• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pokok-Pokok Pikiran Roundtable Discussion : Oleh Marsuki

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pokok-Pokok Pikiran Roundtable Discussion : Oleh Marsuki"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

Pokok-Pokok Pikiran

Roundtable Discussion :

Oleh

Marsuki

Tentang Pentingnya UU Utang

Luar Negeri dari Sisi Ekonomi

dan Keuangan

(2)

Pokok-Pokok Pikiran Pembahasan

Tentang Utang Luar Negeri

Pemerintah Indonesia

Pengantar Diskusi

Dasar Pemikiran dan Praktik Utang Luar

Negeri Pemerintah Indonesia

Profil Utang Pemerintah Indonesia

Persoalan Utang Luar negeri Indonesia

Prospek Utang Luar Negeri Pemerintah

(3)

Pengantar Diskusi

Utang luar negeri (ULN) di Indonesia sudah ada sejak zaman kolonial, tapi

kemudian porsinya semakin membesar sejak RI. Hingga kini sudah terjadi tujuh

kali pergantian pemerintahan,. Walau demikian, dalam praktiknya nampaknya

tidak ada perbedaan secara prinsip yang diterapkan masing-masing

pemerintahan dalam mengelola atau memanfaatkan ULN tersebut, sebagai

salah penopang atau sumber pembiayaan “prime mover” pembangunan.

Dalam era pemerintahanSoeharto hingga Megawati, pemerintah menganut

prinsip yang secara terang-terangan menjadikan ULN sebagai penutup

kekurangan kebijakan anggaran (APBN) yang ditetapkan selalu harus

seimbang (Keseimbangan Fiskal). Sehingga dapat dikatakan ULN menjadi alat

stimulus kebijakan fiskal pemerintah. Kemudian, sejak pemerintahan SBY,

prinsip pemanfaatan ULN diperlunak sebutannya, dengan melakukan

perubahan orientasi kebijakan fiskal dengan konsep “Kesinambungan Fiskal”.

Konsep ini mengandung arti bahwa APBN dilaksanakan secara dinamis untuk

menjalankan fungsi sebagai stabilisator perekonomian dan mampu memenuhi

barbagai beban pengeluaran atau kewajiban baik yang eksplisit maupun

implisit, pada saat ini dan di masa akan datang.

Ke depan, masalahnya adalah bagaimana menemukan formula yang tepat guna

memanfaatkan seoptimal mungkin ULN tersebut sehingga dapat menjadi

sumber pembiayaan pembangunan yang dapat dipertanggungjawabkan secara

rasional baik bagi generasi saat ini maupun bagi generasi yang akan datang.

(4)

Dasar Pemikiran dan

Praktik Pemanfaatan ULN di Indonesia

 Menurut teori, ada beberapa alasan mengapa ULN tersebut menjadi suatu

keniscayaan bagi suatu negara, termasuk negara maju, dan terutama negara-negara berkembang, apalagi negara miskin. Alasan-alasan tersebut, karena :

Semakin besarnya jumlah pengeluaran pemerintah dibanding penerimaan pemerintah,

akibat diraihnya kemerdekaan dan kemajuan kehidupan warga negara

Adanya kesenjangan pembiayaan pembangunan (saving-investmen gap dan

Foerign-exchage gap), dalam kaitannya dengan manfaat utang terhadap pembangunan.

Besarnya kebutuhan bantuan teknis, dikaitkan dengan perihal pentingnya alih teknologi

(invetasi Asing) serta pemikiran dan manajemen organisasi moderen, dan

Semakin terbukanya hubungan ekonomi dan keuangan antar negara, akibat kemajuan

perdagangan dan pasar keuangan internasional, yang mengakibatkan meningkatnya arus modal luar negeri (FDI, Portofolio dan lainnya).

