12 1. Pengertian Pembiayaan
Pembiayaan merupakan aktivitas bank syariah dalam menyalurkan dananya kepada pihak lain selain bank berdasarkan prinsip syariah. Penyaluran dana dalam bentuk pembiayaan didasarkan pada kepercayaan yang diberikan oleh pemilik dana kepada pengguna dana. Pemilik dana percaya kepada penerima dana, bahwa dana dalam bentuk pembiayaan yang diberikan pasti akan terbayar. Penerima pembiayaan mendapat kepercayaan dari pemberi pembiayaan, sehingga penerima pembiayaan berkewajiban untuk mengembalikan pembiayaan yang telah diterimanya sesuai dengan jangka waktu yang telah diperjanjikan dalam akad pembiayaan.
Menurut Undang-Undang Perbankan No. 10 Tahun 1998, pembiayaan adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuam atau kesepakatan antara bank dan pihak lain yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil. Di dalam perbankan syariah, pembiayaan yang diberikan kepada pihak pengguna dana berdasarkan pada prinsip syariah. Aturan yang digunakan yaitu sesuai dengan hukum Islam.1
2. Prinsip-prinsip Pembiayaan
Agar sesuai dengan aturan dan norma Islam, lima unsur keagamaan yang ditekankan dalam banyak literatur harus diterapkan dalam perilaku investasi, yaitu: 2
a. Tidak ada transaksi keuangan berbasis bunga (riba) b. Pengenalan pajak religius atau pemberian sedekah, zakat
c. Pelarangan produksi barang dan jasa yang bertentangan dengan hukum Islam (haram)
d. Penghindaran aktivitas ekonomi yang melibatkan masyir (judi) dan gharar (transaksi yang tidak jelas).
3. Tujuan dan Fungsi Pembiayaan a. Tujuan Pembiayaan
Pembiayaan merupakan sumber pendapatan bagi bank syariah. Tujuan pembiayaan yang dilaksanakan perbankan syariah terkait dengan stakeholder, yakni :
1) Pemilik
Dari sumber pendapatan di atas, para pemilik mengharapkan akan memperoleh penghasilan atas dana yang ditanamkan pada bank tersebut.
2) Pegawai
Para pegawai mengharapkan dapat memperoleh kesejahteraan dari bank yang dikelolanya.
2Mervyn K. Lewis & Latifa M. Algaoud, Perbankna Syariah Prinsip Praktek Prospek,
3) Masyarakat a) Pemilik dana
Sebagaimana pemilik, mereka mengharapkan dari dana yang diinvestasikan akan diperoleh bagi hasil.
b) Debitur yang bersangkutan
Para debitur, dengan penyediaan dana baginya, mereka terbantu guna menjalankan usahanya (sektor produktif) atau terbantu untuk pengadaan barang yang diinginkannya (pembiayaan konsumtif)
c) Masyarakat umumnya
Mereka dapat memperoleh barang-barang yang dibutuhkannya.3
4) Pemerintah4
a) Pembiayaan dapat digunakan sebagai alat untuk mendorong pertumbuhan sektor rill, karena uang yang tersedia di bank menjadi tersalurkan kepada pihak yang melaksanakan usaha. b) Pembiayaan bank dapat digunakan sebagai alat pengendali
moneter. Pembiayaan diberikan pada saat dana bank berlebihan atau dengan kata lain pada saat peredaran uang di masyarakat terbatas.
3Muhamad, Manajemen Dana Bank Syariah, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2015), h.
303
c) Pembiayaan yang disalurkan oleh bank syariah dapat menciptakan lapangan kerja baru dan meningkatkan pendapatan masyarakat.
d) Secara tidak langsung pembiayaan bank syariah dapat meningkatkan pendapatan negara, yaitu pendapatan pajak antara lain pajak pendapatan dari bank syariah, dan pajak pendapatan dari nasabah.
b. Fungsi Pembiayaan
Pembiayaan yang diberikan oleh bank syariah berfungsi membantu masyarakat dalam memenuhi kebutuhan dalam meningkatkan usahanya. Masyarakat merupakan individu, pengusaha, lembaga, badan usaha, dan lain-lain yang membutuhkan dana.
Secara umum pembiayaan memiliki fungsi antara lain: 5
1) Pembiayaan dapat meningkatkan arus tukar-menukar barang dan jasa.
Pembiayaan dapat meningkatkan arus tukar barang, hal ini seandainya belum tersedia uang sebagai alat pembayaran, maka pembiayaan akan membantu melancarkan lalu lintas pertukaran barang dan jasa.
