• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH KECENDERUNGAN PERUBAHAN CURAH HUJAN TERHADAP LONGSOR Studi Kasus di Kabupaten Kebumen, Provinsi Jawa Tengah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH KECENDERUNGAN PERUBAHAN CURAH HUJAN TERHADAP LONGSOR Studi Kasus di Kabupaten Kebumen, Provinsi Jawa Tengah"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH KECENDERUNGAN PERUBAHAN CURAH HUJAN

TERHADAP LONGSOR

Studi Kasus di Kabupaten Kebumen, Provinsi Jawa Tengah

(Trend of Rainfall Impact to Landslide

Case Study: Kebumen Regency, Central Java Province)

Deyana Lutfita Kanos dan Sobirin

Departemen Geografi, FMIPA UI, Kampus UI Depok 16424 Jalan Usman 3 No. 72 Meruyung, Limo, Depok 16515

E-mail: kanosdeyanakanos@gmail.com

ABSTRAK

Tanah longsor merupakan bencana geologi terbesar ke tiga dan seringkali terjadi di beberapa wilayah di Indonesia seperti Kabupaten Kebumen yang sering mengalami tanah longsor yakni memiliki 580 kejadian longsor tersebar di 247 titik selama 7 tahun terakhir dikarenakan letak geografis daerah tropis yang memiliki curah hujan tinggi hingga 4000 mm/tahun yakni pada 1984. Sehubungan dengan perubahan iklim, terdapat prediksi kecenderungan perubahan curah hujan pemicu longsor terbagi dalam tiga kategori; 51–100 mm/hari, 71–140 mm/3 hari, dan 81–160 mm/5 hari diperhitungkan menggunakan metode Mann-Kendall yang ditempatkan berdasarkan wilayah Poligon Thiessen. Identifikasi potensi tanah longsor menggunakan metode Stability Index Mapping (SINMAP) dengan variabel kemiringan lereng, jenis tanah, dan curah hujan. Analisis spasial bertujuan untuk memaparkan kaitan antara kecenderungan perubahan curah hujan terhadap kejadian longsor. Kaitan antara kecenderungan perubahan curah hujan yang di overlay dengan kejadian longsor dan potensi longsor merupakan tujuan dari penelitian ini sehingga dapat terlihat bagaimana kecenderungan curah hujan di masa mendatang pada lokasi potensi dan rawan tanah longsor. Hasil analisis kecenderungan perubahan curah hujan menunjukkan bahwa terdapat peningkatan curah hujan yang signifikan di beberapa wilayah seperti Karanganyar dan menurun seperti di Rantewringin. Kejadian longsor dan potensi longsor tinggi di dominasi pada bagian utara dan barat daya Kabupaten Kebumen, potensi sedang di sekitar potensi tinggi, dan potensi rendah paling mendominasi.

Kata kunci: subjek Kecenderungan, Curah Hujan, Mann-Kendall, Thiessen, Longsor, SINMAP, Sistem Informasi Geografi, Overlay, Analisis Spasial, Kebumen

ABSTRACT

Landslide was the third greatest geological disaster often in some regions in Indonesia like in Kebumen Regency that often have landslide case and have 580 landslide case in 247 location at last 7 years caused by tropical location which have high rainfall up to 4000 mm/year like at 1984. In the connection with the climate changes, there is prediction about trend of the rainfall landslide triggers divided in three class; 51–

100 mm/day, 71–140 mm/3 days, and 81–160 mm/5 days that predicted by Mann-Kendall methods located by Poligon Thiessen area. Identification of landslide potential using Stability Index Mapping (SINMAP) methods that contains variable slope, soil, and rainfall. Spatial analysis used to describe lingkages between trend of rainfall that overlayid with landslide case and potential of landslide. Linkages between trend of raindall overlayid with landslide case and potential of landslide was the aims of this research to see how the trend of rainfall in future at landslide potential area and prone of landslide. The result of the analysis trend of rainfall show there was significant increase in some regions like Karanganyar Districts and decrease of trend of rainfall like in Rantewringin Districts. Landslide case and high landslide potential dominant at north and southwest area, medium around high potential, low is the most dominant.

