i
ANALISIS PENGARUH TINGKAT
RELIGIUSITAS
DAN
PRODUCT KNOWLEDGE
TERHADAP
PREFERENSI
MENABUNG MAHASISWA
DI PERBANKAN SYARIAH
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Ekonomi Syariah (SE.Sy)
Disusun Oleh
M. ZAENAL ARIFIN
NIM 213 11 039
JURUSAN S1-PERBANKAN SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SALATIGA
vi MOTTO
Awali dengan Bismillahirrohmanirrohim
dan akhiri dengan Alhamdulillahi Robbilalamin.
“….Sesungguhnya Allah SWT tidak akan merubah keadaan (nasib) suatu kaum,
sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri…”
(QS. Ar Ra’d: 11)
“Dari Abu Hurairah ra berkata: Rasulullah SAW Bersabda: Sesungguhnya Allah
SWT tidak memandang kepada fisik dan harta kamu sekalian, akan tetapi dia memandang kepada hati dan amal perbuatanmu” (HR. Muslim)
Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila telah selesai dari suatu urusan, Kerjakanlah dengan sungguh-sungguh urusan yang lain. Dan
vii
PERSEMBAHAN
Dengan mengucap syukur kepada Allah SWT atas rahmat, hidayah dan inayah-Nya, serta dengan penuh cinta dan sayang skripsi ini saya persembahkan kepada:
Allah SWT Kedua orang tuaku,
Saudara dan seluruh keluarga besarku,
viii
KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum wr. wb
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala rahmat, karunia, rezeki dan pertolongan-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi dengan judul “Analisis Pengaruh Tingkat Religiusitas dan
Product Knowledge Terhadap Preferensi Menabung Mahasiswa di Perbankan Syariah’’ sebagai syarat menyelesaikan Program Studi S1-Perbankan Syariah
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.
Dalam proses penyusunan skripsi ini penulis menghadapi suatu kendala namun itu tidak terlalu berarti karena adanya dorongan dan bantuan dari banyak pihak, sehingga pada akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan lancar.
Ucapan terimakasih terutama penulis sampaikan kepada:
1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M. Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga.
2. Bapak Dr. Anton Bawono, M. Si. selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Islam.
3. Ibu Fetria Eka Yudiana, M. Si. selaku Ketua Jurusan S1-Perbankan Syariah. 4. Bapak Qi Mangku B,. Lc., M. Si. selaku Pembimbing Skripsi yang telah
bersedia memberikan bimbingannya, pengarahan dan meluangkan
waktunya selama proses penyusunan skripsi.
5. Bapak Farkhani. S.Hi., M.H. selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah
memberi dukungan dan pengarahan selama masa perkuliahan di studi
ix
6. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam dan Program Studi
S1-Perbankan Syariah yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan,
bimbingan dan pengalaman berharga selama perkuliahan di Studi S1-Perbankan Syariah IAIN Salatiga.
7. Seluruh staf dan karyawan IAIN Salatiga.
8. Kedua orang tuaku tercinta (Muh Sodri dan Siti Lestari) dan Adik-adikku
Magfiroh, Lailatul yang telah memberikan dorongan do’a. 9. Seluruh Teman S1-Perbankan Syariah
Penulis menyadari bahwa sepenuhnya dalam penulisan skripsi ini masih
sangat jauh dari sempurna. Dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan permohonan maaf yang sebesar-besarnya, serta penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun agar dapat
memberikan manfaat bagi penulis sendiri dan bagi pembacanya. Wassalamu’alaikum wr. wb.
Salatiga, 15 Februari 2016 Penulis
x ABSTRAK
Arifin, Zaenal. 2016. Analisis Tingkat Religiusitas dan Product Knowledge terhadap preferensi menabung Mahasiswa di Perbankan Syariah. Skripsi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam, Program Studi S1-Perbankan Syariah, Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing : Qi Mangku B., Lc, M.Si
Kata Kunci : Tingkat Religiusitas, Product Knowledge dan Preferensi Menabung Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah variabel religiusitas dan product knowledge berpengaruh terhadap preferensi menabung mahasiswa di Perbankan Syariah.
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif karena bertujuan untuk mengkonfirmasi data yang didapatkan di lapangan dengan teori yang ada. Sampel diperoleh sebanyak 92 responden mahasiswa IAIN Salatiga dengan tekknik sampling purposive. Sedangkan untuk tekhnik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode kuesioner, studi pustaka, dan wawancara. Data diolah menggunakan uji reliabilitas, validitas, statistik dan asumsi klasik.
Dari hasil pengolahan data tersebut menunjukkan bahwa Tingkat Religiusitas dan Product Knowledge berpengaruh positif dan signifikan terhadap preferensi menabung mahasiswa, sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi Tingkat Religiusitas dan product knowledge maka semakin tinggi pula preferensi menabung mahasiswa.
xi DAFTAR ISI
Halaman Judul ... i
Lembar Berlogo ... ii
Persetujuan Pembimbing ... iii
Pengesahan ... iv
Pernyataan Keaslian Tulisan ... V Motto ... Vi
5. Produk Tabungan Perbankan Syariah ... 30
6. Kerangka Penelitian ... 33
7. Hipotesis Penelitian ... 34
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian ... 35
xii
2. Alih Status Menjadi STAIN ... 51
3. Alih Status Dari STAIN Menjadi IAIN Saltiga ... 52
B. Deskripsi Data Responden ... 54
1. Jenis Kelamin ... 54
2. Progam Study ... 55
3. Semester ... 56
C. Analisis Data ... 57
1. Uji Instrumen ... 57
2. Uji Statistik ... 59
3. Uji Asumsi Klasik ... 62
4. Uji Hipotesis ... 67
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 71
B. Saran ... 72 DAFTAR PUSTAKA
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Variabel dan Indikator Penelitian ... 41
Tabel 1.2 Jenis Kelamin Responden ... 55
Tabel 1.3 Progam Study Responden ... 55
Tabel 2.1 Semester ... 56
Tabel 2.2 Uji Reliabilitas ... 57
Tabel 2.3 Uji Validitas ... 57
Tabel 3.1 Hasil Uji R2 ... 59
Tabel 3.2 Hasil Uji Ftest ... 60
Tabel 3.3 Hasil Uji Ttest ... 61
Tabel 4.1 Uji Multikolinearitas Metode VIF ... 62
Tabel 4.2 Uji Heteroscedasticity Metode Park ... 63
Tabel 4.3 Uji Kolmogrov-Sminov Test ... 66
Tabel 4.4 Uji Linearitas ... 67
DAFTAR GAMBAR Gambar 1.1 Kerangka Pemikiran ... 33
Gambar 1.2 Rentang Penilaian dalam Skala Likert ... 40
Gambar 1.3 Uji Normalitas ... 64
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang
Era globalisasi mendorong adanya perubahan-perubahan yang
berlangsung begitu cepat baik di bidang ekonomi, sosial maupun budaya. Lebih lanjut, perubahan tersebut telah mempengaruhi kebutuhan dan kepentingan-manusia sebagai konsumen-menjadi semakin kompleks.
Secara naluriah, setiap manusia selalu berusaha untuk memenuhi seluruh kebutuhan hidupnya. Dalam usaha pemenuhan kebutuhan hidup tersebut
manusia akan selalu berhubungan dan membutuhkan orang lain. Dari hubungan tersebut, maka timbul interaksi serta pembagian tugas dan peran dalam kehidupan bermasyarakat untuk meningkatkan taraf hidup
masing-masing sehingga dalam jangka panjang diharapkan dapat terjadi pemerataan kesejahteraan lingkungan maupun masyarakat.
Untuk mewujudkan kesejahteraan bersama, dimungkinkan terjadi kerja sama saling menguntungkan dimana satu pihak berperan sebagai penyedia dana (pemodal) dan pihak lain sebagai pelaku usaha
(pengusaha).
Bank merupakan badan usaha yang menghimpun dana dari
masyarakat dalam bentuk simpanan, dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak (Indra Darmawan, 1999: 116). Bank Syariah merupakan suatu lembaga
2
membutuhkan dana. Disinilah peran sebuah bank syariah menjadi sangat sentral dimana penghimpunan dana haruslah seimbang dengan dana yang
disalurkan. Bank syariah merupakan bank yang berbasis pada tuntutan syariah, bukan berarti bank syariah lebih simpel daripada bank
konvensional akan tetapi sebenarnya bank syariah mekanismenya lebih rumit, karena bukan hanya profit dunia saja yang di perhitungkan akan tetapi tanggung jawab kepada Allah juga menjadi perhitungan utama bagi
perbankan syariah.
