KEBIJAKAN KEPALA SEKOLAH
TENTANG PROGRAM LITERASI
BERBASIS PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
DAN IMPLEMENTASINYA DALAM UPAYA
MENINGKATKAN RELIGIUSITAS PESERTA DIDIK
DI SMK BHAKTI NUSANTARA SALATIGA
TAHUN PELAJARAN 2016/2017
Oleh :
Muhamad Mufid, S.Pd.I NIM. M1.14.007
Tesis diajukan kepada
Program Pascasarjana Institut Agama Islam Negeri Salatiga sebagai pelengkap persyaratan untuk gelar Magister Pendidikan
PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SALATIGA
iii ABSTRAK
Kebijakan Kepala Sekolah
tentang Program Literasi Berbasis Pendidikan Agama Islam
dan Implementasinya dalam Upaya Meningkatkan Religiusitas Peserta Didik di SMK Bhakti Nusantara Salatiga Tahun Pelajaran 2016/2017
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana kebijakan kepala sekolah terhadap program literasi berbasis Pendidikan Agama Islam di SMK Bhakti Nusantara Salatiga; untuk mengetahui bagaimana implementasi program literasi berbasis Pendidikan Agama Islam di SMK Bhakti Nusantara Salatiga; untuk mengetahui bagaimana dampak program literasi berbasis Pendidikan Agama Islam dalam upaya meningkatkan religiusitas yang mengarah pada tingkat pemahaman keagamaan peserta didik di Bhakti Nusantara Salatiga.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian lapangan (field
research), yang bersifat deskriptif kualitatif dengan secara langsung mengimplementasikan program literasi berbasis Pendidikan Agama Islam di SMK Bhakti Nusantara kelas XI semua jurusan. Untuk menganalisis data dalam tesis ini, penulis menggunakan beberapa metode, yaitu metode deskriptif dan analisis yaitu dengan cara pengumpulan data, reduksi data, penyajian dan penarikan kesimpulan. Untuk menguji keabsahan data menggunakan kepercayan, keteralihan, ketergantungan dan kepastian.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kebijakan kepala sekolah tentang program literasi ini disambut dengan baik dan diberikan ijin pelaksanaan serta diberikannya dukungan sarana prasarana guna terlaksananya program tersebut. Implementasi program literasi berbasis Pendidikan Agama Islam ini menggunakan beberapa metode, antara lain: membaca 15 menit, satu buku satu
minggu (one book one week), literasi komputer, menuliskan intisari bacaan,
berdiskusi dan presentasi. Implementasi program literasi berbasis Pendidikan Agama Islam ini memberikan dampak terhadap peserta didik dalam meningkatkan pemahaman Pendidikan Agama Islam, meningkatkan kompetensi baca tulis Al-Qur‟an, meningkatkan kompetensi ibadah wajib, meningkatnya semangat literasi pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam.
Kata Kunci: Kebijakan Kepala Sekolah, Literasi, Pendidikan Agama Islam
iv ABSTRACT
The Principal Based on Programs Literacy Islamic Education and it is Implemented in Order to Increase Religiousness Students
in Smk Bhakti Nusantara Salatiga Study Years 2016 / 2017
This study attempts to see how the principal literacy based on the Islamic Education in SMK Bhakti Nusantara Salatiga; to see how the implementation program based literacy Islamic Education in SMK Bhakti Nusantara Salatiga; to see how the impact of the based literacy Islamic Education in order to increase religiousness that leads to their level of understanding religious students in SMK Bhakti Nusantara Salatiga.
Methods used in research is field research, which is a qualitative descriptive by directly implement program based literacy Islamic Education in SMK Bhakti Nusantara class XI all majors. To analyze data in this thesis, the writer used several methods, namely descriptive and methods of analysis by means of data collection, reduction data, the presentation of and the withdrawal of conclusion. To test the validity of data writer used are truthness, inadvertentness, reliance and confidence.
The result showed that the policies principal of the program this literacy met with good and given permission the implementation and he gave to support infrastructure of the program. The program based literacy Islamic Education it uses several methods, among other: read 15 minutes, one book one week, computer literacy, wrote the essence of reading, discuss and presentation.The program based literacy Islamic Education this provides impact on students in improve understanding Islamic Education, increase the competency read and write al-qur an (BTAQ) increase the competency worship compulsory, the spirit literacy on the subjects of Islamic Education.
vi
B. Rumusan Masalah dan Batasan Masalah ... 4
C. Signifikansi Penelitian ... 5
D. Kajian Pustaka ... 6
E. Metode Penelitian... 11
F. Sistematika Penulisan ... 12
BAB II KEBIJAKAN KEPALA SEKOLAH TENTANG PROGRAM LITERASI BERBASIS PAI ... 13
A. Profil Sekolah ... 13
B. Pengertian Kebijakan Kepala Sekolah ... 15
C. Kebijakan Kepala Sekolah ... 18
4. Menuliskan Intisari bacaan ... 27
5. Berdiskusi dan Presentasi ... 28
vii
BAB IV DAMPAK PROGRAM LITERASI BERBASIS PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM UPAYA MENINGKATKAN
RELIGIUSITAS PESERTA DIDIK ... 32
A. Meningkatkan Pemahaman Pendidikan Agama Islam ... 32
B. Meningkatkan Kompetensi Baca Tulis Al-Qur‟an ... 34
C. Meningkatkan Kompetensi Ibadah Wajib ... 36
D. Meningkatnya Semangat Literasi pada Mata Pelajaran PAI .... 37
BAB V PENUTUP ... 39
A. Kesimpulan ... 39
B. Saran ... 40
DAFTAR PUSTAKA ... 41
LAMPIRAN ... 45
viii
DAFTAR LAMPIRAN
1. Wawancara ... 45
2. Pedoman Wawancara ... 57
3. Photo Dokumen Kegiatan ... 56
4. Surat Ijin Penelitian ... 64
5. Lembar Bimbingan Tesis ... 62
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
Era globalisasi, dimana masyarakat dituntut untuk menguasai teknologi yang
semakin canggih dan berdampak bagi kehidupan sosial, terutama di kalangan
remaja. Salah satu dampak positifnya adalah adanya internet yang memberikan
kemudahan mencari informasi, komunikasi dan berbagi informasi secara cepat
dan luas. Sejalan dengan hal tersebut ada peluang penyalahgunaan, diantaranya
adalah informasi yang melanggar norma-norma yang seharusnya tidak di lakukan
seperti pornografi, judi, penipuan dan lain sebagainya.
Realita tersebut akan memberikan dampak yang tidak baik terhadap ahklak,
pemahan terhadap agama dan pastinya berakibat pada penurunan kualitas karakter
remaja di Indonesia khususnya di SMK Bhakti Nusantara Salatiga. Mereka lebih
asik menggunakan handphone atau gatgetnya untuk bermain atau sesuatau hal
yang kurang bermanfa‟at daripada untuk mencari informasi yang lebih bermanfaat
seperti mencari materi atau bacaan yang bersumber dari internet atau buku.
Rendahnya Reading Literacy bangsa kita saat ini dan dimasa depan akan
membuat rendahnya daya saing bangsa dalam persaingan global. 1 Pada tahun
2000 dalam hal literasi membaca, Indonesia menempati peringkat 39 dari 41
negara; tahun 2003 peringkat 39 dari 40 negara; tahun 2006 peringkat 48 dari 56
negara; tahun 2009 peringkat 57 dari 65 negara; tahun 2015 peringkat 69 dari76
1
negara.2 Salah satu dari beberapa penelitian yang menunjukkan bahwa literasi di
indonesia rendah adalah penelitian yang didata CCSU.3
Tabel 1: Peringkat Literasi Internasional
(Sumber: John Miller dan Michael C. McKenna dalam bukunya Bambang Trim)
Data diatas menunjukkan bahwa literasi di Indonesia begitu rendah. Oleh
karena itu pemerintah membuat undang-undang berdasarkan Peraturan No. 23
tahun 2015, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mewajibkan setiap
siswanya untuk membaca buku sebelum memulai jam pelajaran. Upaya
peningkatan budaya literasi sudah mulai dicanangkan, salah satunya di Kota
Salatiga yang dicanangkan melalui Surat Keputusan Walikota Salatiga Nomor
420/259/2016 sebagai Kota Literasi. Berbagai cara diantaranya memperbanyak
jumlah buku, menerapkan program literasi, mendatangkan berbagai sumber atau
pemateri yang berkaitan dengan literasi agar warga sekolah lebih melek terhadap
pentingnya budaya literasi.
Literasi sangat penting karena sebagian besar proses pendidikan bergantung
pada kemampuan dan kesadaran literasi. Literasi menjadi sarana peserta didik
dalam mengenal, memahami, dan menerapkan ilmu yang didapatnya dibangku
sekolah. Literasi juga terkait dengan kehidupan peserta didik, baik dirumah
2
Bambang Trim, Melejitkan Daya Literasi Indonesia: Sebuah Kajian Pendahuluan, Jakarta: Institut Penulis Indonesia, 2016, 28.