Keywords: Trend, Rainfall, Mann-Kendall, Thiessen, Landslide, SINMAP, Geographic Information Systems, Overlay, Spatial Analysis, Kebumen

PENDAHULUAN

Indonesia merupakan negara yang memiliki iklim tropis dimana hal ini dikarenakan dari letak geografis indonesia yang terletak di antara 60 Lintang Utara hingga 110 Lintang Selatan dan 950

(2)

memiliki curah hujan yang cukup tinggi yakni rata-rata curah hujan berkisar antara 2000 hingga 3000 mm/tahun. Curah hujan merupakan salah satu faktor pemicu terjadinya tanah longsor. Hal ini dikarenakan saat terjadi hujan, terjadi pula presipitasi oleh tanah yang seiring berjalannya waktu akan terjadi tingkat kejenuhan sehingga kondisi tanah pada wilayah tertentu menjadi labil. Saat terjadi ketidakstabilan tanah, maka akan terjadi longsor. Kabupaten Kebumen memiliki curah hujan yang sangat tinggi yakni mencapai 4000 mm/tahun pada 1984 (Azzahra, 2016).Terdapat penelitian terhadulu mengenai curah hujan pemicu longsor dimana terdapat beberapa kategori curah hujan pemicu longsor di Kabupaten Kebumen yakni 50 mm/hari, 71 – 140 mm/3 hari, dan 81 – 160 mm/5 hari di (Prameswari, 2017).

Tanah longsor merupakan bencana geologi terbesar ke tiga yang seringkali terjadi di Indonesia salah satunya adalah di Kabupaten Kebumen. Tercatat dari BPBD Kabupaten Kebumen, terdapat 580 kejadian longsor yang tersebar di sekitar 247 titik di Kabupaten Kebumen sejak Januari 2010 hingga Juni 2016 (Prameswari 2017). Selain kejadian longsor yang cukup banyak, Kabupaten Kebumen juga memiliki potensi akan tanah longsor yang cukup tinggi (Karnawati dalam Qamilah, 2016). Hal demikian juga dikarenakan curah hujan yang besar dan kemiringan lereng yang di beberapa wilayahnya cukup curam dan di dominasi oleh tanah latosol serta pasir sehingga indeks kestabilan cenderung rendah.

METODE

Lokasi penelitian adalah di seluruh Kabupaten Kebumen dengan unit analisis wilayah Poligon Thiessen dan 32 stasiun curah hujan aktif yang tersebar di seluruh Kabupaten Kebumen. Terdapat beberapa metode dalam penelitian ini diantaranya metode pengumpulan data, pengolahan data, dan metode analisis sebagai berikut.

Metode Pengumpulan Data

Data yang diperlukan dalam penelitian ini antara lain adalah lokasi kejadian longsor sejak 2010 hingga 2017 yang didapatkan dari BPBD Kabupaten Kebumen, curah hujan harian sejak 1981 hingga 2017 yang didapatkan dari Dinas SDA dan ESDM Kabupaten Kebumen, potensi tanah longsor yang didapatkan dari penelitian terdahulu yakni berupa tesis dengan judul Kerentanan Wilayah Terhadap Longsor di Kabupaten Kebumen sehubungan dengan Perubahan Iklim oleh Qamilah (2016).

Metode Pengolahan Data

Pengolahan data terkait penelitian mengenai pengaruh perubahan kecenderungan curah hujan terhadap longsor menggunakan dua metode yaitu metode Mann Kendall Test untuk melihat nilai kecenderungan perubahan curah hujan dan overlay antar peta yang dipaparkan sebagai berikut.

Mann Kendall Test

Perhitungan kecenderungan perubahan curah hujan menggunakan Mann Kendall Test yang merupakan perbandingan rangking relatif dari nilai terhadap waktunya (Miller dan Piechota, 2008). Uji Mann Kendall dengan menghitung nilai kesenjangan antar data time series dengan langkah sebagai berikut.

S = P – M ...(1) dimana: S = ukuran kesenjangan antar data time series P = banyaknya nilai plus antar perbandingan data time series M = banyaknya nilai minus antar perbandingan data time series

(3)

Overlay

Overlay dipergunakan untuk menampal antara kecenderungan perubahan curah hujan pemicu longsor yang dipetakan berdasarkan wilayah poligon thiessen dengan kejadian longsor di Kabupaten Kebumen selama kurun waktu 2010 hingga 2017 dan pertampalan antara kecenderungan perbuhana curah hujan pemicu longsor dengan potensi longsor dengan metode

Stability Index Mapping (SINMAP).

