• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kualitas lingkungan perumahan dan kondis

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Kualitas lingkungan perumahan dan kondis"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

Rumah merupakan unsur penting dalam kehidupan manusia (Muiyati 2008). Masalah kualitas tempat tinggal merupakan salah satu masalah global, khususnya bagi Negara berkembang. Rumah yang baik dan layak dihuni harus memenuhi berbagai unsur pendukung. Penilaian rumah layak berdasarkan kriteria rumah sehat meliputi unsur bangunan rumah, fasilitas rumah, kesehatan lingkungan, dan aspek keindahan dan arsitekturnya (Pinem 2010; Kemenkes 1999).

Perbedaan lingkungan fisik wilayah perkotaan dan pedesaan memiliki karakteristik permasalahan masing-masing. Lingkungan sekitar pemukiman, seperti sungai, pesisir, dan pegunungan juga menjadi faktor yang berpengaruh terhadap kualitas rumah (Cabieses et al. 2012) .

Masalah umum yang terjadi di wilayah perkotaan adalah kepadatan penduduk. Penduduk perkotaan terdiri dari penduduk kota itu sendiri maupun penduduk pendatang. Kualitas lingkungan perumahan di wilayah perkotaan dapat dipengaruhi oleh kepadatan penduduk, kepadatan rumah, dan fasilitas pendukung. Faktor sosial ekonomi yaitu pekerjaan, pendidikan, dan

pendapatan juga dapat mempengaruhi kualitas tempat tinggal. Kondisi

ekonomi suatu masyarakat memiliki pengaruh positif terhadap pemukiman atau rumah tinggalnya (Pinem 2010; Dunn et al. 2006).

Pada tahun 2010 secara nasional, tingkat kepadatan penduduk Indonesia mencapai 124,4 jiwa per km2. Wilayah terpadat dengan kepadatan lebih dari 500 jiwa per km2 berada pada wilayah provinsi Jawa dan Bali (Kemenkes 2011).

Sarana sanitasi, sumber air minum dan air bersih merupakan komponen penting dalam penentuan kualitas rumah. Berdasarkan Statistik Kesejahteraan Rakyat tahun 2015 persentase rumah tangga yang memiliki fasilitas jamban sendiri baru mencapai 74,34%. Presentase rumah tangga yang memiliki sumber air minum layak konsumsi baru mencapai 72,55% (BPS 2015).

(2)

2

Perbedaan kapasitas finansial atau sosial determinan secara umum dapat menyebakan perbedaan kondisi rumah, yang dapat berpotensi menjadi sumber ketidaksetaraan (Braubach & Savelsberg 2009)

Masyarakat yang berpenghasilan rendah tidak dapat mendiami rumah yang layak huni dan memenuhi standar lingkungan pemukiman yang sehat dan aman. Pendapatan atau penghasilan akan berpengaruh terhadap pemenuhan kebutuhan, termasuk rumah (Haines et al. 2012)..

Tingkat pendidikan berkolerasi positif dengan pengetahuan, perhatian, dan kesadaran terhadap kualitas rumah tinggal. Pendidikan akan mempengaruhi pandangan seseorang terhadap kualitas rumah tinggal (Roy et al. 2014). Jenis pekerjaan memiliki pengaruh terhadap perilaku sosial, ekonomi, dan budaya (Pinem 2010) .

