JARAK PAGAR (Jatropha curcasL.)
KARTIKA
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Pengatur Tumbuh untuk Menyerempakkan Mekar Bunga dan Masak Buah Jarak Pagar (Jatropha curcas L.) adalah benar-benar karya saya sendiri dan belum pernah dipublikasikan dalam bentuk apapun. Semua informasi yang berasal dari karya ilmiah yang diterbitkan maupun yang tidak diterbitkan oleh penulis lain telah disebut dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka.
Bogor, Januari 2011
KARTIKA. Use of Plant Growth Regulators to Synchronize Flower Blooming and Fruit Ripening of Jatropha (Jatropha curcas L.) Under direction of ENDAH RETNO PALUPI, and MEMEN SURAHMAN.
One of the major constraints in Jatropha oil production is asynchronous fruit ripening, hence harvesting needs to be carried out accordingly which lead to drudgery. Therefore, an experimental study on the use of plant growth regulators was designed to induce synchronous blooming of pistilate flowers, and to promote synchronous fruits ripening. The study was conducted at the Jatropha Plantation of PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk Citeureup from October 2009 to August 2010. To induce synchronous blooming of pistilate flowers, Benzyl Amino Purine (BAP) and etephon were used, whereas etephon alone was used to promote synchronous fruits ripening. A completely randomized design was used in the first experiment that was carried in two steps. In the first step BAP at 0, 30, 35, 40, 45, 50 ppm and etephon at 10, 30, 50, 70 and 90 ppm were applied on early developing flower buds. In the second step 0, 30, 50, 70, 90 and 110 ppm BAP were used. The second experiment consisted of three steps. The first step was observation of seed development from 30 days after anthesis. A randomized complete block design was used in the second and the third steps. In the first step 0, 200, 400, 600, 800, 1000, and 1200 ppm of etephon were applied on fruits at 40 and 45 days after anthesis during the rainy season. In the second stage 0, 100, 200, 300, 400 ppm etephon were applied on fruits of the same maturation stages in the dry season. The result show that BAP tends to increase the number of female flowers in an inflorescence thus longer period of blooming. Application of etephon at 200 ppm on 40 day after anthesis shorten the fruit maturation hence more synchronous fruit ripening in rainy season, but not in dry season when fruits ripened synchronously. The quality of the seed and kernel were not affected by etephon application.
KARTIKA. Aplikasi Zat Pengatur Tumbuh untuk Menyerempakkan Mekar Bunga dan Masak Buah Jarak Pagar (Jatropha curcas L.) Dibimbing oleh ENDAH RETNO PALUPI, dan MEMEN SURAHMAN.
Jarak pagar merupakan tanaman yang berpotensi sebagai bahan baku alternatif bioenergi karena kandungan minyak yang terdapat dalam biji relatif tinggi. Selain itu tanaman ini memiliki rentang wilayah adaptasi yang luas sehingga tidak bersaing dengan lahan produktif. Hanya saja dalam pengembangan jarak pagar sebagai sumber bioenergi ada beberapa kendala yang ditemui.
Salah satu kendala yang dihadapi dalam produksi buah jarak pagar adalah kemasakan buah yang tidak serempak dalam satu tandan. Buah muda, buah setengah tua, buah tua, buah masak dan buah lewat masak ditemukan dalam tandan yang sama, sehingga pemanenan harus dilakukan secara bertahap. Pemanenan yang bertahap secara teknis kurang efisien karena selain memerlukan tenaga kerja yang intensif juga memerlukan pengetahuan untuk menentukan kemasakan buah yang layak panen, sehingga dalam kaitannya sebagai sumber bioenergi biaya untuk produksi minyak jarak akan semakin tinggi.
Upaya untuk menyerempakkan pemasakan buah dapat dilakukan melalui dua pendekatan, yaitu penyerempakan mekar bunga betina dan pemasakan buah. Salah satu cara yang dapat digunakan untuk dapat menyerempakkan mekar bunga dan pemasakan buah adalah dengan menggunakan zat pengatur tumbuh. Penelitian efek zat pengatur tumbuh terhadap pembungaan tanaman hias dan tanaman hortikultura telah banyak dilakukan, tetapi pada tanaman jarak pagar masih sangat sedikit. Zat pengatur tumbuh yang sering digunakan untuk menyerempakkan pemasakan buah adalah dari golongan etilen, hanya saja untuk jarak pagar hal tersebut belum dilakukan.
Tujuan penelitian ini adalah menentukan jenis dan konsentrasi zat pengatur tumbuh untuk menyerempakkan mekar bunga betina jarak pagar dalam satu tandan, menentukan konsentrasi dan waktu aplikasi etephon untuk meningkatkan keserempakan masak buah jarak pagar dalam satu tandan serta mempelajari pengaruh aplikasi etephon terhadap mutu benih dan biji jarak pagar. Penelitian dilaksanakan di kebun Jarak Pagar PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk di Cieteurep, Cibinong. Uji viabilitas dan vigor benih dilaksanakan di rumah kaca Kebun Percobaan IPB Leuwikopo, Dramaga Bogor. Uji kandungan minyak dilaksanakan di Laboratorium Pengujian Departemen Teknologi Industri Pertanian IPB. Genotipe jarak pagar yang digunakan adalah genotipe Dompu yang telah berumur dua tahun.
terhadap bunga betina, rata-rata mekar bunga betina per hari, periode mekar bunga, waktu bunga betina mekar pertama sejak aplikasi, dan persentase pembentukan buah.
Eksperimen kedua diawali dengan pengamatan perkembangan biji jarak pagar di kebun koleksi IPB Leuwikopo sejak antesis sampai buah masak pada bulan September-November 2009. Biji yang diamati merupakan hasil penyerbukan silang buatan dari beberapa genotipe. Aplikasi etephon untuk menyerempakkan pemasakan buah jarak dilakukan di kebun jarak pagar PT Indocement dan dilakukan dalam dua tahap dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok Faktorial dua faktor. Faktor pertama adalah konsentrasi etephon dan faktor kedua adalah waktu aplikasi. Tahap I dilakukan pada bulan Februari 2010 dengan konsentrasi etephon yang terdiri atas tujuh level yaitu: 0, 200, 400, 600, 800, 1000 dan 1200 ppm dengan dua waktu aplikasi yaitu: 40 hari setelah antesis (HSA) dan 45 HSA. Tahap II dilakukan pada bulan April 2010 dengan konsentrasi etephon yang terdiri atas lima level yaitu: 0, 100, 200, 300 dan 400 ppm, dengan 2 waktu aplikasi yaitu 40 HSA dan 45 HSA. Curah hujan selama periode pemasakan buah pada aplikasi tahap I lebih tinggi (19.8 mm/hari) dibandingkan dengan tahap II (0.5 mm/hari ), sedangkan suhu pada tahap I lebih rendah (26.7oC ) dibandingkan dengan tahap II (27.8oC). Peubah yang diamati adalah periode pemasakan buah, ukuran buah (diameter dan panjang buah), ukuran biji (diameter dan panjang biji), bobot biji per butir, bobot kering embrio-endosperm, viabilitas potensial (daya berkecambah dan bobot kering kecambah normal), uji vigor (kecepatan tumbuh) dan kadar minyak. Data dianalisis menggunakan uji F dengan program komputer SAS 9.1. DMRT (Duncan Multiple Range Test) digunakan untuk menguji beda nyata antar perlakuan pada taraf 5%.
Aplikasi etephon 30-90 ppm menyebabkan perkembangan kuncup bunga terhambat bahkan ada yang mengering dan gugur. Aplikasi BAP 30-110 ppm menghasilkan percabangan yang lebih banyak sehingga cenderung meningkatkan jumlah bunga betina. Peningkatan jumlah bunga betina mengakibatkan periode mekar bunga betina lebih panjang dibandingkan dengan kontrol.
Hasil pengamatan perkembangan buah dan biji menunjukkan buah mulai terbentuk saat 3 HSA. Ukuran buah dan biji sampai dengan umur 22 HSA masih sangat bervariasi. Struktur biji jarak pagar terdiri atas endosperma dan embrio. Embrio baru terlihat jelas pada biji sejak 28 HSA. Bobot kering endosperm dan embrio serta bobot biji mengalami peningkatan yang cukup tajam sejak umur 35 HSA sampai 45 HSA, yang merupakan indikasi bahwa akumulasi cadangan makanan mencapai maksimum saat umur 45 HSA dan masak fisiologis dari biji akan segera tercapai.
II, etephon yang diaplikasi pada buah berumur 45 HSA tidak berbeda nyata dengan kontrol sedangkan pada buah berumur 40 HSA rata-rata berkisar 3-4 hari setelah aplikasi. Interaksi antara konsentrasi dan waktu aplikasi berpengaruh terhadap kadar minyak pada tahap I, sedangkan pada tahap II, tidak berpengaruh nyata. Interaksi antara konsentrasi dan waktu aplikasi berpengaruh terhadap kecepatan tumbuh pada tahap I, sedangkan pada tahap II tidak berpengaruh nyata
Konsentrasi etephon pada tahap I maupun tahap II berpengaruh tidak nyata pada ukuran buah, ukuran biji, bobot biji dan bobot kering endosperm-embrio. Waktu aplikasi etephon pada tahap I berpengaruh nyata pada panjang biji, peubah bobot basah biji dan bobot kering endosperm-embrio sedangkan pada tahap II hanya berpengaruh nyata pada panjang buah.