Pengembangan sebuah sistem perbankan berbasis Islam secara
politis di Indonesia akhirnya diakui sebagai bagian dari upaya tujuan pembangunan nasional yaitu untuk mencapai terciptanya masyarakat adil dan makmur berdasarkan demokrasi ekonomi. Hal ini antara ditandai
dengan peran aktif pemerintah dalam mengembangkan industri perbankan syariah yang diharapkan akan mampu menjadi langkah awal bagi
pengembangan sistem ekonomi yang berlandaskan pada nilai keadilan, kebersamaan, pemerataan, dan kemanfaatan yang sesuai dengan prinsip syariah. Peran aktif ini diturunkan tidak saja dalam level kebijakan
perundangan, tetapi juga masuk dalam ranah praktis.
Keberadaan perbankan syariah di Indonesia tidak terlepas dari
sistem perbankan Indonesia secara umum. Perbankan syariah mulai dikenal pada tahun 1992 setelah diberlakukannya UU No. 7 Tahun 1992 yang memungkinkan bank syariah menjalankan kegiatan operasionalnya
3
memenuhi kebutuhan masyarakat yang menginginkan sistem perbakan yang berlandaskan pada syariat Islam (Evi, et.all., 2014: 1).
Namun demikian, perbankan syariah belum mendapatkan landasan hukum yang kuat. Hal ini terlihat dari UU No.7 Tahun 1992, dimana
perbankan syariah hanya dikenal sebagai bank yang berprinsip pada bagi hasil yang selebihnya harus tunduk pada peraturan bank konvensional.
Oleh karena itu, diperlukan UU Perbankan Syariah tersendiri untuk
mempercepat pertumbuhan dan perkembangan perbankan syariah. Maka muncul UU No.21 Tahun 2008 mengenai Perbankan Syariah. Di dalam
UU tersebut perbankan syariah dimungkinkan untuk memperluas kegiatan usaha atau menerbitkan produk. Dengan munculnya UU tersebut maka perbankan syariah akan mempunyai ruang lingkup kerja yang jelas dan
dapat menjaring pasar lebih luas.
Setelah melewati masa-masa awal sekitar tahun 1992-1998,
perbankan syariah mulai berkembang secara signifikan dalam beberapa tahun terakhir. Perkembangan jaringan kantor perbankan syariah semakin pesat sebagai akibat dari meningkatknya kebutuhan masyarakat akan
produk jasa dari bank syariah. Statistik Perbankan Syariah (SPS) yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia (BI) menunjukkan bahwa sampai dengan
4
Berdasarkan cetak biru pengembangan perbankan syariah di Indonesia, pangsa pasar perbankan syariah pun juga bertambah luas yang
diperkirakan pada akhir tahun 2015 sebesar 15 % dengan total asset perbankan syariah diperkirakan optimis mencapai 211,92 Triliun, total
DPK mencapai 232,82 Triliun dan total pembiayaan sekitar 239,54 Triliun (Departemen Keuangan, 2014). Hal tersebut membuktikan adanya pertumbuhan dan perkembangan perbankan syariah di Indonesia menjadi
salah satu keberhasilan penerapan syariah Islam dalam bermuamalah. Pesatnya perkembangan industri perbankan di Indonesia pun
mengakibatkan persaingan yang semakin tinggi. Bagi nasabah hal tersebut membuat mereka lebih selektif dalam memilih bank-bank yang menjamur di Indonesia saat ini. Perbankan syariah sebagai sebuah bank yang
didirikan dengan tujuan untuk bisa bermuamalat dalam bidang ekonomi yang sesuai dengan syariah islam juga harus mampu bersaing dalam
merebut nasabah. Persaingan tersebut sangatlah kompleks, dikarenakan masyarakat Indonesia sebagai target nasabah sudah terlalu lama bersentuhan dengan perbankan konvensional sehingga mengakibatkan
sampai saat ini perbankan syariah belum menjadi pilihan utama dalam menabung.
Pada penelitian terdahulu yang telah dilakukan oleh Maski (2010) terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi pilihan menabung pada perbankan syariah, diantaranya bank syariah, pelayanan dan kepercayaan,
5
pilihan menabung pada perbankan syariah dipengaruhi oleh adanya pelayanan dan kepercayaa. Selain itu penelitian yang dilakukan Fauzi
(2010) juga menunjukan bahwa faktor pelayanan memiliki pengaruh besar terhadap pilihan menabung pada perbankan syariah disamping faktor
religiusitas, kualitas produk, dan bagi hasil. Namun berbeda dengan penelitian Utomo (2014) yang menunjukan diantara faktor pelayanan, harga/biaya, pengetahuan, bank syariah, lokasi, dan promosi yang
mempengaruhi pilihan nasabah menabung pada perbankan syariah adalah faktor pengetahuan. Hal tersebut menunjukkan faktor pemilihan menabung
pada perbankan syariah yang beragam sehingga penelitian terhadap preferensi menabung nasabah pada perbankan syariah sangat menarik untuk diteliti. Pada penelitian ini, peneliti menetapkan fokus penelitian
terhadap preferensi menabung di bank syariah, yaitu pada karakteristik faktor religiusitas, karakteristik product knowledge.
Pilihan mahasiswa IAIN Salatiga fakultas ekonomi bisnis islam (FEBI) sebagai responden penelitian karena IAIN Salatiga merupakan salah satu lembaga pendidikan yang belandaskan pada nilai -nilai
keislaman, sehingga dalam proses pembelajarannya banyak memuati pendidikan keislaman, yaitu Al-Qur’an, hadist, memasukkan nilai-nilai
keislaman ke materi perkuliahan dll. Selain materi keislaman, mahasiswa jurusan ekonomi bisnis islam banyak juga memuati ilmu tentang perbankan syariah. sehingga mahasiswa IAIN khususnya jurusan ekonomi
6
dalam praktiknya pilihan (Preferensi) menabung mahasiswa IAIN Salatiga masih sedikit. Meskipun lembaga IAIN Salatiga juga menerapkan
nilai-nilai Islam di bidang ekonomi yaitu dengan mempercayakan kegiatan ekonominya kepada salah satu Bank Syariah, yaitu pembayaran uang
kuliah, uang praktikum, pembukaan tabungan untuk mahasiswa yang mendapatkan beasiswa dll. Namun perlu diketahui bahwa itu hanya kewajiban mahasiswa untuk pembayaran kulian bukan menjadi pilihan
untuk menabung.
Berdasarkan data di atas, penelitian ini akan mengarah pada usaha
menemukan fakta mengenai seberapa besar pengaruh dari tingkat religiusitas pada diri mahasiswa dan product knowledge terhadap
preferensi menabung di Perbankan Syariah. Penelitian ini mencoba menganalisis faktor religiusitas dan product knowledge yang dianggap dapat mempengaruhi mahasiswa memilih (preferensi) menabung di
Perbankan Syariah.
Berdasarkan pemaparan- pemaparan yang telah diuraikan di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul
“ANALISIS PENGARUH TINGKAT RELIGIUSITAS DAN PRODUCT
KNOWLEDGE TERHADAP PREFERENSI MENABUNG
7 B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang diuraikan diatas, maka masalah
dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Apakah tingkat religiusitas secara individu berpengaruh
terhadap preferensi menabung di Perbankan Syariah ?
2. Apakah tingkat product knowledge secara individu
berpengaruh terhadap preferensi menabung mahasiswa IAIN
Salatiga di Perbankan Syariah?
3. Apakah tingkat religiusitas dan product knowledge secara
bersama-sama berpengaruh terhadap preferensi menabung di Perbankan Syariah?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui tingkat religiusitas Mahasiswa IAIN
Salatiga secara individu terhadap preferensi menabung di Perbankan Syariah.
2. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan produk (product
knowledge) Mahasiswa IAIN Salatiga secara individu terhadap preferensi menabung mahasiswa IAIN Salatiga di
Perbankan Syariah.
