• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PENGARUH TINGKAT RELIGIUSITAS DAN PRODUCT KNOWLEDGE TERHADAP PREFERENSI MENABUNG MAHASISWA DI PERBANKAN SYARIAH SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "ANALISIS PENGARUH TINGKAT RELIGIUSITAS DAN PRODUCT KNOWLEDGE TERHADAP PREFERENSI MENABUNG MAHASISWA DI PERBANKAN SYARIAH SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar"

Copied!
112
0
0

Teks penuh

(1)

i

ANALISIS PENGARUH TINGKAT

RELIGIUSITAS

DAN

PRODUCT KNOWLEDGE

TERHADAP

PREFERENSI

MENABUNG MAHASISWA

DI PERBANKAN SYARIAH

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Ekonomi Syariah (SE.Sy)

Disusun Oleh

M. ZAENAL ARIFIN

NIM 213 11 039

JURUSAN S1-PERBANKAN SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

vi MOTTO

Awali dengan Bismillahirrohmanirrohim

dan akhiri dengan Alhamdulillahi Robbilalamin.

“….Sesungguhnya Allah SWT tidak akan merubah keadaan (nasib) suatu kaum,

sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri…”

(QS. Ar Ra’d: 11)

“Dari Abu Hurairah ra berkata: Rasulullah SAW Bersabda: Sesungguhnya Allah

SWT tidak memandang kepada fisik dan harta kamu sekalian, akan tetapi dia memandang kepada hati dan amal perbuatanmu” (HR. Muslim)

Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila telah selesai dari suatu urusan, Kerjakanlah dengan sungguh-sungguh urusan yang lain. Dan

(7)

vii

PERSEMBAHAN

Dengan mengucap syukur kepada Allah SWT atas rahmat, hidayah dan inayah-Nya, serta dengan penuh cinta dan sayang skripsi ini saya persembahkan kepada:

Allah SWT Kedua orang tuaku,

Saudara dan seluruh keluarga besarku,

(8)

viii

KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum wr. wb

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala rahmat, karunia, rezeki dan pertolongan-Nya, sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi dengan judul “Analisis Pengaruh Tingkat Religiusitas dan

Product Knowledge Terhadap Preferensi Menabung Mahasiswa di Perbankan Syariah’’ sebagai syarat menyelesaikan Program Studi S1-Perbankan Syariah

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.

Dalam proses penyusunan skripsi ini penulis menghadapi suatu kendala namun itu tidak terlalu berarti karena adanya dorongan dan bantuan dari banyak pihak, sehingga pada akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan lancar.

Ucapan terimakasih terutama penulis sampaikan kepada:

1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M. Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga.

2. Bapak Dr. Anton Bawono, M. Si. selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Islam.

3. Ibu Fetria Eka Yudiana, M. Si. selaku Ketua Jurusan S1-Perbankan Syariah. 4. Bapak Qi Mangku B,. Lc., M. Si. selaku Pembimbing Skripsi yang telah

bersedia memberikan bimbingannya, pengarahan dan meluangkan

waktunya selama proses penyusunan skripsi.

5. Bapak Farkhani. S.Hi., M.H. selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah

memberi dukungan dan pengarahan selama masa perkuliahan di studi

(9)

ix

6. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam dan Program Studi

S1-Perbankan Syariah yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan,

bimbingan dan pengalaman berharga selama perkuliahan di Studi S1-Perbankan Syariah IAIN Salatiga.

7. Seluruh staf dan karyawan IAIN Salatiga.

8. Kedua orang tuaku tercinta (Muh Sodri dan Siti Lestari) dan Adik-adikku

Magfiroh, Lailatul yang telah memberikan dorongan do’a. 9. Seluruh Teman S1-Perbankan Syariah

Penulis menyadari bahwa sepenuhnya dalam penulisan skripsi ini masih

sangat jauh dari sempurna. Dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan permohonan maaf yang sebesar-besarnya, serta penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun agar dapat

memberikan manfaat bagi penulis sendiri dan bagi pembacanya. Wassalamu’alaikum wr. wb.

Salatiga, 15 Februari 2016 Penulis

(10)

x ABSTRAK

Arifin, Zaenal. 2016. Analisis Tingkat Religiusitas dan Product Knowledge terhadap preferensi menabung Mahasiswa di Perbankan Syariah. Skripsi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam, Program Studi S1-Perbankan Syariah, Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing : Qi Mangku B., Lc, M.Si

Kata Kunci : Tingkat Religiusitas, Product Knowledge dan Preferensi Menabung Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah variabel religiusitas dan product knowledge berpengaruh terhadap preferensi menabung mahasiswa di Perbankan Syariah.

Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif karena bertujuan untuk mengkonfirmasi data yang didapatkan di lapangan dengan teori yang ada. Sampel diperoleh sebanyak 92 responden mahasiswa IAIN Salatiga dengan tekknik sampling purposive. Sedangkan untuk tekhnik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode kuesioner, studi pustaka, dan wawancara. Data diolah menggunakan uji reliabilitas, validitas, statistik dan asumsi klasik.

Dari hasil pengolahan data tersebut menunjukkan bahwa Tingkat Religiusitas dan Product Knowledge berpengaruh positif dan signifikan terhadap preferensi menabung mahasiswa, sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi Tingkat Religiusitas dan product knowledge maka semakin tinggi pula preferensi menabung mahasiswa.

(11)

xi DAFTAR ISI

Halaman Judul ... i

Lembar Berlogo ... ii

Persetujuan Pembimbing ... iii

Pengesahan ... iv

Pernyataan Keaslian Tulisan ... V Motto ... Vi

5. Produk Tabungan Perbankan Syariah ... 30

6. Kerangka Penelitian ... 33

7. Hipotesis Penelitian ... 34

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian ... 35

(12)

xii

2. Alih Status Menjadi STAIN ... 51

3. Alih Status Dari STAIN Menjadi IAIN Saltiga ... 52

B. Deskripsi Data Responden ... 54

1. Jenis Kelamin ... 54

2. Progam Study ... 55

3. Semester ... 56

C. Analisis Data ... 57

1. Uji Instrumen ... 57

2. Uji Statistik ... 59

3. Uji Asumsi Klasik ... 62

4. Uji Hipotesis ... 67

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 71

B. Saran ... 72 DAFTAR PUSTAKA

(13)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Variabel dan Indikator Penelitian ... 41

Tabel 1.2 Jenis Kelamin Responden ... 55

Tabel 1.3 Progam Study Responden ... 55

Tabel 2.1 Semester ... 56

Tabel 2.2 Uji Reliabilitas ... 57

Tabel 2.3 Uji Validitas ... 57

Tabel 3.1 Hasil Uji R2 ... 59

Tabel 3.2 Hasil Uji Ftest ... 60

Tabel 3.3 Hasil Uji Ttest ... 61

Tabel 4.1 Uji Multikolinearitas Metode VIF ... 62

Tabel 4.2 Uji Heteroscedasticity Metode Park ... 63

Tabel 4.3 Uji Kolmogrov-Sminov Test ... 66

Tabel 4.4 Uji Linearitas ... 67

DAFTAR GAMBAR Gambar 1.1 Kerangka Pemikiran ... 33

Gambar 1.2 Rentang Penilaian dalam Skala Likert ... 40

Gambar 1.3 Uji Normalitas ... 64

(14)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

Era globalisasi mendorong adanya perubahan-perubahan yang

berlangsung begitu cepat baik di bidang ekonomi, sosial maupun budaya. Lebih lanjut, perubahan tersebut telah mempengaruhi kebutuhan dan kepentingan-manusia sebagai konsumen-menjadi semakin kompleks.

Secara naluriah, setiap manusia selalu berusaha untuk memenuhi seluruh kebutuhan hidupnya. Dalam usaha pemenuhan kebutuhan hidup tersebut

manusia akan selalu berhubungan dan membutuhkan orang lain. Dari hubungan tersebut, maka timbul interaksi serta pembagian tugas dan peran dalam kehidupan bermasyarakat untuk meningkatkan taraf hidup

masing-masing sehingga dalam jangka panjang diharapkan dapat terjadi pemerataan kesejahteraan lingkungan maupun masyarakat.

Untuk mewujudkan kesejahteraan bersama, dimungkinkan terjadi kerja sama saling menguntungkan dimana satu pihak berperan sebagai penyedia dana (pemodal) dan pihak lain sebagai pelaku usaha

(pengusaha).

