• Tidak ada hasil yang ditemukan

Makalah Sistem Hukum Eropa Kontinental

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Makalah Sistem Hukum Eropa Kontinental"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

SISTEM HUKUM EROPA KONTINENTAL

(CIVIL LAW)

MAKALAH

Disusun Sebagai Salah satu Tugas Mata Kuliah Sistem Hukum di Indonesia

SITI SADIAH 12214110217

FAKULTAS AGAMA ISLAM UNIVERSITAS IBN KHALDUN BOGOR

(2)

i

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.

Segala puji dan syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan nikmat dan karunia-Nya berupa iman, islam dan ilmu serta bimbingann-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Sistem Hukum Eropa Kontinental (Civil law)”.

Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Fiqh Munakahat. Penulis berharap, makalah ini bermanfaat untuk menambah pengetahuan mengenai sistem hukum Eropa Kontinental.

Penyusun juga mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1 Bapak dosen Ibrahim Fajri, S.H, M.E.I yang telah memberikan ilmunya, bimbingan dan kesabarannya hingga akhirnya makalah ini dapat selesai tepat pada waktunya.

2 Semua staf dan pegawai perpustakaan yang banyak memberikan referensi buku sehingga penyusun mudah menyusun makalah.

Tentunya makalah ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu kritik dan saran yang membangun dari semua pihak sangat penyusun harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.

Penyusun berharap, makalah ini dapat bermanfaat untuk ke depan dan rekan-rekan mahasiswa lainnya. Aamiin.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Bogor, 1 Juni 2013

(3)

ii DAFTAR ISI

Halaman

BAB I ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 2

1. Apa yang dimaksud dengan Sistem Hukum Eropa Kontinental?... 2

2. Negara apa sajakah yang menganut Sistem Hukum eropa Kontinental? ... 2

3. Apa saja Karakteristi sistem hukum Eropa Kontinental? ... 2

4. Apa saja yang menjadi sumber hukum Eropa Kontinental ... 2

C. Tujuan Penulisan ... 2

BAB II ... 3

A. Sistem Hukum Eropa Kontinental ... 3

1. Pengertian Sistem Hukum Eropa Kontinental ... 3

2. Karakteristik hukum Eropa Kontinental : ... 5

3. Sumber hukum sistem hukum eropa kontinental : ... 6

4. Negara-negara Penganut Sistem Hukum Eropa Kontinental ... 9

5. Kelebihan dan Kekurangan Sistem Hukum Eropa Kontinental ... 9

BAB III ... 11

A. Kesimpulan ... 11

(4)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

(5)

2 B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan Sistem Hukum Eropa Kontinental?

2. Negara apa sajakah yang menganut Sistem Hukum eropa Kontinental?

3. Apa saja Karakteristi sistem hukum Eropa Kontinental? 4. Apa saja yang menjadi sumber hukum Eropa Kontinental

C. Tujuan Penulisan

(6)

3 BAB II

PEMBAHASAN

A. Sistem Hukum Eropa Kontinental

1. Pengertian Sistem Hukum Eropa Kontinental

Pengertian Civil Law dapat dipaparkan dalam definisi berikut ini: “ Civil Law may be defined as that legal tradition which has its origin in Roman Law, as codified in the Corpus Juris Civilis of Justinian, and subsequently developed in Continental Europe and around the world. Civil Law eventually divided into two streams: The codified Roman Law ( French Civil Code 1804 and its progeny and imitators-continental Europe, Quebec and Louisiana ) and uncodified Roman Law ( Scotland and South Africa ). Civil Law is highly systematized and structured and relies on declarations of board, general

principles, often ignoring details.”

Apabila diterjemahkan lebih kurang demikian: hukum sipil dapat didefinisikan sebagai suatu tradisi hukum yang berasal dari Hukum Roma yang terkodifikasi dalam Corpus Juris Civilis Justinian dan tersebar keseluruh benua Eropa dan seluruh Dunia. Kode sipil terbagi ke dalam dua cabang, yaitu:

a. Hukum romawi yang terkodifikasi ( Kode sipil Prancis 1804 ) dan daerah lainnya di benua Eropa yang mengadopsinya, Quebec dan Lousiana; dan b. Hukum Romawi yang tidak dikodifikasi ( Skotlandia dan Afrika Selatan ).