3. Untuk mengetahui tingkat religiusitas dan product knowledge
Mahasiswa IAIN Salatiga secara bersama-sama terhadap
8 D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharap kan dalam penelitian ini adalalah: 1. Bagi Penulis
a. Menambah pengetahuan tentang adanya pengaruh tingkat
religiusitas terhadap preferensi menabung mahasiswa b. Menambah pengetahuan mengenai adanya pengaruh
pengetahuan terhadap preferensi menabung mahasiswa c. Memperdalam ilmu tentang preferensi mahasiswa terhadap
perbankan syariah
2. Bagi Lembaga Akademik IAIN Salatiga
Hasil penelitian ini diharapkan dapat member kontribusi untuk pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya dalam
bidang ilmu ekonomi sehingga dapat dijadikan referensi untuk penelitian selanjutnya.
E. Sistematika Penulisan BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisi tentang uraian latar belakang masalah, perumusan
masalah,tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan
BAB II LANDASAN TEORI
Bab ini Berisi tentang telaah pustaka yaitu jabaran tentang penelitian terdahulu, landasan teori yang berisi deskripsi mengenai variabel dan hubungan antar variabel, kerangka penelitian, dan hipotesis
9 BAB IIIMETODE PENELITIAN
Bab ini menguraikan tentang jenis dan sumber data, populasi dan
sampel, definisi operasional variabel, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data yang digunakan.
BAB IVHASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab ini berisi tentang deskripsi obyek penelitian, analisis data dan pembahasan dari hasil penelitian.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini berisi kesimpulan dan saran berdasarkan penelitian dan pengolahan data yang diperoleh.
10 BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Telaah Pustaka
Ali Mursid dan Entot Suhartono (2014) dalam jurnal dinamika
manajemen yang berjudul faktor determinan nasabah dalam pemilihan bank syariah menyimpulkan bahwa hasil dari penelitiannya menunjukkan faktor teknologi, motif religiusitas, dan kualitas pelayanan berpengaruh
signifikan terhadap nasabah dalam memilih bank syariah.
Asraf (2013) dalam jurnal Apresiasi Ekonomi yang berjudul pengaruh kualitas produk terhadap keputusan menyimpan dana di Bank
Muamalat Indonesia cabang Pasaman Barat dengan religiusitas sebagai variabel moderator mengatakan bahwa hasil dari penelitian tersebut
menunjukkan variabel religiusitas berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pemilihan untuk menyimpan dana pada BMI Cabang
Pasaman Barat dan variabel religiusitas memperkuat pengaruh kualitas produk terhadap keputusan pemilihan nasabah untuk menyimpan dananya. Artinya variabel religiusitas berperan sebagai variabel moderator bagi
pengaruh produk terhadap keputusan pemilihan nasabah untuk menyimpan dananya.
Andri Nurtantiono (2012) dalam penelitiannya yang berjudul Peran Moderasi Pengetahuan Produk (product knowledge) Dan Keinovativan Pelaku Bisnis Dalam Pengaruh Dimensi Pertimbangan Pada Niat Menjadi
11
Surakarta menyimpulkan bahwa analisis data dilakukan dengan Regresi dan Uji Interaksi untuk menganalisis pengaruh variabel moderasi tingkat
Produk Knowledge dan Inovasi , menunjukkan bahwa 1. Sikap , Norma
Subyektif dan kontrol perilaku mempengaruhi niat pelanggan, 2. Sebagian,
sikap tidak berpengaruh secara signifikan niat untuk nasabah bank syariah
di Kota Surakarta . sedangkan variabel Norma subjektif dan Pengendalian
Perilaku niat dianggap mempengaruhi secara signifikan pelanggan, 3.
Tingkat pengetahuan oproduk dan inovasi tidak memoderasi pengaruh
sikap atas niat sebagai pelanggan.
Toni Prasetyo Utomo (2014) dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keputusan Nasabah Dalam Memilih Jasa Perbankan Syariah (Studi Pada Bank Syariah Mandiri,
Kantor Cabang Malang) menyimpulkan bahwa Berdasarkan hasil estimasi Regresi Logistik, ditemukan bahwa faktor pelayanan bank syariah, faktor
pengetahuan tentang konsep bank syariah, dan faktor harga/biaya berpengaruh signifikan terhadap keputusan nasabah dalam memilih bank syariah. Sedangkan faktor karakteristik bank syariah, faktor
lokasi/aksesibilitas dan faktor promosi tidak berpengaruh secara signifikan. Selain itu, berdasarkan pada koefisiensi regresi logistik, faktor
pengetahuan tentang konsep bank syariah mempunyai nilai beta yang paling besar. Hal ini menunjukan bahwa faktor pengetahuan tentang bank syariah adalah faktor yang dominan terhadap keputusan nasabah dalam
12
Adapun perbedaan adanya variabel religiusitas dan variabel pengetahuan sebagai variabel independen yang berpengaruh terhadap
preferensi menabung mahasiswa IAIN Salatiga yang sebelumnya belum pernah diteliti.
B. Kerangka Teori 1. Religiusitas
a. Pengertian Religiusitas
Menurut Harun Nasution yang dikutip Jalaluddin (2012: 12) pengertian agama berasal dari kata, yaitu: al-Din, religi
(relegere, religare) dan agama. Al-Din (semit) berarti undang-undang atau hukum. Kemudian dalam bahasa arab, kata ini mengandung arti menguasai, menundukkan, patuh, utang, balasan,
kebiasaan. Sedangkan dari kata religi (latin) atau relegere berarti mengumpulkan dan membaca. Kemudian religare berarti
mengikat. Adapun kata agama terdiri dari a=tidak; gam= pergi mengandung arti tidak pergi, tetap ditempat atau diwarisi turun-temurun.
Religius menurut Islam adalah menjalankan ajaran agama secara menyeluruh. Allah berfirman dalam Al-Qur’an surat
13
dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu”.
b. Pandangan Ahli Tentang Religiusitas
Menurut Anshori dalam Ghufron & Risnawita (2010: 168)
agama menunjuk pada aspek-aspek formal yang berkaitan dengan aturan dan kewajiban, sedangkan religiusitas menunjuk pada aspek
agama yang telah dihayati oleh seseorang dalam hati. Ghufron & Risnawita menegaskan lebih lanjut, bahwa religiusitas merupakan tingkat keterikatan individu terhadap agamanya. Apabila individu
telah menghayati dan menginternalisasikan ajaran agamanya, maka ajaran agama akan berpengaruh dalam segala tindakan dan
pandangan hidupnya.
James Redfield, mengenai pengantar sejarah agama mengatakan bahwa keberagamaman adalah pengarahan manusia
agar tingkah lakunya sesuai dengan perasaan tentang adanya hubungan antara jiwanya dan jiwa yang tersembunyi, yang diakui
14
Menurut Nourcholis Majid, agama bukanlah sekedar tindakan-tindakan ritual seperti shalat dan membaca do’a. Agama
lebih dari itu, yaitu keseluruhan tingkah laku manusia yang terpuji, yang dilakukan demi memperoleh ridla atau perkenan Allah
(Sahlan, 2012: 42).
Glock & Stark (Dister, 1988) mengenai religiusitas yaitu sikap keberagamaan yang berarti adanya unsur internalisasi agama
ke dalam diri seseorang. c. Dimensi Religiusitas
Menurut Glock & Stark dalam (Ancok, 2008: 77-78) mengatakan bahwa terdapat lima dimensi dalam religiusitas, yaitu:
1) Dimensi keyakinan atau Ideologis
Dimensi keyakinan adalah tingkatan sejauh mana seseorang menerima hal-hal yang dogmatik dalam
agamanya, misalnya kepercayaan kepada Tuhan, malaikat, surga dan neraka. Pada dasarnya setiap agama juga menginginkan adanya unsur ketaatan bagi setiap
pengikutnya. Adapun dalam agama yang dianut oleh seseorang, makna yang terpenting adalah kemauan untuk
15
dimensi keyakinan ini menuntut dilakukannya praktek-praktek peribadatan yang sesuai dengan nilai-nilai Islam. 2) Dimensi praktik agama atau ritualistik
Dimensi praktik agama yaitu tingkatan sejauh mana
seseorang mengerjakan kewajiban-kewajiban ritual dalam agamanya. Unsur yang ada dalam dimensi ini mencakup pemujaan, ketaatan, serta hal-hal yang lebih menunjukkan
komitmen seseorang dalam agama yang dianutnya. Wujud dari dimensi ini adalah perilaku masyarakat pengikut
agama tertentu dalam menjalankan ritus-ritus yang berkaitan dengan agama. Dimensi praktek dalam agama Islam dapat dilakukan dengan menjalankan ibadah shalat,
puasa, zakat, haji ataupun praktek muamalah lainnya. 3) Dimensi pengalaman atau eksperiensial
Dimensi pengalaman adalah perasaan-perasaan atau pengalaman yang pernah dialami dan dirasakan. Misalnya merasa dekat dengan Tuhan, merasa takut berbuat dosa,
merasa doanya dikabulkan, diselamatkan oleh Tuhan, dan sebagainya.