Survei sosial Ekonomi Nasional atau Susenas adalah survei yang dilakukan Badan Pusat Statistik untuk mengumpulkan data kesejahteraan rakyat yang dilakukan di seluruh kabupaten/kota di Indonesia. Data yang dikumpulkan bersifat nasional yang berkaitan dengan kondisi sosial ekonomi masyarakat, meliputi kondisi kesehatan, pendidikan, fertilitas, keluarga berencana, ketenagakerjaan, perumahan, dan kondisi sosial ekonomi lainnya. Sejak dikembangkan pada tahun 1992 hingga tahun 2010, pelaksanaan Susenas menggunakan pola yang hampir sama, kecuali untuk pengumpulan data modul konumsi yang dilakukan setiap tahun sejak tahun 2010. Namun, terjadi bnayak perubahan dan penggantian cakupan materi karena mengikuti tren permintaan dan kebutuhan data. Survei ini dilakukan dua kali dalam setahun pada bulan Maret dan September sejak tahun 2015. Pencacahan bulan Maret dilakukan dengan jumlah sampel besar untuk menghasilkan data yang representative sampai dengan tingkat kabupaten/kota, menggunakan kuesioner Kor serta kuesioner Konsumsi dan Pengeluaran. Sedangkan pencacahan pada bulan September dengan ukuran sampel kecil untuk menghasilkan data

(3)

Faktor-faktor sosial ekonomi masyarakat dapat mempengaruhi lingkungan perumahan yang ditempatinya. Faktor-faktor tersebut antara lain pekerjaan, pendidikan dan perhatian pemerintah berupa bantuan jaminan sosial yang diterima. Hal ini terutama ditujukan bagi masyarakat yang berpenghasilan rendah. Berdasarkan uraian di atas, maka penelitian ini ingin mengetahui hubungan kualitas lingkungan perumahan dengan kondisi sosial ekonomi berdasarkan data Susenas tahun 2016 di Indonesia.

B. Perumusan Masalah Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana gambaran kualitas pemukiman berdasarkan data Susenas tahun 2016 ?

2. Bagaimana gambaran kondisi sosial ekonomi berdasarkan data Susenas tahun 2016 ?

3. Bagaimana hubungan kualitas pemukiman dan kondisi sosial ekonomi berdasarkan data Susenas tahun 2016 ?

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Mengetahui hubungan kualitas pemukiman dan kondisi sosial ekonomi di Indonesia

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui gambaran kualitas pemukiman berdasarkan data Susenas tahun 2016.

b. Mengetahui gambaran kondisi sosial ekonomi berdasarkan data Susenas tahun 2016

c. Menganalisis hubungan kualitas pemukiman dan kondisi sosial ekonomi berdasarkan data Susenas tahun 2016

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini berupa hubungan kualitas pemukiman dan kondisi sosial ekonomi masyarakat dibeberapa kota besar di Indonesia yang dapat digunakan untuk:

1. Bagi Pemerintah

(4)

4

dapat menjadi pertimbangan untuk membuat program terkait kesejahteraan rakyat.

2. Bagi Masyarakat

Penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi tambahan bagi masyarakat mengenai hunian yang sehat dan layak, serta agar masyarakat lebih sadar terhadap pentingnya menjaga kualitas rumah yang disesuaikan dengan kondisi sosial ekonomi masyarakat..

3. Bagi Akademisi

Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan bacaan untuk memperkaya khasanah ilmu pengetahuan dan menciptakan ide baru untuk penelitian selanjutnya terkait dengan peningkatan kualitas perumahan yang disesuaikan dengan tingkat sosial ekonomi masyarakat, khususnya yang bermukim di wilayah perkotaan.

E. Keaslian Penelitian

1. Penelitian yang berjudul “Housing conditions of urban households with Aboriginal Children in New South Wales Australia: tenure type matters” yang dilakukan oleh Andersen et al. (2018) bertujuan untuk melihat adanya hubungan antara status kepemilikan rumah dengan faktor sosial demografi (sociodemographic) terhadap keluarga suku Aborigin di Australia yang bermukim di kota New South Wales. Penelitian ini merupakan survei cross sectional dengan analisis regresi. Perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan adalah terletak pada lokasi penelitian serta populasi dan sampel. Penelitian yang akan dilakukan tidak hanya menggunakan kelompok suku tertentu, melainkan bersifat nasional.

