• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV PROFIL KABUPATEN PONOROGO - DOCRPIJM 1503651090BAB 4 PROFIL KABUPATEN PONOROGO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB IV PROFIL KABUPATEN PONOROGO - DOCRPIJM 1503651090BAB 4 PROFIL KABUPATEN PONOROGO"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

RPIJM

Penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten Ponorogo Tahun 2014 – 2018

.

BAB IV

PROFIL KABUPATEN

PONOROGO

4.1. Geografi dan Administratif Wilayah

Kabupaten Ponorogo terletak di wilayah barat Propinsi Jawa Timur dengan luas

wilayah 1.371,78 km2 yang secara administratif terbagi ke dalam 21 Kecamatan dan 305

desa/ kelurahan. Menurut kondisi geografisnya, Kabupaten Ponorogo terletak antara 111º17’

– 111º52’ Bujur Timur (BT) dan7º49’ – 8º20’ Lintang Selatan (LS) dengan ketinggian antara 92 sampai dengan 2.563 meter di atas permukaan laut yang dibagi menjadi 2 sub area, yaitu

area dataran tinggi yang meliputi Kecamatan Ngrayun, Sooko, Pudak dan Ngebel dan tujuh

belas Kecamatan lainnya merupakan daerah dataran rendah.

Jarak Ibu Kota Kabupaten Ponorogo dengan Ibu Kota Propinsi Jawa Timur

(Surabaya) kurang lebih 200 Km ke arah Timur Laut dan ke Ibu Kota Negara (Jakarta)

kurang lebih 800 Km ke arah Barat. Adapun batas-batas wilayah Kabupaten Ponorogo

adalah sebagai berikut :

▪ Utara : Kabupaten Madiun, Kabupaten Magetan dan Kabupaten Nganjuk.

▪ Timur : Kabupaten Tulungagung dan Kabupaten Trenggalek

▪ Selatan : Kabupaten Pacitan

▪ Barat : Kabupaten Pacitan dan Kabupaten Wonogiri (Propinsi Jawa Tengah)

Secara administratif wilayah Kabupaten Ponorogo terbagi menjadi, 21 Kecamatan

serta 305 Kelurahan dan Desa, 947 Dusun/ Lingkungan, 2.272 Rukun warga (RW) dan

6.842 Rukun Tetangga (RT). Untuk menjalankan roda pemerintahan, Pemerintah Kabupaten

Ponorogo didukung oleh segenap pegawai ditingkat Kabupaten, Kecamatan sampai

Desa/Kelurahan, yang berada di Kantor, lembaga teknis, BUMD, Dinas, Badan serta unit unit

pelaksanan teknis lainnya. Jumlah Pegawai Negeri Sipil dari tahun ke tahun akan mengalami

peningkatan seiring dengan meningkat dan berkembangnya organisasi serta kebijakan

Pemerintah Pusat. Jumlah Pegawai Negeri Sipil di kabupaten Ponorogo pada Tahun 2009

(2)

RPIJM

Penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten Ponorogo Tahun 2014 – 2018

Dilihat dari keadaan geografisnya, Kabupaten Ponorogo dibagi rnenjadi 2 sub area,

yaitu area dataran tinggi yang meliputi Kecamatan Ngrayun, Sooko, Pulung, dan Ngebel

sisanya merupakan dataran rendah. Berdasarkan ketinggian wilayah dari permukaan laut

dapat dikelompokkan 241 desa berada pada ketinggian dibawah 500 m diatas permukaan

laut, 44 desa berada pada 500-700 m diatas permukaan laut; dan 18 desa berada di

ketinggian lebih dari 700 m diatas permukaan laut.

