• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV PELAKSANAAN, HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Penelitian

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV PELAKSANAAN, HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Penelitian"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

66 BAB IV

PELAKSANAAN, HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Penelitian

Penelitian eksperimen dengan desain faktorial dilakukan dari bulan Februari sampai dengan Maret 2012, pada tanggal 27 Februari 2012 dilakukan uji coba soal untuk validitas dan reliabilitas di SD Negeri 1 Mudal, dari uji soal berjumlah 25 soal dan responden berjumlah 27 siswa memperoleh butir soal yang valid sebanyak 15 soal dengan ketentuan r kritis > 0,3 dan memperoleh reliabilitas 0,964 artinya reliabilitas memuaskan. Hasil soal yang valid nantinya akan diberikan sebagai pretes dan postes, karena indikator dari materi sifat-sifat cahaya telah terpenuhi.

Pada tanggal 2 Maret 2012 dilakukan pretes di kelas eksperimen dan kelas kontrol. Sebelum memulai penelitian di kelas eksperimen dan kelas kontrol, peneliti melakukan observasi di kelas V, dari observasi tersebut didapatkan data yaitu 26 siswa yang terdiri dari 13 laki-laki dan 13 perempuan pada kelas eksperimen di SD Negeri Purworejo, pada kelompok kontrol yaitu di SD Negeri 2 Nampirejo terdapat 24 siswa yang terdiri dari 13 laki-laki dan 11 perempuan. Peneliti di SD eksperimen menemui guru kelas untuk meminta jadwal pelajaran IPA di kelas V dan hari yang diperbolehkan untuk penelitian.

Penelitian dengan menggunkan metode TSTS dilakukan dengan kolaborator antara guru kelas (guru kelas V), guru observer (guru kelas III) dan peneliti, yang mana di dalam pembelajaran guru kelas sebagai pengajar menggunkan metode TSTS, guru observer sebagai pengamat aktifitas guru dan siswa saat pembelajaran dengan menggunakan metode TSTS, observasi dilakukan setiap kali pertemuan. RPP dibuat oleh peneliti yang sudah dikonsultasikan dengan dosen pembimbing, sebelum dilaksanakan pembelajaran dengan metode TSTS pada mata pelajaran IPA pokok bahasan sifat-sifat cahaya guru terlebih dahulu diberikan penjelasan tentang bagaimana langkah-langkah metode TSTS, setelah guru jelas tentang langkah-langkah TSTS baru bisa dilakukan penelitian.

Pada tanggal 2 Maret 2012 peneliti memberikan soal pretes pada kelas eksperimen dan kelas kontrol, setelah dianalisis berbantu program komputer

(2)

67 SPSS 16.0 kedua kelas tersebut normal dengan ketentuan >0,05, karena signifikan laki-laki 0,098 dan perempuan 0,135. Homogenitas dari kedua kelas tersebut >0,05 yaitu 0,571, oleh karena data pretes normal dan homogen sehingga analisis uji prasyarat dilanjutkan.

Penelitian pada pertemuan pertama di SD eksperimen dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 6 Maret 2012 pada jam kelima sampai keenam dengan menerapkan metode pembelajaran TSTS pada materi sifat-sifat cahaya, dalam pembelajaran ini guru sebagai pengajar, observer sebagai pengamat aktivitas guru dan siswa, dan siswa sendiri sebagai subjeknya, pada pertemuan pertama jumlah siswa laki-laki yang hadir sebanyak 13 siswa dan perempuan sebanyak 13 siswa. Hasil observasi pada pertemuan pertama ini guru sudah menerapkan metode TSTS yang mengacu pada lembar observasi, adapun dalam pelaksanaan pada pertemuan pertama guru memberikan beberapa tugas dan pertanyaan tentang pengertian sifat-sifat cahaya yang harus diselesaikan siswa secara berkelompok dengan menggunakan lembar kegiatan siswa, dua siswa dari masing-masing kelompok meninggalkan kelompoknya dan bertamu kekelompok lain, dua siswa yang tinggal dalam kelompok awal bertugas mempresentasikan dan memberikan informasi kepada 2 siswa yang bertamu ke kelompok tersebut dengan mendemonstrasikan, setelah batas waktu bertamu dan menerima tamu habis, tamu mohon diri untuk kembali ke kelompok awal dan melaporkan hasil tukar informasi dari kelompok lain, kemudian mencatat gagasan yang baru mereka temukan, dua dari masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjasama kelompoknya di depan kelompok lain. Tetapi pada pertemuan pertama ini guru belum memberikan umpan balik kepada siswa, siswa belum membuat rangkuman dari materi sifat-sifat cahaya, evaluasi belum diberikan pada pertemuan pertama, dan guru belum memberikan penghargaan kelompok.

Pada pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Jumat tanggal 9 Maret 2012 jam kelima sampai keenam, guru mengajar dengan menggunakan metode TSTS materi melanjutkan tentang sifat-sifat cahaya, pada pertemuan kedua jumlah siswa laki-laki yang hadir sebanyak 13 siswa dan perempuan sebanyak 13 siswa. Hasil observasi pada pertemuan ini guru memberikan beberapa tugas dan

(3)

68 pertanyaan tentang pengertian sifat-sifat cahaya yang harus diselesaikan siswa secara berkelompok dengan menggunakan lembar kegiatan siswa, dua siswa dari masing-masing kelompok meninggalkan kelompoknya dan bertamu kekelompok lain, dua siswa yang tinggal dalam kelompok awal bertugas mempresentasikan dan memberikan informasi kepada 2 siswa yang bertamu ke kelompok tersebut dengan mendemonstrasikan, setelah batas waktu bertamu dan menerima tamu habis, tamu mohon diri untuk kembali ke kelompok awal dan melaporkan hasil tukar informasi dari kelompok lain, kemudian mencatat gagasan yang baru mereka temukan, dua dari masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjasama kelompoknya di depan kelompok lain. Adapun hal yang belum dilaksanakan pada pertemuan kedua ini adalah guru belum memberikan soal evaluasi dan guru belum memberikan penghargaan pada kelompok.

