• Tidak ada hasil yang ditemukan

KATA PENGANTAR. Puji dan syukur kita ucapkan kehadirat Allah, SWT karena telah selesainya penyusunan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KATA PENGANTAR. Puji dan syukur kita ucapkan kehadirat Allah, SWT karena telah selesainya penyusunan"

Copied!
160
0
0

Teks penuh

(1)

▸ Baca selengkapnya: naikkan doa syukur karena allah mengaruniai kemampuan untuk menghadapi tantangan hidup sebagai remaja

(2)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita ucapkan kehadirat Allah, SWT karena telah selesainya penyusunan Profil Kesehatan Tahun 2015. Dokumen ini memuat informasi mengenai gambaran umum Kota Padang, situasi derajat kesehatan, situasi upaya kesehatan, dan situasi sumber daya kesehatan tahun 2015. Profil ini merupakan salah satu sarana yang digunakan untuk melaporkan pemantauan dan evaluasi terhadap pencapaian hasil pembangunan kesehatan, termasuk kinerja dari penyelenggaraan pelayanan minimal di bidang kesehatan di Kota Padang.

Profil Kesehatan ini masih jauh dari kata sempurna, hal ini disebabkan karena kurangnya sumber baik sumber daya data maupun sumber daya manusia. Untuk itu kami mengharapkan tanggapan dan saran demi penyempunaannya dimasa mendatang.

Akhirnya dengan segala kerendahan hati, kami menghaturkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan dokumen ini. Semoga dokumen ini bermanfaat bagi kita semua.

Padang, April 2016

Kepala Dinas Kesehatan Kota Padang

Drg. Hj. Eka Lusti, MM NIP. 19630710 199003 2 001

(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...i

DAFTAR ISI...ii

DAFTAR LAMPIRAN... iii

DAFTAR GRAFIK... viii

DAFTAR GAMBAR ...ix

BAB I PENDAHULUAN...1

BAB II GAMBARAN UMUM ...5

BAB III SITUASI DERAJAT KESEHATAN ...10

3.1. Angka Kematian ...10

3.2. Angka Kesakitan ...13

BAB IV SITUASI UPAYA KESEHATAN ...27

4.1. Pelayanan Kesehatan ...27

4.2. Akses dan Mutu Pelayanan Kesehatan ...39

4.3. Prilaku Hidup Masyarakat ...43

4.4. Kesehatan Lingkungan...43

BAB V SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN ...48

5.1. Sarana Kesehatan ...48

5.2. Tenaga Kesehatan ...53

5.3. Pembiayaan Kesehatan ...56

BAB VI KESIMPULAN ...58

6.1. Situasi Derajat Kesehatan. ...58

6.2. Situasi Upaya Kesehatan...61

(4)

DAFTAR LAMPIRAN Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17.

Luas Wilayah, Jumlah Desa/Kelurahan, Jumlah Penduduk, Jumlah Rumah Tangga, dan Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan

Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Kelompok Umur

Penduduk Berumur 10 Tahun Ke Atas yang Melek Huruf dan Ijazah Tertinggi yang Diperoleh Menurut Jenis Kelamin

Jumlah Kelahiran Menurut jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas

Jumlah Kematian Neonatal, Bayi dan Balita Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas

Jumlah Kematian Ibu Menurut Kelompok Umur, Kecamatan dan Puskesmas Kasus baru TB BTA+, Seluruh Kasus TB, Kasus TB pada Anak, dan Case

Notification Rate (CNR) per 100.000 Penduduk Menurut jenis Kelamin,

Kecamatan dan Puskesmas

Jumlah Kasus dan Angka Penemuan Kasus TB Paru BTA+ Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas

Angka Kesembuhan dan Pengobatan Lengkap TB Paru BTA+ serta Keberhasilan Pengobatan Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas Penemuan Kasus Penumonia Balita Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas

Jumlah Kasus HIV, AIDS, dan Syphilis Menurut Jenis Kelamin

Persentase Donor Darah di Skrining terhadap HIV Menurut Jenis Kelamin Kasus Diare yang Ditangani Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas

Kasus Baru Kusta Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas

Kasus Baru Kusta 0-14 Tahun dan Cacat Tingkat 2 Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas

Jumlah kasus dan Angka Prevalensi Penyakit Kusta Menurut Tipe/ Jenis, Jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas

Persentase Penderita Kusta Selesai Berobat (Release From Treatment/RFT) Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas

(5)

Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34.

Jumlah Kasus AFP (Non Folio) Menurut Kecamatan dan Puskesmas

Jumlah Kasus Penyakit yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi (PD3I) Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas

Jumlah Kasus Penyakit yang dapat Dicegah dengan Imunisasi (PD3I) menurut Jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas

Jumlah Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas

Kesakitan dan Kematian Akibat Malaria Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas

Penderita Filariasis Ditangani Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas

Pengukuran Tekanan Darah Penduduk ≥ 18 Tahun Menurut Jenis Kelamin,

Kecamatan dan Puskesmas

Pemeriksaan Obesitas Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas Cakupan Deteksi Dini Kanker Leher Rahim dengan Metode IVA dan Kanker Payudara dengan Pemeriksaan Klinis (CBE) Menurut Kecamatan dan Puskesmas

Jumlah Penderita dan Kematian pada KLB Menurut Jenis Kejadian Luar Biasa (KLB)

Kejadian Luar Biasa (KLB) di Desa/ Kelurahan yang Ditangani < 24 Jam Cakupan Kunjungan Ibu Hamil, Persalinan Ditolong Tenaga Kesehatan, dan Pelayanan Kesehatan Ibu Nifas Menurut Kecamatan dan Puskesmas

Persentase Cakupan Imunisasi TT pada Ibu Hamil Menurut Kecamatan dan Puskesmas

Persentase Cakupan Imunisasi TT pada Wanita Usia Subur Menurut Kecamatan dan Puskesmas

Jumlah Ibu Hamil yang Mendapatkan Tablet Fe1 dan Fe3 Menurut Kecamatan dan Puskesmas

Jumlah dan Persentase Penanganan Komplikasi Kebidanan dan Komplikasi Neonatal Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas

Proporsi Peserta KB Aktif Menurut Jenis Kontrasepsi, Kecamatan dan Puskesmas

(6)

Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel 35. 36. 37. 38. 39. 40. 41. 42. 43. 44. 45. 46. 47. 48. 49. 50. 51. 52.

Proporsi Peserta KB Baru Menurut Jenis Kontrasepsi, Kecamatan dan Puskesmas

Jumlah Peserta KB Baru dan KB Aktif Menurut Kecamatan dan Puskesmas Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas

Cakupan Kunjungan Neonatal Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas

Jumlah Bayi yang Diberi ASI Eksklusif Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas

Cakupan Pelayanan Kesehatan Bayi Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas

Cakupan Desa/Kelurahan Universal Child Immunization (UCI) Menurut Kecamatan dan Puskesmas

Cakupan Imunisasi Hepatitis B < 7 hari dab BCG pada Bayi Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas

Cakupan Imunisasi DPT-HB/DPT-HB-Hib, Polio, Campak dan Imunisasi Dasar Lengkap pada Bayi Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas

Cakupan Pemberian Vitamin A pada Bayi Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas

Jumlah Anak 0-23 Bulan Ditimbang Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas

Cakupan Pelayanan Anaka Balita Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas

Jumlah Balita Ditimbang Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas Cakupan Kasus Balita Gizi Buruk yang Mendapat Perawatan Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas

Cakupan Pelayanan Kesehatan (Penjaringan) Siswa SD & Setingkat Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas

Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut Menurut Kecamatan dan Puskesmas Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut pada Anak SD dan Setingkat Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas

(7)

Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel 53. 54. 55. 56. 57. 58. 59. 60. 61. 62. 63. 64. 65. 66. 67. 68. 69. 70. 71. 72. 73.

Kecamatan dan Puskesmas

Cakupan Jaminan Kesehatan Penduduk Menurut Jenis Jaminan dan Jenis Kelamin

Jumlah Kunjungan Rawat Jalan, Rawat Inap, dan Kunjungan Gangguan Jiwa di Sarana Pelayanan Kesehatan

Angka Kematian Pasien di Rumah Sakit Indikator Kinerja Pelayanan di Rumah Sakit

Persentase Rumah Tangga Berperilaku Hidup Bersih dan Sehat (Ber-PHBS) Menurut Kecamatan dan Puskesmas

Persentase Rumah Sehat Menurut Kecamatan dan Puskesmas

Penduduk dengan Akses Berkelanjutan terhadap Air Minum Berkualitas (Layak) Menurut Kecamatan dan Puskesmas

Persentase Kualitas Air Minum di Penyelenggara Air Minum yang Memenuhi Syarat Kesehatan

Penduduk dengan Akses terhadap Fasilitas Sanitasi yang Layak (Jamban Sehat) Menurut Jenis Jamban, Kecamatan, dan Puskesmas

Desa yang Melaksanakan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat

Persentase Tempat-Tempat Umum Memenuhi Syarat Kesehatan Menurut Kecamatan dan Puskesmas

Tempat Pengelolaan Makanan (TPM) Menurut Status Higiene Sanitasi Tempat Pengelolaan Makanan Dibina dan Diuji Petik

Persentase Ketersediaan Obat dan Vaksin Jumlah Sarana Kesehatan Menurut Kepemilikan

Persentase Sarana Kesehatan (Rumah Sakit) dengan Kemampuan Pelayanan Gawat Darurat (GADAR) Level 1

Jumlah Posyandu menurut Strata, Kecamatan dan Puskesmas

Jumlah Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) Menurut Kecamatan

Jumlah Desa Siaga Menurut Kecamatan Jumlah Tenaga Medis di Fasilitas Kesehatan Jumlah Tenaga Keperawatan di Fasilitas Kesehatan

(8)

Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel 74. 75. 76. 77. 78. 79. 80. 81.

Jumlah Tenaga Kefarmasian di Fasilitas Kesehatan

Jumlah Tenaga Kesehatan Masyarakat dan Kesehatan Lingkungan di Fasilitas Kesehatan

Jumlah Tenaga Gizi di Fasilitas Kesehatan

Jumlah Tenaga Keterapian Fisik di Fasilitas Kesehatan Jumlah Tenaga Keteknisian Medis di fasilitas Kesehatan Jumlah Tenaga Kesehatan Lain di Fasilitas Kesehatan

Jumlah Tenaga Penunjang/ Pendukung Kesehatan di Fasilitas Kesehatan Anggaran Kesehatan Kabupaten/Kota

(9)

DAFTAR GRAFIK Halaman Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik 2.1. 3.1. 3.2. 3.3. 4.1. 4.2. 4.3. 5.1. 5.2. 5.3. 5.4.