Di Kabupaten Ponorogo terdapat 14 sungai dengan panjang sungai antara 4 sampai

58 km. Luas wilayah Kabupaten Ponorogo 1.371,78 km2 terdiri atas tanah sawah seluas

348,67 km2 dan tanah kering seluas 1.023,11 km2. Sebagian besar wilayah Kabupaten

Ponorogo terdiri atas area hutan, tegal dan sawah. Untuk area hutan jumlah produksi hutan

dan ikutannya meliputi: kayu untuk pertukangan dari kayu jati 864 m2, kayu non jati 7.940

m2, kayu untuk bahan bakar dari kayu jati 170 sm, kayu non jati 2.889 ;bahan terpentyn

1.354 ton, bahan gondorukem 6.750 ton, minyak kayu putih 38.476 kg, dan getah

pinus10.286 ton, disamping potensi hutan, Kabupaten Ponorogo juga memiliki kandungan

bahan tambang. Berdasarkan wilayah kecamatan jenis bahan tambang adalah: Kecamatan

Ngrayun memiliki kandungan mangaan; oker,dan tras (17.792 m2); kecamatan Slahung

memiliki kandungan seng, mangaan, batu gamping (6.273 m2); kaolin, bentonit (437 m2),

zeolit (797 m2), gypsum (26.000 ton), tras (1.305 m2)

Kecamatan Bungkal memiliki kandungan seng; Kecamatan Sambit memiliki

kandungan tras; Kecamatan Sawoo memiliki kandungan batu gamping (23.600, 2 m3),

Kecamatan Sooko memiliki kandungan tras (454 m2), emas (260.000 m2); Kecamatan

Pulung memiliki kandungan emas (142,5 juta ton), mangaan. Tras (87.237,78 m2) dan sirtu;

Kecamatan Sampung memiliki kandungan batu gamping (39.939 m2), tras 837,01ha;

Kecamatan Jenangan memiliki kandungan sirtu; dan kecamatan Ngebel memiliki

kandungan; emas dan tras (87.237,78 Kg). Sedangkan untuk 10 kecamatan lainnya belum

ada penelitian, sehingga tidak diketahui sumber daya alam berupa bahan tambang. Selain

potensi tersebut, Kabupaten Ponorogo juga memiliki potensi wisata alam berupa Telaga

Ngebel yang masih asli, Air Terjun Pletuk, Hutan Kucur, wisata religi yaitu makam Bathoro

Katong, KH Besari, Goa Maria, dll.

4.2. Demografi

Penduduk merupakan elemen terbentuknya suatu wilayah. Kabupaten Ponorogo

merupakan Kabupaten yang memiliki jumlah penduduk cukup tinggi. Pada tahun 2012

(3)

RPIJM

Penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten Ponorogo Tahun 2014 – 2018

penduduk terbesar terdapat di Kecamatan ponorogo (8,69 %) dan terendah terdapat di

Berdasarkan data jumlah penduduk Kabupaten Ponorogo pada Tabel 4.1 dapat

dilihat bahwa angka dari jumlah penduduk mengalami pertumbuhan secara fluktuatif dimana

(4)

RPIJM

Penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten Ponorogo Tahun 2014 – 2018

Gambar 4.1

Laju Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Ponorogo Tahun 2009-2012 4.3. Topografi

Ketinggian tanah merupakan salah satu faktor yang menentukan jenis kegiatan

penduduk. Kabupaten Ponorogo terletak pada ketinggian antara 25 - > 1.000 m di atas

permukaan laut, dengan ketinggian terbanyak berada di antara 100 – 500 m di atas

permukaan laut. Kondisi lahan bertopografi datar sampai berbukit.

Lereng adalah sudut yang dibentuk oleh permukaan tanah dengan bidang horizontal

yang dinyatakan dalam prosen (%). Kondisi kelerengan di wilayah Kabupaten Ponorogo

cukup beragam dari kemiringan yang relatif datar (0 – 2 %) hingga kemiringan yang tajam (di

atas 40%). Sumber : Ponorogo Dalam Angka Tahun 2008

(5)

RPIJM

Penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten Ponorogo Tahun 2014 – 2018

a. Tanah dengan kemiringan 0 – 2%

Daerah ini merupakan daerah genangan air, juga baik untuk digunakan sebagai usaha

pertanian tanaman semusim. Tanah dengan kemiringan 0 – 2% di Kabupaten

Ponorogo mencapai luasan sekitar 15.391 Ha (11,22%).

b. Tanah dengan kemiringan 2 – 15%

Tanah dengan kemiringan 2 – 15% di wilayah Kabupaten Ponorogo mencapai luasan

16.736 Ha (12,20% dari seluruh wilayah kabupaten). Daerah ini masih baik untuk

digunakan sebagai usaha pertanian semusim dengan tetap memperhatikan

usaha-usaha pengawetan tanah dan air untuk kelestariannya.

c. Tanah dengan kemiringan 15 – 40%

Daerah ini sebaiknya digunakan untuk usaha penanaman tanaman tahunan/keras.