Pertemuan ketiga dilaksanakan pada hari selasa tanggal 13 Maret 2012 jam kelima sampai keenam, guru melanjutkan dan memberi penekanan pada materi pertemuan pertama dan kedua, pada pertemuan ketiga jumlah siswa laki-laki yang hadir sebanyak 13 siswa dan perempuan sebanyak 13 siswa. Hasil observasi pada pertemuan ketiga ini tidak dilakukan pembelajaran dengan menggunakan langkah-langkah metode TSTS, siswa dijelaskan tujuan pembelajaran, kemudian memberikan kesempatan bertanya kepada siswa untuk bertanya tentang materi yang belum jelas, siswa bersama guru membuat rangkuman, guru memberikan penghargaan kepada kelompok, setelah itu dilakukan evalusi pembelajaran berupa postes.

Hari Senin tanggal 5 Maret 2012 jam keempat sampai kelima melakukukan penelitian di SD kontrol dengan menggunakan pembelajaran konvensional pada materi sifat-sifat cahaya, Hasil observasi pada pertemuan ini guru memberikan pembelajaran dengan mengunakan metode ceramah, tanya jawab dan penugasan berupa PR, jumlah siswa laki-laki yang hadir sebanyak 13 siswa dan perempuan sebanyak 11. Pada pertemuan kedua di SD kontrol dilaksanakan pada hari Jumat tanggal 9 Maret 2012 jam pertama sampai kedua dengan melanjutkan materi sifat-sifat cahaya yang telah diberikan pada pertemuan pertama. Hasil observasi pada pertemuan ini guru memberikan

(4)

69 pembelajaran dengan mengunakan metode ceramah, tanya jawab dan penugasan. Jumlah siswa laki-laki yang hadir sebanyak 13 siswa dan perempuan sebanyak 11 siswa. Pada hari Senin tanggal 12 Maret 2012 melanjukkan materi tentang sifat-sifat cahaya. Hasil observasi pada pertemuan ketiga guru memberikan pembelajaran dengan mengunakan metode ceramah, tanya jawab dan dilanjutkan dengan diberikan soal evaluasi. Jumlah siswa laki-laki yang hadir sebanyak 13 siswa dan perempuan sebanyak 11 siswa.

Sebelum data dianalisis peneliti menghubungi guru kelas dan guru observer untuk melakukan diskusi tentang pembelajaran TSTS, yang diikuti oleh beberapa siswa, guru kelas, guru observer dan peneliti. Dari diskusi ini diharapkan metode TSTS mudah diterima, dipahami dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa, untuk guru kelas dengan menerapkan metode TSTS ini dapat memberikan pengalaman baru dan wawasan baru untuk pembelajaran, untuk guru observer juga di harapkan dapat memberi pengalaman.Untuk peneliti diharapkan dapat menjadikan suatu metode yang inovasi dan dapat bermanfaat untuk semuanya. Data hasil postes kelas eksperimen dan kelas kontrol kemudian di analisis dengan melakukan analisis ANOVA kemudian disimpulkan.

4.2Deskripsi Hasil Penelitian

4.2.1 Pembelajaran Metode TSTS

Deskripsi pembelajaran metode TSTS didapat dari hasil observasi. Observasi dilakukan untuk memantau jalannya perlakuan dalam pembelajaran sesuai dengan ketentuan dan teori yang digunakan dan subjek penelitian. Observasi dilakukan oleh guru kelas III yang memantau secara langsung proses pembelajaran pada kelompok eksperimen yaitu dengan menggunakan metode TSTS. Lebih jelasnya hasil observasi yang diisi oleh guru observer dapat dilihat pada tabel berikut ini.

(5)

70 Tabel 4.1

Hasil Implementasi Pembelajaran Metode TSTS di Kelas Eksperimen Langkah TSTS Deskripsi Pertemuan 1 2 3 Kegiatan Awal Presentasi Guru

Guru menjelaskan tujuan pembelajaran

atau kompetensi dasar yang akan dicapai. √ √ √ Guru mempresentasikan tata cara

pembelajaran kooperatif Two Stay Two Stray (Dua Tinggal Dua Tamu).

√ √ χ

Persiapan

Guru melibatkan siswa secara aktif dengan cara siswa dibagi dalam kelompok, masing-masing kelompok beranggotakan 4 orang siswa.

√ √ χ

Kegiatan Inti

Kegiatan Kelompok

Guru memberikan beberapa tugas dan pertanyaan tentang pengertian sifat-sifat cahaya yang harus diselesaikan siswa secara berkelompok dengan menggunakan lembar kegiatan siswa.

√ √ χ

Dua siswa dari masing-masing kelompok meninggalkan kelompoknya dan bertamu kekelompok lain.

√ √ χ

Dua siswa yang tinggal dalam kelompok awal bertugas mempresentasikan dan memberikan informasi kepada 2 siswa yang bertamu ke kelompok tersebut dengan mendemonstrasikan.

√ √ χ

Setelah batas waktu bertamu dan menerima tamu habis, tamu mohon diri untuk kembali ke kelompok awal dan melaporkan hasil tukar informasi dari kelompok lain, kemudian mencatat gagasan yang baru mereka temukan.

√ √ χ

Formalisasi

Dua dari masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjasama kelompoknya di depan kelompok lain.