3
maupun dilingkungan sekitarnya.4 Literacy is about learning to read and write (text
and numbers) and also about reading, writing and counting to learn, and developing
these skills and using them effectively for meeting basic needs.5 Membaca, menulis
serta menghitung merupakan salah satu kegiatan atau aktifitas yang sangat penting
dalam hidup guna mengembangkan keterampilan dan dapat digunakan mereka
secara efektif untuk memenuhi kebutuhan dasar.
Membaca atau literasi bisa membawa kita ke impian masyarakat madani
kelak. Membaca ibarat menanam biji kepintaran, yang pada masa panen nanti
akan kita petik hasilnya. Bahkan, membaca merupakan Firman Allah SWT. dalam
surat Al-„Alaq.6 Firman Allah SWT:
Artinya: Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Mahamulia. Yang mengajar (manusia) dengan pena. Dia mengajarkan manusia apa yang
tidak diketahuinya.7
Yakni perintah membaca (Iqra‟) yang dilanjutkan dengan „mendidik
melalui literasi‟ („Allama Bil Qalam). Literasi adalah aktivitas seluruh otak,
membaca dan menulis adalah kegiatan linguistik.8 Sedangkan dalam kaitannya
4
Pangesti Wiedarti, dkk, Desain Induk Gerakan Literasi Sekolah, Jakarta: Dirjen. Pendidikan Dasar dan Menengah, Kemendikbud, 2016, 2.
5
Koichiro Matsuura, “Education for All Global Monitoring Report 2006”, France: Graphoprint, Chapter 6, 2005, 158.
6
Gol A Gong & Agus M. Irkham, Gempa Literasi dari Kampung untuk Nusantara, Cetakan pertama, Jakarta: KPG (Kepustakaan Populer Gramedia), 2012, 128.
7
Kementrian Agama RI. Al-qur‟an dan Terjemah, Jakarta: PT. Sinergi Pustaka Indonesia, 2012, 904.
8
dengan menulis, menulis membuat pikiran lebih tenang, semakin pandai
memahami, meningkatkan daya ingat, lebih mengenali dan mengendalikan diri.
Masyarakat Indonesia khususnya yang beragama Islam, kebanyakan dari
mereka menilai bahwa sekolah yang memiliki tanggung jawab penuh atas moral
dan perilaku peserta didik. Guru Agama akan dijadikan kambing hitam ketika ada
anak berkelahi, mencuri, dan tidak sopan santun. Kurangnya tingkat kesadaran
belajar atau memahami materi Agama Islam akibatnya tingkat pemahaman
mereka kurang sehingga mereka tidak melakukan kewajiban-kewajiban sebagai
seorang muslim seperti halnya Sholat, baca Al-Qur‟an, puasa dan lain sebagainya.
Oleh karena itu, penulis mencoba menerapkan program literasi berbasis
Pendidikan Agama Islam, berharap progam ini berdampak positif terhadap
meningkatnya religiusitas peserta didik di SMK Bhakti Nusantara Salatiga. Semua
itu tidak akan berjalan dengan baik tanpa campur tangan atau kebijakan dari
kepala sekolah. Fungsi utama kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan ialah
menciptakan situasi belajar mengajar sehingga guru-guru dapat mengajar dan
murid-murid dapat belajar dengan baik.9 Dari latar belakang tersebut maka penulis
menganggap penting untuk mengkaji lebih lanjut, sehingga menghasilkan
penelitian yang bermanfaat.
B. Rumusan dan Batasan Masalah
1. Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, serta mengingat
kemampuan, keterbatasan waktu, dan biaya maka penelitian ini dibatasi pada
9
kebijakan kepala sekolah tentang program literasi berbasis pendidikan Agama
Islam dan implementasinya dalam upaya meningkatkan religiusitas yang
mengarah pada tingkat pemahaman keagamaan peserta didik pada SMK Bhakti
Nusantara Salatiga Tahun Pelajaran 2016/2017.
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian maka penulis merumuskan
permasalahan sebagai berikut :
a. Bagaimana kebijakan kepala sekolah terhadap program literasi berbasis
Pendidikan Agama Islam di SMK Bhakti Nusantara Salatiga ?
b. Bagaimana implementasi program literasi berbasis Pendidikan Agama Islam di
SMK Bhakti Nusantara Salatiga?
c. Sejauhmana dampak program literasi berbasis Pendidikan Agama Islam dalam
upaya meningkatkan religiusitas yang mengarah pada tingkat pemahaman
keagamaan peserta didik di SMK Bhakti Nusantara Salatiga ?
C. Signifikansi Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan pada rumusan masalah diatas penulis memberikan gambaran apa
yang menjadi tujuan dari penelitian ini sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui kebijakan kepala sekolah terhadap program literasi berbasis
Pendidikan Agama Islam di SMK Bhakti Nusantara Salatiga.
b. Untuk mengetahui implementasi program literasi berbasis Pendidikan Agama
c. Untuk mengetahui dampak program literasi berbasis Pendidikan Agama Islam
dalam upaya meningkatkan religiusitas yang mengarah pada tingkat
pemahaman keagamaan peserta didik di SMK Bhakti Nusantara Salatiga.
2. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfa‟at secara teoritis yang
dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam memperkaya konsep-konsep,
teori-teori serta bertambahnya wawasan bagi dunia pendidikan. Sedangkan
manfaat praktisnya diharapkan dapat menyumbangkan pemikiran terhadap
pemecahan masalah orang tua, sekolah dan peneliti selanjutnya yang berkaitan
dengan masalah program literasi berbasis Pendidikan Agama Islam.
D. Kajian Pustaka
1. Penelitian Terdahulu
Fransiska Timoria Samosir pada penelitiannya tentang kemampuan literasi
informasi mahasiswa pascasarjana, yang bertujuan untuk melihat penguasaan
literasi informasi mahasiswa di dua pascasarjana yang berada pada bidang ilmu
perpustakaan dan informasi dengan menggunakan Empowering Eight.10
Widyaning Hapsari dalam penelitinya yang bertujuan untuk menguji
efektivitas program stimulasi literasi dalam meningkatkan aktivitas dan
kemampuan literasi pada anak usia prasekolah.11
10
Fransiska Timoria Samosir, “Kemampuan Literasi Informasi Mahasiswa Pascasarjana
(Studi Deskriptif Pascasarjana UGM dan UIN)”,Tesis, Pascasarjana UGM. 2014, 162.
11
Mutty Hariyati dalam penelitiannya tentang penerapan literasi informasi di
UK Petra Surabaya sudah dilaksanakan sejak 1994 sampai sekarang. Dalam
perjalanan penerapan LI tersebut, maka dipandang penting oleh peneliti untuk
melakukan penelitian tentang penguasaan ketrampilan literasi dengan
menggunakan model empowering eight.12
Meinia Prasyesti Kurniasari dalam penelitiannyayang berjudul Surabaya Kota
Literasi dalam Perspektif Analisis Wacana Kritis. Penelitian ini mengambil data
dari dua sudut pandang yaitu pemerintah sebagai penggagas dan pelaksana
program dan masyarakat sebagai obyek/sasaran program.13
Lisnawati Ruhaena dalam penelitiannya, bertujuan untuk menguji secara
empirik apakah penggunaan teknologi multimedia, rutinitas keluarga, keyakinan
holistik orang tua, dan aktivitas literasi di rumah dengan menjadi penentu
kemampuan literasi awal. Data dianalisis dengan mengunakan model
persamaan struktural (structural equation modeling).14
Dari beberapa hasil penelitian di atas, maka persamaan tesis ini adalah pada
salah satu variabel yang digunakan dalam membahas pokok permasalahan, yaitu
variabel literasi dan literasi yang digunakan kebanyakan adalah literasi informasi.
Sedangkan perbedaannya dengan penelitian ini adalah literasinya berbasis
Pendidikan Agama Islam dan pada kaitan pembahasan variabel literasi itu sendiri.
12 Mutty Hariyati, “keterampilan literasi informasi Dengan menggunakan model
Empowering eight: Studi pada Digital natives di perpustakaan universitas kristen petra surabaya”, Tesis, UIN Sunan Kalijaga, 2015, VII.
13
Meinia Prasyesti Kurniasari, “Surabaya Kota Literasi dalam Perspektif Analisis Wacana Kritis”, Tesis, Yogyakarta: Pascasarjana UGM. 2015, XI.
