• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Basis Ekonomi Kota Surabaya dal

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Analisis Basis Ekonomi Kota Surabaya dal"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS BASIS EKONOMI KOTA SURABAYA

DALAM PENGEMBANGAN SEKTOR UNGGULAN

(PERIODE 2011

2014)

MAKALAH

Untuk memenuhi tugas mata kuliah Ekonomi Regional

Oleh:

ELISSYAH NUR MEDINA

NIM 041511133108

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS AIRLANGGA

(2)

2

ANALISIS BASIS EKONOMI KOTA SURABAYA

DALAM PENGEMBANGAN SEKTOR UNGGULAN

(PERIODE 2011

2014)

Elissyah Nur Medina

NIM 041511133108

Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Airlangga Email: elissyah.nur.medina-2015@feb.unair.ac.id

Abstrak

Produk domestik regional bruto (PDRB) menjadi indikator yang lazim digunakan dalam mengukur pertumbuhan ekonomi suatu daerah. Kontribusi PDRB Kota Surabaya terhadap Provinsi Jawa Timur cukup signifikan. Struktur ekonomi pada umumnya terdiri dari berbagai sektor yang kemudian didikotomikan menjadi sektor basis dan sektor non-basis. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikas i sektor-sektor mana saja di Surabaya yang dikategorikan basis maupun non-basis. Metode Location Quotient dipakai untuk mengolah data dari PDRB Kota Surabaya dan PDRB Provinsi Jawa Timur serta mengkategorikan sektor-sektor terkait. Hasil dari penelitan ini diharapkan mampu untuk mengetahui potensi dari sektor yang perlu dikembangkan lebih intensif agar dapat meningkatkan pembangunan daerah.

(3)

3 DAFTAR ISI

Halaman Cover...1

Abstrak ...2

Daftar Isi...3

Bab 1 Pendahuluan ...4

1.1. Latar Belakang ...4

1.2. Rumusan Masalah ...5

1.3. Tujuan Penelitian...5

Bab 2 Tinjauan Pustakan ...6

2.1 Teori Pembangunan Ekonomi Daerah ...6

2.2 Produk Domestik Regional Bruto ...6

2.3 Teori Basis Ekonomi ...7

2.4 Strategi Pembangunan Daerah melalui Pengembangan Sektor Unggulan..9

Bab 3 Metode Penelitian ...11

3.1 Jenis dan Sumber Data ...11

3.2 Metode Analisis Data ...11

Bab 4 Hasil dan Pembahasan ...13

4.1 Analisis Basis Ekonomi Kota Surabaya...13

4.2 Peranan Sektor Unggulan dalam Pembangunan Daerah...14

Bab 5 Penutup ...16

5.1 Kesimpulan...16

5.2 Saran ...16

(4)

4 BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses dimana pemerinta h

daerah dan masyarakatnya mengelola sumber daya yang ada dan membentuk suatu

pola kemitraan antara pemerintah daerah dengan sektor swasta untuk menciptakan

suatu lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan pertumbuhan ekonomi

dalam wilayah tersebut. Oleh karena itu, pemerintah daerah beserta partisipasi

masyarakatnya dan dengan menggunakan sumber daya-sumber daya yang ada

harus mampu menaksir potensi sumber daya yang diperlukan untuk merancang dan

membangun perekonomian daerah (Arsyad, 1999).

Sejak disahkannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang

Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah,

pemerintah daerah diwajibkan melaksanakan desentralisasi dan mendorong

pertumbuhan ekonomi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat/pelaya na n

publik serta memajukan perekonomian daerah.

Kota Surabaya merupakan ibukota Provinsi Jawa Timur sekaligus sebagai

kota metropolitan dimana Surabaya menjadi pusat kegiatan ekonomi, keuangan,

dan bisnis di daerah Jawa Timur dan sekitarnya. Selain itu, sebagai salah satu pusat

perdagangan, Surabaya tidak hanya menjadi pusat perdagangan bagi wilayah Jawa

Timur, namun juga memfasilitasi wilayah-wilayah di Jawa Tengah, Kalimanta n,

dan kawasan Indonesia Timur.