(5)
(6)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Telaah Pustaka 1. Kualitas Lingkungan Rumah

Perumahan merupakan komponen penting untuk pengoperasian berbagai macam faktor sosial ekonomi yang secara fundamental membentuk karakter keseharian masyarakat, terutama untuk kelompok masyarakat yang rentan (Dunn et al. 2006). Pertumbuhan jumlah penduduk akan memiliki dampak terhadap kualitas lingkungan pemukiman sebagai tempat hidup dan menjalani kehidupan bagi masyarakat. Rumah tidak sebatas tempat tinggal dan properti dengan status kepemilikan, tetapi juga berhubungan dengan luas bangunannya, kualitas serta fasilitas penunjang lainnya (Pinem 2010).

Kualitas pemukiman juga berhubungan derajat kesehatan masyarakat (Priyono et al. 2013). Menurut peraturan Menteri Kesehatan No.829 Tahun 1999, terdapat tiga parameter persyaratan kesehatan perumahan, yaitu:

a. Kelompok komponen rumah,meliputi langit-langit, dinding, lantai, jendela kamar tidur, jendela ruang keluarga dan ruang tamu, ventilasi, sarana pembuangan asap dapur dan pencahayaan.

b. Kelompok sarana sanitasi, meliputi sarana pembuangan kotoran, saluran pembuangan air limbah, dan sarana pembuangan sampah. c. Kelompok perilaku penghuni, meliputi membuka jendela kamar tidur,

membuka jendela ruang keluarga, membersihkan rumah dan halaman, dan membuang sampah pada tempatnya.

Berdasarkan peta kesehatan tahun 2010, terdapat 24,9% rumah penduduk di Indonesia yang memenuhi kriteria rumah sehat. Provinsi yang memiliki presentase paling tinggi adalah provinsi Kalimantan Timur sebesar 43,6% dan yang paling rendah adalah Nusa Tenggara Timur dengan presentase 7,50%.

a. Banyaknya individu dalam rumah

Ukuran luas ruangan sangat erat kaitannya dengan kejadian suatu penyakit. Semakin padat penghuni rumah maka akan semakin cepat pula perputaran atau sirkulasi udara di dalamnya. Jumlah penghuni akan

(7)

berdampak terhadap kadar oksigen, uap air, dan suhu udara dalam suatu ruangan (Fatimah 2008). Menurut penelitian Muiyati (2008) rumah yang dihuni oleh lebih dari satu keluarga di Kota Palu biasanya diperluas dengan bahan sederhana untuk menambah ruang atau ruangan yang ada disekat dengan menggunakan bahan tripleks. Banyaknya individu atau biasa dikenal dengan istilah crowding atau kepadatan penghuni merupakan risiko utama patologi sosial dan meningkatkan risiko penularan penyakit (WHO 2010).

b. Lantai rumah

Salah satu persyaratan kesehatan yang harus dipenuhi adalah lantai rumah harus kedap air dan mudah dibersihkan. Lantai rumah yang berupa tanah dapat menyebabkan udara dalam ruangan menjadi lembab dan dapat menjadi salah satu faktor yang berhubungan dengan kejadian tuberculosis paru (Howden-chapman et al. 2017; Fatimah 2008).

c. Fasilitas sanitasi

Fasilitas sanitasi merupakan komponen penting yang harus tersedia, baik secara komunal maupun setiap rumah tangga,yang menjadi

persyaratan utama rumah sehat. Fasilitas sanitasi juga merupakan salah satu faktor risiko penyebab kematian anak di dunia (WHO 2010). Untuk kegiatan mandi, cuci, dan buang air lebih banyak dilakukan secara bersama pada sarana atau kamar mandi yang dibangun oleh pemerintah (Muiyati 2008).