2) Pembiayaan merupakan alat yang dipakai untuk memanfaatkan idle fund.
Bank dapat mempertemukan pihak yang kelebihan dana dengan pihak yang memerlukan dana. Bank dapat memanfaatkan dana yang idle untuk disalurkan kepada pihak yang membutuhkan.
3) Pembiayaan sebagai alat pengendali harga.
Ekspansi pembiayaan akan mendorong meningkatnya jumlah uang yang beredar, dan peningkatan peredaran uang akan mendorong kenaikan harga.
4) Pembiayaan dapat mengaktifkan dan meningkatkan manfaat ekonomi yang ada.
Pembiayaan mudharabah dan musyarakah yang diberikan oleh bank syariah memiliki dampak pada kenaikan makro-ekonomi. Mitra (pengusaha), setelah mendapatkan pembiayaan dari bank syariah, akan memproduksi barang, meningkatkan volume perdagangan, dan melaksanakan kegiatan ekonomi lainnya.
4. Jenis-jenis Pembiayaan
Jeni-jenis pembiayaan dilihat dari tujuan penggunaan dibagi menjadi tiga jenis, yaitu:
a. Pembiayan Investasi
Yang dimaksud dengan investasi adalah penanaman dana dengan maksud untuk memperoleh imbalan/manfaat/keuntungan di kemudian hari. Sedangkan yang dimaksud dengan pembiayaan investasi adalah pembiayaan jangka menengah atau jangka panjang untuk pembelian barang-barang modal yang diperlukan untuk: 6 1) Pendirian proyek baru.
2) Rehabilitasi. 3) Modernisasi. 4) Ekspansi.
5) Relokasi proyek yang sudah ada.
Pembiayaan investasi diberikan oleh bank syariah kepada nasabah untuk pengadaan barang-barang modal (aset tetap) yang mempunyai nilai ekonomis lebih dari satu tahun, dan umumnya diberikan dalam nominal yang besar, serta jangka panjang dan menengah. 7
b. Pembiayaan Modal Kerja
Pembiayaan modal kerja yaitu pembiayaan untuk memenuhi kebutuhan peningkatan produksi, baik secara kuantitatif, yaitu jumlah hasil produksi maupun secara kualitatif yaitu peningkatan kualitas atau mutu hasil produksi, dan untuk keperluan perdagangan
6Adiwarman A.Karim, Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan, (Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 2013), h. 236
atau peningkatan utility of place dari suatu barang. 8 Pembiayaan ini digunakan untuk memenuhi kebutuhan modal kerja yang biasanya habis dalam satu siklus usaha dan diberikan dalam jangka pendek yaitu selama-lamanya satu tahun.
Kebutuhan yang dapat dibiayai dengan menggunakan pembiayaan modal kerja antara lain kebutuhan bahan baku, biaya upah, pembelian barang-barang dagangan, dan kebutuhan dana lain yang sifatnya hanya digunakan selama satu tahun, serta kebutuhan dana yang diperlukan untuk menutup piutang perusahaan. Modal kerja sangat diperlukan untuk menjalankan kelancaran aktivitas usaha. Perusahaan sering dihadapkan pada masalah kekurangan modal kerja bila akan meningkatkan volume usahanya. Bank Syariah dapat membantu mengatasi kesulitan kekurangan modal kerja dengan memberikan fasilitas pembiayaan modal kerja.
c. Pembiayaan Konsumsi
Pembiayaan yang diberikan kepada nasabah untuk membeli barang-barang keperluan pribadi dan tidak untuk keperluan usaha. 9
B. Pelaksanaan Pembiayaan
1. Prosedur Pemberian Pembiayaan
Adapun prosedur dalam pemberian pembiayaan meliputi : a. Surat Permohonan Pembiayaan
8Muhammad Syafi’I Antoniio, Bank Syariah dari Teori ke Praktek , (Jakarta: Gema
Insani, 2001), h. 160
Dalam surat permohonan berisikan jenis pembiayaan yang diminta nasabah, untuk berapa lama, berapa limit/plafond yang diminta, serta sumber pelunasan pembiayaan berasal dari mana. Disamping itu, surat di atas dilampiri dengan dokumen pendukung, antara lain : identitas, legalitas (akta pendirian/perubahan, surat keputusan mentri, perizinan-perizinan), bukti kepemilikan agunan (jika diperlukan)
b. Proses Analisis Pembiayaan
Merupakan suatu proses analisis yang dilakukan oleh bank syariah untuk menilai suatu permohonan pembiayaan yang telah diajukan oleh calon nasabah. Dengan melakukan analisis permohonan pembiayaan, bank syariah akan memperoleh keyakinan bahwa proyek yang akan dibiayai layak (feasible).
