• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. yang baik (good goverence government), telah mendorong pemerintah pusat dan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. yang baik (good goverence government), telah mendorong pemerintah pusat dan"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Meningkatnya tuntutan masyarakat terhadap penyelenggaraan pemerintah yang baik (good goverence government), telah mendorong pemerintah pusat dan pemerintah daerah untuk menerapkan akuntabilitas public. Akuntabilitas publik dapat diartikan sebagai bentuk kewajiban mempertanggungjawabkan keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan misi organisasi dalam mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditentukan sebelumnya, melalui suatu media pertanggungjawaban yag dilaksanakan secara periodik (Mardiasmo,2006 dalam artikel Dyah puri dan bestari,2014).

Praktek pelaporan keuangan dalam organisasi sector public merupakan suatu konsep yang didasari teori keagenan. Pemerintah sebagai agen diwajibkan menyajikan informasi yang bermanfaat bagi para pengguna informasi keuangan pemerintah yang bertindak sebagai principal dalam menilai akuntabilitas dan membuat keputusan, baik keputusa ekonomi, social, maupun politik. Upaya kongkrit untuk mewujudkan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan pemerintah, baik pemerintah pusat maupun daerah adalah dengan menyampaikan pertanggungjawaban berupa laporan keuangan. Laporan keuangan pemerintah yang dihasilkan harus memenuhi

prinsip-prinsip dengan tepat waktu dan disusun dengan mengikuti Standar Akutansi Pemerintah sesuai dengan peraturan pemerintah no 71 tahun 2010. Sistem informasi

(2)

memiliki peranan penting dalam meningkatkan kualitas kinerja organisasi. Sistem informasi akan mampu dijalankan optimal apabila terdapat sumberdaya yang mumpuni sebagai penggerak dari system informasi yang ada. Untuk mampu menghasilkan laporan keuangan yang berkualitas melalui informasi tersebut, maka diperlukan kapasitas sumber daya manusia yang berkualitas agar mampu menjalankan system tersebut dengan baik. Sumber daya manusia merupakan salah satu factor yang menentukan keberhasilan suatu lembaga organisasi.

Selain sumber daya manusia, hal yang mempengaruhi kualitas informasi akuntansi pada pelaporan keuangan pemerintah adalah pemanfaatan System Informasi Keuangan Daerah (SIKD). Menurut (PP) RI Nomor 65 tahun 2010, SIKD memberi manfaat atau kemudahan dalam mengolah data pengolahan keuangan daerah dan data terkait lainnya menjadi informasi yang disajikan kepada masyarakat dan sebagai dasar pengambilan keputusan dalam rangka perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan pertanggungjawaban pemerintah daerah.

Pemanfaatan SIKD dalam proses penyusunan laporan keuangan dakan mampu meningkatkan kualitas informasi pada laopran keuangan. Hal lain yang berpengaruh terhadap kualitas informasi pelaporan keuangan pemerintah adalah Sistem Pengendalian Intern (SPI) dan Standar Akutansi Pemerintah (SAP). Pengendalian Intern pada pemerintah pusat dan daerah dirancang dengan berpedoman pada peraturan pemerintah no 30 tanhun 2008 tentang SPIP. Sistem Pengendalian Intern (SPI) memiliki fungsi untuk memberikan keyakinan yang mamadai bagi tercapainya efektifitas dan efisiensi dalam proses akutansi terutama dalam menciptakan keandalan laporan keuangan. Sehingga penerapan system

(3)

3

pengendalian intern mampu meningkatkan reabilitas, objektifitas informasi dan mencegah inkonsistensi dan memudahkan proses audit laporan keuangan.

Mengacu pada amanat Undang-Undang No 17 tahun 2003 tentang keuangan negara, pemerintah menerbitkan Peraturan Pemerintah no 24 tahun 2005 mengenai Standar Akuntansi Pemerintah (SAP). Dalam SAP mengatur prinsip-prinsip akutansi yang harus diterapkan dalam menyusun dan menyajikan laporan keuangan pemerintah usat/daerah. Maka dari itu, SAP merupakan persyaratan sekaligus menjadi pedoman yang mempunyai kekuatan hokum dalam upaya meningkatkan kualitas informasi pelaporan keuangan pemerintah di Indonesia. (PSAP, KK;2010, dalam artikel I Putu Upabayu dan I Wayan Putra,2015)

