap menyelenggarakan pelayanan
dokter umum, ditemukan pula masalah lainnya. Masalah tersebut ialah
mutu pelayanan yang diselenggarakan ternyata tidak memuaskan.
Penyebabnya adalah karena para dokter umum tersebut tidak memiliki
pengetahuan dan keterampilan klinis serta tidak mengikuti perkembangan
ilmu dan teknologi kedokteran.
Adanya keadaan yang seperti ini tentunya tidak menguntungkan semua
pihak. Jalan keluar yang diajukan, secara umum dapat dibedakan atas 4
macam:
1. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dokter umum sehingga
dapat mengejar berbagai ketinggalan yang dimilikinya.
2. Menggantikan dokter umum dengan dokter keluarga yang terdidik
secara khusus.
3. Melatih semua dokter (termasuk spesialis) dalam filosofi dan teknik
pelayanan kesehatan yang menyeluruh.
4. Menciptakan keadaan lingkungan yang dapat memacu
terselenggaranya pelayanan kesehatan yang menyeluruh dan terpadu.
Jalan keluar yang pertama, di Amerika Serikat dimotori oleh The
American Academy of General Practice yang didirikan pada tahun 1947.
Organisasi ini aktif menyelenggarakan berbagai program pendidikan
tambahan untuk dokter umum. Hasil yang diperoleh cukup
menggembirakan karena secara bertahap berbagi ketinggalan dokter umum
Pada tahun 1959, The American Medical Association menyusun suatu
rancangan pendidikan khusus yang bersifat formal. Sejak tahun 1969, di
Amerika Serikat dokter keluarga dipandang sebagai salah satu dokter
spesialis.
Demikianlah, sesuai dengan latar belakang tersebut dan juga berbagai
peristiwa khusus yang terjadi di masing-masing negara, akhirnya gerakan
dokter keluarga tersebut mulai bermunculan. Ringkasan sejarah
perkembangan yang dimaksud untuk beberapa negara, secara sederhana
dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Inggris
Kegiatan untuk mengembalikan pelayanan dokter keluarga di Inggris
telah dimulai sejak tahun 1844, tetapi pada waktu itu banyak mendapat
tantangan. Barulah kemudian pada tahun 1952, praktik dokter keluarga
ini mendapat pengakuan yakni dengan berhasil didirikannya Royal
College of General Practice.
2. Australia
Kegiatan untuk mengembalikan pelayanan dokter keluarga di Australia
telah dimulai sejak tahun 1958, yakni dengan didirikannya the College
of General Practice yang pada waktu itu aktif menyelenggarakan
program pendidikan kedokteran berkelanjutan berikut ujiannya yang
telah dimulai sejak tahun 1960. Kegiatan ini secara resmi diakui pada
tahun 1973, yakni dengan mulai diselenggarakannya Family program
oleh pemerintah federal.
3. Filipina
Kegiatan untuk mengembalikan pelayanan dokter keluarga di Filipina
telah dimulai sejak tahun 1960 tetapi secara melembaga baru dikenal
sejak tahun 1972, yakni dengan didirikannya The Philipine Academy
of Family Physicians. Organisasi ini aktif menyelenggarakan
4. Singapura
Kegiatan untuk mengembalikan pelayanan dokter keluarga di
Singapura telah dimulai sejak 1971, dan sejak tahun 1972 aktif
menyelenggarakan program pendidikan.
5. Indonesia
Kegiatan untuk mengembalikan pelayanan dokter keluarga di
Indonesia telah dimulai sejak 1981, yakni dengan didirikannya
Kelompok Studi Dokter Keluarga. Pada tahun 1990, melalui
kongresnya yang kedua di Bogor, nama organisasi diubah menjadi
Kolese Dokter Keluarga Indonesia. Namun pelayanan kedokteran
keluarga di Indonesia belum secara resmi mendapat penagkuan, baik
dari profesi kedokteran dan ataupun dari pemerintah.
Untuk lebih meningkatkan program kerja, terutama pada tingkat
internasional, maka didirikanlah organisasi internasional dokter keluarga
pada tahun 1972, yang dikenal dengan nama World Organization of
National College, Academic and Academic Association of General
Practitioners/Family Physician (WONCA). Indonesia adalah anggota
WONCA yang diwakili oleh Kolese Dokter Keluarga Indonesia.
DOKTER KELUARGA DALAM SISTEM KESEHATAN NASIONAL Sistem Kesehatan Nasional (SKN) dirumuskan sebagai implementasi
Undang-undang No. 23 tahun 1989 tentang Kesehatan. Perinsip dasar dari
SKN adalah pelaksanaan salah satu amanat pembukaan UUD 1945, yaitu
mensejahterakan rakyat Indonesia. Perinsip dasar ini sekaligus salah satu
aspek tugas negara (yang dilaksanakan oleh pemerintah bersama seluruh
masyarakat) dengan sendirinya tersusun dalam suatu kerangka yang dengan
sendirinya mulai dan visi-misi-tujuan program, dan rencana pelaksanaan
sampai implementasi dan susunan standar operasional. Kerangka utama SKN
dapat disimpulkan terdiri atas 3 bagian. Pertama, pembangunan sumber daya
Republik Indonesia dan ketiga adalah pemberdayaan manusia Indonesia agar
mampu memilih dan mendapatkan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan.