Konsentrasi maupun waktu aplikasi pada tahap I dan tahap II tidak berpengaruh nyata terhadap peubah daya berkecambah. Konsentrasi pada tahap I berpengaruh nyata terhadap bobot kering kecambah normal (BKKN) tetapi tidak berpengaruh nyata pada tahap II. Waktu aplikasi berpengaruh nyata terhadap bobot kering kecambah normal (BKKN) pada tahap I dan tahap II. Aplikasi etephon pada buah berumur 45 HSA menghasilkan BKKN yang lebih tinggi daripada buah berumur 40 HSA pada setiap tahap, yang mencerminkan bahwa aplikasi pada umur buah 45 HSA mempunyai akumulasi cadangan makanan yang lebih baik daripada buah berumur 40 HSA.
Kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah: (1) Perlakuan BAP rentang konsentrasi 10-110 ppm tidak menyerempakkan mekar bunga betina tetapi cenderung meningkatkan jumlah bunga betina sehingga periode mekar bunga betina lebih panjang jika dibandingkan dengan kontrol, (2) Etephon pada konsentrasi 200 ppm yang diaplikasikan pada umur 40 HSA dapat memperpendek periode masak buah dari 12 hari menjadi 6 hari pada musim hujan, (3) Etephon yang diaplikasikan untuk menyerempakan masak buah tidak berpengaruh pada mutu benih dan mutu biji (ukuran buah, ukuran biji dan kadar minyak) yang dihasilkan.
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB
JARAK PAGAR (Jatropho curcasL.)
KARTIKA
Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada
Program Studi Ilmu dan Teknologi Benih
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Nama : Kartika
NRP : A251080011
Disetujui
Komisi Pembimbing
Dr. Ir. Endah Retno Palupi, M.Sc Dr. Ir. Memen Surahman, M.Sc.Agr
Ketua Anggota
Diketahui
Ketua Progam Studi Dekan Sekolah Pascasarjana Ilmu dan Teknologi Benih,
Prof. Dr. Ir. Satriyas Ilyas, M.S Prof. Dr. Ir. Khairil A. Notodiputro, M.S
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Yang Maha Kuasa atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Penelitian
yang berjudul Aplikasi hormon untuk Menyerempakkan Mekar Bunga dan Masak
Buah Jarak Pagar (Jatropha curcas L.) telah dilaksanakan sejak September 2009
sampai dengan September 2010.
Dalam menyelesaikan tesis ini tidak lepas dorongan, bantuan dan bimbingan
dari semua pihak. Penulis menyampaikan terima kasih sebesar-besarnya kepada
Ibu Dr. Ir.Endah Retno Palupi, M.Sc selaku ketua komisi pembimbing dan Bapak
Dr. Ir. Memen Surahman, MSc. Agr selaku anggota komisi pembimbing. Terima
kasih juga penulis sampaikan Dikti yang telah membiayai penelitian ini melalui
dana Hibah Kompetetif Penelitian Sesuai Prioritas Nasional. Juga penulis
sampaikan ucapan terimakasih kepada PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk di
Ciueterep Cibinong yang telah memberikan izin untuk menggunakan bahan tanam
jarak pagar di kebun Jarak pagar Tegal Panjang.
Ungkapan terimakasih juga kepada suami dan anak-anak serta Emak atas
semua doa dan dukungan juga pengorbanan yang telah diberikan dalam proses
penyelesaian studi penulis. Terimakasih kepada semua pihak yang telah
membantu selama studi maupun penelitian ini sehingga studi dan penelitian yang
penulis laksanakan bisa terlaksana dengan baik.
Semoga informasi yang telah dimuat dalam tulisan ini dapat bermanfaat
bagi pembaca.
Bogor, Januari 2011
Bangka Belitung pada tanggal 27 Maret 1972, anak tunggal dari pasangan orang
tua bernama Umar Su’ud (Alm) dan Hasyidah.
Tahun 1991 penulis lulus dari SMA Negeri 1 Mentok dan kemudian pada
tahun yang sama diterima di Universitas Andalas Padang pada jurusan Budidaya
Pertanian program Studi Ilmu dan Teknologi Benih. Tahun 1996 penulis
menamatkan studi di Universitas Andalas.
Sejak tahun 1999 penulis menjadi dosen di Sekolah Tinggi Ilmu
Pertanian (STIPER) Bangka. Tahun 2006, STIPER Bangka melebur menjadi
Fakultas Pertanian, Perikanan dan Biologi pada Universitas Bangka Belitung.
Tahun 2008, penulis mendapatkan kesempatan untuk melanjutkan studi ke jenjang
Strata Dua di Mayor Ilmu dan Teknologi Benih Institut Pertanian Bogor dengan
Halaman
DAFTAR TABEL ……… xiii
DAFTAR GAMBAR……… xv
DAFTAR LAMPIRAN……… xvi
PENDAHULUAN Latar Belakang………. 1
Tujuan Penelitian……….. 4
Hipotesis……… 4
TINJAUAN PUSTAKA Bunga Jarak Pagar……….. 5
Perkembangan Biji dan Kemasakan Buah………. 7
Produktivitas dan Nilai Ekonomis Jarak Pagar……….. 9
Zat Pengatur Tumbuh………. 10
BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ………... 13
Metode Penelitian……….. 13
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Aplikasi Zat Pengatur Tumbuh untuk Meningkatkan Keserempakan Mekar Bunga Betina………. 22
Hasil Aplikasi Etephon untuk Meningkatkan Keserempakkan Masak Buah……… 28
Pembahasan Aplikasi Zat Pengatur Tumbuh untuk Meningkatkan Keserempakkan Mekar Bunga Betina………. 44
Pembahasan Aplikasi Etephon untuk Meningkatkan Keserempakkan Masak Buah………. 46
KESIMPULAN DAN SARAN………... 51
DAFTAR PUSTAKA……….. … 52
LAMPIRAN………. 58
1 Rekapitulasi hasil analisis ragam aplikasi zat pengatur tumbuh (ZPT) terhadap beberapa peubah pembungaan dan mutu fisiologis
benih……….. 23
2 Pengaruh zat pengatur tumbuh terhadap beberapa peubah
pembungaan jarak pagar……….. 25
3 Pengaruh zat pengatur tumbuh terhadap mutu fisiologis
benih jarak pagar………. 26
4 Rekapitulasi hasil analisis ragam pengaruh BAP terhadap
beberapa peubah pembungaan………. 28
5 Pengaruh konsenrasi BAP terhadap rata-rata jumlah bunga betina, jumlah bunga jantan, rasio bunga jantan terhadap bunga betina, periode mekar bunga, hari mekar bunga betina pertama setelah aplikasi BAP, rata-rata mekar bunga betina mekar per hari, dan persentase pembentukan
buah.……… 29
6 Rekapitulasi hasil analisis ragam pengaruh umur buah terhadap peubah diameter buah, panjang buah, diameter biji, panjang biji,
berat biji dan bobot kering embrio-endosperm jarak pagar……... 33
7 Rata-rata diameter buah, panjang buah, diameter biji, panjang biji, dan bobot kering embrio-endosperm biji jarak pagar pada berbagai
tahap perkembangan……….. 34
8 Rekapitulasi hasil analisis ragam pengaruh konsentrasi (K) dan waktu aplikasi (WA) serta interaksinya (KxWA) terhadap peubah periode pemasakan, mutu fisik, mutu fisiologis dan kadar minyak
jarak pagar……… .. 35
9 Interaksi konsentrasi etephon dan waktu aplikasi terhadap
kecepatan tumbuh (%/etmal)……….. 36
10 Pengaruh konsentrasi etephon terhadap rata-rata diameter buah, panjang buah, diameter biji, panjang biji, berat basah biji, dan bobot kering
embrio-endosperm……… 37
11 Pengaruh konsentrasi etephon terhadap rata-rata daya berkecambah dan bobot kering kecambah normal………. . .….. 37
12 Pengaruh waktu aplikasi terhadap rata-rata diameter buah, panjang buah, diameter biji, panjang biji, berat basah biji, dan bobot kering
embrio-endosperm………. 38
13 Pengaruh waktu aplikasi terhadap rata-rata daya berkecambah dan
bobot kering kecambah normal ……….. 37
14 Rekapitulasi hasil analisis ragam pengaruh konsentrasi (K) dan waktu aplikasi (WA) serta interaksinya (KxWA) terhadap peubah
15 Pengaruh konsentrasi etephon terhadap rata-rata daya berkecambah, kecepatan tumbuh dan bobot kering kecambah normal biji jarak
pagar……… 44
16 Pengaruh waktu aplikasi terhadap rata-rata diameter buah, panjang buah diameter biji, panjang biji, berat basah biji, bobot kering
embrio-endosperm dan kadar minyak jarak pagar ………. 44
17 Pengaruh waktu aplikasi terhadap rata-rata daya berkecambah, kecepatan tumbuh, dan bobot kering kecambah normal biji jarak pagar……… 45
Halaman
1 Bagan alir metodologi penelitian………... 22
2 Malai tanaman jarak pagar………. 26
3 Kondisi bunga 5 hari setelah aplikasi BAP……… 27
4 Kondisi bunga 5 hari setelah aplikasi etephon………... 27
5 Kondisi bunga 12 hari setelah aplikasi BAP………. 27
6 Kondisi bunga 12 hari setelah aplikasi etephon………. 27
7 Perkembangan buah dan biji jarak pagar umur 3-22 HSA………. 30
8 Struktur biji jarak pagar ……….. 30