Piramida Penduduk Kota Padang Tahun 214 Trend Kasus Kematian Ibu Tahun 2009-2015

Sepuluh Penyakit Terbanyak di Kota Padang Tahun 2015 Trend Kasus dan Kematian HIV/AIDS di Kota Padang Trend Cakupan ASI Eksklusif di Kota Padang

Prevalensi Status Gizi Tahun 2009-2014

Kapitasi JKN di Kota Padang Tahun 2012-2015

Perbandingan Strata Posyandu di Kota Padang Tahun 2013-2015 Strata Posyandu di Kota Padang Tahun 2015

Kebutuhan Bidan, Perawat dan Perawat Gigi di Puskesmas se Kota Padang Tahun 2015

Ketenagaan di Lingkungan Dinas Kesehatan Kota Padang Tahun 2015 6 13 14 17 32 36 40 51 52 54 56

(10)

DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar Gambar Gambar 3.1. 3.2. 3.3.

Kasus DBD di Kota Padang Tahun 2015

Kasus Malaria Positif di Kota Padang Tahun 2015 Sebaran Sarana Pelayanan Kesehatan di Kota Padang

22 23 49

(11)

BAB I PENDAHULUAN

Indonesia sebagai salah satu negara yang menandatangani Tujuan Pembangunan Millenium Developmen Goals (MDGs) berkomitmen mewujudkan tujuan MDGs tersebut, sebagai perwujudan peningkatan kualitas sumber daya manusia dan kualitas hidup yang lebih

baik. Targetnya adalah tercapainya peningkatan ekonomi global atau tercapainya

kesejahteraan rakyat dan pembangunan masyarakat pada tahun 2015. Dari 8 (delapan)

agenda pencapaian MDGs, 5 (lima) diantaranya merupakan bidang kesehatan, terdiri dari memberantas kemiskinan dan kelaparan (tujuan 1), menurunkan angka kematian anak (tujuan 4), meningkatkan Kesehatan ibu (tujuan 5), memerangi HIV/AIDS, Malaria dan penyakit lainnya (tujuan 6), melestarikan lingkungan hidup, (tujuan7).

Tantangan utama pencapaian MDGs bidang kesehatan adalah bagaimana pemerintah dapat menerjemahkan komitmen dan kebijakan intervensi efektif yang sudah tersedia menjadi program rutin pelayanan kesehatan yang dapat langsung menyentuh masyarakat, terutama mereka yang paling membutuhkan, yaitu masyarakat miskinSecara nasional komitmen tersebut dituangkan dalam berbagai dokumen perencanaan nasional, antara lain dalam

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2010– 2014 dan Inpres

No. 3 tahun 2010 tentang Program Pembangunan yang Berkeadilan.

Dalam pelaksanaan pembangunan kesehatan ada upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Perubahan pemahaman akan konsep sehat dan sakit serta makin kayanya khasanah ilmu pengetahuan dengan informasi tentang determinan penyebab penyakit yang multifaktorial, telah menggeser paradigma pembangunan kesehatan yang lebih

(12)

mengutamakan pelayanan kesehatan yang bersifat kuratif dan rehalibitatif. Pentingnya penerapan PARADIGMA SEHAT merupakan upaya untuk lebih meningkatkan kesehatan bangsa yang bersifat proaktif.

RPJMN bidang kesehatan dijabarkan ke dalam Rencana Strategis Dinas Kesehatan tahun 2014-2019 dengan Visi Pembangunan Kesehatan Kota Padang disusun untuk

mewujudkan visi Kota Padang yaitu, “ Terwujudnya Masyarakat Kota Padang Peduli

Sehat, Mandiri, berkualitas dan Berkeadilan tahun 2019”.Pembangunan kesehatan Kota

Padang secara umum bertujuan untuk terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan upaya kesehatan masyarakat yang dapat menjangkau semua lapisan masyarakat. Disamping itu, pembangunan bidang kesehatan di arahkan untuk peningkatan akses dan kualitas pelayanan kesehatan melalui delapan fokus prioritas.

Profil Kesehatan Kota Padang merupakan salah satu media informasi Pembangunan Kesehatan di Kota Padang yang relatif lengkap, meliputi data tentang derajat kesehatan, upaya kesehatan, sumberdaya kesehatan, data umum dan data lingkungan yang berhubungan dengan kesehatan di wilayah Kota Padang. Di samping itu Profil ini merupakan salah satu sarana yang digunakan untuk melaporkan pemantauan dan evaluasi terhadap pencapaian hasil pembangunan kesehatan, termasuk kinerja dari penyelenggaraan pelayanan minimal di bidang kesehatan di Kota Padang.

Profil kesehatan ini merupakan bagian dari sistem informasi kesehatan yang masih jauh dari kondisi ideal. Berbagai masalah klasik masih dihadapi dalam penyelenggaraan sistem

informasi kesehatan seperti data yang belum satu pintu, kegiatan pengelolaan data dan

informasi yang belum terintegrasi dan terkoordinasi dalam satu mekanisme kerjasama yang baik.

(13)

Buku Profil Kesehatan Kota Padang Tahun 2016 ini disusun dengan sistematika penulisan sebagai berikut :

BAB I. PENDAHULUAN.

Bab ini berisi penjelasan tentang latar belakang pembuatan Profil dan sistimatika penulisan Profil Dinas Kesehatan.

BAB II. GAMBARAN UMUM.

Bab ini menyajikan gambaran umum tentang uraian tentang letak geografis, administrasi, dan informasi umum lainnya yang berhungan dengan kesehatan, serta faktor-faktor yang berpengaruh terhadap upaya kesehatan seperti kependudukan, prilaku penduduk, perekonomian.

BAB III. SITUASI DERAJAT KESEHATAN

Bab ini berisi uraian situasi derajat kesehatan yang meliputi berbagai indikator

derajat kesehatan, diantaranya angka kematian, angka kematian dan angka status gizi masyarakat

BAB IV. SITUASI UPAYA KESEHATAN.

Bab ini menggambarkan hasil-hasil capaian upaya kesehatan yang telah dilaksanakan pada tahun 2015 yang meliputi pelayanan kesehatan dasar, akses dan mutu pelayanan kesehatan, prilaku hidup masyarakat dan kesehatan lingkungan.

(14)

BAB V. SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN

Bab ini menguraikan tentang sarana kesehatan, tenaga kesehatan, pembiayaan kesehatan.

BAB VI.KESIMPULAN

Bab ini merupakan rangkuman dari buku profil ini yang berisi sajian penting tentang hal-hal yang perlu diperhatikan dan diperbaiki untuk penyusunan rencana kerja kesehatan Kota Padang tahun 2016. Selain keberhasilan bab ini juga mengemukakan hal-hal yang dianggap masih kurang dan perlu perhatian untuk tahun yang akan datang.

LAMPIRAN

Pada lampiran ini berisi tabel pencapaian program kesehatan Kota Padang dan 81 tabel data kesehatan.

(15)

BAB II

GAMBARAN UMUM

2.1. Geografi

Padang adalah ibukota provinsi Sumatera Barat yang terletak di pantai bagian barat

pulau Sumatera dan berada antara 0044’00” dan 1008’35” Lintang Selatan serta

100005’05” dan 100034’09” Bujur Timur yang berbatasan dengan Kabupaten Padang

Pariaman, Kabupaten Solok, Kabupaten Pesisir Selatan dan Samudera Indonesia.

Luas wilayah Kota Padang adalah 694,96 km2 atau setara dengan 1,65 persen dari

luas Provinsi Sumatera Barat, yang terdiri dari 11 Kecamatan dan memiliki 104

kelurahan dengan kecamatan terluas adalah Koto Tangah yang mencapai 232,25 km2.

Dari luas Kota Padang sebagian besar berupa hutan lindung (51,01 persen), sisanya untuk lahan budidaya dan bangunan/ pekarangan. Selain daratan, Kota Padang memiliki 19 pulau, yang terbesar adalah Pulau Bintangur (seluas 56,78 ha) diikuti pulau Sikuai (seluas 48,12 ha) dan Pualu Toran (seluas 33,67 ha).

Ketinggian wilayah Kota Padang bervariasi menurut kecamatannya, dimana Kecamatan Lubuk Kilangan berada paling tinggi dari permukaan laut dengan luas 85,99

km2. Diikuti oleh Kecamatan Koto Tangah, Kecamatan Pauh dan Kecamatan Bungus

Teluk Kabung. Sedangkan kecamatan yang paling rendah wilayahnya adalah Padang Barat, Kecamatan Nanggalo dan Kecamatan Padang Timur serta Padang Utara, dengan luasnya juga yang relatif kecil.

Kota Padang mempunyai panjang pantai 68,126 km2(diluar pulau-pulau kecil) dan

rata-rata curah hujan di Kota Padang pada tahun 2010-2014 berkisar antara 289,85 sampai dengan 332,17 mili meter per tahun. Sedangkan rata-rata hari hujan per tahun

(16)

2.2. Demografi.

Berdasarkan Proyeksi penduduk Indonesia 2010-2035 oleh BPS, kemudian diolah oleh Pusdatin Kemenkes RI dan DKK Kota Padang, maka jumlah penduduk kota Padang pada tahun 2015 sebanyak 902.413 jiwa yang terdiri dari 450.598 jiwa laki-laki dan 451.815 jiwa perempuan. Angka proyeksi ini menjadi sasaran pembangunan kesehatan Kota Padang. Tahun 2014, BPS merilis ini penduduk tahun 2014 adalah 889.646 jiwa, penduduk perempuan lebih banyak dibandingkan penduduk laki laki. Penduduk yang terbanyak terdapat di Kecamatan Koto Tangah dengan jumlah penduduk perempuan sebanyak 88.515 jiwa dan laki-laki sebanyak 89.941 jiwa. Penduduk terendah terdapat pada Kecamatan Bungus Teluk Kabung dengan jumlah penduduk laki-laki 12.414 jiwa dan perempuan 11.723 jiwa.

Piramida penduduk Kota Padang pada tahun 2014 dikategorikan sebagai tipe expansive dimana sebagian besar sebagian besar penduduk berada pada kelompok umur muda/ dewasa (20-24 tahun) seperti grafik berikut :

Grafik. 2.1.