Pelaksanaan SKN dengan sendirinya menjadi tanggung jawab Dept
Kesehatan ditunjuang oleh departemen lain khususnya dalam bidang
Kesejahteraan Rakyat (Kesra). Rumusan upaya kesehatan dilaksanakan secara
holistik, komprehensif dan integratif pada 4 bidang sasaran utama, yaitu
usaha-usaha promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Kita ambil contoh
bidang kuratif, yang maksudnya menyembuhkan orang yang sudah sakit.
Pelayanan kuratif dalam SKN tersusun dalam 3 strata, pertama pelayanan
primer yang dilaksanakan di Puskesmas dan praktek dokter umum swasta
yang umumnya dilaksanakan sore hari. Strata kedua adalah pelayanan
sekunder yang dilaksanakan oleh rumah sakit tipe C dan tipe B, disertai
praktek dokter spesialis. Strata ketiga adalah pelayanan tertier, yaitu upaya
penyembuhan bagi pasien yang memerlukan teknologi tinggi dan
bersangkutan dengan proses keilmuan yang rumit.
Sistem dokter keluarga sebagai bagian struktur SKN sudah berjalan
sangat bagus di negara maju. Sistem dokter keluarga selalu dikaitkan dengan
sistem asuransi kesehatan baik yang resmi dari negara/seperti Jamkesmas di
Indonesia, maupun yang diusahakan oleh swasta. Setiap keluarga atau orang
per orang diwajibkan mengikatkan diri pada seorang dokter keluarga. Pasien
tidak perlu membayar dokter karena dokter keluarga mendapat gaji dari
asuransi. Dokter keluarga itulah yang membimbing, mengasuh pasien beserta
keluarganya, termasuk mengirim sekaligus memandu rujukan yang
diperlukan. Dokter spesialis yang merawat wajib berkomumikasi aktif dengan
dokter keluarga yang merujuk. Selain itu rumah sakit harus mengacu segala
prosedur yang akan dilaksanakan dengan ketentuan yang disepakati dengan
asuransi (jamkesmas). Hal ini diperlukan berhubung secara filosofis selalu ada
perbedaan interes (orientasi) antara kaum profesional kedokteran dengan
perusahaan asuransi. Secara profesional (juga pasien) selalu menghendaki
berorientasi pada manfaat, efisiensi dan hemat. Di sinilah peran yang sangat
penting dari dokter keluarga.
Pada hakikatnya, kegiatan-kaegiatan yang tercakup dalam sistem
Kesehatan dapat dibedakan ke dalam dua kelompok, yaitu (1) pemberian
pelayanan kesehatan, dan (2) pembiayaan upaya kesehatan. dlam hal ini,
Sistem Kesehatan di suatu wilayah sebenarnya bertujuan untuk meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat di wilayah tersebut melalui pemberian
pelayanan kesehatan dan melindungi masyarakat dari kerugian akibat
mengeluarkan banyak biaya karena penyakit yang dideritanya. Atau dengan
kata lain, Sistem Kesehatan suatu wilayah memiliki tiga tujuan pokok, yaitu:
1. Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat wilayah yang bersangkutan.
2. Merespons harapan-harapan atau kebutuhan masyarakat wilayah yang
bersangkutan sesuai hak asasi manusia.
3. Memberikan perlindungan finansial terhadap kemungkinan
dikeluarkannya biaya akibat penyakit yang diderita oleh masyarakat yang
bersangkutan.
Sistem Kesehatan mempunyai empat fungsi, yaitu :
1. Pelayanan kesehatan.
Merupakan proses memberikan dan mengelola masukan di dalam kegiatan
produksi jasa kesehatan yang terjadi dalam suatu tatanan organisasi
tertentu, dimana mengarah kepada perlu dilakukannya serangkaian
intervensi terhadap masalah-masalah kesehatan yang ada. Dalam hal ini,
unsur penting yang perlu diperhatikan adalah hubungan antara pemberi
pelayanan dengan pengguna pelayanan, akuntabilitas pemberi pelayanan,
manajemen pelayanan, dan hubungan antara berbagai pemberi pelayanan
yang ada.
2. Pembiayaan kesehatan
- proses penarikan dana dari sumber dana (primer, yaitu rumah tangga
atau perusahaan, maupun sekunder, yaitu pemerintah dan
lembaga-lembaga donor).
- penghimpunan dana di badan-badan tertentu
- pengalokasian dana untuk kegiatan-kegiatan para pemberi pelayanan.
3. Pengembangan sumber daya kesehatan
tidak hanya berupa dana, tetapi juga tenaga kesehatan, obat, peralatan
kesehatan, sarana dan prasarana kesehatan, serta ilmu pengetahuan dan
teknologi kesehatan. Pengembangan sumber daya kesehatan melibatkan
berbagai organisasi yang menghasilkan sumber daya tersebut, seperti
lembaga pendidikan tenaga kesehatan, industria farmasi, lembaga
penelitian kesehatan, dan lain-lain.
4. Pengawasan dan pengarahan
adalah fungsi yang harus dipegang oleh aparat pemerintah yang
bertanggung jawab di bidang kesehatan. Pengawasan dan pengarahan ini
pada hakikatnya terdiri atas penetapan kebijakan kesehatan, pengaturan di
bidang kesehatan, serta penilaian kinerja dan penyediaan informasi
kesehatan.