Menurut Peta Kesehatan tahun 2010,persentase rumah tangga yang memiliki akses terhadap sarana pembuangan tinja yang layak di wilayah perkotaan sebesar 71,4% dan wilayah pedesaan sebesar 38,5%.

d. Sumber air minum

Pada tahun 2010 persentase rumah tangga dengan kualitas fisik kategori baik sebesar 90%,di wilayah perkotaan 94,2% dan di pedesaan 84,6% (Kemenkes 2011). Menurut penelitian (Shrestha et al. 2017) sebanyak 78,1% anak-anak sekolah di Nepal mengalami kelangkaan air minum sepanjang tahun. Sumber air minum yang tersedia pun banyak yang terkontaminasi secara kimia dan mikrobiologi.

(8)

8

Sumber air bersih merupakan salah satu komponen penting dalam kehidupan. Air bersih digunakan sehari-hari untuk keperluan mandi dan cuci dan kakus. Sumber air bersih dapat digunakan sebagai indicator penularan penyakit. Kondisi geografis yang berbeda-beda walaupun berada dalam satu Negara yang sama dapat mempengaruhi kualitas dan kuantitas air bersih yang dapat digunakan masyarakat (Pullan et al. 2014). 2. Faktor Sosial Ekonomi

Faktor sosial ekonomi menjadi salah satu indikator adanya perbedaan kualitas rumah tinggal. Bahkan di Negara Eropa penelitian tentang ketidaksetaraan kualitas rumah terkait etnis banyak dilakukan. Faktor seperti jenis etnis, Hispanic-non Hospanic, pendapatan, pekerjaan serta budaya dikaitkan dengan kualitas rumah tinggal (Jacobs 2011).

Masyarakat suku Bajo yang tinggal di wilayah perairan juga memiliki perbedaan kualitas lingkungan perumahan antara desa yang satu dengan desa yang lainnya. Masyarakat yang hidup di wilayah yang dekat dengan pusat kota memiliki aksesibilitas fisik yang lebih tinggi

dibandingkan dengan masyarakat yang tinggal di wilayah pedesaan. Hal ini juga mempengaruhi kondisi sosial ekonomi masyarakatnya (Ridwan & Giyarsih 2012).

a. Pendidikan

Pendidikan berperan penting dalam kehidupan manusia.

Pendidikan dapat membuka pikiran untuk menerima hal-hal baru berupa teknologi, materi, system, serta ide dan cara berpikir untuk kelangsungan hidup dan kesejahteraannya. Menurut Statistik Kesejahteraan Rakyat tahun 2015 masih ada sekitar 11,87% masyarakat Indonesia yang tidak memiliki ijazah. Bagi masyarakat berpendidikan rendah, biasanya mereka tidak dapat memenuhi kebutuhan rumah yang layak (Pinem 2010).

b. Pekerjaan

(9)

membeli atau menyewa rumah tinggal. Tempat tinggal juga merupakan isu utama bagi buruh, pekerja migrant, atau penduduk yang melakukan transmigrasi ke kota besar (Lin et al. 2014)

c. Perlindungan Sosial

Usaha pemenuhan kebutuhan dapat dipengaruhi oleh rendahnya kemampuan ekonomi yang berbanding terbalik dengan biaya yang

dibutuhkan. Hal ini akan menyebabkan masyarakat tidak dapat memenuhi kebutuhan yang layak, termasuk rumah tinggal (Pinem 2010). Pemukiman masyarakat berpenghasilan rendah biasanya dibangun secara swadaya dan spontan, karena ingin mendapatkan tempat tinggal yang dekat dengan tempat usaha atau berada di kawasan perkotaan dengan biaya yang murah (Muiyati 2008)

B. Kerangka Teori

Dalam teori social determinant of health atau determinan sosial kesehatan terdapat lima indikator untuk mewujudkan masyarakat sehat 2020. Indikator tersebut adalah sebagai berikut:

1. Neighborhood and built environment meliputi kualitas perumahan, peristiwa criminal dan kekerasan, kondisi lingkungan, akses terhadap makanan sehat.