Bank melakukan analisis pembiayaan dengan tujuan untuk mencegah secara dini kemungkinan terjadinya default oleh nasabah. Analisis pembiayaan merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi bank syariah dalam mengambil keputusan untuk menyetujui/menolak permohonan pembiayaan. Analisis yang baik akan menghasilkan keputusan yang tepat. Analisis pembiayaan merupakan salah satu faktor yang dapat digunakan sebagai acuan
bagi bank syariah untuk meyakini kelayakan atas permohonan pembiayaan nasabah. 10
1) Pendekatan Analisis Pembiayaan
a) Pendekatan jaminan, bank dalam memberikan pembiayaan harus memperhatikan kuantitas dan kualitas jaminan.
b) Pendekatan karakter, bank perlu memperhatikan dengan baik mengenai karakter nasabah.
c) Pendekatan kemampuan pelunasan, bank harus memperhatikan kemampuan nasabah dalam melunasi seluruh pembiayaan yang telah diambil.
d) Pendekatan dengan studi kelayakan, bank perlu memperhatikan usaha yang dijalankan nasabah layak atau tidak.
e) Pendekatan fungsi bank, bank harus memperhatikan fungsi-fungsi perbankannya dalam mengatur mekanisme dana yang dikumpulkan dengan dana yang disalurkan.
2) Prinsip Analisis Pembiayaan 5C
a) Character, menggambarkan watak dan kepribadian calon nasabah.
b) Capacity, mengetahui kemampuan keuangan calon nasabah dalam memenuhi kewajibannya sesuai jangka waktu pembiayaan.
c) Capital, modal yang perlu disertakan dalam objek pembiayaan.
d) Collateral, merupakan agunan yang diberikan oleh calon nasabah atas pembiayaan yang diajukan.
e) Condition of Economy, merupakan analisis terhadap kondisi perekonomian nasabah. 11
3) Prosedur Analisis Pembiayaan
Aspek-aspek penting yang harus dipahami dan diperhatikan oleh pihak bank dalam analisis pembiayaan antara lain :
a) Berkas dan pencatatan
b) Data pokok dan analisis pendahuluan
1) Realisasi pembelian, produksi dan penjualan. 2) Rencana pembelian, produksi dan penjualan. 3) Jaminan.
4) Laporan keuangan.
5) Data kualitatif dari calon debitur. c) Penelitian data
d) Penelitian atas realisasi usaha e) Penelitian atas rencana usaha
f) Penelitian dan penilaian barang jaminan g) Laporan keuangan dan penelitiannya
4) Aspek-aspek Penilaian Permohonan Pembiayaan
Dalam permohonan pembiayaan terdapat beberapa aspek yang perlu di analisis, yaitu :
a) Informasi Umum
1) Perusahaan: nama, alamat, bidang usaha
2) Status hukum: PT, CV, Firma, perorangan, koperasi 3) Pemegang saham: nama dan porsi saham yang dimiliki b) Aspek Hukum
Merupakan aspek untuk menilai keabsahan dan keaslian dokumen-dokumen atau surat-surat yang dimiliki oleh calon nasabah. 12
Aspek Legalitas yang diperhatikan antara lain: 13 1) SIUP-Surat Izin Usaha Perdagangan
2) TDP-Tanda Daftar Perusahaan 3) SITU-Surat Izin Tempat Usaha
4) HO-Hinder Ordonantie/Izin Gangguan dan lain-lain dari instansi terkait/berwenang.
c) Aspek Pemasaran
12Kasmir, Manajemen Perbankan , (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006), h. 94 13Ismail, op.cit., h. 326
Merupakan aspek untuk menilai apakah usaha yang dibiayai akan laku dipasar dan bagaimana strategi pemasaran yang dilakukan.
d) Aspek Teknis
Merupakan aspek untuk menilai tata letak ruangan, lokasi usaha, dan kapasitas produksi usaha yang tercermin dari sarana dan prasarana yang dimilikinya.
e) Aspek Manajemen
Merupakan aspek untuk menilai sumber daya manusia yang dimiliki oleh perusahaan.
f) Aspek Keuangan
Merupakan aspek untuk menilai kemampuan calon nasabah dalam membiayai dan mengelola usahanya.
g) Aspek Sosial Ekonomi
Merupakan aspek untuk menilai dampak ekonomi dan sosial yang ditimbulkan dengan adanya suatu usaha terutama terhadap masyarakat, apakah lebih banyak benefit atau cost dan sebaliknya. 14
h) Aspek Tenaga Kerja
Tenaga kerja yang dibutuhkan: skill/unskilled labour, dari mana berasal, dapatkah menyerap/mengurangi pengangguran.
i) Aspek Komersil
1) Apakah produknya mudah dijual?