Bank merupakan badan usaha yang menghimpun dana dari

masyarakat dalam bentuk simpanan, dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak (Indra Darmawan, 1999: 116). Bank Syariah merupakan suatu lembaga

(15)

2

membutuhkan dana. Disinilah peran sebuah bank syariah menjadi sangat sentral dimana penghimpunan dana haruslah seimbang dengan dana yang

disalurkan. Bank syariah merupakan bank yang berbasis pada tuntutan syariah, bukan berarti bank syariah lebih simpel daripada bank

konvensional akan tetapi sebenarnya bank syariah mekanismenya lebih rumit, karena bukan hanya profit dunia saja yang di perhitungkan akan tetapi tanggung jawab kepada Allah juga menjadi perhitungan utama bagi

perbankan syariah.

Pengembangan sebuah sistem perbankan berbasis Islam secara

politis di Indonesia akhirnya diakui sebagai bagian dari upaya tujuan pembangunan nasional yaitu untuk mencapai terciptanya masyarakat adil dan makmur berdasarkan demokrasi ekonomi. Hal ini antara ditandai

dengan peran aktif pemerintah dalam mengembangkan industri perbankan syariah yang diharapkan akan mampu menjadi langkah awal bagi

pengembangan sistem ekonomi yang berlandaskan pada nilai keadilan, kebersamaan, pemerataan, dan kemanfaatan yang sesuai dengan prinsip syariah. Peran aktif ini diturunkan tidak saja dalam level kebijakan

perundangan, tetapi juga masuk dalam ranah praktis.

Keberadaan perbankan syariah di Indonesia tidak terlepas dari

sistem perbankan Indonesia secara umum. Perbankan syariah mulai dikenal pada tahun 1992 setelah diberlakukannya UU No. 7 Tahun 1992 yang memungkinkan bank syariah menjalankan kegiatan operasionalnya

(16)

3

memenuhi kebutuhan masyarakat yang menginginkan sistem perbakan yang berlandaskan pada syariat Islam (Evi, et.all., 2014: 1).

Namun demikian, perbankan syariah belum mendapatkan landasan hukum yang kuat. Hal ini terlihat dari UU No.7 Tahun 1992, dimana

perbankan syariah hanya dikenal sebagai bank yang berprinsip pada bagi hasil yang selebihnya harus tunduk pada peraturan bank konvensional.

Oleh karena itu, diperlukan UU Perbankan Syariah tersendiri untuk

mempercepat pertumbuhan dan perkembangan perbankan syariah. Maka muncul UU No.21 Tahun 2008 mengenai Perbankan Syariah. Di dalam

UU tersebut perbankan syariah dimungkinkan untuk memperluas kegiatan usaha atau menerbitkan produk. Dengan munculnya UU tersebut maka perbankan syariah akan mempunyai ruang lingkup kerja yang jelas dan

dapat menjaring pasar lebih luas.

Setelah melewati masa-masa awal sekitar tahun 1992-1998,

perbankan syariah mulai berkembang secara signifikan dalam beberapa tahun terakhir. Perkembangan jaringan kantor perbankan syariah semakin pesat sebagai akibat dari meningkatknya kebutuhan masyarakat akan

produk jasa dari bank syariah. Statistik Perbankan Syariah (SPS) yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia (BI) menunjukkan bahwa sampai dengan

(17)

4

Berdasarkan cetak biru pengembangan perbankan syariah di Indonesia, pangsa pasar perbankan syariah pun juga bertambah luas yang

diperkirakan pada akhir tahun 2015 sebesar 15 % dengan total asset perbankan syariah diperkirakan optimis mencapai 211,92 Triliun, total

DPK mencapai 232,82 Triliun dan total pembiayaan sekitar 239,54 Triliun (Departemen Keuangan, 2014). Hal tersebut membuktikan adanya pertumbuhan dan perkembangan perbankan syariah di Indonesia menjadi

salah satu keberhasilan penerapan syariah Islam dalam bermuamalah. Pesatnya perkembangan industri perbankan di Indonesia pun

mengakibatkan persaingan yang semakin tinggi. Bagi nasabah hal tersebut membuat mereka lebih selektif dalam memilih bank-bank yang menjamur di Indonesia saat ini. Perbankan syariah sebagai sebuah bank yang

didirikan dengan tujuan untuk bisa bermuamalat dalam bidang ekonomi yang sesuai dengan syariah islam juga harus mampu bersaing dalam

merebut nasabah. Persaingan tersebut sangatlah kompleks, dikarenakan masyarakat Indonesia sebagai target nasabah sudah terlalu lama bersentuhan dengan perbankan konvensional sehingga mengakibatkan

sampai saat ini perbankan syariah belum menjadi pilihan utama dalam menabung.

Pada penelitian terdahulu yang telah dilakukan oleh Maski (2010) terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi pilihan menabung pada perbankan syariah, diantaranya bank syariah, pelayanan dan kepercayaan,

(18)

5

pilihan menabung pada perbankan syariah dipengaruhi oleh adanya pelayanan dan kepercayaa. Selain itu penelitian yang dilakukan Fauzi

(2010) juga menunjukan bahwa faktor pelayanan memiliki pengaruh besar terhadap pilihan menabung pada perbankan syariah disamping faktor

religiusitas, kualitas produk, dan bagi hasil. Namun berbeda dengan penelitian Utomo (2014) yang menunjukan diantara faktor pelayanan, harga/biaya, pengetahuan, bank syariah, lokasi, dan promosi yang

mempengaruhi pilihan nasabah menabung pada perbankan syariah adalah faktor pengetahuan. Hal tersebut menunjukkan faktor pemilihan menabung

pada perbankan syariah yang beragam sehingga penelitian terhadap preferensi menabung nasabah pada perbankan syariah sangat menarik untuk diteliti. Pada penelitian ini, peneliti menetapkan fokus penelitian

terhadap preferensi menabung di bank syariah, yaitu pada karakteristik faktor religiusitas, karakteristik product knowledge.

Pilihan mahasiswa IAIN Salatiga fakultas ekonomi bisnis islam (FEBI) sebagai responden penelitian karena IAIN Salatiga merupakan salah satu lembaga pendidikan yang belandaskan pada nilai -nilai

keislaman, sehingga dalam proses pembelajarannya banyak memuati pendidikan keislaman, yaitu Al-Qur’an, hadist, memasukkan nilai-nilai

keislaman ke materi perkuliahan dll. Selain materi keislaman, mahasiswa jurusan ekonomi bisnis islam banyak juga memuati ilmu tentang perbankan syariah. sehingga mahasiswa IAIN khususnya jurusan ekonomi

(19)

6

dalam praktiknya pilihan (Preferensi) menabung mahasiswa IAIN Salatiga masih sedikit. Meskipun lembaga IAIN Salatiga juga menerapkan

nilai-nilai Islam di bidang ekonomi yaitu dengan mempercayakan kegiatan ekonominya kepada salah satu Bank Syariah, yaitu pembayaran uang

kuliah, uang praktikum, pembukaan tabungan untuk mahasiswa yang mendapatkan beasiswa dll. Namun perlu diketahui bahwa itu hanya kewajiban mahasiswa untuk pembayaran kulian bukan menjadi pilihan

untuk menabung.

Berdasarkan data di atas, penelitian ini akan mengarah pada usaha

menemukan fakta mengenai seberapa besar pengaruh dari tingkat religiusitas pada diri mahasiswa dan product knowledge terhadap

preferensi menabung di Perbankan Syariah. Penelitian ini mencoba menganalisis faktor religiusitas dan product knowledge yang dianggap dapat mempengaruhi mahasiswa memilih (preferensi) menabung di

Perbankan Syariah.

Berdasarkan pemaparan- pemaparan yang telah diuraikan di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul

“ANALISIS PENGARUH TINGKAT RELIGIUSITAS DAN PRODUCT

KNOWLEDGE TERHADAP PREFERENSI MENABUNG

(20)

7 B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang diuraikan diatas, maka masalah

dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Apakah tingkat religiusitas secara individu berpengaruh

terhadap preferensi menabung di Perbankan Syariah ?

2. Apakah tingkat product knowledge secara individu

berpengaruh terhadap preferensi menabung mahasiswa IAIN

Salatiga di Perbankan Syariah?

3. Apakah tingkat religiusitas dan product knowledge secara

bersama-sama berpengaruh terhadap preferensi menabung di Perbankan Syariah?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui tingkat religiusitas Mahasiswa IAIN

Salatiga secara individu terhadap preferensi menabung di Perbankan Syariah.

2. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan produk (product

knowledge) Mahasiswa IAIN Salatiga secara individu terhadap preferensi menabung mahasiswa IAIN Salatiga di

Perbankan Syariah.