 Pengalaman Indonesia dalam memanfaatkan ULN, juga mengacu pada

pemikiran-pemikiran tersebut. Kemudian berkembang lebih jauh oleh karena berbagai alasan strategis, mengikuti perkembangan zaman. Masalahnya, ditengarai banyak pihak, termasuk sekelompok idealis di pemerintahan sendiri bahwa selama ini pengelolaan ULN tersebut belum optimal. Akibatnya, timbul banyak prasangka, utamanya dari pihak-pihak kritis yang selalu alergi dengan ULN.

(5)

Perkembangan

Saving-Investment Gap

Perkembangan APBN

Indonesia

(6)

Indeks Keterbukaan

(7)

Perkembangan dan Profil ULN

Pemerintah Indonesia

 Sekilas ULN pemerintah Indonesia mengalami perkembangan cukup moderat dan stabil

dari waktu ke waktu, terutama semenjak tahun 2001. Baik ditinjau dari sisi jumlah, jenis, sumber, dan jangka waktunya. Meski demikian, beberapa pihak tetap mempersoalkannya, dengan menggunakan pendekatan-pendekatan kritis tertentu.

 Faktanya, selama ini perkembangan dan kebutuhan ULN semakin besar disebabkan oleh

beberapa sebab, diantaranya :

Adanya akumulasi ULN masa lalu yang harus dibelanjai ulang

Adanya krisis ekonomi dan keuangan : depresiasi mata rupiah, kebijakan BLBI dan

Rekapitalisasi perbankan, pelunasan utang obligasi Rekap di BPPN

Membantu membiayai defisit APBN yang semakin besar, untuk : menopang kebijakan

stimulus fiskal, bantuan peningkatan kesejahteraan ekonomi rakyat (PNPM, BOS, Jamkesmas, Subsidi), mengkompensasi bantuan ke dunia usaha dengan insentif pajak, mem-backup

anggaran pendidikan 20%, membenahi reformasi birokrasi, maupun untuk menambah anggaran Alusista ABRI.

 Ke depan, tampaknya sulit dihindari akan semakin besarnya kebutuhan ULN jika

memperhatikan berbagai hal, terutama dalam upaya mempertahankan kebijakan-kebijakan anggaran/fiskal yang sedang dan rencana dilaksanakan dalam rangka pemenuhan pembiayaan pembangunan sebagai akibat berbagai perkembangan dan kemajuan tatanan hidup masyarakat dan negara.

(8)

135,401137,024 130,652128,736 136,640145,519146,226147,339 149,141147,982150,009 69,24470,15369,245 73,05176,92078,048 83,79183,544 85,12283,728 85,550 20,000 40,000 60,000 80,000 100,000 120,000 140,000 160,000 Ju ta US D

Perkembangan Utang Luar

Negeri Indonesia,

2003-2009 (Q1-2)

ULN Swasta Total ULN

ULN Pemerintah Pusat ULN Otoritas Moneter

Perkembangan Rasio Utang Pemerintah

(ULN&UDN) terhadap GDP

(9)

Perkembangan Defisit

Anggaran

(10)

Beberapa Persoalan ULN Indonesia

 Serupa di negara lain, kritik terhadap peran atau manfaat ULN dalam pembangunan suatu

bangsa juga sering terjadi di Indonesia, terutama saat menjelang pemilu pemilihan pemimpin negara.

 Ada beberapa indikator yang sering dipersoalkan oleh beberapa pihak tentang ULN

tersebut, diantaranya berkaitan dengan : (lihat Grafik dan Tabel)

Dikhawatirkannya perkembangan indikator kerentanan perekonomian eksternal IndonesiaDianggap adanya arus modal keluar yang semakin besar (negatif transfer)

Dikhawatirkannya perkembangan nilai perbandingan antara ULN atau pembayaran ULN

dengan beberapa indikator konomi makro esosial (ULN terhadap belanja pegawai, belanja modal)

Tidak jelasnya beberapa definisi tentang ULN dibanding UDN, akibat perkembangan pesat

dalam pasar keuangan nasional dan internasional (Asing beli SUN dan memperoleh gain besar)

