• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT"

Copied!
66
0
0

Teks penuh

(1)

Laporan Kinerja Instansi

Pemerintah

Sekretariat Badan Pengatur Jalan Tol

Januari 2016

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM

DAN PERUMAHAN RAKYAT

(2)

Laporan Kinerja Instasi Pemerintah | i

KATA PENGANTAR

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Sekretariat Badan Pengatur Jalan Tol Triwulan III Tahun 2015 merupakan salah satu perwujudan laporan pelaksanaan anggaran berbasis kinerja dan juga sebagai laporan pertanggungjawaban dalam mewujudkan visi, misi, dan tujuan organisasi.

Melalui Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Triwulan III Tahun 2015, Sekretariat Badan Pengatur Jalan Tol melaporkan kinerjanya yang diukur dari pencapaian kinerja misi, sasaran, program, dan kegiatan yang dilakukan pada tahun 2015 sesuai yang tertuang dalam Renstra Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat serta Rencana Kinerja Tahunan Tahun 2015. Pengukuran pencapaian kinerja dilakukan dengan merujuk pada indikator kinerja output dan outcome yang telah ditetapkan dan direalisasikan per tahun.

Dengan disusunnya Laporan Kinerja Instansi Pemerintah ini, diharapkan dapat memberikan informasi secara transparan kepada seluruh pihak yang terkait mengenai tugas fungsi Sekretariat Badan Pengatur Jalan Tol, sehingga dapat memberikan umpan balik guna peningkatan kinerja pada periode berikutnya.

Demikian Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Sekretariat Badan Pengatur Jalan Tol Triwulan III Tahun 2015 ini kami susun untuk dapat dimanfaatkan sebagaimana mestinya.

Jakarta, Januari 2016 Sekretaris Badan Pengatur Jalan Tol,

Ir. Arief Witjaksono, M.Eng.Sc NIP. 19581009 198603 1 003

(3)

Laporan Kinerja Instasi Pemerintah | ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... ii

DAFTAR TABEL ... iii

DAFTAR GAMBAR ... iv

RINGKASAN EKSEKUTIF ... v

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Tugas, Fungsi dan Struktur Organisasi ... 1

1.1.1 Tugas dan Fungsi ... 1

1.1.2 Struktur Organisasi ... 1

1.1.3 SDM Unit Kerja... 4

1.2 Kondisi dan Tantangan Pembangunan ... 5

1.3 Kebijakan, Program dan Kegiatan ... 14

BAB II RENCANA KINERJA DAN PERJANJIAN KINERJA... 16

2.1.Perjanjian Kinerja ... 19

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA ... 22

1.1 Pengelolaan Kinerja Unit Kerja ... 22

1.2 Evaluasi dan Analisis Kinerja ... 24

1.3 Evaluasi dan Analisis Anggaran ... 37

1.4 Hal-Hal Yang Memerlukan Perhatian Untuk Peningkatan Kinerja ... 38

BAB IV PENUTUP ... 39

4.1 Keberhasilan dan Kegagalan Kinerja Tahun 2015 ... 39

4.2 Permasalahan dan Kendala Utama ... 39

(4)

Laporan Kinerja Instasi Pemerintah | iii

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Produk Peraturan Perundangan Dalam Rangka Percepatan Pengusahaan Jalan Tol... 10

Tabel 2 Rencana Pembangunan Jalan Tol Tahun 2015-2019 ... 17

Tabel 3 Kriteria Penilaian Monitoring dan Evaluasi Kinerja Triwulanan ... 24

Tabel 4 Perbandingan Capaian Kinerja dengan Target Renstra 2015-2019 ... 27

(5)

Laporan Kinerja Instasi Pemerintah | iv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Stuktur Organisasi Badan Pengatur Jalan Tol ... 3

Gambar 2 Jumlah Pegawai Menurut Golongan ... 4

Gambar 3 Jumlah Pegawai Menurut Tingkat Pendidikan ... 5

Gambar 4 Isu Terkait Pengusahaan Jalan Tol ... 8

Gambar 5 Perbandingan Rata-Rata Capaian Kinerja Output Sekretaris BPJT Tahun 2011-2015 ... 26

Gambar 6 Evaluasi Laik fungsi Jalan Tol Gempol-Pandaan ... 29

Gambar 7 Ruas Jalan Tol yang sudah Operasi... 30

Gambar 8 Ruas Jalan Tol Cikopo-Palimanan ... 35

Gambar 9 Ruas Jalan Tol Porong-Gempol ... 36

(6)

Laporan Kinerja Instasi Pemerintah | v

RINGKASAN EKSEKUTIF

1. Tujuan dan Sasaran

Berdasarkan tujuan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Direktorat Jenderal Bina Marga melaksanakan tujuan penyelenggaraan pembangunan bidang Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat untuk konektivitas nasional guna meningkatkan produktivitas nasional guna meningktakan produktivitas, efisiensi dan pelayanan sistem logistik nasional bagi penguatan daya saing bangsa di lingkup global; yang berfokus pada keterpaduan konektivitas daratan dan maritim. Sasaran yang diharapkan dicapai selama periode 2015-2019 adalah:

1. Meningkatnya dukungan konektivitas bagi penguatan daya saing dengan indikator

tingkat konektivitas nasional sebesar 77% pada akhir 2019.

2. Meningkatnya kemantapan jalan nasional dengan indikator tingkat kemantapan

jalan nasional mencapai 98% pada akhir 2019. .

Sekretariat Badan Pengatur Jalan Tol dalam rangka mewujudkan tujuan tersebuat diatas, melaksanakan sasaran strategis “ meningkatnya dukungan konektivitas bagi penguatan daya saing”, dengan indikator tingkat konektivitas nasional sebesar 77% pada akhir tahun 2019. Sasaran program penyelenggaraan jalan yang didukung

Sekretariat BPJT yaitu “Menurunnya Waktu Tempuh pada Koridor Utama (Jawa dan

Sumatera)” dengan indikator kinerja program waktu tempuh pada koridor utama sebsar 2,7

jam/100 km. Implementasi sasaran program tersebut telah dilaksanakan melalui

kegiatan-kegiatan yang mendukung program penyelenggaraan jalan terutama yang terkait dengan pengaturan, pengusahaan dan pengawasan jalan tol. Paket-paket kegiatan untuk mendukung pelaksanaan pengaturan, pengusahaan dan pengawasan jalan tol tertuang dalam Rencana Kegiatan dan Anggaran Kementerian/Lembaga (RKA/KL) satker-satker di lingkungan Sekretariat Badan Pengatur Jalan Tol dimana anggaran untuk pelaksanaan kegiatan tersebut didanai melalui DIPA Satker Sekretariat Pengatur Jalan Tol dan Satker BLU-Bidang Pendanaan Sekretariat BPJT Tahun Anggaran 2015.

2. Pencapaian Kinerja

Rata-rata capaian kinerja output Sekretariat BPJT tahun 2015 adalah 88%. Dari angka rata-rata capaian kinerja ini, kinerja output Sekretariat BPJT dapat dikatakan berhasil. Hal ini dikarenakan dari 11 indikator kinerja output, hampir semua indikator kinerja output sesuai dengan target yang telah ditetapkan dalam Dokumen Penetapan Kinerja. Indikator kinerja output yang tidak sesuai dengan dokumen Penetapan Kinerja adalah indikator kinerja output Kendaraan Bermotor, Perangkat Pengolah Data dan

(7)

Laporan Kinerja Instasi Pemerintah | vi

Komunikasi, serta Peralatan dan Fasilitas Perkantoran masing-masing capaiannya adalah 0%, 80% dan 10%. Hal yang menyebabkan capaian kinerja output ini tidak sesuai dengan nilai yang ditargetkan adalah karena belum adanya prioritas penggunaan anggaran untuk pembelanjaan meubelair dan alat pengolah data untuk memenuhi kebutuhan operasional sarana dan prasarana kantor. Selain itu, dana untuk belanja modal kendaraan bermotor dibintang oleh Direktorat Jenderal Anggaran Kementerian Keuangan.

3. Pencapaian Keuangan

Untuk aspek keuangan, alokasi anggaran Sekretariat BPJT adalah Rp. 84.999.999.000,- yang terdiri dari DIPA Satker Sekretariat Pengatur Jalan Tol sebesar Rp. 59.999.999.000,- dan DIPA Satker Badan Layanan Umum-Bidang Pendanaan Sekretariat Badan Pengatur Jalan Tol (BLU-BP Set BPJT) sebesar Rp. 25.000.000.000,-. Sampai akhir TA 2015, total anggaran Sekretariat BPJT setelah direvisi sebesar Rp. 62.379.034.000,-. Realisasi penyerapan anggaran untuk seluruh kegiatan TA 2015 meliputi belanja pegawai, belanja barang, dan belanja modal mencapai Rp. 42.600.473.325,- atau sebesar 68.30% dari total anggaran, yaitu realisasi sebesar Rp. 32.015.105.979,- untuk Satker Sekretariat Pengatur Jalan Tol dan Rp. 10.585.367.346,- untuk Satker BLU-Bidang Pendanaan Sekretariat Badan Pengatur Jalan Tol.

Selain itu dalam rangka mendukung kegiatan BLU-Bidang Pendanaan Sekretariat BPJT yang memiliki fungsi strategis mendukung pelaksanaan dana bergulir untuk pembebasan lahan, pemerintah juga menerbitkan DIPA APBN Bagian Anggaran 999. Jumlah dana yang dikelola BLU-Bidang Pendanaan Sekretariat BPJT sampai dengan Desember 2015 adalah sebesar Rp. 7.050.000.000.000,- Realisasi pinjaman dana bergulir yang sudah disalurkan s.d 31 Desember 2015 adalah sebesar Rp. 4.392.637.437.238,76.