Apabila informasi yang terdapat di dalam Laporan Keuangan Pemerintah Daerah memenuhi kriteria karakteristik laporan keuangan pemerintah seperti yang disyaratkan dalam Peraturan pemerintah No 24 Tahun 2005, berarti pemerintah daerah mampu mewujudkan tranparansi dan akuntabilitas dalam pengolahan keuangan daerah. Informasi yang terkandung di dalam laporan keuangan yang dihasilkan oleh pemerintah daerah harus sesuai dengan kriteria nilai informasi yang disyaratkan oleh peratran perundang-undangan, maka akan mengakibatkan kerugian daerah, potensi kekuranngandaerah, kekurangan penerimaan, kelemahan administrasi, ketidak hematan, ketidak efisienan, dan ketidak efektifan.

Sebagaimana telah diketahui bersama dalam bidang administrasi pemerintahan, telah dihasilkan pula peraturan perundang undangan, berupa intruksi presiden no 7 tahun 1999 tanggal 15 juni 1999 tentang akuntabilitas kinerja instansi pemerintah untuk melaksanakan pemerintah yang lebih berdaya guna,berhasil guna, bersih dan bertanggung jawab.

(4)

Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) memberikan opini Wajar Dengan Pengecualian (WDP) terhadap Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP) tahun 2014. Status opini yang diberikan BPK ini merupakan penurunan dari kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Pusat tahun sebelumnya yang mendapatkan status wajar tanpa pengecualian. BPK meminta akuntabilitas dan transparansi harus terus ditingkatkan.

Beberapa permasalahan ditemui BPK yang menjadi pengecualian atas kewajaran Laporan Keuangan Pemerintah Pusat dan kembali berulang di tahun 2014. "Permasalahan tersebut merupakan gabungan antara ketidaksesuaian dengan standar akuntansi pemerintahan, keelemahan sistem pengendalian intern, dan ketidakpatuhan terhadap ketentuan perundang-undangan," ujar Ketua BPK Harry Azhar Aziz di Rapat Paripurna DPR RI, Senayan, Kamis (4/6).

Sebenarnya, selama tahun 2014 pemerintah telah memperbaiki permasalahan yang mempengaruhi laporan keuangan tahun 2013 dengan beberapa cara. Diantaranya, pertama mengungkapkan secara memadai piutang over lifting yang tidak menggambarkan hak negara dalam LKPP tahun 2014. Kedua melakukan upaya penagihan, verifikasi, dan koreksi untuk menghapus pencatatan piutang yang masih mengandung ketidakpastian.

Ketiga, melakukan pemetaan dan penelusuran keberadaan Aset kredit eks BPPN. Keempat, melakukan verifikasi kepada pensiunan atas saldo uang pensiun yang masih menjadi hak pensiunan sebagai dasar piutang. Kelima melakukan beberapa langkah mitigasi untuk memperkecil selisih pengakuan belanja antara Bendahara Umum Negara (BUN) dengan KL.

(5)

5

"Terakhir, menyusun mekanisme yang dapat menjamin validitas dan menjelaskan perbedaan catatan dan fisik SAL (Saldo Anggaran Lebih-red)," kata Harry.

Namun, tindak lanjut tersebut belum sepenuhnya efektif untuk menyelesaikan permasalahan terkait suspen serta selisih catatan dan fisik SAL. Karenanya permasalahan tersebut masih berulang bahkan kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Pusat tahun 2014 menurun.

"LKPP 2014 ini sama seperti tahun 2013. Secara keseluruhan, dari pemeriksaan atas 87 entitas pelaporan, akuntabilitas dan transparansi laporan keuangan harus ditingkatkan," katanya.

Laporan Keuangan Kementerian dan Lembaga (LKKL) tahun 2014 pun menurun dari tahun sebelumnya, hal ini terlihat dari jumlah KL yang memperoleh opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) menurun dari 65 KL menjadi 62 KL. Lalu yang memperoleh opini WDP dan Tidak Memberikan Pendapat (TMP) masing-masing sebanyak 18 dan 7 KL.

"Pemerintah harus lebih serius menindaklanjuti dan memperbaiki rekomendasi BPK agar kesalahan yang sama tak terjadi berulang di LKPP mendatang," ujarnya.

Sebelumnya, Pimpanan Sidang Setya Novanto menyatakan penyampaian laporan hasil pemeriksaan atas laporan keuangan pemerintah 2014 ini sesuai dengan Pasal 72 e UU 17 tahun 2014 tentang MPR, DPR, dan DPRD yang diubah menjadi UU 42 tahun 2014.