Pada saat organisasi-organisasi pelayanan kesehatan seperti rumah sakit
dan puskesmas menjadi otonom, maka sistem kesehatan menghadapi ancaman
berupa terfragmentasinya pelayanan kesehatan. Fragmentasi dapat terjadi di
antara penyedia pelayanan setingkat (rumah sakit, klinik rawat jalan, atau
program kesehatan masyarakat) atau di antara pelayanan kesehatan dasar
dengan pelayanan kesehatan rujukan. Fragmentasi semacam ini menimbulkan
dampak negatif, baik terhadap efisiensi maupun pemerataan dalam pelayanan
rujukan. Pelayanan kedokteran keluarga mempunyai peranan yang sangat
penting dalam sistem kesehatan nasional karena dapat menyelenggarakan
pelayanan kesehatan yang terintegrasi, menyeluruh, terpadu dan
nasional dapat tercapai, yaitu meningkatkan derajat kesehatan seluruh
masyarakat.
PERAN DOKTER KELUARGA DALAM PEMBANGUNAN
NASIONAL
Berhasilnya upaya kesehatan menyebabkan munculnya pola penyakit yang
berbeda sehingga peran dokter dalam berbagai upaya pelayanan kesehatan pun
berubah. Dalam upaya kuratif,dokter masa kini harus siap untuk menolong
pasien, bukan saja yang berpenyakit akut tetapi juga yang berpenyakit
kronis,penyakit degeneratif dan harus siap membantu kliennya agar dapat
hidup sehat dalam kondisi lingkungan yang lebih rumit masa sekarang ini.
Untuk itu ia harus mengenal kepribadian dan lingkungan pasiennya. Upaya
prevensi pun bergeser dari orientasi kesehatan masyarakat lebih kearah
kesehatan perorangan (private health).
Dampak pesatnya perkembangan spesialisasi dan sub spesialisasi telah
menyebabkan fragmentasi profesi, hilangnya hubungan dokter-pasien akibat
pelayanan kedokteran yang semakin berorientasi ke keterampilan laboratorium
dan teknis. Dampak lainnya adalah meningkatnya biaya kesehatan sebagai
dampak dari pelayanan spesialistis dan bergantung pada teknologi. Biaya
perawatan demikian tingginya dan penanganan spesialistis demikian
menonjolnya sehingga kasus-kasus yang telah lanjut memerlukan perawatan
canggih dan spesialistik. Beberapa penilaian juga juga menyimpulkan bahwa
pendidikan dokter yang menekankan pada pengajaran klinik di ruang
perawatan tidak memberikan kemampuan yang memadai kepada peserta didik
untuk menangani kasus-kasus di masyarakat dengan pendekatannya yang
tentunya sangat berbeda.
Pengaruh berbagai faktor ini, mendorong kesadaran pentingnya
peningkatan jumlah dan mutu jajaran pelayanan kesehatan tingkat primer.
Disiplin ini berkembang secara epistemologis atas dasar dorogan kebutuhan
akan layanan yang kemudian dikenanl sebagai disiplin kedokteran keluarga.
Sedunia (WONCA) telah menekankan pentingnya peranan dokter keluarga
(DK) ini dalam mencapai pemerataan pelayanan kesehatan.
DOKTER KELUARGA DI INDONESIA
Konsep dokter keluarga di Indonesia pertama diajukan oleh IDI pada tahun
1980 sebagai hasil Muktamar ke–17 dengan latar belakang sebagai berikut:
1. DK sebagai alternatif pengembangan karier dokter disamping karir
spesialis
2. DK untuk memenuhi tuntutan pelayanan kesehatan yang termaksud pada
SKN pada waktu itu. Masalah mutu pada waktu itu masih belum menjadi
sorotan benar
3. DK untuk mengatasi masalah pembiayaan kesehatan dengan menerapkan
sistem pelayanan kesehatan terkendali
4. DK untuk menahan dampak negatif spesialisasi
Dalam Mukernya yang ke-18 IDI menetapkan definisi DK sebagai berikut:
Dokter Keluarga adalah dokter yang memberi pelayanan kesehatan yang
berorientasi komunitas dengan titik berat pada keluarga sehingga ia tidak
hanya memandang penderita sebagai individu yang sakit tapi sebagai bagian
dari unit keluarga dan tidak anya menanti secara pasif tetapi bila perlu aktif
mengunjungi penderita atau keluarganya Dengan definisi demikian IDI
menggambarkan ciri pelayanan DK sebagai berikut:
1. DK melayani penderita tidak hanya sebagai individu tetapi sebagai
anggota satu keluarga bakan anggota masyarakatnya
2. DK memberikan pelayanan kesehatan menyeluruh dan memberikan
perhatian kepada penderitanya secara lengkap dan sempurna,jauh melebihi
apa yang dikeluhkannya
3. DK memberikan pelayanan kesehatan dengan tujuan utama meningkatkan
derajat kesehatan, mencegah timbulnya penyakit dan mengenal serta
mengobatinya penyakit sedini mungkin
4. DK mengutamakan pelayanan kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan
5. DK menyediakan dirinya sebagai tempat pelayanan tingkat pertama dan
ikut bertanggung jawab pada pelayanan kesehatan lanjutan
Akan tetapi setelah sekian lama, kedudukan DK dalam sistem pelayanan
kesehatan kita masih belum jelas. Untuk peningkatan pengembangan DK
disadari bahwa perlu tekad politis (political will) dari Pemerintah, profesi dan
masyarakat untuk mengukuhkan kedudukan DK dalam sistem pelayanan
kesehatan kita. Tekad politis pihak profesi hendaknya dipertegas dengan
menyadari bawa pelayanan DK baru dapat dijalankan kalau pelaksananya
menguasai Kedokteran Keluarga (Family Medicine) sebagai body of
knowledge yang digunakannya dalam memberikan pelayanan kedokteran.