Piramida Penduduk Kota Padang Tahun 2014

(17)

Secara umum laju pertumbuhan penduduk selama 10 tahun terakhir (tahun 2004– 2014) adalah sebesar 1,62 % (PDA 2015). Kecamatan yang tertinggi laju pertumbuhan penduduknya adalah Kecamatan Pauh sebesar 3,90% disusul kecamatan Kuranji yaitu sebesar 3,15% % sedangkan laju pertambahan penduduk yang paling rendah adalah kecamatan Padang Timur sebesar -0.06 %. Laju pertambahan penduduk sangat berguna untuk memperkirakan jumlah penduduk dimasa yang akan datang, sehingga pemerintah dapat membuat kebijakan pembangunan sesuai keadaan kependudukan.

Menurut PDA 2015 Kecamatan Padang Timur adalah daerah yang paling tinggi

kepadatan pendudukya yaitu 9.690/km2 dan daerah terendah tingkat kepadatan

penduduknya adalah Bungus Teluk Kabung yaitu 240 km2.

2.3. Pendidikan.

Tingkat pendidikan merupakan salah satu elemen penting dalam upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia dalam pembangunan. Derajat kesehatan sangat dipengaruhi oleh tingkat pendidikan karena pendidikan bisa berpengaruh terhadap prilaku kesehatan seseorang. Pengetahuan yang dimiliki oleh seorang yang berpendidikan mempengaruhi keputusan untuk berprilaku sehat.

Angka buta huruf berkorelasi dengan angka kemiskinan. Sebab, penduduk yang tidak bisa membaca secara tidak langsung mendekatkan mereka pada kebodohan, sedangkan kebodohan itu sendiri mendekatkan mereka pada kemiskinan. Di Kota Padang angka melek huruf setiap tahun selalu meningkat. Tahun 2012 sebanyak 99,51%, tahun 2013 sebanyak 99,52% dan pada tahun 2014 menurun dari dua tahun sebelumnya yaitu 99,39% (Padang Dalam Angka Tahun 2015, BPS Kota Padang)

(18)

2.4. Perekonomian.

Salah satu aspek yang dapat digunakan sebagai indikator keberhasilan

pembangunan adalah keadaan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi akan Kondisi

perekonomian berkaitan dengan tingkat inflasi, semakin tinggi tingkat inflasi maka semakin mempengaruhi laju pertumbuhan ekonomi. Disamping itu angkatan kerja dan kesempatan kerja sangat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Survey Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) menyatakan bahwa yang dimaksud dengan angkatan kerja adalah penduduk usia kerja yang bekerja atau punya pekerjaan tapi sementara tidak bekerja dan mengganggur.

Penduduk berumur 15 tahun keatas dapat dikelompokan menjadi 2, yaitu Angkatan kerja dan bukan angkatan kerja. Sementara yang dimaksud dengan bekerja adalah kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh seseorang dengan maksud untuk memperoleh

pendapatan atau keuntungan. Pengangguran terbuka adalah seseorang yang sedang

mencari pekerjaan atau sedang mempersiapkan usaha, tidak mencari pekerjaan karena tak mungkin dapat pekerjaan, termasuk orang yang masih sekolah atau mengurus rumah tangga.

Penduduk yang termasuk Angkatan kerja menurut PDA tahun 2015 sebanyak 59.29% dan bukan angkatan kerja 40.71%. Dari angka ini terlihat lebih banyak penduduk angkatan kerja dibanding penduduk bukan angkatan kerja.

Proporsi pengangguran terbuka dari angkatan kerja berguna bagi pemerintah untuk membuka lapangan kerja baru dimasa yang akan datang sehingga secara bertahap kondisi perekonomian membaik dan dampaknya adalah meningkatnya kesejateraan masyarakat.

Pembangunan ekonomi diharapkan dapat mendorong kemajuan di semua sektor, baik fisik maupun mental sehingga bisa mewujudkan kesejahteraan masyarakat secara

(19)

keseluruhan. Kondisi ekonomi salah satu faktor yang mempengaruhi kesehatan masyarakat.

Kemiskinan menjadi isu yang cukup menyita perhatian berbagai kalangan kesehatan. Keterjangkauan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan terkait dengan daya beli ekonomi. Kemiskinan juga menjadi hambatan besar dalam pemenuhan kebutuhan terhadap makanan yang sehat sehingga dapat melemahkan daya tahan tubuh yang dapat berdampak pada kerentanan untuk terserang penyakit penyakit tertentu. Fenomena gizi buruk dan kurang seringkali dikaitkan dengan kondisi ekonomi yang buruk jika merujuk pada fakta bahwa keterbatasan pemenuhan pangan dapat menyebabkan busung lapar, Kwashiorkor, penyakit kekurangan vitamin seperti

Xeropthalmia, Scorbut, dan Beri-beri.

Kemiskinan membuat seseorang tidak mempunyai kemampuan ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan non makanan yang di ukur dengan pengeluaran. Menurut Bappeda Kota Padang, jumlah penduduk miskin sebanyak 122.205 jiwa. Jika dibanding tahun lalu (170.185 jiwa), jumlah penduduk miskin tahun 2015 jauh berkurang.

Dari segi sosial ekonomi dapat dilihat perkembangan yang sangat bervariasi dari tahun ke tahun. Pembangunan ekonomi yang diupayakan diharapkan mampu mendorong kemajuan, baik fisik, sosial, mental dan spiritual di segenap pelosok negeri terutama wilayah yang tergolong daerah tertinggal. Suatu daerah dikategorikan menjadi daerah tertinggal karena beberapa faktor penyebab, yaitu geografis, sumber daya alam, sumber daya manusia, prasarana dan sarana, daerah rawan bencana dan konflik sosial, dan kebijakan pembangunan. Keterbatasan prasarana terhadap berbagai bidang termasuk di dalamnya kesehatan menyebabkan masyarakat di daerah tertinggal mengalami kesulitan

(20)

BAB III

SITUASI DERAJAT KESEHATAN

Keberhasilan Pembangunan Kesehatan dapat dilihat dari berbagai indikator yang digunakan untuk memantau derajat kesehatan sekaligus sebagai evaluasi keberhasilan pelaksanaan program. Untuk menilai derajat kesehatan tersebut digunakan beberapa indikator, yaitu Mortalitas (kematian), Status Gisi dan Morbiditas (kesakitan).

Derajat kesehatan masyarakat dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor-faktor tersebut tidak hanya berasal dari sektor kesehatan seperti pelayanan kesehatan dan ketersediaan sarana dan prasarana kesehatan, melainkan juga dipengaruhi faktor ekonomi, pendidikan, lingkungan sosial, keturunan, dan faktor lainnya.

Pada prinsipnya pembangunan kesehatan telah menunjukkan suatu keberhasilan dengan meningkatnya derajat kesehatan masyarakat, walaupun masih dijumpai berbagai masalah dan hambatan yang akan mempengaruhi pelaksanaan pembangunan kesehatan. Untuk mengidentifikasi masalah dan hambatan tersebut perlu dilakukan analisis situasi dan kecenderungan di masa mendatang.

3.1. Angka Kematian

a. Kasus Kematian Bayi

Kasus kematian Bayi adalah penduduk yang meninggal sebelum mencapai usia 1 tahun. Kematian bayi ini dapat dikelompokkan menjadi bayi lahir mati,

kematian 0 -7 hari (Perinatal), kematian 8 – 28 hari (neonatal) dan kematian 1- 12

bulan. Kematian Bayi merupakan indikator yang biasanya digunakan untuk menentukan derajat kesehatan masyarakat. Oleh karena itu banyak upaya kesehatan yang dilakukan dalam rangka menurunkan kejadian kematian bayi.

(21)

Kasus bayi lahir mati sama dengan tahun 2014 yaitu 60 orang. Jika dilihat berdasarkan jender, maka lebih banyak lahir mati bayi laki laki (37orang) dibanding bayi perempuan (23 orang).

Kematian Neonatal menurun sebanyak 14 kasus dari tahun sebelumnya, dimana terdapat 76 kasus di tahun 2014 dan 62 kasus di tahun 2015. Sementara

kematian bayi 1-12 bulan sebanyak 34 orang. Jadi total kematian bayi 0-12 bulan

adalah 96 orang. Jika dilihat berdasarkan jender maka kematian bayi lebih banyak pada bayi laki-laki (60 orang) dibandingkan bayi perempuan (36 orang).

Berbagai faktor dapat menyebabkan penurunan kematian bayi, diantaranya pemerataan pelayanan kesehatan berikut fasilitasnya. Hal ini disebabkan kematian bayi sangat dipengaruhi oleh pelayanan kesehatan. Selain itu, perbaikan kondisi ekonomi yang tercermin dengan pendapatan masyarakat yang meningkat juga dapat berkontribusi melalui perbaikan gizi yang berdampak pada daya tahan terhadap infeksi penyakit.

b. Kasus Kematian Balita

Kematian Balita adalah penduduk yang mati sebelum berumur 5 (lima) tahun. Target MDG`s untuk indikator AKABA di Indonesia sebesar 32 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2015. Untuk kota Padang tidak bisa dikeluarkan Angka Kematian Balita karena jumlah kelahiran kurang dari 1000 kelahiran, untuk itu kota Padang

hanya memaparkan kasus kematian Balita saja. Pada tahun 2015 kasus kematian

Balita sebanyak 122 orang, dimana kematian balita laki-laki (75 orang) lebih banyak dari pada balita perempuan (47 orang). Kasus kematian balita ini turun dibanding tahun 2013 (125 orang).

(22)

c. Kasus Kematian Ibu

Kematian Ibu juga menjadi salah satu indikator penting dalam menentukan derajat kesehatan masyarakat. Kematian ibu menggambarkan jumlah wanita yang meninggal dari suatu penyebab kematian terkait dengan gangguan kehamilan atau penanganannya (tidak termasuk kecelakaan atau kasus insidentil) selama kehamilan, melahirkan dan dalam masa nifas (42 hari setelah melahirkan) tanpa memperhitungkan lama kehamilan.

Kematian Ibu dapat digunakan dalam pemantauan kematian terkait dengan kehamilan. Indikator ini dipengaruhi status kesehatan secara umum, pendidikan dan pelayanan selama kehamilan dan melahirkan. Sensitifitas AKI terhadap perbaikan pelayanan kesehatan menjadikannya indikator keberhasilan pembangunan sektor kesehatan.