4. Kendala yang dihadapi

Dengan mengacu pada kinerja tahun 2015 serta permasalahan yang dihadapi, maka diperlukan perhatian untuk peningkatan kinerja ke depan khususnya terhadap pencapaian sasaran kegiatan. Beberapa hal yang terkait dengan upaya peningkatan kinerja tersebut adalah

a. Perlu analisis perencanaan SDM yang efektif dan peningkatan kualitas SDM melalui

pelatihan teknis/seminar/workshop, peningkatan keterlibatan dan tanggung jawab staf pada substansi, serta penambahan staf profesional bila diperlukan;

b. Perlu dilakukan proses perencanaan program tahunan Sekretariat BPJT yang lebih

baik dan tajam guna mencapai sasaran yang ditargetkan, untuk kegiatan yang masih perlu tindak lanjut, agar diproses dalam kegiatan lanjutan sehingga dapat dicapai sasaran dan manfaat yang maksimal;

(8)

Laporan Kinerja Instasi Pemerintah | vii

c. Peningkatan peran manajemen dalam pengelolaan organisasi yang efektif agar

kinerja perencanaan, pelaksanaan, supervisi, dan evaluasi bisa dilaksanakan secara optimal.

Dalam hal kinerja dukungan pengusahaan jalan tol dan program pembangunan 1000 km jalan tol, kendala dan tantangan yang perlu ditindaklanjuti antara lain

1. Kepastian pembiayaan pengadaan tanah oleh Pemerintah untuk penyelesaian

pengadaan tanah Jalan Tol Trans Jawa, Jabodetabek dan Non Trans Jawa (termasuk Trans Sumatera, Balikpapan-Samarinda dan Manado-Bitung)

2. Dukungan dari Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten dan/atau Kota, instansi

Pemerintah lain serta aparat penegak hukum untuk percepatan penyelesaian pengadaan tanah termasuk percepatan penyelesaian konsinyasi, tanah wakaf, tanah kas desa dan bangunan-bangunan yang masih berdiri di dalam ROW sehingga tidak mengganggu pelaksanaan konstruksi

3. Percepatan penyelesaian dokumen perencanaan dan/ atau penetapan lokasi dan/

atau dokumen lain sesuai ketentuan UU No.2/2012 dan Perpres No. 30/2015

4. Kemudahan pemenuhan persyaratan pinjaman dari Pemberi Pinjaman, dalam hal

pelaksanaan konstruksi yang dipercepat (early construction) persyaratan tanah harus sudah bebas 100% dan kepercayaan Pemberi Pinjaman terhadap Pemegang Saham mayoritas

5. Kepastian dukungan Pemerintah untuk meningkatkan kelayakan pada beberapa

ruas jalan tol (contoh : Jalan Tol Manado-Bitung dan Balikpapan-Samarinda)

6. Penerapan ketentuan cidera janji dan pengakhiran PPJT apabila BUJT tidak

(9)

Laporan Kinerja Instasi Pemerintah | 1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Tugas, Fungsi dan Struktur Organisasi

1.1.1 Tugas dan Fungsi

Berdasarkan Pasal 45 ayat (6) Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan, tugas BPJT adalah melaksanakan sebagian penyelenggaraan jalan tol, yang meliputi:

a. pengaturan jalan tol, mencakup pemberian rekomendasi tarif awal dan

penyesuaiannya kepada Menteri Pekerjaan Umum, serta pengambilalihan jalan tol pada akhir masa konsesi dan pemberian rekomendasi pengoperasian selanjutnya;

b. pengusahaan jalan tol, mencakup persiapan pengusahaan jalan tol, pengadaan

investasi, dan pemberian fasilitas pembebasan tanah;

c. pengawasan jalan tol, mencakup pemantauan dan evaluasi pengusahaan jalan

tol, dan pengawasan terhadap pelayanan jalan tol.

Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor Nomor 43/M/PRT/2015, Sekretariat BPJT mempunyai tugas memberikan pelayanan teknis dan adminstratif kepada BPJT. Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud di atas, Sekretariat BPJT menyelenggarakan fungsi :

a. pelaksanakan kajian dan evaluasi penyiapan pengusahaan jalan tol dan sistem

informasi jalan tol;

b. pelaksanaan penyiapan, pelayanan, dan pengawasan pengusahaan jalan tol;

c. pelaksanaan pengawasan dan pemantauan pelaksanaan Perjanjian Pengusahaan

Jalan Tol oleh Badan Usaha;

d. pelaksanaan perencanaan, pengelolaan, dan penyiapan bahan penetapan skala

prioritas penyaluran dana bergulir serta administrasi, penyaluran, dan pengembalian pinjaman dana bergulir;

e. pelaksanaan kegiatan hukum dan humas, ketatausahaan, kepegawaian, dan

keuangan.

1.1.2 Struktur Organisasi

Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) adalah badan non struktural yang dibentuk di lingkungan Kementerian Pekerjaan Umum berdasarkan amanat Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan, dan diatur lebih lanjut dalam Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2005 tentang Jalan Tol dan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 43/PRT/M/2015. Secara formal BPJT dibentuk oleh Menteri Pekerjaan Umum pada tanggal 28 Juni 2005 sebagai unit non struktural yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Menteri Pekerjaan Umum,

(10)

Laporan Kinerja Instasi Pemerintah | 2

bertujuan untuk melaksanakan sebagian wewenang Pemerintah dalam penyelenggaraan jalan tol.

Struktur BPJT terdiri dari seorang Kepala (merangkap Anggota) dan empat orang Anggota. Kepala BPJT adalah pejabat Kementerian Pekerjaan Umum sebagai wakil unsur Pemerintah, sedangkan empat orang Anggota BPJT masing-masing adalah: pejabat Kementerian Pekerjaan Umum dan pejabat Kementerian Keuangan (sebagai wakil unsur Pemerintah), seorang dari asosiasi profesi (wakil unsur pemangku kepentingan), dan seorang dari akademisi (wakil unsur masyarakat).

Untuk membantu dalam pelaksanaan fungsi dan tugas BPJT maka dibentuk Sekretariat BPJT di lingkungan Kementerian Pekerjaan Umum sebagai unsur staf yang mempunyai tugas memberikan pelayanan teknis dan administratif kepada BPJT. Sekretariat BPJT dipimpin oleh seorang Sekretaris sebagai pejabat struktural setingkat eselon II/a.

Sekretariat BPJT secara teknis operasional bertanggung-jawab kepada Kepala BPJT dan secara administratif bertanggung jawab kepada Menteri. Struktur Organisasi Sekretariat BPJT terdiri atas; Bagian Umum, Bidang Teknik, Bidang Investasi, Bidang Operasi dan Pemeliharaan serta Bidang Pendanaan sebagai staf struktural setingkat eselon III. Kemudian pada tingkat dibawahnya Sekretariat BPJT didukung sebelas staf struktural eselon IV sebagaimana tercantum pada Gambar 1 di bawah ini.

(11)

Laporan Kinerja Instasi Pemerintah | 3

ANGGOTA BPJT (Wakil Unsur Kem. Pekerjaan Umum)

KABID INVESTASI

KEPALA BPJT

SEKRETARIS BPJT ANGGOTA BPJT

(Wakil Unsur Kementerian Keuangan)

ANGGOTA BPJT

(Wakil Unsur Asosiasi/Profesi) (Wakil Unsur Akademisi)ANGGOTA BPJT

KABID TEKNIK KABID OPERASI DAN PEMELIHARAAN KABID PENDANAAN KABAG UMUM

KASUBBID PERSIAPAN DAN PELAYANAN

INVESTASI KASUBBID PENGAWASAN INVESTASI KASUBBID PERENCANAAN TEKNIS KASUBBID PENGAWASAN KONSTRUKSI KASUBBID OPERASI DAN PEMELIHARAAN I

KASUBBID OPERASI DAN PEMELIHARAAN II

KASUBBID PERENCANAAN KASUBBID PELAKSANAAN KASUBBAG ADMINISTRASI DAN KEPEGAWAIAN KASUBBAG HUKUM DAN HUMAS

KASUBBAG KEUANGAN

(12)

Laporan Kinerja Instasi Pemerintah | 4

Khusus struktur Bidang Pendanaan, terdapat instansi Badan Layanan Umum. BLU merupakan instansi di lingkungan Pemerintah yang dibentuk berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2013 tentang perubahan Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum.

Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 10/PRT/M/2013

tentang perubahan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor

01/PRT/M/2010 tentang Organisasi dan Tata Kelola BLU Bidang Pendanaan Sekretariat Badan Pengatur Jalan Tol, tugas pokok dan fungsi BLU-BP Set BPJT adalah melaksanakan kewenangan operasional dalam pengqelolaan dana bergulir pengadaan tanah untuk jalan tol sesuai dengan kebijakan yang ditetapkan oleh Menteri Pekerjaan Umum dan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku serta melaksanakan pengusahaan jalan tol yang ditugaskan pemerintah yaitu mengelola hasil pengusahaan jalan yang belum ditetapkan operatornya secara permanen, jalan tol yang telah habis masa konsesi atau yang gagal dalam pelaksanaan konsesi.