Dengan adanya otonomi daerah, pemerintah Kota Surabaya perlu kreatif

serta inovatif dalam memajukan perekonomian daerah. Peran dari investasi swasta

dan perusahaan milik daerah sangat diharapkan sebagai pembangkit utama

pertumbuhan dan pembangunan ekonomi. Para investor pun harus memperhat ika n

sektor mana saja yang memerlukan bantuan dana untuk pengembangan sehingga

diperlukan analisis untuk mengetahuinya. Investasi yang tepat sasaran dan

pengolahannya akan mampu mendorong pertumbuhan ekonomi daerah dan dapat

(5)

5 1.2Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang, yang menjadi pokok permasalaha n

dalam penelitian ini adalah:

1) Sektor-sektor apa saja yang menjadi sektor basis dan non-basis dalam

perekonomian Kota Surabaya 2010-2014?

2) Strategi apakah yang harus diterapkan dalam pengembangan potens i

ekonomi daerah di Kota Surabaya?

1.3Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah maka tujuan yang akan

dicapai dari penelitian ini adalah:

1) Untuk mengetahui sektor basis dan non basis dalam perekonomian wilayah

Kota Surabaya periode 2010-2014.

2) Menganalisis dan mengetahui strategi yang harus diterapkan dalam

(6)

6 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori Pembangunan Ekonomi Daerah

Menurut Blakely, pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses

dimana pemerintah daerah dan seluruh komponen masyarakat mengolah berbagai

sumber daya yang ada. Pembangunan ekonomi daerah dipandang sebagai bentuk

kerja sama antara pemerintah daerah dan masyarakat setempat. Dengan demikian

terbentuk suatu pola kemitraan antara pemerintah daerah dan masyarakatnya

sehingga memungkinkan terciptanya lapangan kerja baru yang pada nantinya akan

merangsang perkembangan kegiatan ekonomi di daerah (Kuncoro, 2004).

Target dari pembangunan ekonomi daerah adalah untuk menaikkan

kuantitas dan jenis peluang kerja untuk masyarakat di daerah tersebut sehingga

untuk mencapai target tersebut maka pemerintah daerah dan masyarakatnya harus

berdampingan mengambil inisiatif untuk melakukan pembangunan daerah dengan

mengelola setiap sumber daya yang ada, baik sumber daya alam maupun

sumberdaya manusia secara tepat.

Rahardjo Adisasmita (2005), menyatakan bahwa pembangunan wilayah

merupakan fungsi dari sumber daya alam, tenaga kerja dan sumber daya manusia,

investasi modal, prasarana dan sarana pembangunan, transportasi dan komunikas i,

komposisi industri, tehnologi, situasi ekonomi dan perdagangan antar wilayah,

kemampuan pendanaan dan pembiayaan pembangunan daerah, kewirausahaa n,

kelembagaan daerah dan lingkungan pembangunan secara luas.

2.2 Produk Domestik Regional Bruto

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) menurut BPS didefinis ika n

sebagai jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu

wilayah, atau merupakan jumlah seluruh nilai barang dan jasa akhir yang dihasilka n

oleh seluruh unit ekonomi di suatu wilayah.

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan salah satu indikator

yang lazim digunakan untuk memperkirakan tingkat keberhasilan pembanguna n

(7)

7 bergantung kepada kompetensi daerah tersebut dalam menggerakkan sumber daya

yang terbatas sehingga mampu melakukan transformasi struktural yang dapat

mendorong pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan dan struktur ekonomi yang

proporsional.

Perhitungan metode langsung dapat dilakukan melalui tiga pendekatan yaitu

pendekatan produksi, pendekatan pendapatan dan pendekatan pengeluaran.