4) Dimensi pengetahuan agama atau intelektual
Dimensi pengetahuan agama adalah dimensi yang menerangkan seberapa jauh seseorang mengetahui tentang
16
suci manapun yang lainnya. Paling tidak seseorang yang beragama harus mengetahui hal-hal pokok mengenai
dasar-dasar keyakinan, ritus-ritus, kitab suci dan tradisi. Dimensi ini dalam Islam meliputi Pengetahuan tentang isi Al-Quran,
pokok-pokok ajaran yang harus diimani dan dilaksanakan, hukum Islam dan pemahaman terhadap kaidah-kaidah keilmuan ekonomi Islam/perbankan syariah.
5) Dimensi konsekuensi
Yaitu dimensi yang mengukur sejauh mana perilaku
seseorang dimotivasi oleh ajaran-ajaran agamanya dalam kehidupan sosial, misalnya apakah ia mengunjungi tetangganya sakit, menolong orang yang kesulitan,
mendermakan hartanya, dan sebagainya. d. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Religiusitas
Thouless (1995: 34), membedakan faktor-faktor yang mempengaruhi sikap keagamaan menjadi empat macam, yaitu:
1) Pengaruh pendidikan atau pengajaran dan berbagai tekanan
sosial.
Faktor ini mencakup semua pengaruh sosial dalam
perkembangan keagamaan itu, termasuk pendidikan dari orang tua, tradisi-tradisi sosial, tekanan dari lingkungan sosial untuk menyesuaikan diri dengan berbagai pendapat
17 2) Faktor pengalaman
Berkaitan dengan berbagai jenis pengalaman yang
membentuk sikap keagamaan. Terutama pengalaman mengenai keindahan, konflik moral dan pengalaman
emosional keagamaan. Faktor ini umumnya berupa pengalaman spiritual yang secara cepat dapat mempengaruhi perilaku individu.
3) Faktor kehidupan
Kebutuhan-kebutuhan ini secara garis besar dapat menjadi
empat, yaitu: (a) kebutuhan akan keamanan atau keselamatan, (b) kebutuhan akan cinta kasih, (c) kebutuhan untuk memperoleh harga diri, dan (d) kebutuhan yang
timbul karena adanya ancaman kematian. 4) Faktor intelektual
Berkaitan dengan berbagai proses penalaran verbal atau rasionalisasi.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulan bahwa
setiap individu berbeda-beda tingkat religiusitasnya dan dipengaruhi oleh dua macam faktor secara garis besarnya yaitu
internal dan eksternal. Faktor internal yang dapat mempengaruhi religiusitas seperti adanya pengalaman-pengalaman emosional keagamaan, kebutuhan individu yang mendesak untuk dipenuhi
18
sebagainya. Sedangkan pengaruh eksternalnya seperti pendidikan formal, pendidikan agama dalam keluarga, tradisi-tradisi sosial
yang berlandaskan nilai-nilai keagamaan, tekanan-tekanan lingkungan sosial dalam kehidupan individu.
Dari berbagai teori tentang religiusitas yang telah diuraikan penelitian ini akan menggunakan acuan teori dari C.Y Glock dan R. Stark bahwa terdapat lima dimensi dalam religiusitas, yaitu
ideologi, intelektual, ritualis, pengalaman keagamaan, dan konsekuensi perilaku.
2. Pengetahuan Produk (product knowledge) a. Pengertian produk
Pengertian produk menurut Kotler dan Armstrong (2004)
adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan kepasar untuk mendapatkan perhatian, dibeli, digunakan, atau dikonsumsi yang
dapat memuaskan keinginan atau kebutuhan. Secara konseptual produk adalah pemahaman subyektif dari produsen atas sesuatu yang bisa ditawarkan sebagai usaha untuk mencapai tujuan
organisasi melalui pemenuhan kebutuhan dan kegiatan konsumen, sesuai dengan kompetensi dan kapasitas organisasi serta daya beli
pasar. Selain itu produk dapat pula didefinisikan sebagai persepsi konsumen yang dijabarkan oleh produsen melalui hasil produksinya. Produk dipandang penting oleh konsumen dan
19
b. Pengertian Pengetahuan Produk (product knowledge)
Pengetahuan produk telah menjadi isu sentral dari studi
perilaku pelanggan. Dalam beberapa tahun terakhir telah terjadi sejumlah besar penelitian telah difokuskan pada peran pengetahuan
produk dalam peningkatan penjualan produk perusahaan. Pengetahuan produk telah dikembangkan lebih baik dan lebih kompleks semata dengan baik dirumuskan kriteria keputusan
(Kotler, 2009). Marketing yang tingkat pengetahuan produknya lebih tinggi dan informasi yang lebih baik daripada mereka yang
memiliki tingkat pengetahuan produk yang rendah. Oleh karena itu, semakin tinggi tingkat pengetahuan produk dimiliki, semakin tinggi pula tingkat penjualan produk. Penelitian sebelumnya
tentang perilaku konsumen telah menekankan pentingnya hubungan antara keterlibatan produk dan pengetahuan produk.
Brucks (1985) dalam Alfi (2015) menyatakan bahwa selama proses pembelian, tingkat pengetahuan yang dimiliki oleh konsumen tentang sebuah produk tidak hanya akan mempengaruhi
perilaku mereka dalam mencari informasi tentang produk tersebut, namun juga mempengaruhi perlakuan mereka terhadap informasi
itu sendiri, pengambilan keputusan mereka, dan lebih jauh lagi, keinginan membeli mereka. Alfi (2015), menyimpulkan bahwa konsumen dengan tingkat product knowledge yang tinggi akan
20
mereka percaya dengan tingkat pengetahuan yang dimilikinya. Karenanya, sangat mungkin mereka akan lebih menyadari akan
nilai dari sebuah produk dan selanjutnya naik pada tahap keinginan untuk membeli. Sebaliknya, Konsumen dengan tingkat produc
knowledge yang rendah, lebih cenderung untuk terpengaruh oleh petunjuk dari lingkungan sekitar, misalnya rayuan dari si penjual, Yang mungkin akan merubah bagaimana cara mereka menerima
informasi dari suatu produk. Oleh sebab itu seorang marketer harus benar–benar menguasai product knowledge dari perusahaan agar
segmentasi pasar yang akan dijadikan sebagai target pemasaran berjalan deengan lancar sesuai dengan harapan dari perusahaan dan bisa menunjang peningkatan penjualan produk dari perusahaan.
Product knowledge adalah pengetahuan konsumen tentang produk. Rao dan Sieben dkk (1992) dalam Waluyo dan Pamungkas
(2003) mendefinisikan product knowledge sebagai cakupan seluruh informasi akurat yang disimpan dalam memori konsumen yang sama baiknya dengan persepsinya terhadap pengetahuan produk.
Konsumen yang berpengetahuan lebih tinggi akan lebih realistis dalam pemilihan sesuai dengan harapannya.
Pengetahuan produk mencakup: a) Kesadaran akan kategori dan merek produk didalam kategori produk; b) Terminologi produk; c) Atribut/ciri produk; dan d) Kepercayaan tentang
21
Konsumen memiliki tingkat pengetahuan produk yang berbeda yang digunakan untuk mengartikan informasi baru
sehingga dapat membuat keputusan pembelian yang benar. Tetapi tidak satu pun dari tingkat pengetahuan menangkap semua
kemungkinan pengertian dari sebuah objek, acara, ataupun tingkah laku. Setiap tingkat pengertian berguna untuk tujuan tertentu, tetapi tidak semua tujuan. Konsumen dapat memiliki empat tingkat
pengetahuan produk (Peter dan Olson, 2002: 67), yaitu: kelas produk, bentuk produk, merek, dan model pemasar merasa tertarik
khususnya pada pengetahuan konsumen tentang merek.
