• Tidak ada hasil yang ditemukan

ISSN : Volume 03 No. 02 Juli-Desember 2020 STUDY KASUS THARIQAT DI DESA MARTOPURA PURWODADI PASURUAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ISSN : Volume 03 No. 02 Juli-Desember 2020 STUDY KASUS THARIQAT DI DESA MARTOPURA PURWODADI PASURUAN"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

ISSN : 2620-6692

Volume 03 No. 02 Juli-Desember 2020

Murabbi : Jurnal Ilmiah dalam Bidang Pendidikan STIT Al-Hikmah Tebing Tinggi

54

STUDY KASUS THARIQAT DI DESA MARTOPURA

PURWODADI PASURUAN

Imam Ghozali

UPN “Veteran” Jatim. Jl Raya Rungkut Madya Gunung Anyar Surabaya Email : imamgh284@gmail.com

Abstract. Thariqat can be told as manifestasi of theory deed of syariat expanding from idea all moslem scholar. Because thariqat in the beginning is theory then become instruction system. Of course this intruction system which developed by human being ind oelh, hence goods have of course will happened many deviation. Hance with diaviaton presumably we should be able to straighten again to him fundamental, that is al-Qur’an and of Sunnah Rasul. so that thereby sliver once its relation between syariat with thariqat, because syariat as interpreted is regulation while its intention is to represent deed or execution. Clear have the understanding of from intention of syariat and of thariqat this is not other than to realize execution of relegious service and charitable. Method in writing of this brochure of writer use analysis comparabilility that is analysis used for the hypothesizing in case of Thariqat the Wahidiyah to be searched by its relation, its equation, and or this difference with pure Islam teaching of al-Qur’an and of Sunnah Prophet so that can conclude result of this analysis come up with deduction or acceptance of that hypothesizing. By attenteion data of Thariqat existing Wahidiyah here and also with information which have been obtained, hence wishful writer to try conclusion of teaching specifics and deed of Thariqat Wahidiyah specially and other Thariqat in general, so that can be revised by Islam ummat if so much teaching specifics and its deed, what is as according to Al-Qur’an and of Sunnah Prophet of Muhammad SAW.

Abstrak. Thariqat dapatlah dikatakan sebagai manifestasi dari pengalaman teori syariat yang berkembang

dari pemikiran para ulama. Thariqat pada mulanya adalah teori kemudian menjadi sistem pengajaran, dalam pengembangannya dalam pikiran manusia banyak terjadi penyimpangan pokok asalnya, yaitu Al-Qur’an dan Sunnah Rasul. Obyek penelitian ini adalah pengikut ajaran Thariqat Wahidiyah di Desa martopuro Pasuruan yang bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan dan pengalama ajaran Thariqat Wahidiayah apak sesuai dengan ajaran islam. Teknik analisis menggunakan analisis komparatif yaitu analisis untuk mencari hubungannya, persamaanya dan perbedaan ajaran Thariqat Wahidiyah dengan ajaran Islam yang murini dari Al-Qur’an dan Sunnah Nabi Muhammad SAW. Dengan memperhatikan data dan informasi dari ajaran Thariqat Wahidiyah maka dapat disimpulkan bahwa dari ajaran dan amalan Thariqat Wahidiyah banyak yang menyimpang.

Kata Kunci : Al-Qur’an, Sunnah dan ajaran Thariqat.

PENDAHULUAN

Thariqat merupakan perkembangan dari Tasawwuf yang telah dilembagakan, dan usianya sama dengan masuknya agama Islam di tanah air.

Pengaruh ajaran tasawwuf dan thariqat cukup besar, maka sampai sekarang ajaran-ajarannya masih membekas

sekali bangsa kita, terlihat dengan adanya islam yang tradisional.

Kita tidak bisa memungkirinya bahwa syiar da’wah agama islam yang berkembang di tanah air kita adalah akibat sumbangan da’wah yang tidak kecil dari ahli tasawwuf dan ahli thariqat.

(2)

ISSN : 2620-6692

Volume 03 No. 02 Juli-Desember 2020

Murabbi : Jurnal Ilmiah dalam Bidang Pendidikan STIT Al-Hikmah Tebing Tinggi

55 Agama islam masuk ke tanah air kita tidaklah melalui proses yang begitu mudah, melainkan penuh dengan tantangan. Usaha para wali yang menyebarkan agama islam itu berubah cara-cara primitif secara bertahap, tidak merubahnya secara drastif. Adat istiadat dan kepercayaan asli sebagai tatanan hidup bangsa kita yang bersumber dari kepercayaan primitifseperti selamatan kenduri yang mempunyai maksud memberikan sesaji kepada arwah yang sudah mati,tidak langsung diberantas begitu saja, melainkan hanya dimasuki unsur-unsur keislaman saja (Aboe Bakar, 1985 : 12)

Akhirnya ajaran tersebut berkelanjutan sampai sekarang. Ajaran-ajaran yang masih campuran itu belum banyak yang sempat untuk direvisi dan diperbarui dengan ajaran yang masuk akal, yang sesaui dengan agama fitrah yaitu agam islam yang sebenarnya yang dimaksud dengan Al-Qur’an dan Al-Hadits.