1. Pendekatan Produksi, pendekatan ini diperoleh dari nilai tambah dari seluruh barang dan jasa yang diproduksi oleh kegiatan ekonomi di

wilayah tersebut dikurangi biaya produksi pada setiap kegiatan subsektor

atau sektor dalam jangka waktu tertentu.

2. Pendekatan Pendapatan, pendekatan ini menghitung nilai tambah dari setiap kegiatan ekonomi yang diperkirakan dengan menjumlahkan semua

balas jasa yang diterima dari berbagai faktor produksi yang menyumba ng

terhadap proses produksi.

3. Pendekatan Pengeluaran, pendekatan ini menjumlahkan nilai pasar barang dan jasa dari seluruh pemintaan akhir atas output yang dihasilka n dalam perekonomian. Jumlah tersebut terdiri dari konsumsi rumah

tangga, permintaan sektor bisnis untuk barang-barang investas i,

pengeluaran pemerintah, dan ekspor neto.

Informasi PDRB kabupaten/kota memberikan gambaran mengenai peranan

maupun potensi wilayah kabupaten atau kota tersebut, termasuk diantaranya untuk

mengukur tingkat kesenjangan pembangunan ekonomi sektoral maupun antar

kabupaten atau kota.

2.3 Teori Basis Ekonomi

Menurut Glasson (1997), teori basis ekonomi membagi kegiatan

produksi/jenis pekerjaan yang terdapat di dalam satu wilayah atas sektor basis dan

sektor non basis. Kegiatan basis adalah kegiatan mengekspor/memasarkan

barang-barang dan jasa-jasa ke luar batas perekonomian masyarakat yang bersangkutan

setelah mampu memenuhi kebutuhan masyarakat di wilayahnya sendiri. Sedangkan

kegiatan non basis adalah kegiatan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat di

(8)

8 Teori ekonomi basis dapat digunakan untuk mengetahui perbedaan potensi

suatu wilayah dengan wilayah lain dan mengetahui hubungan antar sektor-sektor

dalam suatu perekonomian. Teori basis ekonomi mendasarkan pandangannya

bahwa laju pertumbuhan suatu daerah ditentukan oleh besarnya nilai ekspor dari

wilayah tersebut (Richardson dalam Ghalib, 2005)

Menurut Glasson (1997), meningkatnya arus jumlah aktivitas ekonomi

basis di suatu wilayah akan membentuk arus pendapatan ke wilayah tersebut.

Peningkatan arus pendapatan dapat menaikkan permintaan barang-barang dan jasa

yang dihasilkan oleh sektor non basis. Sebaliknya, jika menurunnya aktivitas sektor

basis di suatu wilayah maka akan menurunkan tingkat pendapatan dan permintaa n

terhadap sektor non basis. Oleh sebab itu, sektor basis dapat dijadikan sebagai

penggerak utama perubahan peningkatan di sektor non basis sehingga memilik i

nilai multiplier atau pengganda basis terhadap pendapatan suatu wilayah.

Kategori basis non basis dapat dilihat dengan dua metode yaitu metod e

langsung dan tidak langsung. Namun, pada umumnya para pakar ekonomi wilayah

lebih memilih untuk memakai metode tidak langsung, yaitu antara lain:

1) Metode Arbiter, dilakukan dengan cara membagi secara langsung dalam kategori ekspor dan non ekspor tanpa melalui penelitian secara spesifik di

tingkat lokal. Metode ini tidak memperhitungkan kenyataan bahwa kegiatan

ekonomi yang menghasilkan barang yang sebagian diekspor atau dijual

secara lokal ataupun kedua-duanya

2) Metode Location Quetiont (LQ) merupakan suatu alat analisis untuk melihat peranan suatu sektor tertentu dalam suatu wilayah dengan peranan sektor

tersebut dalam wilayah yang lebih luas.

3) Metode kebutuhan minimum, metode ini tergantung pada pemiliha n presentase minimum dan tingkat disagregasi. Dengan disagregasi yang

semakin terperinci maka berakibat semua sektor akan jadi sektor basis.