3. Untuk mengetahui tingkat religiusitas dan product knowledge

Mahasiswa IAIN Salatiga secara bersama-sama terhadap

(21)

8 D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharap kan dalam penelitian ini adalalah: 1. Bagi Penulis

a. Menambah pengetahuan tentang adanya pengaruh tingkat

religiusitas terhadap preferensi menabung mahasiswa b. Menambah pengetahuan mengenai adanya pengaruh

pengetahuan terhadap preferensi menabung mahasiswa c. Memperdalam ilmu tentang preferensi mahasiswa terhadap

perbankan syariah

2. Bagi Lembaga Akademik IAIN Salatiga

Hasil penelitian ini diharapkan dapat member kontribusi untuk pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya dalam

bidang ilmu ekonomi sehingga dapat dijadikan referensi untuk penelitian selanjutnya.

E. Sistematika Penulisan BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisi tentang uraian latar belakang masalah, perumusan

masalah,tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan

BAB II LANDASAN TEORI

Bab ini Berisi tentang telaah pustaka yaitu jabaran tentang penelitian terdahulu, landasan teori yang berisi deskripsi mengenai variabel dan hubungan antar variabel, kerangka penelitian, dan hipotesis

(22)

9 BAB IIIMETODE PENELITIAN

Bab ini menguraikan tentang jenis dan sumber data, populasi dan

sampel, definisi operasional variabel, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data yang digunakan.

BAB IVHASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini berisi tentang deskripsi obyek penelitian, analisis data dan pembahasan dari hasil penelitian.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini berisi kesimpulan dan saran berdasarkan penelitian dan pengolahan data yang diperoleh.

(23)

10 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Telaah Pustaka

Ali Mursid dan Entot Suhartono (2014) dalam jurnal dinamika

manajemen yang berjudul faktor determinan nasabah dalam pemilihan bank syariah menyimpulkan bahwa hasil dari penelitiannya menunjukkan faktor teknologi, motif religiusitas, dan kualitas pelayanan berpengaruh

signifikan terhadap nasabah dalam memilih bank syariah.

Asraf (2013) dalam jurnal Apresiasi Ekonomi yang berjudul pengaruh kualitas produk terhadap keputusan menyimpan dana di Bank

Muamalat Indonesia cabang Pasaman Barat dengan religiusitas sebagai variabel moderator mengatakan bahwa hasil dari penelitian tersebut

menunjukkan variabel religiusitas berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pemilihan untuk menyimpan dana pada BMI Cabang

Pasaman Barat dan variabel religiusitas memperkuat pengaruh kualitas produk terhadap keputusan pemilihan nasabah untuk menyimpan dananya. Artinya variabel religiusitas berperan sebagai variabel moderator bagi

pengaruh produk terhadap keputusan pemilihan nasabah untuk menyimpan dananya.

Andri Nurtantiono (2012) dalam penelitiannya yang berjudul Peran Moderasi Pengetahuan Produk (product knowledge) Dan Keinovativan Pelaku Bisnis Dalam Pengaruh Dimensi Pertimbangan Pada Niat Menjadi

(24)

11

Surakarta menyimpulkan bahwa analisis data dilakukan dengan Regresi dan Uji Interaksi untuk menganalisis pengaruh variabel moderasi tingkat

Produk Knowledge dan Inovasi , menunjukkan bahwa 1. Sikap , Norma

Subyektif dan kontrol perilaku mempengaruhi niat pelanggan, 2. Sebagian,

sikap tidak berpengaruh secara signifikan niat untuk nasabah bank syariah

di Kota Surakarta . sedangkan variabel Norma subjektif dan Pengendalian

Perilaku niat dianggap mempengaruhi secara signifikan pelanggan, 3.

Tingkat pengetahuan oproduk dan inovasi tidak memoderasi pengaruh

sikap atas niat sebagai pelanggan.

Toni Prasetyo Utomo (2014) dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keputusan Nasabah Dalam Memilih Jasa Perbankan Syariah (Studi Pada Bank Syariah Mandiri,

Kantor Cabang Malang) menyimpulkan bahwa Berdasarkan hasil estimasi Regresi Logistik, ditemukan bahwa faktor pelayanan bank syariah, faktor

pengetahuan tentang konsep bank syariah, dan faktor harga/biaya berpengaruh signifikan terhadap keputusan nasabah dalam memilih bank syariah. Sedangkan faktor karakteristik bank syariah, faktor

lokasi/aksesibilitas dan faktor promosi tidak berpengaruh secara signifikan. Selain itu, berdasarkan pada koefisiensi regresi logistik, faktor

pengetahuan tentang konsep bank syariah mempunyai nilai beta yang paling besar. Hal ini menunjukan bahwa faktor pengetahuan tentang bank syariah adalah faktor yang dominan terhadap keputusan nasabah dalam

(25)

12

Adapun perbedaan adanya variabel religiusitas dan variabel pengetahuan sebagai variabel independen yang berpengaruh terhadap

preferensi menabung mahasiswa IAIN Salatiga yang sebelumnya belum pernah diteliti.

B. Kerangka Teori 1. Religiusitas

a. Pengertian Religiusitas

Menurut Harun Nasution yang dikutip Jalaluddin (2012: 12) pengertian agama berasal dari kata, yaitu: al-Din, religi

(relegere, religare) dan agama. Al-Din (semit) berarti undang-undang atau hukum. Kemudian dalam bahasa arab, kata ini mengandung arti menguasai, menundukkan, patuh, utang, balasan,

kebiasaan. Sedangkan dari kata religi (latin) atau relegere berarti mengumpulkan dan membaca. Kemudian religare berarti

mengikat. Adapun kata agama terdiri dari a=tidak; gam= pergi mengandung arti tidak pergi, tetap ditempat atau diwarisi turun-temurun.

Religius menurut Islam adalah menjalankan ajaran agama secara menyeluruh. Allah berfirman dalam Al-Qur’an surat

(26)

13

dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu”.

b. Pandangan Ahli Tentang Religiusitas

Menurut Anshori dalam Ghufron & Risnawita (2010: 168)

agama menunjuk pada aspek-aspek formal yang berkaitan dengan aturan dan kewajiban, sedangkan religiusitas menunjuk pada aspek

agama yang telah dihayati oleh seseorang dalam hati. Ghufron & Risnawita menegaskan lebih lanjut, bahwa religiusitas merupakan tingkat keterikatan individu terhadap agamanya. Apabila individu

telah menghayati dan menginternalisasikan ajaran agamanya, maka ajaran agama akan berpengaruh dalam segala tindakan dan

pandangan hidupnya.

James Redfield, mengenai pengantar sejarah agama mengatakan bahwa keberagamaman adalah pengarahan manusia

agar tingkah lakunya sesuai dengan perasaan tentang adanya hubungan antara jiwanya dan jiwa yang tersembunyi, yang diakui

(27)

14

Menurut Nourcholis Majid, agama bukanlah sekedar tindakan-tindakan ritual seperti shalat dan membaca do’a. Agama

lebih dari itu, yaitu keseluruhan tingkah laku manusia yang terpuji, yang dilakukan demi memperoleh ridla atau perkenan Allah

(Sahlan, 2012: 42).

Glock & Stark (Dister, 1988) mengenai religiusitas yaitu sikap keberagamaan yang berarti adanya unsur internalisasi agama

ke dalam diri seseorang. c. Dimensi Religiusitas

Menurut Glock & Stark dalam (Ancok, 2008: 77-78) mengatakan bahwa terdapat lima dimensi dalam religiusitas, yaitu:

1) Dimensi keyakinan atau Ideologis

Dimensi keyakinan adalah tingkatan sejauh mana seseorang menerima hal-hal yang dogmatik dalam

agamanya, misalnya kepercayaan kepada Tuhan, malaikat, surga dan neraka. Pada dasarnya setiap agama juga menginginkan adanya unsur ketaatan bagi setiap

pengikutnya. Adapun dalam agama yang dianut oleh seseorang, makna yang terpenting adalah kemauan untuk

(28)

15

dimensi keyakinan ini menuntut dilakukannya praktek-praktek peribadatan yang sesuai dengan nilai-nilai Islam. 2) Dimensi praktik agama atau ritualistik

Dimensi praktik agama yaitu tingkatan sejauh mana

seseorang mengerjakan kewajiban-kewajiban ritual dalam agamanya. Unsur yang ada dalam dimensi ini mencakup pemujaan, ketaatan, serta hal-hal yang lebih menunjukkan

komitmen seseorang dalam agama yang dianutnya. Wujud dari dimensi ini adalah perilaku masyarakat pengikut

agama tertentu dalam menjalankan ritus-ritus yang berkaitan dengan agama. Dimensi praktek dalam agama Islam dapat dilakukan dengan menjalankan ibadah shalat,

puasa, zakat, haji ataupun praktek muamalah lainnya. 3) Dimensi pengalaman atau eksperiensial

Dimensi pengalaman adalah perasaan-perasaan atau pengalaman yang pernah dialami dan dirasakan. Misalnya merasa dekat dengan Tuhan, merasa takut berbuat dosa,

merasa doanya dikabulkan, diselamatkan oleh Tuhan, dan sebagainya.