√ √ χ

Guru memberikan pengetahuan atau umpan balik berupa pujian atas kerjasama

kelompok yang siswa lakukan. χ √ χ Guru meberikan kesempatan kepada siswa

untuk bertanya tentang materi yang belum jelas sesuai tujuan pembelajaran.

(6)

71 Langkah TSTS Deskripsi Pertemuan 1 2 3 Kegiatan Akhir Evaluasi kelompok dan penghargaan

Siswa bersama dengan guru membuat

rangkuman materi sifat-sifat cahaya. χ χ √ Guru memberikan evaluasi pembelajaran χ χ √ Guru memberikan penghargaan kepada

kelompok yang mendapatkan skor rata-rata tertinggi.

χ χ √

Guru menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya dan tugas yang harus dilakukan siswa.

√ √ √

Keterangan tabel 4.1:

√ artinya jika deskripsi dilakukan pada setiap pertemuan χ artinya jika deskripsi tidak dilakukan pada setiap pertemuan

Dari tabel 4.1 dapat dilihat pada pertemuan pertama ini pembelajaran IPA menggunakan metode TSTS berlangsung dengan baik dan sesuai dengan teori yang digunakan. Tetapi pada pertemuan pertama guru belum memberikan umpan balik kepada siswa, siswa belum membuat rangkuman dari materi sifat-sifat cahaya, kedua hal tesebut ketika berdiskusi peneliti bertanya dengan guru kelas V, ternyata guru lupa memberikan hal tersebut dikarenakan guru canggung karena adanya peneliti dan guru observer. Pada pertemuan pertama guru juga belum melakukan evaluasi, dan guru belum memberikan penghargaan kelompok karena guru akan memberikannya pada pertemuan terakhir. Pada pertemuan kedua pembelajaran IPA menggunakan metode TSTS berlangsung dengan baik dan sesuai dengan teori yang digunakan. Adapun hal yang belum dilaksanakan pada pertemuan kedua ini adalah guru belum memberikan soal evaluasi dan guru belum memberikan penghargaan pada kelompok, menurut tanya jawab dengan guru pada waktu observasi, kedua hal tersebut akan diberikan pada pertemuan terakhir. Pada pertemuan ketiga tidak dilakukan pembelajaran dengan menggunakan langkah-langkah metode TSTS, siswa dijelaskan tujuan pembelajaran, kemudian memberikan kesempatan bertanya kepada siswa untuk bertanya tentang materi yang belum jelas, siswa bersama guru membuat rangkuman, guru memberikan penghargaan kepada kelompok, setelah itu dilakukan evalusi pembelajaran berupa postes.

(7)

72 4.2.2 Hasil Belajar

Hasil belajar ada dua tes yaitu pretes dan postes yang dilakukan melalui tes hasil belajar. Dari hasil tes tersebut nanti akan dikategorikan menjadi 2 kategori yaitu tuntas dan tidak tuntas berdasarkan KKM, adapun KKM kelas eksperimen yaitu 60, lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:

Tabel 4.2

Hasil Pengukuran Variabel Hasil Belajar Kelas Eksperimen Hasil Belajar Kelas Eksperimen

Kategori Range Pretes Postes

F % f % Tuntas 60-100 6 23,08 26 100 Tidak Tuntas 0-59 20 76,92 - - Jumlah 26 100 26 100 Mean 49,77 83,04 Standar deviasi 9,123 9,219 Minimal 33 67 Maksimal 67 100 N Valid 26 26 Missing 0 0

Berdasarkan tabel 4.2 menunjukan bahwa distribusi frekuensi hasil belajar pretes kelas eksperimen terbanyak berada pada kategori tidak tuntas dengan rentang skor 0-59 dengan frekuensi sebanyak 20 siswa dan prosentase sebesar 76,92%, kategori tuntas rentang skor 60-100 dengan frekuensi sebanyak 6 siswa dan prosentase sebesar 23,08%. Distribusi frekuensi hasil belajar postes kelas eksperimen berada pada kategori tuntas dengan rentang skor 60-100 sebanyak 26 siswa dan prosentase sebesar 100%, serta tidak ada siswa yang memiliki hasil belajar pada kategori tidak tuntas. Selain itu, dari tabel 4.2 diketahui pula bahwa mean hasil belajar pretes siswa pada kelas eksperimen sebesar 49,77, dengan standar deviasi 9,123. Skor minimumnya sebesar 33 dan maksimumnya 67. Mean hasil belajar postes siswa pada kelas eksperimen sebesar 83,04, dengan standar deviasi 9,219. Skor minimumnya sebesar 67 dan maksimumnya 100.

(8)

73 Hasil analisis deskriptif ini juga membeberikan makna bahwa hasil belajar pada kelas eksperimen setelah pembelajaran dengan menggunakan metode TSTS secara keseluruhan mengalami peningkatan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa metode TSTS dapat meningkatkan hasil belajar baik siswa yang ketika pretes tuntas maupun siswa yang ketika pretes tidak tuntas. Setelah melakukan tanya jawab dengan guru V, Siswa yang pretesnya tidak tuntas mempunyai karakteristik suka bertanya, mengerjakan tugas tepat waktu, dan sering membantu teman yang tidak bisa. Adapun kategori siswa yang pretesnya tuntas memiliki karakteristik mau menerima masukan dari orang lain, siswa yang mempunyai kemampuan belajar dibawah KKM, dan siswa yang tidak tahu tetapi hanya diam saja.