Hukum Kode sipil sangat sistematis, terstruktur yang berdasarkan deklarasi para dewan, prinsip-prinsip umum dan sering menghindari hal-hal yang detail.

(7)

4

dikenal juga dengan sistem Eropa Kontinental. Kemudian disebarkan negara-negara Eropa Daratan kepada daerah-daerah jajahannya.

Sistem hukum eropa kontinental biasa disebut dengan istilah “Civil Law” atau yang disebut juga sebagai “Hukum Romawi”. Sistem hukum ini disebut sebagai hukum romawi karena sistem hukum eropa kontinental memang bersumber dari kodifikasi hukum yang digunakan pada masa kekaisaran romawi tepatnya pada masa pemerintahan Kaisar Justinianus yang memerintah romawi pada sekitar abad ke-5 antara 527 sampai dengan 565 M.

Peraturan-peraturan hukumnya merupakan kumpulan dari berbagai kaidah hukum yang ada sebelum masa Justinianus yang kemudian disebut ‘Corpus Juris Civilis’. Sistem hukum eropa kontinental banyak dianut dan dikembangkan di negara-negara eropa. Dalam perkembangannya, prinsip-prinsip hukum yang terdapat pada Corpus Juris Civilis itu dijadikan dasar perumusan dan kodifikasi hukum di negara-negara Eropa daratan, seperti Jerman, Belanda, Perancis, Italia, Amerika Latin, dan Asia termasuk Indonesia pada masa penjajahan pemerintah Belanda.

Dalam sistem hukum eropa kontinental, hukum memliki kekuasaan yang mengikat karena hukum yang terdiri dari kaidah atau peraturan-peraturan tersebut telah disusun secara sistematis dan dikodifikasi (dibukukan).

Pada sistem ini, putusan pengadilan berdasarkan pada peraturan perundang undangan yang berlaku, contohnya bisa UUD 45, Tap MPR, UU/Perpu, Peraturan Pemerintah, Perpres/Kep Pres, MA, Keputusan Menteri dan lain lain. jadi, keputusan pengadilan bersifat fleksibel (berubah ubah) tergantung hakim yang memutuskan berdasarkan fakta/bukti yang ada.

(8)

5

hukum dapat diwujudkan jika tindakan-tindakan hukum manusia di dalam pergaulan hidup diatur dengan peraturan-peraturan hukum yang tertulis. Dengan tujuan hukum itu dan berdasarkan sistem hukum yang dianut, maka hakim tidak dapat leluasa untuk menciptakan hukum yang mempunyai kekuatan mengikat hukum. Hakim hanya berfungsi ‘menetapkan dan menafsirkan peraturan-peraturan dalam batas-batas wewenangnya’. Putusan seorang hakim dalam suatu perkara hanya mengikat para pihak yang berperkara saja (doktrins Res Ajudicata). Dalam sistem hukum eropa kontinental dikenal adagium1 yang berbunyi bahwa tidak ada hukum selain undang-undang atau dengan kata lain bahwa hukum merupakan undang-undang itu sendiri.

Dalam sistem hukum eropa kontinental tidak dikenal adanya yurisprudensi yang menjadi ciri sistem hukum anglo saxon. Putusan hakim hanya berlaku dan mengikat pihak-pihak yang bersengketa saja atau pada satu kasus tertentu dan tidak dapat mengikat umum atau dijadikan sebagai dasar untuk memutus perkara lainnya yang serupa. Dalam hal ini hakim hanya berperan sebagai pembuat keputusan sesuai dengan kewenangan yang dimiliki dan penafsirannya terhadap peraturan-peraturan perundang-undangan yang berlaku. Sistem hukum eropa kontinental adalah suatu sistem hukum yang di dalamnya menganut aliran frele recht lehre yaitu dimana hukum tidak dibatasi oleh undang-undang tetapi hakim diberikan kebebasan untuk melaksanakan undang-undang atau mengabaikannya.