Model regional multiplier yang diterapkan oleh Tiebout, menerapkan

pendekatan ekonomi basis yang berkaitan dengan sistem ekonomi wilayah

diasumsikan terdiri dari dua sektor utama saja, yakni sektor basis dan sektor non

basis. Sektor basis merupakan sektor yang menggalang dana dari luar daerah

(9)

9 yang melayani kebutuhan sektor basis dan kebutuhan lainnya bagi seluruh

penduduk daerah yang bersangkutan (Soetiono, 2011).

Selain itu, teori basis ekonomi berguna untuk menganalisa dan memprediks i

perubahan dalam perekonomian regional. Konsep ini juga dapat digunakan untuk

mengetahui suatu sektor pembangunan ekonomi dan kegiatan basis, yang dapat

melayani pasar ekspor serta dapat digunakan sebagai indikasi adanya multiplier effect bagi kegiatan perekonomian suatu wilayah.

2.4 Strategi Pembangunan Daerah melalui Pengembangan Sektor Unggulan

Di dalam kaitannya dengan pembangunan ekonomi daerah, sektor ekonomi

yang memiliki keunggulan dibandingkan sektor ekonomi yang lain, patut untuk

dikembangkan agar dapat menciptakan efek multiplier yang memajukan sektor –

sektor ekonomi lainnya untuk lebih berkembang.

Sektor unggulan pada umumnya menguasai perekonomian di suatu daerah.

Kontribusinya dalam perekonomian lebih besar apabila dibandingkan dengan

sektor lainnya. Suatu sektor dapat menjadi sektor unggulan karena memilik i

keunggulan yang membuatnya menjadi lebih maju daripada sektor lainnya.

Sektor unggulan adalah sektor yang keberadaannya pada saat ini telah

berperan besar kepada perkembangan perekonomian suatu wilayah, karena

mempunyai keunggulan-keunggulan/kriteria. Selanjutnya faktor ini berkembang

lebih lanjut melalui kegiatan investasi dan menjadi tumpuan kegiatan ekonomi. Hal

ini didasarkan atas seberapa besar peranan sektor tersebut dalam perekonomian

daerah (Sambodo dalam Ghufron, 2008).

Potensi ekonomi daerah adalah kemampuan ekonomi yang ada di daerah

yang mungkin dan layak dikembangkan sehingga akan terus berkembang menjadi

sumber penghidupan rakyat setempat bahkan dapat mendorong perekonomian

daerah secara keseluruhan untuk berkembang dengan sendirinya dan

berkesinambungan (Suparmoko, 2002).

Strategi pengembangan potensi ekonomi daerah adalah upaya yang

ditempuh untuk mengembangkan setiap sektor unggulan yang bertujuan untuk

memperluas dan meningkatkan kinerja sektor dalam memberikan kontribusi

(10)

10 terlebih dahulu kekuatan dan kelemahan daerah agar penentu kebijakan lebih cepat

dalam menyusun strategi guna mencapai tujuan yang diinginkan. Berikut adalah

langkah-langkah yang harus ditempuh, yaitu:

1) Mengidentifikasi sektor-sektor kegiatan mana yang memiliki potensi untuk

dikembangkan dengan memperhatikan kekuatan dan kelemahan.

2) Mengidentifikasi sektor-sektor yang memiliki potensi rendah untuk

dikembangkan dan mencari penyebab rendahnya potensi sektor tersebut

agar dapat dikembangkan.

3) Mengidentifikasi faktor-faktor produksi yang ada termasuk sumber daya

manusianya dan yang siap digunakan untuk mendukung perkembangan

setiap sektor yang bersangkutan.

4) Dengan menggunakan model pembobotan terhadap variabel-variabe l

kekuatan dan kelemahan, maka akan ditemukan potensi ekonomi yang

menjadi unggulan dan patut dikembangkan.

5) Menentukan strategi yang akan dijalankan untuk pengembangan

sektor-sektor andalan yang akan dapat menarik sektor-sektor-sektor-sektor lain untuk tumbuh

sehingga perekonomian akan dapat berkembang dengan sendirinya secara

berkelanjutan.