1.1.3 SDM Unit Kerja

Dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Sekretariat BPJT didukung oleh sumber daya manusia baik pada unit kerja struktural maupun dalam unit kerja fungsional berupa satker. Dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi ini, Sekretariat BPJT didukung oleh sumber daya manusia yang cukup memadai yaitu, terdiri dari 54 orang PNS, 4 orang CPNS, 40 orang tenaga Non PNS. Data Pegawai Negeri Sipil BPJT berdasarkan pangkat/golongan, tingkat pendidikan dan status kepegawaian dapat dilihat pada grafik secara rinci digambarkan sebagai berikut :

Gambar 2 Jumlah Pegawai Menurut Golongan

0 7 33 14 Gol I Gol II Gol III Gol IV

(13)

Laporan Kinerja Instasi Pemerintah | 5

Jumlah pegawai menurut golongan : Golongan I sebanyak 0 orang, Golongan II sebanyak 2 orang, Golongan III sebanyak 35 orang dan Golongan IV sebanyak 15 orang. Sesuai dengan grafik tersebut proporsi pegawai berdasarkan golongan terbanyak pada Golongan III yaitu 68 % dan terkecil Golongan II sebanyak 4 %.

Gambar 3 Jumlah Pegawai Menurut Tingkat Pendidikan

Jumlah pegawai menurut pendidikan : S3 sebanyak 0 orang, S2 sebanyak 23 orang, S1/D4 sebanyak 21 orang, D3/D1 sebanyak 2 orang, SLTA sebanyak 7 orang, SLTP sebanyak 1 orang dan SD sebanyak 0 orang. Berdasarkan grafik tersebut jumlah pegawai berdasarkan tingkat pendidikan S2 merupakan yang terbanyak dengan proporsi 43 % sedangkan SLTP merupakan yang terkecil dengan jumlah 2 %.

1.2 Kondisi dan Tantangan Pembangunan

a. Kondisi dan Tantangan Pembangunan

Dalam penyelenggaraan sektor jalan terutama dikaitkan dengan jalan tol terdapat kondisi dan tantangan yang menjadi pokok-pokok pemikiran dan memerlukan adanya rencana tindak yang sistematis untuk penyelenggaraan jalan kedepan. Beberapa aspek utama yang perlu diperhatikan dan menjadi tantangan masa depan penyelenggaraan jalan adalah sebagai berikut.

1. Penyelenggaraan Jalan Tol

Dalam Rencana Pembangunan Jangka menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2015-2019, Pemerintah telah mencanangkan pembangunan jalan tol sepanjang lebih dari 1000 km selama lima tahun ke depan. Jalan tol direncanakan untuk dibangun di Sumatera, Jawa, Bali, Sulawesi dan Kalimantan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan sosial. Pembangunan jalan tol merupakan strategi peningkatan mobilitas pada

0 1 7 2 21 23 0 SD SLTP SLTA D-III S1 S2 S3

(14)

Laporan Kinerja Instasi Pemerintah | 6

koridor-koridor utama di Indonesia. Selain itu, pembangunan jalan tol juga diharapkan dapat mengurangi waktu tempuh koridor-koridor utama serta menjadi pendorong peningkatan kualitas logistik di Indonesia. Jalan tol dikembangkan sebagai tulang punggung transportasi darat pulau-pulau besar di Indonesia.

Penyelengaraan jalan tol masih merupakan pekerjaan rumah yang harus diselesaikan secara seksama, pasti dan paling penting adalah keberanian untuk mengimplementasikan aturan yang sudah ada.

Menterjemahkan semangat Not Business As Usual dalam penyediaan

infrastruktur berakibat perlunya merubah pola pikir masa lalu yang mengatakan bahwa infrastruktur harus dibangun dengan menggunakan anggaran Pemerintah. Karena anggaran Pemerintah yang terbatas, maka penerapan pola pikir tersebut berujung pada kesulitan memenuhi kebutuhan infrastruktur yang memadai bagi perekonomian yang berkembang pesat. Saat ini telah didorong pola pikir yang lebih maju dalam penyediaan infrastruktur melalui skema kerjasama pemerintah dan swasta

atau Public-Private Partnership (PPP).

Keterlibatan pihak swasta dalam pelayanan publik mengharuskan Pemerintah siap untuk menyediakan perangkat aturan yang dapat memberi insentif bagi dunia usaha sekaligus penyediaan pelayanan prima bagi masyarakat termasuk sistem pengawasan dan evaluasi yang memadai sehingga tujuan penyediaan infrastruktur dimaksud tercapai. Hal ini menuntut lembaga seperti BPJT harus siap berbenah secara kelembagaan sehingga pada gilirannya mampu melayani seluruh stakeholders terkait secara memuaskan.

Dalam menjalankan tugasnya yang strategis di atas, BPJT tidak sedikit hambatan dan halangan yang dihadapi oleh BPJT. Belum efisiennya pengusahaan jalan tol secara komprehensif dan harmonis merupakan masalah utama yang dihadapi. Hal ini tidak terlepas dari beberapa kelemahan yang berhasil diidentifikasi berdasarkan hasil evaluasi pelaksanaan tugas BPJT terdahulu. Jika dirinci, ada 4 (empat) masalah utama yang menjadi tantangan BPJT: (1) masalah pengadaan tanah, (2) masalah pendanaan dan dukungan perbankan, (3) masalah teknik dan mutu konstruksi, dan (4) masalah jaringan jalan.

Masalah utama dalam pengadaan tanah dapat pula dirinci menjadi: (1) keterbatasan dana Pemerintah untuk pengadaan tanah, (2) peraturan baru

(15)

Laporan Kinerja Instasi Pemerintah | 7

dalam pengadaan tanah, (3) pembiayaan pengadaan tanah yang menjadi komponen investasi, (4) tidak ada kepastian waktu dan besarnya biaya pengadaan tanah, dan (5) lamanya proses pengadaan tanah (ketidakpastian waktu) sehingga menurunkan tingkat kelayakan finansial. Sedangkan masalah pendanaan dan dukungan pihak lain dapat dirinci

sebagai berikut: (1) keterbatasan equity Badan Usaha Jalan Tol, (2)

terbatasnya kemampuan keuangan badan usaha yang mengakibatkan terhambatnya proses pengadaan tanah, (3) keterbatasan anggaran

pemerintah terkait dana untuk land capping (dukungan Pemerintah), (4)

kurangnya kepercayaan pihak kreditur dalam pembiayaan jalan tol, dan (5) kurangnya dukungan Pemerintah Daerah dalam pembangunan jalan tol. Dalam konstruksi, masalah yang dihadapi meliputi (1) keterbatasan tenaga kerja, (2) penurunan mutu konstruksi, (3) desain yang masih perlu disesuaikan dengan kondisi lapangan, dan (4) kendala-kendala lain yang memperlambat pekerjaan. Sedangkan dalam jaringan jalan, masalah yang dihadapi antara lain (1) kajian mengenai jaringan jalan tol dengan jalan sekitar yang kurang matang, (2) kurang efektifnya pembagian ruas jalan tol dalam konektivitas jaringan jalan.

Disamping permasalahan yang dihadapi oleh BPJT secara langsung di atas, ada pula masalah-masalah terkait pengusahaan jalan tol. Oleh karena keterbatasan dana dan sumber daya lainnya dari Pemerintah, namun dalam upaya untuk memberikan pelayanan terbaik dalam bidang infrastruktur jalan tol, maka Pemerintah saat ini menerapkan pola

Kerjasama Pemerintah dan Swasta (KPS) atau Public-Private Partnership

(PPP). Keterlibatan pihak swasta yang berorientasi bisnis tentu menambah persoalan hambatan dan tantangan dalam pengusahaan jalan tol dimaksud sebagaimana terlihat dalam gambar berikut.

(16)

Laporan Kinerja Instasi Pemerintah | 8 Gambar 4 Isu Terkait Pengusahaan Jalan Tol

(17)

Laporan Kinerja Instasi Pemerintah | 9

2. Keselamatan Jalan

Tingginya angka kecelakaan merupakan salah satu isu kebijakan yang cukup strategis dalam penyelenggaraan jalan. Pada saat ini diperkirakan tidak kurang dari 36.000 fatalitas terjadi setiap tahun akibat kecelakaan lalu lintas yang mana merupakan jumlah yang cukup tinggi disamping menggambarkan kematian rakyat secara sia-sia. Disadari bahwa hal ini terkait erat dengan kualitas prasarana jalan disamping berbagai faktor lain seperti perilaku berkendara yang buruk, kurangnya rambu-rambu lalu lintas, faktor cuaca, dan lainnya. Keselamatan jalan tidak hanya merupakan tanggung jawab dari Ditjen. Bina Marga, namun juga Kementerian Perhubungan, Kepolisian dan Pemerintah Daerah.

b. Kondisi dan Tantangan Pembangunan Tahun 2015

Secara umum, lingkungan strategis yang sangat berpengaruh pada program-program dan kegiatan BPJT adalah kebijakan pemerintah tentang program-program percepatan pembangunan jalan tol yang menjadi prioritas dalam pembangunan nasional. Dalam Rencana Pembangunan Jangka menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2015-2019, Pemerintah telah mencanangkan pembangunan jalan tol sepanjang lebih dari 1000 km selama lima tahun ke depan. Sementara itu beberapa persoalan rumit terkait dengan kebijakan penyelenggaraan jalan tol di masa lalu masih banyak masalah yang belum terselesaikan. Untuk mengatasi masalah tersebut serta mengejar ketertinggalan pembangunan jalan tol yang makin jauh dibandingkan dengan negara tetangga selama ini, maka pemerintah melakukan reformasi regulasi jalan tol dengan mengeluarkan beberapa peraturan perundang-undangan serta sejumlah kebijakan baru guna memacu percepatan pengusahaan jalan tol yang melibatkan partisipasi badan usaha swasta/daerah.