Luasan wilayah denga kemiringan 15 – 40% mencapai 22.374 ha (16,31%)

d. Tanah dengan kemiringan diatas 40%

Tanah dengan kemiringan yang cukup tajam ini pada umumnya berada di areal

pegunungan. Luasan tanah dengan kemiringan > 40% mencapai 82.677 ha (60,28%).

Tabel 4.3

Letak Ketingggian Dari Permukaan Laut

No Klasifikasi Lereng Jumlah Desa

1 < 500 m 241 Desa 2 500 – 700 m 44 Desa 3 > 500 m 18 Desa Sumber : Ponorogo Dalam Angka Tahun 2008

4.4. Klimatologi

Wilayah Kabupaten Ponorogo termasuk beriklim tropis dengan suhu rata-rata 27,8°

C. Pada tahun 1998, bulan Maret mempunyai rata-rata curah hujan tertinggi sebesar 462

dengan hari hujan 20 dan bulan Agustus mempunyai rata-rata curah hujan terendah sebesar

21 dengan hari hujan 2.

4.5. Hidrologi

Keadaan Hidrologi di Kabupaten Ponorogo terdiri atas sumber – sumber air yang

berasal dari air tanah , air permukaan dan curah hujan . Sebagian daerah yang mempunyai

permukaan bergunung , air tanah pada umumnya di dapat dari mata air yang berasal dari

kawasan pegunungan yang masih mempunyai kondisi jenisdari tumbuhan pepohonanyang

cukup rapat. Dalam sub-sub hidrologi atau tata air akan dibahas tentang hal-hal yang

(6)

RPIJM

Penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten Ponorogo Tahun 2014 – 2018

A. Curah hujan

Curah hujan merupakan salah satu unsur iklim yang sangat besar perannya terhadap

berbagai kegiatan usaha khususnya pertanian. Curah hujan baik langsung maupun tak

langsung akan mempengaruhi jenis dan pola tanam serta pola identitas penggunaan

tanah dan tersedianya air pengairan. Curah hujan di Kabupaten Ponorogo tidak terlalu

tinggi. Perhatikan table II.13 dan II.14 serta peta 2.15 dan 2.16 berikut ini. Dari table

tersebut terlihat bahwa jumlah hari hujan rata-rata dan curah hujan rata-rata

mempunyai kecenderungan menurun dari tahun 1996 hingga 1998.

Berdasarkan table tersebut terlihat bahwa rata-rata hari hujan terbanyak berada di

bulan Maret (20 hari) dan yang paling sedikit adalah di bulan Agustus (2 hari).

Sedangkan rata-rata curah hujan terbanyak berada di bulan Maret (463 mm/detik) dan

yang paling sedikit berada di bulan Agustus (921 mm/detik).

B. Pola Air Sungai dan Irigasi

Wilayah Kabupaten Ponorogo dilalui oleh beberapa sungai. Sungai ini belum

sepenuhnya digunakan sebagai sumber air pengairan, kecuali beberapa wilayah di tepi

sungai yang telah memanfaatkannya. Sungai-sungai tersebut adalah :