(6)

"Dimana DPR mempunyai tugas membahas dan menindaklanjuti pengelolaan keuangan negara yang disampaikan BPK," katanya di tempat yang sama.

Berdasarkan fenomena-fenomena tersebut, dapat didimpulkan bahwa laporan keuangan yang dihasilkan pemerintah daerah masih belum memenuhi kriteria nilai informasi yang disyaratkan. Hal ini dapat diperburuk Karena anggaran yang dikelola merupaka anggaran public dan untuk kepentingan masyarakat Indonesia. Peneliti mencoba meneliti apa yang menjadi sebab menurunya kualitas laporan pemerintah pusat. Yang hasilnya mendukung pemerintah daerah untuk membuat laporan keuangan lebih baik lagi.

Hasil penelitian terdahulu menunjukan bahwa Sumber daya manusia memiliki pengaruh signifikan terhadap kualitas informasi laporan keuangan. Penelitian yang dilakukan I Putu Upabayu Rama Mahaputra dan I Wayan Putra (2014) menunjukan bahwa Sumber daya manusia memiliki pengaruh terhadap kualitas informasi laporan keuangan. Hasil Penelitian yang dilakukan Lilis Setyowati, Wikan Isthika (2014) menunjukan bahwa Sumber Daya Manusia memiliki pengaruh signifikan terhadap kualitas informasi laporan keuangan. Penelitian yang dilakukan Ervinda Sri Ningsih (2014) menunjukan bahwa Sumber Daya Manusia dan memiliki pengaruh signifikan terhadap kualitas laporan keuangan. Begitu juga dengan penelitian yang dilakukan Tantriani Sukmaningrum Puji Harto, SE., M.Si, Akt (2012) menunjukan bahwa Sumber Daya Manusia tidak memiliki pengaruh terhadap kualitas informasi laporan keuangan.

(7)

7

TABEL 1.2

Research Gap

Sumber: Disarikan dari berbagai artukel

Berdasarkan tabel tersebukt hasil yang dilihat konsisten antara peneliti satu dengan lainnya,oleh sebab itu peneliti berniat melakukan penelitian terfokus (uji satu sesi). Penelitian ini merupakan replikasi dengan pengembangan variabel yaitu

Dyah puri surastiani dan Bestari Dwi Handayani (2015) I Putu Upabayu Rama dan Mahaputra, I Wayan Putra (2014) Lilis Setyowati dan Wikan Isthika (2014) Ervinda Sri Ningsih (2014) Tantriani Sukmaningrum dan Puji Harto, SE., M.Si, Akt (2012)

Sumber Daya Manusia

Berpengaruh Berpengaruh Berpengaruh Berpengaruh Tidak Berpengaruh Pengendalian

intern Berpengaruh Berpengaruh

Tdk

Meneliti Berpengaruh Berpengaruh Pemanfaatan Sistem informasi Tidak berpengaruh Berpengaruh Tidak

berpengaruh Berpengaruh Tdk Meneliti Sistem

Akutansi Pemerintahan

Tdk Meneliti Berpengaruh Tdk

Meneliti Tdk Meneliti Tdk Meneliti Peran

internal Audit

Tdk Meneliti Tdk Meneliti Berpengaruh Tdk Meneliti Tdk Meneliti Faktor Eksternal yang memoderasi SDM Tdk Meneliti Tdk Meneliti Tdk Meneliti Tdk Meneliti Tidak Berpengaruh Faktor Eksternal yang memoderasi Pengendalian internal Tdk Meneliti Tdk Meneliti Tdk Meneliti Tdk Meneliti Tidak Berpengaruh

(8)

variabel SAP, Peran internal Audit, factor eksternal yang memoderasi SDM dan factor eksternal yang memoderasi Pengendalian Intern.

Dengan didukung fakta-fakta yang ada penulis ingin meneliti lebih jauh dan

mendalam tentang “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Informasi Laporan Keuangan Pemerintah Daerah”. (Studi Kasus pada SKPD Kota Semarang).