(18)

Laporan Kinerja Instasi Pemerintah | 10 Tabel 1 Produk Peraturan Perundangan Dalam Rangka Percepatan Pengusahaan Jalan Tol

No Aturan Umum Penga- daan

Tanah Jami- nan dan Duku-ngan Penga- daan Peng- usahaan Jalan Tol Kons- truksi Pengope- rasian Jalan Tol

1 UU No. 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi ●

2 UU No. 38 Tahun 2004 tentang Jalan ● ● ● ● ● ●

3 UU No. 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum

4 PP No. 15 Tahun 2005 tentang Jalan Tol sebagaimana telah diubah

dengan PP No. 44 Tahun 2009

● ● ● ● ● ●

5 PP No. 36 Tahun 2005 sebagaimana telah diubah dengan PP No. 65

Tahun 2006 tentang Pengadaan Tanah bagi pelaksanaan pembangunan untuk kepentingan umum.

6 Peraturan Presiden No. 67 Tahun 2005 tentang Kerjasama

Pemerintah dengan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peratuan Presiden No.56 Tahun 2011

● ●

7 Peraturan Presiden Nomor 78 Tahun 2010 tentang Penjaminan

Infrastruktur Dalam Proyek Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha

8 Permen PU No 43/PRT/M/2015 tentang Badan pengatur Ja;an Tol ●

(19)

Laporan Kinerja Instasi Pemerintah | 11

No Aturan Umum Penga- daan

Tanah Jami- nan dan Duku-ngan Penga- daan Peng- usahaan Jalan Tol Kons- truksi Pengope- rasian Jalan Tol

KKPI No. PER-03/M.EKON/06/2006 tentang tata cara dan kriteria penyusunan daftar prioritas proyek infrstruktur kerjasama pemerintah dengan badan usaha

10 Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian No. PER-04/M.EKON/06/2006 tentang tata cara evaluasi proyek kerjasama pemerintah dengan badan usaha dalam penyediaan infrastruktur yang membutuhkan dukungan pemerintah

● ●

11 Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 04/PRT/M/2007 tentang Tata Cara Penggunaan Dana Bergulir Pada Badan Layanan Umum – Badan Pengatur Jalan Tol Untuk Pengadaan Tanah Jalan Tol

12 Peraturan Kepala BPN No.3 Tahun 2007 tentang ketentuan pelaksanaan Perpres No. 36 Tahun 2005 sebagaimana telah diubah dengan Perpres No. 65 Tahun 2006

13 Peraturan Menteri Negara Perencanaan Pembangunan

Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pmbangunan Nasional No.3 Tahun 2009 tentang tata cara penuyusunan daftar rencana proyek kerjasama pemerintah dengan badan usaha dalam penyediaan infrastruktur

● ●

14 Peraturan Menteri Keuangan No. 260/PMK.011/2010 tentang Petunjuk Pelaksanaan Penjaminan Infrastruktur Dalam Proyek Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha.

(20)

Laporan Kinerja Instasi Pemerintah | 12

No Aturan Umum Penga- daan

Tanah Jami- nan dan Duku-ngan Penga- daan Peng- usahaan Jalan Tol Kons- truksi Pengope- rasian Jalan Tol

15 Peraturan Menteri PU No.06/PRT/M/2010 tentang pedoman evaluasi penerusan pengusahaan jalan tol

16 Peraturan Menteri PU No.13/PRT/M/2010 tentang Pedoman Pelelangan Pengusahaan Jalan Tol

17 Keputusan Menteri Pekerjaan Umum No. 16/PRT/M/2015 tentang Standar Pelayanan Minimal Jalan Tol

18 Keputusan Menteri Pekerjaan Umum No. 02/PRT/M/2007 tentang Petunjuk Teknis Pemeliharaan Jalan Tol dan Jalan Penghubung

(21)

Laporan Kinerja Instasi Pemerintah | 13

Selain dalam hal regulasi, usulan tindak lanjut untuk percepatan pembangunan jalan tol sedang digagas demi terciptanya program pembangunan jalan tol yang direncanakan. Termasuk dalam usulan tindak lanjut tersebut adalah sebagai berikut: 1. Kepastian pembiayaan pengadaan tanah oleh Pemerintah untuk penyelesaian pengadaan tanah Jalan Tol Trans Jawa, Jabodetabek dan Non Trans Jawa (termasuk Trans Sumatera, Balikpapan-Samarinda dan Manado-Bitung); 2. Dukungan dari Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten dan/atau Kota, instansi Pemerintah lain serta aparat penegak hukum untuk percepatan penyelesaian pengadaan tanah termasuk percepatan penyelesaian konsinyasi, tanah wakaf, tanah kas desa dan bangunan-bangunan yang masih berdiri di dalam ROW sehingga tidak mengganggu pelaksanaan konstruksi; 3. Percepatan penyelesaian dokumen perencanaan dan/ atau penetapan lokasi dan/ atau dokumen lain sesuai ketentuan UU No.2/2012 dan Perpres No. 30/2015; 4. Kemudahan pemenuhan persyaratan pinjaman dari Pemberi Pinjaman,

dalam hal pelaksanaan konstruksi yang dipercepat (early construction)

persyaratan tanah harus sudah bebas 100% dan kepercayaan Pemberi Pinjaman terhadap Pemegang Saham mayoritas; 5. Kepastian dukungan Pemerintah untuk meningkatkan kelayakan pada beberapa ruas jalan tol; 6. Penerapan ketentuan cidera janji dan pengakhiran PPJT apabila BUJT tidak memenuhi kewajiban sesuai PPJT.

1. Permasalahan dan Tantangan Internal

Permasalahan dan tantangan internal, antara lain adalah:

a. Perlu analisis perencanaan SDM yang efektif dan peningkatan

kualitas SDM melalui pelatihan teknis/seminar/workshop,

peningkatan keterlibatan dan tanggung jawab staf pada substansi, serta penambahan staf profesional bila diperlukan;

b. Perlu dilakukan proses perencanaan program tahunan Sekretariat

BPJT yang lebih baik dan tajam guna mencapai sasaran yang ditargetkan, untuk kegiatan yang masih perlu tindak lanjut, agar diproses dalam kegiatan lanjutan sehingga dapat dicapai sasaran dan manfaat yang maksimal;

c. Peningkatan peran manajemen dalam pengelolaan organisasi yang

efektif agar kinerja perencanaan, pelaksanaan, supervisi, dan evaluasi bisa dilaksanakan secara optimal.

2. Permasalahan dan Tantangan Eksternal

(22)

Laporan Kinerja Instasi Pemerintah | 14

a. Kepastian pembiayaan pengadaan tanah oleh Pemerintah untuk

penyelesaian pengadaan tanah Jalan Tol Trans Jawa, Jabodetabek dan Non Trans Jawa (termasuk Trans Sumatera, Balikpapan-Samarinda dan Manado-Bitung)

b. Dukungan dari Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten dan/atau

Kota, instansi Pemerintah lain serta aparat penegak hukum untuk percepatan penyelesaian pengadaan tanah termasuk percepatan penyelesaian konsinyasi, tanah wakaf, tanah kas desa dan bangunan-bangunan yang masih berdiri di dalam ROW sehingga tidak mengganggu pelaksanaan konstruksi

c. Percepatan penyelesaian dokumen perencanaan dan/ atau penetapan

lokasi dan/ atau dokumen lain sesuai ketentuan UU No.2/2012 dan Perpres No. 30/2015

d. Kemudahan pemenuhan persyaratan pinjaman dari Pemberi

Pinjaman, dalam hal pelaksanaan konstruksi yang dipercepat (early construction) persyaratan tanah harus sudah bebas 100% dan kepercayaan Pemberi Pinjaman terhadap Pemegang Saham mayoritas

e. Kepastian dukungan Pemerintah untuk meningkatkan kelayakan pada

beberapa ruas jalan tol (contoh : Jalan Tol Manado-Bitung dan Balikpapan-Samarinda)

f. Penerapan ketentuan cidera janji dan pengakhiran PPJT apabila BUJT

tidak memenuhi kewajiban sesuai PPJT.

1.3 Kebijakan, Program dan Kegiatan

Dalam rangka menjabarkan kebijakan nasional yang terkait dengan penyelenggaraan jalan, maka ditetapkan strategi dan kebijakan operasional Ditjen. Bina Marga. Kebijakan Ditjen. Bina Marga mencakup empat aspek, yaitu:

1. Aspek Regulasi

Strategi dan kebijakan operasional dalam aspek regulasi mencakup hal-hal yang terkait dengan peraturan perundang-undangan.

2. Aspek Koordinasi

Strategi dan kebijakan operasional dalam aspek koordinasi mencakup usaha untuk mengurangi kesenjangan kondisi antar jalan nasional dengan jalan daerah dengan melibatkan stakeholder terkait.

3. Aspek Teknologi-Inovasi

Strategi dan kebijakan operasional dalam aspek teknologi-inovasi mencakup efisiensi dan efektivitas dalam penggunaan sumber daya untuk penyelenggaraan jalan.

(23)

Laporan Kinerja Instasi Pemerintah | 15

Strategi dan kebijakan operasional dalam aspek peningkatan kualitas SDM Ditjen. Bina Marga untuk memperoleh the right man on the right place, proper promotion dan peningkatan profesionalisme.