4) Dimensi pengetahuan agama atau intelektual

Dimensi pengetahuan agama adalah dimensi yang menerangkan seberapa jauh seseorang mengetahui tentang

(29)

16

suci manapun yang lainnya. Paling tidak seseorang yang beragama harus mengetahui hal-hal pokok mengenai

dasar-dasar keyakinan, ritus-ritus, kitab suci dan tradisi. Dimensi ini dalam Islam meliputi Pengetahuan tentang isi Al-Quran,

pokok-pokok ajaran yang harus diimani dan dilaksanakan, hukum Islam dan pemahaman terhadap kaidah-kaidah keilmuan ekonomi Islam/perbankan syariah.

5) Dimensi konsekuensi

Yaitu dimensi yang mengukur sejauh mana perilaku

seseorang dimotivasi oleh ajaran-ajaran agamanya dalam kehidupan sosial, misalnya apakah ia mengunjungi tetangganya sakit, menolong orang yang kesulitan,

mendermakan hartanya, dan sebagainya. d. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Religiusitas

Thouless (1995: 34), membedakan faktor-faktor yang mempengaruhi sikap keagamaan menjadi empat macam, yaitu:

1) Pengaruh pendidikan atau pengajaran dan berbagai tekanan

sosial.

Faktor ini mencakup semua pengaruh sosial dalam

perkembangan keagamaan itu, termasuk pendidikan dari orang tua, tradisi-tradisi sosial, tekanan dari lingkungan sosial untuk menyesuaikan diri dengan berbagai pendapat

(30)

17 2) Faktor pengalaman

Berkaitan dengan berbagai jenis pengalaman yang

membentuk sikap keagamaan. Terutama pengalaman mengenai keindahan, konflik moral dan pengalaman

emosional keagamaan. Faktor ini umumnya berupa pengalaman spiritual yang secara cepat dapat mempengaruhi perilaku individu.

3) Faktor kehidupan

Kebutuhan-kebutuhan ini secara garis besar dapat menjadi

empat, yaitu: (a) kebutuhan akan keamanan atau keselamatan, (b) kebutuhan akan cinta kasih, (c) kebutuhan untuk memperoleh harga diri, dan (d) kebutuhan yang

timbul karena adanya ancaman kematian. 4) Faktor intelektual

Berkaitan dengan berbagai proses penalaran verbal atau rasionalisasi.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulan bahwa

setiap individu berbeda-beda tingkat religiusitasnya dan dipengaruhi oleh dua macam faktor secara garis besarnya yaitu

internal dan eksternal. Faktor internal yang dapat mempengaruhi religiusitas seperti adanya pengalaman-pengalaman emosional keagamaan, kebutuhan individu yang mendesak untuk dipenuhi

(31)

18

sebagainya. Sedangkan pengaruh eksternalnya seperti pendidikan formal, pendidikan agama dalam keluarga, tradisi-tradisi sosial

yang berlandaskan nilai-nilai keagamaan, tekanan-tekanan lingkungan sosial dalam kehidupan individu.

Dari berbagai teori tentang religiusitas yang telah diuraikan penelitian ini akan menggunakan acuan teori dari C.Y Glock dan R. Stark bahwa terdapat lima dimensi dalam religiusitas, yaitu

ideologi, intelektual, ritualis, pengalaman keagamaan, dan konsekuensi perilaku.

2. Pengetahuan Produk (product knowledge) a. Pengertian produk

Pengertian produk menurut Kotler dan Armstrong (2004)

adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan kepasar untuk mendapatkan perhatian, dibeli, digunakan, atau dikonsumsi yang

dapat memuaskan keinginan atau kebutuhan. Secara konseptual produk adalah pemahaman subyektif dari produsen atas sesuatu yang bisa ditawarkan sebagai usaha untuk mencapai tujuan

organisasi melalui pemenuhan kebutuhan dan kegiatan konsumen, sesuai dengan kompetensi dan kapasitas organisasi serta daya beli

pasar. Selain itu produk dapat pula didefinisikan sebagai persepsi konsumen yang dijabarkan oleh produsen melalui hasil produksinya. Produk dipandang penting oleh konsumen dan

(32)

19

b. Pengertian Pengetahuan Produk (product knowledge)

Pengetahuan produk telah menjadi isu sentral dari studi

perilaku pelanggan. Dalam beberapa tahun terakhir telah terjadi sejumlah besar penelitian telah difokuskan pada peran pengetahuan

produk dalam peningkatan penjualan produk perusahaan. Pengetahuan produk telah dikembangkan lebih baik dan lebih kompleks semata dengan baik dirumuskan kriteria keputusan

(Kotler, 2009). Marketing yang tingkat pengetahuan produknya lebih tinggi dan informasi yang lebih baik daripada mereka yang

memiliki tingkat pengetahuan produk yang rendah. Oleh karena itu, semakin tinggi tingkat pengetahuan produk dimiliki, semakin tinggi pula tingkat penjualan produk. Penelitian sebelumnya

tentang perilaku konsumen telah menekankan pentingnya hubungan antara keterlibatan produk dan pengetahuan produk.

Brucks (1985) dalam Alfi (2015) menyatakan bahwa selama proses pembelian, tingkat pengetahuan yang dimiliki oleh konsumen tentang sebuah produk tidak hanya akan mempengaruhi

perilaku mereka dalam mencari informasi tentang produk tersebut, namun juga mempengaruhi perlakuan mereka terhadap informasi

itu sendiri, pengambilan keputusan mereka, dan lebih jauh lagi, keinginan membeli mereka. Alfi (2015), menyimpulkan bahwa konsumen dengan tingkat product knowledge yang tinggi akan

(33)

20

mereka percaya dengan tingkat pengetahuan yang dimilikinya. Karenanya, sangat mungkin mereka akan lebih menyadari akan

nilai dari sebuah produk dan selanjutnya naik pada tahap keinginan untuk membeli. Sebaliknya, Konsumen dengan tingkat produc

knowledge yang rendah, lebih cenderung untuk terpengaruh oleh petunjuk dari lingkungan sekitar, misalnya rayuan dari si penjual, Yang mungkin akan merubah bagaimana cara mereka menerima

informasi dari suatu produk. Oleh sebab itu seorang marketer harus benar–benar menguasai product knowledge dari perusahaan agar

segmentasi pasar yang akan dijadikan sebagai target pemasaran berjalan deengan lancar sesuai dengan harapan dari perusahaan dan bisa menunjang peningkatan penjualan produk dari perusahaan.

Product knowledge adalah pengetahuan konsumen tentang produk. Rao dan Sieben dkk (1992) dalam Waluyo dan Pamungkas

(2003) mendefinisikan product knowledge sebagai cakupan seluruh informasi akurat yang disimpan dalam memori konsumen yang sama baiknya dengan persepsinya terhadap pengetahuan produk.

Konsumen yang berpengetahuan lebih tinggi akan lebih realistis dalam pemilihan sesuai dengan harapannya.

Pengetahuan produk mencakup: a) Kesadaran akan kategori dan merek produk didalam kategori produk; b) Terminologi produk; c) Atribut/ciri produk; dan d) Kepercayaan tentang

(34)

21

Konsumen memiliki tingkat pengetahuan produk yang berbeda yang digunakan untuk mengartikan informasi baru

sehingga dapat membuat keputusan pembelian yang benar. Tetapi tidak satu pun dari tingkat pengetahuan menangkap semua

kemungkinan pengertian dari sebuah objek, acara, ataupun tingkah laku. Setiap tingkat pengertian berguna untuk tujuan tertentu, tetapi tidak semua tujuan. Konsumen dapat memiliki empat tingkat

pengetahuan produk (Peter dan Olson, 2002: 67), yaitu: kelas produk, bentuk produk, merek, dan model pemasar merasa tertarik

khususnya pada pengetahuan konsumen tentang merek.

Kebanyakan strategi pemasaran berorientasi pada merek, karena mereka ingin membuat konsumen lebih memperhatikan

merek, mengajar mereka tentang merek, dan mempengaruhi mereka untuk membeli merek tersebut. Kebanyakan penelitian

pemasaran memfokuskan pada pengetahuan konsumen dan kepercayaan terhadap suatu merek. Untuk beberapa produk tertentu, konsumen dapat memiliki pengetahuan tentang model,

level pengetahuan yang lebih kongkrit daripada sebuah merek. Untuk ke arah yang lebih abstrak dari merek dan tingkat

(35)

22

Seringkali, dasar dari kategori bentuk produk adalah ciri-ciri fisik yang merek bagikan. Kelas produk adalah level yang

terluas dari pengetahuan produk yang meliputi beberapa bentuk produk (dan juga banyak merek dan model didalam kategorinya).