Ada berbagai macam strategi pembangunan yang dapat dipelajari

(Adisasmita, 2005:205).

1) Strategi pembangunan seimbang diartikan sebagai pembangunan berbagai sektor yang berkaitan secara serentak.

2) Strategi pembangunan tak seimbang menekankan pembangunan pada satu sektor yang menjadi sektor pemimpin sehingga mampu merangsang

pertumbuhan sektor lainnya.

3) Strategi pembangunan beorientasi kedalam bertujuan untuk memaksimalkan potensi sektor-sektor dalam wilayah sehingga mampu

berproduksi sendiri tanpa bantuan eksternal.

4) Strategi pembangunan berorientasi keluar, bahwa perdagangan atau hubungan dengan daerah lain akan memberikan keuntungan sebagai

(11)

11 BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan yaitu data sekunder dalam bentuk time series

(deret waktu). Data tersebut meliputi:

(1) Data PDRB Provinsi Jawa Timur berdasarkan harga konstan tahun

2010 menurut lapangan usaha dari tahun 2011-2014,

(2) Data PDRB Kota Surabaya berdasarkan harga konstan tahun 2010

menurut lapangan usaha dari tahun 2011-2014.

Data tersebut diperloleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) dan Badan Pusat

Statistik Provinsi Jawa Timur melalui situs resmi lembaga-lembaga tersebut.

3.2 Metode Analisis Data

Metode analisis data digunakan untuk mengolah data yang telah diperoleh,

sehingga dapat menyimpulkan keadaan yang sebenarnya dari objek yang ditelit i.

Metode yang digunakan untuk menganalisis data pada penelitian ini adalah analis is

Location Quotient (LQ). Mengapa?

Dari ketiga metode analisis yang telah dipaparkan pada bab tinjauan

pustaka, Glasson (1997) menyarankan untuk menggunakan metode LQ dalam

menentukan sektor basis. Metode tersebut lazim digunakan dalam studi empiris.

Meskipun begitu, terdapat kelemahan dalam metode Location Quotient (LQ), yaitu adalah kegagalannya untuk menghitung ketidakseragaman permintaan dan

produktivitas nasional secara menyeluruh. Metode ini juga mengabaikan fakta

bahwa sebagian produk nasional adalah untuk orang asing yang tinggal di wilayah

tersebut.

Analisis Location Quotient digunakan untuk menentukan subsektor unggulan atau ekonomi basis suatu perekonomian wilayah. Subsektor unggula n

yang berkembang dengan baik tentunya mempunyai pengaruh yang signifika n

terhadap pertumbuhan ekonomi daerah yang pada akhirnya dapat meningkatka n

(12)

12 Berikut adalah rumus penghitungan dengan menggunakan metode LQ

(Kuncoro, 2004):

� =

Keterangan:

LQ : Indeks Location Quotient

Xr : PDRB sektor i di suatu kota/kabupaten

Xn : PDRB kota/kabupaten tersebut

RVr : PDRB sektor i provinsi

RVn : PDRB provinsi

Dari hasil perhitungan analisis Location Quotient dapat dikategorikan yaitu:

1) Jika LQ ≥ 1, maka sektor tersebut di tingkat kota/kabupaten lebih dominan

dibandingkan di tingkat provinsi. Sektor ini dalam perekonomian di tingkat

kota/kabupaten memiliki keunggulan komparatif dan sektor basis.