2

PETA STRATEGI BADAN PENGATUR JALAN TOL

2015-2019

Harapan Stakeholders dan customer yang harus dipenuhi

Untuk melaksanakan internal proses diperlukan :

SDM yang

kompetitif Organisasi yang kondusif Sistem manajemen informasi yang terintegrasi Pelaksanaan anggaran yang optimal

Harapan stakeholders dan customers dapat dipenuhi melalui internal proses :

COMPLIANCE JALAN TOL KETERPADUAN PERENCANAAN,

PEMROGRAMAN DAN PENGUSAHAAN JALAN TOL

PELAKSANAAN JALAN TOL

Pelayanan Jalan Tol

Meningkatnya dukungan konektivitas bagi penguatan daya saing

Pembangunan > 1.000 km jalan tol

Pengawasan pemenuhan kewajiban badan usaha, Skema Investasi yg bervariasi

dgn memenuhi value for money

Pengadaan tanah mendukung pembangunan jalan tol

Pembangunan jalan tol pada koridor utama, dan Perkotaan di Sumatera Jawa, Kalimantan dan Sulawesi

Jalan tol eksisting yang memenuhi SPM

Meningkatnya Kepuasan Pengguna Jalan Tol

Laik fungsi jalan tol Perencanaan

teknis sesuai dgn standar jalan bebas hamabatan

Pendanaan pengadaan tanah jalan tol yg berkelanjutan

Skema delivery

yang efisien dan efektif

Persiapan proyek jalan tol yg matang

(24)

Laporan Kinerja Instasi Pemerintah | 16

BAB II

RENCANA KINERJA DAN PERJANJIAN KINERJA

Dalam rangka percepatan pembangunan jalan tol, Badan Pengatur Jalan Tol yang menyelenggarakan sebagian kewenangan Pemerintah dalam pengusahaan jalan tol melaksanakan tugas pokok dan fungsinya dengan mengacu kepada kebijakan-kebijakan yang telah ditetapkan. Kebijakan pengembangan dan percepatan pembangunan jalan tol mengacu pada kebijakan dalam hal penyiapan peraturan dan perundangan dengan melalui koordinasi internal dan eksternal yang sinergis, penyusunan Perjanjian Pengusahaan Jalan Tol PPJT yang “bankable” dan “investor friendly”, penyiapan dana bergulir untuk pengadaan tanah jalan tol, pemantauan/pengawasan pemenuhan kewajiban PPJT dan kinerja jalan tol yang intensif dan berkelanjutan, dan pengembangan sumber daya dan tata laksana yang efektif dan efisien.

Strategi pendanaan bidang jalan dikaitkan dengan kebutuhan investasi bidang jalan untuk mencapai tingkat pertumbuhan ekonomi tertentu (pendekatan top-down). Khusus untuk pengembangan Jalan Tol, diupayakan menggunakan dana swasta, dimana proyek harus layak secara ekonomi dan finansial. Apabila kelayakan finansial rendah/marjinal, perlu diupayakan dukungan pemerintah (government support), baik melalui penyediaan tanah oleh pemerintah, dukungan penjaminan resiko dari PII, kontribusi pinjaman lembaga bilateral/multilateral atau dikemas dalam skema kerjasama pemerintah dan swasta (KPS) yang tepat (misalnya BOT, DBO, DBL, leasing, annuity, dan sebagainya).

Kebijakan Badan Pengatur Jalan Tol dilaksanakan dalam rangka mendukung Program Penyelenggaraan Jalan dengan melaksanakan kegiatan pengaturan, pengusahaan dan pengawasan jalan tol.

(25)

Laporan Kinerja Instasi Pemerintah | 17 Tabel 2 Rencana Pembangunan Jalan Tol Tahun 2015-2019

Pemerintah

Swasta SELESAI TIDAK A Trans Jawa (Merak - Banyuwangi)

1 Cikampek-Palimanan 116.75 Swasta - 116.75 116.75 - - - - 116.75 2 Kanci-Pejagan 35.00 Swasta 35.00 - - - - - - -3 Pejagan-Pemalang 57.50 Swasta - 57.50 - 20.20 10.40 26.90 - 57.50 4 Pemalang-Batang 39.20 Swasta - 39.20 - - - 24.44 14.76 39.20 5 Batang-Semarang 75.00 Swasta - 75.00 - - - - 75.00 75.00 6 Semarang-Solo 72.64 22.95 49.69 - 2.00 - 39.28 8.41 49.69 7 Solo-Ngawi 90.10 - 90.10 - 6.70 15.07 68.33 - 90.10

Seksi I (JC Kartosuro - Solo IC), 11.34 Pemerintah - 11.34 6.70 4.64 11.34 Seksi II (Solo IC -Karanganyar IC), 10.43 Pem/Swasta - 10.43 - 10.43 10.43 Seksi III (Karanganyar IC - Sragen IC) 13.78 Swasta - 13.78 - 13.78 13.78 Seksi IV (Sragen IC - Ngawi IC), 54.56 Swasta - 54.56 - 54.56 54.56

8 Ngawi-Kertosono 87.02 - 87.02 - - 23.07 63.95 - 87.02

Seksi I (Ngawi IC - Madiun IC) 19.77 Swasta - 19.77 19.77 19.77 Seksi II (Madiun IC - Caruban IC) 8.50 Swasta - 8.50 8.50 8.50 Seksi III (Caruban IC - Nganjuk IC) 35.68 Pem/Swasta - 35.68 35.68 35.68 Seksi IV (Nganjuk IC - Kertosono) 23.07 Pemerintah - 23.07 23.07 23.07

9 Kertosono-Mojokerto 40.50 Swasta 14.41 26.09 - 26.09 - - - 26.09 10 Mojokerto-Surabaya 36.27 Swasta 1.89 34.38 - 34.38 - - - 34.38 11 Gempol-Pasuruan 34.15 Swasta - 34.15 - 13.02 7.59 - - 20.61 12 Pasuruan-Probolinggo 31.30 Swasta - 31.30 - - - - - -13 Probolinggo-Banyuwangi 170.36 - 170.36 - - - - - -885.79 74.25 811.54 116.75 102.39 56.13 222.90 98.17 596.34 B Non Trans Jawa

1 Cileunyi-Sumedang-Dawuan 58.50 - 58.50 - 3.50 3.00 12.60 12.20 31.30

Seksi I (Cileunyi-Tanjung Sari) 12.20 Pemerintah - 12.20 12.20 12.20 Seksi II (Tanjung Sari-Sumedang) 19.10 Pemerintah - 19.10 3.50 3.00 12.60 - 19.10 Seksi III (Sumedang-Cimalaka) 5.70 Swasta - 5.70 -Seksi IV (Cimalaka-Legok) 5.40 Swasta - 5.40 -Seksi V (Legok-Ujung Jaya) 13.50 Swasta - 13.50 -Seksi VI (Ujung Jaya-Kertajati) 3.60 Swasta - 3.60

-2 Medan-Kualanamu-Tebing Tinggi 61.70 - 61.70 - 5.00 56.70 - - 61.70

Seksi I (Medan – Kualanamu) 17.80 Pemerintah - 17.80 5.00 12.80 17.80 Seksi II (Kualanamu – Tebing Tinggi) 43.90 Swasta - 43.90 43.90 43.90

3 Akses Tanjung Priok 16.67 Pemerintah - 16.67 0.60 16.07 - - 16.67 4 JORR W2 Utara 7.67 Swasta 7.67 - - - - - - -5 Cengkareng-Batu Ceper-Kunciran 14.19 Swasta - 14.19 - - - 8.65 5.54 14.19 6 Kunciran-Serpong 11.19 Swasta - 11.19 - - - 4.30 6.89 11.19 7 Serpong-Cinere 10.14 Swasta - 10.14 - - - - 10.14 10.14 8 Cinere-Jagorawi 14.64 Swasta 3.70 10.94 - - 5.50 - 5.44 10.94 9 Cimanggis-Cibitung 25.39 Swasta - 25.39 - - - - 8.93 8.93 10 Cibitung-Cilincing 34.02 Swasta - 34.02 - - - 9.41 2.96 12.37 11 Depok-Antasari 21.54 Swasta - 21.54 - - 3.61 - 2.19 5.80 12 Bekasi-Cawang-Kampung Melayu 21.04 Swasta - 21.04 - - 11.00 - - 11.00 13 Bogor Ring Road 11.00 Swasta 5.80 5.20 - - - - 5.20 5.20 14 Ciawi-Sukabumi 54.00 Swasta - 54.00 - - 15.35 - - 15.35 15 Gempol-Pandaan 13.61 Swasta 13.61 12.05 - - 1.56 13.61 16 Waru (Aloha)-Wonokromo-Tanjung Perak 18.20 Swasta - 18.20 - - - - - -17 Bali Mandara (Nusa Dua-Ngurah Rai-Benoa) 9.70 Swasta 9.70 - - - - - - -18 JORR W1 (Kebon Jeruk-Penjaringan) 9.70 Swasta 9.70 - - - - - - -19 Medan - Binjai 15.80 BUMN - 15.80 - - - 15.80 - 15.80 20 Palembang-Indralaya 22.00 BUMN - 22.00 - - - 22.00 22.00 21 Manado-Bitung 39.00 - 39.00 - 3.50 4.00 6.00 - 13.50

Seksi I (RR Manado-Airmadidi) 13.50 Pemerintah - 13.50 3.50 4.00 6.00 13.50 Seksi II (Airmadidi-Bitung) 25.50 - 25.50