14
2. Kerangka Teori
Kurangnya pemahaman peserta didik terhadap Pendidikan Agama Islam ini
yang dimungkinkan menjadi salah satu penyebabnya. Oleh karena itu upaya untuk
meningkatkan pemahaman peserta didik yaitu dengan literasi di sekolah. Literasi
Sekolah dalam konteks GLS adalah kemampuan mengakses, memahami, dan
menggunakan sesuatu secara cerdas melalui berbagai aktivitas, antara lain
membaca, melihat, menyimak, menulis, dan/ atau berbicara.15 Sedangkan sekolah
adalah lembaga yang bersifat komplek dan unik. Bersifat komplek karena sekolah
sebagai organisasi di dalamnya terdapat berbagai dimensi yang satu sama lain
saling berkaitan dan saling menentukan. Sekolah memiliki karakter tersendiri,
dimana terjadi proses belajar mengajar, tempat terselenggaranya pembudayaan
kehidupan umat manusia.16
Dalam bukunya Forest Woody Horton disebutkan “If and when an individual,
normally through formal schooling, but sometimes through non-formal school, or being taught at home, acquires these basic skills and competen-cies, they are said to be
“literate.” Thus, the term “literacy” is still most commonly used to refer to the
acquisition of the basic competencies of reading, writing, and numeracy”.17 Jika
seseorang mengenyam pendidikan formal atau non formal atau belajar dirumah,
memperoleh ketrampilan dan kempetensi dasar, maka meraka akan dikatakan “seorang yang terpelajar”. Jadi istilah “literasi” masih yang paling umumnya digunakan untuk
merujuk pada perolehan kompetensi dasar membaca, menulis, dan berhitung.
Begitu besar manfaat literasi bagi dunia pendidikan sehingga pemerintah
membuat program Gerakan Literasi Sekolah yang berisi Kegiatan wajib yaitu
menggunakan 15 menit sebelum hari pembelajaran untuk membaca buku selain
15
Pratiwi Retnaningdyah. Dkk, Panduan Gerakan Literasi Sekolah di Sekolah Menengah Pertama, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Pertama. Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Kemendikbud, 2016, 2.
16
Wahjosumidjo, Kepemimpinan kepala Sekolah, Tinjauan Teoritik dan Permasalahannya, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007, 81.
17
buku mata pelajaran (setiap hari).18 Mengacu pada program literasi tersebut maka penelitian ini lebih pada literasi berbasis pendidikan agama Islam. Menurut
Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 2 Tahun 1989 pasal 39, Bab IX,
Pendidikan Agama diartikan sebagai usaha untuk memperkuat iman dan
ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan agama yang dianut oleh
peserta didik yang bersangkutan dengan memperhatikan tuntutan untuk
menghormati agama lain dalam hubungan kerukunan antar umat beragama dalam
masyarakat. Sedangkan istilah Pendidikan Agama Islam adalah usaha yang
diarahkan pada pembentukan kepribadian seseorang sesuai dengan ajaran islam
serta tanggung jawab sesuai dengan nilai-nilai islam pula.19
Jadi Literasi Berbasis PAI adalah kegiatan membaca serta menulis yang di
dalamnya memuat pelajaran atau ilmu keagamaan guna bimbingan jasmani dan
rohani yang berlandaskan ajaran Islam dan dilakukan dengan kesadaran untuk
mengembangkan potensi anak menuju perkembangan yang lebih religius.
Selanjutnya kata keagamaan berasal dari kata agama yang berarti ajaran,
sistem yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan
Yang Maha Kuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia
dengan manusia dan lingkungannya.20 Agama dalam kamus besar bahasa arab
berarti “diin” yang berarti tunduk, patuh, balasan dan beragama.21
18
Anies Baswedan, Salinan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2015 Tentang Penumbuhan Budi Pekerti, Jakarta: Kemendikbud, 2106, 7.
19
Zuhairin, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 1995, 29.
20
Zakiah Daradjat, Kesehatan Mental, Jakarta: Gunung Agung, 2001 ,122.
21
Quarisy Shihab juga berpendapat bahwa Agama adalah hubungan antara
makhluk dan khalik_Nya. Hubungan ini terwujud dalam sikap batinnya serta
nampak dalam ibadah yang dilakukannya dan bercermin pula dalam sikap
kesehariannya.22Jadi perilaku keagamaan etika atau sikap hubungan dengan
lingkungan dan Sang Pencipta yang dijadikan sebagai sandaran hati serta batinnya
agar jiwanya selalu bersih dan terarah ke jalan yang benar sesuai dengan
norma-norma Agama yang memiliki sifat-sifat kemuliaan, memiliki sikap pengabdian
yang tulus menjalankan segala perintahNya dan menjauhi segala laranganNya.
Kegiatan literasi diatas merupakan tanggung jawab pemerintah, warga
sekolah dan orang tua. Dalam kontek sekolah yang berperan adalah peserta didik,
pendidik, tenaga kependidikan dan kepala sekolah. Berbagai cara diantaranya
membudayakan membaca buku yang berkaitan dengan Agama Islam sebelum
pelajaran PAI dimulai, memberikan target kepada peserta didik muslim untuk
menyelesaikan 1 buku bacaan dalam 1 minggu, setelah itu saling tukar fikiran
atau berdiskusi tentang apa yang dibacanya tersebut secara bergantian diluar
pelajaran PAI dan menulis apa inti dari yang mereka baca, sehingga seiring
berjalanya program ini mereka diharapkan mulai suka budaya literasi sehinga
tingkat pemahaman mereka tentang agama meningkat dan berdampak baik
terhadap religiusitas peserta didik di SMK BN Salatiga yang nantinya mereka
malaksanakan kewajiban sebagai seorang muslim meliputi kegiatan keagamaan
seperti sholat wajib, sholat sunnah, puasa, membaca Al-Qur‟an, dan sikap atau
etika dengan warga sekolah.
22
E. Metode Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research), yang bersifat
deskriptif kualitatif yang digunakan sebagai prosedur penelitian yang
menghasilkan temuan-temuan dari observasi dan deskripsi berupa kata-kata
tertulis atau lisan dari orang-orang dan penerapan program. Observasi yaitu
dengan memperhatikan sesuatu dengan menggunakan mata. Serta dokumentasi
yaitu dengan meneliti benda-benda tertulis seperti buku-buku, dokumen,
peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan harian, dan sebagainya.23 Pemilihan
informan untuk kebutuhan wawancara dengan cara purposive sampling ini karena
peneliti menganggap bahwa informan yang diambil tersebut memiliki informasi
yang diperlukan bagi penelitian. Subjek dalam penelitian ini adalah Kepala
Sekolah, Guru dan peserta didik di SMK Bhakti Nusantara Salatiga Tahun
Pelajaran 2016/2017.
Penyajikan dan analisa data menggunakan uraian secara verbal dan
kualifikasinya bersifat tulisan bukan berupa data angka atau data statistik. Untuk
menganalisis data dalam tesis ini, penulis menggunakan beberapa metode, yaitu
metode deskriptif dan analisis yaitu perumusan filsafat tersembunyi
dideskripsikan sehingga terus menerus ada referensi dan penanganan terhadap
objek ilmiah tertentu dengan memilah antara pengertian yang satu dengan
pengertian lain untuk menghasilkan pengertian yang baru.
23
F. Sistematika Penulisan
Bab I Pendahuluan, meliputi latar belakang masalah, rumusan dan batasan
masalah, signifikansi penelitian, kajian pustaka, kerangka teori, metode penelitian
dan sistematika penulisan.
Bab II Kebijakan kepala sekolah, meliputi profil sekolah, pengertian, dan
kebijakan kepala sekolah.
Bab III Implementasi program literasi berbasis PAI, meliputi: 1. Pelaksanaan
yang didalamnya terdapat beberapa kegiatan yaitu membaca 15 menit, satu buku
satu buku (One Book One Week), Literasi komputer, menuliskan intisari bacaan,
berdiskusi dan presentasi. 2. Evaluasi pelaksanaan program.
Bab IV Dampak program literasi berbasis Pendidikan Agama Islam dalam
upaya meningkatkan religiusitas peserta didik, meliputi meningkatkan
pemahaman Pendidikan Agama Islam, meningkatkan kompetensi baca tulis Al-Qur‟an, meningkatkan kompetensi ibadah wajib, meningkatnya semangat literasi
pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam.
Bab V Penutup, meliputi kesimpulan dari hasil penelitian yang mengacu pada
jawaban dari rumusan masalah dan tujuan penelitian. Penulis juga menyampaikan
saran atau rekomendasi kepada pihak terkait.
Selanjutnya yaitu lampiran yang meliputi: uraian hasil wawancara, uraian
hasil pengamatan dan dokumentasi yang berkitan dengan implementasi program
13 BAB II
KEBIJAKAN KEPALA SEKOLAH A. Profil Sekolah
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Bhakti Nusantara Salatiga terletak di
jalan Argosari No.25 Randuacir Kecamatan Argomulyo Kota Salatiga, yang
berdiri pada tahun 2014 dibawah naungan Yayasan Bhakti Nusantara Salatiga
yang berdiri sejak 2004. Jumlah peserta didik di SMK Bhakti Nusantara sampai
sekarang berjumlah 147 yang terdiri dari kelas X, XI dan XII dan memiliki 4 jurusan yaitu 1. Keperawatan, 2. Farmasi, 3. Perbankan Syari‟ah dan 4. Tehnik
Sepeda Motor dan Otomotif. Mayoritas Agama dari keseluruhan mereka kira-kira
85 % adalah beragama Islam dan sebagian yang lainnya beragama Kristen dan
Katolik.