2. Karakteristik hukum Eropa Kontinental :

a. Adanya kodifikasi. hukum memperoleh kekuatan mengikat, karena diwujudkan dalam peraturan-peraturan yang berbentuk undang-undang dan tersusun secara sistematik di dalam kodifikasi

b. Hakim tidak terikat kepada preseden sehingga undang-undang menjadi sumber hukum yang terutama. Penganut sistem Civil Law memberi

(9)

6

keleluasaan yang besar bagi hakim untuk memutus perkara tanpa perlu meneladani putusan-putusan hakim terdahulu. Yang menjadi pegangan hakim adalah aturan yang dibuat oleh parlemen, yaitu undang-undang. c. Sistem peradilan bersifat inkuisitorial. Di dalam sistem itu, hakim

mempunyai peranan yang besar dalam mengarahkan dan memutuskan perkara; hakim aktif dalam menemukan fakta dan cermat dalam menilai alat bukti. Menurut pengamatan Friedman, hakim di dalam sistem hukum Civil Law berusaha untuk mendapatkan gambaran lengkap dari peristiwa yang dihadapinya sejak awal. Sistem ini mengandalkan profesionalisme dan kejujuran hakim.

3. Sumber hukum sistem hukum eropa kontinental :

a) Peraturan perundang-undangan yang dibentuk oleh lembaga legislatif atau Statutes;

b) Peraturan-peraturan hukum (Regulation) yang dibuat pemegang kekuasaan eksekutif berdasarkan wewenang yang telah ditetapkan oleh undang-undang (peraturan-peraturan hukum administrasi negara);

c) Kebiasaan-kebiasaan (custom) yang telah hidup dalam masyarakat dan yang tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan dan dapat diterima sebagai hukum oleh masyarakat.

Dalam rangka menemukan keadilan, para yuris (para ahli hukum) dan lembaga-lembaga yudisial maupun quasi-judisial merujuk kepada sumber-sumber tersebut. Dari sumber-sumber-sumber-sumber itu, yang menjadi rujukan pertama dalam tradisi sistem hukum Civil Law adalah peraturan perundang-undangan. Negara-negara penganut civil law menempatkan konstitusi pada urutan tertinggi dalam hirarki peraturan perundang-undangan. Semua negara penganut civil law

mempunyai konstitusi tertulis.

(10)

7

secara individual tetapi harus dihormati oleh orang lain. Sebagai contoh penetapan, misalnya, pemberian grasi oleh Presiden Republik Indonesia melalui suatu keputusan presiden ( Keppres ) kepada seorang terpidana yang putusan pemidanaannya telah memiliki kekuatan yang tetap. Sumber hukum yang kedua yang dirujuk oleh para yuris di negara-negara penganut Civil Law dalam memecahkan masalah adalah kebiasaan-kebiasaan. Pada kenyataannya, undang-undang tidak pernah lengkap. Kehidupan masyarakat begitu kompleks sehingga undang-undang tidak mungkin dapat menjangkau semua aspek kehidupan tersebut. Sedangkan dilain pihak, dibutuhkan aturan-aturan yang dijadikan pedoman manusia dalam bertingkah laku untuk hidup bermasyarakat. Dalam hal inilah dibutuhkan hukum kebiasaan. Yang menjadi sumber hukum bukanlah kebiasaan, melainkan hukum kebiasaan. Kebiasaan tidak mempunyai kekuatan mengikat. Agar kebiasaan menjadi hukum kebiasaan diperlukan dua hal, yaitu tindakan itu dilakukan secara berulang-ulang ( usus ) dan adanya unsur psikologis mengenai pengakuan bahwa apa yang dilakukan secara terus-menerus dan berulang-ulang itu aturan hukum. Unsur ini mempunyai relevansi yuridis, yaitu tindakan itu bukan sekadar dilakukan secara berulang-ulang, melainkan tindakan itu harus disebabkan oleh suatu kewajiban hukum yang menurut pengalaman manusia harus dilakukan. Unsur psikologis itu dalam bahasa latin disebut Opinio Necessitatis, yang berarti pendapat mengenai keharusan bahwa orang bertindak sesuai dengan norma

yang berlaku akibat adanya kewajiban hukum.

(11)

8

aturan perundang-undangan, ditujuka untuk mengatur situasi yang ada dan menghindari konflik; dengan demikian, aturan-aturan itu dibuat untuk hal-hal setelah undang-undang itu diundangkan. Undang-undang dalam hal demikian merupakan suatu pedoman mengenai apa yang boleh dan yang tidak boleh dilakukan.