Upaya sinergisme dalam rangka pengembangan DK di Indonesia itu telah
dilakukan dalam suatu wadah kerjasama tripartit pengembangan DK di
Indonesia yang terdiri dari Depkes, KDKI/IDI dan Fakultas Kedokteran.
KEBIJAKAN PENGEMBANGAN DOKTER KELUARGA DI
INDONESIA
Dalam rencana Pembangunan Kesehatan Indonesia Sehat 2010 telah
ditetapkan dasar-dasar Pembangunan Kesehatan yakni: (1) Perikemanusiaan,
(2) Pemberdayaan dan Kemandirian, (3) Adil dan Merata serta, (4)
Pengutamaan dan manfaat. Sedangkan strategi pembangunan kesehatan
tersebut adalah (1) Pembangunan Nasional Berwawasan Kesehatan, (2)
Profesionalisme, (3) Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat, (4)
Desentralisasi. Dari strategi pembangunan kesehatan tersebut diatas, strategi
no (2) dan strategi no (3) merupakan keterkaitan erat pembangunan kesehatan
dengan pentingnya pengembangan pelayanan tingkat primer dengan pelayanan
dokter keluarga.
Sejalan dengan pentingnya pengembangan DK sebagaimana ditekankan
WHO dan WONCA, Pemerintah dalam hal ini Departemen Kesehatan dan
institusi pendidikan serta masyarakat professional seyogyanya menggerakkan
pengembangan DK di Indonesia, dengan mengupayakan proporsi tenaga
kebijakan nasional di bidang pelayanan kesehatan dan pendidikan tenaga
kesehatan merupakan acuan mutlak agar perubahan kearah sistem yang lebih
baik berlangsung berkesinambungan tapi tidak merugikan sistim pendidikan
kedokteran secara keseluruhan.
Kebijakan di bidang pendidikan tenaga kesehatan, dalam hal ini dokter,
pada dasarnya mengacu pada prinsip bahwa praktek kedokteran harus
senantiasa ditingkatkan mutunya melalui registrasi, sertifikasi,pendidikan, dan
pelatihan yang sinambung serta pemantauan terhadap kinerja dokter dalam
meyelenggarakan prakteknya. Sementara ini, tuntutan global mengharuskan
Fakultas Kedokteran di seluruh dunia mulai mempertimbangkan perannya
dalam pembangunan kesehatan dan menjalin kemitraan dengan institusi dan
kelompok lain di sektor kesehatan dan sosial. Mereka dituntut untuk
menghasilkan dokter yang menjalankan 5 fungsi dasar (“5 stars doctor ; Care
Provider, Decision maker, Communicator, Community Leader, Manager”)
yang pada dasarnya adalah fungsi dokter keluarga.
Beberapa masalah hasil analisis kecenderungan memberi gambaran beberapa
hal yakni :
a. Belum terlalu jelasnya kedudukan, peran, wewenang dan prospek DK
dalam konteks Sistem Kesehatan Nasional yang ada sekarang secara
keseluruhan
b. Penjenjangan pelayanan kesehatan dan sistem pembiayaan kesehatan
belum tertata baik untuk berkembangnya pelayanan DK
c. Perlunya cukup banyak dokter di tingkat primer dalam 10 tahun ke depan
sebagai bagian dari suatu jenjang pelayanan
d. Kompetensi pada dokter di tingkat pelayanan primer sangat beragam,
begitupun mutu pelayanan kesehatan
e. Masih belum terlalu jelas institusi yang yang bertanggung jawab atas
pembinaan para dokter dari kelompok yang berada di masyarakat
f. Sumber daya tenaga kependidikan yang tidak sesuai dengan pengadaan
g. Penghasilan penduduk yang rendah. Kepercayaan masyarakat terhadap
pelayanan jaminan dan asuransi masih rendah dan masyarakat belum bisa
menyisihkan uang untuk membeli resiko yang tak pasti.
Akan tetapi beberapa keadan memberi peluang pengembangan dokter
keluarga itu yaitu:
a. Pembangunan Kesehatan Menuju Indonesia Sehat 2010 merupakan
momentum yang tepat dalam pengembangan DK
b. Perkembangan di Komisi Disiplin Ilmu Kesehatan- Dewan Pendidikan
Tinggi (KDIK-DPT) membuka peluang untuk mengadakan DK sejauh
Kolegium Dokter Umum dapat didorong menyusun kriteria mutu yang
sesuai
c. Kesadaran masyarakat akan haknya untuk mendapatkan pelayanan yang
bermutu dan bertanggung jawab
d. Perkembangan DK di dunia merupakan peluang untuk mendapatkan
dukungan internasional dalam pengadaan DK
e. Pelayanan kesehatan termasuk pelayanan DK cenderung dikelola
berdasarkan prinsip manajemen yang mantap (“sound management
principles”)
f. Perkembangan teknologi informasi merupakan peluang untuk memperluas
cakupan, mutu dan efisiensi pelayanan
g. Perhatian dan program prioritas yang telah dicanangkan oleh IDI dalam
program kerjanya
h. Arah kebijakan nasional dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional dimana
Jaminan Pemeliharaan Kesehatan merupakan salah satu komponen dengan
pendekatan Asuransi Kesehatan Sosial serta bentuk asuransi ainnya.