SMK Bhakti Nusantara Salatiga memiliki peserta didik berdomisili di sekitar
kota Salatiga dan Kabupaten Semarang. Peserta didik rata-rata berekonomi
golongan menengah kebawah. Pekerjan orang tua peserta didik antara lain adalah
petani, buruh, wiraswasta dan sebagiannya lagi adalah Pegawai.
Struktur Organisasi SMK Bhakti Nusantara Salatiga yaitu dipimpin oleh
kepala sekolah yang merupakan seorang pensiunan PNS, sementara dalam
pelaksanaanya dibantu oleh dua wakil kepala sekolah yaitu urusuan kurikulum
dan kesiswaan yang merangkap hubungan masyarakat dan industri. Beberapa guru
di perbantukan di bagian urusan kurikulum, kesiswaan dan hubungan industri
sebagai staff. Dibagian tata usaha dikelola oleh tiga orang pegawai dan beberapa
Tabel II
Struktur Organisasi SMK BN Salatiga
Pendididikan formal tenaga kependidikan di lingkungan SMK BN Salatiga
khusunya Guru adalah Sarjana yang terdiri dari beberapa bagian sarjana yaitu
Magister (S2) dan Sarjana (S1) yang mayoritasnya adalah dibidang pendidikan
dan sebagian lagi non pendidikan. Sedangkan dibagian tata usaha (TU) adalah
lulusan diploma (DIII), tenaga kebersihan dan penjaga sekolah adalah lulusan
B. Pengertian Kebijakan Kepala Sekolah
Penanaman nilai-nilai pengetahuan agama tentunya harus dibarengi dengan
pemahaman yang utuh dan integral. Dan pemahaman agama hanya bisa didapat
dan dilakukan melalui pendidikan baik secara formal maupun tidak formal. Guru
pendidikan Agama Islam harus mampu menjadi pendidik yang kreatif dan
profesional yang mampu menciptakan intelektual muslim yang berkarakter baik.
Berkaitan dengan hal tersebut penulis mencoba mengimplementasikan program
literasi berbasis pendidikan Agama Islam dalam upaya meningkatkan religiusitas
peserta didik di SMK Bhakti Nusantara Salatiga. akan tetapi semuanya itu tidak
akan berjalan dengan lancar dan mudah tanpa campur tangan beberapa pihak
seperti Kepala Sekolah, Karyawan, Guru dan Peserta didik. Campur tangan kepala
sekolah meliputi kebijakan mengenai program tersebut, memonitoring serta
mengevaluasi program literasi berbasis PAI tersebut.
Menurut Indra fachrudi sebagai penulis buku kebijaksanaan pendidikan di
Indonesia mengatakan bahwa kebijakan adalah wisdom. Sedangkan kebijaksanaan
adalah policy.24 Kebijakan berarti kepandaian; kemahiran; kebijaksanaan;
Rangkaian konsep dan asas yg menjadi garis besar dan dasar rencana dalam
pelaksanaan suatu pekerjaan, kepemimpinan, dan cara bertindak dalam usaha
mencapai sasaran, garis haluan.
Sedangkan kebijaksanaan (policy) adalah aturan-aturan yang semestinya dan
harus diikuti tanpa pandang bulu, mengikat kepada siapapun yang dimaksud
untuk diikat oleh kebijaksanaan tersebut. Menurut Gamage dan Pang kebijakan
24
adalah terdiri dari pernyataan tentang sasaran dan satu atau lebih pedoman yang
luas untuk mencapai sasaran tersebut sehingga dapat dicapai yang dilaksanakan
bersama dan memberikan kerangka kerja bagi pelaksanaan program.25
Dengan demikian kebijakan merupakan pertimbangan akal atau sebuah
keputusan untuk menjalankan sebuh program atau kegiatan yang dikeluarkan dari
seorang pimpinan atau leader di sebuah instansi atau sebuah perusahaan. Segala
bentuk kegiatan yang dilakukan perusahaan atau instansi diketahui oleh pimpinan,
begitu juga di lingkungan pendidikan atau disekolah diketahui oleh kepala sekolah
dan di sampaikan berupa kebijakan-kebijakan yang berkaitan dengan pendidikan
seperti implementasi program-program, kegiatan pembelajaran diluar kelas dan di
dalam sekolah.
Jadi seorang kepala sekolah harus memberikan kebijakan-kebijakan
pendidikan guna memperlancar kegiatan dan kemajuan sekolah itu sendiri, sesuai
dengan kebijakan tersebut. Menurut Syafaruddin, dalam suatu kebijakan
pendidikan terdapat tiga tahap kebijakan yaitu: formulasi, implementasi dan
evaluasi. Kepala sekolah sebagai petugas yang profesional dituntut untuk
memformulasikan, mengimplementasikan dan mengevaluasi dari kebijakan
pendidikan tersebut.26
Kebijakan pembelajaran dikendalikan oleh kepala sekolah. Kebijakan
pembelajaran ini seperti: mengelaborasi kurikulum menjadi bahan ajar pada setiap
mata pelajaran, menyediakan kelengkapan pengajaran, menyiapkan ruang kelas
25
Syafaruddin, Efektifitas Kebijakan Pendidikan Konsep, Strategi dan Aplikasi Kebijakan Menuju Organisasi Sekolah Efektif , Jakarta: Rinekacipta: 2008, 75.
26
yang layak dan nyaman dipakai, melakukan supervisi kepada guru dan membina
pertumbuhan jabatan melalui pelatihan yang sesuai dengan kebutuhan.
Tugas utama pemimpin adalah pengambilan keputusan yang dilakukan secara
rasional (efektif dan efisien)27 oleh kepala madrasah. Pertimbangan keputusan
tersebut harus dilihat dari: tujuan organisasi, sumber daya yang ada, informasi
yang lengkap tentang fungsi system kerja, pengalokasian sumber dana didasarkan
pada prioritas dan harus memahami pengelolaan dana.28
Oleh karena itu, sekolah diperlukan seorang pemimpin yang efektif dalam
penentuan kebijakan dalam pendidikan. Kepemimpinan yang efektif adalah
kepemimpinan yang mampu menumbuhkan dan mengembangkan usaha
kerjasama serta memelihara iklim yang kondusif dalam kehidupan organisasi.
C. Kebijakan Kepala Sekolah
Kebijakan Kepala Sekolah SMK Bhakti Nusantara Salatiga yang pertama
berkaitan dengan pembuatan atau perumusan kebijakan dalam pendidikan.
Berikut adalah tahap-tahap dalam proses pembuatan atau perumusan kebijakan
melalui wawancara dengan Kepala Sekolah yang berkaitan dengan literasi
27
Efektif mengandung pengertian sebagai pencapaian tujuan secara tepat atau memilih tujuan yang tepat dari serangkaian alternatif, membuat keputusan yang tepat dan sukses dalam mengimplementasikannya, melakukan hal yang tepat, dengan tepat, di waktu yang tepat.sedangkan Efisien mengandung pengertian sebagai penggunaan sumber daya minimal untuk menghasilkan output dengan volume yang diharapkan (hasil yang optimum), menggunakan sumber daya secara bijak dan hemat, pengoperasian dengan sesuai sehingga tidak ada sumber daya yang terbuang. https://web.facebook.com/notes/moch-diki-widianto/pengertian-efektif-dan-efisien-pengantar-manajemen/235032016656991/?_rdr.
28
berbasis pendidikan Agama Islam dalam upaya meningkatkan religiusitas peserta
didik di SMK Bhakti Nusantara Salatiga 29:
1. Penyusunan masalahnya adalah Pemahaman tentang Agama Islam kurang
sehingga mereka tidak melakukan pembiasaan ibadah seperti membaca Al-Qur‟an, sholat wajib, puasa, dan lainya.
2. Alternatif untuk mengatasi masalah yaitu dengan mencoba
mengimplementasikan program literasi berbasis PAI di SMK Bhakti
Nusantara Salatiga kelas XI semua jurusan.
3. Pelaksanan Program literasi berbasis PAI dengan berbagai strategi antara lain
membaca buku yang berkaitan dengan Agama Islam 15 menit di awal
pembelajaran PAI, penugasan dengan target membaca buku Agama Islam
satu buku satu minggu di rumah, merangkum atau menuliskan inti dari
bacaan yang telah dibaca, berdiskusi dan mempresentasikan.