Kasus kematian Ibu meliputi kematian ibu hamil, ibu bersalin dan ibu nifas. Padang tahun 2015, kasus kematian Ibu berjumlah 17 orang, naik jika dibanding tahun 2014 (16 orang). Adapun rincian kematian ibu ini terdiri dari kematian ibu hamil 3 orang, kematian ibu bersalin 4 orang dan kematian ibu nifas 10 orang. Sementara jika dilihat berdasarkan umur, kurang dari 20 tahun tidak ada, 20 s/d 34 tahun sebanyak 8 orang dan diatas 35 tahun 9 orang. Trend kasus kematian ibu setiap tahun bervariasi, secara umum mengalami naik turun, seperti terlihat pada grafik berikut :

(23)

Grafik 3.1. Trend Kasus Kematian Ibu Tahun 2009-2015

3.2. Angka Kesakitan

Morbiditas dapat diartikan sebagai angka kesakitan, baik insiden maupun prevalen dari suatu penyakit. Morbiditas menggambarkan kejadian penyakit dalam suatu populasi pada kurun waktu tertentu. Morbiditas juga berperan dalam penilaian terhadap derajat kesehatan masyarakat.

Masih sama dengan tahun 2014, berdasarkan laporan Puskesmas penyakit yang paling banyak di Kota Padang tahun 2015 adalah ISPA (62.513 kasus), diikuti oleh Gastritis (13.453 kasus) dan Penyakit kulit infeksi (11.340 kasus). Sepuluh penyakit terbanyak tersebut dapat dilihat pada grafik berikut :

(24)

Grafik 3.2. Sepuluh Penyakit Terbanyak di Kota Padang Tahun 2015

a. Prevalensi Tuberkulosis

Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini dapat menyebar melalui droplet orang yang telah terinfeksi basil TB. Bersama dengan Malaria dan HIV/AIDS, TB menjadi salahsatu penyakit yang pengendaliannya menjadi komitmen global dalam MDGs.

Salah satu indikator yang digunakan dalam pengendalian TB adalah Case

Detection Rate (CDR), yaitu proporsi jumlah pasien baru BTA positif yang

ditemukan dan diobati terhadap jumlah pasien baru BTA positif yang diperkirakan ada dalam wilayah tersebut.

Untuk mengukur keberhasilan pengobatan TB digunakan Angka Keberhasilan pengobatan (SR=Success Rate) yang mengindikasikan persentase pasien baru TB paru BTA positif yang menyelesaikan pengobatan, baik yang sembuh maupun yang menjalani pengobatan lengkap diantara pasien baru TB

(25)

paru BTA positif yang tercatat. Success Rate dapat membantu dalam mengetahui kecenderungan meningkat atau menurunnya penemuan pasien pada wilayah tersebut.

Penemuan kasus TB Paru dilakukan melalui penjaringan penderita yang dicurigai / suspek TB Paru yang berobat ke sarana kesehatan. Perkiraan penderita TB Paru BTA (+) 1,6/1000 penduduk. Jumlah kasus baru meningkat dari 1.105 kasus di tahun 2014 menjadi 1.116 di tahun 2015 dengan CDR 77,5% dan jumlah seluruh kasus Tb adalah 1.710 kasus, sementara kasus TB anak 0-14 tahun sebanyak 58 kasus. Untuk suspek tahun 2015 berjumlah 9.868, persentase TB Paru terhadap suspek adalah 11.31 %.

Pada tahun 2015 BTA (+) diobati sebanyak 1.093 pasien, pasien sembuh 920 orang dan pasien yang melakukan pengobatan lengkap sebanyak 79 orang. Angka keberhasilan pengobatan adalah 91.40%, sementara jumlah kematian selama pengobatan jauh berkurang dari 17 orang di tahun 2014 menjadi 9 orang di tahun 2015.

Keberhasilan upaya penanggulangan TB diukur dengan kesembuhan penderita. Kesembuhan ini selain dapat mengurangi jumlah penderita, juga mencegah terjadinya penularan. Oleh karena itu, untuk menjamin kesembuhan, obat harus diminum dan penderita diawasi secara ketat oleh keluarga maupun teman sekelilingnya dan jika memungkinkan dipantau oleh petugas kesehatan agar terjamin kepatuhan penderita minum obat (Idris & Siregar, 2000). Dewasa ini upaya penanggulangan TB dirumuskan lewat DOTS (Directly Observed

Treatment Shortcourse = pengobatan disertai pengamatan langsung). Pelaksanaan

(26)

Puskesmas sebagai ujung tombak pelaksanaan program. Pengobatan ini dilakukan secara gratis kepada golongan yang tidak mampu.

b. Persentase Balita dengan Pnemonia ditangani

Pneumonia merupakan infeksi akut yang mengenai jaringan paru (alveoli). Infeksi dapat disebabkan oleh bakteri, virus maupun jamur. Pneumonia juga dapat terjadi akibat kecelakaan karena menghirup cairan atau bahan kimia. Populasi yang rentan terserang Pneumonia adalah anak-anak usia kurang dari 2 tahun, usia lanjut lebih dari 65 tahun, atau orang yang memiliki masalah kesehatan (malnutrisi, gangguan imunologi).

Jumlah Balita di Kota Padang tahun 2015 sebanyak 82.187 orang. Perkiraan penderita adalah 10% dari jumlah balita yaitu sebanyak 8.219 balita, sementara penderita yang ditemukan dan ditangani sebanyak 2.486 (30,25 %). Jika dilihat berdasarkan jender, maka balita laki laki lebih banyak menderita Pneumoni ( 33,09%) dibandingkan balita perempuan (27,41%).

Kasus Pneumoni yang ditemukan dan ditangani beberapa tahun terakhir adalah tahun 2014 sebanyak 1.850 orang, tahun 2013 sebanyak 1.183 orang, tahun 2012 sebanyak 340 orang, tahun 2011 sebanyak 586 kasus dan di tahun 2010 sebanyak 819 orang dan 100 % dapat ditangani. Sementara data dari Rumah sakit tidak didapat.

c. Kasus HIV, AIDS dan Syphilis

HIV & AIDS disebabkan oleh infeksi virus Human Immunodeficiency

Virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh yang menyebabkan penderita

mengalami penurunan ketahanan tubuh sehingga sangat mudah untuk terinfeksi berbagai macam penyakit lain. Penyakit ini ditularkan melalui cairan tubuh

(27)

penderita yang terjadi melalui proses hubungan seksual, transfusi darah, penggunaan jarum suntik yang terkontaminasi secara bergantian, dan penularan dari ibu ke anak dalam kandungan melalui plasenta dan kegiatan menyusui.

Tahun 2015 ditemukan kasus HIV sebanyak 227 kasus (181 orang laki laki dan 46 orang perempuan), AIDS sebanyak 81 kasus ( 63 orang laki laki dan 18 orang perempuan) dan syphilis 259 kasus (127 orang laki laki dan 132 orang perempuan). Tidak terdapat kasus kematian akibat AIDS. Sementara itu tidak

ditemukan kasus Syphilis pada kelompok umur≤4 tahun dan 5-14 tahun, kasus

paling rendah terdapat pada kelompo umur 15-19 tahun sebanyak 1 orang dan tertinggi pada kelompok umur 25-49 tahun sebanyak 127 orang.

Trend kasus dan kematian akibat HIV/AIDS dapat dilihat pada grafik berikut :

Grafik 3.3. Trend Kasus dan Kematian HIV/AIDS di Kota Padang

d. Kasus Diare

Diare merupakan penyakit yang terjadi ketika terdapat perubahan konsistensi feses selain dari frekuensi buang air besar. Seseorang dikatakan menderita Diare bila feses lebih berair dari biasanya, atau bila buang air besar tiga

(28)

kali atau lebih, atau buang air besar yang berair tapi tidak berdarah dalam waktu 24 jam

Penyakit Diare sampai saat ini masih termasuk dalam urutan 10 penyakit terbanyak di Kota Padang. Penyakit diare yang banyak ditemukan adalah gastro enteritis yang disebabkan oleh kuman. Penderita yang berobat ke Puskesmas diobati sesuai dengan prosedur tetap penatalaksanaan kasus diare dengan pengobatan yang rasional.

Target penemuan kasus diare pada tahun 2015 adalah 19.312 dari 902.413 penduduk Kota Padang. Sementara jumlah kasus diare adalah adalah 9.616 kasus dan semuanya ditangani. Jumlah kasus ini naik dari tahun sebelumnya (7.827 kasus) dan lebih banyak ditemukan pada perempuan.

e. Prevalensi Kusta

Kusta merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi bakteri

Mycobacterium leprae. Penatalaksanaan kasus yang buruk dapat menyebabkan

Kusta menjadi progresif, kerusakan permanen pada kulit, saraf, anggota gerak dan mata.

Terjadi penurunan kasus baru dari 10 orang di tahun 2014 menjadi 4 kasus tahun 2015, terdiri dari 2 Pausi Basiler (kusta kering) dan 2 Multi Basiler (kusta basah). Kasus ini sebanding antara laki-laki dan perempuan. Tersebar di beberapa wilayah kerja Puskesmas yaitu Puskesmas Lubuk Buaya, Ikur Koto dan Lubuk Kilangan, 50% diantaranya di wilayah kerja Puskesmas Ikur Koto.

f. Cakupan Penemuan dan penanganan Penderita Acut Flaccid Paralysis.

Polio merupakan salah satu penyakit menular yang termasuk ke dalam PD3I yang disebabkan oleh virus yang menyerang sistem syaraf hingga penderita

(29)

mengalami kelumpuhan. Penyakit yang pada umumnya menyerang anak berumur 0-3 tahun ini ditandai dengan munculnya demam, lelah, sakit kepala, mual, kaku di leher dan sakit di tungkai dan lengan. Sedangkan AFP merupakan kondisi abnormal ketika seseorang mengalami penurunan kekuatan otot tanpa penyebab yang jelas kemudian berakibat pada kelumpuhan.