i. Desentralisasi memungkinkan pengadaan DK yang lebih merata apabila
PERAN DOKTER KELUARGA DALAM SISTEM JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN
Tugas Dokter Keluarga dalam system Jaminan Pemeliharaan Kesehatan :
Memberikan pelayanan kesehatan paripurna kepada peserta dan keluarganya,
dalam rangka meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup
sehat masyarakat guna mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang
optimal
Fungsi Dokter Keluarga :
1. Memberikan pelayanan kesehatan paripurna, efektif dan efisien, sesuai
ketentuan yang berlaku
2. Meningkatkan peranserta keluarga dan masyarakat peserta agar
berperilaku hidup sehat
3. Menjalin kerjasama dengan semua fasilitas kesehatan dalam rangka
rujukan
4. Menjaga agar sumberdaya yang terbatas digunakan seefisien mungkin
5. Menjaga hubungan baik dan terbuka dengan para pelaku jaminan
pemeliharaan kesehatan masyarakat lainnya
Hak Dan Tanggung Jawab Dokter Keluarga dalam Sistem jaminan Pemeliharaan Kesehatan.
Hak Dokter Keluarga :
1. Menerima pembayaran pra-upaya dengan sistim kapitasi
2. Memperoleh bonus atau insentif lain atas prestasi kerjanya
3. Menolak pemeliharaan kesehatan kepada peserta yang tidak mematuhi
ketentuan JPKM
4. Menolak pemeliharaan kesehatan kepada peserta bila tidak tercakup dalam
kontrak antara PPK dengan Badan pelayanan
5. Memutuskan kontrak kerja dengan bapel bila kesepakatan tak dipatuhi
Tanggung Jawab Dokter Keluarga
2. Bertanggung jawab atas pengaturan pemanfaatan sarana kesehatan untuk
keluarga peserta
3. Bertanggungjawab menyampaikan laporan utilisasi pelayanan kesehatan
kepada Badan Penyelenggara jaminan
4. Bersama-sama dengan instansi kesehatan setempat, bertanggungjawab atas
pelayanan kesehatan peserta bila terjadi kasus KLB
Mekanisme Kerja Dokter Keluarga Dalam Sistem jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat :
Sistem Komunikasi antara sesama PPK, antara PPK dengan peserta dan
Bapel serta pihak terkait lainnya perlu senantasa dipelihara guna menjaga
pelayanan PPK tetap bermutu (cost-effective, memuaskan peserta) dan
terkendali biayanya. Untuk peningkatan mutu, dikembangkan komunikasi
yang memungkinkan Bapel membuat profil PPK masing-masing sebagai
berikut :
a. Untuk rawat jalan tingkat pertama :
1. persentase angka kunjungan (contact rate)
2. Persentase angka rujukan (referral rate)
3. Unit cost perkunjungan
4. Unit cost obat per-kunjungan
5. Angka keluhan (grievance rate)
b. Untuk rawat jalan lanjutan/spesialis :
1. Persentase angka kunjungan (contact rate)
2. Unit cost per-kunjungan
3. Unit cost obat per-kunjungan
4. Persentase rujukan rawat inap
c. Untuk rawat inap rumah sakit :
1. Rata-rata lamanya rawat inap (length of stay)
2. Unit cost rawat inap
3. Angka kematian
Beberapa prinsip atau jurus dalam system jaminan untuk kendali biaya,
kendali mutu dan kendali pemenuhan kebutuhan medis peserta, dapat
menimbulkan permasalahan bagi Dokter Keluarga, sebagai berikut :
a. Pembayaran jasa pra-upaya yang terlalu rendah
b. Kebutuhan peserta akan pelayanan kesehatan diluar yang ditentukan
c. Terkumpulnya peserta berisiko dalam jumlah besar
d. Ketidak pastian dalam diagnose
e. Beban administrasi JPKM
f. Penundaan pembayaran jasa PPK
PROGRAM PENGEMBANGAN DOKTER KELUARGA DI
INDONESIA
Program pengembangan Dokter Keluarga dalam rumusan Pokok-pokok
Rancangan Akselerasi Pengembangan Pelayanan Dokter Keluarga 2003 –
2010 yang disusun secara kolaborasi dan sinergisme semua pihak terkait telah
merumuskan beberapa pokok program.
Visi dari pengembangan DK ini adalah :
Tersedianya DK bermutu dan merata guna mewujudkan Indonesia Sehat 2010.