Berdasarkan sumber-sumber hukum itu, maka sistem hukum Eropa Kontinental penggolongannya ada dua yaitu ‘hukum publik’ dan ‘hukum privat’.

Hukum publik mencakup peraturan-peraturan hukum yang mengatur kekuasaan dan wewenang penguasa/negara serta hubungan-hubungan antara masyarakat dan negara. Termasuk dalam hukum publik adalah :

1. Hukum tata negara

2. Hukum administrasi negara 3. Hukum pidana

Hukum privat mencakup peraturan-peraturan hukum yang mengatur tentang hubungan antara individu-individu dalam memenuhi kebutuhan hidup demi hidupnya. Termasuk dalam hukum privat adalah :

1. Hukum sipil 2. Hukum dagang

Sejalan dengan perkembangan peradaban manusia sekarang, maka batas-batas yang jelas antara hukum publik dan hukum privat itu semakin sulit ditentukan, karena :

(12)

9

b) Makin banyaknya ikut campur negara didalam bidang kehidupan yang sebelumnya hanya menyangkut hubungan perorangan. Misalnya bidang perdagangan, bidang perjanjian, dan sebagainya.

4. Negara-negara Penganut Sistem Hukum Eropa Kontinental

a. Perancis

Indonesia menganut sistem Eropa dapat dilihat dalam ketentuan pasal 95 ayat 2, dimana dikatakan bahwa undang-undang tidak dapat diganggu gugat. Hal ini berarti bahwa tidak ada kekuasaan lain dari Pembentuk undang-undang itu sendiri yang berhak menyelidiki apakah undang-undang itu bertentanagan atau tidak dengan UUD.

5. Kelebihan dan Kekurangan Sistem Hukum Eropa Kontinental

a. Kelebihan:

1) Sistem hukumnya tertulis dan terkodifikasi, sehingga ketentuan yang

berlaku dengan mudah dapat diketahui dan digunakan untuk

menyelesaikan setiap terjadi peristiwa hukum (kepastian hukum yang

lebih ditonjolkan). Contoh tata hukum pidana yang sudah dikodifikasikan

(KUHP), jika terjadi pelanggaran tehadap hukum pidana maka dapat

dilihat dalam KUHP yang sudah dikodifikasikan tersebut.

2) Prinsip utama yang menjadi dasar sistem hukum Eropa Komtinental itu

adalah “hukum memperoleh kekuatan mengikat, karena diwujudkan dalam

peraturan-peraturan yang berbentuk undang-undang dan tersusun secara

(13)

10

dianut karena ingin mencapai tujuan hukum yaitu ”kepastian hukum.”

Sehingga kepastiam hukum di sistem hukum Eropa Kontinental ini sangat

diperhatikan dan dijamin.

3) Sumber hukum yang digunakan adalah undang-undang. Undang-undang

ini dibentuk oleh kekuasaan legislatif yang disahkan eksekutif. Sehingga,

ada kerja sama yang baik antar pemegang kekuasaan dalam pembentukan

undang-undang.

4) Adanya penggolongan sistem hukum Eropa Kontinental dalam 2 bidang,

yaitu hukum privat dan hukum publik. Sehingga lebih mudah untuk

menyelesaikan sebuah perkara. Jika perkara antara masyarakt dan negara

maka termasuk hukum publik. Dan jika pertentangan antar individu di

masyarakat, maka termasuk dalam bidang hukum privat.

5) Adanya pembuatan undang-undang baru yang menyesuaikan

perkembangan masyarakat. Suatu contoh adalh undang-undang tipikor

(tindak pidana korupsi) di Indonesia. Dengan adanya undang-undang yang

baru akan lebih memudahkan penyelesaian perkara yang bersangkutan.