Dianggap bahwa biaya ULN kurang rasional dan tidak transparan pelaporannya akibat KKN

 Dianggap bahwa semua permasalahan tersebut timbul sebagai akibat karena adanya

beberapa masalah mendasar yang selama ini ada, dan tidak dilakukan upaya pembenahan yang bersifat komprehensip. Diantaranya, karena belum adanya harmonisasi peraturan atau UU antara lembaga yang seharusnya saling terkait dalam menangani atau

bertanggungjawab terhadap pengelolaan, pemanfaatan dan pengawasan ULN.

 Dengan mengetahui berbagai masalah yang diidentifikasi maka selanjutnya akan dapatlah

disusun rancangan atau formula yang tepat untuk menjadikan ULN tersebut sebagai suatu instrumen ekonomi yang dapat bermanfaat, jadi bukan sebagai sesuatu yang perlu

(11)

Grafik Perkembangan Beban

ULN

Indikator Kerentanan

(12)

8,635 (10,267) 18,778 18,447 50,854 10,272 26,566 49,580 47,408 (20,000) 20,000 40,000 60,000 80,000 100,000 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 Mi liar R upi ah

Perkembangan Penarikan dan

Pembayaran ULN (Cicilan plus

Bunga) dan “

Negatif Transfer”

Negatif Transfer

Total Pembayaran Ciciclan dan Bunga ULN Penarikan ULN (Bruto)

10,196 10,267 6,628 548 -28,057 -10,272 -26,566-23,852 -18,708 -40,000 -20,000 20,000 40,000 60,000 80,000 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 Mi liar R upi ah

Perkembangan Penarikan ULN

Pemerintah, Pembayaran

Cicilan Pokok, Bunga ULN dan

Pembiayaan Luar Negeri

Pembiayaan Luar Negeri

Penarikan Pinjaman Luar Negeri, bruto Pembayaran Cicilan Pokok ULN

(13)

214.71 193.08205.77 168.83 185.83 264.96 233.30240.65 255.06 50.00 100.00 150.00 200.00 250.00 300.00 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 Pers ent as e

Perkembangan Beban Pembayaran

ULN Pemerintah terhadap Belanja

Modal, Belanja Pegawai dan

Penerimaan SDA

Rasio Pembayaran ULN/Belanja Modal Rasio Pembayaran ULN/Belanja Pegawai Rasio Pembayaran ULN/Penerimaan SDM

50.00 100.00 150.00 200.00 250.00 2003 2004 2005 2006 2007 2008 Pers ent as e

Perkembangan Beban ULN

Pemerintah terhadap Belanja

Pebagawai, Belanja Modal dan

Penerimaan SDA

Rasio Beban ULN terhadap Belanja Pegawai Rasio Beban ULN terhadap Belanja Belanja Modal Rasio Beban ULN terhadap Penerimaan SDA

(14)

Perkembangan Pemilikan

(15)

Prospek ULN Indonesia_1

 Bagaimanapun juga, nampaknya ULN bagi Indonesia akan masih menjadi variabel penentu

bagi keberhasilan program pembangunan Indonesia. Oleh karena itu, agar supaya ULN dapat lebih bermanfaat, maka beberapa kerangka pemikiran dan langkah-langkah strategi secara sistematis dan terencana sejak kini perlu disiapkan, diantaranya :

 Mendesaknya undang-undangan dan peraturan khusus tentang ULN diadakan agar

dapat menjadi payung hukum dalam mengelola ULN secara profesional sehingga dapat dipertanggungjawabkan antar generasi.

 Didalamnya, termuat frame work mekanisme pengelolaan ULN, mulai dari sistem

perencanaan pelaksanaan, pengawasan sampai pada cara pertanggunjawabannya dalam kaitannya ULN yang ada, dan terutama terhadap ULN yang akan dilakukan.