Hasil belajar ada dua tes yaitu pretes dan postes yang dilakukan melalui tes hasil belajar. Dari hasil tes tersebut nanti akan dikategorikan menjadi 2 kategori yaitu tuntas dan tidak tuntas berdasarkan KKM, adapun KKM kelas kontrol yaitu 60, lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:

Tabel 4.3

Hasil Pengukuran Variabel Hasil Belajar Kelas Kontrol Hasil Belajar Kelas Kontrol

Kategori Range Pretes Postes

f % f % Tuntas 60-100 5 20,83 23 95,83 Tidak Tuntas 0-59 19 79,17 1 4,17 Jumlah 24 100 24 100 Mean 49,17 71,96 Standar deviasi 9,435 10,217 Minimal 33 53 Maksimal 67 100 N Valid 24 24 Missing 0 0

Berdasarkan tabel 4.3 menunjukan bahwa distribusi frekuensi hasil belajar pretes kelas kontrol terbanyak berada pada kategori tidak tuntas dengan rentang skor 0-59 dengan frekuensi sebanyak 19 siswa dan prosentase sebesar 79,19%, kategori tuntas rentang skor 60-100 dengan frekuensi

(9)

74 sebanyak 5 siswa dan prosentase sebesar 20,83%. Distribusi frekuensi hasil belajar postes kelas kontrol berada pada kategori tidak tuntas dengan rentang skor 0-59 sebanyak 1 siswa dan prosentase sebesar 4,17%, sedangkan kategori tuntas dengan rentang skor 60-100 sebanyak 25 siswa dan prosentase sebesar 95,83%. Selain itu, dari tabel 4.3 diketahui pula bahwa mean hasil belajar pretes siswa pada kelas kontrol sebesar 49,17, dengan standar deviasi 9,435. Skor minimumnya sebesar 33 dan maksimumnya 67. Mean hasil belajar postes siswa pada kelas kontrol sebesar 71,96, dengan standar deviasi 10,217. Skor minimumnya sebesar 53 dan maksimumnya 100.

Hasil analisis deskriptif ini juga memberikan makna bahwa hasil belajar pada kelas kontrol secara keseluruhan mengalami peningkatan. Tetapi masih ada 1 siswa ketika pretes tidak tuntas dan postes juga tidak tuntas, setelah tanya jawab dengan guru kelas V ternyata siswa tersebut tinggal kelas. Sehingga guru perlu memberikan perhatian khusus yaitu dengan tindak lanjut untuk remidi, sehingga diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa tersebut.

4.2.3 Gender

Gender disini hanya dibatasi pada perbedaan jenis kelamin, yaitu siswa laki-laki atau perempuan. Dalam penelitian ini menggunakan metode dokumentasi untuk mendapatkan data jenis kelamin siswa kelas V di kelas eksperimen dan kelas kontrol melalui absensi siswa kelas V. Adapun rekap absensi siswa kelas V adalah sebagai berikut ini.

Tabel 4.4

Rekap Daftar Hadir Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

No Kelas Laki-laki Perempuan Total % Jumlah % Jumlah %

1 Eksperimen 13 50 13 50 26 100

2 Kontrol 13 54,17 11 45,83 24 100

(10)

75 Dari tabel 4.4 terlihat bahwa kelas eksperimen dengan jumlah siswa laki-laki 13 siswa dengan prosentase 50%, sedangkan jumlah siswa perempuan 13 siswa dengan prosentase 50%. Sehingga jumlah siswa laki-laki maupun perempuan dikelas eksperimen adalah 26 siswa dengan prosentase 100%. Kelas eksperimen dengan jumlah siswa laki-laki 13 siswa dengan prosentase 54,17%, sedangkan jumlah siswa perempuan 11 siswa dengan prosentase 45,83%. Sehingga jumlah siswa laki-laki maupun perempuan dikelas eksperimen adalah 24 siswa dengan prosentase 100%. Hasil tersebut memberikan makna bahwa baik kelas eksperimen maupun kelas kontrol siswa tidak ada yang ijin artinya siswa berangkat semua untuk mengikuti pembelajaran.

4.2.4 Hasil Uji Prasyarat

Sebelum dilakukan analisis data, dilakukan uji prasyarat analisis data yang meliputi uji normalitas dan uji homogenitas. Uji prasyarat dimaksudkan untuk mengetahui apakah data yang diperoleh dapat dianalisis dengan statistik parametrik atau tidak. Apabila memenuhi persyaratan, maka analisis statistik parametrik dapat dilakukan, namun jika tidak memenuhi persyaratan maka analisis data yang digunakan adalah statistik non parametrik.

a. Hasil Uji Normalitas Data Pretes

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah sebaran data yang akan dianalisis berdistribusi normal jika nilai p (sig.) >0,05. Uji normalitas pada penelitian ini menggunakan analisis Kolmogorov-Smirnov, yang kemudian diolah menggunakan program SPSS versi 16.0. Hasil perhitunganya sebagai berikut:

Tabel 4.5

Hasil Uji Normalitas Pretes

Kelas Gender Kolmogorov-Smirnov Keterangan L/P Statistik P (sig.)

Pretes Kelompok Eksperimen dan Kontrol

L 0,144 0,173 Normal

(11)

76 Data tes/pretest kelas eksperimen dan kontrol kelompok laki-laki berdistribusi normal karena nilai psig. 0,173>0,05. Data pretes kelas eksperimen dan kontrol kelompok perempuan berdistribusi normal karena nilai psig. 0,198 > 0,05. Berdasarkan hasil pengujian SPSS versi 16.0, diperoleh bahwa seluruh data berdistribusi normal, sehingga analisis prasyarat dapat dilanjutkan. Hasil analisis selengkapnya bisa dilihat pada lampiran N.

b. Hasil Uji Homogenitas Data Pretes

Uji homogenitas berguna untuk menguji kesamaan sampel yaitu seragam atau tidak varian sampel yang diambil dari populasi. Kaidah homogenitas jika p sig. > 0,05 maka tes dinyatakan homogen, jika p sig. <0,05 maka test dikatakan tidak homogen. Hasil uji homogenitas penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.6

Hasil Uji Homogenitas Pretes

Test Levene Statistik Df p (sig.) Sig. 5 % Keterangan

Pretest 0,019 1 : 48 0,891 0,05 Homogen

Dari data tabel di atas data pretes diperoleh nilai f hitung 0,019 dengan

sig. 0,891>0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa varians bersifat homogen, sehingga analisis prasyarat dapat dilanjutkan. Hasil uji homogenitas dapat dilihat pada lampiran N.