1. Sungai Keyang, arah aliran air dari tenggara menuju ke arah barat.

2. Sungai Asin, arah aliran dari timur menuju kea rah barat.

3. Sungai Slahung, arah aliran air dari selatan menuju ke arah utara.

4. Sungai Sungkur dan Sungai Galak, arah aliran air dari barat menuju ke timur.

5. Sungai Nglerep, arah aliran air dari timur menuju ke selatan.

4.6. Sosial dan Ekonomi 4.6.1. Sosial

Masyarakat di Wilayah Kabupaten Ponorogo umumnya merupakan suku yang

homogen dimana sebagian besar adalah berasal dari suku Jawa. Kabupaten Ponorogo

memiliki ciri khas budaya yaitu kesenian reog sebagai salah satu aspek yang dapat

memperkuat identitas daerah. Perkembangan nilai-nilai budaya yang bersifat religius

mewarnai kehidupan masyarakat sebagai kekayaan budaya yang perlu mendapatkan tempat

tersendiri sehingga menanamkan nilai moral yang mendukung pembangunan daerah.

Kesenian reog dapat menjadi salah satu andalan utama penduduk di wilayah

Kabupaten Ponorogo dalam melakukan pembangunan, dimana kesenian reog yang

merupakan asli dari Ponorogo ini memiliki makna perjuangan yang harus dimaknai dan

(7)

RPIJM

Penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten Ponorogo Tahun 2014 – 2018

kabupaten pada khususnya. Penguatan pada kesenian ini diharapkan dapat memberikan

motivasi bagi perkembangan wilayah perencanaan pada perkembangannya.

Masyarakat di wilayah Kabupaten Ponorogo pada umumnya memiliki mata

pencaharian yang beraneka ragam, dimana sebagian besar bermata pencaharian sebagai

petani dan peternak serta sektor-sektor lainnya. Pola kegiatan dan corak mata pencaharian

yang didukung dengan kondisi alamnya, membentuk karakter dan kebiasaan tingkah laku

masyarakat di wilayah Kabupaten Ponorogo itu sendiri.

4.6.2. Ekonomi

Kegiatan ekonomi dalam suatu daerah mempunyai peranan penting dalam

mendukung laju pembangunan ekonomi. Keberhasilan pembangunan ekonomi ini banyak

ditentukan oleh berbagai faktor seperti laju inflasi, pertumbuhan ekonomi dan juga Produk

Domestik Regional Bruto (PDRB). Dalam mengembangkan ekonomi di suatu daerah,

pengumpulan dan penghitungan data Produk Domestik semakin penting dan dirasakan

manfaatnya utamanya sebagai bahan evaluasi dan perencanaan pembangunan. Untuk

pengembangan sistem, perencanaan dalam memonitor perkembangan dan kemajuan

pembangunan di segala bidang khususnya di bidang ekonomi di tingkat kabupaten, data

Produk Domestik sangat diperlukan.

Dengan mengevaluasi data setiap tahun, PDRB di Kabupaten Ponorogo mengalami

kenaikan secara signifikan, baik dilihat dari nilai atas dasar harga konstan maupun atas

dasar harga berlaku. Dalam penghitungan PDRB atas dasar harga berlaku menggunakan

harga pada tahun yang bersangkutan. PDRB Kabupaten Ponorogo ADHB tahun 2009

adalah 6.575.434,92 sedangkan ADHK adalah 3.190.837,45.

Tabel 4.4

Nilai Produk Domestik Regional Bruto Di Kabupaten Ponorogo Tahun 2005-2009

(8)

RPIJM

Penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten Ponorogo Tahun 2014 – 2018

Ditinjau dari nilai PDRB Kabupaten Ponorogo, baik atas dasar harga konstan

maupun atas dasar harga berlaku sejak tahun 2005 sampai tahun 2009 per sektor kegiatan

usaha, peranan sektor pertanian masih sangat dominant walaupun pada akhir tahun 2009

(27,76%) mengalami penurunan, namun tidak begitu signifikan. Setelah sektor Pertanian

yang perannya cukup besar adalah sector perdagangan hotel dan restoran. Selama kurun

waktu lima tahun justru ada kecenderungan naik artinya telah terjadi pergeseran dari

kegiatan pertanian mengarah pada kegiatan perdagangan, walaupun belum maksimal.

Tabel 4.5.