Misinya adalah :
a. Menetapkan peraturan perundangan yang memantapkan kedudukan dokter
keluarga sebagai dokter pelayanan tingkat pertama
b. Menetapkan kebijakan pembiayaan kesehatan yang kondusif untuk
berkembangnya dasar moral penyelenggaraan pelayanan kesehatan
c. Menyusun perencanaan DK dengan melibatkan masyarakat dengan
memperhatkan perkembangan global
d. Meningkatkan efisiensi pendayagunaan DK dan karier DK
e. Menetapkan kebijakan dalam pendidikan kedokteran termasuk pendidikan
kedokteran berkelanjutan (CME) untuk menjamin terpenuhinya kebutuhan
Berdasarkan pada analisa situasi dan kecenderungan serta kebijakan diatas,
berbagai program berikut ini merupakan hal yang dilakukan untuk
pengembangan (akselerasi) DK yakni :
1. Program pengembangan kebijakan dan manajemen yang mencakup :
a. Pengembangan kebijakan pelayanan dokter keluarga, termasuk
penyusunan peraturan perundangan
b. Penyusunan berbagai pedoman dan “management tools” pelayanan
dokter keluarga dan sistim pembiayaan
c. Pelaksanaan regulasi
d. Pengembangan sistem informasi
e. Pengawasan, pengendalian dan penilaian
2. Program pemberdayaan masyarakat untuk meningkatkan peran serta
masyarakat terdiri dari:
a. Penyuluhan bagi individu, keluarga dan masyarakat
b. Penyuluhan bagi organisasi kemasyarakatan dan profesi
c. Penyuluhan bagi aparatur Pemerintah
3. Program pengembangan pelayanan dokter keluarga secara garis besar
meliputi:
a. Kebijakan dan perencanaan dokter keluarga
b. Pendayagunaan DK
c. Pendidikan dan Pelatihn DK
4. Program penelitian dan pengembangan yang antara lain meliputi :
a. Pelaksanaan dan sub sistem pembiayaan
b. Sistim manajemen, termasuk manajmen infomasi
c. Sistim pengawasan, pengendalian dan evaluasi
Akselerasi pengembangan pelayanan kedokteran keluarga sudah
menjadi tuntutan yang perlu disikapi dengan kolaborasi dan sinergisme semua
stakeholders dalam suatu rumusan program yang tepat dan terarah. Akselerasi
ini akan berhasil bila semua stakeholder (Pemerintah, Provider, Profesi,Badan
Penyelenggara sistim jaminan sosial atau asuransi,dan masyarakat), memberi
Beberapa pendekatan strategis perlu dilakukan untuk pengembangan
ini yakni Departemen Kesehatan selaku regulator perlu melaksanakan regulasi
kedudukan DK dalam Sistem Kesehatan Nasional (SKN), pemantapan
standarisasi, penataan sistem pembiayaan melalui pra-bayar. Fakultas
Kedokteran diharapkan kedepan dapat melaksanakan penyelenggaraan
pendidikan DK (university based ), serta pemanfaatan DK harus didukung
oleh sarana pelayanan DK yang memenuhi standar dan mengkuti program
akreditasi. Pembinaan karier DK seyogyanya diarahkan menuju “the five stars
Doctor” sebagai “agent of change”.
Optimalisasi peran DK dalam sistem pelayanan kesehatan terkendali
(Managed Care) harus dilakukan dalam suatu sitem yang terintegrasi dengan
mengutamakan pra-bayar, dan masyarakat perlu diberi informasi tentang peran
DK untuk memelihara dan menyelesaikan masalah kesehatan sesuai
kebutuhannya.
STANDAR KOMPETENSI DOKTER KELUARGA
Perbedaan garis kompetensi yang tegas antara dokter keluarga dengan
dokter yang melaksanakan pelayanan dengan pendekatan kedokteran
keluarga, memang sangat sulit dilakukan. Namun demi kepentingan pasien,
dokter yang bekerja di pelayanan primer diharapkan memiliki kemampuan
untuk melaksanakan prinsip-prinsip pelayanan dokter keluarga.
Prinsip-prinsip pelayanan dokter keluarga di Indonesia mengikuti anjuran
WHO dan WONCA yang mencantumkan prinsip-prinsip ini dalam banyak
terbitannya. Prinsip-prinsip ini juga merupakan simpulan untuk dapat
meningkatkan kualitas layanan dokter primer dalam melaksanakan pelayanan
kedokteran. Prinsip-prinsip pelayanan/pendekatan kedokteran keluarga
adalah memberikan/mewujudkan:
1) Pelayanan yang holistik dan komprehensif
2) Pelayanan yang kontinu
3) Pelayanan yang mengutamakan pencegahan
5) Penanganan personal bagi setiap pasien sebagai bagian integrasi dari
keluarganya.
6) Pelayanan yang mempertimbangkan keluarga, lingkungan kerja, dan
lingkungan tempat tinggalnya.
7) Pelayanan yang menjunjung tinggi etika dan hukum.
8) Pelayanan yang dapat diaudit dan dapat dipertanggungjawabkan.
9) Pelayanan yang sadar biaya dan mutu.
Dengan melihat pada prinsip pelayanan yang harus dilaksanakan, maka
disusun kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang dokter untuk dapat
disebut sebagai dokter keluarga.
Kompetensi dokter keluarga seperti yang tercantum dalam Standar
Kompetensi Dokter Keluarga yang disusun oleh Perhimpunan Dokter
Keluarga Indonesia tahun 2006 adalah:
1. Kompetensi dasar
a. Keterampilan Komunikasi Efektif
b. Keterampilan Klinis Dasar
c. Keterampilan menerapkan dasar-dasar ilmu biomedis, ilmu klinis, ilmu
perilaku, dan epidemiologi dalam praktik kedokteran keluarga.
d. Keterampilan pengelolaan masalah kesehatan pada individu, keluarga
ataupun masyarakat dengan cara yang komprehensif, holistik,
berkesinambungan, terkoordinasi, dan bekerja sama dalam konteks
Pelayanan Kesehatan Primer.
e. Memanfaatkan, menilai secara kritis, dan mengelola informasi.
f. Mawas diri dan pengembangan diri/belajar sepanjang hayat.
g. Etika, moral, dan profesionalisme dalam praktik.