Konsep dari tingkat kelas produk kemungkinan memiliki kesamaan karakteristik. Strategi pemasaran untuk mempromosikan seluruh kelas produk dapat menjadi efektif untuk mempromosikan sebuah

merek dengan pembagian pasar yang tinggi. Disebabkan konsumen lebih menyukai untuk memisahkan keputusan pembelian pada

setiap level pengetahuan, pemasar harus mengerti bagaimana konsumen mengorganisasi pengetahuan produk mereka untuk tingkat yang berbeda.

c. Pengetahuan produk tabungan

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998

tentang perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang perbankan, yang dimaksud dengan tabungan adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut

syarat tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat dengan cek, bilyet giro, atau alat lainnya yang dipersamakan dengan itu.

Adapun yang dimaksud tabungan dalam lembaga keuangan syariah adalah tabungan yang dijalankan berdasrkan prinsip-prinsip syariah (Ismail, perbankan syariah: 75). Dalam hal ini, Dewan

(36)

23

bahwa tabungan yang dibenarkan adalah tabungan yang berdasrkan prinsip wadiah dan mudharabah.

3. Preferensi

a. Pengertian Preferensi

Preferensi berasal dari kata prefer yang berarti kesukaan atau kecenderungan seseorang untuk memilih sesuatu (Simamora, 2003 : 87). Preferensi konsumen dapat diketahui dengan mengukur

tingkat kegunaan atau nilai penting pada setiap produk atau jasa.Penilaian terhadap produk atau jasa menggambarkan sikap

konsumen terhadap produk atau jasa tersebut, sehingga dapat mencerminkan preferensi konsumen dalam menggunakan atau mengkonsumsi suatu produk atau jasa. Menurut Simamora (2003 :

88), ada beberapa langkah yang harus dilaluisampai konsumen membentuk preferensi, yaitu :

1) Pertama, diasumsikan bahwa konsumen melihat produk

sebagai sekumpulan atribut. Konsumen yang berbeda memiliki persepsi yang berbeda tentang atribut apa

yang relevan.

2) Kedua, tingkat kepentingan atribut berbeda-beda sesuai

(37)

24

3) Ketiga, konsumen mengembangkan sejumlah

kepercayaan tentang letak produk pada setiap atribut. 4) Keempat, tingkat kepuasan konsumen terhadap produk

akan beragam sesuai dengan perbedaan atribut.

5) Kelima, konsumen akan sampai pada sikap terhadap

merek yang berbeda melalui prosedur evaluasi.

Preferensi konsumen jelas berhubungan erat dengan

permasalahan penetapan pilihan, sikap dasar yang digunakan untuk menerangkan pilihan menentukan tingkah laku individu dalam

masalah penetapan pilihan.

Menurut Karim (2014 : 52 - 53), terdapat tiga sifat dasar yang berhubungan dengan pilihan rasional terhadap preferensi dalam

membuat atau menyusun semua rangking, kondisi atau situasi mulai dari yang paling disukai hingga yang paling tidak disukai, yaitu :

1) Kelengkapan ( completeness )

Jika A dan B adalah dua kondisi, maka tiap orang harus bisa menspesifikasikan : A lebih disukai dari pada B, atau

sebaliknya, atau sama-sama disukai. 2) Transitivitas ( transivity )

(38)

25 3) Kontinuitas ( continuity )

Jika seseorang mengatakan A lebih disukai daripada B,

maka situasi yang mirip dengan A harus lebih disukai dari pada B.

b. Preferensi Menabung

1) Preferensi Menabung Menurut Ekonomi Konvensional Dalam ekonomi konvensional, kosumen diasumsikan

selalu bertujuan untuk memperoleh kepuasan (utility) dalam kegiatan konsumsinya. Dalam konteks ekonomi, utilitas

memiliki kecenderungan dalam preferensi konsumen untuk mencukupi kebutuhan hidup dalam jangka panjang maupun jangka pendek. Dugaan Keynes mengenai fungsi konsumsi

yang berkaitan dengan kegiatan menabung adalah Keynes menduga bahwa ada kecenderungan mengkonsumsi marginal,

terdapat rasio konsumsi terhadap pendapatan, dan pendapatan merupakan determinasi sehingga tingkat bunga terhadap pengeluaran individu dari pendapatannya bersifat tidak penting

(Mankiw, 2007 : 447).

Namun demikian dugaan Keynes yang menghubungkan

konsumsi dan pendapatan saat ini memiliki hubungan yang tidak utuh dikarenakan ketika seseorang memutuskan berapa banyak mengkonsumsi dan berapa banyak yang ditabung,

(39)

26

Sehingga seseorang perlu membuat tradeoff agar dapat memperkirakan pendapatan yang akan diterima di masa depan

(Mankiw, 2007 : 450). Model Irving Fisher mampu menghilangkan hambatan – hambatan yang dihadapi konsumen

tentang preferensi yang mereka miliki dan dapat menentukan preferensi mereka terhadap pilihan konsumsi dan menabung. Dimana pertimbangan mengenai berapa banyak yang

dikonsumsi dan berapa banyak yang ditabung dapat dirasakan pada masa kini dan masa depan.

2) Preferensi Menabung Menurut Ekonomi Islam

Dalam menjelaskan pilihan konsumen pada ekonomi konvensional, konsumen cenderung memilih untuk

memperoleh kepuasaan (utility) dalam kegiatan konsumsinya. Sedangkan berbeda dengan ekonomi islam, dimana yang

menjadi tujuan dari kegiatan konsumsinya adalah kecenderung untuk mendapatkan kemaslahatan. Kandungan maslahah tersebut terdiri dari manfaat dan berkah, dimana yang berarti

manfaat terdiri dari (Al-Arif, 2011 : 156 - 157) :

a) Manfaat material, adalah berupa diperolehnya

tambahan harta atau kekayaan bagi konsumen sebagai akibat pembelian suatu barang dan jasa. Manfaat fisik dan psikis, adalah berupa

(40)

27

b) Manfaat intelektual, adalah berupa terpenuhinya

kebutuhan akal manusia ketia ia mengkonsumsi

suatu barang atau jasa.

c) Manfaat terhadap lingkungan, adalah berupa

eksternalisasi positif dari konsumsi suatu barang atau jasa yang dapat dirasakan oleh sekitarny Manfaat jangka panjang, adalah dengan

terpenuhinya kebutuhan duniawi jangka panjang. Sedangkan berkah akan hadir jika seluruh hal berikut dilakukan dalam aktivitas konsumsinya (Al – Arif, 2011 :

157):

a) Barang atau jasa yang dikonsumsi bukan merupakan

barang haram.

b) Tidak melakukan konsumsi yang berlebihan di luar

ke mampuan dan kebutuhan dirinya.

c) Aktivitas konsumsi yang dilakukan diniatkan untuk

mendapatkan ridha Allah SWT. 4. Perbankan Syariah

a. Pengertian Perbankan Syariah

Kata bank berasal dari kata banque dalam bahasa Prancis dan dari banco dalam bahasa Italia, yang berarti peti/lemari atau bangku. Kata peti atau lemari menyiratkan fungsi sebagai tempat

(41)

28

peti uang dan sebagainya. Dalam Al-Qur’an, istilah bank tidak disebutkan secara eksplisit. Tetapi jika yang dimaksud adalah

sesuatu yang memiliki unsur-unsur seperti struktur, manajemen, fungsi, hak dan kewajiban maka semua itu disebut dengan jelas,

seperti zakat, sadaqah, ghanimah (rampasan perang), bai’(jual beli), dayn (utang dagang), maal (harta) dan sebagainya, yang memiliki fungsi yang dilaksanakan oleh peran tertentu dengan

kegiatan ekonomi (Sudarsono, 2008: 18).

Pada umumnya pengertian bank syariah atau bank Islam

adalah bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip syariah Islam. Bank ini tata cara beroperasinya mengacu kepada ketentuan-ketentuan Al-qur’an dan Hadis (Wibowo, 2005: 33). Sedangkan

menurut Undang-Undang No. 21 tahun 2008 pasal 1 ayat 7, yang dimaksud dengan Bank Syariah adalah Bank yang menjalankan

kegiatan usahanya berdasarkan Prinsip Syariah dan menurut jenisnya terdiri atas Bank Umum Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah.

Bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip syariah Islam maksudnya adalah bank yang dalam beroperasinya itu

mengikuti ketentuan-ketentuan syariah Islam, khususnya yang menyangkut tata cara bermuamalah secara Islam. Dalam tata cara bermuamalat itu dijauhi praktik-praktik yang dikhawatirkan

(42)

29

kegiatan investasi atas dasar bagi hasil dan pembiayaan perdagangan atau praktik-praktik uasaha yang dilakukan di zaman

rasulullah atau bentuk-bentuk usaha yang telah ada sebelumnya, tetapi tidak dilarang oleh beliau (Wibowo, 2005: 33).

b. Fungsi dan Peran Bank Syariah

Fungsi dan peran bank syariah yang diantaranya tercantum dalam pembukaan standar akuntansi yang dikeluarkan oleh

AAOIFI (accounting and Auditing Organization for Islamic Financial Institution), sebagai berikut;

1) Manajer investasi, bank syariah dapat mengelola

investasi dana nasabah

2) Investor, bank syariah dapat menginvestasikan dana

yang dimilikinya maupun dana nasabah yang dipercayakan kepadanya

3) Penyedia jasa keuangan dan lalu lintas pembayaran,

bank syariah dapat melakukan kegiatan-kegiatan jasa-jasa layanan perbankan sebagaimana lazimnya

4) Pelaksanaan kegiatan sosial, sebagai ciri yang melekat

pada entitas keuangan syariah, bank Islam juga

memiliki kewajiban untuk mengeluarkan dan mengelola (menghimpun, mengadministrasikan, mendistribusikan) zakat serta dana-dana sosial lainnya (Sudarsono, 2003:

(43)

30

5. Produk Tabungan Perbankan Syariah

Di dalam lembaga keuangan syariah ada dua macam tabungan,

yang pertama tabungan wadiah dan yang kedua tabungan mudharabah.

a. Tabungan Wadi’ah

1) Pengertian tabungan wadi’ah

Tabungan wadiah merupakan jenis simpanan yang

menggunakan akad wadiah/titipan yang penarikannya dapat dilakukan sewaktu-waktu (Karim, 2004: 291).

Tabungan merupakan salah satu bentuk simpanan yang diperlukan oleh masyarakat untuk menyimpan uangnya, karena merupakan jenis simpanan yang dapat dibuka dengan

persyaratn yang sangat mudah dan sederhana. Persyaratan untuk dapat membuka rekening tabungan wadiah, masing

masing lembaga keuangan syariah berbeda. Pada umumunya, lembaga keuangan syariah memberikan persyaratan yang sama pada setiap masyarakat yang ingin membuka simpanan

tabungan, yaitu penyerhkan fotokopi identitas, misalnya KTP,SIM,Paspor, dan identitas lainnya (Wirdyaningsih, 2005:

129).

Disamping itu, setiap lembaga keuangan syariah akan memberikan persyaratan tentang jumlah minimal setoran

(44)

31

disisakan. Saldo minimal ini diperlukan pada saat tabungan ditutup, maka masih terdapat saldo dana yang akan digunakan

untuk membayar biaya administrasi atas penutupan tabungan nasabah.

2) Jenis wadi’ah

Dalam islam wadi’ah dibedakan menjadi dua macam,

yaitu;

a) Wadi’ah yad amanah yaitu akad penitipan uang

dimana penerima tidak diperkenankan

menggunakan uang yang dititipkan. Penerima titipan hanya punya kewajiban menggembalikan barang atau uang yang ditipkan pada saat diminta

oleh pihak yang menitipkan secara apa adanya (Trisadini, 2013: 37) bank syariah: 86).

b) Wadi’ah yad Dhamanah yaitu titipan terhadap

barang atau uang yang dapat dipergunkan atau dimanfaatkan oleh penerima titipan, sehingga

pihak penerima titipan bertanggung jawab terhadap resiko yang menimpa barang atau uang sebagai

akibat dari penggunaan atas suatu barang atau uang. Tentu saja penerima titipan wajib mengembalikan barang atau uang yang ditipkan

(45)

32 b. Tabungan Mudharabah

1) Pengertian Tabungan Mudharabah

Tabungan mudharabah merupakan jenis simpanan yang menggunakan akad mudharabah yang penarikannya dapat

dilakukan sesuai perjanjian (Ascarya, 2008: 117).

Mudharabah merupakan prinsip bagi hasil ketika nasabah sebagai pemilik modal (shohibul maal) menyerahkan

uangnya kepada lembaga keuangan sebagai pengusaha (mudhorib) untuk diusahakan. Pembagian keuntungan harus

dinyatakan dalam nisbah dan lembaga keuangan syariah tidak diperkenankan mengurangi nisbah keuntungan nasabah tanpa persetujuan yang bersangkutan.

2) Jenis Tabungan Mudharabah

Berdasarkan kewenangan yang diberikan oleh pihak

pemilik dana, terdapat dua bentuk mudharabah, yakni :

a) Mudharabah Mutlaqah yaitu pemilik dana tidak

memberikan batasan atau persyaratan tertentu kepada

lembaga keuangan dalam mengelola investasinya. Dengan kata lain, lembaga keuangan syariah

mempunyai hak dan kebebasan sepenuhnya dalam menginvestasikan dana mudharabah mutlaqah ini ke berbagai sektor bisnis yang diperkirakan akan

(46)

33

b) Mudharabah Muqayyadah yaitu pemilik dana

memberikan batasan atau persyaratan tertentu kepada

lembaga keuangamn syariah dalam mengelola investasinya, baik yang berkaitan dengan tempat, cara

maupun objek investasinya. Dengan kata lain, lembaga keuangan syariah tidak mempunyai hak dan kebebasan sepenuhnya dalam menginvestasikan dana mudharabah

muqayyadah ini ke berbagai sektor bisnis yang diperkirakan akan memperoleh keuntungan (Karim: 98) 6. Kerangka Penelitian

Dari hasil analisa penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti lain serta penjabaran teori mengenai masing-masing variabel, maka

dapat dirumuskan suatu kerangka penelitian sebagai berikut :

Gambar 1.1 Kerangka Pemikiran

Preferensi menabung

religiusitas product

(47)

34 7. Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan jawaban sementara yang kebenarannya

masih harus di uji, atau rangkuman kesimpulan teoritis yang diperoleh dari tinjauan pustaka (Martono, 2011: 71).Berdasarkan kerangka

pemikiran teoritis dan hasil penemuan beberapa penelitian, maka hipotesis dapat dirumuskan sebagai berikut:

H1= semakin tinggi tingkat religiusitas mahasiswa secara individu

maka semakin tinggi preferensi menabung mahasiswa di perbankan syariah

H2 = semakin tinggi product knowledge mahasiswa secara individu maka semakin tinggi preferensi menabung mahasiswa di perbankan syariah.

H3 = semakin tinggi tingkat Religiusitas dan product knowledge secara bersama-sama maka semakin tinggi preferensi menabung mahasiswa

(48)

35 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis dan Pendekatan Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif, karena

peneliti ingin mengkonfirmasi konsep dan teori yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya dengan fakta-fakta data yang ditemukan di lapangan. Penelitian ini adalah tentang Pengaruh Tingkat Religiusitas dan Product

knowledge terhadap preferensi (menabung mahasiswa IAIN Salatiga Fakultas Ekonomi Bisnis Islam (FEBI)

B. Lokasi dan Waktu

Lokasi penelitian adalah di kampus IAIN Salatiga yang berada di Jalan Tentara Pelajar no. 2 salatiga. Penelitian dilakukan selama bulan

Oktober 2015 hingga Januari 2016. C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Menurut Bawono (2006: 28) definisi populasi adalah keseluruhan wilayah objek dan subyek penelitian yang ditetapkan

untuk dianalisis dan ditarik kesimpulan oleh peneliti. Sedangkan menurut Sugiono (2002: 57), populasi adalah wilayah generalisasi

(49)

36

menggunakan mahasiswa IAIN Salatiga Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam sebagai objek penelitian dengan jumlah mahasiswa 1.210.