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan landasan teori dan penjelasan yang telah diuraian dimuka ,permasalahan yang akan diteliti adalah :

1. Apakah sumber daya manusia (SDM) berpengaruh terhadap kualitas informasi laporan keuangan pemerintah daerah?

2. Apakah pengendalian Intern berpengaruh terhadap kualitas informasi laporan keuangan pemerintah daerah?

3. Apakah pemanfaatan teknologi informasi berpengaruh terhadap kualitas informasi laporan keuangan pemerintah daerah?

4. Apakah standard akutansi pemerintah (SAP) berpengaruh terhadap kualitas informasi laporan keuangan pemerintah daerah?.

5. Apakah peran internal audit berpengaruh terhadap kualitas informasi laporan keuangan pemerintah daerah?.

6. Apakah faktor eksternal yang memoderasi sumber daya manusia (SDM) berpengaruh terhadap kualitas informasi laporan keuangan pemerintah daerah?

(9)

9

7. Apakah faktor eksternal yang memoderasi pengendalian internal berpengaruh terhadap kualitas informasi laporan keuangan daerah?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah yang diuraikan diatas, maka penelian ini mempunya tujuan sebagai berikut:

1. Untuk memberikan bukti empiris dan menganalisis pengaruh Sumber Daya Manusia (SDM) terhadap kualitas informasi laporan keuangan pemerintah daerah

2. Untuk memberikan bukti empiris dan menganalisis Pengendalian Intern terhadap kualitas informasi laporan keuangan pemerintah daerah daerah. 3. Untuk membuktikan bukti empiris dan menganalisis Pemanfaatan teknologi

informasi terhadap kualitas informasi laporan keuangan pemerintah daerah. 4. Untuk membuktikan bukti empiris dan menganalisis Sistem Akutansi

Pemerintah (SAP) terhadap kualitas informasi laporan keuangan pemerintah daerah

5. Untuk membuktikan bukti empiris dan menganalisis Peran auditor internal terhadap kualitas informasi laporan keuangan pemeritah daerah.

6. Untuk membuktikan bukti empiris dan menganalisis factor eksternal yang memoderasi sumber daya manusia terhadap kualitas informasi laporan keuangan pemerintah daerah.

(10)

7. Untuk membuktikan bukti empiris dan menganalisis factor eksternal yang memoderasi pengendalian internal terhadap kualitas informasi laporan keuangan daerah.

1.4 Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan berguna secara teoritis dan praktis 1. Aspek Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai salah satu sumbangan data empiris dalam ilmu akutansi sektor publik.

2. Aspek praktis

Dengan adanya enelitian ini,diharapkan dapat menghimpun informasi sebagai bahan sumbangan pemikiran bagi SKPD kota Semarang untuk dijadikan masukan pertimbangan bagi SKPD kota Semarang meningkatkan kinerja dalam penyusunan laporan keuangan pemerintah daerah

(11)

39

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

3.1.1 Variabel Penelitian

Variabel adalah segala sesuatu yang dapat diberi berbagai macam nilai. Teori mengekspresikan fenomena-fenomena secara sistematis melalui pernyataan hubungan antar variabel. Construct adalah abstraksi dari fenomena-fenomena kehidupan nyata yang diamati. Variabel , dengan demikian, merupakan proksi (proxy) atau representasi dari construct yang dapat diukur dengan berbagai macam nilai. Variabel merupakan mediator antara construct yang abstrak dengan fenomena yang nyata. Variabel memberikan gambaran yang lebih nyata mengenai fenomena-fenomena yang digeneralisasi dalam construct.

Dalam penelitian ini terdapat tiga variabel: a. Variabel Endogen

Menurut (Mankiw, 2006) variabel endogen adalah variabel – variabel yang akan dijelaskan sebuah model. Dalam penelitian ini, yang menjadi variabel endogen adalah Kualitas Informasi Laporan Keuangan Pemerintah Daerah

(12)

b. Variabel Eksogen

Menurut (Mankiw,2006) variabel eksogen adalah variabel – variabel yang nilainnya ditentukan diluar model. Dalam penelitian ini, yang merupakan variabel eksogen adalah Sumber Daya Manusia, Pengendalian Internal, Pemanfaatan Sistem Informasi, Sistem Akuntansi Pemerintahan, dan Peran Internal Audit

c. Variabel Moderating

Variabel moderating adalah tipe variabel-variabel yang memperkuat atau memperlemah hubungan langsung antar variabel independen dengan variabel dependen. Sifat atau arah hubungan antara variabel-variabel independen dengan variabel-variabel dependen kemungkinan positif atau negatif dalam hal ini tergantung pada variabel moderating. Dalam penelitian ini, yang merupakan variabel

moderating adalah Faktor Eksternal

3.1.4 Definisi Operasional

Definisi operasional adalah penentuan conctruct sehingga menjadi variabel yang dapat diukur. Definisi operasional menjelaskan cara tertentu yang digunakan oleh peneliti dalam mengopertasi-onalisasikan conctruct, sehingga memungkinkan bagi peneliti yang lain untuk melakukan replikasi pengukuran dengan cara yang sama atau mengembangkan cara pengukuran conctruct yang 34 lebih baik (Indriantoro dan Supomo,2002) dalam Uswatun (2016).