9 Perkembangan buah dan biji jarak pagar umur 28-50 HSA…………... 31
10 Perkembangan diameter dan panjang buah jarak pagar……….. 32
11 Perubahan bobot kering endosperm dan embrio serta bobot biji pada fase pemasakan buah jarak pagar……….. 32
12 Pengaruh interaksi konsentrasi etephon dan waktu aplikasi terhadap periode pemasakan buah………. 35
13 Pengaruh interaksi konsentrasi etephon dan waktu aplikasi terhadap kadar minyak jarak pagar……… 36
14 Pengaruh interaksi konsentrasi dan waktu aplikasi etephon terhadap periode pemasakan buah jarak pagar (hari setelah aplikasi) ……… 40
15 Perubahan pemasakan buah jarak pagar 45 HSA konsentrasi 0 ppm (kontrol)………... 40
16 Perubahan pemasakan buah jarak pagar 45 HSA konsentrasi 100 ppm….. 41
17 Perubahan pemasakan buah jarak pagar 45 HSA konsentrasi 200 ppm…. 41 18 Perubahan pemasakan buah jarak pagar 45 HSA konsentrasi 300 ppm….. 41
19 Perubahan pemasakan buah jarak pagar 45 HSA konsentrasi 400 ppm…. 41 20 Perubahan pemasakan buah jarak pagar 40 HSA konsentrasi 0 ppm (kontrol)……….. 42
21 Perubahan pemasakan buah jarak pagar 40 HSA konsentrasi 100 ppm….. 42
22 Perubahan pemasakan buah jarak pagar 45 HSA konsentrasi 200 ppm….. 42
23 Perubahan pemasakan buah jarak pagar 45 HSA konsentrasi 300 ppm….. 43
24 Perubahan pemasakan buah jarak pagar 45 HSA konsentrasi 400 ppm….. 43
25 Pengaruh konsentrasi etephon pada beberapa peubah mutu fisik dan kadar minyak jarak pagar………... 43
Halaman
1 Rata-rata curah hujan dan suhu selama penelitian ………. 58
2 Curah hujan dan suhu selama aplikasi etephon untuk menyerempakkan
masak buah……….. …..……… 58
3 Hasil analisis ragam pengaruh konsentrasi zat pengatur
tumbuh terhadap jumlah bunga betina jarak pagar……… 59
4 Hasil analisis ragam pengaruh konsentrasi zat pengatur
tumbuh terhadap jumlah bunga jantan jarak pagar……… 59
5 Hasil analisis ragam pengaruh konsentrasi zat pengatur tumbuh terhadap rasio bunga jantan terhadap bunga betina
jarak pagar………. 59
6 Hasil analisis ragam pengaruh konsentrasi zat pengatur
tumbuh terhadap periode mekar bunga betina jarak pagar………. 59
7 Hasil analisis ragam pengaruh konsentrasi zat pengatur
tumbuh terhadap rata-rata mekar bunga betina jarak pagar per hari 60
8 Hasil analisis ragam pengaruh konsentrasi zat pengatur
tumbuh terhadap persentase pembentukan buah jarak pagar……… 60
9 Hasil analisis ragam pengaruh konsentrasi zat pengatur
tumbuh terhadap daya berkecambah benih jarak pagar………. 60
10 Hasil analisis ragam pengaruh konsentrasi zat pengatur
tumbuh terhadap kecepatan tumbuh benih jarak pagar………. 60
11 Hasil analisis ragam pengaruh konsentrasi zat pengatur
tumbuh terhadap bobot kering kecambah normal benih jarak pagar 61
12 Hasil analisis ragam pengaruh konsentrasi BAPterhadap jumlah
bunga betina jarak pagar……… 61
13 Hasil analisis ragam pengaruh konsentrasi BAP terhadap jumlah
bunga jantan jarak pagar……… 61
14 Hasil analisis ragam pengaruh konsentrasi BAP terhadap rasio
bunga jantan terhadap bunga betina jarak pagar………. 61
15 Hasil analisis ragam pengaruh konsentrasi BAP terhadap periode
mekar bunga betina jarak pagar………. 62
16 Hasil analisis ragam pengaruh konsentrasi BAP terhadap hari
pertama mekar bunga betina jarak pagar setelah aplikasi……….. 62
17 Hasil analisis ragam pengaruh konsentrasi BAP terhadap rata-rata
mekar bunga betina jarak pagar per hari………. 62
18 Hasil analisis ragam pengaruh konsentrasi BAP terhadap persentase
pembentukan buah jarak pagar……… 62
20 Hasil analisis ragam pengaruh umur setelah antesis terhadap
panjang buah jarak pagar……… 63
21 Hasil analisis ragam pengaruh umur setelah antesis terhadap
diameter biji jarak pagar……… 63
22 Hasil analisis ragam pengaruh umur setelah antesis terhadap
panjang biji jarak pagar……….. 64
23 Hasil analisis ragam pengaruh umur setelah antesis terhadap
bobot biji jarak pagar……….. 64
24 Hasil analisis ragam pengaruh umur setelah antesis terhadap
bobot kering embrio-endosperm biji jarak pagar……….. 64
25 Hasil analisis ragam pengaruh konsentrasi dan waktu aplikasi
etephon terhadap periode kemasakan buah jarak pagar (Tahap I)…….. 65
26 Hasil analisis ragam pengaruh konsentrasi dan waktu aplikasi
etephon terhadap diameter buah jarak pagar (Tahap I)………. 65
27 Hasil analisis ragam pengaruh konsentrasi dan waktu aplikasi
etephon terhadap panjang buah jarak pagar (Tahap I)……….. 65
28 Hasil analisis ragam pengaruh konsentrasi dan waktu aplikasi
etephon terhadap diameter biji jarak pagar (Tahap I)……… 66
29 Hasil analisis ragam pengaruh konsentrasi dan waktu aplikasi
etephon terhadap panjang biji jarak pagar (Tahap I)………. 66
30 Hasil analisis ragam pengaruh konsentrasi dan waktu aplikasi
etephon terhadap bobot basah biji jarak pagar (Tahap I)……….. 66
31 Hasil analisis ragam pengaruh konsentrasi dan waktu aplikasi etephon terhadap bobot kering embrio-endosperm jarak pagar
(Tahap I)……….. 67
32 Hasil analisis ragam pengaruh konsentrasi dan waktu aplikasi
etephon terhadap daya berkecambah biji jarak pagar (Tahap I)…….. . 67
33 Hasil analisis ragam pengaruh konsentrasi dan waktu aplikasi
etephon terhadap kecepatan tumbuh biji jarak pagar (Tahap I)……… 67
34 Hasil analisis ragam pengaruh konsentrasi dan waktu aplikasi etephon terhadap bobot kering kecambh normal biji jarak pagar
(Tahap I)……… 68
35 Hasil analisis ragam pengaruh konsentrasi dan waktu aplikasi
etephon terhadap kadar minyak biji jarak pagar (Tahap I)………….. 68
36 Hasil analisis ragam pengaruh konsentrasi dan waktu aplikasi
etephon terhadap periode kemasakan buah jarak pagar (Tahap II)…… 68
37 Hasil analisis ragam pengaruh konsentrasi dan waktu aplikasi
etephon terhadap panjang buah jarak pagar (Tahap II)……… 69
39 Hasil analisis ragam pengaruh konsentrasi dan waktu aplikasi
etephon terhadap diameter biji jarak pagar (Tahap II)……… 69
40 Hasil analisis ragam pengaruh konsentrasi dan waktu aplikasi
etephon terhadap panjang biji jarak pagar (Tahap II)……… 70
41 Hasil analisis ragam pengaruh konsentrasi dan waktu aplikasi
etephon terhadap bobot basah biji jarak pagar (Tahap II)………. 70
42 Hasil analisis ragam pengaruh konsentrasi dan waktu aplikasi etephon terhadap bobot kering embrio-endosperm jarak pagar
(Tahap II)……… 70
43 Hasil analisis ragam pengaruh konsentrasi dan waktu aplikasi
etephon terhadap daya berkecambah biji jarak pagar (Tahap II)……. 71
44 Hasil analisis ragam pengaruh konsentrasi dan waktu aplikasi
etephon terhadap kecepatan tumbuh biji jarak pagar (Tahap II)……… 71
45 Hasil analisis ragam pengaruh konsentrasi dan waktu aplikasi etephon terhadap bobot kering kecambh normal biji jarak pagar
(Tahap II)……… 71
46 Hasil analisis ragam pengaruh konsentrasi dan waktu aplikasi
etephon terhadap kadar minyak biji jarak pagar (Tahap II)………….. 72
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Ketergantungan Indonesia terhadap bahan bakar fosil sudah sedemikian
besar. Berdasarkan data ESDM tahun 2004, minyak bumi mendominasi 52.5%
penggunaan energi di Indonesia. Cadangan minyak bumi di Indonesia
diperkirakan hanya dapat mencukupi untuk jangka waktu 18 tahun saja
(Prawitasari 2007).
Ketersediaan sumber energi dari minyak fosil yang menurun semakin
meningkatkan ketertarikan dunia terhadap energi nonfosil sebagai energi
alternatif. Sekarang ini tersedia beberapa jenis energi alternatif minyak bumi
antara lain tenaga baterai (fuel cells), panas bumi (geo-thermal), tenaga laut
(ocean power), tenaga matahari (solar power), tenaga angin (wind power), batu
bara, nuklir, gas, fusi dan bioenergi. Diantara jenis-jenis energi alternatif tersebut,
bionergi khususnya bahan bakar nabati dirasa cocok untuk mengatasi masalah
energi karena sifatnya yang dapat diperbarui. Pengembangan bioenergi di
Indonesia dapat berasal dari pati (singkong, sagu, sorgum, dan jagung) dan
minyak nabati (kelapa, kelapa sawit, dan jarak pagar).