Pengertian Tentang Thariqat

Manakah seseorang telah menerima risalah yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW, maka seseorang itu telah berbaiat kepada agama islam dan sekaligus menjalankan syariatnya. Disinilah kita akan mengerti untuk apa

hidup?. Tiada lain hanyalah semata-mata untuk ibadah. Mengerjakan ibadah ini merupakan pelaksanaan dari syariat tersebut. Dengan demikian mengerjakan ibadah dengan pelaksanaan syariat adalah suatu perjalanan hidup. Perjalanan hidup ini dalam istilahnya adalah thariqat.

Pengertian “Thariqat” sebenarnya yang berkembang dikalangan ulama ahli tasawwuf yaitu jalan atau petunjuk dlam melaksanakan suatu ibadah sesuai dengan ajaran yang dibawa oleh Rasullah dan dicontohkan beliau serta dikerjakan oleh para sahabatnya, tabiin tabi’in dan terus turun temurun sampai kepada guru-guru, ulam-ulam secara bersambung dan berantai hingga pada masa kita ini. |(Aboe Bakar 1985) Berangkat dari pengertian tersebut diatas, maka thariqat dapatlah dikatakan sebagai manifestasi dari pengalaman teori syariat yang berkembang dari pemikiran para ulama. Karena thariqat pada mulanya adalah teori kemudian menjadi sistem pegajaran. Tentu saja sistem pengajaran ini yang berkembang oelh pikiran manusia, maka sudah barang tentu akan banyak terjadi

penyimpangan. Maka dari

(3)

ISSN : 2620-6692

Volume 03 No. 02 Juli-Desember 2020

Murabbi : Jurnal Ilmiah dalam Bidang Pendidikan STIT Al-Hikmah Tebing Tinggi

56 meluruskan kembali ke pokok asalnya, yaitu Al-Qur’an dan Sunnah Rosul. Sehingga dengan demikian erat sekali hubungannya antar syariat dengan thraiqat, sebab syariat sebagai diartikan adalah peraturan sedangkan thariqat

maksudnya adalah merupakan

pelaksanaan atau pengalaman. Jelaslah sudah pemahaman dari maksud syariat dan thariqat ini tidak lain dariapda untuk mewujudkan pelaksanaan amal dan ibadah.

Ilmu Thariqat dalam Tasawwuf

Dengan thariqat maka tasawuf adalah lebih dulu dikenal, karena thariqat adalah bagian dari ilmu yang ada dalam tingkatan ajaran tasawuf. Sudah menjadi milik dari ajaran tasawuf, bahwa diantaranya adalah ilmu itu dapat dibagi menjadi empat tingkat

Sebagiamana lazimnya, yaitu syariat, thariqat, hakikat dan ma’rifat (Januari 1981)

Dari ajaran ini dapat ditarik kesimpulan bahwa diantaranya thariqat dan tasawuf saling berkaitan dalam menjalankan syariat. Karena syariat harus ditaati dan dipatuhi , apa-apa yang diperintahkan maka tidak boleh tidak fardulah dan wajib pula hukumnya untuk dikerjakannya, begitula

sebaliknya apa-apa yang dilarang adalah

wajib hukumnya untuk

meninggalkannya.

Agaknya inilah maksudnya imam malik mengatakan bahwa barang siapa mempelajari fiqih saja tidak mempelajari tasawuf, maka dia fisik, barangsiapa mempelajari tasawuf saja dengan tidak mengenal fiqih, maka dia itu zindiq, dan barangsiapa mempelajari serta mengamalkan keduanya maka ia itulah mutahaqqiq yaitu ahli hakikat yang sebenar-benarnya (Aboe Bakar A,1984)

Kemudian misi dari syariat itu, yang dikembangkan dengan ajaran tasawuf tersebut, sehingga bentuknya seperti pemurnian dan kenersihan rohani atau batin. Selanjutnya ada ilmu lahir dan ilmu batin, dan ada amal lahir dan amal bati.

Amalan lahir seperti kita mengerjakan rukun islam sedangkan amalan batin adalah bagaimana hati ini mengatur niat, bagaimana kita berhubungan dengan Tuhan dan bagaimana pula mengamalkan rukun iman, tidaklah ini adalah bagaimana peranan batin kita. Namun peran keduanya dalam mengamalkan segala syariat haruslah tidak dipisahkannya.

(4)

ISSN : 2620-6692

Volume 03 No. 02 Juli-Desember 2020

Murabbi : Jurnal Ilmiah dalam Bidang Pendidikan STIT Al-Hikmah Tebing Tinggi

57 Perkembangan selanjutnya untuk memasuki didalam lapangan tasawuf maka banyak pelaksanaannyayang melalui dengan berbagai proses inilah yang menimbulkan tariqat. Dari sini pula tariqat merupakan sistem untuk mencapai tujuan daripada tasawuf itu, sehingga tariqat itu sebagai salurannya.

Dari tujuan dan proses ini maka tasawuf dalam istilah orang barat ahli ketimuran (orientalis) tasawuf snuock (1983) adalah misticisme dalam islam. Karena yang dimaksud tujuan dari msiticisme dalam islam. Karena yang dimaksud tujuan dari misticisme baik yang didalam maupun yang di luar islam ialah memperoleh hubungan langsung dan disadari dengan Tuhan.