2) Jika LQ < 1, maka sektor tersebut di tingkat kota/kabupaten kurang dominan

dibandingkan di tingkat provinsi. Sektor ini dalam perekonomian di tingkat

kota/kabupaten tidak memiliki keunggulan komparatif dan masuk kategori

(13)

13 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Analisis Basis Ekonomi Kota Surabaya

Hasil perhitungan nilai Location Quotient (LQ) diseluruh sektor ekonomi berdasarkan PDRB atas dasar harga konstan 2010 di Kota Surabaya dalam kurun

waktu empat tahun (2011-2014) selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel Hasil Penghitungan Nilai Locations Quotient (LQ)

Kota Surabaya Tahun 2011-2014

No Lapangan Usaha / Sektor Loca tion Quotient Rata-rata

LQ

Sumber: BPS Jawa Timur, 2015 (diolah)

Berdasarkan hasil perhitungan LQ menunjukkan bahwa yang menjadi

sektor basis dari 17 sektor yang ada di Kota Surabaya adalah: (1) sektor pengadaan

listrik dan gas; (2) sektor pengadaan air, pengelolaan sampah; (3) sektor konstruksi;

(4) sektor perdagangan besar & eceran, reparasi mobil & sepeda motor; (5) sektor

transportasi dan pergudangan; (6) sektor penyediaan akomodasi dan makan minum;

(7) sektor informasi dan komunikasi; (8) sektor jasa keuangan dan asuransi; (9)

sektor real estate; (10) sektor jasa perusahaan; (11) sektor jasa kesehatan dan

(14)

14 Dengan demikian dapat diartikan bahwa sektor ekonomi tersebut mampu

mengekspor hasil produksinya ke daerah lainnya.

Selebihnya yang tergolong sektor non basis adalah: (1) sektor pertanian,

kehutanan, dan perikanan; (2) sektor pertambangan dan penggalian; (3) sektor

industri pengolahan; (4) sektor administrasi pemerintahan, pertahanan, & jaminan

sosial wajib; dan (5) sektor jasa pendidikan. Sektor – sektor ekonomi tersebut

memiliki nilai Locations Quotient (LQ) yang kecil, yakni LQ < 1. Hal ini berarti

bahwa sektor ekonomi tersebut belum mampu untuk mencukupi kebutuhan

konsumsi domestik dan cenderung melakukan impor dari luar daerah untuk

menutupi kekurangan kebutuhan yang terjadi.

Nilai LQ yang tertinggi adalah dari sektor jasa perusahaan dikarenakan Kota

Surabaya berperan sebagai ibukota Provinsi Jawa Timur sekaligus pusat aktivitas

bisnis di cakupan wilayah Indonesia bagian timur. Menurut BPS Kota Surabaya

(2016), aktivitas yang berlangsung antara lain adalah kegiatan profesional yang

memerlukan ilmu pengetahuan dan teknologi tingkat tinggi, seperti: jasa hukum

dan akuntansi; jasa arsitektur dan teknik sipil; penelitian dan pengembangan ilmu

pengetahuan; periklanan dan penelitian pasar. Selain itu, aktivitas bisnis lainnya

mencakup berbagai kegiatan yang mendukung operasional usaha secara umum

yang antara lain adalah: jasa persewaan dan sewa guna usaha tanpa hak opsi; jasa

ketenagakerjaa; jasa agen perjalanan; penyelenggaraan tur dan jasa reservasi

lainnya; jasa keamanan dan penyelidikan; jasa untuk gedung dan pertamanan; jasa

administrasi kantor; serta jasa penunjang kantor dan jasa penunjang usaha lainnya.

Sektor ini merupakan sektor penunjang berbagai aktivitas perekonomian Kota

Surabaya hingga di luar wilayah tersebut.

4.2 Peranan Sektor Unggulan dalam Pembangunan Daerah

Pengembangan potensi ekonomi daerah yang dilakukan oleh pemerinta h

Kota Surabaya lebih ditekankan pada pengembangan sektor jasa perusahaan dilihat dari “Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Surabaya 2016 – 2021”. Tujuan dan sasaran pembangunan pada misi yang pertama

memprioritaskan pada akses pendidikan, akses kesehatan, ketahanan pangan,

(15)

15 manusia di Kota Surabaya dipacu agar memiliki kompetensi yang unggul. Sumber

daya manusia yang berkualitas sangat dibutuhkan dalam kegiatan profesional dan

operasional usaha di sektor jasa perusahaan agar aktivitas menjadi lebih efisien.