Jarak pagar merupakan tanaman yang berpotensi sebagai bahan baku
alternatif bioenergi karena kandungan minyak yang terdapat dalam biji relatif
tinggi yaitu 20-40%, sedangkan kandungan minyak pada kernel berkisar 50-60%
pada skala laboratorium (Hartono & Wanita 2007). Selain sebagai sumber energi
alternatif untuk mengurangi ketergantungan terhadap minyak bumi,
pengembangan jarak pagar juga dimaksudkan untuk merehabilitasi lahan kritis
menjadi lahan produktif dan memberi kesempatan kerja kepada penduduk serta
menghidupkan ekonomi pedesaan (Herman et al. 2007). Proses pengolahan biji jarak pagar menjadi sumber energi termasuk sederhana dan dapat diolah menjadi
produk yang beragam (minyak pengganti minyak tanah, biodiesel, pellet,
biobriket, bahan sabun dll). Karakter tanaman jarak pagar tersebut juga
memungkinkan tanaman ini digunakan dalam program desa mandiri energi.
Jumlah bunga betina atau hermaprodit per malai pada jarak pagar
merupakan salah satu kendala dalam peningkatan produksi biji jarak pagar baik
betina tidak semua akan mekar dan berperan dalam reproduksi, sebagian akan
layu dan gugur karena berbagai keterbatasan. Berdasarkan hasil penelitian,
kerontokan bunga betina dan hermaprodit di Kebun Induk Jarak Pagar (KJIP)
Pakuwon Sukabumi rata-rata sebesar 11.76% per malai (Utomo 2008).
Menurut Hasnam (2006) di Thailand, bunga betina mekar 1-2 hari sebelum
bunga jantan dan lamanya pembungaan inflorensia 10-15 hari. Puncak
pembungaan terjadi dua kali masing-masing di akhir dan awal curah hujan tinggi
(November dan April), sedangkan berdasarkan hasil penelitian Utomo (2008) di
Kebun Induk Jarak Pagar (KJIP) Pakuwon Sukabumi perkembangan kuncup
bunga dari sejak muncul sampai bunga pertama mekar memerlukan waktu 16-21
hari, diikuti dengan periode bunga mekar sekitar 14-21 hari dalam satu malai.
Periode mekar bunga jantan dalam satu malai mencapai 21 hari sedangkan bunga
betina dan hermaprodit hanya tujuh hari. Rasio bunga jantan terhadap bunga
betina sebesar 1:12 dan berkorelasi dengan jumlah buah yang dihasilkan setiap
malai.
Zat pengatur tumbuh yang dapat digunakan untuk pembungaan diantaranya
adalah etilen dan sitokinin. Hasil penelitian pada nanas membuktikan bahwa
etephon, yang mengadung etilen, berpengaruh terhadap pembungaan tanaman
nenas (Bondad 1976). Etephon pada tanaman mentimun, dapat meningkatkan
nisbah bunga betina dan bunga jantan (Sumiati & Sumarni 1996). Carey (2008)
menyatakan bahwa sitokinin eksogen yang diberikan ke tanaman selama tahap
inisiasi bunga akan mempercepat pembungaan dan meningkatkan pembentukan
tunas.
Sitokinin merupakan ZPT yang mendorong pembelahan (sitokinesis).
Sitokinin dan derivatnya, umumnya banyak terdapat pada daerah ujung akar dan
daerah-daerah meristem yang mengalami pembelahan sel cepat, serta banyak
terdapat pada daerah-daerah yang sedang berkembang (Prawitasari 2001).
Produksi bunga berkorelasi tinggi dengan aktivitas sitokinin pada meristem
apikal. Pucuk yang terinduksi untuk menghasilkan bunga memiliki kandungan
sitokinin yang lebih tinggi dibandingkan pucuk yang tidak menghasilkan bunga.
Sitokinin yang diberikan pada tanaman anggur dapat mendorong diffrensiasi
anggur untuk menarik asimilat karena inflorensia yang sedang berkembang
merupakan rosot yang lemah, kurang dapat bersaing dengan daun-daun muda
tanpa adanya sitokinin (Kinet et al.1985).
Masalah yang dihadapi dalam produksi buah jarak pagar adalah
kemasakan buah yang tidak serempak dalam satu tandan. Buah muda, buah
setengah tua, buah tua, buah masak dan buah lewat masak ditemukan dalam
tandan yang sama sehingga pemanenan harus dilakukan secara bertahap.
Pemanenan bertahap secara teknis kurang efisien karena selain memerlukan
tenaga kerja yang intensif juga memerlukan pengetahuan untuk menentukan
kemasakan buah yang layak dipanen dan dalam kaitannya sebagai sumber
bioenergi, biaya untuk produksi minyak jarak akan semakin mahal. Menurut
Adikarsih dan Hartono (2007) yang menyebabkan terjadi tingkat kemasakan yang
berbeda-beda dalam satu tandan buah adalah karena dalam satu malai bunga
betina tidak mekar secara bersamaan melainkan secara bertahap.
Zat pengatur tumbuh yang sering digunakan untuk menyerempakkan
kemasakan buah adalah dari golongan etilen. Etephon, yang berbahan aktif etilen,
dapat digunakan untuk menyerempakkan kemasakan buah sehingga pemanenan
dapat dilakukan sekaligus terutama untuk sistem pemananenan mekanis.
Penyemprotan etephon dengan dosis 0.5 lb/ha kira-kira 1–2 minggu sebelum saat
panen normal, dapat meningkatkan kemasakan yang seragam pada buah nenas
(Dewilde 1970). Penyemprotan etephon sebelum masa panen menunjukkan
menyerempaknya pemasakan buah nenas. Hasil yang paling baik didapatkan bila
dosis etephon ditambah dan penyemprotan dilakukan mendekati saat panen
(Bondad 1976).
Penelitian aplikasi hormon etilen dalam penyerempakan waktu panen telah
dilakukan pada beberapa komoditi seperti pada blueberry, tomat, paprika, stroberi
(Weaver 1972) dan kopi Arabica (Winston et al. 1992). Rentang konsentrasi hormon etephon yang digunakan juga sangat bervariasi antara lain pada tomat
0-10.000 ppm, blueberry 0-3840 ppm, paprika 0-500 ppm, stroberi 0-1400 ppm
(Weafer 1972), dan kopi Arabica 0-2000 mg.l-1(Winston et al. 1992).
Upaya untuk menyerempakkan pemasakan buah dapat dilakukan melalui
Salah satu cara yang dapat digunakan untuk dapat menyerempakkan mekar bunga
dan pemasakan buah adalah dengan menggunakan zat pengatur tumbuh.
Penyerempakan mekar bunga dapat dilakukan dengan menggunakan hormon
sitokinin dan etilen, sedangkan penyerempakan pemasakan buah dapat dilakukan
dengan menggunakan hormon etilen.
Tujuan Penelitian
1. Menentukan jenis dan konsentrasi zat pengatur tumbuh untuk meningkatkan
keserempakan mekar bunga betina jarak pagar dalam satu tandan.
2. Menentukan konsentrasi dan waktu aplikasi etephon untuk meningkatkan
keserempakan masak buah jarak pagar dalam satu tandan.
3. Mempelajari pengaruh aplikasi zat pengatur tumbuh terhadap mutu benih dan
biji.
Hipotesis
1. Ada jenis dan konsentrasi zat pengatur tumbuh yang dapat digunakan untuk
menyerempakkan mekar bunga betina dalam satu tandan.
2. Ada konsentrasi dan waktu aplikasi etephon yang dapat digunakan untuk
meningkatkan keserempakan masak buah dalam satu tandan.
TINJAUAN PUSTAKA
Bunga Jarak Pagar
Jarak pagar merupakan tanaman berumah satu (monoecious), bunga jantan
dan betina bahkan terdapat dalam satu malai/inflorensia. Rasio bunga jantan dan
bunga betina bervariasi tergantung pada ukuran malai dan kondisi lingkungan. Di
India, rata-rata perbandingan bunga jantan dan betina adalah 29:1 (Raju &
Ezradanam 1992). Di Kebun Induk Jarak Pagar (KIJP) Pakuwon Sukabumi, rasio
bunga jantan dan betina berkisar 15-30:1 (Hartati 2007) tetapi pada genotipe
Lampung yang diteliti Utomo (2008) di KJIP Pakuwon ditemukan bahwa rasio
bunga jantan dan betina/hermapodit sebesar 12:1. Hasnam (2008) menyatakan
bahwa bunga betina berada di tengah sebagai pusat yang dikelilingi oleh bunga
jantan. Proses penentuan kelamin bunga agak berbeda; bunga betina bersifat
biseksual sedangkan bunga jantan uniseksual. Jenis kelamin mana yang
berkembang pada bunga betina ditentukan oleh perpanjangan kelopak ujung
meristem.
Fase awal pembungaan dimulai dengan pembentukan kuncup pada ujung
tunas terminal dan berlangsung selama 2-6 hari. Kuncup bunga kemudian
membesar dan lebih bulat pada hari 3-7 setelah muncul. Jumlah kuncup yang
terbentuk dalam satu malai bervariasi antara 50-190 kuncup. Berdasarkan
ukurannya pada akhir fase kuncup kelamin bunga sudah dapat diidentifikasi.
Umumnya kuncup bunga betina dan hermaprodit berkembang lebih dahulu
daripada kuncup bunga jantan dengan ukuran yang lebih besar dari kuncup bunga
jantan (Utomo 2008).