Dengan begitu maka misticisme, bukan semata-mata aspek islam. Bahkan pada dasarnya, islam tidak menganjurkan misticisme, karena islam adalah ajaran Tuhan untuk mengatur masyarakat yakni hubungan manusia dengan manusia serta mengatur hubungan manusia dengan Tuhan

dengantuntunan ibadah-ibadah.

(Rasyid,1997)

Karena bertitik tolak tujuan tasawuf itu yaitu leburnya pribadi kedalam kebaqaan atau fanau’fillah

maka dengan demikian tujuan ini jelas akan menyimpang tentunya bukan salah dari tujuan tasawuf itu, melainkan dalam menjalankan praktek dalam lapangan tasawuf dengan tariqatnya tentu saja pandangan, pengalaman dan pengalamannya tergantung dari pribadi maupun dari tokoh -tokohnya. Sehingga adanya demikian sudah barang tentu terjadi kesalapahaman atau juga lebih dari itu, kadang sampai pula terjadi pertikaian.

Yang dapat memancarkan

cahaya kedalam hati para penganutnya. Sehingga dengan cahaya (nur) itu terbukalah segala sesuatu yang ada dibalik rahasia ucapan-ucapan Nabi dan demikian pula halnya terhadap segala sesuatu yang ada dibalik rahasia cahaya Allah (Imam Abu Zakaria 1978)

Dalam hal ini sering

menimbulkan kesalahpahaman yang tidak jarang terjadi pertikaian antara satu aliran tariqat berbeda pendapat dengan tariqat yang lain saling mengkafirkan. Untuk itu perlu pula penulis memberikan ungkapan dari Ahmad Khatib yang ditulis Dr. Karel A

Steenbrink (1984) sebagai

penjelasanguna diambil

(5)

ISSN : 2620-6692

Volume 03 No. 02 Juli-Desember 2020

Murabbi : Jurnal Ilmiah dalam Bidang Pendidikan STIT Al-Hikmah Tebing Tinggi

58 mengetahui masalahnya yang lebih jelas.

Apakah tariqat cocok dengan syariat dam aqidah yang tidak cocok dengan itu pasti bukan dari Nabi Muhammad, Dalam hal ini Ahmad Khatib mempunyai kecenderungan untuk cepat sekali “mengkafirkan” orang lain sebagaimana dia mengatakan : mungkin ia yakini suatu I;tikad yang salah tentang Allah, maka ia murut hukum syariat dan pada sisi Tuhan menjadi kafir dengan I’tikad itu, seperti kebanyakan ahli tariqat di indonesia yang mengi’tikadkan Allah itu “dliya” ulami, laisa kamiotslihi syaiun”, artinya cahaya cemerlang, yang tidak ada seumpanya satu jua. Maka orang yang meyakini Allah seperti itu aldah kafir karena diyakininya Allah cahaya dan tiap-tiap itu baharu. Dan diyakininya ia bersifat cemerlang dan cemerlang adalah sifat baharu seperti sifat api, matahari, tiap-tiap yang licin. Maka orang mu’min tidak ragu lagi tentang kafirnya dengan I’tikad ini karena ia bertuhan kepada cahaya. (Karel A Sleeribrink, 1984)

Tampaknya kasus ini pada lahirnya adalah bertentangan, namun dibalik itu ada hikmah yang terkandung

di dalamnya. Pemahaman selanjutnya pendapat ini adalah sebenarnya menjaga agar kebenaran dan kemurnian aqidah yang hanya ada dalam islam ini tetap terjaga dan terpelihara dari perkara yang membawa dari kemusyrika. Tinggal kita yang harus pandai menimbang rasa, mengangkat pikir guna menyaring mana yang benar dan mana yang tidak benar kemudain meluruskan yang bengkok dan mengoreksi mana-mana yang tidak benar itu, sehingga langkah berikutnya tidak salah untuk selanjutnya dapat mengambil manfaat dari yang benar itu.

Memang pembahasan ini harus lebih banyak mengambil pendapat dan pengalaman dari banyak tokoh dan ulama sufi. Agar kita lebih banyak mengetahui dan mengerti tentang masing-masing cara untuk mencapai tujuannya.

Sebagai dari tujuan tariqat tersebut telah jelas bahwa pada pokoknya adalah menjalankan syariat pada rel yang lurus dengan tertib dan teratur sesuai dengan semestinya, sehingga dengan demikian dapat mencapaia dana memperoleh hakikat hidup yang sebenarnya. Tentu saja pelaksanaan untuk mencapai tersebut banyak amalan-amalan yang harus

(6)

ISSN : 2620-6692

Volume 03 No. 02 Juli-Desember 2020

Murabbi : Jurnal Ilmiah dalam Bidang Pendidikan STIT Al-Hikmah Tebing Tinggi

59 dikerjakan, dalam hal ini pula sama dengan pola untuk mencapai tujuan yang dimaksud dari tasawuf.

Macam-Macam Thariqat

Ahli tariqat yaitu Syech yang berpengaruh mendirikan tariqatnya sendiri, sehingga dapat dipastikan bahwa sesudah abad ke-delapan banyak tumbuh tariqat-tariqat bagaikan tumbuhnya cendawan di musim hujan. Sehingga di indonesia sendiri sudah tidak terhitung jumlahnya. Kemudian daripada itu seorang tokoh dari kalangan tariqat yang terkemuka yaitu syech H. jalaludin, telah menulis tentang macam-macam aliran tariqat. Dandalam hal ini di indonesia sudah ada badan yang khusus menumpahkan perhatiannya kepada tariqat-tariqat tersebutuntuk diteliti dan diselidiki kebenarannya. Kemudian tariqat yang sudah diselidiki kebenarannya itu dinamakan tariqat mu’tabarah.