Kebanyakan strategi pemasaran berorientasi pada merek, karena mereka ingin membuat konsumen lebih memperhatikan
merek, mengajar mereka tentang merek, dan mempengaruhi mereka untuk membeli merek tersebut. Kebanyakan penelitian
pemasaran memfokuskan pada pengetahuan konsumen dan kepercayaan terhadap suatu merek. Untuk beberapa produk tertentu, konsumen dapat memiliki pengetahuan tentang model,
level pengetahuan yang lebih kongkrit daripada sebuah merek. Untuk ke arah yang lebih abstrak dari merek dan tingkat
22
Seringkali, dasar dari kategori bentuk produk adalah ciri-ciri fisik yang merek bagikan. Kelas produk adalah level yang
terluas dari pengetahuan produk yang meliputi beberapa bentuk produk (dan juga banyak merek dan model didalam kategorinya).
Konsep dari tingkat kelas produk kemungkinan memiliki kesamaan karakteristik. Strategi pemasaran untuk mempromosikan seluruh kelas produk dapat menjadi efektif untuk mempromosikan sebuah
merek dengan pembagian pasar yang tinggi. Disebabkan konsumen lebih menyukai untuk memisahkan keputusan pembelian pada
setiap level pengetahuan, pemasar harus mengerti bagaimana konsumen mengorganisasi pengetahuan produk mereka untuk tingkat yang berbeda.
c. Pengetahuan produk tabungan
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998
tentang perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang perbankan, yang dimaksud dengan tabungan adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut
syarat tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat dengan cek, bilyet giro, atau alat lainnya yang dipersamakan dengan itu.
Adapun yang dimaksud tabungan dalam lembaga keuangan syariah adalah tabungan yang dijalankan berdasrkan prinsip-prinsip syariah (Ismail, perbankan syariah: 75). Dalam hal ini, Dewan
23
bahwa tabungan yang dibenarkan adalah tabungan yang berdasrkan prinsip wadiah dan mudharabah.
3. Preferensi
a. Pengertian Preferensi
Preferensi berasal dari kata prefer yang berarti kesukaan atau kecenderungan seseorang untuk memilih sesuatu (Simamora, 2003 : 87). Preferensi konsumen dapat diketahui dengan mengukur
tingkat kegunaan atau nilai penting pada setiap produk atau jasa.Penilaian terhadap produk atau jasa menggambarkan sikap
konsumen terhadap produk atau jasa tersebut, sehingga dapat mencerminkan preferensi konsumen dalam menggunakan atau mengkonsumsi suatu produk atau jasa. Menurut Simamora (2003 :
88), ada beberapa langkah yang harus dilaluisampai konsumen membentuk preferensi, yaitu :
1) Pertama, diasumsikan bahwa konsumen melihat produk
sebagai sekumpulan atribut. Konsumen yang berbeda memiliki persepsi yang berbeda tentang atribut apa
yang relevan.
2) Kedua, tingkat kepentingan atribut berbeda-beda sesuai
24
3) Ketiga, konsumen mengembangkan sejumlah
kepercayaan tentang letak produk pada setiap atribut. 4) Keempat, tingkat kepuasan konsumen terhadap produk
akan beragam sesuai dengan perbedaan atribut.
5) Kelima, konsumen akan sampai pada sikap terhadap
merek yang berbeda melalui prosedur evaluasi.
Preferensi konsumen jelas berhubungan erat dengan
permasalahan penetapan pilihan, sikap dasar yang digunakan untuk menerangkan pilihan menentukan tingkah laku individu dalam
masalah penetapan pilihan.
Menurut Karim (2014 : 52 - 53), terdapat tiga sifat dasar yang berhubungan dengan pilihan rasional terhadap preferensi dalam
membuat atau menyusun semua rangking, kondisi atau situasi mulai dari yang paling disukai hingga yang paling tidak disukai, yaitu :
1) Kelengkapan ( completeness )
Jika A dan B adalah dua kondisi, maka tiap orang harus bisa menspesifikasikan : A lebih disukai dari pada B, atau
sebaliknya, atau sama-sama disukai. 2) Transitivitas ( transivity )
25 3) Kontinuitas ( continuity )
Jika seseorang mengatakan A lebih disukai daripada B,
maka situasi yang mirip dengan A harus lebih disukai dari pada B.
b. Preferensi Menabung
1) Preferensi Menabung Menurut Ekonomi Konvensional Dalam ekonomi konvensional, kosumen diasumsikan
selalu bertujuan untuk memperoleh kepuasan (utility) dalam kegiatan konsumsinya. Dalam konteks ekonomi, utilitas
memiliki kecenderungan dalam preferensi konsumen untuk mencukupi kebutuhan hidup dalam jangka panjang maupun jangka pendek. Dugaan Keynes mengenai fungsi konsumsi
yang berkaitan dengan kegiatan menabung adalah Keynes menduga bahwa ada kecenderungan mengkonsumsi marginal,
terdapat rasio konsumsi terhadap pendapatan, dan pendapatan merupakan determinasi sehingga tingkat bunga terhadap pengeluaran individu dari pendapatannya bersifat tidak penting
(Mankiw, 2007 : 447).
Namun demikian dugaan Keynes yang menghubungkan
konsumsi dan pendapatan saat ini memiliki hubungan yang tidak utuh dikarenakan ketika seseorang memutuskan berapa banyak mengkonsumsi dan berapa banyak yang ditabung,
26
Sehingga seseorang perlu membuat tradeoff agar dapat memperkirakan pendapatan yang akan diterima di masa depan
(Mankiw, 2007 : 450). Model Irving Fisher mampu menghilangkan hambatan – hambatan yang dihadapi konsumen
tentang preferensi yang mereka miliki dan dapat menentukan preferensi mereka terhadap pilihan konsumsi dan menabung. Dimana pertimbangan mengenai berapa banyak yang
dikonsumsi dan berapa banyak yang ditabung dapat dirasakan pada masa kini dan masa depan.
2) Preferensi Menabung Menurut Ekonomi Islam
Dalam menjelaskan pilihan konsumen pada ekonomi konvensional, konsumen cenderung memilih untuk
memperoleh kepuasaan (utility) dalam kegiatan konsumsinya. Sedangkan berbeda dengan ekonomi islam, dimana yang
menjadi tujuan dari kegiatan konsumsinya adalah kecenderung untuk mendapatkan kemaslahatan. Kandungan maslahah tersebut terdiri dari manfaat dan berkah, dimana yang berarti
manfaat terdiri dari (Al-Arif, 2011 : 156 - 157) :
a) Manfaat material, adalah berupa diperolehnya
tambahan harta atau kekayaan bagi konsumen sebagai akibat pembelian suatu barang dan jasa. Manfaat fisik dan psikis, adalah berupa
27
b) Manfaat intelektual, adalah berupa terpenuhinya
kebutuhan akal manusia ketia ia mengkonsumsi
suatu barang atau jasa.
c) Manfaat terhadap lingkungan, adalah berupa
eksternalisasi positif dari konsumsi suatu barang atau jasa yang dapat dirasakan oleh sekitarny Manfaat jangka panjang, adalah dengan
terpenuhinya kebutuhan duniawi jangka panjang. Sedangkan berkah akan hadir jika seluruh hal berikut dilakukan dalam aktivitas konsumsinya (Al – Arif, 2011 :
157):
a) Barang atau jasa yang dikonsumsi bukan merupakan
barang haram.
b) Tidak melakukan konsumsi yang berlebihan di luar
ke mampuan dan kebutuhan dirinya.
c) Aktivitas konsumsi yang dilakukan diniatkan untuk
mendapatkan ridha Allah SWT. 4. Perbankan Syariah
a. Pengertian Perbankan Syariah
Kata bank berasal dari kata banque dalam bahasa Prancis dan dari banco dalam bahasa Italia, yang berarti peti/lemari atau bangku. Kata peti atau lemari menyiratkan fungsi sebagai tempat
28
peti uang dan sebagainya. Dalam Al-Qur’an, istilah bank tidak disebutkan secara eksplisit. Tetapi jika yang dimaksud adalah
sesuatu yang memiliki unsur-unsur seperti struktur, manajemen, fungsi, hak dan kewajiban maka semua itu disebut dengan jelas,
seperti zakat, sadaqah, ghanimah (rampasan perang), bai’(jual beli), dayn (utang dagang), maal (harta) dan sebagainya, yang memiliki fungsi yang dilaksanakan oleh peran tertentu dengan
kegiatan ekonomi (Sudarsono, 2008: 18).