Kasus AFP di Kota Padang menunjukan grafik yang turun naik beberapa tahun terakhir. Pada tahun 2010 ditemukan 1 kasus Polio di Puskesmas Pagambiran dan 5 kasus Acut Flaccid Paralysis (AFP). Kasus AFP ini terdapat pada 5 Puskesmas, yaitu Padang Pasir, Pemancungan, Nanggalo, Belimbing, dan Pauh. Di tahun 2011 ditemukan 11 kasus AFP (Non Polio) yang tersebar di beberapa Puskesmas. Di tahun 2012 terjadi 6 kasus AFP yang tersebar di 4 Puskesmas, yaitu Puskesmas Padang Pasir, Seberang Padang, Puskesmas Anak Air dan Puskesmas Ikur Koto. Pada tahun 2013 terjadi 7 kasus AFP yang tersebar di 5 Puskesmas, yaitu Puskesmas Padang Pasir 1 orang, Air tawar 2 orang, Air Dingin 1 orang, Anak Air 1 orang dan Lubuk Kilangan 1 orang.

Pada tahun 2014, kasus AFP turun lagi menjadi 6 kasus yang tersebar di wilayah kerja Puskesmas Padang Pasir (1 kasus), Puskesmas Ikur Koto (3 kasus), Puskesmas Belimbing (1 kasus) dan Puskesmas Pegambiran (1 kasus). Salah satu penyebab peningkatan penemuan kasus AFP ini adalah semakin baiknya deteksi dini yang dilakukan petugas, baik di Puskesmas maupun di Rumah Sakit.

Tahun 2015, terdapat kasus AFP sebanyak 7 kasus yang tersebar di wilayah kerja Puskesmas Padang Pasir (3 kasus), Puskesmas Pemancungan (1 kasus), Puskesmas Ikur Koto (2 kasus) dan Puskesmas Lubuk Kilangan (1 kasus).

(30)

g. Penyakit Menular yang dapat dicegah dengan Imunisasi (PD3I)

Penyakit Menular yang dapat dicegah dengan Imunisasi (PD3I) adalah penyakit Difteri, Pertusis, Tetanus non neonatorum, Tetanus neonatorum, Campak, Polio dan Hepatitis B.

Penyakit Difteri disebabkan oleh infeksi bakteri Corynebacterium

diphtheriae yang menyerang sistem pernafasan bagian atas. Penyakit ini memiliki

gejala sakit leher, demam ringan, sakit tekak. Difteri juga kerap ditandai dengan tumbuhnya membran kelabu yang menutupi tonsil serta bagian saluran pernafasan. Pada tahun 2015, terdapat wabah Difteri, jumlah kasus sebanyak 86 orang , 1 orang diantaranya meninggal.

Pertusis atau batuk rejan adalah infeksi bakteri pada saluran pernafasan yang sangat menular dan menyebabkan batuk yang biasanya diakhiri dengan suara pernafasan dalam bernada tinggi (melengking). Pertusis bisa terjadi pada siapapun tapi 50% ditemukan pada anak berusia kurang dari 4 tahun. Pada tahun 2015 tidak ditemukan kasus Pertusis

Tetanus Neonatorum (TN) disebabkan oleh basil Clostridium tetani, yang masuk ke dalam tubuh melalui luka. Penyakit ini menginfeksi bayi baru lahir yang salah satunya disebabkan oleh pemotongan tali pusat dengan alat yang tidak steril. Kasus TN banyak ditemukan di negara berkembang khususnya dengan cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan yang rendah. Tahun 2015 tidak terdapat kasus Tetanus Non Neonatorum.

Campak merupakan salah satu penyakit PD3I yang disebabkan oleh virus campak. Sebagian besar kasus campak menyerang anak-anak. Penularan dapat terjadi melalui udara yang telah terkontaminasi oleh sekret orang yang telah

(31)

terinfeksi. Tahun 2015 terdapat 170 kasus Campak, lebih banyak terjadi pada perempuan (90 orang) dibanding laki-laki (80 orang)

Polio adalah penyakit paralisis atau lumpuh yang disebabkan oleh virus. Agen pembawa penyakit ini, sebuah virus yang dinamakan poliovirus (PV),masuk ke tubuh melalui mulut, mengifeksi saluran usus. Virus ini dapat memasukialiran darah dan mengalir ke sistem saraf pusat menyebabkan melemahnya otot dankadang kelumpuhan. Pada tahun 2015 tidak ditemukan kasus Polio.

Hepatitis B adalah penyakit yang disebabkan oleh virus hepatitis B (HBV) yang menginfeksi hati hominoidae, termasuk manusia, dan menyebabkan peradangan yang disebut hepatitis. Awalnya dikenal sebagai "serum hepatitis", penyakit tersebut telah menyebabkan epidemi di Asia dan Afrika, dan itu adalah endemik di Cina. Pada tahun 2015 tidak ditemukan kasus Hepatitis B.

h. Demam Berdarah Dengue (DBD)

Demam Berdarah Dengue merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus Dengue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypty. Penyakit ini sebagian besar menyerang anak berumur < 15 tahun, namun dapat juga menyerang orang dewasa.

Kasus DBD pada tahun 2015 meningkat dari 666 kasus di tahun 2014 menjadi 1.126 kasus di tahun 2015. Kasus ini lebih banyak terjadi pada perempuan (567 kasus) dibanding laki-laki (559 kasus), meninggal sebanyak 8 orang dengan CFR 0,7%. Kasus DBD terbanyak pada tahun 2015 terdapat di wilayah kerja Puskesmas Belimbing (105 kasus) diikuti oleh Puskesmas Andalas (100 kasus).

Untuk mengantisipasi terjadinya penyebaran kasus, maka dilakukan fogging focus yang bertujuan untuk memutus mata rantai penularan. Disamping

(32)

itu tetap disarankan pada masyarakat untuk tetap melakukan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN), Pemeriksaan Jentik Berkala (PJB) dan Abatisasi di rumah

maupun kelurahan masing–masing.

Kasus DBD menurut Puskesmas tahun 2015 menurut Puskesmas dapat dilihat pada peta berikut :

(33)

i. Malaria.

Kasus penyakit malaria di Kota Padang sampai saat ini masih ada. Dari hasil diagnosa di Puskesmas lebih banyak ditemui sebagai kasus malaria klinis artinya pada saat pasien berobat ke Puskesmas kondisi demam pasien sudah berkurang sehingga tidak dilakukan pemeriksaan darah tebal. Yang dimaksud dengan pasien malaria adalah pasien dengan pemeriksaan sediaan darah atau positif dengan pemeriksaan laboratorium.

Tahun 2015 suspek malaria sebanyak 123 kasus di Puskesmas dan 2 kasus di Rumah Sakit. Setelah dilakukan pemeriksaan sediaan darah ternyata semuanya positif malaria. Tidak ada penderita yang meninggal karena penyakit ini.

Kasus Malaria Positif di Puskesmas dapat dilihat pada peta berikut : Gambar 3.2. Kasus Malaria Positif di Kota Padang Tahun 2015

(34)

Tahun 2014 ada 3 kecamatan yang bebas dari kasus malaria yakni Kecamatan Pauh, Lubuk Kilangan dan Bungus Teluk Kabung. Namun pada tahun 2015, tidak satu pun kecamatan yang bebas dari kasus malaria.

j. Filariasis

Survei darah jari untuk filariasis dilakukan sejak tahun 2006 dengan hasil sebagai berikut : tahun 2006, ditemukan 21 kasus positif filaria, tahun 2007 nol kasus, tahun 2008 sebanyak 5 kasus dan tahun 2009 ditemukan 6 kasus. Total kasus sampai tahun 2009 sebanyak 32 kasus. Tahun 2010 tidak dilakukan survey karena adanya pengurangan anggaran, tapi ditemukan 5 orang penderita klinis. Pada tahun 2011 dilakukan lagi survey darah jari pada 6 kelurahan yang terletak di 4 Puskesmas, dengan sample 500 per lokasi. Dari 3.000 sample yang diperiksa ini, seluruh hasil pemeriksaan labor Negatif.

Pada tahun 2012 ini ditemukan 1 kasus baru di Puskesmas Pagambiran, sehingga total kasus Filariasis berjumlah 34 orang yang terdiri dari 12 orang laki laki dan 22 orang perempuan.

Temuan kasus baru penderita Filarasis tahun 2013 sebanyak 1 orang, sementara kasus lama sebanyak 34, meninggal 1 orang dan pindah 1 orang sehingga total penderita Filariasis sebanyak 33 orang. Jika dilihat berdasarkan jender, maka pasien perempuan lebih banyak (22 orang) dibanding pasien laki laki (13 orang). Sementara itu pada tahun 2014 dan tahun 2015 tidak ditemukan kasus baru, sehingga jumlah kasus fialriasis masih tetap 33 orang.

k. Persentase Hipertensi

Hipertensi merupakan konsidi dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah diatas normal yang ditunjukkan oleh angka sistolik dan angka

(35)

diastolik. Tekanan darah normal manusia adalah 100-140 mmHg untuk tekanan sistolik dan 60-90 mmHg untuk tekanan diastolik. Tekanan sistolik menunjukkan fase darah saat dipompa oleh jantung, sedangkan tekanan diastolik menunjukkan fase darah yang kembali ke jantung pada saat relaksasi arteri. Peningkatan tekanan darah tidak terjadi secara tiba-tiba. Dikatakan normal apabila tekanan darah meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Namun, apabila tekanan darah naik secara tidak normal, maka akan menyerang pada organ lain seperti otak, jantung, dan hipertrofi ventrikel kanan sehingga hipertensi merupakan faktor resiko yang utama penyakit jantung dan stroke.

Biasanya penyakit tekanan darah tinggi sering dihubungkan dengan penyakit orang dewasa, namun sekarang penyakit tekanan darah tinggi sudah mulai ditemukan pada usia muda (>18 tahun). Dari 65.694 penduduk usia >18 tahun yang dilakukan pengukuran tekanan darah, terdapat 44.254 orang yang terdiagnosa hipertensi atau sebesar 67,4%. Artinya lebih dari separohnya adalah penderita Hipertensi.

l. Persentase Obesitas

Obesitas merupakan kelebihan berat badan akibat terjadinya penumpukan sel-sel lemak. Awalnya, Anda hanya akan merasa bahwa berat badan naik. Namun, saat sel-sel lemak yang tertimbun semakin banyak, maka akan terjadi perubahan anatomis. Pada pria, penumpukan sel lemak biasanya terdapat di bagian perut.

Faktor penyebab Obesitas adalah gaya hidup, genetik dan penyebab lain. Faktor gaya hidup salah satunya adalah karena asupan makanan yang melebihi kebutuhan tanpda diimbangu aktivitas yang cukup (gaya hidup tanpa banyak

(36)

gerak). Mereka yang anggota keluarganya memiliki riwayat Obesitas, beresiko lebih tinggi menderita Obesitas.