Karena tariqat dalam

kebangunannya dan perkembangannya dari suatu sistem praktek ritual yang diajarkankemudian menjadi suatu kekeluargaan dan kumpulan sehingga dapat megikat dengan indoktrinasi kepada pengikut-pengikutnya, yang

akhirnya dari pengikut yang setia itulah mudah untuk diorganisir.

Pada tanggal 10 oktober 1957, para kyai mendirikan suatu badan federasi bernama pucuk pimpinan jami’iyah ahli thoriqoh mu’tabarah NU tahun 1957 di magelang. Dalam mu’tamar NU tahun 1979 di semarang, nama badan itu diganti thoriqoh mu’tabarah nahdliyyin. Penambahan kata “nahdliyyin” ini dimaksudkan untuk menegaskan bahwa badan federasi ini harus tetap berafiliasi kepada NU. Sejak berdirinya, pimpinan tertinggi badan federasi ini para kyai Ternama dari pesantren-pesantren besar, antar lain Kyai Baidlawi, Kyai Ma’sum dan Kyia Hafidh (ketiganya pimpinan pesantren Lasem, Rembang ), Kyai Adlan Ali dari Tebuireng (Jombang), dan Kyai Arwani dari Kudus. Mereka adalah pimpinan-pimpinan terdekat Qodiriyyah wan Naqsyabandiyah di daerahnya masing-masing, disamping sebagai pimpinan penting dalam organisasi NU.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan di desa Martopuro, Pasuruan dengan obyek penelitian adalah pengikut

(7)

ISSN : 2620-6692

Volume 03 No. 02 Juli-Desember 2020

Murabbi : Jurnal Ilmiah dalam Bidang Pendidikan STIT Al-Hikmah Tebing Tinggi

60 ajarana Thariqat Wahidiyah. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pelaksanaan dan pengamalan ajaran Thariqat Wahidiyah apakah sesuai dengan ajaran islam. Teknik analisis menggunakan analisis komparatif yaitu analisa yang digunakan untuk mencari hubungannya, persamaannya, dana perbedaanya ajaran Thariqat Wahidiyah dengan ajaran islam yang murni dari

Al-Qur’an dan Sunnah Nabi

Muhammad SAW.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kehidupan Thariqat Dalam Masyarakat

Melihat kenyataan yang ada pada kehidupan thariqat ini masih belum banyak tampak hilang dari jiwa masyarakat tampaknya sulit selai untuk dihilangkan begitu saja, karena ajaran thariqat yang ditanamkan oleh kalangan sufi yang menyebarkan agama islam ke tanah jawa ini sangat cocok dengan kehidupan masyarakat dengan segala keadaannya. Namun tidak sepenuhnya kita tidak menyalahkan penyebarannya itu, akan tetapi bagaiman cara kita menanggulanginya. Untuk itu ada baiknya menengok kembali kedatangan islam yang mula-mula di tanah air ini.

Para penulis sejarah islam di indonesia sering mengmukakan bahwa meskipun para pedagang yang beragam islam, baik dari arab, india maupun ari negara-negara lain telah berdatangan keindonesia sejak abad ke-8, namun

abad ke-13 mulai berkembang

kelompok-kelompok masyarakat islam. Pertumbuhan kelompok masyarakat islam yang sangat pesat terjadi antar abad ke-13 dan 178, bersamaan dengan periode perkembangan organisasi-organisasi tariqat, sehingga sering kali disimpulkan bahwa sukses dari penyebaran islam ke indonesia adalah aktivitas para pemimpin tariqat. Kesimpulan in tentunya berlebih-lebihan dan didasarkan pada versi yang sangat sederhana atas suatu proses sejarah yang sebenarnya sangat kompleks. Namun memang cukup alasan untuk menyimpulkannnya, bahwa peranan organisasi-organisasi tariqat dalam penyebaran islam di jawa sangat besar. Sayangnya studi sejarah dalam bidang ini belum dilakukansecara memadai, sehigga kita belum tahu

persis bagaimna para sufi

pemngembangkan islam di jawa.

Memang kenyataannya

(8)

ISSN : 2620-6692

Volume 03 No. 02 Juli-Desember 2020

Murabbi : Jurnal Ilmiah dalam Bidang Pendidikan STIT Al-Hikmah Tebing Tinggi

61 dipisahkan dari kehidupan masyarakat di jawa pada umumnya dan masyarakat kabupaten pasuruan khususnya. Kehidupan ehari-hari tariqat ini

tampaknya baik-baik dalam

peribadatan maupun dalam upacara-upacara ritual yang berkaitan dengan adat istiadat atau juga dengan kebudayaan. Adapun dalam peribadatan lain dapat dilihat ketika akan ambil air wudlu ada do’anya, ketika membasuh muka juga ada do’anya, ketika mendengar adzan disamping menjawab adzan itu juga ada do’a yang ibu jari keduanya dikecup kemudian diusap kedua matanya yang dipejamkan. Selanjutnya ketika berdiri memulai sholat untuk niatnya dibarengi dengan ucapan usholli, pada I’tidal rakaat terakhir setiap sholat shubuh dilanjutkan dengan do’a qunut, dalam bacaan sholawat untuk Nabi ditambah ditambah dengan lafadz sayyidina. Sehabis salam setelah menoleh kekanan-kiri mengusap mukanya dengan tangan kanan. Kemudian dilanjutkan dengan dzikir yaitu membaca tahlil, tasbih, tahmid, takbir berulang-ulang sebanyak hitungan tertentu secara bersama-sama dengan suara agak keras disertai meggoyang