Pada umumnya pengertian bank syariah atau bank Islam
adalah bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip syariah Islam. Bank ini tata cara beroperasinya mengacu kepada ketentuan-ketentuan Al-qur’an dan Hadis (Wibowo, 2005: 33). Sedangkan
menurut Undang-Undang No. 21 tahun 2008 pasal 1 ayat 7, yang dimaksud dengan Bank Syariah adalah Bank yang menjalankan
kegiatan usahanya berdasarkan Prinsip Syariah dan menurut jenisnya terdiri atas Bank Umum Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah.
Bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip syariah Islam maksudnya adalah bank yang dalam beroperasinya itu
mengikuti ketentuan-ketentuan syariah Islam, khususnya yang menyangkut tata cara bermuamalah secara Islam. Dalam tata cara bermuamalat itu dijauhi praktik-praktik yang dikhawatirkan
29
kegiatan investasi atas dasar bagi hasil dan pembiayaan perdagangan atau praktik-praktik uasaha yang dilakukan di zaman
rasulullah atau bentuk-bentuk usaha yang telah ada sebelumnya, tetapi tidak dilarang oleh beliau (Wibowo, 2005: 33).
b. Fungsi dan Peran Bank Syariah
Fungsi dan peran bank syariah yang diantaranya tercantum dalam pembukaan standar akuntansi yang dikeluarkan oleh
AAOIFI (accounting and Auditing Organization for Islamic Financial Institution), sebagai berikut;
1) Manajer investasi, bank syariah dapat mengelola
investasi dana nasabah
2) Investor, bank syariah dapat menginvestasikan dana
yang dimilikinya maupun dana nasabah yang dipercayakan kepadanya
3) Penyedia jasa keuangan dan lalu lintas pembayaran,
bank syariah dapat melakukan kegiatan-kegiatan jasa-jasa layanan perbankan sebagaimana lazimnya
4) Pelaksanaan kegiatan sosial, sebagai ciri yang melekat
pada entitas keuangan syariah, bank Islam juga
memiliki kewajiban untuk mengeluarkan dan mengelola (menghimpun, mengadministrasikan, mendistribusikan) zakat serta dana-dana sosial lainnya (Sudarsono, 2003:
30
5. Produk Tabungan Perbankan Syariah
Di dalam lembaga keuangan syariah ada dua macam tabungan,
yang pertama tabungan wadiah dan yang kedua tabungan mudharabah.
a. Tabungan Wadi’ah
1) Pengertian tabungan wadi’ah
Tabungan wadiah merupakan jenis simpanan yang
menggunakan akad wadiah/titipan yang penarikannya dapat dilakukan sewaktu-waktu (Karim, 2004: 291).
Tabungan merupakan salah satu bentuk simpanan yang diperlukan oleh masyarakat untuk menyimpan uangnya, karena merupakan jenis simpanan yang dapat dibuka dengan
persyaratn yang sangat mudah dan sederhana. Persyaratan untuk dapat membuka rekening tabungan wadiah, masing
masing lembaga keuangan syariah berbeda. Pada umumunya, lembaga keuangan syariah memberikan persyaratan yang sama pada setiap masyarakat yang ingin membuka simpanan
tabungan, yaitu penyerhkan fotokopi identitas, misalnya KTP,SIM,Paspor, dan identitas lainnya (Wirdyaningsih, 2005:
129).
Disamping itu, setiap lembaga keuangan syariah akan memberikan persyaratan tentang jumlah minimal setoran
31
disisakan. Saldo minimal ini diperlukan pada saat tabungan ditutup, maka masih terdapat saldo dana yang akan digunakan
untuk membayar biaya administrasi atas penutupan tabungan nasabah.
2) Jenis wadi’ah
Dalam islam wadi’ah dibedakan menjadi dua macam,
yaitu;
a) Wadi’ah yad amanah yaitu akad penitipan uang
dimana penerima tidak diperkenankan
menggunakan uang yang dititipkan. Penerima titipan hanya punya kewajiban menggembalikan barang atau uang yang ditipkan pada saat diminta
oleh pihak yang menitipkan secara apa adanya (Trisadini, 2013: 37) bank syariah: 86).
b) Wadi’ah yad Dhamanah yaitu titipan terhadap
barang atau uang yang dapat dipergunkan atau dimanfaatkan oleh penerima titipan, sehingga
pihak penerima titipan bertanggung jawab terhadap resiko yang menimpa barang atau uang sebagai
akibat dari penggunaan atas suatu barang atau uang. Tentu saja penerima titipan wajib mengembalikan barang atau uang yang ditipkan
32 b. Tabungan Mudharabah
1) Pengertian Tabungan Mudharabah
Tabungan mudharabah merupakan jenis simpanan yang menggunakan akad mudharabah yang penarikannya dapat
dilakukan sesuai perjanjian (Ascarya, 2008: 117).
Mudharabah merupakan prinsip bagi hasil ketika nasabah sebagai pemilik modal (shohibul maal) menyerahkan
uangnya kepada lembaga keuangan sebagai pengusaha (mudhorib) untuk diusahakan. Pembagian keuntungan harus
dinyatakan dalam nisbah dan lembaga keuangan syariah tidak diperkenankan mengurangi nisbah keuntungan nasabah tanpa persetujuan yang bersangkutan.
2) Jenis Tabungan Mudharabah
Berdasarkan kewenangan yang diberikan oleh pihak
pemilik dana, terdapat dua bentuk mudharabah, yakni :
a) Mudharabah Mutlaqah yaitu pemilik dana tidak
memberikan batasan atau persyaratan tertentu kepada
lembaga keuangan dalam mengelola investasinya. Dengan kata lain, lembaga keuangan syariah
mempunyai hak dan kebebasan sepenuhnya dalam menginvestasikan dana mudharabah mutlaqah ini ke berbagai sektor bisnis yang diperkirakan akan
33
b) Mudharabah Muqayyadah yaitu pemilik dana
memberikan batasan atau persyaratan tertentu kepada
lembaga keuangamn syariah dalam mengelola investasinya, baik yang berkaitan dengan tempat, cara
maupun objek investasinya. Dengan kata lain, lembaga keuangan syariah tidak mempunyai hak dan kebebasan sepenuhnya dalam menginvestasikan dana mudharabah
muqayyadah ini ke berbagai sektor bisnis yang diperkirakan akan memperoleh keuntungan (Karim: 98) 6. Kerangka Penelitian
Dari hasil analisa penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti lain serta penjabaran teori mengenai masing-masing variabel, maka
dapat dirumuskan suatu kerangka penelitian sebagai berikut :
Gambar 1.1 Kerangka Pemikiran
Preferensi menabung
religiusitas product
34 7. Hipotesis Penelitian
Hipotesis merupakan jawaban sementara yang kebenarannya
masih harus di uji, atau rangkuman kesimpulan teoritis yang diperoleh dari tinjauan pustaka (Martono, 2011: 71).Berdasarkan kerangka
pemikiran teoritis dan hasil penemuan beberapa penelitian, maka hipotesis dapat dirumuskan sebagai berikut:
H1= semakin tinggi tingkat religiusitas mahasiswa secara individu
maka semakin tinggi preferensi menabung mahasiswa di perbankan syariah
H2 = semakin tinggi product knowledge mahasiswa secara individu maka semakin tinggi preferensi menabung mahasiswa di perbankan syariah.
H3 = semakin tinggi tingkat Religiusitas dan product knowledge secara bersama-sama maka semakin tinggi preferensi menabung mahasiswa
35 BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis dan Pendekatan Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif, karena
peneliti ingin mengkonfirmasi konsep dan teori yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya dengan fakta-fakta data yang ditemukan di lapangan. Penelitian ini adalah tentang Pengaruh Tingkat Religiusitas dan Product
knowledge terhadap preferensi (menabung mahasiswa IAIN Salatiga Fakultas Ekonomi Bisnis Islam (FEBI)
B. Lokasi dan Waktu
Lokasi penelitian adalah di kampus IAIN Salatiga yang berada di Jalan Tentara Pelajar no. 2 salatiga. Penelitian dilakukan selama bulan
Oktober 2015 hingga Januari 2016. C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Menurut Bawono (2006: 28) definisi populasi adalah keseluruhan wilayah objek dan subyek penelitian yang ditetapkan
untuk dianalisis dan ditarik kesimpulan oleh peneliti. Sedangkan menurut Sugiono (2002: 57), populasi adalah wilayah generalisasi
36
menggunakan mahasiswa IAIN Salatiga Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam sebagai objek penelitian dengan jumlah mahasiswa 1.210.