Kontribusi Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) Per Sektor Kabupaten Ponorogo

Tahun 2005-2009

Sumber : BPS Kabupaten Ponorogo 2010

Di Sektor pertanian produksi tanaman padi (sawah dan ladang) produksinya pada

tahun 2005 mencapai 3.318.524 Ku, dengan rata-rata produksi 55,92 Ku/hektar. Kemudian

menurun pada tahun 2006 menjadi 3.262.480 Ku, dengan rata-rata produksi 57,17

Ku/hektar. -Tahun 2007 produksinya 3.978.000 Ku, dengan rata-rata produksi 62,57

Ku/hektar. Untuk tahun 2008 produksinya 3.942.780 Ku dengan rata-rata produksi 62,04

Ku/hektar. Untuk tahun 2009 produksinya 4.222.813 Ku, dengan rata-rata Produksi 62,04

Ku/hektar. Produksi jagung juga mengalami peningkatan dibanding tahun 2008, dari

1.389.940 Ku menjadi 1.999.830 Ku. Produksi ubi kayu mengalami penurunan dibandingkan

(9)

RPIJM

Penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten Ponorogo Tahun 2014 – 2018

Tabel 4.6

Luas Panen, Produksi dan Rata-rata Produksi Per Ha Tanaman Pangan di Kabupaten Ponorogo Tahun 2005-2009

Sumber : Dinas Pertanian Kabupaten Ponorogo 2010

Untuk hasil dari subsektor perkebunan untuk tanaman kelapa, kopi, cengkeh

mengalami penurunan produksi. Kelapa sebesar 140.022 Ku. Kopi Arabika 318,4 Ku dan

Kopi Robusta 1.166,4 Ku, cengkeh 2.979,4 Ku. Begitu juga untuk tanaman jambu mente,

kapuk randu dan tembakau produksinya dibanding tahun 2003. Untuk jambu mente sebesar

1.761,6 Ku, kapuk randu 2.034,39 Ku, tembakau Virginia 704,2 Ku dan Tembakau Jawa

1.868,5 Ku. Untuk tanaman janggelan yang dikembangkan dikawasan Ngrayun mengalami

peningkatan menjadi 5.333 Ku. Produksi tanaman tebu di 17 kecamatan, juga relative tetap

yaitu 85.152,8 Ku kristal gula. Sedangkan untuk tanaman panili pada tahun 2000 - 2003

produksi panili sebesar 34,2 Ku, 33 Ku, 40,8 Ku, 62 Ku sedang tahun 2004 mengalami

penurunan menjadi 59,6 Ku. Tanaman panili yang dikembangkan di Kecamatan Ngebel,

Sawoo, Pulung, Ngrayun, dan Sooko.

Sementara itu produksi buah-buahan diantaranya pisang 333.287 Ku, mangga

1.603.312 Ku, jeruk keprok 239.697 Ku, papaya 68.128 Ku, nangka 40.558 Ku, alpokat

89.516 Ku, manggis 5.670 Ku, sawo 2.876 Ku, salak 1.407 Ku. Belimbing 4.276 Ku, jambu

air 1.107 Ku, sukun 574 Ku, melon 42.167 Ku, durian 149.511 Ku, rambutan 17.074 Ku,

sersak 673 Ku. Produksi sayur sayuran adalah cabe rawit 22.894 Ku, kangkung 746 Ku,

terong 1.152 Ku, bawang merah 21.439 Ku, boncis 32.102 Ku, cabe besar 1.787 Ku, bayam

466 Ku, wortel 42.629 Ku, kacang panjang 2.682 Ku, ketimun 868 Ku, labu 1.143 Ku, tomat

1.742 Ku, bawang putih 28 Ku, semangka 120 Ku, sawi 14.317 ku.

Disektor peternakan ternak besar yang banyak dikembangkan yaitu sapi dengan

(10)

RPIJM

Penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten Ponorogo Tahun 2014 – 2018

ternak kecil meliputi kambing sejumlah 66.748, domba 19.800 ekor. Untuk unggas meliputi

ayam kampung 470.513 ekor, menthok 13.323 ekor dan itik 28.251 ekor. Untuk

pengembangan ternak sapi dilakukan insiminasi buatan pada sapi potong, jumlah akseptor

36.072 dan jumlah sapi 38.724 ekor dan jumlah kelahiran 25.649 ekor, sedangkan untuk

sapi perah mulai perkembangan cukup besar terjadi mulai tahun 2008 sebanyak 636.744

ekor, tahun 2009 bertambang menjadi 850.500 ekor.