Hasil pengamatan pada tanaman jarak pagar di KJIP Pakuwon, Sukabumi,
menunjukkan adanya perbedaan penampilan di lapangan yang meliputi umur
mulai berbunga, jumlah tandan per tanaman dan jumlah buah per tandan dan per
tanaman. Populasi IP-1M, umur berbunga bervariasi mulai 180-240 hari setelah
tanam (HST) (dari biji) dengan jumlah kapsul bervariasi dari 0-45 kapsul per
tanaman. Populasi IP-1A, umur berbunga bervariasi mulai 99-133 HST dengan
jumlah kapsul bervariasi dari 0-172 kapsul per tanaman, sedangkan pada IP-1P
umur berbunga bervariasi mulai dari 80-177 HST dengan jumlah kapsul bervariasi
IP-2 juga menunjukkan adanya variasi pada karakter morfologi kualitatif maupun
kuantitatif karena setiap tanaman adalah suatu genotipa yang berbeda dengan
tanaman lainnya (Hartati 2008a).
Bunga betina jarak pagar memasuki fase reseptif ketika telah mekar
sempurna. Stigma jarak pagar memiliki masa reseptif selama 3 hari. Semua
bunga dalam inflorensia mekar dalam 11 hari, dengan bunga jantan terlebih
dahulu mekar dan bunga akan mekar seharian hingga semua kuncup mekar dan
akhirnya rontok (Raju & Ezradanam 1992). Menurut Hasnam (2006) di Thailand,
bunga betina membuka 1-2 hari sebelum bunga jantan dan lamanya pembungaan
inflorensia 10-15 hari. Puncak pembungaan terjadi dua kali masing-masing di
akhir dan awal curah hujan tinggi (November dan April). Hasil penelitian Utomo
(2008) di KJIP Pakuwon Sukabumi menunjukkan bahwa perkembangan kuncup
bunga memerlukan waktu 16-21 hari, diikuti dengan periode bunga mekar sekitar
14-21 hari. Periode bunga jantan mekar dalam satu malai mencapai 21 hari
sedangkan bunga betina dan hermaprodit hanya 7 hari.
Bunga jantan dan betina dalam satu tandan tidak mekar secara bersamaan
melainkan secara bertahap dengan pola yang tidak tentu. Hal ini menyebabkan
terjadi tingkat kemasakan yang berbeda-beda dalam satu tandan buah (Adikarsih
& Hartono 2007). Terkadang bunga jantan mekar terlebih dahulu dari bunga
betina, namun pada kondisi lain bunga betina mekar lebih dahulu dari bunga
jantan (Hartati 2007).
Pembungaan dan pembuahan tanaman jarak pagar di KJIP Pakuwon
Sukabumi umumnya menurun pada Nopember 2007-Januari 2008. Berdasarkan
pengamatan di lapangan, curah hujan rendah yang telah berlangsung sejak bulan
Agustus dan mengalami puncak pada bulan September dan Oktober
mengakibatkan pembentukan bunga dan buah terganggu. Tanaman jarak pagar
pada kondisi ini tetap menghasilkan bunga, tetapi pada umumnya yang muncul
adalah bunga jantan. Kalaupun ada bunga betina, maka jumlah bunga betina per
malai relatif sangat sedikit, kurang dari 10 bahkan tidak jarang hanya 1 – 5. Hal
ini berakibat jumlah buah juga menurun. Selanjutnya pada periode bulan
November 2007 sampai Januari 2008 dimana hujan mulai turun, ditemukan
fase pertumbuhan vegetatif dengan membentuk daun-daun baru sehingga tanaman
menjadi lebih rimbun (Hartati 2008b).
Pembungaan jarak pagar sangat dipengaruhi oleh ketersediaan air. Biasanya
jarak pagar berbunga setelah mendapatkan kelembaban dan mengalami periode
kekeringan selama kurun waktu tertentu. Bunga dan buah (kapsul) jarak pagar
dapat terbentuk sepanjang tahun dan mulai berbunga setelah tanaman berumur 3-4
bulan, sedangkan pembentukan buah dimulai pada umur 4-5 bulan (Hariyadi
2005; Rijssenbeek 2006).
Perkembangan Biji dan Kemasakan Buah
Secara umum perkembangan biji dimulai dari terbentuknya zigot sampai biji
masak terdiri atas tiga fase yaitu fase pembentukan embrio/fase histodiferensiasi,
fase akumulasi cadangan makanan atau fase pengisian biji dan fase pemasakan
biji (Bustamam 1989). Sadjad (1989) menjelaskan bahwa pada fase
histodiferensiasi terjadi pembelahan dan diferensiasi sel sehingga dari satu sel
zigot terbentuk embrio dengan struktur yang lengkap (plumula, radikula dan
kotiledon). Kadar air dan bobot basah pada fase ini meningkat pesat dan pada
akhir fase ini benih mencapai matang morfologis. Bobot kering mulai meningkat
pesat pada fase pengisian biji, sebagai akibat dari akumulasi cadangan makanan,
bobot basah relatif stabil dan kadar air mulai berkurang saat mendekati bobot
kering maksimum. Benih mengalami pemasakan pada fase pemasakan, yang
ditandai dengan penurunan bobot basah dan kadar air dan benih mencapai masak
fisiologis (ditandai dengan bobot kering, viabilitas dan vigor yang maksimum).
Ryugo (1988) menyatakan bahwa buah dalam periode pertumbuhan dan
perkembangannya melalui tahapan yang diawali dengan perkembangan ovary
(bakal buah), dan dilanjutkan pembelahan sel, perbesaran sel, pematangan, dan
kemudian pemasakan buah. Tahapan pertumbuhan dan perkembangan
kebanyakan buah mengikuti pola sigmoid. Santoso (2009) menyatakan khusus
untuk buah jarak pagar belum ada informasi yang menjelaskan pola
perkembangannya.
Pemasakan buah jarak pagar dalam satu tandan tidak serentak tetapi
Santoso (2009) menunjukkan bahwa pematangan buah dalam satu malai dari
tahapan matang hijau tua (mature) menjadi masak kuning (ripe) dan dari masak
kuning menjadi senescence-kering (over riped) rata-rata 9.8 hari.
Pemasakan buah yang bertahap menjadi kendala dalam pemanenan buah
karena selain memerlukan tenaga kerja yang intensif dan biaya mahal juga
memerlukan pengetahuan untuk menentukan kemasakan buah yang layak panen.
Jika dihubungkan dengan pengembangan jarak pagar sebagai sumber bioenergi
maka pemasakan buah yang tidak serentak menyebabkan panen tidak bisa
dilaksanakan secara serentak sehingga biaya untuk produksi minyak jarak akan
semakin mahal.
Kemasakan buah jarak pagar dapat diklasifikasikan menjadi lima tahap,
yaitu: 1) buah muda yang ditandai dengan kulit berwarna hijau muda, biji
berwarna putih, daging biji belum terbentuk masih berupa air yang keruh, 2) buah
setengah tua yang ditandai dengan kulit buah berwarna hijau, kulit biji berwarna
coklat muda keputih-putihan, endosperm telah terbentuk namun masih lunak, 3)
buah tua yang ditandai dengan kulit buah berwarna hijau tua, biji berwarna hitam
dan keras, 4) buah masak ditandai dengan kulit buah berwarna kuning sampai
hitam, biji telah berwarna hitam mengkilat dan keras, 5) buah lewat masak
ditandai dengan buah telah kering atau telah jatuh, tergantung pada kondisi
lingkungan, jika kondisi kering maka buah dapat tergantung di pohon selama 2-3
bulan sedangkan jika kondisi basah, buah akan jatuh dan biji berkecambah
(Mahmud et al. 2008).
Berdasarkan penelitian Adikarsih dan Hartono (2007) yang dilakukan di
KJIP Asembagus, buah jarak pagar yang dipanen saat warna kulit buah berwarna
kuning mempunyai viabilitas 91.67% dan vigor 84.67%. Daya berkecambah
tertinggi pada tandan dengan buah kuning kehitaman >50% sebesar 68%.
Berdasarkan umur, 50 hari setelah antesis menghasilkan viabilitas 86% dan vigor
82.67%, tertinggi walaupun tidak berbeda nyata dengan umur 45 hari setelah
antesis dengan viabilitas 78.67% dan vigor 7.33%.
Penelitian yang dilakukan oleh Hartono dan Wanita (2007) menunjukkan
bahwa tingkat kemasakan berpengaruh terhadap kadar minyak biji jarak pagar.
tinggi (23.68%), sedangkan yang berwarna hijau mempunyai kandungan minyak
yang terendah (10.93%). Berdasarkan umur buah setelah antesis, kandungan
minyak tertinggi (26.91%) terdapat pada buah jarak pagar yang dipanen pada
umur 50 hari setelah antesis dan terendah (15.19%) ketika buah dipanen saat umur
35 hari setelah antesis.
Produktivitas dan Nilai Ekonomis Jarak Pagar
Berdasarkan Inpres No.1 tahun 2006 tentang Penyediaan dan Pemanfaatan
Bahan Bakar Nabati (Biofuel) sebagai Bahan Bakar Lain dan Perpres No.5 tahun
2006 tentang Kebijakan Energi Nasional maka pemerintah mentargetkan sampai
tahun 2025, lima persen konsumsi energi nasional akan dipenuhi melalui
pengadaan biodiesel dari kelapa sawit (60%) dan jarak pagar (40%) (Wahyudi &
Wulandari 2007).