 Untuk itu, perlu ketegasan pelibatan secara aktif dan bertanggungjawab dari beberapa

stake holders berkompoten sesuai dengan frame work mekanisme pengelolaan ULN yang ditetapkan. Dalam kaitan itu, perlu kejelasan peran, fungsi atau tugas, maupun aspek kewenangan dan kewajiban dari masing-masing pihak yang terlibat.

 Jelasnya pengertian dari beberapa aspek yang terkait langsung atau tidak dengan

perihal ULN tersebut, sehingga tidak menimbulkan kekhawatiran dan multi tafsir.

Seperti diantaranya : definisi-definisi tentang ULN daalam kaitannye dengan instrumen UDN; prioritas sektor yang akan dibiayai dengan ULN; indikator batas kewajaran

ULN, maupun indikator risiko ULN dalam jangka pendek; jangka menengah dan panjang dari sisi ekonomi, politik hukum dalam hubungannya dengan menjaga kepentingan, eksistensi dan dan integritas bangsa Indonesia untuk selamanya.

(16)

 Selain itu, secara khusus perlu dibuatkan aturan-aturan atau ketetapan yang merupakan

penjabaran operasional dari salah satu pasal atau ayat dari RUU Tentang ULN, guna mengakomodasi mekanisme penyelesaian ULN yang dianggap dapat membantu meningkatkan kegiatan pembangunan di Indonesi. Seperti alasan strategis untuk

memperbaiki kinerja kebijakan anggara pemerintah, melalui beberapa cara. Misalnya dengan strategi : Debt refinancing, Debt reorganization, Debt reduction,Debt relief, Conceesional

restructuring, atau Debt swap. Praktiknya, Indonesia sudah mempraktekkan beberapa agenda tersebut, namun perlu ditambah dan disempurnakan lagi, sesuai kebutuhan dan pertimbangan yang tepat atau rasional.

 Termasuk perlunya aturan khusus tentang mekanisme penyelesian ULN tertentu yang selama

ini terindikasi dapat memberatkan pemerintah dan terutama masyarakat ,sebagai akibat

adanya ketidak wajaran dalam pengelolaan ULN, maupun akibat karena kesalahan berencana dari pihak kreditur maupun debitur sehingga dapat merikan pemerintah dan rakyat Indonesia (Odious debt misalnya). Sehingga nantinya ada hak bagi team pengeola ULN yang terbentuk dengan adanya undang-undang ULN tersebut, diantaranya hak untuk meminta penghapusan ULN tertentu yang dianggap bermasalah (Repudiation).Seperti yang sering dilakukan

beberapa negara di Amerika Latin, bahkan Amerika Serikat pada tahun 1950 lalu.

 Perlunya melibatkan pelaku-pelaku lain selain pihak yang tercantum dalam kerangka atau

frame work yang telah disusun, terutama sebelum keputusan ULN yang baru diambil. Diantaranya, melibatkan dengan cara dialog terbatas dengan pihak perguruan tinggi atau lembaga lain yang dapat dipercaya, termasuk Pemda-Pemda. Tujuannya untuk dijadikan acuan pembanding dalam pengambilan keputusan final tentang kebijakan ULN yang akan ditetapkan.

(17)

Kesimpulan

Nampaknya, skhema rancangan muatan UU Tentang ULN

yang diusulkan dan dibahas saat ini adalah selaras dengan

semangat atau spirit kebijakan anggaran/fiskal dengan konsep

“Kesinambungan Fiskal”, seperti yang dianut pemerintahan

saat ini. Konsekuensinya ULN berarti tidak dimaksudkan lagi

sebagai instrumen yang khusus untuk menstimulus

perekonomian, seperti pada pemerintahan

sebelum-sebelumnya. Dalam hal ini, kebijakan anggaran/fiskal

dilaksanakan untuk menutupi berbagai kewajiban dan

komitmen yang harus dijalankan pemerintah bahkan termasuk

kewajiban untuk membayar pokok dan bunga ULN itu sendiri.