-22 Pandaan-Malang 37.62 Swasta - 37.62 - - - 37.62 37.62 23 Pasirkoja-Soreang 10.57 Swasta - 10.57 - 10.57 10.57 24 Pekanbaru-Kandis-Dumai 135.00 BUMN - 135.00 - - - - -25 Porong-Gempol 10.60 Swasta 10.60 3.55 - - 7.05 10.60 26 Kemayoran-Kampung Melayu 9.60 Swasta - 9.60 - - - - - -27 Duri Pulo-Kampung Melayu 12.65 Swasta - 12.65 - - - - - -28 Sunter-Rawa Buaya-Batuceper 20.23 Swasta - 20.23 - - - - - -29 Sunter - Pulo Gebang 9.44 Swasta - 9.44 - - - - - -30 Pasar Minggu-Casablanca 9.16 Swasta - 9.16 - - - - - -31 Ulujami-Tanah Abang 8.70 Swasta - 8.70 - - - - - -32 Kayu Agung - Palembang - Betung 111.69 Swasta - 111.69 - - - 33.50 - 33.50 33 Balikpapan-Samarinda 99.02 Pemerintah/

Swasta - 99.02 - 4.70 5.00 1.80 - 11.50 34 Bakauheuni-Terbanggi Besar 150.00 BUMN - 150.00 - - 17.50 24.50 28.00 70.00

1,113.98

36.57 1,077.41 15.60 27.87 137.73 123.61 148.67 453.48 1,999.77

110.82 1,888.95 132.35 130.26 193.86 346.51 246.84 1,049.83 JUMLAH A

NO. RUAS PJG (KM) STATUS 2014 2015 2016 2017 2018 2019 TARGET 2015-2019

JUMLAH B JUMLAH A + B

(26)

Laporan Kinerja Instasi Pemerintah | 18

Sesuai program Nawa Cita butir Dimensi Pembangunan Pemerataan dan Kewilayahan, tantangan utama dalam pengembangan wilayah untuk pemerataan pembangunan adalah mengurangi kesenjangan antarwilayah yang ditunjukkan dengan semakin besarnya kontribusi wilayah luar Jawa melalui akselerasi pertumbuhan ekonomi di luar Jawa. Tantangan lainnya adalah mendorong pembangunan pusat-pusat pertumbuhan (industri) untuk meningkatkan nilai tambah sektor unggulan yang diprioritaskan berada di luar Jawa dan Kawasan Timur Indonesia sebagai motor penggerak perekonomian wilayah yang didukung dengan peningkatan kualitas dan kuantitas infrastruktur dasar dan pendukung. Kualitas sumberdaya manusia juga perlu ditingkatkan melalui pemenuhan pendidikan dan kesehatan dasar serta peningkatan ketrampilan. Selain itu, juga perlu dilakukan peningkatan kapasitas dan kualitas institusi di daerah yang ditujukan untuk mendorong peningkatan investasi. Peningkatan konektivitas intrawilayah dan antarwilayah adalah hal yang sangat diperlukan dengan pertimbangan kondisi geografis Indonesia yang terdiri dari puluhan ribu pulau untuk mengurangi biaya distribusi barang dan jasa serta transportasi. Tantangan yang tidak kalah pentingnya adalah peningkatan hubungan koordinasi antara pemerintah pusat dan daerah dalam hal pembangunan. Salah satu yang dapat dilakukan adalah dengan menyusun agenda pembangunan nasional ke depan yang dapat menjawab berbagai permasalahan atau isu di tiap wilayah. Dalam program pembangunan jalan, salah satu prioritas yang mendukung agenda Nawa Cita tersebut adalah rencana pembangunan 1000 km jalan tol pada 2015-2019.

Gambaran rencana percepatan pembangunan jalan tol 2015-2019 terbagi dalam program pembangunan jalan tol di Pulau Jawa (meliputi Jalan Tol Trans Jawa, Jalan Tol Jabodetabek dan Jalan Tol Non Trans Jawa), jalan tol di Pulau Sumatera (Trans Sumatera), jalan tol di Pulau Bali (Bali Mandara), jalan tol di Pulau Kalimantan (Balikpapan-Samarinda), jalan tol di P Sulawesi (Manado-Bitung). Profil percepatan pembangunan jalan tol 1000 km tersaji sebagaimana gambar berikut:

(27)

Laporan Kinerja Instasi Pemerintah | 19

BPJT

KEM.PUPR

13

TOLL ROAD PPP IN INDONESIA

TARGETED TOLL ROAD IN OPERATION UNTIL 2019

Jakarta Bandun g Surabaya Banda Aceh Medan Lhokseumawe Dumai Pekanbaru Padang Jambi Palembang Bengkulu Lampung Balikpapan Samarinda Manado Solo Semaran g SOLO-MANTINGAN-NGAWI 90 KM PEJAGAN-PEMALANG 58 KM MEDAN-KUALAMANU-LUBUK PAKAM-TEBING TINGGI 62 KM 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. Cengkareng –Kunciran : 14 km Kunciran –Serpong : 11 km Serpong –Cinere : 10 km Cinere –Jagorawi : 15 km Cimanggis –Cibitung : 25 km Cibitung –Cilincing : 34 km Depok –Antasari : 22 km Bekasi –Kp. Melayu : 21 km Sunter –Rawa Buaya - : 20 km Batu Ceper

Sunter –Pulo Gebang : 9 km

1. Bogor Ring Road : 11 km 2. Ciawi-Sukabumi : 54 km

Akses Tanjung Priok 17 km PASIRKOJA-SOREANG 11 KM NGAWI-KERTOSONO 87 KM PALEMBANG-INDRALAYA 22 KM BAKAUHENI-TB.BESAR 138 KM MEDAN-BINJAI 16 KM CIKAMPEK-PALIMANAN 117 KM Balikpapan –Samarinda 99 km Batang –Semarang 75 km Pemalang –Batang 39 km Kayu Agung – Palembang - Betung 112 km Pekanbaru – Kandis –Dumai 135 km SEMARANG –SOLO 73 KM (23 km operasional) Manado –Bitung 39 km Gempol –Pasuruan 34 km Gempol –Pandaan 14 km KERTOSONO -MOJOKERTO 41 KM (15 km) MOJOKERTO – SURABAYA 36 KM (2 km operasional) Pandaan –Malang 38 km Cileunyi –Sumedang – Dawuan 59 km

Region / TRANS Length (km) Constructed

S.D 2014 (Km)

Planned Development + Operation (Year/Km) 2015 2016 2017 2018 2019 TOTAL

Sumatera 43 - - 79 74 50 203

Jawa 749 215 44 93 266 203 821

a. Jabodetabek 209 - - 37 22 47 106

b. Trans Jawa 363 186 33 33 225 98 575

c. Non Trans Jawa 177 29 11 23 19 58 140

Kalimantan - - - - 12 - 12 Bali 10 - - - -Sulawesi 18 - - - 14 - 14 Total 820 215 44 172 366 253 1,050 In Operation Partly in Operation Already GroundBreaking Land Acquisition Progress Sumber: Data BPJT 30/11/2015 2.1. Perjanjian Kinerja

Dokumen ini merupakan suatu kesepakatan kinerja yang akan diwujudkan oleh seorang pejabat penerima amanah yang merupakan pimpinan suatu unit kerja/organisasi kepada atasan langsungnya. Dokumen perjanjian kinerja dilampiri oleh dokumen Penetapan Kinerja (PK) yang menggambarkan kinerja yang akan diwujudkan dalam suatu tahun tertentu dengan mempertimbangkan sumber daya yang dikelola. Dokumen penetapan kinerja disusun setelah ada kejelasan mengenai alokasi anggaran. Hal ini dimaksudkan agar dokumen

penetapan kinerja dapat disusun secara lebih realistis dengan

mempertimbangkan ketersediaan sumber dana yang nyata sudah akan diperoleh. Dokumen Penetapan Kinerja dapat dimanfaatkan oleh setiap pimpinan unit kerja / organisasi untuk:

a. Memantau dan mengendalikan pencapaian kinerja organisasi;

b. Melaporkan capaian realisasi kinerja dalam laporan kinerja;

c. Sebagai acuan target dalam menilai keberhasilan organisasi.

Penetapan Kinerja Sekretariat Badan Pengatur Jalan Tol merupakan komitmen untuk tercapainya kinerja dari sasaran strategis yang telah ditetapkan dalam

(28)

Laporan Kinerja Instasi Pemerintah | 20

RENSTRA Sekretariat Badan Pengatur Jalan Tol Tahun 2015-2019. Di dalam penetapan kinerja Sekretariat Badan pengatur Jalan Tol Tahun 2015 telah ditetapkan target capaian kinerja sasaran kegiatan tahun 2015 yang menjadi panduan arah untuk mencapai visi dan misi dari Direktorat Jenderal Bina Marga. Agar target capaian kinerja yang ditetapkan dalam penetapan kinerja dapat terukur dengan baik, maka disusun indikator kinerja output dengan target dan alokasi anggaran kegiatan berdasarkan RKA-KL Awal tahun 2015.