2) Apakah bahan mentah tersedia banyak dan mudah didapat?
3) Kemudahan prosesing, dan lain-lain. j) Agunan/Jaminan
1) Status kepemilikan, milik sendiri/orang lain
2) Status hukum, bukti kepemilikan (SHM/SHGM/SHG/ SHP), dapat diikat/tidak, sudah diikat/belum.
3) Nilai taksasi k) Analisis Risiko
1) Apa risiko potensial yang mungkin timbul? 2) Bagaimana solusi untuk menyelesaikannya? l) Pertimbangan
Berupa pertimbangan dari berbagai sudut pandang m) Kesimpulan
Berdasarkan keseluruhan evaluasi/penilaian, dapat ditarik suatu kesimpulan apakah proyek layak/tidak untuk dibiayai.
Unit kerja pemproses dan dapat memberikan saran, diterima dengan persyaratan apa atau ditolak dengan alasan apa.
o) Keputusan
Keputusan diambil oleh komite pembiayaan 15 c. Keputusan atas Permohonan Pembiayaan
1) Peneriamaan keputusan
Baik dari Kanpus/Kanwil atau Kantor Cabang yang bersangkutan.
2) Penerusan kepada nasabah pemohon a) Macam keputusan
Ditolak atau disetujui
b) Penyampaian kepada nasabah
Atas permohonan yang ditolak, keputusan ini diberitahukan kepada pemohonnya. Sedangkan bagi nasabah yang permohonannya disetujui, maka tahap selanjutnya dibuatkan surat persetujuan yang memuat berbagai persyaratan dan klausul.
3) Penandatanganan akad
Apabila surat persetujuan tersebut nasabah pemohonan menyanggupinya, maka pemohon melakukan penandatanganan akad di hadapan pejabat/petugas bank. 16
2. Pengamanan Pembiayaan
Langkah pengamanan yang dilakukan bank syariah untuk mengendalikan terjadinya pembiayaan bermasalah dapat dilakukan sebagai berikut :
a. Sebelum realisasi pembiayaan
Dalam tahap ini berdasarkan persetujuan nasabah, bank melakukan penutupan asuransi atau pengikatan agunan (jika diperlukan). Setelah ini selesai, baru pembiayaan dapat dicairkan. b. Setelah realisasi pembiayaan
Bagi bank, pencairan pembiayaan barulah akhir episode permohonan yang selanjutnya merupakan awal pemeliharaan dan pemantauan pembiayaan. Bank melakukan pembinaan dan kontrol atas aktivitas bisnis nasabah. 17
C. Akad Musyarakah
1. Pengertian
16Ibid., h. 330 17Ibid., h. 331
Musyarakah atau dikenal dengan sebutan syirkah secara bahasa berarti percampuran (ikhtilath), yaitu percampuran antara sesuatu dengan yang lainnya, sehingga sulit untuk dibedakan.18 Musyarakah diterjemahkan dalam bahasa inggris dengan partnership (kemitraan). 19
Menurut Dewan Syariah Nasional, musyarakah yaitu pembiayaan berdasarkan akad kerja sama antara dua pihak atau lebih suatu usaha tertentu, di mana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana dengan ketentuan dan risiko akan ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan. 20
2. Dasar hukum
Dasar hukum musyarakah dalam Alquran antara lain sebagai berikut : :6(ﺀﺂﺴﻨﻟﺍ) ِﺚُﻠُّﺜﻟﺍﻲِﻓُﺀﺎَﻛَﺮُﺷْﻢُﻬَﻓ
“Maka mereka berserikat dalam yang sepertiga.” (Q.S. An-Nisa : 12)
ﺍﻮُﻨَﻣﺁَﻦﻳِﺬَّﻟﺍَّﻻِﺇٍﺾْﻌَﺑ ٰﻰَﻠَﻋْﻢُﻬُﻀْﻌَﺑﻲِﻐْﺒَﻴَﻟِﺀﺎَﻄَﻠُﺨْﻟﺍَﻦِﻣﺍًﺮﻴِﺜَﻛَّﻥِﺇَﻭ ﺍﻮُﻠِﻤَﻋَﻭ
(24: ﺹ) ﻢُﻫﺎَﻣٌﻞﻴِﻠَﻗَﻭِﺕﺎَﺤِﻟﺎَّﺼﻟﺍ
“Dan sesungguhnya kebanyakan orang-orang yang bersyarikat itu sebagian mereka berbuat zalim kepada sebagian lain kecuali orang-orang yang beriman dan beramal saleh, dan amat sedikitlah mereka itu.” (Q.S. Shaad : 24)