(13)

41

Tabel 3.1

Definisi Oprasional Variabel

NO NAMA VARIABEL DEFINISI VARIABEL INDIKATOR SUMBER 1 Dependen : Kualitas informasi Laporan Keuangan Meupakan kualitas informasi yang diperoleh tentang suatu laporan keuangan yang relevan, andal, dapatdibandingkan, dapat dipahami PP No 71 tahun 2007 tentang Standar Akutansi Pemerintahan yakni : 1. Relevan 2. Andal 3. Dapat dibandingka n 4. Dapat dipahami Dyah puri surastiani dan Bestari dwi Handayani (2015) 2 Independen : Sumber Daya Manusia kemampuan sumber daya manusia untuk melaksanakan tugas dan tanggungjawab yang diberikan kepadanya dengan bekal pendidikan, pelatihan, dan pengalaman yang cukup memadai Sumber daya manusia (SDM) yang kompeten tersebut akan mampu memahami logika akuntansi dengan baik Tantriani Sukmaniingrum dan puji harto (2012) 3 Pengendalian Intern SAS mendefinisikan lima komponen pengendalian intern yang saling berkaitan pada pernyataan COSO (Sawyer et al, 2005) yaitu: 1. Lingkungan pengendalian, PP Nomor 60 Tahun 2008 mendefinisikan pengendalian intern sebagai proses yang integral pada tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara terus menerus oleh

Tantriani Sukmaniingrum dan puji harto (2012)

(14)

2. Penilaian risiko, 3. Aktivitas pengendalian, 4. Informasi dan komunikasi 5. Pengawasan pimpinan dan seluruh pegawai untuk memberikan keyakinan memadai atas tercapainya tujuan organisasi melalui keggiatan yang efektif dan efisien, keandalan pelaporan

keuangan,

pemgamanan aset negara, dan ketaatan terhadap peraturan perundangundangan. 4 Pemanfaatan

Teknologi informasi

sustu sistem yang mendokumentasikan, mengadministrasikan, serta

mengolah data pengelolaan

keuangan daerah dan data

terkait lainnya menjadi informasi yang disajikan kepada masyarakat dan sebagai bahan pengambilan keputusan dalam rangka perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan pertanggungjawaban pemerintah daerah. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan Undangundang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara mewajibkan pemerintah daerah dan Satuan Kerja Perangkat Daerah selaku pengguna anggaran untuk menyusun laporan keuangan sebagai pertanggungjawaban pengelolaan keuangan. Lilis setyowati dan wikan isthika (2014) 5 Standar Akutansi Pemerintah SAP merupakan persyaratan sekaligus menjadi pedoman yang mempunyai kekuatan hukum dalam Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang keuangan negara, pemerintah menerbitkan I putu upabayu mahaputa dan I Wayan putra (2014)

(15)

43 upaya meningkatkan kualitas informasi pelaporan keuangan pemerintah di Indonesia Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 mengenai Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP). Dalam SAP memangatur prinsip-prinsip akuntansi yang harus diterapkan dalam menyusun dan menyajikan laporan keuangan pemerintah pusat/daerah. 6 Peran Internal Audit Internal auditing merupakan suatu aktivitas independen, keyakinan objektif dan konsultasi yang dirancang untuk memberi nilai tambah dan meningkatkan operasi organisai. Dengan demikian internal auditing membantu organisasi menerapkan pendekatan

yang sistematis dan berdisiplin untuk mengevaluasi dan meningkatkan efektivitas proses pengelolaan risiko kecukupan kontrol dan pengelolaan organisasi. Lilis Setyowati dan wikan isthika (2014) 7 Faktor Eksternal

Faktor eksternal atau lingkungan eksternal adalah kondisi lingkungan yang berada diluar kendali organisasi yang berpengaruh signifikan pada rencana strategic dan rencana operasional, sehingga Faktor eksternal tersebut pada dasarnya dapat dikategorikan sebagai sebab atau alasan kualitas laporan keuangan meningkat atau menurun. Xu et al. (2003) membuktikan bahwa faktor eksternal Tantriani Sukmaniingrum dan puji harto (2012)

(16)

langsung atau tidak langsung

berpengaruh pada kualitas output, dalam hal ini laporan keuangan. merupakan faktor kritis yang mempengaruhi kualitas informasi akuntansi.