Komponen penetapan kinerja tahun 2015 dapat dijelaskan meliputi hal-hal sebagai berikut:

a. Sasaran Strategis, sesuai dengan yang dimuat dalam RENSTRA Direktorat

Jenderal Bina Marga, pada penetapan kinerja Sekretariat Badan Pengatur

Jalan Tol tahun 2015 hanya terdapat 1 (satu) sasaran, yaitu Menurunnya

Waktu Tempuh pada Koridor Utama (Jawa dan Sumatera). Sasaran tersebut juga

merupakan sasaran yang diharapkan dicapai oleh Direktorat Jenderal Bina Marga selama periode 2015-2019.

b. Indikator Kinerja Program, sesuai dengan RENSTRA Direktorat Jenderal

Bina Marga terdapat 3 indikator kinerja program yang mendukung kinerja Direktorat Jenderal Bina Marga. Dari 5 indikator kinerja outcome tersebut, terdapat 1 indikator kinerja outcome yang mendukung kinerja Sekretariat BPJT, yaitu: waktu tempuh pada koridor utama.

c. Indikator Kinerja Output , sesuai dengan yang dimuat dalam RENSTRA

Unit Kerja Eselon II sebagaimana dicantumkan dalam RKA-KL Sekretariat BPJT Tahun 2015 bahwa terdapat 12 indikator kinerja output yang mendukung sasaran strategis Sekretariat BPJT. Adapun 11 indikator kinerja output yang tercantum dalam Dokumen Penetapan Kinerja Sekretariat BPJT Tahun 2015 dilaksanakan oleh Unit Kerja Sekretariat Badan Pengatur Jalan Tol melalui dua satuan kerja yaitu Satuan Kerja Sekretariat Pengatur Jalan Tol dan Satuan Kerja BLU-Bidang Pendanaan Sekretariat Badan Pengatur Jalan Tol dengan output sebagai berikut:

1. Jumlah Laporan Kajian dan evaluasi penyiapan pengusahaan Jalan Tol dan

data informasi Jalan Tol

2. Jumlah Dokumen pengaturan, penyiapan, pelayanan dan pengendalian

pengusahaan Jalan Tol

3. Jumlah Laporan pengawasan dan pemantauan perjanjian pengusahaan

Jalan Tol

4. Jumlah Dokumen perjanjian layanan dana bergulir untuk pengadaan

tanah Jalan Tol (BLU)

5. Jumlah Laporan monitoring dan evaluasi layanan dana bergulir untuk

pengadaan tanah Jalan Tol (BLU)

6. Jumlah Laporan pengelolaan dana hasil pengusahaan Jalan Tol (BLU)

7. Jumlah Laporan Sistem Pelaporan Secara Elektronik (e-Monitoring)

(29)

Laporan Kinerja Instasi Pemerintah | 21

8. Jumlah Bulan Layanan Perkantoran

9. Jumlah Bulan Layanan perkantoran (BLU)

10.Jumlah Kendaraan Bermotor

11.Jumlah Perangkat Pengolah Data dan Komunikasi

12.Jumlah Peralatan dan Fasilitas Perkantoran

d. Target, merupakan kuantitas yang ingin dicapai dari indikator kinerja output

yang dimiliki Sekretariat BPJT di tahun 2015. Target yang dicantumkan bersumber dari dokumen anggaran (RKA-KL) Awal Sekretariat BPJT Tahun 2015.

e. Jumlah anggaran, merupakan total alokasi anggaran Direktorat Bina

Program yang bersumber dari dokumen anggaran (RKA-KL) awal Sekretariat BPJT Tahun 2015.

Penetapan Kinerja Satker Sekretariat Pengatur Jalan Tol sebagaimana gambar di bawah ini.

SASARAN

PROGRAM INDIKATOR KINERJA TARGET

Menurunnya Waktu Tempuh pada Koridor Utama

Indikator Kinerja Program

Waktu Tempuh pada Koridor Utama 2,7 jam/ 100 km

Jumlah Laporan Kajian dan Evaluasi Penyiapan Pengusahaan Jalan Tol dan Data Informasi Jalan

Tol 4 Laporan

Jumlah Dokumen Pengaturan, Penyiapan, Pelayanan dan Pengendalian Pengusahaan Jalan Tol

5 Dokumen Jumlah Laporan Pengawasan dan Pemantauan

Perjanjian Pengusahaan Jalan Tol 7 Laporan

Tersedianya Dokumen Perjanjian Layanan Dana Bergulir untuk Pengadaan Tanah Jalan Tol

(BLU) 2 Dokumen

Tersedianya Laporan Monitoring dan Evaluasi Layanan Dana Bergulir untuk Pengadaan tanah

Jalan Tol (BLU) 1 Laporan

Tersedianya Laporan Pengelolaan Dana Hasil

Pengusahaan Jalan Tol (BLU) 1 Laporan

Jumlah Laporan Sistem Pelaporan Secara

Elektronik (e-Monitoring) Satker Kemen PU II 28 Laporan

Terpenuhinya Layanan Perkantoran 12 Bulan

Terpenuhinya Layanan Perkantoran (BLU) 12 Bulan

Jumlah Kendaraan Bermotor 3 Unit

Jumlah Perangkat Pengolah Data dan

Komunikasi 40 Unit

Jumlah Peralatan dan Fasilitas Perkantoran 115 Unit

Kegiatan

Pengaturan, Pengusahaan dan Pengawasan Jalan Tol

Anggaran

(30)

Laporan Kinerja Instasi Pemerintah | 22

BAB III

AKUNTABILITAS KINERJA

Pada bagian ini, dijelaskan tentang evaluasi dan analisis akuntabilitas kinerja, aspek keuangan berupa tingkat penyerapan anggaran serta hal-hal yang memerlukan perhatian untuk peningkatan kinerja Sekretariat Badan Pengatur Jalan Tol pada tahun 2015.

1.1 Pengelolaan Kinerja Unit Kerja

Dalam rangka mengukur capaian kinerja, Sekretariat Pengatur Jalan Tol telah mengeluarkan Dokumen Rencana Aksi yang di monitoring secara berkala melalui Laporan Monev dan Pengukuran Kinerja per triwulan. Data lengkap Laporan Monitoring dan evaluasi dan Pengukuran Kinerja disajikan dalam tabel di bawah ini:

(31)

Laporan Kinerja Instasi Pemerintah | 23

No Kode Program/ Kegiatan/Output Target Pagu (Rp. Ribu) Realisasi (Rp. Ribu)

Keuangan Fisik Capaian

Target

TW 1 TW 2 TW 3 TW 4 TW 1 TW 2 TW 3 TW 4

RN RL RN RL RN RL RN RL RN RL Kinerja RN RL Kinerja RN RL Kinerja RN RL Kinerja

104 2410. Pengaturan, Pengusahaan, Pengawasan Jalan Tol 0 62.379.034,00 42.600.473,33 6,70 2,57 25,07 11,87 54,69 33,35 100 48,01 5,12 3,55 69,43 17,67 10,36 58,62 45,45 33,59 73,90 100 84,36 84,36

105 2410.001 Kajian dan Evaluasi Penyiapan Pengusahaan Jalan Tol dan Data

Informasi Jalan Tol 5 6.406.363,00 6.085.288,06 4,55 0,46 28,59 8,09 74,32 35,10 100 67,75 2,28 0,72 31,39 9,14 8,21 89,88 41,27 45,63 110,57 100 99,77 99,77

106 2410.002 Dokumen Pengaturan, Penyiapan, Pelayanan dan Pengendalian

Pengusahaan Jalan Tol 5 7.825.108,00 7.715.561,78 1,15 0,17 20,13 9,91 63,31 55,22 100 75,64 1,26 1,70 135,35 10,29 6,65 64,60 45,27 52,55 116,07 100 99,35 99,35

107 2410.003 Laporan Pengawasan dan Pemantauan Perjanjian

Pengusahaan Jalan Tol 7 10.498.943,00 10.224.056,26 3,82 1,82 29,80 11,46 68,76 41,31 100 71,44 5,20 3,35 64,34 15,52 11,08 71,35 52,64 32,72 62,16 100 98,96 98,96

108 2410.004 Dokumen Perjanjian Layanan Dana Bergulir untuk Pengadaan Tanah

jalan tol (BLU) 2 2.396.952,00 427.211,15 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 11,26 100 11,26 0,00 0,00 100,00 0,00 0,00 100,00 0,00 11,26 0,00 100 37,72 37,72

109 2410.005 Laporan Monitoring dan Evaluasi layanan Dana Bergulir untuk

Pengadaan Tanah jalan tol (BLU) 1 3.016.222,00 1.300.111,43 13,34 0,00 44,91 14,50 69,97 25,48 100 25,48 13,34 2,41 18,05 44,91 14,50 32,29 69,97 25,48 36,41 100 90,00 90,00

110 2410.006 Laporan Pengelolaan dana Hasil Pengusahaan Jalan Tol (BLU) 13 9.475.500,00 6.509.729,65 0,00 0,00 0,26 1,00 28,67 23,26 100 23,26 0,00 0,00 100,00 0,26 1,05 405,34 28,67 30,93 107,88 100 87,88 87,88

111 2410.009 Layanan Perkantoran (BLU) 12 8.860.576,00 2.117.521,11 2,07 0,00 17,06 9,02 29,56 17,14 100 17,14 2,06 2,20 106,52 17,07 9,02 52,85 29,56 17,14 57,98 100 39,63 39,63

112 2410.011 Sistem Pelaporan secara Elektronik (e-Monitoring) Satker Kem. PU II

(Jmlh Paket 11 - 20) 29 55.624,00 45.994,00 0,63 0,00 18,79 17,53 22,38 24,54 100 38,56 9,66 0,00 0,00 21,74 0,00 0,00 33,82 24,54 72,56 100 91,93 91,93

113 2410.994 Layanan Perkantoran 12 12.121.746,00 7.700.330,38 23,19 11,30 49,51 29,44 74,76 40,75 100 58,30 14,93 11,69 78,34 40,00 24,06 60,15 70,22 39,56 56,34 100 97,75 97,75