2. Ilmu dan Keterampilan Klinis Layanan Primer Cabang Ilmu Utama
a. Bedah
b. Penyakit Dalam
c. Kebidanan dan Penyakit kandungan
d. Kesehatan Anak
f. Mata
g. Kulit dan Kelamin
h. Psikiatri
i. Saraf
j. Kedokteran Komunitas
3. Keterampilan Klinis Layanan Primer Lanjut
a. Keterampilan melakukan “health screening”
b. Menafsirkan hasil pemeriksaan laboratorium lanjut
c. Membaca hasil EKG
d. Membaca hasil USG
e. BTLS, BCLS, dan BPLS
4. Keterampilan pendukung
a. Riset
b. Mengajar Kedokteran keluarga
5. Ilmu dan Keterampilan Klinis Layanan Primer Cabang Ilmu Pelengkap
a. Semua cabang ilmu kedokteran lainnya
b. Memahami dan menjembatani pengobatan alternatif
6. Ilmu dan Keterampilan Manajemen Klinik Dokter keluarga
Standar Kompetensi Dokter Keluarga menurut Deklarasi WONCA-WHO
tahun 2003 meliputi:
1. Melaksanakan asuhan bagi pasien dalam kelompok usia tertentu
a. Bayi baru lahir
b. Bayi
c. Anak
d. Remaja
e. Dewasa
f. Wanita hamil dan menyusui
g. Lansia wanita dan pria
2. Mengintegrasikan komponen asuhan komprehensif
b. Melakukan anamnesis dan pemerikasaan fisik secara memadai
c. Memahami ragam perbedaan faali dan metabolisme obat
d. Menafsirkan hasil pemeriksaan laboratorium dan radiologi
e. Menyelenggarakan upaya pencegahan, penapisan, dan panduan serta
penyuluhan gizi
f. Memahami pokok masalah perkembangan normal
g. Menyelenggarakan konseling psikologi dan perilaku
h. Mengonsultasikan atau merujuk pasien tepat pada waktunya bila
diperlukan
i. Menyelenggarakan layanan paliatif dan menjelang ajal
j. Menjunjung tinggi aspek etika pelayanan kedokteran.
3. Mengkoordinasikan layanan kesehatan
a. Dengan keluarga pasien
1) Penilaian keluarga
2) Menyelenggarakan pertemuan keluarga pasien
3) Pembinaan dan konseling keluarga
b. Dengan masyarakat
1) Penilaian kesehatan masyarakat dan epidemiologi
2) Pemeriksaan/penilaian masyarakat
3) Mengenali dan memanfaatkan sumber daya masyarakat
4) Program pencegahan dan pendidikan bagi masyarakat
5) Advokasi/pembelaan kepentingan kesehatan masyarakat
4. Menangani masalah-masalah kesehatan yang menonjol
a. Kelainan alergik
b. Anastesia dan penanganan nyeri
c. Kelainan yang mengancam jiwa dan kegawatdaruratan
d. Kelainan kardiovaskuler
e. Kelainan kulit
f. Kelainan mata dan telinga
g. Kelainan saluran cerna
i. Kelainan obstetrik dan ginekologik
j. Penyakit infeksi
k. Kelainan muskuloskeletal
l. Kelainan neoplastik
m. Kelainan neurologi
n. Psikiatri
5. Melaksanakan profesi dalam tim penyedia kesehatan
a. Menyusun dan menggerakkan tim
b. Kepemimpinan
c. Keterampilan manajemen praktik
d. Pemecahan masalah konflik
e. Peningkatan kualitas
3. Penutup
3.1 Tes Formatif
1. Jelaskan tentang sejarah Kedokteran keluarga di Indonesia!
2. Jelaskan tentang dokter keluarga dalam pembangunan nasional!
3. Jelaskan tentang kedokteran keluarga dalam Sistem Kesehatan
Nasional di Indonesia!
3.2 Umpan balik
Mahasiswa dapat menilai hasil tes dan berdiskusi dengan dosen mengenai
jawaban yang benar
3.3 Tindak lanjut
Hasil tes formatif digunakan untuk evaluasi proses pembelajaran, apakah
materi yang disampaikan oleh dosen sudah benar dipahami dan tidak
SUB POKOK BAHASAN
PRINSIP DAN KARAKTERISTIK PELAYANAN DOKTER KELUARGA
1. Pendahuluan a) Deskripsi singkat
Sub pokok bahasan ini akan membahas tentang pengertian,
batasan-batasan dan prinsip-prinsip kedokteran keluarga di Indonesia. Kebutuhan
dan tuntutan kesehatan setiap anggota keluarga merupakan sasaran utama
pelayanan dokter keluarga memang tidak sama. Untuk dapat memenuhi
kebutuhan dan tuntutan kesehatan yang berbeda ini, maka upaya yang dapat
dilakukan adalah menyediakan serta menyelenggarakan berbagai jenis
pelayanan kedokteran yang sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan kesehatan
setiap anggota keluarga tersebut. Pelayanan kedokteran yang seperti ini,
mencakup berbagi jenis pelayanan kedokteran yang disebut sebagai
pelayanan kedokteran menyeluruh.
b) Relevansi
Pengetahuan ini dapat digunakan untuk menjelaskan tentang
pengertian, batasan-batasan dan prinsip-prinsip kedokteran keluarga di
Indonesia, karakteristik pelayanan dokter keluarga; karakteristik pelayanan
kedokteran yang menyeluruh
c) Kompetensi
Standar Kompetensi:
Pada kompetensi dasar, dokter harus mampu menerapkan dasar-dasar
ilmu biomedik, ilmu klinis, ilmu perilaku, dan epidemiologi dalam praktik
kedokteran keluarga. Dokter harus mampu menjelaskan dan menerapkan
ketrampilan pengelolaan masalah kesehatan pada individu, keluarga ataupun
masyarakat dengan cara yang komprehensif, holistik, berkesinambungan,
terkoordinasi, dan bekerja sama dalam konteks pelayanan kesehatan primer.