Dari 34.671 pengunjung Puskesmas berusia ≥ 15 tahun yang dilakukan

pemeriksaan Obesitas, terdapat 13.692 orang yang terdiagnosa Obesitas atau sebesar 39,5%.

m. Cakupan Desa/ Kelurahan terkena KLB ditangani <24 jam

Kejadian Luar Biasa (KLB) untuk penyakit endemis adalah suatu peningkatan jumlah kasus yang melebihi keadaan biasa, pada waktu dan daerah tertentu. Sementara untuk penyakit non endemis pengertiannya adalah suatu episode penyakit dan timbulnya penyakit pada dua atau lebih penderita yang berhubungan satu sama lain. Hubungan ini mungkin pada faktor saat timbulnya gejala (onset of illness), faktor tempat (tempat tinggal, tempat makan bersama, sumber makanan), faktor orang (umur, jenis kelamin, pekerjaan dan lainnya).

Pada tahun 2015, terjadi 3 jenis KLB pada 53 kelurahan. Kasus yang terjadi adalah Difteri pada 48 kelurahan dengan jumlah penderita 86 orang dan attack rate 0,04%. Kasus KLB Campak pada 2 kelurahan dengan 17 kasus dan kasus keracuan pada 3 kelurahan 3 kali kejadian 51 kasus.

(37)

BAB IV

SITUASI UPAYA KESEHATAN

Dalam Permenkes No.75 Tahun 2014 tentang Puskesmas, disebutkan bahwa Upaya kesehatan terdiri atas dua unsur utama, yaitu upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan. Upaya kesehatan masyarakat adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah dan menanggulangi timbulnya masalah kesehatan dengan sasaran keluarga, kelompok dan masyarakat. Sedangkan upaya kesehatan perseorangan adalah suatu kegiatan dan/ atau serangkaian kegiatan pelayanan kesehatan yang ditujukan untuk peningkatan, pencegahan dan penyembuhan penyakit, pengurangan penderitaan akibat penyakit dan meulihkan kesehatan perseorangan.

Situasi upaya kesehatan masyarakat di Kota Padang pada tahun 2015 dapat diuraikan sebagai berikut :

4.1. Pelayanan Kesehatan

a. Cakupan Kunjungan K1 dan K4

PWS KIA bertujuan untuk memantau secara berkesinambungan pelayanan kesehatan ibu hamil, dari mulai ANC sampai persalinannya serta kesehatan anaknya. Pemantauan yang dilakukan adalah pemantauan K1, K4, Deteksi Resti oleh tenaga kesehatan/masyarakat, Kunjungan Neonatus, Persalinan oleh tenaga kesehatan, dan persalinan yang ditolong dukun.

Target pencapaian program untuk K1 = 98 % dan K4 = 95 %. Tahun 2015 ibu hamil yang ada di Kota Padang sebanyak 18.511 orang dengan capaian K1 sebanyak 18.562 orang (100.28%) dan K4 sebanyak 17.698 orang (95.61%). Jika dibanding tahun 2014 capaian ini lebih besar, yakni K1 = 98,6 % dan K4 = 93,2 %.

(38)

Semakin baiknya capaian K4 ini menggambarkan adanya jalinan kerja sama yang baik dalam melaksanakan pemantauan wilayah setempat antara Puskesmas dengan Bidan Praktek Swasta (BPS) yang berpraktek di wilayah kerja Puskesmas, sehingga kunjungan K4 terpantau dan terlaporkan dengan lebih baik. Diharapkan kedepan Puskesmas lebih meningkatkan kualitas forum komunikasi BPS di Puskesmas, sehingga kualitas dan kuantitas pemantauan dan pelaporan dari BPS ke Puskesmas akan semakin lebih baik dan lebih maksimal.

b. Cakupan Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan

Ibu hamil Resti adalah ibu hamil yang mengalami resiko atau bahaya yang lebih besar pada waktu hamil maupun bersalin, jika dibanding ibu hamil normal. Sasaran ibu hamil resti adalah 20 % dari jumlah ibu hamil. Sasaran ibu hamil resti

tahun 2015 adalah 3.702 orang, Sementara temuan Ibu hamil Restinya sebanyak

1.544 orang. Wilayah kerja Puskesmas yang terbanyak temuan bumil restinya adalah Puskesmas Lubuk Buaya 294 orang, diikuti Puskesmas Pauh sebanyak 156 orang.

Jika dibandingkan dengan tahun 2014 ada peningkatan jumlah temuan kasus ibu

hamil Resti ini, dimana tahun 2014 ditemukan dan ditangani kasus Bumil Resti sebanyak 1.343 orang. Kedepan diharapkan, pembina wilayah lebih meningkatkan kerjasama dengan kader supaya dapat sedini mungkin terdeteksi ibu hamil dengan resiko tinggi di masyarakat, sehingga dapat dilakukan pelayanan yang cepat, tepat dan aman.

Ibu hamil yang melakukan persalinan dengan tenaga kesehatan adalah 17.082 orang dari 17.669 orang ibu bersalin (96,68%). Angka ini sudah mencapai target (95%). Cakupan Persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan menunjukan trend peningkatan setiap tahunnya, ini menunjukan adanya peningkatan kerjasama antara Puskesmas dan BPS dalam pelaksanaan PWS KIA. Meskipun demikian masih harus

(39)

tetap dilakukan pembinaan kepada pengelola program KIA Puskesmas, pembina Wilayah dan BPS yang ada di Kota Padang.

c. Cakupan Pelayanan Nifas dan Cakupan Pemberian Vitamin A pada Ibu Nifas Ibu yang mendapatkan pelayanan kesehatan nifas sebanyak 91,15%, masih di bawah target tahun 2015 (95%), namun meningkat bila dibanding cakupan tahun 2014. Sasaran ibu bersalin pada tahun 2014 adalah 18.442 orang dengan cakupan ibu mendapat pelayanan nifas 15.909 orang atau 86.3%.

Untuk capaian pemberian vitamin A pada ibu nifas jauh meningkat dari

93.1% (17.177 orang) di tahun 2014 menjadi 95.19% di tahun 2015 (16.820 orang)

d. Persentase Cakupan Imunisasi TT pada Ibu Hamil dan WUS

Untuk pencegahan terjadinya Tetanus Toksoid pada ibu hamil dilakukan imunisasi TT. Cakupan Imunisasi Tetanus Toksoid pada ibu hamil pada tahun 2015 adalah TT-1 = 28,00%, TT-2 = 22,09 %, TT-3 = 19,24%, TT-4 = 20,07 %, TT-5 = 12,67 % dan TT2+ = 74,07 %. Pada tahun 2014, cakupan TT-1 = 23,5%, TT-2 = 18,4 %, TT-3 = 17%, TT-4 = 17,9 %, TT-5 = 12,8 % dan TT2+ = 66,1%. Secara keseluruhan, cakupan di tahun 2015 lebih besar dibanding tahun 2014. Imunisasi TT juga diberikan pada Wanita Usis Subur (WUS) dan lebih banyak dilakukan untuk imunisasi TT-1.

e. Persentase Ibu Hamil yang Mendapatkan Tablet Fe

Untuk mencegah terjadinya Anemia pada ibu hamil, dilakukan pendistribusian tablet Fe pada ibu hamil selama tiga bulan. Pada tahun 2015, dari 18.511 orang ibu hamil, yang mendapat Fe1 sebanyak 18.562 orang atau 100,28 % dan Fe3 sebanyak 17.698 atau 95,61 %. Capaian ini meningkat dari tahun 2014 yaitu Fe1 sebanyak 98,4% dan untuk Fe3 sebanyak 93,7 %.

(40)

f. Cakupan Komplikasi Kebidanan dan Cakupan Neonatus dengan Komplikasi yang Ditangani

Pada tahun 2015, penanganan komplikasi kebidanan sebanyak 1.544 orang dari 3.702 perkiraan bumil dengan komplikasi yang ditangani atau sebesar 41,70%. Cakupan ini jauh meningkat dari tahun 2014, besarnya cakupan 34,8%. Sementara itu Cakupan neonatus dengan komplikasi yang ditangani sebesar 1.401 orang dari 2.563 orang perkiraan neonatal komplikasi (54,66%), cakupan ini jauh meningkat dari tahun 2014, besarnya cakupan 36,02%.

g. Persentase KB Aktif dan KB Baru

Pasangan usia subur adalah pasangan suami istri yang istrinya berumur 15-49 tahun. Pada tahun 2015, PasanganUsia Subur (PUS) Kota Padang berjumlah 177.268. Peserta KB baru adalah PUS yang baru pertama kali menggunakan salah satu alat/cara kontrasepsi, sementara KB aktif adalah akseptor yang sedang memakai kontrasepsi. Pada tahun 2015, jumlah peserta KB baru 18.415 orang (10,39%) dan perserta KB aktif sebanyak 100.624 orang (56,76%). Jenis kontrasepsi ini bisa dikatagorikan atas 2, yaitu Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) terdiri dari IUD, MOP/MOW, Implan dan non MKJP terdiri dari suntik,pil, kondom dan obat vagina. Peserta KB baru yang menggunakan MKJP sebanyak 2.075 orang dan non MKJP sebanyak 16.340 orang. Untuk pesera KB aktif yang menggunakan MKJP sebanyak 17.519 orang dan non MKJP 83.105 orang. Capaian penggunaan alat kontrasepsi KB baru lebih kecil dibanding tahun 2014, sementara KB aktif hampir sama.

Kondisi tahun 2014 adalah Pasangan Usia Subur (PUS) berjumlah 172.055 orang. PUS yang merupakan peserta KB aktif mengunakan MKJP adalah 19.238 orang dan Non MKJP 78.190 orang. Alat kontrasepsi yang digunakan oleh peserta KB baru dengan MKJP sebanyak 3.245 orang dan non MKJP sebanyak 21.052 orang.

(41)

h. Persentase Berat Badan Bayi Lahir Rendah

Berat bayi lahir rendah adalah bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 2500 gr. Tahun 2014 bayi lahir hidup sebanyak 17.098 orang terdiri dari 8.545 bayi laki-laki dan 8.553, dilakukan penimbangan terhadap semua bayi lahir hidup.