badan ke kanan ke kiri atau menggelengkan kepala dengan tetap bersila. Hal ini dilakukan terus menerus dari generasi ke generasi selanjutnya sehingga menjaadi kebiasaan yang tidak pernah terputus hingga kini. Memang dengan cara berdizikir bersama-sama dengan suara keras ini dapat mengajar dzikir lebih mudah di terima dan mudah pula untuk dilafal secara turun temurun yang diajarkan ulama-ulama yang terdahulu di jawa ini.

Oleh sebab itu ajaran tariqat oleh para santri tidak pernah sedikitpun membantah apa saja yang dikatakan kyainya, bahkan selalu membenarkan, akibatnya banyak menimbulkan taqlil buta dikalangan mereka. Mereka tidak mau sedikitpun untuk membantah kyainya, karena mereka takut ilmu mereka terima tidak dapat manfaat bagi dirinya. Dengan demikian mereka sangat patuh kepadanya dan sangat menghormati sekali, bahkan sampai pula menkultuskannya, setiap berjabat tangan tidak akan lupa untuk cium tangan sang kayai.

Akulturasi yang lain adalah manakala seorang ibu hamil sudah berumur tujuh bulan adatnya adalah diadakan selamatan yang istilahnya di

(9)

ISSN : 2620-6692

Volume 03 No. 02 Juli-Desember 2020

Murabbi : Jurnal Ilmiah dalam Bidang Pendidikan STIT Al-Hikmah Tebing Tinggi

62 daerah itu ia selamatan tingkepan dengan cara membacakan ayat suci Al-Qur’an yang dipilih untuk dibaca antara lain surah maryam, surah yusuf, dan ditutup dengan do’a agar kelak apabila lahir bayi perempuan diharapkan dapat wajahnya secantik Maryam a.s, begitu pula perilakunya dan akhlaqnya. Dan manakala lahir bayi laki-laki diharapkan kelak mempunyai wajah yang elok rupawan seperti Nabi Yusuf, sedang perilakunya diharapkan seperti akhlaq yang dimiliki oleh A-lukman Al hakim yang riwayatnya tercantum dalam Al-Qur’an.

Tatkala bayi itu lahir diperdengarkan adzan pada telingan kanannya dan iqamat pada telinga kirinya. Sedangkan jabang bayi berumur seminggu atau lebih asal setelah cuplak yaitu terputusnya daging dipusar terputus, diadakan srakalan atau marhaban yaitu membaca kita diba’ karangan alm. Allamah Wajhuddin, Abdur Rahman bin Ali Ad Diebai, Asy Syaibani Alyamani, Az Zubaedi, Asy Ayafi’I dengan irama qasidah yang khas. Acara ini adalah upacara pemberian nama sang bayi. Seperti mendengarkan adzan dan iqamat tersebut adalah mencontoh Rasulullah

menurutnya. Dan membaca srakal pada kitab Diba’ adalah mendo’akannya.

Seperti seruan azan tersebut jadinya bukan hanya digunakan untuk pangilan orang akan sholat saja melainkan dipergunakan juga untuk menyambut jabang abyi yang baru lahir, dan malahan juga didengungkan dalam liang lahat dihadapkan mayat yang akan ditimbuni tanah.

Lain daripada itu dalam hal membaca Diba’ dengan irama yang

khas itupun banyak pula

penggunaannya, anatar lain : pada walimah khitan, walimah nikah, dan pada haul seorang kyai. Maksud haul

adalah memperingati tahun

meninggalnya kyai tersebut. Lebih ramai lagi pembacaan Diba’ ini pada bulan Rabiul awal yaitu pada bulan kelahiran Nabi, karena dimaksudkan acara itu adalah untuk memperingati dan memberi kehormatan pada Nabi Muhammad SAW.

Selain dari itu ada pula pembacaan manakib Syekh Abdul Qodir jailani. Pembacaan ini dimaksudkan apabila punya hajat agar ingin cepat terkabul hajatnya itu, atau juga karena adzannya. Akhirnya hal ini para santri tersebut membiasakan diri

(10)

ISSN : 2620-6692

Volume 03 No. 02 Juli-Desember 2020

Murabbi : Jurnal Ilmiah dalam Bidang Pendidikan STIT Al-Hikmah Tebing Tinggi

63 mengadakan acara manakiban seperti hal itu.

Masih hal ini ada lagi acara yaitu membaca kitab burda karangan Al-Buhiri. Dan membacanya pun mempunyai irama yang khas pula. Biasa pembacaan Burda ini adalah untuk maksud menolak balak atau wabah penyakit. Manakala waba penyakit terjangkit di suatu kampung, maka biasanya dibacakan bersama di surau, dan bial salah satu dari keluarga yang terkena, maka keluarga itu mengundang para santri untuk membacakan bersama di rumah.