Sektor basis jasa perusahaan memiliki keterkaitan di hampir seluruh sektor

lainya dikarenakan individu maupun kelompok ahli dan pelayanan yang baik

dibutuhkan oleh seluruh pelaku usaha untuk menarik minat konsumen serta pangsa

pasar terkait. Dengan melihat peranan pemerintah Kota Surabaya yang mendukung

untuk memajukan kualitas sumber daya manusia menandakan bahwa pemerinta h

ikut menanamkan investasi untuk generasi yang kompeten agar dapat ikut serta

mendorong kinerja seluruh sektor ekonomi secara berkelanjutan. Performa sektor

ekonomi yang cemerlang dapat menarik minat investor untuk menanamkan modal

di sektor tersebut.

Dari paparan di atas, kunci utama untuk mengembangkan sektor unggula n

yaitu adalah human capital atau sumber daya manusia. Sumber daya manusia sangat menentukan tingkat efisiensi dan tingkat kompetisi suatu usaha sehingga

dapat memacu faktor tersebut untuk meningkatkan produktivitas, output, dan pendapatan. Hal tersebut tidak hanya berlaku di sektor jasa perusahaan saja, namun

di seluruh sektor ekonomi. Dengan begitu, trickling down effect dapat dirasakan oleh sektor-sektor terkait. Output yang meningkat secara serentak di seluruh sektor

(16)

16 BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan maka

kesimpulan yang dapat diambil adalah sebagai berikut:

1. Dari hasil perhitungan menggunakan metode analisis LQ di Kota Surabaya

dalam kurun waktu 2011-2014, didapatkan bahwa terdapat dua belas sektor

basis dan lima sektor non basis dengan nilai LQ tertinggi adalah sektor jasa

perusahaan.

2. Sektor basis jasa perusahaan memiliki pengaruh terhadap kinerja sektor-sektor

lain yang berkaitan melalui pengembangan sumber daya manusia.

3. Pengembangan sektor unggulan merupakan upaya untuk meningkatkan potensi

ekonomi daerah dengan memberdayakan masyarakat dalam mengelola dan

memanfaatkan sektor unggulan daerah tanpa mengabaikan sektor non basis

sebagai penunjang sektor unggulan daerah sehingga dapat mengintegras ika n

berbagai sektor ekonomi.

5.2 Saran

Adapun saran yang dapat penulis berikan berdasarkan pembahasan dan

penarikan kesimpulan adalah sebagai berikut:

1. Hendaknya kebijakan pemerintah yang telah mendukung pengembanga n

sektor unggulan dapat terimplementasi dengan baik dan tepat sasaran.

2. Investasi dari pihak swasta juga diperlukan sehingga dengan memacu sektor

unggulan diharapkan mampu ikut menumbuhkan output dari sektor-sektor

terkait.

3. Dengan meningkatnya pembangunan ekonomi daerah diharapkan juga dapat

(17)

17 DAFTAR PUSTAKA

Adisasmita. H.R. 2005. Dasar-dasar Ekonomi Wilayah. Jakarta: Graha Ilmu. Akhmad Hudan R. H dan Kirwani. 2013. Identifikasi Dan Model Pengembangan

Sektor Unggulan di Kabupaten Sidoarjo. Jurnal Pendidikan Ekonomi, Vol 1, No 3, Universitas Negeri Surabaya.

Almulaibari, H. dan Woyanti, N., 2011. Analisis Potensi Pertumbuhan Ekonomi Kota Tegal tahun 2004-2008. Disertasi. Universitas Diponegoro.

Arsyad, Lincolin, 1999. Pengantar Perencanaan dan Pembangunan Ekonomi Daerah. Yogyakarta: BPFE.

BPS Kota Surabaya. 2016. Produk Domestik Regional Bruto Kota Surabaya Menurut Lapangan Usaha Tahun 2011 2015. Surabaya: Badan Pusat Statistik Kota Surabaya

BPS Provinsi Jawa Timur. 2015. Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten/ Kota Menurut Lapangan Usaha 2010 2014. Surabaya: Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Timur.