2. Sampel
Sampel merupakan bagian dari suatu populasi (Umar, 2002:
136). Sampel menurut Bawono (2006: 28) diberi definisi sebagai objek atau subjek penelitian yang dipilih guna mewakili keseluruhan dari populasi. Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang
dimiliki oleh populasi tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena
keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang dapat diambil dari populasi itu. Apa yang dipelajari dari sampel itu, kesimpulannya akan dapat diberlakukan
untuk populasi. Untuk itu sampel yang diambil dari populasi harus betul-betul representative (mewakili) (Sugiyono, 2002: 58). Adapun
teknik untuk menentukan jumlah sampel, digunakan rumus sebagai berikut:
Di mana: s= sampel
P= populasi
37
Dari 1.210 mahasiswa, peneliti akan mengambil orang sebagai sampel, sesuai dengan perhitungan berikut:
Penelitian ini menggunakan desain sampel nonprobabilitas, yang menggunakan metode sampling purposive (purposive or judgemental sampling) . Menurut Sugiyono (2006: 60) sampling purposive adalah
pengambilan sampel berdasarkan seleksi khusus. Peneliti membuat kriteria tertentu siapa yang dijadikan sebagai responden. Kriteria responden yang
akan diteliti adalah seorang mahasiswa IAIN Salatiga Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam (FEBI) yang memiliki ATM di Bank Syariah.
D. Teknik Pengumpulan Data 1. Pengertian Data
Data adalah segala informasi yang dijadikan dan diolah untuk
38
dalam Muhammad (2008: 98) data adalah sekumpulan informasi yang diperlukan untuk pengambilan keputusan.
2. Sumber dan Jenis Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer
dan sekunder.
a. Data Primer
Yaitu data yang diperoleh dan dikumpulkan secara
langsung objek yang diteliti, yang berupa wawancara dan observasi langsung. Sedangkan menurut Muhammad (2008:
101) data primer adalah data yang dikumpulkan dan dioalah sendiri oleh suatu organisasi atau perorangan langsung dari objeknya.
b. Data Sekunder
Yaitu data yang diperoleh secara tidak langsung atau
penelitian arsip yang memuat peristiwa masa lalu. Data sekunder dapat diperoleh dari jurnal, majalah, buku, data statisitik maupun dari internet (Bawono, 2006: 30). Selain
itu, data juga dapat diperoleh dalam bentuk yang sudah dipublikasikan yang tersedia di perusahaan seperti literatur,
39 3. Teknik Pengumpulan Data
Menurut Bawono (2006: 30), data-data yang dibutuhkan dalam
penelitian dapat dipeloreh dari beberapa sumber, yaitu melalui : a. Interview (Wawancara)
Wawancara adalah metode atau cara mengumpulkan data serta berbagai informasi dengan jalan menanyakan langsung kepada seseorang yang dianggap ahli dalam
bidangnya dan juga yang berwenang dalam menyelesaikan suatu permasalahan.
b. Kuesioner
Kuesioner adalah daftar pertanyaan yang diberikan kepada objek penelitian yang mau memberikan respon
sesuai dengan permintaan pengguna. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang efisien bila peneliti tahu
pasti variabel yang akan diukur dan tahu apa yang bisa diharapkan dari responden. Sedangkan menurut Arikunto (1998: 140), kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis
yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau
hal-hal yang ia ketahui. c. Dokumentasi
Dokumentasi berasal dari kata dokumen, yang
40
metode dokumentasi, peneliti menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumen,
peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan harian dan sebagainya (Arikunto, 1998: 149). Sedangkan menurut Bawono,
informasi juga bisa diperoleh oleh peneliti dari jurnal, majalah, buku, data statistik maupun dari internet.
E. Skala pengukuran
Skala pengukuran menurut Sugiyono (2011: 203) adalah kesepakatan yang digunakan sebagai acuan untuk menentukan panjang
pendeknya interval yang ada di dalamn alat ukur. Dengan menggunakan alat ukur tersebut dalam pengukuran akan menghasilkan data kuantitatif.
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan skala interval. Skala
interval adalah memberikan ranking terhadap responden, yang dirangking bisa preferensi, perilaku dan sebagainya. Dalm penskalaan dengan skala
interval ini banyak juga yang menyebut dengan skala linkert (Bawono, 2006: 31). Kategori skala terdiri dari 5 (lima) tingkatan untuk analisis, skor tersebut dari 1 sampai 5 dapat dengan kriteria sebagai berikut ;
41
Gambar 1.2
Rentang Penilaian dalam Skala Likert:
STS TS CS S SS F. Variabel Pengukuran
1. Variabel Bebas (independent variables)
Variabel bebas adalah merupakan variabel yang mempengaruhi
atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel independen
adalah Religiusitas dan Product knowledge. 2. Variabel Terikat (Dependent Variable)
Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau
yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah minat menabung.
3. Pengertian Operasional Variabel
Definisi operasional adalah penjabaran masing-masing variabel terhadap indikator-indikator yang membentuknya. Dalam penelitian
ini, indikator-indikator variabel tersebut antara lain sebagai berikut:
Tabel 1.1
Variabel dan Indikator Penelitian Variable Konsep
Variable
Indikator Skala Ukur Religiusitas (R) Menurut Glock
42
43 G. Metode Analisis
Analisis data yang dilakukan adalah analisis data kuantitatif,
dilakukan dengan beberapa langkah antara lain: 1. Uji Instrumen
a. Uji Reliabilitas
Pada prinsipnya uji reliabilitas digunakan untuk menguji data yang kita peroleh sebagai misal hasil dari jawaban kuesioner
yang kita bagikan. Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban seseorang terhadap pertanyaan adalah konsisten atau
stabil dari waktu ke waktu. Teknik yang digunakan dalam pengukuran reliabilitas ini adalah teknik cronbach alpha. Suatu variabel dikatakan reliabel jika nilai cronbach alpha lebih besar
dari 0,6 (Bawono, 2006:64). b. Uji Validitas
Uji validitas digunakan untuk mengukur valid atau tidaknya suatu kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner tersebut mampu untuk mengungkapkan sesuatu
yang akan diukur oleh kuesioner tersebut (Bawono, 2006: 68). Uji validitas dari penelitian ini digunakan untuk mengungkapkan
apakah pertanyaan pada kuesioner tersebut sahih atau tidak dengan cara menentukan korelasi antara score butir pertanyaan dengan total score-nya. Signifikan atau tidaknya penelitian ini dapat dilihat
44
tersebut masing-masing total butir pertanyaan mnghasilkan tanda bintang, berarti data tersebut signifikan. Tanda bintang ada dua
kemungkinan:
1) Kalau berbintang satu itu berarti korelasi signifikan pada level
5% (0,05) untuk dua sisi.
2) Kalau berbintang dua itu berarti korelasi signifikan pada level
1% (0,01) untuk dua sisi. 2. Uji Statistik
a. Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi (R2) menunjukan sejauh mana tingkat hubungan antara variabel dependen dengan variabel independen, atau sejauh mana kontribusi variabel mempengaruhi
variabel dependen (Bawono, 2006: 92). Ciri-ciri nilai R2 adalah:
1) Besarnya nilai koefisien determinasi terletak antara 0 sampai
dengan 1, atau (0 ≤ R2≤ 1).
2) Nilai 0 menunjukan tidak adanya hubungan antara variabel
independen dengan variabel dependen.
3) Nilai 1 menunjukan adanya hubungan yang sempurna antara
45 b. Uji Ftest (Uji Secara serempak)
Uji F dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui seberapa
jauh variabel independen atau bebas secara bersama-sama dapat mempengaruhi variabel dependen atau terikat (Bawono, 2006: 91).