4. Keterlibatan pelaksanaan program literasi berbasis PAI yaitu kepala sekolah,
perpustakaan, peserta didik, Guru dan warga sekolah.
5. Tujuan dari program literasi berbasis PAI yaitu meningkatnya religiusitas
yang mengarah pada pemahaman Agama Islam peserta didik di SMK Bhakti
Nusantara Salatiga.
6. Kebijakan yang diberikan oleh kepala sekolah terhadap implementasi
program literasi berbasis PAI ini antara lain:
29
a. Ijin Pelaksanaan
Program literasi berbasis PAI ini disetujui dan diberikan ijin oleh kepala
sekolah untuk melaksanakan program ini pada semester satu yaitu antara
bulan Juli sampai dengan Desember Tahun 2016 atau berakhirnya
semester satu Tahun Pelajaran 2016/2017.
b. Dukungan Pihak Sekolah
Program ini dalam pelaksanaannya mendapatkan dukungan penuh dari
kepala sekolah berupa sarana prasarana yang diperlukan guna
memperlancar kegiatan tersebut seperti perpustakaan, laboratorium
komputer, internet atau wifi gratis, ruangan, dan waktu di luar jam
pembelajaran.
c. Monitoring.
Monitoring pelaksanaan kegiatan ini dimulai dari persiapan, pelaksanaan
dan evaluasi. Monitoring ini pada prinsipnya adalah cara yang
dilaksanakan oleh kepala sekolah agar sebuah kebijakan yang diberikan
tersebut dapat berjalan dengan baik dan mencapai tujuan yang
diharapkan.
Jadi kegiatan diatas merupakan tahapan kebijakan yang diberikan Kepala
SMK Bhakti Nusantara Salatiga terhadap iplementasi program literasi berbasis
PAI tersebut dan harapan kepala sekolah kepada peneliti yaitu selalu
berkomunikasi dengan berbagai pihak demi terwujudnya program literasi berbasis
PAI ini dalam upaya meningkatkan religiusitas peserta didik di SMK Bhakti
Pengawasan dan bimbingan dari kepala sekolah terhadap perencanaan dan
pelaksanaan program literasi berbasis Pendidikan Agama Islam dalam upaya
meningkatkan religiusitas peserta didik ini sangat dibutuhkan guna tercapainya
tujuan dari implementasi program tersebut. pada akhirnya nanti akan dilakukan
evaluasi guna memberikan informasi tentang implementasi program,
mengidentifikasikan tingkat keberhasilan pelaksanaan, sehingga dapat diketahui
sejauh mana pelaksanaan tersebut telah tercapai. Apakah program tersebut
berjalan dengan baik atau sebaliknya dan dari situ kepala sekolah akan mengambil
21 BAB III
IMPLEMENTASI PROGRAM LITERASI BERBASIS PAI A. Implementasi Program
Progam literasi berbasis PAI ini merupakan sebuah gagasan peneliti yang
sebagian hampir sama dengan program KEMENDIKBUD No. 23 Tahun 2015
tentang literasi sekolah. Program literasi berbasis pendidikan Agama Islam ini
mulai dilaksanakan semester satu pada bulan Juli 2016. Bermula dari pengamatan
peneliti tentang banyaknya peserta didik yang tidak melakukan ibadah wajib.
Peserta didik justru menggunakan waktu ISHOMA (istirahat, sholat dan makan)
tersebut hanya untuk makan dan bermain. Peserta didik juga kurang memahami
Ilmu Agama Islam dan belum mengetahui apa yang menjadi kewajiban sebagai
seorang muslim. Kebanyakan dari peserta didik hanya mengaku beragama Islam
namun tidak pernah melaksanakan perintah Allah atau melaksanakan kewajiban
sebagai muslim dengan baik.
Berdasarkan keprihatinan tersebut, peneliti berupaya untuk melakukan
peningkatan nilai-nilai Pendidikan Agama Islam pada peserta didik melalui
program literasi berbasis Pendidikan Agama Islam. Program ini diterapkan pada peserta didik kelas XI keperawatan, farmasi, dan perbankan syari‟ah. Melalui
program ini, diharapkan dapat memberikan dampak yang baik untuk peserta didik,
sehingga nantinya dapat diterapkan pada semua siswa baik kelas X, XI, dan XII.
Dampak tersebut berupa peningkatan pemahaman ilmu keagamaan Islam, seperti
tata cara sholat, zakat, puasa, haji, shodaqoh, fiqih, dan lain sebagainya sehingga
mereka sebagai seorang muslim. Diharapkan siswa juga dapat mengamalkan
ilmu-ilmu yang sudah diperoleh dengan baik sehingga ibadah yang mereka
lakukan sesuai dengan syariat Islam.
Beberapa metode atau strategi yang peneliti implementasikan dalam upaya
meningkatkan religiusitas yang mengarah pada tingkat pemahaman keagamaan
peserta didik di SMK Bhakti Nusantara Salatiga antara lain: 1. Membaca 15
menit, 2. Satu buku satu minggu (One Book One Week), 3. Literasi komputer, 4.
Menuliskan intisari bacaan, 5. Berdiskusi dan Presentasi.
Setelah program dijalankan kurang lebih satu semester, akan dilakukan
evaluasi yang bertujuan untuk mengetahui sejauhmana, bagaimana, kendala, serta
dampak dari program yang dilakukan oleh peneliti.
1. Membaca 15 Menit
Kegiatan membaca 15 menit di awal Pembelajaran PAI ini merupakan suatu
kegiatan atau proses kognitif yang berupaya untuk menemukan berbagai
informasi yang terdapat dalam tulisan. Hal ini berarti membaca merupakan proses
berfikir untuk memahami isi teks yang dibaca. Menurut Dalman membaca bukan
hanya sekedar melihat kumpulan huruf yang telah membentuk kata, kelompok
kata, kalimat, paragraf, dan wacana saja, tetapi lebih dari itu bahwa membaca
merupakan kegiatan memahami dan menginterpretasikan lambang/tanda/tulisan
yang bermakna sehingga pesan yang disampaikan penulis dapat diterima oleh
pembaca.30
30
Penulis sedikit memodifikasi program dari Kemendikbud tentang literasi
sekolah yang bersifat umum tersebut menjadi program literasi berbasis PAI.
Kegiatan ini dilakukan dengan membaca buku dalam hati selama 15 menit pada
awal pelajaran PAI. Buku yang dibaca meliputi buku fiqih, tauhid, tata cara
Sholat, tajwid, baca tulis Al-Qur‟an, do‟a sehari-hari, aqidah, akhlaq dan lain-lain.
Buku tersebut sebagian tersedia di perpustakaan sekolah dan sebagian lagi adalah
buku peserta didik, membawa satu buku dari rumah yang berkaitan dengan
Pendidikan Agama Islam.
Kegiatan membaca ini memang hanya dalam waktu yang pendek, namun
ketika sering dan berkala dilaksanakan terbukti lebih efektif daripada membaca
lebih lama, namun jarang. Kunci keberhasilan kegiatan ini adalah pada
keberlangsungan dan frekuensi kegiatan, bukan pada jumlah jam dan menit
membaca. Kegiatan membaca yang dilakukan secara istiqomah, mampu
menumbuhkan kebiasaan membaca.
Jadi sesuatu yang dilakukan secara terus-menerus akan cepat membekas dan
lebih cepat dipahami meskipun hanya dilakukan atau dengan sedikit demi sedikit.
Akan sangat berbeda ketika bacaan itu diselesaikan dengan cepat dan mungkin
diselesaikan hanya beberapa jam, maka bisa dipastikan bahwa tingkat pemahaman
mereka pasti akan kurang. Ditambah lagi dengan jam pelajaran PAI dalam satu
minggu hanyalah dua jam pelajaran, maka kegiatan 15 menit membaca di awal
pelajaran PAI tidak bisa dilakukan setiap hari.
Agar kegiatan membaca dapat dilakukan setiap hari, peserta didik diberikan
buku-buku yang berkaitan dengan Pendidikan Agama Islam. Hal-hal yang belum
dipahami, ditanyakan sekaligus didiskusikan dengan guru Agama Islam pada saat
pelajaran atau diluar jam pelajaran seperti jam istirahat dan setelah proses belajar
mengajar selesai.
2. Satu Buku Satu Minggu
Satu Buku Satu Minggu (One Book One Week) adalah kegiatan membaca satu
buku dalam satu minggu. Kegiatan tersebut untuk menunjang program literasi
sebagai peningkatan nilai Agama, pada praktiknya peserta didik diberikan tugas
membaca buku yang berkaitan dengan PAI. Peserta didik dihimbau untuk
menyelesaikan membaca satu buku dalam satu minggu yang dilakukan di rumah.