114 2410.995 Kendaraan Bermotor 6 780.000,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 100 0,00 0,00 0,00 100,00 0,00 0,00 100,00 0,00 0,00 100,00 100 0,00 100,00

115 2410.996 Perangkat Pengolah Data dan Komunikasi 40 611.600,00 457.696,50 0,00 0,00 16,35 0,00 67,04 29,93 100 53,41 0,00 0,00 100,00 20,44 0,00 0,00 67,04 29,93 44,64 100 74,92 74,92

(32)

Laporan Kinerja Instasi Pemerintah | 24

Penjelasan kriteria penilaian dari tabel diatas sebagai berikut :

Tabel 3 Kriteria Penilaian Monitoring dan Evaluasi Kinerja Triwulanan

NO KATEGORI NILAI ANGKA INTERPRETASI KATEGORI WARNA 1 AA >85 – 100 Memuaskan 2 A >75 – 85 Sangat Baik

3 B >65 – 75 Baik, Perlu sedikit perbaikan

4 CC >50 – 65 Cukup (memadai), perlu banyak

perbaikan yang tidak mendasar

5 C >30 – 50 Kurang, perlu banyak perbaikan,

termasuk perubahan yang mendasar

6 D 0 – 30 Sangat Kurang, perlu banyak sekali

perbaikan & perubahan yang sangat mendasar

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa pada triwulan pertama, kedua dan ketiga, hampir seluruh indikator kinerja output belum dapat memenuhi target kinerjanya. Walupun pada akhirnya di triwulan keempat sebagian besar indikator kinerja output berhasil memenuhi target kinerjanya, tabel di atas memberikan informasi bahwa Sekretariat Badan Pengatur Jalan Tol perlu memperbaiki pola perencanaan per triwulannya. Untuk perbaikan di masa yang akan datang, Sekretariat Badan Pengatur Jalan Tol akan berupaya untuk menyusun target kinerja per triwulan dengan lebih matang dan rasional agar tidak terjadi deviasi yang besar target kinerja dan realisasi. Pelaksanaan pekerjaan di tahun yang akan datang akan diupayakan untuk selalu mengacu pada target per triwulan yang telah ditetapkan sehingga dapat menghasilkan kinerja yang lebih berkualitas, akuntabel, efektif dan efisien

1.2 Evaluasi dan Analisis Kinerja

Pengukuran Kinerja adalah proses sistematis dan berkesinambungan untuk menilai keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan program, kebijakan, sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan dalam mewujudkan visi, misi dan strategi dari masing-masing Instansi Pemerintah.

(33)

Laporan Kinerja Instasi Pemerintah | 25 PENGUKURAN KINERJA

Unit Kerja Eselon II Sekretariat Badan Pengatur Jalan Tol Tahun Anggaran 2015

SASARAN

PROGRAM INDIKATOR KINERJA TARGET REALISASI %

Menurunnya Waktu Tempuh pada Koridor Utama

Outcome

Waktu Tempuh pada Koridor Utama 2,7

jam /100km 100 100

Output

Jumlah Laporan Kajian dan Evaluasi Penyiapan Pengusahaan Jalan Tol dan Data Informasi Jalan Tol

4 Laporan 4 Laporan 100

Jumlah Dokumen Pengaturan, Penyiapan, Pelayanan dan

Pengendalian Pengusahaan Jalan Tol

5 Dokumen 5 Dokumen 100

Jumlah Laporan Pengawasan dan Pemantauan Perjanjian Pengusahaan Jalan Tol

7 Laporan 7 Laporan 100

Tersedianya Dokumen Perjanjian Layanan Dana Bergulir untuk Pengadaan Tanah Jalan Tol (BLU)

2 Dokumen 2 Dokumen 100

Tersedianya Laporan Monitoring dan Evaluasi Layanan Dana Bergulir untuk Pengadaan tanah Jalan Tol (BLU)

1 Laporan 1 Laporan 100

Tersedianya Laporan Pengelolaan Dana

Hasil Pengusahaan Jalan Tol (BLU) 1 Laporan 1 Laporan 100

Jumlah Laporan Sistem Pelaporan Secara Elektronik (e-Monitoring) Satker Kemen PU II

28 Laporan 28 Laporan 28

Terpenuhinya Layanan Perkantoran 12 Bulan

Layanan 12 Layanan Bulan 100 Terpenuhinya Layanan Perkantoran

(BLU) 12 Layanan Bulan 12 Layanan Bulan 100

Jumlah Kendaraan Bermotor 3 Unit 0 Unit 0

Jumlah Perangkat Pengolah Data dan

Komunikasi 40 Unit 32 Unit 80

Jumlah Peralatan dan Fasilitas

Perkantoran 115 Unit 15 Unit 15

Jumlah Anggaran : Rp. 64.612.000.000,00 Jumlah Realisasi : Rp. 42.600.473.325,00

Keberhasilan/kegagalan capaian indikator kinerja outcome dan output di Sekretariat Pengatur Jalan Tol dijelaskan sebagai berikut :

1. Kinerja outcome Sekretariat BPJT Tahun 2015 mendukung 1 (indikator)

indikator kinerja outcome program Penyelenggaraan Jalan di Direktorat Jenderal Bina Marga yaitu Menurunnya Waktu Tempuh pada Koridor Utama.

2. Rata-rata capaian kinerja output Sekretariat BPJT tahun 2015 adalah 88%.

Dari angka rata-rata capaian kinerja ini, kinerja output Sekretariat BPJT dapat dikatakan berhasil. Hal ini dikarenakan dari 11 indikator kinerja output,

(34)

Laporan Kinerja Instasi Pemerintah | 26

hampir semua indikator kinerja output sesuai dengan target yang telah ditetapkan dalam Dokumen Penetapan Kinerja. Indikator kinerja output yang tidak sesuai dengan dokumen Penetapan Kinerja adalah indikator kinerja output Kendaraan Bermotor, Perangkat Pengolah Data dan Komunikasi, serta Peralatan dan Fasilitas Perkantoran masing-masing capaiannya adalah 0%, 80% dan 15%. Hal yang menyebabkan capaian kinerja output ini tidak sesuai dengan nilai yang ditargetkan adalah karena adanya perubahan prioritas pemenuhan kebutuhan belanja meubelair dan alat komunikasi dan pengolah data sehingga dalam berakibat pada tidak tercapainya pemenuhan target output. Selain itu, masih terdapat kendala dalam hal proses penghapusan barang-barang modal yang dalam kondisi rusak. Untuk belanja kendaraan bermotor, dana untuk belanja tersebut dibintang oleh Direktorat Jenderal Anggaran Kementerian Keuangan.

Dalam pelaksanaan dan pencapaian kinerja dari tahun ke tahun, Sekretariat BPJT selalu berupaya melakukan perbaikan. Adapun gambaran perbandingan rata-rata capaian kinerja output Sekretariat BPJT mulai tahun 2011-2015 dapat dilihat dari grafik berikut ini:

Gambar 5 Perbandingan Rata-Rata Capaian Kinerja Output Sekretaris BPJT Tahun 2011-2015

Dari grafik di atas dapat disimpulkan bahwa kinerja Sekretarariat BPJT cenderung berkisar pada angka 85-100 %. Rata-rata capaian kinerja tersebut fluktuatif karena adanya beberapa penyesuaian terkait kebijakan pemerintah misalnya adanya penghematan anggaran yang mempengaruhi besaran capaian kinerja output. Pada tahun 2013, terdapat penurunan kinerja yang cukup signifikan, yaitu sebesar 5% karena adanya dana bintang di Satker BLU-BP Set BPJT yang jumlahnya cukup signifikan sehingga mengurang progress capaian kinerja satker

Gambar

Gambar 1 Stuktur Organisasi Badan Pengatur Jalan Tol
Gambar 2 Jumlah Pegawai Menurut Golongan 0 7 33 14  Gol I Gol II Gol IIIGol IV
Gambar 3 Jumlah Pegawai Menurut Tingkat Pendidikan
Tabel  3 Kriteria Penilaian Monitoring dan Evaluasi Kinerja Triwulanan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pendidikan merupakan bagian kebutuhan mendasar manusia yang harus dipenuhi oleh setiap manusia. Pendidikan adalah bagian dari masalah politik sebagai pengelolaan urusan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui cara pembuatan VCO (Virgin Coconut Oil) dengan proses fermentasi, enzimatis dengan menggunakan bahan bonggol nanas,

Dalam penelitian ini hasil penggunaan algoritma least connection untuk load balancing lebih memberikan performa yang baik dibandingankan algoritma round robin

Tulisan ini menyimpulkan bahwa Implementasi nilai TQM dalam pengelolaan wakaf di Dompet Dhuafa dapat dikatakan relatif maju karena perhatian lembaga ini kepada pelanggan,

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel Net Performing Loan (NPL) secara simultan berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap Profitabilitas Bank (ROA)

Rentabilitas dan risiko kredit berpengaruh positif dan signifikan, permodalan mempunyai pengaruh positif tidak signifikan, likuiditas tidak berpengaruh signifikan,

Berdasarkan hasil uji One Way ANOVA diperoleh nilai P sebesar 0,00 yang artinya p < 0,05 (α) maka terdapat pengaruh yang significant sehingga terjadi

2.4.3 Internal Conflict (Konflik Internal) 6 2.4.4 Other Unwanted Side Effects (Efek Samping lain yang Tidak Diinginkan) 6 2.5 Konsep-Konsep Perilaku Berkaitan Dalam Perencanaan 7