Penjelasan, gambaran, dan skhema rancangan muatan UU

Tentang ULN yang diusulkan dan dibahas saat ini prinsipnya

sebahagian besar sudah dapat mewakili aspirasi yang penulis

sampaikan di atas. Namun ada beberapan pemikiran yang

dapat disarankan untuk diperhatikan dan bahkan ditambahkan

dalam draft UU kebijakan ULN tersebut, jika itu masih

(18)

Saran-Saran

Diantara hal utama yang disarankan adalah perlu adanya muatan amanat atau spirit

dalam rancangan UU tentang ULN tersebut tentang pentingnya secara terus menerus

pemerintah sebagai koordinator kebijakan ULN melakukan secara “cermat dan

dinamis” kebijakan ULN yang ada dan yang akan dilaksanakan. Hal tersebut dapat

menyakut dua hal pokok, yakni :

Perlu secara konsekuen melaksanakan amanat dan mekanisme seperti yang

tertuang dalam rencana UU tentang ULN yang telah ditetapkan. Diantaranya

pelibatan secara sungguh-sungguh pihak-pihak yang diusulkan, dengan

tanggungjawab khususnya untuk menelusuri

secara cermat,

detail dan terinci

setiap item tentang ULN yang ada dan yang direncanakan, baik dalam aspek

pengetahuan : tentang tujuan atau manfaat ULN, tentang isi perjanjian dan

komitmen, tentang tata cara pencairan, penggunaan maupun pengawasannya.

Termasuk mampu memprediksi aspek-aepek risiko yang mungkin dialami.

Kemudian

secara aktif atau dinamis

pemerintah dengan teamnya selalu harus

siap melakukan negoisasi-negoisasi dengan pihak kreditur agar mau melakukan

beberapa penyesuaian terhadap ULN tertentu, karena adanya beberapa alasan

logis, kesempatan baik maupun karena ada persoalan yang dirasakan pemerintah

dan masyarakat dengan ULN tertentu. Tujuan utamanya terfokus pada usaha

untuk memperoleh keringana pembayaran bunga, cicilan, penyesuaian jangka

waktu pinjaman, bahkan termasuk kemungkinan meminta kebijakan

Gambar

Grafik Perkembangan Beban ULN

Referensi

Dokumen terkait

sama dengan beberapa pihak developer device lainnya, seperti Lava, Samsung, Huawei dan lainnya. Untuk meningkatkan penggunaan produk XL dipasar. Untuk proses pemasaran dari

Data penelitian ini berupa data sekunder yaitu Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Alokasi Umum (DAU), Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran dan Belanja Modal (BM) yang terdapat

Adapun tujuan dari pembuatan Sistem Informasi Reservasi Tour Agency Di Jawa Tengah Berbasis Web adalah Untuk membuka peluang usaha pariwisata dengan cara memasarkan tempat

Peserta OJT diatur dengan ketentuan bahwa peserta praktek kerja lapangan adalah mahasiswa yang mengontrak matakuliah Praktek Kerja Lapangan pada semester tertentu

dinyatakan bahwa hubungan antara lama usaha terhadap pendapatan penjual sayur di Di Pasar Imbi Kelurahan Elelim dan Kampung Ohoam di Distrik Elelim di Kabupaten Yalimo

Pengumpulan Data : Mengumpulkan data yang dipertanyakan dan menentukan sumber (melalui benda konkrit, dokumen, buku, eksperimen) untuk menjawab pertanyaan yang diajukan

Kegawatdaruratan kebidanan 10 kegiatan 0.001 Bidan Pel.Pemula 10 kegiatan 0.002 Bidan Pelaksana 10 kegiatan 0.005 Bdan Pel.Lanjutan 10 kegiatan 0.01 Bidan Penyelia D..

Permasalahan yang terjadi pada guru dalam merencanakan penilaian dokumen asesmen portofolio agar sesuai dengan pembelajaran terpadu jaring laba-laba ( webbed )