Produktivitas jarak pagar sangat bervariasi tergantung kesuburan lahan dan
curah hujan. Produksi tahun pertama dengan curah hujan normal (600-800
mm/tahun) adalah 0.3 ton/ha/tahun, produktivitas jarak pagar pada tahun ke-5
adalah sebesar 2.4 ton/ha/tahun, sedangkan untuk lahan beririgasi, pada kondisi
curah hujan normal, jika produksi tahun pertama adalah 0.5 ton/ha maka
produktivitas tahun ke-5 diperkirakan mencapai 3.2 ton/ha/tahun. Produktivitas
tersebut masih bisa dipengaruhi oleh ketersediaan bahan organik dan hara
tanaman serta manajemen pertanaman (Hasnam 2006). Produktivitas jarak pagar
di beberapa negara juga berbeda; di Paraguay mencapai 3-4 ton/ha pada umur 7-9
tahun, Nicaragua 5.0 ton/ha, Mali 2.8 ton/ha, Thailand 2.1 ton/ha, Benggala Barat
(India) 200-325 kg pada tahun pertama dari tanaman yang mendapatkan perlakuan
mikoriza dan 1.10-2.75 ton/ha pada tahun kelima di daerah kering tanpa irigasi
(Hasnam 2007). Produktivitas ekotipe Bima tahun I: 604.66 kg/ha, tahun II:
1,180.33 kg/ha (Santoso 2009).
Kenyataannya masih terdapat kesenjangan yang tinggi antara produktivitas
potensial yang dapat dicapai dengan produktivitas aktual yang terjadi di lapangan.
Hal tersebut tidak terlepas dari berbagai masalah yang ada dalam pengembangan
jarak pagar di Indonesia diantaranya adalah (1) sisi input; pengusahaan jarak
sesuai, (2) sisi usaha tani; sikap skeptik petani terhadap kelayakan usahatani,
sebagian besar petani belum mengetahui budidaya jarak pagar dan kemampuan
petani dalam menerapkan teknologi budidaya terbatas, (3) sisi pengolahan;
kemampuan masyarakat mengenai teknologi pengolahan terbatas, dan (4) sisi
pemasaran; kelembagaan pemasaran minyak jarak pagar belum terbentuk
(Wahyudi & Wulandari 2007).
Kelayakan usaha tani jarak pagar dengan menggunakan: (1) simulasi
teknologi rendah (asumsi produksi 4.37 ton/ha) dengan tingkat harga Rp. 700 per
kilogram biji akan diperoleh keuntungan Rp. 737.000/ha/tahun, keuntungan
investasi 23.32% dan B/C ratio 2,4, sedangkan pada tingkat harga Rp. 1000 per
kilogram biji akan diperoleh keuntungan Rp. 5.413.000/ha/tahun, keuntungan
investasi 31% dan B/C ratio 32.4, (2) simulasi teknologi menengah (asumsi
produksi 6.5 ton/ha) dengan tingkat harga Rp. 700 per kilogram biji akan
diperoleh keuntungan Rp. 3.895.000/ha/tahun, keuntungan investasi 42% dan B/C
ratio 2.2, sedangkan pada tingkat harga Rp. 1000 per kilogram biji akan diperoleh
keuntungan Rp. 11.528.000/ha/tahun, keuntungan investasi >50% dan B/C ratio
5.78, (3) simulasi teknologi maju (asumsi produksi 8.7 ton/ha) dengan tingkat
harga Rp. 700 per kilogram biji akan diperoleh keuntungan
Rp. 6.102.000/ha/tahun, keuntungan investasi 45.14% dan B/C ratio 2.39
sedangkan pada tingkat harga Rp. 1000 per kilogram biji akan diperoleh
keuntungan Rp. 16.577.000/ha/tahun, keuntungan investasi >50% dan B/C ratio
5.59 (Kemala & Tirtosuprobo 2007).
Zat Pengatur Tumbuh
Zat pengatur tumbuh terbagi menjadi dua yaitu zat pengatur tumbuh
endogen dan eksogen yang dapat mengubah pertumbuhan tanaman. ZPT endogen
disebut fitohormon yang dihasilkan sendiri oleh tanaman sedangkan ZPT eksogen
disebut ZPT sintetik yang diproduksi secara buatan (kimia).
Zat pengatur tumbuh adalah istilah yang digunakan untuk senyawa organik
bukan nutrisi yang aktif dalam jumlah kecil (< 1 mM) yang disintesis pada bagian
tertentu, pada umumnya ditranslokasi ke bagian lain tanaman. Senyawa tersebut
mendorong, menghambat atau secara kualitatif mengubah pertumbuhan dan
perkembangan tanaman (Wattimena 1988; Kusumo 1990).
Zat pengatur tumbuh di dalam tanaman terdiri dari lima kelompok yaitu
auksin, gibberellins, sitokinin, etilen dan inhibitor dengan ciri khas dan pengaruh
yang berlainan terhadap proses fisiologis (Abidin 1983). Salisbury dan Ross
(1995) menyatakan bahwa setiap hormon mempengaruhi respon pada banyak
bagian tumbuhan dan respon tersebut bergantung pada spesies, bagian tumbuhan,
fase perkembangan, konsentrasi hormon, interaksi antarhormon yang diketahui,
dan berbagai faktor lingkungan.
Sitokinin
Sitokinin merupakan ZPT yang mendorong pembelahan (sitokinesis).
Sitokinin dan derivatnya, umumnya banyak terdapat pada daerah ujung akar dan
daerah-daerah meristem yang mengalami pembelahan sel cepat, serta banyak
terdapat pada daerah-daerah yang sedang berkembang (Prawitasari 2001). Bentuk
dasar dari sitokinin adalah “adenin” (6-amino purin). Adenin merupakan bentuk
dasar yang menentukan aktivitas sitokinin (Abidin 1983).
Produksi bunga berkorelasi tinggi dengan aktivitas sitokinin pada meristem
apikal. Pucuk yang terinduksi untuk menghasilkan bunga memiliki kandungan
sitokinin yang lebih tinggi dibandingkan pucuk yang tidak menghasilkan bunga.
Sitokinin mendorong diffrensiasi kuncup bunga menjadi inflorensia pada tanaman
anggur, dalam hal ini sitokinin meningkatkan kemampuan inflorensia anggur
untuk menarik assimilat karena inflorensia yang sedang berkembang merupakan
rosot yang lemah, kurang dapat bersaing dengan daun-daun muda tanpa adanya
sitokinin (Kinet et al. 1985).
Krajewski dan Rabe dalam Rai (2004) menyatakan bahwa pada tanaman
jeruk, sitokinin berperan secara tidak langsung dalam pembungaan yaitu melalui
perannya dalam menginisiasi pecahnya tunas. Menurut Belding dan Young
(1989), konsentrasi sitokinin pada jaringan xylem paling tinggi terjadi pada saat
tanaman sedang berbunga dan konsentrasi ini akan menurun pada saat
pertumbuhan pucuk dan pertumbuhan daun.
Sitokinin merangsang pembentukan bunga pada beberapa spesies.
pada salah satu kultivar SD (short day) krisan dan pada kultivar lainnya,
benziladenin dapat mensubsitusi bagian akhir dari fotoinduksi. Zeatin yang
diaplikasikan untuk pembentukan akar Anagilis arvensis menghambat atau agak meningkatkan pembungaan, tergantung pada konsentrasi dan tahap pembentukan
akar (Salisbury & Ross 1995).
Etilen
Etilen adalah zat pengatur tumbuh endogen atau eksogen yang dapat
menimbulkan berbagai respon fisiologis dan morfologi tanaman antara lain
mendorong (memperpanjang masa) dormansi, menghambat pertumbuhan batang,
mendorong pembungaan, mendorong pembentukan buah, mendorong pemasakan
buah, mendorong pembentukan umbi, mendorong absisi, mendorong inisiasi akar,
mendorong penuaan, mengontrol ekspresi seks tanaman, merangsang eksudasi
(pengeluaran getah atau latek) dan menghambat perluasan daun (Wattimena
1988).
Etilen berperan dalam proses pematangan buah dalam fase klimaterik
(Abidin 1983). Sebagian besar buah klimaterik lazimnya menjadi masak antara
lain karena etilen yang dihasilkannya (Salisbury & Ross 1995). Silip et al. (2010) menyatakan bahwa berdasarkan pola respirasinya, jarak pagar tergolong
buah klimaterik.
Penggunaan etilen dalam merangsang pembungaan pada tanaman nenas
telah banyak dilakukan. Hasil penelitian Bondad (1976) pada tanaman nenas yang
berumur 14 bulan, yang disiram dengan 50 ml etephon dengan konsentrasi 1000
ppm pada batang pokoknya, akan menyebabkan 85% dari tanaman tersebut
berbunga 80 hari setelah dilakukan penyiraman, sedangkan tanaman yang tidak
disiram masih dalam keadaan vegetatif. Salisbury dan Ross (1995) menyatakan
bahwa penggunaan etilen secara tak langsung untuk mendorong pembungaan
telah banyak diterapkan dalam industri nenas di Hawaii.
Menurut Davies (2004) etilen berpengaruh terhadap pembungaan antara
lain: menginduksi pembungaan, antesis, senesen bunga dan daun, kematangan
BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di dua tempat yaitu di kebun koleksi jarak pagar
IPB di Leuwikopo (September-November 2009) dan kebun jarak pagar PT
Indocement Tunggal Prakarsa Tbk Cibinong (Oktober 2009 sampai- November
2010). Uji viabilitas dan vigor benih dilaksanakan di rumah kaca Kebun
Percobaan Leuwikopo, Dramaga Bogor, sedangkan uji kandungan minyak
dilaksanakan di Laboratorium Pengujian Departemen Teknologi Industri
Pertanian IPB.
Metode Penelitian
Upaya penyerempakan masak buah jarak pagar dapat dilakukan dengan dua
pendekatan, yaitu dengan aplikasi zat pengatur tumbuh untuk menyerempakkan
mekar bunga betina dan aplikasi etephon untuk menyerempakkan masak buah.