Metode Analisis

Analisis data dipergunakan metode komparasi spasial. Metode ini adalah membandingkan antar wilayah berdasarkan unit analisis poligon thiessen dari lokasi stasiun penakar curah hujan di Kabupaten Kebumen dimana masing masing unit analisis memiliki nilai kecenderungan, jumlah lokasi longsor, dan potensi longsor yang berbeda-beda.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kecenderungan Perubahan Curah Hujan dan Kejadian Longsor

Terkait dengan perubahan iklim, terdapat pergeseran tren pola curah hujan dimana hujan yang akan turun diprediksi akan menempati waktu yang relatif singkat namun curah hujan akan lebih lebat pada suatu waktu atau dengan kata lain memiliki titik maksimal curah hujan yang lebih tinggi (UNDP, 2007 dalam Azzahra, 2016: 2). Kabupaten Kebumen memiliki kondisi nilai curah hujan yang fluktuatif selama kurun waktu 35 tahun yakni sejak 1981 hingga 2015. Kondisi ini ditujukkan dari kejadian curah hujan > 3000 mm/ tahun sebanyak 10 tahun selama kurun waktu tersebut.Berikut merupakan lokasi persebaran stasiun curah hujan di Kabupaten Kebumen, Provinsi Jawa Tengah. Berikut prediksi perubahan pola curah hujan yang akan datang (Lihat Gambar 1).

Gambar 1. Tren pola hujan di Pulau Jawa pada waktu yang akan datang (Sumber: UNDP, 2007 dalam Azzahra, 2016: 2)

(4)

Terdapat 32 stasiun penakar curah hujan aktif yang tersebar di seluruh Kabupaten Kebumen (Lihat Gambar 2) yang dijadikan acuan sebagai unit analisis dari wilayah poligon thiessen (Lihat Gambar 3). Masing masing wilayah poligon thiessen memiliki nilai kecenderungan yang berbeda beda akan kecenderungan perubahan curah hujan yang diperhitungkan dengan metode Mann Kendall Test.

Metode Mann Kendall Test dipergunakan pada curah hujan harian di Kabupaten Kebumen. Dipergunakan software Microsoft Excel 2007 dengan fungsi makro berupa Make Sens 1.0. data yang dipergunakan adalah data curah hujan harian yang telah disortir sesuai dengan curah hujan pemicu longsor dimana sesuai dengan kategori yang telah dilakukan di Kabupaten Kebumen yakni curah hujan sebesar 50 mm/hari, curah hujan sebesar 71 – 140 mm/3 hari, dan curah hujan sebesar 81 – 160/5 hari (Prameswari, 2017). Klasifikasi dari perubahan kecenderungan curah hujan terbagi menjadi 4 kelas yakni menurun signifikan, menurun, meningkat, Dan meningkat signifikan (Lihat Tabel 1).

Tabel 1. Klasifikasi kelas kecenderungan perubahan curah hujan pemicu longsor.

Kelas Nilai Menurun signifikan < - 1.645 Menurun - 1.645 – 0 Meningkat 0 – 1.645 Meningkat signifikan > 1.645 Sumber: Prayoga, 2017

Berikut jumlah kecenderungan dari masing masing kategori curah hujan pemicu longsor di Kabupaten Kebumen (Lihat Tabel 2). Kecenderungan yang telah diperhitungkan, dimasukkan kedalam wilayah poligon thiessen menggunakan software ArcGis 10.2 (Lihat Gambar 4, Gambar 5, dan Gambar 6).

Tabel 2. Jumlah wilayah poligon thiessen dari masing masing kelas.

Curah

hujan signifikan Menurun Menurun Meningkat Meningkat signifikan

50 mm/hari 3 lokasi 8 lokasi 17 lokasi 4 lokasi 71–140mm/3hari 9 lokasi 17 lokasi 5 lokasi - 81-160mm/5hari 9 lokasi 17 lokasi 5 lokasi -

Sumber: Pengolahan data 2017

(5)

Dapat dilihat bahwa kecenderungan perubahan curah hujan pemicu longsor pada hari H yakni 50 mm/hari mayoritas didominasi oleh kecenderungan meningkat yakni dengan nilai 0 – 1.645 (Lihat Gambar 4). Hasil overlay dengan kejadian longsor, dapat dikatakan bahwa peningkatan kecenderungan curah hujan sebesar 50 mm/hari memiliki asosiasi terhadap kejadian longsor dimana dapat dibuktikan bahwa lokasi kejadian longsor mayoritas pada kecenderungan meningkat.

Gambar 5. Kecenderungan perubahan curah hujan 71 – 140 mm/3 hari dengan kejadian longsor. Dapat dilihat bahwa kecenderungan perubahan curah hujan pemicu longsor pada 3 hari berturut-turut yakni 71-140mm/3 hari mayoritas didominasi oleh kecenderungan meningkat yakni dengan nilai 0 – 1.645 dan kecenderungan menurun yakni dengan nilai –1.645 – 0 (Lihat Gambar

5). Hasil overlay dengan kejadian longsor, dapat dikatakan bahwa peningkatan kecenderungan

curah hujan sebesar 71-140mm/3 hari tidak terlalu memiliki asosiasi terhadap kejadian longsor dimana dapat dibuktikan bahwa lokasi kejadian longsor mayoritas pada kecenderungan meningkat dan juga menurun.