Dokter juga harus mawas diri dan pengembangan diri/belajar sepanjang
Kompetensi Dasar :
Mahasiswa mampu menjelaskan mengenai :
1) Pengertian-pengertian kedokteran keluarga
2) Batasan-batasan kedokteran keluarga
3) Prinsip-prinsip kedokteran keluarga di Indonesia
4) Karakteristik pelayanan dokter keluarga.
2. Penyajian
Banyak di antara kita yang masih bingung dengan pengertian Dokter
Keluarga. Sampai sekarang layanan Dokter Keluarga ini belum
memasyarakat. Bahkan di kalangan para Dokter istilah ini pun masih rancu.
Sebagian menafsirkan bahwa Dokter Keluarga itu adalah yang menangani
keluarga-keluarga atau pelanggannya yaitu keluarga. Sementara, sebagian
lagi, justru menganggapnya sebagai bentuk kelas baru di antara yang sudah
dikenal sebelumnya, seperti dokter umum dan dokter spesialis. Lantas
siapakah yang disebut Dokter Keluarga? Dokter Keluarga adalah dokter yang
bertanggungjawab melaksanakan pelayanan kesehatan personal, terpadu,
berkesinambungan dan proaktif yang dibutuhkan oleh pasiennya dalam kaitan
sebagai anggota dari satu unit keluarga serta komunitas tempat pasien itu
berada. Sifat pelayanannya meliputi peningkatan derajat kesehatan (promotif).
pencegahan (preventif), pengobatan (kuratif) dan rehabilitatif. Bila berhadapan
dengan suatu masalah khusus yang tak mampu ditanggulangi, Dokter
Keluarga bertindak sebagai koordinator dalam merencanakan konsultasi atau
rujukan yang diperlukan kepada dokter spesialis yang lebih sesuai. Dari
pengertian ini, terlihat jelas bahwa sifat dan layanan kesehatan Dokter
Keluarga amat berbeda dengan dokter lain. Saat ini, rakyat Indonesia masih
memerlukan high touch bukan high tech dalam bidang kesehatan. Artinya,
rakyat kita masih memerlukan sentuhan dokter, pendekatan sosial dan bukan
teknologi yang tinggi. Penyakit yang sering muncul saat ini pun sebenarnya
tidak perlu terjadi jika semua orang melakukan pencegahan. Oleh karena itu,
Pemerintah Indonesia telah lama memprogramkan pelayanan dokter keluarga.
Pelayanan Dokter Keluarga amat berbeda dibandingkan dengan pelayanan
yang diberikan oleh Dokter Umum. Perbedaannya yang sangat penting sekali
yaitu lebih diarahkan kepada pelayanan promotif dan preventif disamping
tidak mengabaikan pelayanan kuratif dan rehabilitatif.Akhir-akhir ini
pemerintah berusaha mengembangkan kembali konsep pelayanan Dokter
Keluarga. Caranya tentu saja bukan dengan melahirkan pelayanan Dokter
Keluarga yang bersifat spesialistik atau mewajibkan dokter spesialis
menerapkan prinsip-prinsip Dokter Keluarga. Satu-satunya pilihan yang tepat
untuk mengembangkan Dokter Keluarga di Indonesia adalah dengan lebih
memantapkan dan menyempurnakan pelayanan Dokter Umum.Kualifikasi
Dokter Keluarga adalah dokter umum plus. Hal ini terlihat dari konsekwensi
pelayanannya yakni sebagai health care manager bagi pasiennya.
PENGERTIAN PELAYANAN DOKTER KELUARGA
Pelayanan Dokter Keluarga yang melibatkan dokter keluarga sebagai
penapis (gate keeper) di tingkat pelayanan primer, Dokter spesialis di tingkat
pelayanan sekunder, Rumah Sakit Rujukan dan sistem jaminan pemeliharaan
kesehatan yang bekerja secara bersama-sama, menempatkan dokter keluarga
pada posisi yang sangat strategis dalam pembangunan kesehatan. Tujuan yang
ingin dicapai dalam pelayanan kedokteran keluarga adalah suatu bentuk
pelayanan kesehatan bagi individu dan keluarga serta masyarakat yang
bermutu namun terkendali biayanya, yang tercermin dalam tatalaksana
pelayanan kesehatan yang diberikan oleh dokter keluarga.
Menurut The American Academy of Family Physician (1969), pelayanan
dokter keluarga adalah pelayanan kedokteran yang menyeluruh dan
memusatkan pelayanannya pada keluarga sebagai suatu unit, pada mana
tanggungjawab dokter terhadap pelayanan kesehatan tidak dibatasi oleh
golongan umur atau jenis kelamin pasien, juga tidak oleh organ tubuh atau