Setiap peserta didik diminta untuk memberikan tanggapan atau menyampaikan
inti atau kesimpulan dari apa yang telah mereka baca dan tagihan dalam betuk
tulisan, tergantung tema yang ditetapkan, jika materi tema itu berkaitan dengan
materi ajar maka anak ada tagihan menjelaskan dan menulis. Seperti halnya tugas
mencari Ayat Al-Qur‟an yang berkaitan dengan materi, menulis dan mencari
hukum bacaan tajwid dalam ayat tersebut.
Tujuan daripada program ini yaitu untuk meminimalisir peserta didik untuk
melakukan hal-hal yang kurang bermanfaat, seperti halnya bermain HP, menonton
TV, atau mungkin tidak ada kegiatan sama sekali. Selain itu, mengajarkan kepada
anak tentang tanggung jawab meskipun tidak ada yang mengawasi tetapi mereka
melaksanakan tugas tersebut.
Kegiatan ini mungkin jarang dilakukan di sekolah, biasanya guru hanya
soal-soal dari mata pelajaran yang diajarkan saja. Oleh karena itu, peneliti
mencoba menerapkan program tugas membaca satu buku satu minggu tersebut.
Anak kemungkinkan tidak bosan ketika yang dibacanya tersebut sesuai pilihan
mereka, akan tetapi tetap harus ada kaitannya dengan Pendidikan Agama Islam.
3. Literasi Komputer
Literasi komputer atau e-literasi adalah kegiatan membaca, mencari informasi
dengan menggunakan komputer dan alat elektronik yang terhubung langsung
dengan internet atau tidak langsung. Seperti halnya yang dicanangkan oleh
Direktorat Pembinaan SMK juga mengimplementasikan program Literasi
Komputer dengan menyebutnya sebagai literasi digital atau e-literasi, yaitu
kegiatan literasi yang berbasis elektronik/komputer.31
Pada kegiatan ini, sekolah menyediakan fasilitas internet gratis kepada
peserta didik. Mereka dapat mengakses internet kapan pun, dengan komputer,
laptop, handphone atau smartphone. peserta didik dapat dengan mudah dan cepat
mencari informasi-informasi dan tidak perlu mencari buku-buku diperpustakan
apabila mereka saat itu butuh rujukan lain atau mengerjakan tugas Pendidikan
Agama Islam.
Menurut Brian Wright beberapa hal yang bisa didapatkan dari kegiatan
literasi digital adalah seperti pada gambar sebagai berikut 32:
31
Nur Widyani, dkk, Panduan Gerakan Literasi Sekolah di Sekolah Menengah Kejuruan, Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2016, 11.
32
Tabel 3
Top 10 Benefits of Digital Literacy: Why You Should Care About Technology - Brian Wright (2015)
Dari keterangan gambar diatas tersebut adalah : (1) menghemat waktu, (2)
belajar lebih cepat, (3) menghemat uang, (4) membuat lebih aman, (5) selalu
memperoleh informasi terkini, (6) selalu terhubung, (7) keputusan yang lebih
baik, (8) dapat membuat anda bekerja, (9) membuat lebih bahagia, (10)
E-literasi ini sangat banyak manfaatnya, dari segi ekonomi lebih hemat,
efisien, dan mudah didapat. Dengan e-literasi ini, mereka dapat lebih mandiri
tanpa harus menyuruh mereka ke perpustakaan. Mereka dapat mencari materi dan
selanjutnya bisa mendownload buku-buku Islami (e-book Islam) seperti tata cara
Sholat, hukum-hukum fiqih, tajwid, do‟a sehari-hari, artikel, gambar, blog dan
informasi-informasi yang berkaitan dengan Pendidikan Agama Islam yang
kemudian bisa di simpan di alat elektronik mereka sehingga mereka mudah ketika
membaca kapan pun dan dimana pun.
Mereka tidak perlu membawa buku-buku tebal kemana-mana ketika ingin
mengisi waktu luang atau waktu kosong untuk membaca ilmu-ilmu Agama Islam,
mereka hanya perlu membuka dokumen yang telah didownload dari laptop atau
handphone.
4. Menuliskan Intisari Bacaan
Membuat ringkasan atau merangkum intisari buku bacaan Pendidikan Agama
Islam. Rangkuman atau ringkasan dapat diartikan sebagai hasil merangkai atau
menyatukan pokok-pokok pembicaraan atau tulisan yang terpencar dalam bentuk
pokok-pokoknya saja yang terdapat dalam penugasan One Book One Week.
Merangkum atau meringkas bacaan Pendidikan Agama Islam ini bertujuan
untuk menguji kemampuan penulis dalam menemukan pokok-pokok
permasalahan yang ditemukan dalam bacaan yang dituangkan dalam sebuah
tulisan, kemudian menyusun kembali dalam sebuah tulisan yang lebih ringkas.
Semisal mereka membaca buku dengan judul 40 Manfaat Shalat Berjama‟ah
(pamer amal) karya Ust. Maftuh Ahnan dan Ustdz. Lailatus Sa‟adah, S.Pd.I,
Meraih Pahala Besar dengan Amalan Ringan karya Muhammad Khair Yusuf .
Dari buku yang dibacanya tersebut, mereka meringkas pokok/inti bahasan yang
terdapat didalamnya.
5. Berdiskusi dan Presentasi
Berdiskusi merupakan sebuah interaksi komunikasi antara dua orang atau
lebih. Biasanya komunikasi antara mereka berupa salah satu ilmu atau
pengetahuan dasar yang akhirnya akan memberikan rasa pemahaman yang baik
dan benar.
Guru memberikan tugas kepada peserta didik dengan cara berkelompok
sesuai dengan tema atau materi Pendidikan Agama Islam dalam satu atau dua
semester. Mereka diminta untuk membuat semacam makalah yang kemudian
didiskusikan saling bertukar pendapat tentang apa yang akan disampaikan ketika
presentasi nanti. Mereka akan terbagi dengan tugas yang telah dibagi. Ada
seorang notulen, pemateri, dan moderator. Dari hasil yang telah dipresentasikan,
peserta atau peserta didik lain (audiens) diperbolehkan ikut menjawab pertanyaan
yang diajukan.
presentasi ini merupakan sebuah kegiatan menyampaikan atau berbicara
tentang materi Pendidikan Agama Islam di depan umum atau orang banyak
dengan berupaya membuat orang lain tersebut paham dan tertarik dengan materi
Agama Islam yang disampaikan. Harapanya kegiatan ini dapat melatih mental,
pendapat orang lain dan yang paling penting mereka akan lebih mudah paham
tentang Agama Islam.
B. Evaluasi Implementasi Program
Setelah peneliti mengimplementasikan program literasi berbasis Pendidikan
Agama Islam dalam upaya meningkatkan religiusitas peserta didik di SMK Bhakti
Nusantara Salatiga selama kurang lebih empat bulan, pastinya terdapat beberapa
kekurangan atau kendala dalam pelaksanaan program tersebut yang perlu peneliti
sampaikan dengan tujuan agar kedepan dapat direncanakan dan implementasikan
dengan lebih baik lagi.
Adapun kekurangan atau kendala dalam penelitian ini antara lain:
1. Kurangnya waktu mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dalam satu
minggu yang hanya dua jam pelajaran dikarenakan masih menggunakan
kurikulum 2006.
2. Belum dilaksakannya program literasi sekolah yang dicanangkan oleh
Kemendikbud di SMK Bhakti Nusantara Salatiga sehingga dalam
implementasi program literasi berbasis PAI ini masih bisa dibilang awal dan
belum begitu optimal. Hal ini dikarenakan program literasi awal dan masih
banyak dari warga sekolah yang belum paham betul dengan program literasi
itu sendiri, meskipun beberapa kali sudah diinformasikan dan dijelaskan
kepada mereka oleh peneliti.
3. Kurangnya antusias dan semangat dari Bapak Ibu guru SMK Bhakti
pembahasannya pun hanya berkaitan dengan mata pelajaran Pendidikan
Agama Islam.
4. Minat dari peserta didik kurang, hal ini dikarenakan mereka yang awalnya
kurang begitu senang dengan membaca buku atau mengunakan internet untuk
mencari sumber atau materi atau tidak terbiasa dengan kegiatan literasi,
mereka harus menyelesaikan bacaan dan tulisan yang ditugaskan oleh peneliti
kepeda peserta didik.
5. Peserta didik merasa bahwa, mereka terlalu banyak tugas khususnya mata
pelajaran Pendidikan Agama Islam dan ditambah lagi dengan pekerjaan
rumah yang diberikan oleh Guru pada mata pelajaran lain.
6. Selain itu ketika kegiatan atau program ini dilakukan diluar jam pelajaran,
semisal setelah proses pembelajaran selesai, mereka cenderung lekas pulang
atau mengikuti ekstra lain. Sehingga dalam pelaksanaan di luar jam pelejaran
hanya diikuti beberapa peserta didik saja yang memang sudah nyaman dan
senang dengan kegiatan literasi berbasis Pendidikan Agama Islam tersebut
tanpa ada paksaaan.