Gambar 6. Kecenderungan perubahan curah hujan 81 – 160 mm/5 hari dengan kejadian longsor.

Dapat dilihat bahwa kecenderungan perubahan curah hujan pemicu longsor pada 5 hari berturut-turut yakni 81-160mm/5 hari mayoritas didominasi oleh kecenderungan meningkat yakni

(6)

curah hujan sebesar 81-160mm/5 hari tidak terlalu memiliki asosiasi terhadap kejadian longsor dimana dapat dibuktikan bahwa lokasi kejadian longsor mayoritas pada kecenderungan meningkat dan juga menurun.

Potensi Tanah Longsor dengan Kecenderungan Perubahan Curah Hujan

Kabupaten Kebumen memiliki potensi tanah longsor yang cukup besar (Karnawati, 2008). Terdapat penelitian terdahulu mengenai potensi tanah longsor menggunakan metode SINMAP yakni Kerentanan Wilayah Terhadap Longsor di Kabupaten Kebumen sehubungan dengan Perubahan Iklim oleh Qamilah (2016). Berikut potensi longsor di Kabupaten Kebumen (Lihat Gambar 7).

Gambar 7. Potensi tanah longsor menggunakan metode Stability Index Mapping (Sumber: Qamilah, 2016) Pada gambar 7 dapat dilihat Kabupaten Kebumen didominasi tidak berpotensi tanah longsor. Tanah longsor terdapat di bagian utara dan bagian barat daya. Hal ini dikarenakan jenis tanah yang mendominasi pada bagian utara adalah jenis tanah latosol dan aluvial kelabu kekuningan dan pada bagian tenggara adalah tanah dengan kompleks litosol, mediteran, dan rezina (BIG, 2010 dalam Prameswari, 2017).

Hasil dari overlay potensi tanah longsor menggunakan metode SINMAP dengan kecenderungan perubahan curah hujan pemicu longsor dengan tiga kelas yakni curah hujan 50mm/hari, curah hujan 71 – 140 mm/3 hari, dan curah hujan 81 – 160 mm/5 hari dapat di katakan bahwa pada potensi tanah longsor rendah, sedang, dan tinggi didominasi dengan kecenderungan perubahan curah hujan yang menurun dan meningkat namun tidak signifikan (Lihat Tabel 3).

Tabel 3. Jumlah wilayah poligon thiessen dari masing masing kelas.

Potensi CH 50mm/hari CH 71 – 140 mm/3 hari CH 81 – 160 mm/5 hari Tidak berpotensi Menurun signifikan,

menurun, meningkat, dan meningkat signifikan

Menurun, meningkat,

meningkat signifikan Menurun, meningkat, meningkat signifikan Rendah Menurun dan meningkat Menurun, meningkat,

dan meningkat signifikan Menurun dan meningkat Sedang Menurun dan meningkat Menurun, meningkat,

dan meningkat signifikan Menurun dan meningkat Tinggi Meningkat Menurun dan meningkat Menurun dan meningkat

(7)

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pemaparan diatas, dapat dikatakan bahwa terdapat klasifikasi kecenderungan perubahan curah hujan pemicu longsor di Kabupaten Kebumen yakni menurun signifikan (< -1.645), menurun (-1.645 – 0), meningkat (0 – 1.645), dan meningkat signifikan (> 1.645 dimana Kabupaten Kebumen dari tiga kategori curah hujan pemicu longsor didominasi oleh klasifikasi meningkat yakni dengan nilai 0 - 1.645 yang diperhitungkan dengan Mann Kendall Test. Asosiasi antara kecenderungan curah hujan pemicu longsor sebesar 50 mm/hari dengan kejadian longsor adalah asosiasi kuat dan pada kecenderungan curah hujan pemicu longsor sebesar 71 – 140 mm/3 hari dan 81 – 160 mm/5 hari adalah tidak terlalu berasosiasi dikarenakan curah hujan meningkat dan meningkat signifikan 50 mm/hari bertampal dengan kejadian longsor sedangkan lainnya tidak cenderung bertampal. Asosiasi antara kecenderungan curah hujan pemicu longsor terhadap potensi tanah longsor menggunakan metode SINMAP adalah asosiasi kuat sedangkan lainnya tidak terlalu berasosiasi hal ini dikarenakan curah hujan pemicu longsor dengan klasifikasi meningkat bertampal dengan potensi longsor tinggi, sedangkan lainnya tidak. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa curah hujan pemicu longsor yang paling berpengaruh adalah curah hujan sebesar 50 mm/hari dikarenakan kategori curah hujan pemicu longsor ini yang sesuai bertampal dengan kejadian longsor dan wilayah bahaya akan longsor adalah wilayah pada potensi longsor tinggi yakni pada bagian timur laut dan barat laut di Kabupaten Kebumen dikarenakan potensi tinggi yang sesuai bertampalan dengan curah hujan pemicu longsor yang meningkat dan meningkat signifikan.