Bagi Tharuiqat Wahidin untuk hal ini, maka mengadakan mujahadah selama 40 hari secara berjamaah.

Pada bulan safar tepatnya dalam minggu terakhir pada hari rabu diadakan Rebo Wekasan atau Rabu terakhir yaitu membuat air zam-zam dari air biasa yang diberi rajah huruf arab, kemudian diminum setelah membaca do’a dari sahabat Nabi yaitu Aqasah.

Kemudian pada bulan Sya’ban pada tanggal 15 diadakan pembacaan surat Yasin sebanyak tiga kali sehabis sholat Isyak. Settelah membaca sekalo berdo’a agar agar diampuni

dosa-dosanya, yang kedua kali berdo’a agar panjang umur, dan ketiga kalinya berdo’a agar diberi rezeqi yang banyak supaya dapat beribadah dengan baik. Untuk meghadapi bulan ramadhan. Selanjutnya pada hari menjelang bulan puasa, mengunjungi kuburan untuk membersihkan dan mengirim do’a.

Pada orang-orang desa yang sederhana, hormat yang mengetarkan itu terutama ditujukan kepada arwah orang tua dan nenek moyang sendiri dan pendiri-pendiri dan nenek moyang desa yang sesungguhnya atau yang dianggap demikian. Orang cenderung dianggap untuk mencari sebab sesuatu kecelakaan dalam tiadanya perhatian atau hormat yang diharuskan ditujukan kepada mereka yang sudah tidak ada. Sebelum mulai menjalankan sesuatu yang penting, terlebih dahulu orang mengunjungi makam mereka menurut pendapatnya, untuk meminta izin. Sudah barang tentu sikap dan perbuatan demikian itu dilakukan pula terhadap mereka yang sudah meninggal yang oleh khalayak ramai dianggap keramat. Disinilah penghormatan terhadap orang keramat yang dikalangan seluruh umat islam, kecuali kaum wahabi yang menggap bid’ah, merupakan suatu

(11)

ISSN : 2620-6692

Volume 03 No. 02 Juli-Desember 2020

Murabbi : Jurnal Ilmiah dalam Bidang Pendidikan STIT Al-Hikmah Tebing Tinggi

64 kompromi antara politeisme zaman

dahulu yang disukai dengan

monoteisme sederhana Nabi

Muhammad.

Begitulah jadinya keadaan masyrakat yang sudah beragama islam pada kebanyakannya memegang teguh ajaran nenek moyangnya turun temurun hingga kini, dan tambah lagi deoan ajaran guru-guru thariqat. Maka tampaklah semua itu adalah akibat dari adaptasi, asimilasi, akulturasi dari ajaran thariqat yang sesuai dengan karakter dan jiwa masyarakat, sehingga tampak membekas dalam kehidupan sehari-hari yang sementara masih belum bisa dihilangkan keseluruhannya.

Pandangan Umat Terhadap Thariqat

Didalam ajaran pokok dari Thariqat Wahidiyah ini disamping mempunyai keyakinan lillah billah dan lirrosul birosul yang seperti di terangan diatas, masih ada lagi kepercayaan yang lain dan yang dianggap lebih penting penting jasa dan peranannya dalam sejarah ajaran Thariqat. Kepercayaan ini hampir semua aliran thariqat meyakininya begitu juga halnya dengan thariqat Wahidiyah ini.

Berangkat dari ajaran Thariqat Wahidiyah tentang Al Ghouts. Maka

penggunaannya adalah lil Ghout bil ghouts. Sedangkan yang dimaksud dengan lil Ghouts dalam pengertiannya adalah disamping niat lillah dan lirrosul, maka harus pula mempunyai niat untuk mengikuti bimbingan Ghouts Haadzaz Zaman Rodiyallohu’anhu. Dan yang

dimaksud dengan Bil Ghouts,

pengertiannya adalah diterapkan dalam hati agar merasa bahwa segala tingkah laku kita memperoleh jasa dari Ghouts tersebut. Jasa yang dimaksud tersebut adalah berupa tarbiyah rohaniyah yaitu pendidikan rohani atau sorotan batin

yang disebut nadzroh. Untuk

mengetahui hal itu hanya ahlul bashoir yang ahlul kasyfi dikaruniai Allah dapat mlihat sirri yang diaruniakan Allah kepada Ghoutsu Hadzaz Zaman. Sebab Ahlul Bashoir mempunyai pandangan batin yang tajam karena jiwanya bersih suci, dan Ahlul Kasyfi dapat mengetahui dapat mengetahui perkara-perkara ghoib.

Semuanya ini hanyalah khurafat ahli sufi yang mereka nyanyi-nyanyikan untuk mengecoh orang awan dan untuk dan untuk memberi kesan bahwa mereka pendapat lmu dari Allah, tidak seperti manusia lainnya. Pada hakekatnya, perkataan Al Ghouts

(12)

ISSN : 2620-6692

Volume 03 No. 02 Juli-Desember 2020

Murabbi : Jurnal Ilmiah dalam Bidang Pendidikan STIT Al-Hikmah Tebing Tinggi

65 (penolong) hanyalah layak bagi Allah SWT. Allah sendiri yang dapat menolong para hambanya. Allah sendiri yang menjadi sandaran orang-orang yang memerluan pertolongan.