Dari sektor peternakan ini, produksi daging sapi 818.350 kg, daging kerbau 10.272

kg, daging kambing 1.774.850 kg, dan daging domba 98.100 kg, daging ayam kampung

produksinya 520.700 kg, ayam boiler 901.510 kg, itik 789.330 kg, telor ayam kampong

1.552.400 kg, ayam ras 579.430 kg dan telor itik 565.600 kg.

Pengembangan perikanan menunjukkan hasil yang cukup baik. Luas areal perikanan

untuk perairan umurn 324,30 Ha dan dengan produksi 33,15 ton, senilai Rp. 431.630.000,00.

Untuk areal kolam luas areal 33,14 Ha produksinya mencapai 961,30 ton, senilai Rp.

10.958.820.000,00, jenis ikan yang dikembangkan mujair, katak, tawas, udang, lele, dan

lain-lain.

Perkembangan industri di Kabupaten Ponorogo menunjukkan adanya peningkatan.

Jumlah industri kecil dan kerajinan pada tahun 2005–2009 berturut-turut adalah 21.168 unit,

21.418 unit, 21.514 unit, 21.607 unit dan 21.703 unit. Seiring dengan peningkatan jumlah

industri penyerapan tenaga kerja pun meningkat. Penyerapan tenaga kerja industri kecil dan

kerajinan tahun 2005 – 2009 adalah : 51.103 orang, 51.940 orang, 52.467 orang, 52.632

orang dan 52.947 orang. Dari 52.947 unit industri tersebut yang masuk industri formal adalah

721 unit, dengan penyerapan tenaga kerja sebanyak 9.087 orang dan nilai produksi total

sebesar Rp. 274.665.450.000,00. Untuk industri non formal mencapai 20,982 unit dengan

43.860 tenaga kerja, dan dengan nilai produksi total sebesar Rp. 195.896.414.000,00.

Keberadaan fasilitas perekonomian di suatu wilayah sangat diperlukan untuk

memudahkan masyarakat setempat dalam melakukan aktivitas ekonomi, seperti lembaga

keuangan, pasar dan pertokoan. Kondisi perekonomian merupakan indikator utama untuk

mengetahui maju tidaknya suatu wilayah.

Perkembangan lembaga keuangan, sangat penting dalam mendukung

perkembangan ekonomi masyarakat akhir-akhir ini. Dengan jumlah lembaga keuangan

formal yang mencapai ratusan unit, telah dirasa mencukupi dalam menunjang kegiatan

ekonomi masyarakat di Kabupaten Ponorogo. Hal ini tercermin dari jenis lembaga keuangan

terbanyak adalah koperasi dan BKD/BPR (Bank Perkreditan Rakyat) yang sebagian besar

(11)

RPIJM

Penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten Ponorogo Tahun 2014 – 2018

Jumlah KUD sampai dengan akhir tahun 2009 adalah 27 unit sedangkan koperasi

non KUD mengalami peningkatan yang luar biasa menjadi 574 unit naik 76 Koperasi

dibandingkan tahun 2008 yang berjumlah 498 unit atau naik 0,76%. Bertambahnya jumlah

sarana perekonomian yang berupa swalayan yang cukup membanggakan merupakan

indikasi perkembangan ekonomi yang menggembirakan.