Di dalam Sunnah sebagaimana yang diriwayatkan oleh Abu Daud dari Abi Hurairah, Rasulullah Saw bersabda :
18Fathurrahman Djamil, Penerapan Hukum Perjanjian dalam Transaksi di Lembaga Keuangan Syariah, (Jakarta: Sinar Grafika, 2013), h. 165
19Sutan Remy Sjahdeini, Perbankan Syariah Produk-produk dan Aspek-aspek Hukumnya, (Jakarta: Prenada Media Group, 2014), h. 329
ْﻢَﻟﺎَﻣِﻦْﻴَﻜﻳِﺮَّﺸﻟﺍُﺚِﻟﺎَﺛﺎَﻧَﺃُﻝﻮُﻘَﻳَﻪﻠﻟﺍَّﻥِﺇَﻝﺎَﻗُﻪَﻌَﻓَﺭَﺓَﺮْﻳَﺮُﻫﻲِﺑَﺃْﻦَﻋ ﺎَﻤِﻬِﻨْﻴَﺑْﻦِﻣُﺖْﺟَﺮَﺧُﻪَﻧﺎَﺧﺍَﺫِﺈَﻓُﻪَﺒِﺣﺎَﺻﺎَﻤُﻫُﺪَﺣَﺃْﻦُﺨَﻳ
Dari Abu Hurairah, bersabda Nabi Saw: “Sesungguhnya Allah berfirman, Aku adalah orang yang ketiga dari dua orang yang bersyirkah, selama tidak mengkhianati salah satu dari keduanya pada saudaranya. Maka ketika ia mengkhianati pada saudaranya, maka Aku keluar dari syirkah mereka berdua.” 21
Pembiayaan berdasarkan akad musyarakah sebagai salah satu produk penyaluran dana juga mendapatkan dasar hukum dalam PBI No. 9/19/PBI/2007 tentang Pelaksanaan Prinsip Syariah dalam Kegiatan Penghimpunan Dana dan Penyaluran Dana Serta Pelayanan Jasa Bank Syariah, sebagaimana yang telah diubah dengan PBI No. 10/16/PBI/2008. Musyarakah juga telah diatur dalam ketentuan Fatwa DSN No. 08/DSN-MUI/IV/2000 tertanggal 13 April 2000. 22
3. Jenis-jenis Musyarakah
Para ulama fiqh membagi syirkah ke dalam dua bentuk, yaitu syirkah al-amlak (perserikatan dalam pemilikan) dan syirkah al-‘uqud (perserikatan berdasarkan perjanjian). Syirkah al-amlak, yaitu kepemilikan harta secara bersama (dua orang atau lebih) tanpa diperjanjikan terlebih dahulu menjadi hak bersama atau terjadi secara otomatis.
Syirkah kedua adalah syirkah al-‘uqud, yaitu perkongsian/persekutuan yang terbentuk karena adanya ikatan perjanjian di antara para pihak, yang masing-masing sepakat untuk memberikan
21Syukri Iska, Sistem Perbankan Syariah di Indonesia dalam Perspektif Fikih Ekonomi,
(Yogyakarta: Fajar Media Press, 2012), h. 197
22Khotibul Umam, Perbankan Syariah Dasar-dasar dan Dinamika Perkembangannya di Indonesia, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2016), h. 137
kontribusi sesuai dengan porsinya dan sepakat pula untuk berbagi keuntungan dan kerugian. 23
4. Rukun dan Syarat Musyarakah Rukun musyarakah antara lain : a. Ijab dan Kabul
b. Pihak yang Berserikat c. Objek Akad 24
Syarat musyarakah adalah para pihak yang bekerja sama harus kompeten dalam memberikan atau diberikan kekuasaan perwakilan, modal yang diberikan harus uang tunai atau aset yang bernilai sama atau dianggap tunai dan disepakati para mitra, dan partisipasi para mitra dalam pekerjaan adalah suatu hal mendasar, sekalipun salah satu pihak boleh menangani pekerjaan lebih banyak dari yang lain dan berhak menuntut pembagian keuntungan lebih bagi dirinya. 25
5. Aplikasi Musyarakah dalam Perbankan
Musyarakah atau syirkah ini dapat digunakan oleh LKS antara lain dalam pembiayaan proyek dan modal ventura. Dalam pembiayaan proyek Al-musyarakah biasanya diaplikasikan untuk pembiayaan proyek dimana nasabah dan bank sama-sama menyediakan dana untuk membiayai proyek tersebut. Setelah proyek itu selesai, nasabah mengembalikan dana tersebut bersama bagi hasil yang telah disepakati untuk bank.