2. Sampel

Sampel merupakan bagian dari suatu populasi (Umar, 2002:

136). Sampel menurut Bawono (2006: 28) diberi definisi sebagai objek atau subjek penelitian yang dipilih guna mewakili keseluruhan dari populasi. Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang

dimiliki oleh populasi tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena

keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang dapat diambil dari populasi itu. Apa yang dipelajari dari sampel itu, kesimpulannya akan dapat diberlakukan

untuk populasi. Untuk itu sampel yang diambil dari populasi harus betul-betul representative (mewakili) (Sugiyono, 2002: 58). Adapun

teknik untuk menentukan jumlah sampel, digunakan rumus sebagai berikut:

Di mana: s= sampel

P= populasi

(50)

37

Dari 1.210 mahasiswa, peneliti akan mengambil orang sebagai sampel, sesuai dengan perhitungan berikut:

Penelitian ini menggunakan desain sampel nonprobabilitas, yang menggunakan metode sampling purposive (purposive or judgemental sampling) . Menurut Sugiyono (2006: 60) sampling purposive adalah

pengambilan sampel berdasarkan seleksi khusus. Peneliti membuat kriteria tertentu siapa yang dijadikan sebagai responden. Kriteria responden yang

akan diteliti adalah seorang mahasiswa IAIN Salatiga Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam (FEBI) yang memiliki ATM di Bank Syariah.

D. Teknik Pengumpulan Data 1. Pengertian Data

Data adalah segala informasi yang dijadikan dan diolah untuk

(51)

38

dalam Muhammad (2008: 98) data adalah sekumpulan informasi yang diperlukan untuk pengambilan keputusan.

2. Sumber dan Jenis Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer

dan sekunder.

a. Data Primer

Yaitu data yang diperoleh dan dikumpulkan secara

langsung objek yang diteliti, yang berupa wawancara dan observasi langsung. Sedangkan menurut Muhammad (2008:

101) data primer adalah data yang dikumpulkan dan dioalah sendiri oleh suatu organisasi atau perorangan langsung dari objeknya.

b. Data Sekunder

Yaitu data yang diperoleh secara tidak langsung atau

penelitian arsip yang memuat peristiwa masa lalu. Data sekunder dapat diperoleh dari jurnal, majalah, buku, data statisitik maupun dari internet (Bawono, 2006: 30). Selain

itu, data juga dapat diperoleh dalam bentuk yang sudah dipublikasikan yang tersedia di perusahaan seperti literatur,

(52)

39 3. Teknik Pengumpulan Data

Menurut Bawono (2006: 30), data-data yang dibutuhkan dalam

penelitian dapat dipeloreh dari beberapa sumber, yaitu melalui : a. Interview (Wawancara)

Wawancara adalah metode atau cara mengumpulkan data serta berbagai informasi dengan jalan menanyakan langsung kepada seseorang yang dianggap ahli dalam

bidangnya dan juga yang berwenang dalam menyelesaikan suatu permasalahan.

b. Kuesioner

Kuesioner adalah daftar pertanyaan yang diberikan kepada objek penelitian yang mau memberikan respon

sesuai dengan permintaan pengguna. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang efisien bila peneliti tahu

pasti variabel yang akan diukur dan tahu apa yang bisa diharapkan dari responden. Sedangkan menurut Arikunto (1998: 140), kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis

yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau

hal-hal yang ia ketahui. c. Dokumentasi

Dokumentasi berasal dari kata dokumen, yang

(53)

40

metode dokumentasi, peneliti menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumen,

peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan harian dan sebagainya (Arikunto, 1998: 149). Sedangkan menurut Bawono,

informasi juga bisa diperoleh oleh peneliti dari jurnal, majalah, buku, data statistik maupun dari internet.

E. Skala pengukuran

Skala pengukuran menurut Sugiyono (2011: 203) adalah kesepakatan yang digunakan sebagai acuan untuk menentukan panjang

pendeknya interval yang ada di dalamn alat ukur. Dengan menggunakan alat ukur tersebut dalam pengukuran akan menghasilkan data kuantitatif.

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan skala interval. Skala

interval adalah memberikan ranking terhadap responden, yang dirangking bisa preferensi, perilaku dan sebagainya. Dalm penskalaan dengan skala

interval ini banyak juga yang menyebut dengan skala linkert (Bawono, 2006: 31). Kategori skala terdiri dari 5 (lima) tingkatan untuk analisis, skor tersebut dari 1 sampai 5 dapat dengan kriteria sebagai berikut ;

(54)

41

Gambar 1.2

Rentang Penilaian dalam Skala Likert:

STS TS CS S SS F. Variabel Pengukuran

1. Variabel Bebas (independent variables)

Variabel bebas adalah merupakan variabel yang mempengaruhi

atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel independen

adalah Religiusitas dan Product knowledge. 2. Variabel Terikat (Dependent Variable)

Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau

yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah minat menabung.

3. Pengertian Operasional Variabel

Definisi operasional adalah penjabaran masing-masing variabel terhadap indikator-indikator yang membentuknya. Dalam penelitian

ini, indikator-indikator variabel tersebut antara lain sebagai berikut:

Tabel 1.1

Variabel dan Indikator Penelitian Variable Konsep

Variable

Indikator Skala Ukur Religiusitas (R) Menurut Glock

(55)

42

(56)

43 G. Metode Analisis

Analisis data yang dilakukan adalah analisis data kuantitatif,

dilakukan dengan beberapa langkah antara lain: 1. Uji Instrumen

a. Uji Reliabilitas

Pada prinsipnya uji reliabilitas digunakan untuk menguji data yang kita peroleh sebagai misal hasil dari jawaban kuesioner

yang kita bagikan. Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban seseorang terhadap pertanyaan adalah konsisten atau

stabil dari waktu ke waktu. Teknik yang digunakan dalam pengukuran reliabilitas ini adalah teknik cronbach alpha. Suatu variabel dikatakan reliabel jika nilai cronbach alpha lebih besar

dari 0,6 (Bawono, 2006:64). b. Uji Validitas

Uji validitas digunakan untuk mengukur valid atau tidaknya suatu kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner tersebut mampu untuk mengungkapkan sesuatu

yang akan diukur oleh kuesioner tersebut (Bawono, 2006: 68). Uji validitas dari penelitian ini digunakan untuk mengungkapkan

apakah pertanyaan pada kuesioner tersebut sahih atau tidak dengan cara menentukan korelasi antara score butir pertanyaan dengan total score-nya. Signifikan atau tidaknya penelitian ini dapat dilihat

(57)

44

tersebut masing-masing total butir pertanyaan mnghasilkan tanda bintang, berarti data tersebut signifikan. Tanda bintang ada dua

kemungkinan:

1) Kalau berbintang satu itu berarti korelasi signifikan pada level

5% (0,05) untuk dua sisi.

2) Kalau berbintang dua itu berarti korelasi signifikan pada level

1% (0,01) untuk dua sisi. 2. Uji Statistik

a. Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi (R2) menunjukan sejauh mana tingkat hubungan antara variabel dependen dengan variabel independen, atau sejauh mana kontribusi variabel mempengaruhi

variabel dependen (Bawono, 2006: 92). Ciri-ciri nilai R2 adalah:

1) Besarnya nilai koefisien determinasi terletak antara 0 sampai

dengan 1, atau (0 ≤ R2≤ 1).

2) Nilai 0 menunjukan tidak adanya hubungan antara variabel

independen dengan variabel dependen.

3) Nilai 1 menunjukan adanya hubungan yang sempurna antara

(58)

45 b. Uji Ftest (Uji Secara serempak)

Uji F dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui seberapa

jauh variabel independen atau bebas secara bersama-sama dapat mempengaruhi variabel dependen atau terikat (Bawono, 2006: 91).

Langkah pengujiannya: 1) Menentukan hipotesis

Ho: β1, β2, .... βn = 0, artinya variabel independen secara

bersama-sama tidak berpengaruh terhadap variabel dependen. Ho: β1, β2,

.... βn ≠ 0, artinya variabel independen secara bersama-sama

berpengaruh terhadap variabel dependen. 2) Menentukan F tabel

Untuk memperoleh F tabel digunakan taraf signifikasi α = 5%

dan derajat kebebasan (dk) = (n – k). 3) Mencari F hitung dengan rumus

Dimana:

R2 = koefisien determinasi

K = jumlah variabel independen n = jumlah sampel

4) Pengambilan keputusan

Jika f hitung < f tabel, maka Ho ditolak artinya ada pengaruh yang signifikan antara variabel independen secara

(59)

46

Jika f hitung > f tabel, maka Ho ditolak artinya ada pengaruh yang signifikan antara variabel independen secara

bersama-sama berpengaruh terhadap variabel dependen. c. Uji ttest (uji secara individu)

Uji t digunakan untuk mengetahui besarnya pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen secara individu atau sendiri-sendiri. Langkah-langkah pengujiannya:

1) Menentukan hipotesis

Ho : β1 = 0, artinya variabel independen tidak berpengaruh

terhadap variabel dependen.

Ho : β1 ≠ 0, artinya variabel independen berpengaruh terhadap

variabel dependen.