Tabel 4.7

Jumlah Koperasi Beserta , Anggota dan Permodalannya Di Kabupaten Ponorogo Tahun 2005-2009

Sumber : Dinas Indakop dan UMK Kabupaten Ponorogo 2010

Kabupaten Ponorogo memiliki modal/ prasarana dasar berupa lahan pertanian dan

merupakan salah satu daerah penyangga pangan di Jawa Timur. Luas lahan sawah 34.800

Ha, terdiri dari daerah irigasi teknis seluas 30.091 Ha, setelah teknis seluas 625 Ha, non

teknis seluas 2.228 Ha dan tadah hujan seluas 1.856 Ha. Sedangkan lahan kering seluas

102.378 Ha digunakan untuk pekarangan dan bangunan 21.654 Ha, Tegal/Ladang 30.270

Ha, Hutan Negara 46.940 Ha, Hutan Rakyat 108 Ha, Perkebunan 200 Ha dan lainnya 3.206

Ha. Modal/prasarana produksi lain yaitu bidang industri, jumlah industry kecil dan kerajinan

tahun 2009 ini mengalami peningkatan bila disbanding tahun lalu, dari 21.607 unit pada

tahun 2008 meningkat menjadi sekitar 21.703 unit pada tahun 2009 dengan tenaga kerja

yang dapat terserap sebesar 52.947 orang.

Untuk mengetahui tingkat kesejahteraan rakyat. Salah satu indikatornya adalah

penggunaan jasa listrik oleh rumah tangga. Pada akhir tahun 2009 jumlah rumah tangga

pelanggan listrik yaitu65.823 pelanggan dengan nilai penjualan mencapai Rp. 2.504.035.070

pada bulan Desember 2009. Selain itu untuk menggunakan air bersih dari PAM mengalami

penurunan dari 14.684 rumah tangga pada tahun 2008 menjadi 14.353 rumah tngga pada

(12)

RPIJM

Penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten Ponorogo Tahun 2014 – 2018

Surat ijin usaha perdagangan yang diterbitkan pada tahun 2009 di Kabupaten

Ponorogo adalah sebesar 796 unit. Sedangkan untuk wajib tera ulang dan UTTP yang ditera

ulang bagi sarana perdagangan seperti neraca, anak timbangan dan lainnya secara umum

mengalami penurnan. Adapun jumlah perusahaan yang mendaftar di sektor perdagangan

pada tahun 2009 ini adalah sebesar 678 perusahaan.

Dalam rangka menunjang sub sektor kepariwisataan perlu kiranya tersedianya

sarana penginapan yang memadai. Di Kabupaten Ponorogo terdapat 12 hotel maupun

losmen yang berada di dalam kota dan 4 penginapan berada di tempat wisata Telaga

Gambar

Tabel 4.2 Kelerengan Tanah di Kabupaten Ponorogo
Tabel 4.5.
Tabel 4.6
Tabel 4.7

Referensi

Dokumen terkait

“Banyak pesaing -pesaing yang berada pada usaha yang sama, akan tetapi El-Nifa telah mempersiapkan diri untuk menghadapi persaingan itu melalui keunggulan manfaat dan

Analisis Pengaruh Jenis Kelamin, Usia, Pengalaman Kerja, dan Pendidikan Etika Bisnis terhadap Persepsi Etis Mahasiswa dengan Program Studi sebagai..

Melihat pemaparan diatas serta hasil pengamatan peneliti di lapangan bahwa dalam penerapan teknik pembelajaran round table pada mata pelajaran Fiqih materi jinayah,

Dari definisi perilaku konsumen diatas dapat disimpulkan bahwa perilaku konsumen adalah suatu tindakan atau perilaku yang dilakukan konsumen yang dimulai dengan

Dilihat dari efisiensi secara ekonomis dari keempat saluran yang ada di Kabupaten Karanganyar maka saluran III adalah saluran pemasaran beras hitam yang

Tujuan penulisan laporan ini adalah untuk membuat aplikasi pengolahan data keberatan pada Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Sumatera Selatan dan

Walaupun banyak faktor-faktor lain yang akan mempengaruhi kecerdasan emosional, tetapi dalam penelitian ini yang akan diteliti hanyalah faktor verbal abuse

Para pembudidaya umumnya mengendalikan Argulus japonicus dengan bahan kimia, namun Argulus japonicusditemukan menginfestasi ikan air tawar pada budidaya selanjutnya,