23Fathurrahman Djamil, op.cit., h. 166 24Ismail, op.cit., h. 180
Sedangkan modal ventura merupakan penanaman modal yang dilakukan untuk jangka waktu tertentu dan setelah itu bank melakukan divestasi atau menjual bagian sahamnya, baik secara singkat maupun bertahap. 26
Menurut Ahmed Ali Abdallah, musyarakah dapat diaplikasikan pada perbankan syariah dalam berbagai bentuk :
a. Musyarakah permanen, di mana pihak bank merupakan rekanan usaha tetap dalam suatu proyek usaha.27
b. Musyarakah untuk modal kerja, dalam rangka memfasilitasi perdagangan atau mencukupi kebutuhan modal kerja bagi para nasabahnya, bank dapat menyediakan fasilitas modal kerja untuk pembelian/impor dan penjualan/ekspor barang dan mesin, akusisi dan pemilikan atas stok barang-barang dan persediaan, suku cadang dan penggantian, bahan baku dan barang setengah jadi. 28
c. Decreasing musyarakah atau diminishing musyarakah, suatu perjanjian syirkah antara bank dan nasabah bahwa modal bank akan menurun dari waktu ke waktu dan kepemilikan proyek akan beralih kepada nasabah.
26Muhammad Syafi’I Antoniio, op.cit., h. 93 27Fathurrahman Djamil, loc.cit.
d. Musyarakah digunakan untuk instrumen operasi pasar Bank Sentral. Bank Sentral dalam hal ini untuk menambah atau mengurangi jumlah uang yang beredar dapat membeli atau menjual kepemilikan perusahaan-perusahaan besar, minimal yang mempunyai pengaruh ekonomi yang besar. 29
6. Gambar 2. 1 Skema Pembiayaan Musyarakah 30
29Fathurrahman Djamil, loc.cit. 30Ibid., h. 172
3. Pelaksanaan akad musyarakah
4.Penyerahan
modal Pemilik Proyek
Nasabah Bank
Syariah
Proyek pengadaan ATK 2.Pengajuan dan pemenuhan
persyaratan (proyek ATK)
5.Modal dan mengelola 8. Bagi hasil sesuai nisbah nasabah 6. Pengembalian modal & distribusi
keuangan 7.Bagi hasil
sesuai nisbah
bank
Keterangan skema :
1. Calon nasabah mempunyai kontrak kerja (misalnya pengadaan alat tulis kantor dari suatu institusi).
2. Calon nasabah datang ke Bank Syariah dengan maksud untuk mengajukan Pembiayaan Modal Kerja (PMK) untuk proyek pengadaan barang dilengkapi dengan persyaratan yang ditentukan. Bank melakukan analisa kelayakan pembiayaan. Jika dinilai layak untuk dibiayai maka Bank memberikan persetujuan prinsip pembiayaan kepada calon nasabah (surat penawaran).
3. Setelah negosiasi dan kesepakatan, kedua belah pihak melakukan perjanjian pembiayaan dengan prinsip musyarakah.
4. Bank membiayai sebagian kebutuhan proyek pengadaan ATK. Sebagian lagi dibiayai nasabah sendiri.
5. Nasabah sebagai kontraktor (pengelola proyek) dan pemilik dana (mitra).
Distribusi keuntungan 9. Pengembalian
modal
6. Pengembalian modal dan distribusi keuntungan dapat dilakukan secara angsuran atau tempo.
7. Distribusi tingkat keuntungan untuk Bank sebesar nisbah yang telah ditentukan pada akad.
8. Distribusi tingkat keuntungan untuk nasabah sebesar nisbah yang telah ditentukan pada akad.
9. Pengembalian modal bank dibayar pada saat jatuh tempo pembiayaan. Pengembalian produk dapat dilakukan secara bertahap sesuai cashflow nasabah. 31