Sumber : disarikan dari berbagai Artikel

3.2 Objek Penelitian dan Penelitian Sample

Objek dalam penelitian ini adalah Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) kota semarang. Penelitian ini dilakukan di kota semarang. Responden penelitian ini adalah pegawai keuangan dan tata usaha.

3.3 Populasi dan Penentuan Sample

Populasi (population) yaitu sekelompok orang, kejadian atau segala sesuatu yang mempunyai karakteristik tertentu. Anggota populasi disebut dengan elemen populasi (populasi element) masalah populasi timbul terutama pada penelitian opini yang menggunakan survei teknik pengumpulan data. Populasi dalam penelitian ini adalah Satuan Kerja Pemerintah Daerah Kota Semarang.

Peneliti dapat meneliti seluruh elemen populasi (disebut dengan sensus) atau meneliti sebagian dari elemen-elemen populasi (disebut dengan penelitian sample). Kendala yang dihadapi peneliti umumnya masalah keterbatasan waktu, biaya dan tenaga yang tersedia. Peneliti, oleh Karena itu, Karena alasan praktis dapat meneliti sebagian dari elemen-elemen populasi sebagai sampel (sample). Sample dalam penelitian ini adalah Pegawai Negri Sipil yang bertugas dibagian keuangan dan tata

(17)

45

usaha di lingkungan pemerintah Kota Semarang. Cara mengambil sampel pada penelitian ini dilakuka dengan Conveniece Sampling.

3.4 Jenis dan Sumber Data

3.4.1 Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah primer. Data primer adalah sumber data penelitian yang diperoleh secara tidak langsung (melalui perantara). Data primer secara khusus dikumpulkan oleh peneliti untuk menjawab pertanyaan penelitian. Data primer dapat berupa opini subyek (orang) secara individual atau kelompok, hasil observasi terhadap suatu benda (fisik), kejadian atua kegiatan, dan hasil pengujian. Peneliti dengan data primer dapat mengumpulkan data sesuai dengan yang diinginkan, karena data yang tidak relevan dengan tujuan penelitian dapat dieliminasi atau setidaknya dikurangi (Indrianto & Supomo, 1999).

3.4.2 Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh secara langsung dari sumber asli dan dikumpulkan oleh peneliti dengan menggunakan metode survey melalui penyebaran kuesioner kepada responden dengan sampel yang telah ditentukan. Kuesioner disebarkan dengan mendatangi satu persatu calon responden, menanyakan apakah calon memenuhi persyaratan sebagai calon responden untuk mengisi kuesioner (Julino, 2013).

(18)

3.5 Metode Pengumpulan Data

Jenis pengumpulan data dalam penelitian ini adalah data primer. Survei kuesioner merupakan survei menggunakan kuesioner penelitian. Kuesioner adalah satu set pertanyaan yang tersusun secara sistematis dan standar sehingga pertanyaan yang sama dapat diajukan kepada setiap responden. Kuesioner merupakan alat pengumpulan data yang dilakukan dengan caramemberikan seperangkat pertanyaan atau pertanyaan tertulis kepada respondenuntuk dijawabnya (Sugiyono 2014:142). Kuesioner penelitian ini diserahkanlangsung kepada anggota-anggota dikantor SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah) di kota Semarang

3.6 Metode Analisis

Analisis data dalam penelitian ini adalah metode analisis statistik dengan menggunakan model PLS. Penelitian ini menggunakan model evaluasi PLS dengan menilai outer model dan inner model. Evaluasi model pengukuran atau outer model dilakukan untuk menilai validitas dan reliabilitas model. Outer model dengan indikator refleksi dievaluasi melalui validitas convergent dan discriminant dari indikator pembentuk konstruk laten dan composite reliability serta cronbach alpha untuk blok indikatornya. Sedangkan outer model dengan indikator formatif dievaluasi melalui substantive content-nya yaitu dengan membandingkan besarnya

relative weight dan melihat signifikansi dari indikator konstruk tersebut (Chin, 1998