Untuk ajaran tentang Lillah Billah masih dapat diterima karena hal itu ada kebaikan yang masih didapat dalam pengertian dan pengetrapannya. Kebaikannya anatara lain adalah menyebabkan orang ikhlas dalam ibadahnya serta ikhlas pula berjuang menegakkan agama islam. Lain halnya kalau tentang pelajaran Lil Ghouts Bil Ghouts ini. Sebab dari berangkat dari pengertiannya saja sudah menyimpang dari ajaran Nabi Muhammad, lebih-lebih lagi pengetrapannya yang mengkultuskan ini, nantinya dapat membawa ke syirik, dan ceritanya pula adalah mengandung khurafat.

Namun begitu sebagai pengikut yang setia, hanya selalu membenarkan apa yang mejadi ajaran dari thariqatnya tidak menyesuaiakan dengan sumber aslinya yaitu Al-Qur’an dan Al-Hadits, tampaknya mereka sudah beku jalan pikirannya, dan begitulah keadaannya.

Banyak kebaikan Tasawuf, menyebaban orang ikhlas berjuang menegakkan kalimah Allah, tetapi

banyak juga akses-akses tasawuf denganjalan thariqat menemui keburukan , sebab orang-orang beruzlah, mengisolir diri dan karena taat kepada guru besar sekali sehingga guru atau syech merupakan diktator rohaniah. Akibatnya timbul pendapat : “Inna baabal ijtihaada qad saddat” sesungguhnya pintu ijtihad sudah tertutup padat. Hal ini menghilangkan daya juang, daya inisiatif, daya kreatif ummat, timbul sifat apaties dan taqlied tanpa amandemen : kekuatan peribahasa sabda pandita ratu (tak boleh ditantang),

harus menerima saja semua

problematic.

Kehidupan Pengikut Thariqat

Dijelaskan dalam Al-Qur’an bahwa manusia itu dijadikan sebagai Khalifah fil ardl. Karena alam seisinya ini. Diperuntukkan manusia agar dapat memanfaatkannya. Maka dari itu manusia, sehingga oleh karenanya manusia harus bertanggung jawab atas baik buruknya dunia seisinya ini.

Maksud Khalifah fil Ardl, menurut Thariqat Wahidiyah adalah Khalifah Allah atau dengan arti Wakil Allah di bumi disamping mempunyai tugas tersebut diatas, manusia juga mempunyai tugas pokok yaitu ibadah

(13)

ISSN : 2620-6692

Volume 03 No. 02 Juli-Desember 2020

Murabbi : Jurnal Ilmiah dalam Bidang Pendidikan STIT Al-Hikmah Tebing Tinggi

66 untuk mengabdikan dirinya kepada Allah. Maka dari itu segala kegiatan hidup manusia di dunia ini haruslah diarahkan dan ditujukan kepada pelaksnaan pengabdian diri kepada Allah yang menjadikannya sebagai khalifah atau wakil tuhan di bumi.

Dengan demikian Thariqat Wahidiyah ini menekankan untuk apa dan apa tujuan hidup ini. Maka dalam hal ini dijelaskan dalam kehidupan manusia itu adalah semata-mata hanya ibadah kepada Allah saja. Oleh karena itu perbuatan manusia yang baik harus diniati hanya demi karena Allah. Sehingga semua perbuatan yang baik itu harus dilaksanakan dengan ikhlas karena Allah.

Lebih lanjut dalam diktat ajaran Thariqat Wahidiyah menguraikan tentang perbuatan yang ikhlas tanpa pamrih yang ditujukan hanya kepada Allah agar segala perbuatan itu tidak sia-sia adanya. Adapun ikhlas tanpa pamrih yang dimaksud adalah: semata-mata karena dan untuk Allah. Tidak berarti menutup pintu harapan ingin terhadap pahala, surga dan sebagainya atau takut siksa neraka dan sebagiannya. Kita harus ingin kepada hal-hal yang buruk yang menguntungkan dan yang

merugikan. Akan tetapi didalam kita ingin atau takut itulah yang harus kita niat ibadah, sebab kita memang diperintah supaya berharap kepada pahala, surga dan lain-lain, dan supaya takut kepada siksa, neraka dan lain-lain. Jadi amal-amal ibadah kita apa saja seperti sembayang, puasa, baca Al-Qur’an, dzikir, baca sholawat, menolong orang dan sebagaiannya jangan karena didorong oleh rasa ingin atau, melainkan didorong oleh pengabdian diri, niat kepada Allah dengan ikhlas tanpa pamrih.

Sebagaimana juga pengikut Thariqat Wahidiyah ini sudah merasa puas dengan kenyataan hidup ini, juga mereka tabah dalam menghadapi segala cobaan. Pernah dicela, diumpat, dicaci maki, dihina oleh masyarakat. Maklum saja sementara ini masyarakat di desa ini masih belum menerima sesuatu yang dilakukan oleh pengikut Thariqat Wahidiyah, setelah itu diam, hening seperti tidur semua, kemudian serentak menangis bersama, sambil ada yang meratap ada juga yang teriak, ada yang menanggung dengan ucapan “Yaa Sayyidi, Yaa Rosulli…”.