Dari semua bayi yang ditimbang pada tahun 2015, ditemukan 2,17% bayi BBLR atau sebesar 371 orang terdiri dari 200 bayi laki-laki dan 171 bayi perempuan. Jumlah ini meningkat dari tahun sebelumnya, dimana tahun 2014 BBLR sebesar 1,7%.

i. Cakupan Kunjungan Neonatus

Jumlah bayi tahun 2015 adalah sebanyak 17.089 orang. Bayi yang mendapatkan pelayanan kesehatan sebanyak 15.874 orang atau 92,89 %, sedikit meningkat bila dibandingkan dengan cakupan tahun 2014 (90,6%).

Untuk kunjungan Neonatus 1 kali (KN1) adalah kunjungan neonatal pertama pada 6-48 jam setelah lahir sesuai dengan standar dan Kunjungan neonatal 3 (KN3) adalah pelayanan kunjungan neonatal lengkap, minimal 1 x usia 6-48 jam, 1 x pada 3-7 hari dan 1 x pada 8-28 hari sesuai dengan standar.

KN1 sedikit naik dari 96,6% di tahun 2014 menjadi 97,44% di tahun 2015, demikian pula dengan KN3 meningkat dari 91% di tahun 2014 menjadi 93,47% di tahun 2015. Jumlah KN1 dan KN3 tertinggi berada pada wilayah kerja Puskesmas Lubuk Buaya.

j. Persentase Bayi yang Mendapat ASI Eksklusif

Bayi yang mendapat ASI Ekslusif adalah bayi yang mendapat ASI saja sampai berumur 6 bulan, kecuali obat dan mineral. Bayi yang berumur 0-6 bulan yang tercatat dalam register pencatatan pemberian ASI tahun 2015 adalah sebanyak 6.076 orang

(42)

dan mendapat ASI Ekslusif sebanyak 4.298 (70,74%). Puskesmas Ulak Karang dan Seberang Padang sudah lebih 90%, Sedangkan cakupan paling rendah berada pada wilayah kerja Puskesmas Air Dingin (53,75%). Secara Umum setiap tahun selalu mengalami peningkatan, dapat dilihat pada grafik berikut :

Grafik 4.1. Trend Cakupan ASI Eksklusif di Kota Padang

k. Cakupan Pelayanan Kesehatan Bayi

Setiap bayi memperoleh pelayanan kesehatan minimal 4 kali yaitu satu kali

pada umur 29 hari – 3 bulan, 1 kali pada umur 3 – 6 bulan, 1 kali pada umur 6 – 9

bulan, dan 1 kali pada umur 9 – 11 bulan. Pelayanan kesehatan tersebut meliputi

pemberian imunisasi dasar (BCG, DPT/HB 1-3, Polio 1 – 4, Campak), stimulasi

deteksi intervensi dini tumbuh kembang (SDIDTK) bayi dan penyuluhan perawatan kesehatan bayi.

Dari 17.089 bayi yang ada, terdapat 15.874 bayi yang mendapat pelayanan kesehatan atau sebesar 92,89%, sementara target tahun 2015 adalah 95%.

(43)

l. Cakupan Desa/ Kelurahan “Universal Child Immunization” (UCI)

Kelurahan UCI (Universal Child Immunization) adalah desa atau kelurahan dimana 80% dari jumlah bayi yang ada didesa /kelurahan tersebut sudah mendapat imunisasi dasar lengkap pada kurun waktu tertentu. Tahun 2015, dari 104 kelurahan terdapat 102 desa UCI (98,08 %), cakupan ini jauh meningkat dibanding tahun 2014 (79 dari 104 kelurahan atau 76%).

Target UCI untuk tahun 2015 sebesar 100%, tahun 2015 hanya 2 Puskesmas yang sudah mencapai target UCI yaitu Puskesmas Ulak Karang dan Pauh.

m. Persentase Cakupan Imunisasi Bayi

Imunisasi rutin yang diberikan pada bayi adalah Hb<7 hari, BCG,

DPT-HB3/DPT-HB-Hib3, Polio4, Campak dan Imunisasi Lengkap. Semua cakupan

imunisasi meningkat di tahun 2015 : Hb<7 hari = 16.053 orang (93,89%), BCG = 16.478 orang (96,37%), DPT-HB3/DPT-HB-Hib3 = 16.136 orang (94,42%), Polio4 = 16.073 orang (94,05%), Campak 15.868 orang (92,86%) dan imunisasi dasar lengkap 15.313 orang (89,61%).

n. Cakupan Pemberian Vitamin A pada Bayi dan Anak Balita

Pendistribusian Vitamin A dilakukan pada bulan Februari dan Agustus. Vitamin A diberikan pada bayi usia 6-11 bulan dan anak Balita 12-59 bulan. Cakupan pemberian Vitamin A pada bayi 6-11 bulan meningkat dari 50,74% di tahun 2014 menjadi 82,73% di tahun 2015. Berbeda dengan pemberian Vitamin A pada anak balita, cakupan ini lebih rendah dari 85,65% di tahun 2014 menjadi 85,36% di tahun 2015.

(44)

o. Cakupan Baduta ditimbang

Baduta adalah Bayi di bawah usia 2 tahun (0-23 bulan). Dari 33.610 orang sasaran, 76,99% (25.877 orang) diantaranya dilakukan penimbangan berat badan. Dari hasil penimbangan tersebut, hanya 85 orang (0,33%) dalam kategori Bawah Garis Merah (BGM)

p. Cakupan Pelayanan Anak Balita

Setiap anak umur 12-59 bulan memperoleh pelayanan pemantauan pertumbuhan setiap bulan, minimal 8 x dalam setahun yang tercata di Kohort Anak Balita dan Pra Sekolah, Buku KIA/KMS, atau buku pencatatan dan pelaporan lainnya. Indikator ini mengukur kemampuan manajemen program KIA dalam melindungi anak balita sehingga kesehatannya terjamin melalui penyediaan pelayanan kesehatan.

Dari 65.098 anak balita yang menjadi sasaran, terdapat 57.991 orang atau 89,08% yang mendapat pelayanan kesehatan (minimal 8 kali). Pelayanan yang diperoleh adalah pemantauan pertumbuhan dan pemantauan perkembangan.

q. Balita ditimbang

Salah satu cara pemantauan status gizi Balita dan tingkat partisipasi masyarakat terhadap Posyandu adalah dengan menggunakan indikator SKDN. SKDN adalah data untuk memantau pertumbuhan balita. SKDN sendiri mempunyai singkatan S = juklah Balita yang ada di wilayah Posyandu, K = Jumlah Balita yang terdaftar dan mempunyai KMS, D = Jumlah Balita yang datang ditimbang bulan ini dan N = Jumlah Balita yang naik berat badannya.

Dari 82.187 Balita yang di laporkan, Balita yang melakukan penimbangan sebanyak 54.005 balita atau tingkat partisipasi masyarakat membawa Balitanya ke Posyandu hanya 65,94% %. Dari penimbangan tersebut Balita yang BGM ditemukan

(45)

sebanyak 235 orang (0,44 %). Tingkat partisipasi masyarakat (D/S) tahun 2014 lebih besar jika dibandingkan dengan tahun 2014 yang hanya 62,7% dengan BGM 0,6%.

r. Cakupan Balita Gizi Buruk Mendapat Perawatan

Balita gizi buruk adalah kekurangan energi dan protein tingkat berat akibat kurang mengkonsumsi makanan yang bergizi dan menderita sakit yang begitu lama. Keadaan ini dengan status gizi sangat kuru (BB/TB)dan atau hasil pemeriksaan klinis menunjukan gejala marasmus, kwasiorkor atau marasmik kwashiorkor.

Penanggulangan kasus balita gizi buruk pada tahun 2014 dilakukan dengan pemberian PMT yang pendanaanya melalui dana APBD Kota Padang dan APBD Propinsi Sumatra Barat. PMT yang diberikan berupa pemberian Susu Frisian Flag, Biskuit MP-ASI dan Bubur Susu. Dari jumlah kasus yang dibantu hampir semuanya mengalami kenaikan Berat Badan yang cukup menggembirakan.

Penanggulangan Balita gizi buruk di Kota Padang yang memerlukan perawatan dilakukan di Puskesmas Nanggalo sebagai Puskesmas rawatan gizi buruk. Jika memerlukan penanganan khusus karena penyakit penyerta dirujuk ke Rumah Sakit.

Kasus gizi buruk yang ditemukan pada balita jauh menurun dari 120 orang di tahun 2014 menjadi 104 orang di tahun 2015, dimana anak laki laki (61 orang) lebih banyak mengalami gizi buruk dibanding balita perempuan (43 orang). Semua kasus yang ditemukan di wilayah kerja Puskesmas mendapat perawatan.

Selama rawat inap Balita gizi buruk diberikan perlakuan sesuai tatalaksana gizi buruk selama beberapa hari sampai kondisi balita tersebut menjadi gizi kurang atau gizi baik dan selanjutnya dipulangkan untuk dilakukan rawat jalan. Setelah pasien pulang ke rumah tetap dilakukan konsultasi gizi dan pemantauan oleh tenaga gizi dan dokter Puskesmas masing-masing.

(46)

Balita gizi buruk yang rawat jalan adalah Balita dengan kondisi kurus atau kurus sekali yang tidak mau dirawat inap. Dalam penanggulanan kasus Balita gizi buruk ini, banyak kendala yang ditemui seperti Ibu Balita yang tidak mau merujuk anaknya ke Puskesmas Nanggalo dengan alasan ekonomi dan lainnya. Oleh sebab itu untuk masa yang akan datang diharapkan partisipasi semua pihak untuk melakukan rujukan pasien gizi buruk.

Hasil Pemantauan Status Gizi dari tahun 2009 hingga tahun 2014 dapat dilihat pada grafik berikut :

Grafik 4.2. Prevalensi Status Gizi Tahun 2009-2014

TB/U dapat digunakan sebagai indeks status gizi populasi karena merupakan estimasi keadaan yang telah lalu atau status gizi kronik. Seorang yang tergolong pendek “pendek tak sesuai umurnya” (PTSU) kemungkinan keadaan gizi masa lalu tidak baik. Dalam keadaan normal tinggi badan tumbuh bersamaan dengan bertambahnya umur. Pertambahan tinggi atau panjang badan relatif kurang sensitif terhadap kurang gizi dalam waktu singkat. Pengaruh kurang gizi terhadap pertumbuhan tinggi badan baru terlihat dalam waktu yang cukup lama.