Langkah pengujiannya: 1) Menentukan hipotesis
Ho: β1, β2, .... βn = 0, artinya variabel independen secara
bersama-sama tidak berpengaruh terhadap variabel dependen. Ho: β1, β2,
.... βn ≠ 0, artinya variabel independen secara bersama-sama
berpengaruh terhadap variabel dependen. 2) Menentukan F tabel
Untuk memperoleh F tabel digunakan taraf signifikasi α = 5%
dan derajat kebebasan (dk) = (n – k). 3) Mencari F hitung dengan rumus
Dimana:
R2 = koefisien determinasi
K = jumlah variabel independen n = jumlah sampel
4) Pengambilan keputusan
Jika f hitung < f tabel, maka Ho ditolak artinya ada pengaruh yang signifikan antara variabel independen secara
46
Jika f hitung > f tabel, maka Ho ditolak artinya ada pengaruh yang signifikan antara variabel independen secara
bersama-sama berpengaruh terhadap variabel dependen. c. Uji ttest (uji secara individu)
Uji t digunakan untuk mengetahui besarnya pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen secara individu atau sendiri-sendiri. Langkah-langkah pengujiannya:
1) Menentukan hipotesis
Ho : β1 = 0, artinya variabel independen tidak berpengaruh
terhadap variabel dependen.
Ho : β1 ≠ 0, artinya variabel independen berpengaruh terhadap
variabel dependen.
2) Menentukan tabel
Untuk menentukan t table dengan menggunakan tingkat α 5%
dan derajat kepercayaan (dk) = α/2, n-k. Dimana :
n : jumlah data k : jumlah variabel 3) Pengambilan keputusan
Jika t hitung < t tabel maka Ho diterima, artinya tidak ada
pengaruh yang signifikan. Jika t hitung ≥ t tabel maka Ho
47 3. Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik terdiri dari: a. Uji Multicollinearity
Multicollinearity adalah situasi dimana terdapat korelasi
variabel-variabel bebas di antara satu dengan yang lainnya. Masalah Multikolinearitas yang serius dapat mengakibatkan berubahnya tanda dari parameter estimasi (Bawono, 2006:
115).
Untuk uji Multicollinearity ini peneliti menggunakan
metode VIF (Varian Inflation Factor) dan nilai Tolerance. Kedua
nilai VIF dan Tolerance ini, nilainya berlawanan, kalau
tolerancenya besar maka VIF nya kecil dan sebaliknya. Nilai VIF
tidak boleh lebih besar dari 5 (lima), jika lebih maka bisa
dikatakan ada gejala Multicollinearity, dan sebaliknya jika nilai
VIF lebih kecil dari 5 maka tidak ada gejala Multicollinearity.
Demikian juga dengan nilai Tolerance nya berarti sebaliknya (Bawono, 2006: 124).
b. Uji Heteroscendasticity
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah
dalam model regresi terjadi ketidaksamaan nilai varian residual dengan varian setiap variabel independen (Bawono, 2006: 136). Dalam penelitian ini, metode yang digunakan untuk uji
48
dan perkalian variabel bebas. Apabila χ2 hitung < χ2
tabel, maka hipotesis adanya heteroskedastisitas dalam model ditolak
(Bawono, 2006: 145). c. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk menguji apakah variabel independen dan variabel dependen dalam model regresi memiliki distribusi normal atau tidak. Ada beberapa cara untuk
mengujinya, salah satunya dengan analisa grafik. Dengan metode grafik kita dapat melihat data yang digunakan
memberikan distribusi normal atau tidak dengan melihat grafik histogram dan normal probability plot (Bawono, 2006: 174).
Uji normalitas ini juga didukung dengan uji
Kolmogrov-Smirnov. Uji Kolmogrov-Smirnov bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel residu memiliki
distribusi normal atau tidak. Data distribusi normal, jika nilai sig (signifikansi) > 0,05. Data distribusi tidak normal, jika nilai sig. (signifikansi) < 0,05 (Adrian, 2015)
d. Uji Linearitas
Pengujian linearitas digunakan untuk menguji apakah
spesifikasi model yang digunakan tepat atau lebih baik dalam spesifikasi model bentuk lain. Spesifikasi model dapat berupa linier, kuadratik atau kubik. Untuk melihat spesifikasi model
49
ini bertujuan untuk mendapatkan nila X2, untuk mendapatkan nilai X2 dengan cara mengalihkan jumlah data observasi
dikalikan dengan R2 atau n * R2 (Bawono, 2006: 179). H. Alat Analisis
Penelitian kali ini adalah merupakan data kuantitatif dimana data dapat dinyatakan dalam bentuk angka, maka akan mudah untuk diaplikasikan ke dalam olah data SPSS forwindows versi 21. SPSS
merupakan sebuah program komputer statistik yang berfungsi untuk membantu dalam memproses data-data statistik secara tepat dan cepat,
serta menghasilkan berbagai output yang dikehendaki oleh para pengambil keputusan. Statistik dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang bertujuan untuk mengumpulkan data, meringkas atau menyajikan data kemudian
menganalisis data dengan menggunakan metode tertentu, dan menginterpretasikan hasil dari analisis tersebut. Dalam penghitungan
statistik, alat yang sering digunakan adalah olah data SPSS forwindows. Program olah data SPSS forwindows ini sangat membantu dalam proses pengolahan data, sehingga hasil olah data yang dicapai juga dapat
50 BAB IV
ANALISA PENELITIAN
A. Gambaran Umum IAIN Salatiga 1. Sejarah Pendirian
Pendirian IAIN Sejak berdirinya sampai saat ini, IAIN Salatiga telah melewati sejarah yang cukup panjang, dan mengalami beberapa kali perubahan kelembagaan. Pendirian lembaga ini, bermula dari
cita-cita masyarakat Islam Salatiga untuk memiliki Perguruan Tinggi Islam. Oleh karena itu didirikanlah Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP)
Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) "Nahdlatul Ulama" di Salatiga. Lembaga ini menempati gedung milik Yayasan "Pesantren Luhur", yang berlokasi di Jalan Diponegoro Nomor 64 Salatiga.
Lembaga ini berdiri berkat dukungan dari berbagai pihak, khususnya para ulama dan pengurus Nahdlatul Ulama Jawa Tengah. Dalam
rentang waktu kurang setahun, lembaga ini diubah dari FIP IKIP menjadi Fakultas Tarbiyah. Maksud perubahan tersebut adalah agar lembaga ini dapat dinegerikan bersamaan dengan persiapan berdirinya
IAIN Walisongo Jawa Tengah di Semarang. Guna memenuhi persyaratan formal, maka dibentuklah panitia pendiri yang diketuai
oleh K.H. Zubair dan sekaligus diangkat sebagai Dekannya.
Dalam waktu yang bersamaan dengan proses pendirian IAIN Walisongo Jawa Tengah di Semarang, Fakultas Tarbiyah Salatiga
51
Yogyakarta. Setelah dilakukan peninjauan oleh Tim Peninjau yang dibentuk IAIN Sunan Kalijaga, akhirnya pembinaan dan pengawasan
Fakultas Tarbiyah Salatiga diserahkan padanya. Keputusan ini didasarkan pada Surat Menteri Agama c.q. Direktorat Pembinaan
Perguruan Tinggi Agama Islam Nomor Dd/PTA/3/1364/69 tanggal 13 November 1969.
Ketika IAIN Walisongo Jawa Tengah di Semarang berdiri,
Fakultas Tarbiyah Salatiga mendapatkan status negeri, dan menjadi cabang IAIN Walisongo. Penegerian Fakultas Tarbiyah IAIN
Walisongo tersebut berdasarkan SK Menteri Agama Nomor 30 Tahun 1970 tanggal 16 April 1970.
2. Alih Status menjadi STAIN Salatiga
Berdasarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 1997, maka secara yuridis mulai tanggal 21 Maret 1997
Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Salatiga beralih status menjadi Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga. Sesuai dengan keputusan itu, STAIN tetap didudukkan sebagai perguruan tinggi di
bawah naungan Departemen Agama Republik Indonesia yang menyelenggarakan pendidikan akademik dan/atau profesional dalam
disiplin ilmu pengetahuan agama Islam. Sebagai salah satu bentuk satuan Pendidikan Tinggi, STAIN Salatiga masih tetap pula memiliki kedudukan dan fungsi yang sama dengan institut maupun universitas