Sehingga dengan demikian masyarakat tertentu tidak menyukainya,

(14)

ISSN : 2620-6692

Volume 03 No. 02 Juli-Desember 2020

Murabbi : Jurnal Ilmiah dalam Bidang Pendidikan STIT Al-Hikmah Tebing Tinggi

67 sampai-sampai pernah terjadi ada yang melempar batu.

Namun dengan cobaan yang demikian itu, pengikut Thariqat Wahidiyah tetap sabar dan tabah menghadapinya. Malah mereka lebih tekun lagi melaksanakan mujahadah itu. Bahkan lebih dari itu mereka lebih giat lagi untuk terus menjelaskan permasalahan ajarannya kepada siapa saja.

Memang dianjurkan oleh

Muallifnya agar supaya ajaran Sholawat Wahidiyah yang diamalka oleh pengikut Thariqat Wahidiyah ini disiarkan dan disebar luaskan kepada masyarakat luas tanpa pandang bulu yang berarti siapa saja, bahwa apa saja untuk mengamalkannya.

Ajaran ini sudah diijazahkan secara mutlak oleh Mualifnya, siapa saja dan dimanapun memperolehnya telah diberi izin mengamalkan dan mengetrapkan.

KESIMPULAN DAN SARAN

Dengan memperhatikan data dan informasi dari ajaran Thariqat Wahidiyah maka dapat disimpulkan bahwa dari ajaran dan amalan Thariqat Wahidiyah banyak yang menyimpang

dan tidak sesuai dengan Al-Qur’an dan Sunnah Nabi Muhammad SAW.

Saran yang disampaikan dalam penelitian bahwa umat islam jangan mudah kena pengaruh ajaran bid’ah dan khurofat yang menyesatkan kehidupan di dunia dan akhirat, ajaran apapun yang akan diamalkan harus didasarkan pada kemurnian Al-Qur’an dan Sunnah Nabi Muhammad SAW.

DAFTAR PUSTAKA

Aboebakar Atjah 1985. Pengantar Sejarah Sufi dan Tasawwuf. Solo : Pen. CV. Ramadhani.

Al Hamdany SA. 1982.

SanggahanTerhadap Tasawwuf & Ahli Sufi. Bandung : PT. Alma’arif.

Barmawie Umarie. 1980. Sistimatik Tasawwuf. Solo : Pen. CV. Ramadani.

Departemen Agama RI. 1980. Al-Qur’an dan Terjemahannya

Diktat Pokok-Pokok Sholawat

Wahidiyah Pusat Kedunglo Kediri Jawa Timur, 1984

Hamka. 1981. Tasawwuf

Perkembangan & Pemurniannya, Jakarta : Yayasan Nurul Islam.

(15)

ISSN : 2620-6692

Volume 03 No. 02 Juli-Desember 2020

Murabbi : Jurnal Ilmiah dalam Bidang Pendidikan STIT Al-Hikmah Tebing Tinggi

68 Rasjidi, HM. 1997. Koreksi Terhadap

Dr. Harun Nasution Tentang Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya. Jakarta : Pen. NV. Bulan Bintang.

Jainuri. 1981. Muhammadiyah

Gerakan Reformis Islam Di Jawa Pada Awal Abad Kedua Puluh. Surabaya : PT. Bina Ilmu.

Imam Abu Zakariya Yahya bin Syaraf

Annawawy. 1978. Riadhus

Shalihi, Terjemahan Salim Bahreisy. Bandung : PT. Alma’arif.

Karel A. Steenbrink. 1984. Beberapa Aspek Tentang Islam di Indonesia Abad Ke-19, Jakarta : Bulan Bintang.

Mustafa Zahri. 1984. Butir-Butir Mutiara Berita Pikiran Ilmiah Memahami Tauhid Dan Tarekat Islam. Surabaya : PT. Bina Ilmu. Poerwodarminto WJS. 1984. Kamus

Umum Bahasa Indonesia. Jakarta : PN Balai Pustaka.

Snouck Hurgronje. 1983. Islam di Hindia Belanda, Terjemahan S. Gunawan. PT. Bharatara Karta Aksara.

Referensi

Dokumen terkait

Penggunaan bahasa asing dalam pembuatan perjanjian dengan akta autentik yang dibuat dihadapan notaris harus sesuai dengan Pasal 43 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang

Fakta yang terjadi pada lingkungan KPPBC Tipe Madya Pabean B Makassar adalah dengan latar belakang pendidikan yang sesuai serta pelaksanaan pelatihan yang dilakukan

Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan mempelajari kondisi agribisnis manggis rakyat di Kabupaten Kerinci, dengan fokus kajian adalah pola usaha tani, teknik budidaya

Dalam penciptaan, Allah telah menciptakan dan menempatkan segala ciptaan pada tempatnya menurut kehendak-Nya. Semua ciptaan ditempatkan sesuai dengan fungsi dan

Untuk merancang sistem inventory barang yang sesuai dengan permasalahan pada kegiatan persediaan barang pada Kantor Desa Wargasaluyu agar mempermudah admin gudang dalam

Setelah data terkumpul, langkah selanjutnya yang perlu dilaksanakan adalah mengkaji atau menganalisis data yang ada dengan berdasarkan pada konteks yang sesuai dengan teori-teori

Pada siklus III guru telah menerapkan pembelajaran dengan Metode Discovery Reasearch dengan baik dan dilihat dari aktivitas siswa serta kemampuan berbicara siswa pelaksanaan proses