(19)

47

Evaluasi model struktural atau inner model bertujuan untuk memprediksi hubungan antar variabel laten. Inner model dievaluasi dengan melihat besarannya presentasi variance yang dijelaskan yaitu dengan melihat nilai R-Square untuk konstruk laten endogen, Stone Geisser (Geisser 1975; Stone 1974 dalam Latan & Ghozali, 2012) test untuk menguji predictive relevance, dan average variance

extracted (Fornell dan Larcker 1981 dalam Latan & Ghozali, 2012) untuk predictivennes dengan menggunakan prosedur resampling seperti jackingnifing dan

bootstapping untuk memperoleh stabilitas dari estimasi.

3.7 Model Pengukuran (Outer Model)

Cara yang sering digunakan oleh peneliti di bidang SEM untuk melakukan pengukuran model melalui analisis faktor konfimatori adalah dengan mengunakan pendekatan MTMM (MultiTrait-MultiMethod) dengan menguji Validitas convergent dan discriminant (Campbell dan Fiske, 1959 dalam Latan & Ghozali, 2012).

3.7.1 Validitas Convergent

Validitas convergent behubungan dengan prinsip bahwa pengukuran-pengukuran (manifest variabel) dari suatu konstruk seharusnya berkorelasi tinggi. Uji validitas convergent indikator refleksi dengan progam SmartPLS dapat dilihat dari nilai loading factor untuk tiap indikator konstruk. Rule of thumb yang biasanya digunakan untuk menilai validitas convergent yaitu nilai loading factor harus lebih dari 0.7. Untuk penelitian yang bersifat confirmatory dan niali loading faktor antara

(20)

0.6 – 0.7 untuk penelitian yang bersifat exploratory masih dapat diterima serta nilai

average variance extracted (AVG) harus lebih dari 0.5. Namun demikian untuk

penelitian tahap awal dari pengembangan skala pengukuran, nilai loading faktor 0.5

–0.6 masih dianggap cukup (Chin, 1998 dalam Latan & Ghozali, 2012).

3.7.2 Validitas Discriminant

Validitas discriminant berhubungan dengan prinsip bahwa pengukuran-pengukuran (manifest variabel) konstruk yang berbeda seharusnya tidak berkorelasi dengan tinggi. Cara menguji validitas discriminant dengan indikator refleksif yaitu dengan melihat nilai cross loading untuk setiap variabel harus >0.70. Cara lain yang dapat digunakan untuk menguji validitas discriminant adalah dengan membandingkan akar kuadrat dari AVE untuk setiap konstruk dengan nilai korelasi antar konstruk dalam model. Validitas discriminant yang baik ditunjukan dari akar kuadrat dari AVE untuk tiap konstruk lebih besar dari korelasi antar konstruk dalam model (Fornell & Larcker, 1981 dalam Latan & Ghozali, 2012).

3.7.3 Reliabilitas

Uji reliabilitas dilakukan untuk membutikan akurasi, konsistensi dan ketepatan instrumen dalam mengukur konstruk. Dalam PLS-SEM dengan menggunakan software statistik SmartPLS , untuk mengukur reliabilitas suatu konstruk dengan indikator reflektif dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan

(21)

49

Cronbach’s Alpha dan Composite reliability sering disebut Dillon-Goldstein’s.

Namun demikian penggunaan Cronbach’s Alpha untuk menguji reliabilitas konstruk akan memberikan nilai yang lebih rendah (under estimate) sehingga lebih disarankan untuk menggunakan Composite Realiability dalam menguji reliabilitas suatu konstruk. Rule of Thumb yang biasanya digunkana untuk menilai reliabilitas konstruk yaitu nilai Composite Reliability harus lebih dari 0.7 untuk penelitian yang bersifat

confirmatory dan nilai 0.6 – 0.7 masih dapat diterima untuk penelitian yang bersifat

exploratory. (Latan & Ghozali, 2012).

3.8 Model Struktural

Dalam menilai model struktural dengan model PLS, kita mulai melihat dari nilai R-Squares untuk setiap variabel laten endogen sebagai kekuatan prediksi dari model struktural. Interpretasinya sama dengan interpretasi pada OLS regresi. Perubahan nilai R-Squares dapat digunakan untuk menjelaskan pengaruh variabel laten eksogen tertentu terhadap variabel endogen apakah mempunyai pengaruh yang substantive. Nilai R-Squaresn 0.75, 0.50. dan 0.25 dapat disimpulkan bahwa model kuat, moderate dan lemah. Hasil dari PLS R-Squares merepresentasikan jumlah variance dari konstruk yang dijelaskan oleh model.