6) Penyelesaian sebuah perkara akan selalu berpegang teguh pada

undang-undang. Sehingga putusan-putusan diharapkan bersifat obyektif.

b. Kelemahan:

1) Sistemnya terlalu kaku, tidak bisa mengikuti perkembangan zaman karena

hakim harus tunduk terhadap perundang-undang yang sudah berlaku

(hukum positif). Padahal untuk mencapai keadilan masyarakat hukum

harus dinamis, menyesuaikan perkembangan masyarakat

1) Hakim hanya berfungsi menetapkan dan menafsirkan peraturan-peraturan

dalam batas-batas wewenangnya. Putusan seorang hakim dalam suatu

perkara hanya mengikat para pihak yang berperkara saja. Sehingga dalam

penyelesaian perkara yang sama di lain waktu, seorang hakim harus

(14)

11 BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Sistem yang dianut oleh negara-negara Eropa Kontinental yang didasarkan atas hukum Romawi disebut sebagai sistem Civil law. Disebut demikian karena hukum Romawi pada mulanya bersumber kepada karya agung Kaisar Iustinianus Corpus Iuris Civilis. Sistem Civil Law dianut oleh negara-negara Eropa Kontinental sehingga kerap disebut juga sistem kontinental. hukum sipil dapat didefinisikan sebagai suatu tradisi hukum yang berasal dari Hukum Roma yang terkodifikasi dala, Corpus Juris Civilis Justinian dan tersebar keseluruh benua Eropa dan seluruh Dunia. Kode sipil terbagi ke dalam dua cabang, yaitu Hukum romawi yang terkodifikasi dan Hukum Romawi yang tidak dikodifikasi.

Sistem Civil Law mempunyai tiga karakteristik, yaitu adanya kodifikasi, hakim tidak terikat kepada preseden sehingga undang-undang menjadi sumber hukum yang terutama, dan sistem peradilan bersifat inkuisitorial. Bentuk-bentuk sumber hukum dalam arti formal dalam sistem hukum Civil Law berupa peraturan perundang-undangan, kebiasaan-kebiasaan, dan yurisprudensi.

B. Saran

(15)

iii

DAFTAR PUSTAKA

Djamali, R. A. (1984). Pengantar Hukum Indonesia. Jakarta: CV. Rajawali. muksalmina. (2011, 2 12). muksalmina. Dipetik 5 13, 2013, dari wordpress:

http://muksalmina.wordpress.com/2011/01/11/sistem-hukum-civil-law-eropa-kontinental/

saveandsound. (2012, 2 13). saveandsound. Dipetik 5 13, 2013, dari wordpress:

http://saveandsound.wordpress.com/2012/02/13/sistem-hukum-eropa-kontinental/

Tresna, M. R. (1978). Peradilan di Indonesia dari abad ke abad. Jakarta: Pradnya Paramita. wikipedia. (t.thn.). wikipedia. Dipetik 5 13, 2013, dari id.wikipedia.org:

Referensi

Dokumen terkait

Sistem hukum Common Law merupakan sistem hukum yang berasal dari Inggris dan kemudian berkembang di negara – negara jajahan Inggris dan / atau persemakmuran

Hukum yang mengatur masalah perbankan disebut hukum perbankan (Banking Law) yakni merupakan seperangkat kaedah hukum dalam bentuk peraturan perundang undangan, yurisprudensi,

spesifikasi : (a) telah ada dalam arti sebagai bagian integral dari hukum nasional, (b) telah ada dalam arti dengan kemandirian dan kekuatan wibawanya, ia diakui oleh

Dengan demikian di negara-negara tersebut, dan pada umumnya negara-negara yang bersistem hukum Civil-Law atau Eropa Kontinental, istilah yurisprudensi diartikan

Berdasarkan hasil yang dicapai dalam pelaksanaan penelitian ini, diperoleh kesimpulan, bahwa persamaan sistem hukum Civil Law, Common Law, dan Islamic Law

Momentum yuridis yang melatar belakangi hubungan hukum antara bank dengan nasabah debitor adalah asas konsensualisme, yang tercermin dalam Pasal 1320 angka 1 KUH Perdata

Diadakan sentralisasi pengadilan royal court yang menggunakan common law yang merupakan suatu unifikasi hukum kebiasaan yang sudah diputus Hakim yurisprudensi.52 Pada dasarnya, sama

Ketiga, Hukum-hukum yang disebutkan dalam Alquran atau hadis Nabi dijelaskan berlaku untuk umat sebelum Nabi Muhammad, namun secara jelas tidak dinyatakan berlaku untuk kita, juga tidak