4.2.5 Hasil Uji Hipotesis 1. Deskriptor Silang

Deskriptor silang dalam penelitian ini adalah hasil dari variabel hasil belajar berdasarkan variabel gender setelah adanya variabel tindakan. Adapun deskripsinya adanya sebagai berikut:

(12)

77 Tabel 4.7

Tabel Silang Data Postes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Hasil Belajar Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Kategori Range

Kelas Eksperimen Kelas Kontrol

L P L P f % f % f % f % Tuntas 60-100 13 50 13 50 12 50 11 45,83 Tidak Tuntas 0-59 - - 1 4,17 - - Jumlah 13 50 13 50 13 54,17 11 45,83 Mean 83,04 71,96 Standar deviasi 9,219 10,217 Minimal 67 53 Maksimal 100 100 N Valid 26 24 Missing 0 0

Dari tabel 4.9 menunjukan bahwa distribusi frekuensi kreativitas kelas eksperimen semua berada pada kategori tuntas atau pada rentang nilai 60-100 dengan prosentase sebesar 100% yang terdiri dari prosentase siswa laki-laki 50% dan prosentase siswa perempuan 50%. Mean kelas eksperimen 83,04 dengan standar deviasi 9,219. Nilai minimal 67 dan maksimal sebesar 100.

Pada tabel 4.9 menunjukan bahwa distribusi frekuensi hasil belajar kelas kontrol terbanyak pada kategori tuntas atau pada rentang nilai 60-100 dengan prosentase sebesar 95,83% yang terdiri dari prosentase siswa laki-laki 50% dan prosentase siswa perempuan 45,83%. Sedangkan kategori tidak tuntas pada rentang nilai 0-59 dengan prosentase 4,17%Mean kelas kontrol 71,96 dengan standar deviasi 10,217. Nilai minimal 53 dan maksimal sebesar 100. Makna dari paparan tersebut menunjukan bahwa nilai rata-rata hasil belajar kelas eksperimen lebih baik daripada kelas kontrol. Kelas eksperimen yaitu semua siswa dalam kategori tuntas, sedangkan kelas kontrol masih ada satu siswa dengan kategori tidak tuntas. Sehingga dapat disimpulkan bahwa metode TSTS dapat meningkatkan hasil belajar semua siswa baik yang memiliki kategori ketika pretes tuntas maupun siswa yang ketika pretes tidak tuntas.

(13)

78 2. Homogenitas Varian (Test of Homogeneity of Variance)

Asumsi dasar dari analisis ANOVA adalah bahwa seluruh kelompok yang terbentuk harus memiliki varian dari variabel terikat (dependen) adalah sama (homogeny). Untuk menguji asumsi dasar ini dapat dilihat dari nilai postes homogenitas dari varians dengan menggunakan uji levene statistic.

Tabel 4.8

Hasil Uji Homogenitas Anova

Levene's Test of Equality of Error Variancesa

F df1 df2 Sig.

.358 3 46 .784

Dari table diperoleh tes hitung sebesar 0,358 dengan nilai probilitas sebesar 0,784. Oleh karena angka probilitas > 0,05 maka hipotesis nihil diterima dan hipotesis alternative ditolak, yang berarti bahwa varian variable terikat adalah sama (homogen), sehingga memenuhi persyaratan analisis varian. Dengan demikian proses analisis varian dapat dilanjutkan. Hasil analisis selengkapnya bisa dilihat pada lampiran N.

3. Hipotesis 1

Apakah ada peningkatan hasil belajar IPA yang nyata antara kelompok siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan metode Two Stay Two Stray (TSTS) lebih baik dari pada siswa yang mendapatkan pembelajaran konvensional.

Pengambilan keputusan:

1. Jika probabilitas > 0,05, maka H0 2. Jika probabilitas < 0,05, maka H

diterima. 0 ditolak.

(14)

79 Tabel 4.9

Hasil Uji Hipotesis 1

Source

Type III Sum

of Squares df Mean Square F Sig. Corrected Model 1336.196a 3 445.399 4.596 .007 Intercept 294769.407 1 294769.407 3041.720 .000 KELAS 1271.460 1 1271.460 13.120 .001 Error 4457.804 46 96.909 Total 303786.000 50 Corrected Total 5794.000 49 Hipotesis: H0 H

= tidak ada perbedaan hasil belajar IPA antara kelompok siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan metode Two Stay Two Stray (TSTS) lebih baik dari pada kelompok siswa yang mendapatkan pembelajaran konvensional.

1

Keputusan:

= ada perbedaan hasil belajar IPA antara kelompok siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan metode Two Stay Two Stray (TSTS) lebih baik dari pada kelompok siswa yang mendapatkan pembelajaran konvensional.

Terlihat bahwa F hitung adalah 13,120 dengan probabilitas 0,001 . Oleh karena probabilitas < 0,05, maka Ho ditolak, atau ada perbedaan hasil belajar IPA tersebut memang berbeda nyata antara kelompok siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan metode Two Stay Two Stray (TSTS) lebih baik dari pada siswa yang mendapatkan pembelajaran konvensional.

4. Hipotesis 2

Ada perbedaan hasil belajar IPA antara kelompok siswa laki-laki dan kelompok siswa perempuan

(15)

80 1. Jika probabilitas > 0,05, maka H0

2. Jika probabilitas < 0,05, maka H

diterima. 0

Tabel 4.10 ditolak.