2) Menentukan tabel

Untuk menentukan t table dengan menggunakan tingkat α 5%

dan derajat kepercayaan (dk) = α/2, n-k. Dimana :

n : jumlah data k : jumlah variabel 3) Pengambilan keputusan

Jika t hitung < t tabel maka Ho diterima, artinya tidak ada

pengaruh yang signifikan. Jika t hitung ≥ t tabel maka Ho

(60)

47 3. Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik terdiri dari: a. Uji Multicollinearity

Multicollinearity adalah situasi dimana terdapat korelasi

variabel-variabel bebas di antara satu dengan yang lainnya. Masalah Multikolinearitas yang serius dapat mengakibatkan berubahnya tanda dari parameter estimasi (Bawono, 2006:

115).

Untuk uji Multicollinearity ini peneliti menggunakan

metode VIF (Varian Inflation Factor) dan nilai Tolerance. Kedua

nilai VIF dan Tolerance ini, nilainya berlawanan, kalau

tolerancenya besar maka VIF nya kecil dan sebaliknya. Nilai VIF

tidak boleh lebih besar dari 5 (lima), jika lebih maka bisa

dikatakan ada gejala Multicollinearity, dan sebaliknya jika nilai

VIF lebih kecil dari 5 maka tidak ada gejala Multicollinearity.

Demikian juga dengan nilai Tolerance nya berarti sebaliknya (Bawono, 2006: 124).

b. Uji Heteroscendasticity

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah

dalam model regresi terjadi ketidaksamaan nilai varian residual dengan varian setiap variabel independen (Bawono, 2006: 136). Dalam penelitian ini, metode yang digunakan untuk uji

(61)

48

dan perkalian variabel bebas. Apabila χ2 hitung < χ2

tabel, maka hipotesis adanya heteroskedastisitas dalam model ditolak

(Bawono, 2006: 145). c. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk menguji apakah variabel independen dan variabel dependen dalam model regresi memiliki distribusi normal atau tidak. Ada beberapa cara untuk

mengujinya, salah satunya dengan analisa grafik. Dengan metode grafik kita dapat melihat data yang digunakan

memberikan distribusi normal atau tidak dengan melihat grafik histogram dan normal probability plot (Bawono, 2006: 174).

Uji normalitas ini juga didukung dengan uji

Kolmogrov-Smirnov. Uji Kolmogrov-Smirnov bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel residu memiliki

distribusi normal atau tidak. Data distribusi normal, jika nilai sig (signifikansi) > 0,05. Data distribusi tidak normal, jika nilai sig. (signifikansi) < 0,05 (Adrian, 2015)

d. Uji Linearitas

Pengujian linearitas digunakan untuk menguji apakah

spesifikasi model yang digunakan tepat atau lebih baik dalam spesifikasi model bentuk lain. Spesifikasi model dapat berupa linier, kuadratik atau kubik. Untuk melihat spesifikasi model

(62)

49

ini bertujuan untuk mendapatkan nila X2, untuk mendapatkan nilai X2 dengan cara mengalihkan jumlah data observasi

dikalikan dengan R2 atau n * R2 (Bawono, 2006: 179). H. Alat Analisis

Penelitian kali ini adalah merupakan data kuantitatif dimana data dapat dinyatakan dalam bentuk angka, maka akan mudah untuk diaplikasikan ke dalam olah data SPSS forwindows versi 21. SPSS

merupakan sebuah program komputer statistik yang berfungsi untuk membantu dalam memproses data-data statistik secara tepat dan cepat,

serta menghasilkan berbagai output yang dikehendaki oleh para pengambil keputusan. Statistik dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang bertujuan untuk mengumpulkan data, meringkas atau menyajikan data kemudian

menganalisis data dengan menggunakan metode tertentu, dan menginterpretasikan hasil dari analisis tersebut. Dalam penghitungan

statistik, alat yang sering digunakan adalah olah data SPSS forwindows. Program olah data SPSS forwindows ini sangat membantu dalam proses pengolahan data, sehingga hasil olah data yang dicapai juga dapat

(63)

50 BAB IV

ANALISA PENELITIAN

A. Gambaran Umum IAIN Salatiga 1. Sejarah Pendirian

Pendirian IAIN Sejak berdirinya sampai saat ini, IAIN Salatiga telah melewati sejarah yang cukup panjang, dan mengalami beberapa kali perubahan kelembagaan. Pendirian lembaga ini, bermula dari

cita-cita masyarakat Islam Salatiga untuk memiliki Perguruan Tinggi Islam. Oleh karena itu didirikanlah Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP)

Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) "Nahdlatul Ulama" di Salatiga. Lembaga ini menempati gedung milik Yayasan "Pesantren Luhur", yang berlokasi di Jalan Diponegoro Nomor 64 Salatiga.

Lembaga ini berdiri berkat dukungan dari berbagai pihak, khususnya para ulama dan pengurus Nahdlatul Ulama Jawa Tengah. Dalam

rentang waktu kurang setahun, lembaga ini diubah dari FIP IKIP menjadi Fakultas Tarbiyah. Maksud perubahan tersebut adalah agar lembaga ini dapat dinegerikan bersamaan dengan persiapan berdirinya

IAIN Walisongo Jawa Tengah di Semarang. Guna memenuhi persyaratan formal, maka dibentuklah panitia pendiri yang diketuai

oleh K.H. Zubair dan sekaligus diangkat sebagai Dekannya.

Dalam waktu yang bersamaan dengan proses pendirian IAIN Walisongo Jawa Tengah di Semarang, Fakultas Tarbiyah Salatiga

(64)

51

Yogyakarta. Setelah dilakukan peninjauan oleh Tim Peninjau yang dibentuk IAIN Sunan Kalijaga, akhirnya pembinaan dan pengawasan

Fakultas Tarbiyah Salatiga diserahkan padanya. Keputusan ini didasarkan pada Surat Menteri Agama c.q. Direktorat Pembinaan

Perguruan Tinggi Agama Islam Nomor Dd/PTA/3/1364/69 tanggal 13 November 1969.

Ketika IAIN Walisongo Jawa Tengah di Semarang berdiri,

Fakultas Tarbiyah Salatiga mendapatkan status negeri, dan menjadi cabang IAIN Walisongo. Penegerian Fakultas Tarbiyah IAIN

Walisongo tersebut berdasarkan SK Menteri Agama Nomor 30 Tahun 1970 tanggal 16 April 1970.

2. Alih Status menjadi STAIN Salatiga

Berdasarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 1997, maka secara yuridis mulai tanggal 21 Maret 1997

Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Salatiga beralih status menjadi Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga. Sesuai dengan keputusan itu, STAIN tetap didudukkan sebagai perguruan tinggi di

bawah naungan Departemen Agama Republik Indonesia yang menyelenggarakan pendidikan akademik dan/atau profesional dalam

disiplin ilmu pengetahuan agama Islam. Sebagai salah satu bentuk satuan Pendidikan Tinggi, STAIN Salatiga masih tetap pula memiliki kedudukan dan fungsi yang sama dengan institut maupun universitas

Gambar

Tabel 1.1 Variabel dan Indikator Penelitian
Tabel 1.2 Jenis Kelamin  Responden
Tabel 2.1 Semester Responden
Tabel 2.2 Hasil Uji Reliabilitas
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kinerja Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Magelang dalam mewujudkan tertib kepemilikan dokumen masih kurang optimal terutama dari segi kuantitas, kualitas

Sektor pertanian selama tahun 2014 menghasilkan nilai tambah terbesar dalam struktur perekonomian Kabupaten Solok yang dipresentasikan melalui PDRB Atas dasar Harga

Kesimpulan penelitian ini adalah pola sebaran permukiman menunjukan pola acak pada tahun 1998 dan mengelompok pada tahun 2006 dan 2019, kondisi kelayakan lahannya

Kenyamanan dapat dirasakan oleh konsumen/penumpang salah satunya disebabkan oleh kinerja atau pelayanan yang diberikan oleh perusahaan kepada konsumen dengan harapan

Sedangkan variabel independen dalam penelitian ini adalah celebrity endorser, citra merek, persepsi harga, dan inovasi produk terhadap minat beli produk ZOYA di Kota Kudus.

Menurut Nurisyah (2001), daya dukung wisata bahari meliputi (1) daya dukung ekologis, yakni tingkat maksimal penggunaan suatu kawasan; (2) daya dukung fisik, yakni jumlah maksimum

Rata-rata Kepadatan Menggigit Per Jam Nyamuk Anopheles subpictus Hasil Pe- nangkapan Malam Hari di Desa Tapandullu Kecamatan Simboro Kabupaten Mamuju Sulawesi Barat

Jadi menurut konsepsi daya defenisi inteligensi merupakan persatuan- persatuan (kumpulan yang dipersatukan) dari pada daya-daya jiwa yang khusus.. Karena