7. Kurang intensnya peneliti dalam mendampingi peserta didik dalam
pelakasanaan program literasi tersebut, dikarenakan peneliti juga sebagai
Guru Pendidikan Agama Islam yang merangkap sebagai wakil kepala sekolah
bidang kesiswaan, hubungan masyarakat dan hubungan industri di SMK
Beberapa hal di atas yang menjadi kendala dan kekurangan dalam penelitian
ini, harapan peneliti dan kepala sekolah juga menyampaikan bahwa, perlunya
perencanaan yang lebih matang, program literasi yang sifatnya menyeluruh dan
betul-betul dijalankan oleh seluruh warga sekolah dengan diterbitkannya SK
Kepala Sekolah, dan perlunya program ini dikemas dengan yang lebih efektif dan
efisien.
Program ini juga memberikan dampak yang posistif kepada peserta didik
dalam meningkatkan religiusitas yang mengarah pada pemahaman keagamaan
Islam peserta didik. meskipun program ini belum memberikan dampak yang
signifikan dalam meningkatnya religiusitas peserta didik di SMK Bhakti
32 BAB IV
DAMPAK PROGRAM LITERASI BERBASIS PAI DALAM UPAYA MENINGKATKAN RELIGIUSITAS PESERTA DIDIK
A. Meningkatkan Pemahaman Pendidikan Agama Islam
Sasaran program literasi berbasis Pendidikan Agama Islam adalah
meningkatnya pemahaman terhadap Agama Islam pada peserta didik di SMK
Bhakti Nusantara. Pada umumnya, peserta didik yang beragama Islam
dikarenakan faktor keturunan dari orang tuanya, atau bisa dikatakan Islam
abangan. Banyak dari peserta didik yang kurang sadar akan pentingnya
pendidikan agama untuk kehidupan di dunia maupun di akhirat karena orang tua
mereka juga tidak begitu paham dan tidak memperhatikan Pendidikan Agama.
Berdasarkan pengamatan dan wawancara kepada peserta didik, peneliti bertanya kepada peserta didik. “Apakah anda sebagai seorang muslim melakukan
kewajiban sholat lima waktu dan membaca Al-Qur‟an?, NM menjawab jarang
sekali melaksanakannya karena tidak bisa dan orang tua juga jarang beribadah.33
Orang tua mereka kurang memperhatikan Pendidikan Agama untuk
anak-anaknya. NGN menyampaikan bahwa orang tuanya justru lebih khawatir ketika
anaknya dalam pelajaran Bahasa Inggris mendapatkan nilai rendah dan segera
mencari guru les prifat agar nilai Bahasa Inggrisnya meningkat. Akan tetapi, jika
nilai pelajaran Agama Islam rendah, orang tuanya hanya santai-santai saja.34
Rendahnya kesadaran tentang pentingnya pendidikan Agama Islam ini disebabkan
karena antara orang tua dan peserta didik tidak begitu paham sehingga mereka
33
Wawancara, Literasi PAI, NM, hari Kamis 10/11/2016, lampiran 3 No 3.
34
tidak melakukan apa yang menjadi kewajiban sebagai seorang muslim seperti
Sholat wajib, Puasa Ramadhan, dan kewajiban-kewajiban lainnya.
Program literasi berbasis Pendidikan Agama Islam ini cukup efektif dalam
meningkatkan pemahaman peserta didik terhadap pendidikan Agama Islam.
Melalui program literasi yang telah dilaksanakan, dari jumlah siswa kelas XI yang
beragama Islam ada 56 peserta didik, sekitar 25 % dari mereka, tentang
Pendidikan Agama Islam meningkat. ZF menuturkan bahwa awalnya memang
merasa malas dan bosan tetapi lama kelamaan jadi tahu banyak tentang Islam.
Awalnya saya jarang sekali sholat, setelah saya tahu dengan pahala yang
melaksanakan dan dosa bagi yang tidak melaksanakan. Saya sekarang lebih rajin
untuk sholat meskipun kadang juga masih ada yang bolong. Tapi seenggaknya
sudah mulai sadar.35
Peserta didik mulai paham akan pentingnya sholat, mengaji serta ibadah yang
lain. RK menyampaikan bahwa dirinya lebih paham bagaimana tata cara sholat
yang benar serta mengetahui hukum-hukum Islam yang lain.36 Selain itu, peserta
didik mengaku lebih termotivasi setelah mengetahui dan mempelajari ilmu
agama.37 Peserta didik mulai sadar bahwa apa yang mereka kerjakan selalu
diawasi oleh Allah SWT, sehingga kebiasaan-kebiasaan buruk pun mulai
ditinggalkan.
35
Wawancara, Literasi PAI, ZF, hari Selasa 1/11/2016, lampiran 2 No 5.
36 Wawancara, Literasi PAI, RK, hari Jum‟at 18/11/2016, lampiran 4 No 7. 37
B. Meningkatkan Kompetensi Baca Tulis Al-Qur’an
Sasaran dari program literasi berbasis Pendidikan Agama Islam ini salah satunya adalah meningkatkan kompetensi baca tulis Al-Qur‟an, hafalan
surat-surat pendek dan menulis Al-Qur‟an. Berdasarkan hasil penelitian, hanya ada
sekitar 30% siswa yang dapat membaca Al-Quran dengan lancar.38 Sisanya yaitu
siswa yang belum bisa membaca, masih Iqro‟, dan sebagian lagi Juz Amma.
Wawancara terhadap beberapa siswa yang tidak bisa membaca Al-Quran peneliti
lakukan diwaktu Kegiatan Belajar Mengajar (KBM). Peserta didik diminta untuk
membacakan ayat Al-Qur‟an atau hadist yang ada dalam buku materi Pendidikan
Agama Islam dan setelah itu peneliti mewawancarai siswa. Pertanyaan peneliti
kepada peserta didik, (1)"Mengapa kamu tidak bisa membaca Al-Qur‟an? “ Jawab
peserta didik, ”Saya dari kecil sampai sekarang tidak pernah diajarkan ilmu agama
oleh orang tua, Pak. Jadi, wajar saja jika saya tidak bisa membaca Al-Quran." (2)“Apakah orang tua kalian tidak pernah mengajarkan kepada kalian membaca
Al-Qur‟an atau memberikan contoh membaca AlQur‟an?” Jawab peserta didik,
“Boro-boro ngajari ngaji pak, lawong baca Al-qur‟an saja bapak ibu saya tidak
bisa”. (3)”Apakah orang tua kalian tidak menyuruh kalian mengaji?” Jawab
peserta didik, “orang tua saya saja pulangnya sudah malam, kalaupun dirumah
ya tidak pernah menyuruh saya”.39
Pada kesempatan pembelajaran PAI peneliti
memberikan motivasi kepada peserta didik bahwa tidak ada kata terlambat untuk
belajar. Mulai dari sekarang mulailah belajar membaca Al-Quran, meskipun dari
38 Hasil penilaian pengamatan membaca Al-Qur‟an saat proses KBM, mata pelajaran
Pendidikan Agama Islam.
39
Iqro‟ terlebih dahulu. Jangan pernah malu karena niat kita untuk bisa membaca
Al-Quran merupakan suatu amal ibadah.40
Berdasarkan hasil wawancara tersebut dapat disimpulkan bahwa peserta didik
yang tidak dapat membaca Al-Qur‟an karena faktor lingkungan dan orang tua.
Orang tua mereka tidak mengajarkan dan tidak bisa membaca Al-Qur‟an. Hal ini
juga diperparah dengan kurangnya kepedulian orang tua untuk menyuruh serta
mengarahkan anaknya untuk belajar membaca Al-Qur‟an.
Peneliti sebetulnya memiliki gagasan tentang literasi Al-Qur‟an pada pagi
hari sebelum pembelajaran dimulai. Akan tetapi program ini belum bisa
diimplementasikan karena peserta didik SMK Bhakti Nusantara tidak semuanya
beragama Islam. Namun demikian, peneliti mencoba lebih intens menekankan
kepada peseta didik untuk belajar baca tulis Al-Qur‟an pada jam pelajaran Agama
Islam serta memberikan tugas rumah untuk mencari dan menuliskan bacaan-bacan
tajwid yang terdapat dalam ayat-ayat Al-Qur‟an. Dengan seperti itu peserta didik
akan lebih mau belajar memahami apa yang menjadi pedoman orang Islam yaitu
Al-Qur‟an.
Mereka akan malu ketika mereka diminta untuk membacakan materi yang
ada bacaan atau ayat Al-Qur‟an, tetapi mereka tidak bisa membacanya. Dari situ,
mereka akan termotivasi untuk lebih belajar mendalami tata cara membaca dan menulis Al-Qur‟an.