Hasil Uji Hipotesis 2

Source

Type III Sum

of Squares df Mean Square F Sig. Corrected Model 1336.196a 3 445.399 4.596 .007 Intercept 294769.407 1 294769.407 3041.720 .000 GENDER 47.674 1 47.674 .492 .487 Error 4457.804 46 96.909 Total 303786.000 50 Corrected Total 5794.000 49 Hipotesis: H0 H

= tidak ada perbedaan hasil belajar IPA antara kelompok siswa laki-laki dan kelompok siswa perempuan.

1

Keputusan:

= ada perbedaan hasil belajar IPA antara kelompok siswa laki-laki dan kelompok siswa perempuan.

Terlihat bahwa F hitung adalah 0,492 dengan probabilitas 0,487. Oleh karena probabilitas > 0,05, maka Ho diterima, tidak ada perbedaan hasil belajar IPA antara kelompok siswa laki-laki dan kelompok siswa perempuan.

5. Hipotesis 3

Pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TSTS) efektif terhadap hasil belajar berdasarkan gender siswa kelas V SD pada pelajaran IPA pokok bahasan sifat-sifat cahaya gugus Among Siswa Temanggung semester 2 tahun 2011/2012.

Pengambilan keputusan:

1. Jika probabilitas > 0,05, maka H0 2. Jika probabilitas < 0,05, maka H

diterima. 0 ditolak.

(16)

81 Tabel 4.11

Hasil Uji Hipotesis 3

Source

Type III Sum

of Squares df Mean Square F Sig. Corrected Model 1336.196a 3 445.399 4.596 .007 Intercept 294769.407 1 294769.407 3041.720 .000 KELAS * GENDER 17.781 1 17.781 .183 .670 Error 4457.804 46 96.909 Total 303786.000 50 Corrected Total 5794.000 49 Hipotesis: H0 H

= Pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TSTS) tidak efektif terhadap hasil belajar berdasarkan gender siswa kelas V SD pada pelajaran IPA pokok bahasan sifat-sifat cahaya gugus Among Siswa Temanggung semester 2 tahun 2011/2012.

1

Keputusan:

= Pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TSTS) efektif terhadap hasil belajar berdasarkan gender siswa kelas V SD pada pelajaran IPA pokok bahasan sifat-sifat cahaya gugus Among Siswa Temanggung semester 2 tahun 2011/2012.

Terlihat bahwa F hitung adalah 0,183 dengan probabilitas 0,670. Oleh karena probabilitas > 0,05, maka Ho diterima, atau dengan kata lain pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TSTS) tidak efektif terhadap hasil belajar berdasarkan gender siswa kelas V SD pada pelajaran IPA pokok bahasan sifat-sifat cahaya gugus Among Siswa Temanggung semester 2 tahun 2011/2012.

(17)

82 6. Estimated Marginal Means

Tabel 4.12

Estimated Marginal Means

KELAS GENDER Mean Std. Error

95% Confidence Interval Lower Bound Upper Bound EKSPERIMEN L 83.615 2.730 78.120 89.111 P 80.462 2.730 74.966 85.957 KONTROL L 72.308 2.730 66.812 77.803 P 71.545 2.968 65.571 77.520

Out put SPSS 16.0 ini menunjukan nilai mean (rata-rata)yang diperoleh dari masing-masing kelompok. Tabel menunjukan bahwa mean dari kelas eksperimen dilihat dari gender siswa laki-laki adalah 83,615 dan hasil belajar yang berkisar antara 78,120 dan 89,111. Sedangkan gender perempuan terlihat mean lebih kecil, yaitu 80,462 dan hasil belajar berkisar 74,966 dan 85,957. Bila kedua mean diatas dibanding maka terlihat bahwa kelas ekperimen kelompok laki-laki memeperoleh mean lebih besar dibanding kelas eksperimen kelompok perempuan. Dari mean dapat disimpulkan bahwa kelas eksperimen kelompok laki-laki yang menggunakan metode TSTS lebih baik dibandingkan dengan kelas eksperimen kelompok perempuan yang menggunakan metode TSTS.

Tabel menunjukan bahwa mean dari kelas kontrol dilihat dari gender siswa laki-laki adalah 72,308 dan hasil belajar yang berkisar antara 66.812 dan 77.803. Sedangkan gender perempuan terlihat mean lebih kecil, yaitu 71,548 dan hasil belajar berkisar 65,571 dan 77,520. Bila kedua mean diatas dibanding maka terlihat bahwa kelas kontrol kelompok laki-laki memperoleh

mean lebih besar dibanding kelas kontrol kelompok perempuan. Dari mean

kedua kelompok ini dapat disimpulkan bahwa kelas kontrol kelompok laki-laki dalam pembelajaran menggunakan metode TSTS lebih baik dibandingkan dengan kelas kontrol kelompok perempuan dalam pembelajaran

(18)

83 menggunakan metode TSTS. Dari mean kedua kelas ini dapat disimpulkan bahwa gender laki-laki kelompok eksperimen dan kelompok kontrol lebih baik menggunakan model pembelajaran TSTS dibanding gender perempuan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dalam menggunakan model pembelajaran TSTS. Hasil analisis selengkapnya bisa dilihat pada lampiran O.