Penelitian aplikasi zat pengatur tumbuh untuk menyerempakkan mekar bunga
terdiri atas dua tahap yaitu: (a) studi jenis zat pengatur tumbuh untuk
meningkatkan keserempakan mekar bunga betina, dan (b) studi konsentrasi BAP
untuk meningkatkan keserempakan mekar bunga betina. Penelitian aplikasi zat
pengatur tumbuh untuk menyerempakkan masak buah terdiri atas dua bagian
yaitu: (a) pengamatan perkembangan buah dan biji jarak pagar, dan (b) studi
konsentrasi dan waktu aplikasi etephon untuk meningkatkan keserempakan
masak buah jarak pagar.
I. Aplikasi Zat Pengatur Tumbuh untuk Meningkatkan Keserempakan Mekar Bunga Betina.
I.A. Studi Jenis Zat Pengatur Tumbuh untuk Meningkatkan Keserempakan Mekar Bunga Betina
Penelitian tahap I dilaksanakan pada bulan Oktober-Desember 2009 di
kebun jarak pagar PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk Ciuterep, Bogor. Saat
bunga yang digunakan merupakan kuncup bunga yang muncul setelah panen
pertama dilakukan.
Rancangan penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap
(RAL) satu faktor dengan 11 perlakuan yaitu: kontrol, BAP 30 ppm, BAP 35
ppm, BAP 40 ppm, BAP 45 ppm, BAP 50 ppm, etephon 10 ppm, etephon 30
ppm, etephon 50 ppm, etephon 70 ppm, dan etephon 90 ppm. Masing-masing
perlakuan terdiri atas enam ulangan sehingga diperoleh 66 satuan percobaan.
Setiap tanaman diamati dua malai, sehingga dalam percobaan ini digunakan 132
malai.
Model rancangan yang digunakan adalah sebagai berikut:
Yij = µ + Ai+ +ij
Yij = Nilai pengamatan akibat konsentrasi ke-i ulangan ke-j µ = Rataan umum
Ai = Pengaruh konsentrasi ke-i, dengan i=1, 2, 3, 4
ij = Pengaruh galat yang ditimbulkan oleh perlakuan konsentrasi ke-i ulangan ke-j, dengan i=1, 2, 3, 4 dan j=1, 2, 3
Pengolahan data menggunakan uji F dengan program komputer SAS 9.1. DMRT
(Duncan Multiple Range Test) digunakan untuk menguji beda nyata antar
perlakuan pada taraf 5%.
Pelaksanaan
Setiap pohon ditentukan kuncup generatif sebanyak dua malai yaitu malai
yang sudah menghasilkan kuncup bunga yang masih sangat kecil. Malai yang
terpilih dari setiap pohon diberi label dan kemudian diaplikasikan dengan zat
pengatur tumbuh sesuai perlakuan. Aplikasi dilakukan sampai kuncup bunga
basah dan terlihat ada tetesan air yang jatuh dari malai tersebut. Aplikasi
dilakukan langsung pada malai tanpa emulsifier. Bunga betina yang mekar diberi
tanda dengan menggunakan benang berwarna. Pemberian benang tersebut
dilakukan setiap hari sampai semua bunga betina mekar.
Buah jarak pagar dari setiap perlakuan dipanen pada saat kulit buah
berwarna kuning. Biji yang dihasilkan digunakan untuk uji viabilitas potensial
(daya berkecambah dan bobot kering kecambah normal) dan uji vigor (kecepatan
tumbuh). Uji viabilitas dan vigor dilakukan di rumah kaca Kebun Percobaan
Pengamatan
Pengamatan yang dilakukan adalah:
1. Jumlah bunga betina adalah jumlah bunga betina yang terdapat pada tiap
malai contoh.
2. Jumlah bunga jantan adalah jumlah bunga jantan yang terdapat pada tiap
malai contoh
3. Rasio bunga jantan terhadap bunga betina adalah perbandingan antara bunga
jantan terhadap bunga betina yang ada pada malai contoh.
4. Keserempakan mekar bunga betina diamati melalui periode mekar bunga
yang merupakan rentang waktu mekar bunga betina pertama sampai bunga
betina terakhir dalam satu malai.
5. Rata-rata bunga betina mekar per hari adalah jumlah bunga betina yang
mekar setiap hari selama pengamatan.
6. Persentase pembentukan buah adalah persentase buah yang terbentuk dari
bunga betina yang mekar
7. Daya berkecambah (DB)
Daya berkecambah merupakan tolok ukur viabilitas potensial benih yang
menunjukkan seluruh potensi benih untuk tumbuh normal pada kondisi
optimum. Daya berkecambah diuji dengan menggunakan 25 butir benih
dengan empat ulangan untuk setiap satuan percobaan. Pengecambahan
benih dilakukan pada polibag ukuran 5x20 cm dengan menggunakan media
pasir. Pengamatan daya berkecambah dilakukan pada hari ke-7 dan ke-14
setelah tanam. Tipe perkecambahan jarak pagar adalah epigeal, maka
kriteria kecambah normal adalah: kecambah tumbuh sehat, hipokotil
tumbuh normal dengan panjang 2-4 kali panjang benih, dan minimal sudah
tumbuh satu plumula
jumlah KN I + jumlah KN II) DB = x 100%
jumlah benih yang dikecambahkan
dengan:
KN I = kecambah normal pada hitungan pertama
8. Bobot Kering Kecambah Normal (BKKN).
Bobot kering kecambah normal merupakan tolok ukur viabilitas potensial
benih. Bobot kering kecambah normal diukur pada hitungan akhir
pengamatan. Kecambah normal dibuang sisa cadangan makanannya
(endosperm/kotiledon), kemudian dioven pada suhu 60oC selama 3x24 jam. Setelah itu ditimbang bobot keringnya.
9. Kecepatan tumbuh
Pengujian dilakukan dengan mengamati jumlah kecambah normal yang
mekar setiap hari (interval 24 jam) hingga pengamatan kecambah hitungan
terakhir. Kecepatan tumbuh benih (KCT) dihitung berdasarkan jumlah
pertambahan persentase kecambah normal/etmal (Sadjad et al. 1999), dengan rumus:
n Keterangan:
KCT=∑d i = Hari pengamatan
i=1 n= Hari pengamatan terakhir d= persentase pertambahan
kecambah normal/etmal
I.B. Studi Konsentrasi BAP untuk Meningkatkan Keserempakan Mekar Bunga Betina Jarak Pagar
Penelitian tahap II dilaksanakan pada bulan September-November 2010 di
kebun jarak pagar PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk Ciuterep, Bogor. Saat
aplikasi kondisi cuaca cerah dengan suhu udara berkisar 29oC. Rata-rata curah hujan selama penelitian adalah 13.61 mm/hari dan suhu udara rata-rata 27.43oC (Lampiran 1). Tanaman jarak pagar yang digunakan adalah genotipe Dompu yang
berumur sekitar dua tahun setengah dan baru mengalami pemangkasan. Kuncup
generatif yang digunakan adalah kuncup generatif yang baru pertama kali keluar
dari cabang hasil pemangkasan.
Rancangan penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap
(RAL) satu faktor dengan enam perlakuan yaitu: kontrol, BAP 30 ppm, BAP 50
ppm, BAP 70 ppm, BAP 90 ppm dan BAP 110 ppm. Semua perlakuan diulang
empat kali, sehingga diperoleh 24 satuan percobaan. Masing-masing perlakuan
terdiri atas dua tanaman dan dari masing-masing tanaman diamati satu malai,
Model rancangan yang digunakan adalah sebagai berikut:
Yij = µ + Ai+ +ij
Yij = Nilai pengamatan akibat konsentrasi ke-i ulangan ke-j µ = Rataan umum
Ai = Pengaruh konsentrasi ke-i, dengan i=1, 2, 3, 4
ij = Pengaruh galat yang ditimbulkan oleh perlakuan konsentrasi ke-i ulangan ke-j, dengan i=1, 2, 3, 4 dan j=1, 2, 3
Pengolahan data menggunakan uji F dengan program komputer SAS 9.1. DMRT
(Duncan Multiple Range Test) digunakan untuk menguji beda nyata antar
perlakuan pada taraf 5%.
Pelaksanaan
Setiap pohon ditentukan kuncup generatif sebanyak satu malai. Malai yang
terpilih dari setiap pohon diberi label dan kemudian diaplikasikan dengan zat
pengatur tumbuh sesuai perlakuan. Aplikasi dilakukan sampai kuncup bunga
basah dan terlihat ada tetesan air yang jatuh dari malai tersebut. Aplikasi
dilakukan langsung pada malai tanpa emulsifier. Bunga betina yang mekar diberi
tanda dengan menggunakan benang berwarna. Pemberian benang tersebut
dilakukan setiap hari sampai semua bunga betina mekar. Buah jarak pagar dari
setiap perlakuan dipanen pada saat berwarna kuning.
Pengamatan
Pengamatan yang dilakukan adalah:
1. Jumlah bunga betina: prosedur seperti yang telah dikemukakan sebelumnya.
2. Jumlah bunga jantan: prosedur seperti yang telah dikemukakan sebelumnya.
3. Rasio bunga jantan terhadap bunga betina: prosedur seperti yang telah
dikemukakan sebelumnya.
4. Waktu bunga mekar pertama (hari): adalah saat bunga betina pertama mekar
pada tanaman setelah aplikasi ZPT
5. Periode mekar bunga (hari): prosedur seperti yang telah dikemukakan
sebelumnya.
6. Rata-rata bunga betina mekar per hari: prosedur seperti yang telah
dikemukakan sebelumnya.