(47)

Sementara itu Pemantauan Status Gizi (PSG) Tahun 2015 dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat. Hasil PSG dan kecamatan rawan gizi belum bisa dipublikasikan karena masih dalam proses pengolahan data.

s. Penjaringan Kesehatan Siswa SD dan Setingkat

Pelayanan kesehatan (penjaringan) siswa SD dan setingkat adalah pemeriksaan kesehatan umum, kesehatan gigi dan mulut siswa SD dan Madrasah Ibtidaiyah yang dilaksanakan oleh tenaga kesehatan bersama tenaga kesehatan terlatih (guru dan dokter kecil) di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.

Jumlah SD di Kota Padang tahun 2015 sebanyak 425 buah, semua SD mendapat pelayanan kesehatan (penjaringan). Sementara jumlah murid kelas 1 SD atau setingkat tahun 2015 berjumlah 16.866 orang dan yang mendapat pelayanan kesehatan sebanyak 15.717 orang atau 93,19 %. Capaian Program penjaringan kesehatan siswa kelas 1 tahun 2015 sedikit meningkat dari tahun 2014 .

Untuk Program Usaha Kesehatan Gigi Sekolah kegiatannya lebih banyak bersifat Promotif dan Preventif. Pelayanan kesehatan gigi dilakukan di seluruh SD/MI di kota Padang. Pada tahun 2015 dari 425 SD/MI di Kota Padang hanya 334 SD yang melakukan Sikat gigi massal tetapi seluruh SD/MI mendapat pelayanan kesehatan gigi. Pemeriksaan gigi dilakukan terhadap 16.452 murid (16,30%) dari 100.954 murid SD/MI yang ada di kota Padang. Hasil pemeriksaan gigi tersebut menemukan 5.793 murid yang memerlukan perawatan gigi dan yang mendapat perawatan gigi sebanyak 2.619 murid (45,21%). Secara keseluruhan cakupan pelayanan kesehatan gigi sekolah ini meningkat dibanding tahun 2014.

(48)

t. Rasio Tumpatan/ Pencabutan Gigi Tetap

Program Pelayanan kesehatan gigi dilaksanakan berupa pelayanan klinik di Puskesmas, Upaya kesehatan gigi di Masyarakat dan Usaha Kesehatan gigi Sekolah melalui kegiatan UKS. Untuk pelayanan Kesehatan gigi di klinik Puskesmas sudah melebihi target kota Padang 5%. Pada tahun 2015, kunjungan pelayanan gigi sebesar 6,5%.

Pelayanan Kesehatan gigi dan mulut di Puskesmas sekota Padang adalah : berupa tumpatan gigi tetap sebanyak 2.437 orang dan pencabutan gigi tetap sebanyak 6.715 orang, dengan rasio tumpatan/pencabutan : 0,36 . Capaian Program pelayanan gigi dan mulut tahun 2015 ini meningkat dari tahun 2014. Capain pelayanan gigi di Puskesmas pada tahun 2014 adalah berupa tumpatan sebanyak 1.788 orang dan pencabutan sebanyak 6.195 orang dengan rasio tumpatan/pencabutan 0,3.

u. Cakupan Pelayanan Kesehatan Usia Lanjut (Usila)

Pada hakikatya menjadi tua merupakan proses alamiah yang akan dialami oleh seseorang. Memasuki masa tua berarti mengalami kemunduran baik dari segi psikis maupun fisik, oleh sebab itu perlu upaya kesehatan agar para usia lanjut (Usila) ini dapat hidup sehat dan mandiri. Progaram upaya kesehatan yang dilakukan antara lain penyuluhan secara berkesimbungan, pemeriksaan kesehatan secara berkala dan melakukan penjaringan Usila resiko tinggi.

Usia lanjut adalah orang yang berumur 60 tahun ke atas dan di kota Padang tahun 2015 berjumlah 57.362 orang dan mendapat pelayanan kesehatan sebanyak 12.770 orang atau 22,26%. Jika dilihat berdasarkan jender, lansia perempuan dua kali lipat mendapat pelayanan kesehatan di banding laki-laki. Jika dilihat dari persentasenya, cakupan tahun 2015 jauh menurun disbanding tahun 2014.

(49)

Usila di Kota Padang tahun 2014, dari 73.307 orang lansia, yang mendapat pelayanan kesehatan sebanyak 30.734 orang atau 41,9% dan lebih besar pada lansia perempuan.

Kelompok lansia ini bisa memanfaatkan Posyandu Lansia untuk pemeriksaan kesehatan, senam lansia secara berkala dan mendapat penyuluhan kesehatan. Untuk meningkatkan cakupan pelayanan lansia ini perlu kerjasama yang baik antara puskesmas, tokoh masyarakat, kader Posyandu dan lintas terkait. Disamping itu beberapa puskesmas sudah melaksanakan program santun lansia.

v. Cakupan Pelayanan Gawat Darurat Level 1 yang Harus Diberikan Pelayanan Kesehatan (RS) di Kota Padang

Rumah Sakit di Kota Padang tahun 2015 berjumlah 27 buah semuanya mempunyai kemampuan gawat darurat, terdiri dari 11 Rumah Sakit Umum dan 16 Rumah Sakit Khusus.

4.2. Akses dan Mutu Pelayanan Kesehatan

a. Cakupan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan

Sejak 1 Januari 2014 Pemerintah memberlakukan sistem Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) bekerja sama dengan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial. JKN adalah jaminan berupa perlindungan kesehatan agar peserta memperoleh manfaar pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatan yang diberikan kepada setiap orang yang telah membayar iuran/ iurannya dibayar oleh Pemerintah.

Jaminan kesehatan merupakan bagian dari prioritas reformasi pembangunan kesehatan. Adanya regulasi yang mengatur tentang penatalaksanaan JKN adalah UU No.40/2004 tentang SJSN, UU No.36/2009 tentang Kesehatan, UU No.24/2011

(50)

tentang BPJS, PP No.101/2012 tentang PBI dan Perpres No.12/2013 tentang Jaminan Kesehatan.

Tahun 2015, jumlah peserta JKN di Kota Padang sebanyak 604.009 jiwa, yang terdiri dari 187.786 jiwa penerima bantuan iuran (Jamkesmas), 86.411 jiwa penerima bantuan iuran APBD (Jamkesda). Sejak tahun 2014, Jamkesda di Kota Padang sudah berintegrasi dengan JKN. Pekerja penerima upah sebanyak 245.676 jiwa dan pekerja bukan penerima upah/ mandiri dan bukan pekerja sebesar 84.136 jiwa. Yang termasuk dalam kelompok pekerja penerima upah adalah PNS, Polri, ASABRI, perusahaan dan swasta.

Kepesertaan Jamkesda setiap tahun selalu meningkat, sedangkan Jamkesda turun dari tahun 2014, seperti grafik berikut :

(51)

b. Jumlah Kunjungan Rawat Jalan, Rawat Inap dan Kunjungan Gangguan Jiwa di Sarana Pelayanan Kesehatan

Kesehatan jiwa adalah program pelayanan kesehatan jiwa yang dilaksanakan oleh tenaga Puskesmas dengan didukung oleh peran serta masyarakat, dalam rangka

mencapai derajat kesehatan jiwa masyarakat yang optimal melalui kegiatan

pengenalan/deteksi dini gangguan jiwa, pertolongan pertama gangguan jiwa dan

konseling jiwa. Sehat jiwa adalah perasaan sehat dan bahagia serta mampu

menghadapi tantangan hidup, dapat menerima orang lain sebagaimana adanya dan mempunyai sikap positif terhadap diri sendiri dan orang lain di Puskesmas. Konseling kesehatan jiwa merupakan salah satu bentuk pelayanan kesehatan jiwa di Puskesmas.

Gangguan kesehatan jiwa bukan seperti penyakit lain yang bisa datang secara tiba-tiba tetapi lebih kearah permasalahan yang terakumulasi dan belum dapat diadaptasi atau terpecahkan. Dengan demikian akibat pasti atau sebab yang melatar

belakangi timbulnya suatu gangguan.

Kunjungan rawat jalan Puskesmas tahun 2015 adalah sebanyak 1.815.656

orang, terdiri dari laki laki sebanyak 759.362 orang dan perempuan 1.056.294 orang. Untuk kunjungan rawat inap di Puskesmas sebanyak 605 orang. Dari kunjungan tersebut pasien yang melakukan kunjungan gangguan jiwa sebanyak 11.995 orang, terdiri dari laki laki 7.026 orang dan perempuan 4.969 orang. Kunjungan umum maupun kunjungan jiwa Puskesmas lebih rendah dari tahun sebelumnya.

Sementara itu kunjungan rawat jalan Rumah Sakit sebanyak 979.104 orang, kunjungan rawat inap 112.369 orang dengan kunjungan jiwa 23.867. Kunjungan tersebut tidak dapat dibedakan menurut gender karena tak satupun Rumah Sakit yang melaporkan data kunjungan menurut gender.

Referensi

Dokumen terkait

Ibrahim Anis keluar dari konsensus para pakar nahwu klasik dan modern, dan beliau membantah argumentasi harakat al-i'rab serta memberikan interpretasi secara fonetik

Praktikum fitokimia merupakan kegiatan yang dilakukan dimana mahasiswa dapat belajar mempraktekkan cara penyiapan bahan baku yang berasal dari bahan alam (simplisia),

Keterampilan dalam penulisan karya ilmiah merupakan salah tuntutan yang harus dimiliki oleh setiap guru. Hal ini sangat berkaitan dengan salah satu persyaratan bahwa

Dokumen Rencana Operasional Prodi Sarjana Terapan Terapi Wicara dana Bahasa Jurusan Terapi Wicara Politeknik Kesehatan Kemenkes Surakarta Tahun 2021 merupakan penjabaran

Pada umur 28 hari, kuat tekan rata-rata tertinggi pada beton S2 (90,265 MPa), beton dengan bahan tambahan additive superplasticizer sebesar 1%. Beton S3 dengan

Dari pembahasan tentang bimbingan konseling di atas, maka dapat disimpulkan bahwa bimbingan dan konseling adalah usaha pertolongan yang melengkapi pendidikan, berorientasi pada

Secara umum nyeri adalah suatu rasa yang tidak nyaman, baik ringan maupun

Jika kamu mengerti bahwa berbagai nubuatan yang diberikan kepada dunia dari Surga, berpuncak disini, untuk meningkatkan imanmu dan memastikan bahwa kamu tetap setia kepada