4.3Pembahasan

Data hasil analisis dengan anova dilihat dari tests of between-subjects effects, lebih diperjelas lagi dengan pengujian hipotesis. Hasil pengujian hipotesis yang pertama, menunjukan adanya perbedaan hasil belajar siswa antara pembelajaran Two Stay Two Stray (TSTS) dan pembelajaran konvensional. Dilihat dari F hitung adalah 13,120 dengan probabilitas 0,001. Oleh karena probabilitas < 0,05, maka Ho ditolak, atau ada peningkatan hasil belajar IPA tersebut memang berbeda nyata antara kelompok siswa yang mendapatkan pembelajaran Two Stay Two Stray (TSTS) lebih baik dari pada siswa yang mendapatkan pembelajaran konvensional. Hasil pengujian hipotesis kedua didapatkan hasil F hitung adalah 0,492 dengan probabilitas 0,487. Oleh karena probabilitas > 0,05, maka Ho diterima atau dengan kata lain tidak ada perbedaan hasil belajar IPA antara kelompok siswa laki-laki dan kelompok siswa perempuan. Hasil pengujian hipotesis ketiga didapatkan hasil Fhitung adalah 0,183 dengan probabilitas 0,670. Oleh karena probabilitas > 0,05, maka Ho diterima atau dengan kata lain penggunaan Two Stay Two Stray (TSTS) tidak efektif terhadap hasil belajar berdasarkan gender siswa kelas V SD pada pokok bahasan sifat-sifat cahaya.

Dalam cooperative learning, siswa dituntut untuk lebih aktif dalam kerja kelompok untuk mencapai tujuan bersama. Dalam bekerjasama kelompok yang heterogen, siswa yang satu dengan yang lain dituntut untuk saling bertukar pikiran, mengeluarkan pendapat dan ide mereka masing-masing sehingga siswa yang berkemampuan rendah akan mendapatkan pengetahuan dari siswa yang berkemampuan tinggi. Kebersamaan dalam

(19)

84 kelompok untuk mencapai suatu tujuan tertentu, akan saling menguntungkan antar anggota kelompok dengan berbagi pengetahuan yang menimbulkan hubungan timbal balik yang positif antar siswa yang satu dengan yang lain. Interaksi yang langsung terjadi antar siswa yang ditingkatkan oleh adanya saling hubungan timbal balik yang bersifat positif dapat mempengaruhi hasil pendidikan dan pengajaran (Isjoni, 2010).

Proses pembelajaran dalam pelaksanaan di kelas yang dilakukan oleh peneliti terdapat beberapa hal yang menyebabkan adanya peningkatan hasil belajar siswa pada metode TSTS. Siswa saling mengeluarkan ide dan pendapat mereka masing-masing sesuai pengetahuan yang mereka miliki. Dengan adanya bertamu terbentuk interaksi dan komunikasi yang positif antar siswa serta pertukaran pengetahuan yang mereka miliki pun akan bertambah, siswa dalam masing-masing kelompok mendapat tanggung jawab untuk menyelesaikan tugas bertamu dan menerima tamu dengan baik, pertanggungjawaban individu yang terjadi memang tinggi namun hal seperti itu akan mengakibatkan siswa melalaikan dan mengabaikan dalam bertamu dan menerima tamu.

Pelaksanaan metode TSTS membutuhkan partisipasi dan kerjasama dalam kelompok pembelajaran. Metode TSTS dapat meningkatkan cara belajar siswa menuju belajar lebih baik, sikap tolong menolong dalam beberapa perilaku sosial. Tujuan pembelajaran dengan metode TSTS diantaranya agar peserta didik dapat belajar secara berkelompok bersama teman-temannya dengan cara saling menghargai pendapat dan memberikan kesempatan kepada orang lain untuk mengemukakan pendapat mereka secara berkelompok dengan bekerjasama. Dengan adanya kerjasama tersebut, setiap anggota kelompok dapat memahami materi dengan cepat serta dapat mengerjakan tugas secara bersama. Selain adanya kerjasama antar anggota kelompok, pemberian reward juga salah satu faktor peningkatan hasil belajar siswa. Dengan adanya reward yang diberikan pada setiap akhir pembelajaran, siswa menjadi lebih percaya diri untuk melakukan setiap kegiatan pembelajaran. Hal ini sejalan dengan teori belajar kooperatif konstruktivis

(20)

85 yang menekankan pada hakikat sosiokultural dari pembelajaran Vygotsky yakni bahwa fase mental yang lebih pada umumnya muncul pada percakapan atau kerjasama antara individu sebelum fungsi mental yang lebih tinggi terserap dalam individu tersebut (Rusman, 2011).

Pembelajaran kooperatif dapat memenuhi kebutuhan siswa dalam berpikir kritis, memecahkan masalah, dan mengintegrasikan pengetahuan dan pengalaman (Rusman, 2011). Pembelajaran kooperatif yang menekankan pada kerja kelompok akan membentuk komunikasi antar siswa. Melalui diskusi untuk memecahkan suatu masalah demi tujuan bersama maka siswa akan berpikir untuk mengeluarkan ide mereka masing-masing dan saling berbagi pendapat untuk bertukar pikiran. Salah satu implikasi teori belajar konstruktivisme dalam pembelajaran adalah penerapan pembelajaran kooperatif. Siswa lebih mudah menemukan dan memahami konsep-konsep yang sulit apabila mereka saling mendiskusikan masalah-masalah tersebut dengan temannya. Melalui diskusi akan terjalin komunikasi di mana siswa saling berbagi ide atau pendapat sehingga akan terjadi elaborasi kognitif yang baik dan dapat meningkatkan daya nalar serta memberi kesempatan pada siswa untuk mengungkapkan pendapatnya (Isjoni, 2010).