7. Persentase pembentukan buah: prosedur seperti yang telah dikemukakan
II. Aplikasi Etephon untuk meningkatkan keserempakan masak buah. II.A. Pengamatan Perkembangan Buah dan Biji Jarak Pagar
Pengamatan perkembangan buah dan biji dilakukan untuk mengetahui
perkembangan buah dan biji jarak pagar dari sejak penyerbukan terjadi sampai biji
masak sehingga diketahui waktu tercapainya fase akumulasi cadangan makanan,
yang ditandai dengan meningkatnya bobot kering biji. Pengamatan ini
dilaksanakan di dua tempat yaitu di kebun koleksi jarak pagar IPB Leuwikopo
(September-November 2009) dan kebun jarak pagar PT Indocement Tbk di
Cieuterup, Bogor (Desember 2009-Februari 2010).
Pengamatan di kebun koleksi jarak pagar IPB Leuwikopo dimulai dengan
melakukan penyerbukan silang pada beberapa genotipe yang berasal dari Nusa
Tenggara Barat, Bengkulu, Sukabumi, Bogor, Banten, Makasar, Medan, Biak,
Jayapura dan Bali. Perkembangan buah dan biji jarak pagar diamati sejak antesis
sampai buah masak dengan interval pengamatan tujuh hari sekali.
Pengamatan perkembangan buah dan biji di kebun jarak PT Indocement
Tbk dilakukan sejak 30 hari setelah antesis (berdasarkan hasil penelitian di kebun
koleksi dan didukung oleh hasil penelitian Santoso 2009). Pengamatan dilakukan
terhadap ukuran buah dan biji (diameter dan panjang, yang diukur dengan
menggunakan jangka sorong) dan bobot basah biji (bobot basah dan bobot kering
endosperm-embrio).
II.B. Studi Konsentrasi dan Waktu Aplikasi Etephon untuk Meningkatkan Keserempakan Masak Buah Jarak Pagar
Penelitian pada bagian kedua ini terdiri atas dua tahap. Tahap I dilakukan
pada bulan Februari 2010, sedangkan tahap II dilakukan pada bulan April 2010.
Curah hujan selama pengamatan pada tahap I rata-rata sebesar 19.8 mm/hari dan
suhu udara rata-rata sebesar 26.7oC sedangkan pada tahap II curah hujan rata-rata sebesar 0.5 mm/hari dan suhu udara rata-rata sebesar 27.8oC (Lampiran 2).
Jarak pagar yang digunakan adalah genotipe Dompu. Genotipe Dompu
merupakan provenan Bima (Santoso BB 22 Juni 2010, komunikasi pribadi) yang
sudah tepat jika digunakan untuk mempelajari pengaruh aplikasi zat pengatur
tumbuh terhadap keserempakan pemasakan buah jarak pagar.
Rancangan penelitian yang digunakan adalah RAK Faktorial dua faktor.
Faktor pertama adalah konsentrasi etephon yang terdiri atas tujuh level yaitu: 0,
200, 400, 600, 800, 1000 dan 1200 ppm. Faktor kedua adalah waktu aplikasi
yaitu: 40 hari setelah antesis (HSA) dan 45 HSA, sehingga terdapat 14 kombinasi
perlakuan. Masing-masing kombinasi perlakuan diulang empat kali dengan tiga
pohon per ulangan sehingga diperoleh 56 satuan percobaan. Setiap pohon dipilih
minimal dua malai untuk diaplikasi dengan etephon. Tahap II, konsentrasi
etephon yang digunakan terdiri atas lima level yaitu: 0, 100, 200, 300 dan 400
ppm, dengan dua waktu aplikasi yaitu 40 HSA dan 45 HSA, sehingga terdapat 10
kombinasi perlakuan yang masing-masing diulang empat kali dengan tiga pohon
per ulangan sehingga diperoleh 40 satuan percobaan. Setiap pohon dipilih
minimal dua malai untuk diaplikasi dengan etephon.
Model rancangan yang digunakan adalah sebagai berikut:
Yijk= μ + βi + j+ ηk+ (β)ijk+ єijk
Yijk = Nilai pengamatan konsentrasi ke-i dan waktu aplikasi ke-j serta ulangan ke-k
μ = Nilai tengah umum
βi = Pengaruh konsentrasi etephon ke-i
j = Pengaruh waktu aplikasi etephon ke-j ηk = Pengaruh kelompok ke-k
(β)ijk = Pengaruh interaksi antara konsentrasi dan waktu aplikasi єijk = Galat percobaan
Pengolahan data menggunakan uji F dengan program komputer SAS 9.1.
DNMRT (Duncan Multiple Range Test) digunakan untuk menguji beda nyata
antar perlakuan pada taraf 5%.
Pelaksanaan
Pohon jarak pagar yang digunakan memiliki cabang dengan bunga betina
yang baru mekar pada malainya. Cabang tersebut ditandai dengan menggunakan
pita berwarna untuk membedakan waktu aplikasi etephon setelah terbentuknya
buah pada malai.
Etephon disemprotkan merata pada buah yang ada di tandan sesuai dengan
setiap perlakuan dipanen pada saat berwarna kuning. Biji yang dihasilkan
digunakan untuk uji viabilitas potensial (daya berkecambah dan bobot kering
kecambah normal), uji vigor (kecepatan tumbuh) dan kandungan minyak.
Pengamatan
Pengamatan dilakukan terhadap peubah-peubah sebagai berikut:
1. Keserempakan masak buah diamati melalui periode masak buah yang
merupakan rentang waktu yang diperlukan dari sejak aplikasi ZPT sampai
seluruh buah dalam tandan berwarna kuning.
2. Ukuran biji dan buah .
Pengamatan dilakukan setelah panen dengan mengukur diameter dan
panjang buah dan biji dengan menggunakan jangka sorong.
3. Bobot basah biji per butir.
Ditentukan dengan cara mengambil secara acak 10 butir benih per ulangan
kemudian ditimbang dengan menggunakan timbangan analitik.
4. Bobot kering biji (embrio-endosperm)
Pengamatan bobot kering embrio-endosperm benih dilakukan pada saat
panen buah dengan mengambil secara acak lima butir buah per ulangan.
Embrio-endosperm dipisahkan dari kulit biji kemudian dimasukkan ke
dalam oven suhu 60oC selama 3x24 jam, setelah itu ditimbang dengan menggunakan timbangan analitik.
5. Kandungan minyak.
Pengamatan terhadap kandungan minyak pada biji jarak pagar dilakukan
pada saat panen buah dengan kriteria kulit buah berwarna kuning. Metode
yang digunakan adalah metode ekstraksi langsung dengan alat soxhlet (SNI
01-2891-1992).
6. Daya berkecambah (DB): prosedur seperti yang telah dikemukakan
sebelumnya.
7. Bobot Kering Kecambah Normal (BKKN): prosedur seperti yang telah
dikemukakan sebelumnya.
8. Kecepatan tumbuh: prosedur seperti yang telah dikemukakan sebelumnya.
Metodologi penelitian yang dilakukan secara garis besar mengikuti diagram
Gambar 1 Bagan alir metodologi penelitian Fenomena ketidakserempakan kemasakan buah pada satu malai
Pembentukan dan perkembangan buah dan biji
Keluaran :
Fase perkembangan buah dan biji
Konsentrasi etephon untuk menyerempakkan masak buah (curah hujan tinggi)
Keluaran :
Teknik penyerempakan masak buah
Aplikasi zat pengatur tumbuh
Konsentrasi BAP dan etephon untuk menyerempakkan mekar
bunga betina
Konsentrasi etephon untuk menyerempakkan masak buah (curah hujan rendah)
Studi waktu aplikasi dan konsentrasi etephon dalam
menyerempakkan masak buah
2
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
I. Aplikasi Zat Pengatur Tumbuh untuk Meningkatkan Keserempakan Mekar Bunga Betina
I.A. Studi Jenis Zat Pengatur Tumbuh untuk Meningkatkan Keserempakan Mekar Bunga Betina.
Analisis ragam (Lampiran 3-11) dan hasil rekapitulasi analisis ragam (Tabel
1) menunjukkan bahwa aplikasi zat pengatur tumbuh memberikan pengaruh nyata
pada jumlah bunga betina, jumlah bunga jantan, periode mekar bunga betina, rasio
bunga jantan terhadap bunga betina, rata-rata mekar bunga betina per hari,
persentase pembentukan buah dan bobot kering kecambah normal, tetapi tidak
berpengaruh nyata terhadap daya berkecambah dan kecepatan tumbuh.
Tabel 1 Rekapitulasi hasil analisis ragam aplikasi pengaruh zat pengatur tumbuh (ZPT) terhadap beberapa peubah pembungaan dan mutu fisiologi benih
Peubah Zat Pengatur
Rasio bunga jantan terhadap bunga betina * 10.15
Periode mekar bunga betina * 2.50
Rata-rata mekar bunga betina/hari * 1.75
Persentase pembentukan buah * 5.16
- Mutu fisiologis benih:
Daya berkecambah tn 2.21
Kecepatan Tumbuh tn 4.41
Bobot Kering Kecambah Normal ** 10.53
Keterangan: tn= berbeda tidak nyata, **= sangat berbeda nyata
Jumlah bunga betina yang terbanyak terdapat pada perlakuan BAP 50 ppm
tetapi tidak berbeda nyata dengan perlakuan BAP lainnya, etephon 10 ppm dan
kontrol. Jumlah bunga betina terendah terdapat pada perlakuan etephon 90 ppm
tetapi tidak berbeda nyata dengan perlakuan etephon lainnya dan kontrol. Bunga
jantan yang terbanyak terdapat pada perlakuan BAP 30 ppm tetapi tidak berbeda
nyata dengan BAP 35 ppm, BAP 40 ppm, BAP 50 ppm, etephon 10 ppm, etephon