(22)

3.9 Model Pengukuran Dan Model Struktural

Analisis PLS-SEM biasanya terdiri dari dua sub model yaitum model pengukuran pengukuran (measurement model) atau sering disebut outer model dan model struktural (struktural model) atau sering disebut inner mode. Model pengukuran menunjukan bagaimana variabel manifest atau observed variabel merepresentasikan variabel laten untuk diukur. Sedangkan model struktural menunjukkan kekuatan estimasi atar variabel laten atau konstruk.

3.9.1 Outer Model

Model pengukuran atau outer Model menunjukan bagaimana setiap blok indikator berhubungan dengan variabel latennya. Persamaan untuk outer model

reflective dapat ditulis sebagai berikut X = ΛX

X Y = Λyy

Keterangan x dan y adalah indikator atau manifest variabel laten eksogen (ζ)

dan endogen (η), sedangkan Λx dan Λy merupakan matrik loading yang

menggambarkan koefesien regresi sederhana yang menghubungkan variabel laten dengan indikatornya. Residual yang diukur dengan εx dan εy dapat diiterprestasikan

(23)

51

3.9.2 Inner Model

Inner model menunjukan hubungan atau kekuatan estimasi antar

variabel laten atau konstrak berdasarkan pada substantive theory. Persamaan Inner

model dapat ditulis sebagai berikut:



 0   

Keterangan η adalah vektor konstruk endogen ξ adalah vektor konstruk eksogen ζ adalah vektor variabel residual

karena pada dasarnya PLS didesain untuk model recursive (model yang mempunyai satu arah kausalitas), maka hubungan antara variabel laten eksogen terhadap setiap variabel laten endogen sering disebut dengan causal chain system.

3.9.3 Weight Relation

Bagaimanapun outer dan inner model memberikan spesifikasi yang diikuti dalam estimasi alogritma PLS. Kita membutuhkan definisi weight relation untuk melengkapinya. Nilai kasus untuk setiap variabel laten diestimasi dalam PLS sebagai berikut:

ζb=

kbWkbXkb

(24)

Keterangan wkb dan wki adalah k weight yang digunakan untuk memberikan estimasi variabel laten ζb dan ηi. Estimasi variabel laten adalah linier agregat dari indikator yang nilai weightnya diperoleh dengan prosedur estimasi PLS seperti dispesifikasi oleh inner dan outer model η adalah vektor variabel laten endogen (dependen) dan ξ adalah vektor variabel eksogen (independent), ζ adalah vektor variabel residual dan β serta adalah matrik koefesien jalur (path coefecin)

Referensi

Dokumen terkait

Sementara ada beberapa pengakuan tentang kemungkinan efek positif, konsensus yang luar biasa di antara peserta adalah bahwa media sosial berbahaya bagi kesehatan mental

Hasil penelitian ini menyimpulkan pertama , putusan final berarti bahwa putusan MK merupakan upaya yang pertama ( the first resort ) sekaligus upaya terakhir ( the last

Terkait dengan aktivitas pertambangan timah yang dibahas pada penelitian ini, ada beberapa istilah yang dipergunakan yakni : (i) TI adalah Tambang Inkonvensional

mutta virikeaineiston lisäksi haastattelutilanteessa esittämäni apukysymykset eivät kertomani abstraktiuden vuoksi toimineet niin hyvin kuin yhdessä pohtimamme

Tujuan umum dari kegiatan KKN-PPM ini adalah secara umum untuk menciptakan lapangan usaha untuk pemuda produktif pada karang taruna Anak Krajan sehingga

Staff sekolah hanya memperingatkan beberapa siswa yang tidak membayar uang sekolah dengan tepat waktu.. Saya lebih baik bertanya kepada teman daripada staff sekolah

(3) Pendidik sebagaimana yang dimaksud dalam ayat (2) berkualifikasi sebagai guru, guru pendamping, guru pendamping muda, konselor, tutor, pengajar, pembimbing, pelatih,

Pemahaman siswa mengenai reproduksi remaja, menurut WHO dan ICPD (International conference on Population and Development) 1994 yang diselenggarakan di Kairo