Dalam kerja kelompok yang dilakukan, siswa yang berkemampuan lebih akan saling membantu dan bertukar pikiran dengan siswa yang berkemampuan rendah sehingga terjadi pertukaran pengetahuan yang dimiliki. Hal ini seiring dengan teori Vygotsky yang menjelaskan ada hubungan langsung antara domain kognitif dengan sosial budaya. Kualitas berpikir siswa dibangun di dalam ruangan kelas, sedangkan aktivitas sosialnya dikembangkan dalam bentuk kerjasama antara pelajar dengan pelajar lainnya yang lebih mampu di bawah bimbingan orang dewasa dalam hal ini guru (Isjoni, 2010). Dari hasil dari peneliti ini terlihat bahwa rata-rata laki-laki lebih baik dari pada perempuan, hal ini sejalan dengan penelitian departemen pendidikan AS (Santrock, 2007) anak laki-laki sedikit lebih baik dibandingkan perempuan dalam matematika dan sains.

(21)

86 Berdasarkan uraian pembahasan yang ada dalam penelitian ini maka dapat dipaparkan implikasi teoritis dan praktis sebagai berikut:

a. Implikasi teoritis

Implikasi teoritis ini berhubungan dengan kontribusi penelitian bagi bagi sekolah, guru, dan siswa. Adapun implikasi teoritisnya adalah sebagai berikut:

1. Metode TSTS berpengaruh terhadap hasil belajar siswa, maka sebagai upaya sekolah dan guru dalam meningkatkan hasil belajar siswa dapat menggunakan pembelajaran metode TSTS. Karena dengan menggunakan metode TSTS siswa saling mengeluarkan ide dan pendapat mereka masing-masing sesuai pengetahuan yang mereka miliki. Dengan adanya bertamu terbentuk interaksi dan komunikasi yang positif antar siswa serta pertukaran pengetahuan yang mereka miliki akan bertambah, siswa dalam masing-masing kelompok mendapat tanggung jawab untuk menyelesaikan tugas bertamu dan menerima tamu dengan baik. Setelah metode TSTS di sesuaikan dengan standar proses maka metode TSTS mudah digunakan oleh guru, hal ini terbukti bahwa hasil belajar siswa di kelas eksperimen lebih baik daripada kelas kontrol dan secara statistik signifikan.

2. Secara signifikan hasil belajar tidak dipengaruhi oleh gender siswa, hasil ini mendukung pendapat Slameto (2003) tentang faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar, salah satunya adalah faktor sekolah, faktor sekolah yang mempengaruhi belajar ini mencakup metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, pelajaran dan waktu sekolah, standar pelajaran, keadaan gedung, metode belajar, dan tugas rumah.

b. Implikasi praktis

Implikasi praktis ini berhungan dengan kontribusi penelitian bagi ilmu pengetahuan. Implikasi praktis adalah sebagai berikut:

(22)

87 1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil belajar siswa kelas

eksperimen dengan pembelajaran TSTS lebih baik dan signifikan dari pada kelas kontrol yang menggunakan pembelajaran konvensional, artinya pembelajaran TSTS mempengaruhi hasil belajar siswa. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Emi (2009) disimpulkan bahwa terdapat pengaruh terhadap hasil belajar siswa dengan menggunakan metode Two Stay Two Stray (TSTS). 2. Hasil penelitian menunjukkan bahwa gender tidak mempengaruhi

hasil belajar siswa. Hal ini tidak sejalan dengan penelitian Nuryani (2011) Implementasi Pembelajaran Matematika Dengan Model Pembelajaran CIRC dan SAVI Ditinjau dari Gender Siswa Pada Pokok Bahasan Lingkaran, bahwa ada perbedaan prestasi belajar ditinjau dari model pembelajaran dan gender siswa.

3. Hasil penelitian menunjukkan tidak efektif penggunaan Two Stay Two Stray (TSTS) terhadap hasil belajar berdasarkan gender siswa kelas V SD pada pokok bahasan sifat-sifat cahaya. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Nuryani (2011) Implementasi Pembelajaran Matematika Dengan Model Pembelajaran CIRC dan SAVI Ditinjau dari gender siswa pada pokok bahasan lingkaran interaksi antara model pembelajaran dengan gender siswa, bahwa tidak memberikan dampak yang berarti pada prestasi belajar khususnya dalam pokok bahasan lingkaran.

Gambar

Tabel Silang Data Postes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol  Hasil Belajar Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Tabel 4.9   Hasil Uji Hipotesis 1
Tabel 4.10    ditolak.
Tabel 4.11   Hasil Uji Hipotesis 3

Referensi

Dokumen terkait

Tidak dibenarkan mengulang dalam apa-apa jua bentuk dan dengan apa juga cara baik secara elektronik, fotostat, mekanik, rakaman atau lain-lain, mana-mana bahagian kandungan

Hasil penetapan KKM indikator berlanjut pada KD, SK hingga KKM mata pelajaran, hasil penetapan KKM oleh guru atau kelompok guru mata pelajaran disahkan oleh kepala

Dari hasil uji coba/implementasi pada dua sekolah tersebut, dapat disimpulkan bahwa peningkatan hasil belajar pada model project citizen lebih tinggi dibandingkan

Memiliki ukuran yang jauh lebih besar daripada ukuran yang dapat di filtrasi di ginjal, misel polimer dapat menghindari filtrasi di ginjal bahkan jika

Model pengelolaan pariwisata yang dilakukan oleh Pemerintah daerah melalui implementasi model pengelolaannkonvensional, massala dengan banyak mengandung dan

Sequence diagram menjelaskan secara detil urutan proses yang dilakukan dalam sistem untuk mencapai tujuan dari use case: interaksi yang terjadi antar class, operasi apa

Setelah dilakukan analisis data penelitian variabel UTAUT yang mempengaruhi minat mahasiswa melakukan akses ke dalam sistem informasi Akper Alkautsar dan variabel

Pihak pertama bejanji akan mewujudkan target kinerja yang seharusnya sesuai lampiran perjanjian ini, dalam rangka mencapai target jangka menengah seperti yang