Berdasarkan hasil implementasi program literasi tersebut dari jumlah siswa
kelas XI yang beragama Islam ada 56 siswa, dari data pengamatan yang
40
sebelumnya hanya 30% yang bisa membaca Al-Qur‟an sekarang sudah meningkat
sekitar 40%.41 Seiring dengan berjalannya program tersebut banyak dari peserta
didik yang sudah mulai belajar tanpa ada rasa malu dan mulai bisa membaca Al-Qur‟an meskipun belum begitu lancar.
C. Meningkatkan Kompetensi Ibadah Wajib
Dengan adanya program literasi berbasis Pendidikan Agama Islam, peserta
didik menjadi lebih termotivasi dan tahu bagaimana tata cara dan bacaan yang
benar dalam melakukan ibadah sholat wajib khususnya sholat wajib yang
dilakukan di sekolah.
Berdasarkan pengamatan peneliti, dari awal sebelum program ini
dilaksanakan, kebanyakan dari mereka enggan melaksanakan ibadah sholat, baik
itu dirumah maupun disekolah. Hasil dari wawancara peneliti terhadap NAH
beberapa hal yang menjadikan mereka tidak melaksanakan sholat wajib lima
waktu adalah mereka tidak paham dengan perintah Allah, tidak paham dengan
tujuan sholat, tidak tahu rukun-rukun, syarat sahnya sholat, dan bahkan mereka
tidak tahu tata cara sholat yang baik dan benar.42
Setelah dilaksanakannya program literasi berbasis Pendidikan Agama Islam
ini peserta didik sedikit demi sedikit mulai sadar untuk melakukan sholat. Hal ini
dapat dilihat dari kebiasaan siswa yang dulunya menggunakan waktu ISHOMA
untuk makan dan bermain, sekarang peserta didik melakukan sholat dimushola
41
Hasil penilaian pengamatan membaca Al-Qur‟an saat proses KBM, mata pelajaran Pendidikan Agama Islam.
42
sekolah sebelum mereka makan dan bermain.43 Meskipun dalam praktiknya, belum semua siswa yang melakukan namun setidaknya sudah mulai ada
peningkatan dalam hal ibadah seperti sholat dzuhur. Peserta didik juga mengaku
lebih paham bagaimana tata cara sholat yang baik, syarat sah solat, hal-hal yang
membatalkan sholat, dan lainnya.44 Siswa yang dulunya belum dapat berwudhu
sesuai dengan tata cara yang benar, sekarang peserta didik sudah dapat
melakukannya.
D. Meningkatnya Semangat Literasi pada Mata Pelajaran PAI
Sasaran selanjutnya dari implementasi program literasi berbasis PAI ini
adalah dapat mendorong peserta didik untuk melatih mentalnya ketika disekolah
seperti bertanya, berdiskusi, menyampaikan pendapat dan berani menanggapi
pernyataan teman pada setiap jam pembelajaran PAI, sehingga kegiatan belajar
mengajar di dalam kelas lebih akif dan suasana proses pembelajaran PAI akan
lebih hidup. Nilai mata pelajaran PAI pun juga mengalami peningkatan,
dikarenakan dalam proses belajar mengajar kebanyakan dari mereka sudah
terbiasa dengan literasi materi-materi yang berhubungan dengan PAI.
Tidak semua Guru PAI mampu memberikan pembelajaran yang
menyenangkan bagi peserta didiknya. Hal ini membuat peserta didik sering
merasa tidak betah dan merasa bosan berada dalam kelas ketika KBM sedang
berlangsung.45 Ketidakbetahan peserta didik dikarenakan Guru dalam
menyampaikan materi pelajaran yang disampaikan hanya monoton dan
43
Wawancara, Literasi PAI, IO, hari Selasa 22/11/2016, lampiran 8 No 4.
44
Wawancara, Literasi PAI, SNF, hari Selasa 22/11/2016, lampiran 9 No 6.
45
begitu saja. Bisa jadi, dari awal masuk kelas guru memulai pembelajaran dengan
menggunakan metode ceramah dan metode tersebut tidak divariasi menggunakan
metode-metode lain yang lebih disenangi peserta didik. Artinya, guru dari awal
sampai akhir pembelajaran hanya berceramah saja. Metode ceramah ini tidak
mampu membuat peserta didik tertarik dengan materi yang disampaikan dan
mereka juga akan sulit memahami apa yang disampaikan.
Program ini cukup efektif dan memberikan dampak positif terhadap peserta
didik dan berdampak juga pada mata pelajaran yang lain. Setiap hari pada saat
istirahat atau saat jam-jam kosong ada kelompok-kelompok kecil yang berdiskusi
di sudut-sudut kelas, di depan kelas maupun di halaman sekolah sembari
mengunakan HP ataupun laptopnya untuk mencari bahan-bahan materi pelajaran
Agama Islam di internet, meskipun demikian tidak bisa dipungkiri bahwa
sebagian dari mereka terlihat sedang bermain atau bermedia sosial. SNF
menuturkan bahwa fasilitas internet ini bermanfaat dalam hal mencari materi
pelajaran dan juga bersosial media.46 Kegiatan seperti itu memberikan kesan
pemandangan ilmiah di lingkungan pendidikan.
Program literasi ini juga dirasakan oleh sebagian guru di mata pelajaran yang
diampunya. Beberapa guru menyampaikan bahwa peserta didik mengalami
perubahan pada semangat belajarnya.47 Peserta didik semakin antusias dalam
mengikuti pelajaran dan banyak dari mereka yang sudah berani bertanya,
berdiskusi, presentasi, berani menanggapi pernyataan teman dan menyampaikan
pendapatnya di depan teman sekelasnya.
46
Wawancara, Literasi PAI, SNF, hari Selasa 22/11/2016, lampiran 9 No 5.
47
39 BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
Kebijakan Kepala Sekolah tentang program literasi berbasis pendidikan
Agama Islam pada prinsipnya boleh dicoba dan diterapkan di SMK Bhakti
Nusantara Salatiga. Pihak sekolah mendukung serta siap menfasilitasi apa yang
dibutuhkan dalam implementasi program tersebut seperti buku-buku Agama
Islam, internet, perpustakan dalam upaya meningkatkan religiusitas peserta didik.
kepala sekolah juga akan memonitoring dari mulai perencanaan, pelaksanaan, dan
akan mengevaluasi implementasi program tersebut.
Implementasi program literasi berbasis Pendidikan Agama Islam dalam upaya
meningkatkan religiusitas peserta didik di SMK Bhakti Nusantara Salatiga, yang
pertama adalah pelaksanaan yang didalamnya terdapat beberapa kegiatan yaitu:
(1) Membaca 15 menit diawal pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (2) One
Book One Week, (3) Literasi komputer atau e-literasi, (4) Menuliskan Rangkuman atau intisari bacaan, (5) Berdiskusi dan Presentasi. Selanjutnya adalah evaluasi
pelaksanaan program.
Dampak program literasi berbasis Pendidikan Agama Islam dalam upaya
meningkatkan religiusitas peserta didik antara lain: (1) Meningkatkan pemahaman Pendidikan Agama Islam, (2) Meningkatkan kompetensi baca tulis Al-Qur‟an, (3)
Meningkatkan kompetensi ibadah wajib, (4) Meningkatnya semangat literasi pada
B. Saran
Bagi Kemendikbud program gerakan literasi sekolah yang dicanangkan
tersebut berharap bisa terlaksana dengan baik dan menyeluruh ke sekolah-sekolah
yang belum menjalankan program tersebut dengan selalu dimonitoring dan
diarahan sesuai dengan petunjuk teknis yang sudah dibuat dengan intensif agar
budaya literasi di Indonesia ini terwujud dengan baik sesuai dengan harapan.
Bagi kepala sekolah program literasi berbasis Pendidikan Agama Islam ini
perlu diterapkan dan mendapatkan dukungan penuh dari warga sekolah sehingga
dapat dijadikan sebagai metode atau cara meningkatnya religiusitas peserta didik
dalam hal pemahaman keagamaan Islam.
Bagi peserta didik diharapkan sadar akan pentingnya budaya literasi
khusunya literasi berbasis Pendidikan Agama Islam. Kegiatan ini berharap dapat
dijadikan sebagai acuan untuk mencari ilmu sehingga peserta didik mengetahui
serta melaksanakan apa yang menjadi kewajiban sebagai seorang muslim tanpa
paksaan dan dapat dijadikan sebagai bekal hidup bahagia di dunia dan akhirat.
Bagi pembaca semoga hasil penelitian ini menjadikan khasanah keilmuan
baik secara teoritis maupun praktis guna menggali hal-hal baru untuk menunjang
pembuatan program-program yang dapat meningkatkan religiusitas peserta didik
yang lebih efektif dan efisien.
Bagi peneliti lain, implementasi program ini masih jauh dari kesempurnaan
dan masih banyak yang belum disentuh oleh peneliti. Oleh karena itu, bagi
peneliti selanjutnya perlu adanya kajian yang lebih mendalam kaitannya dengan