UCAPAN

TERIMA KASIH

Ucapan Terima Kasih saya tujukan kepada Allah SWT yang atas izin-Nya saya dapat menyelesaikan karya ilmiah ini, kepada kedua orang tua yang senantiasa mendukung saya dalam melakukan penelitian ini dimana tanpa beliau saya belum tentu dapat melaksanakan penelitian dan menyelesaikan tugas ini. kepada bapak Darmono, bapak Burhan, dan Ibu Pupak dari Bappeda Kabupaten Kebumen yang senantiasa membantu penelitian dalam kaitannnya terhadap tempat tinggal dan transportasi di Kabupaten Kebumen. Terima Kasih kepada baak Wahyu dari BPBD Kabupaten Kebumen dan Bapak Rahmat dari Dinas SDA dan ESDM Kabupaten Kebumen yang telah memberi data terkait penelitian.

DAFTAR PUSTAKA

Azzahra. (2016). Perbandingan Pola Spasial Hujan Ekstrem berdasarkan Metode Fix Threshold dan Metode Site Specific Threshold di Kabupaten Kebumen. Skripsi Universitas Indonesia.

Miller, W. P., dan Piechota, T. 2008. Regional Analysis of Trend and Step Changes Observed in Hydroclimatic Variables around the Colorado River Basin. Journal of Hydrometeorology Volume 9: 1020-1034.

Prameswari, Intan. (2017). Karakteristik Hujan Pemicu Tanah Longsor di Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah Tahun 2010 –2016. Skripsi Universitas Indonesia. Depok. 111 hlm.

Prayoga, M. Bayu Rizky. (2013). Kecenderungan Perubahan Curah Hujan Periode 1980 – 2009 di Daerah Aliran Way Sekampung, Lampung. Skripsi Universitas Indonesia. Depok. 108 hlm.

Qamilah, Nurul. (2015). Kerentanan Wilayah terhadap Longsor di Kabupaten Kebumen sehubungan dengan Perubahan Iklim. Tesis Universitas Indonesia. Depok. 129 hlm.

(8)

Gambar

Gambar 1. Tren pola hujan di Pulau Jawa pada waktu yang akan datang (Sumber: UNDP, 2007 dalam    Azzahra, 2016: 2)
Tabel 2. Jumlah wilayah poligon thiessen dari masing masing kelas.  Curah
Gambar 6. Kecenderungan perubahan curah hujan 81 – 160 mm/5 hari dengan kejadian longsor
Gambar 7. Potensi tanah longsor menggunakan metode  Stability Index Mapping  (Sumber: Qamilah, 2016)

Referensi

Dokumen terkait

fenomena remaja dewasa sekarang ini sangat tidak terkendali dalam menggunakan smart phone yang akan berdampak buruk terhadap psikologis anak jika tidak dimanfaat

Gambar 3, yang menjelaskan hubungan antara biodegradasi dan derajat dikarboksilasi, menunjukkan bahwa biodegradabilitas asam alginat dan tapioka yang telah

Hal ini dapat diamati pada kehidupan sehari-hari masyarakat yang selalu mencari informasi mengenai tingkat bunga yang tercipta didalam pasar uang mereka

a) Periode pengumpulan; pada tahapan ini dikumpulkan data sebanyak mungkin dengan berbagai instrument yang memungkinkan dilakukan seperti, wawancara dengan menggunakan

pendapatan daerah melalui upaya intensifikasi dan ekstensifikasi, penyusunan rencana pendapatan asli daerah, bagi hasil dan lain-lain pendapatan daerah yang sah,

Mathematics is one of important things in the world. Everyone wants to get the best education about it for increasing their knowledge. But to get it, all of

Berdasarkan hasil angket respon siswa kelas eksperimen lebih dari 50% siswa setuju pembelajaran menggunakan multimedia membantu siswa dalam memahami konsep

Pengelolaan dan pengembangan harta benda wakaf dilakukan secara produktif antara lain dengan cara pengumpulan, investasi, penanaman modal, produksi, kemitraan,