BPS. 2015. Produk Domestik Regional Bruto Provinsi-Provinsi Di Indonesia Menurut Lapangan Usaha 2010 2014. Jakarta: Badan Pusat Statistik. Daiman P, Selvionita, dkk. 2016. Analisis Sektor Basis Dan Potensi Daya Saing

Wilayah Kabupaten Bangkalan Pasca Berdirinya Jembatan Suramadu. Artikel Ilmiah Mahasiswa 2016, Universitas Jember.

Ghufron, Muhammad. 2008. Analisis Pembangunan Wilayah Berbasis Sektor Unggulan Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur. Skripsi. Institut Pertanian Bogor.

(18)

18 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Timur. 2017. Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Jawa Timur: Februari 2017. Surabaya: Divisi Advisory dan Pengembangan Ekonomi Daerah.

Kuncoro, M. 2004. Otonomi dan Pembangunan Daerah: Reformasi, Perencanaan, Strategi dan Peluang. Jakarta: Erlangga.

Kristiyanti, L., 2007. Analisis Sektor Basis Perekonomian dan Peranannya Dalam Mengurangi Ketimpangan Pendapatan Antar Kabupaten/Kota Di Provinsi Jawa Timur. Skripsi. Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi Dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Mushoffa. 2009. Analisis Sektor Basis dan Strategi Pengembangan Potensi Ekonomi Daerah di Kabupa ten Tegal. Skripsi. Ekonomi Pembanguna n, Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Semarang.

Richardson, Harry. 1991. Dasar-Dasar Ekonomi Regional. Jakarta: Lembaga Penerbit FEUI.

Sanjaya, M.K.. 2014. Analisis Sektor Unggulan Dan Potensi Pertumbuhan Ekonomi Di Kota Madiun Tahun 2007-2011. Disertasi. Universita s Muhammadiyah Surakarta.

Santoso, Moh Fathoni. 2015. Identifikasi Potensi Sektor Ekonomi Basis dan Non Basis Kota Kediri Tahun 2009–2013. Skripsi. Pendidikan Ekonomi, Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Surabaya.

Stimson, R.J., Roger R. Stough, Brian H. Roberts. 2006. Regional Economic Development: Analysis and Planning Strategy. Brisnane: Springer.

Suparmoko, M. 2002. Ekonomi Publik (Untuk Keuangan dan Pembangunan Daerah). Yogyakarta: Andi.

Gambar

Tabel Hasil Penghitungan Nilai Locations Quotient (LQ)

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian dan segala akibat ~ang terkait dengan penelitian ini telah dijelaskan sepenuhnya oleh peneliti kepada saya. Keikutsenaan saya bersi fat

yang menggambarkan statistik atas data hasil penelitian PERMA/ flourishing di perusahaan diperoleh bahwa rata-rata skor subjek berada pada rentang skor 163.67 (rentang skor

Penelitian ini untuk mengetahui jenis-jenis anggrek apa saja yang dapat ditemukan di hutan Mandahan dan mendriskripsikan tingkat Keanekaragaman jenis anggrek

Percepatan pelaksanaan AEC(Asean Economic Community) dari tahun 2020 menjadi 2015, dengan tujuan menjadikan kawasan ASEAN sebagai Pasar Tunggal dan Basis Produksi

Dalam melakukan aktivitas belajar seorang siswa memerlukan adanya dorongan tertentu agar kegiatan belajarnya dapat menghasilkan prestasi belajar sesuai dengan

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan Tesis dengan judul “ Analisis

lebih baik dibandingkan dengan visual, siswa auditorial memiliki prestasi yang sama. dengan kinestetik, dan siswa visual mempunyai yang sama dengan

Dan isi dari Dasa Darma dan sembilan karakter yang telah disebutkan di atas, peneliti mengambil dua karakter pendidikan yang akan dibahas lebih lanjut dalam skripsi yaitu