2. Health and health care atau indikator kesehatan dan pelayanan kesehatan meliputi akses terhadap pelayanan kesehatan termasuk pelayanan klinis dan pencegahan, akses terhadap pelayanan primer termasuk promosi kesehatan berbasis masyarakat dan program kesehatan, serta tekhnologi kesehatan.

3. Social and community context atau kondisi sosial dan masyarakat termasuk struktur keluarga, kohesi sosial, persepsi terhadap diskriminasi dan

kesetaraan, partisipasi masyarakat, institusi atau kelembagaan.

(10)

Faktor sosial ekonomi Pendidikan

Pekerjaan

Perlindungan sosial

Kualitas Lingkungan Rumah

Kepadatan penghuni rumah

Lantai rumah Fasilitas jamban Sumber air minum Sumber air bersih

10

5. Economic stability atau stabilitas ekonomi meliputi kemiskinan, status pekerjaan, akses terhadap pekerjaan, stabilitas terhadap perumahan (misalnya tunawisma, penyitaan rumah terkait kondisi ekonomi)

Bagan 1 Kerangka Teori C. Kerangka Konsep

Penelitian ini ingin mengkaji faktor sosial ekonomi terhadap kualitas lingkungan rumah. Faktor sosial ekonomi seperti pendidikan, pekerjaan, dan jaminan sosial merupakan indikator determinan sosial kesehatan yang dapat saling mempengaruhi antara indikator yang satu dengan indikator lainnya. Sehingga dikembangkan kerangka konsep sebagai berikut:

Bagan 2 Kerangka Konsep Penelitian

Variabel Independent Variabel Dependent

Social Determinant of Health

Neighborhood and Built Environment

Health and Health Care Social and Community

Context

Education

(11)

D. Hipotesis Penelitian Hipotesis dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Terdapat hubungan antara faktor pendidikan terhadap kualitas lingkungan perumahan di Indonesia pada tahun 2016,

2. Terdapat hubungan antara faktor pekerjaan terhadap kualitas lingkungan perumahan di Indonesia pada tahun 2016,

(12)

BAB III

METODE PENELITIAN A. Jenis dan Desain Penelitian

Jenis penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian kuantitatif dengan desain cross sectional menggunakan data sekunder. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan hubungan kualitas lingkungan perumahan dengan kondisi sosial ekonomi berdasarkan data Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) tahun 2016.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk seluruh rumah tangga yang tersebar di seluruh provinsi di Indonesia berdasarkan data Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) tahun 2016. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Mei hingga September 2018. Penelitian ini akan dilaksanakan setelah memperoleh ethical cleareance dari komisi etik penelitian

kedokteran dan kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada.

C. Subjek Penelitian 1. Batasan Populasi

Populasi dari penelitian ini adalah seluruh rumah tangga yang tersebar di seluruh provinsi di Indonesia.

2. Besar Sampel

Sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah 300.000 rumah tangga yang tersebar di 511 kabupaten/kota. Sampel merupakan rumah tangga yang yang berada di 180.000 blok sensus (25 persen populasi) pada Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) tahun 2016.

3. Cara Pengambilan Sampel

Sampel untuk Susenas tahun 2016 estimasi Kabupaten/Kota dipilih dengan metode two stages one phase stratified sampling, dengan tiga tahap, yaitu:

(13)

a. Tahap 1, memilih 25% blok sensus populasi secara Probability Proportional to Size (PPS), dengan size jumlah rumah tangga hasil SP2010 disetiap strata;

b. Tahap 2, memilih sejumlah n blok sensus sesuai alokasi secara systematic di setiap strata urban/rural per kabupaten/kota; c. Memilih rumah tangga hasil pemutakhiran secara systematic

sampling dengan implicit stratification menurut pendidikan tertinggi yang ditamatkan kepala rumah tangga.

D. Identifikasi Variabel Penelitian

Adapun variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel dependen dan variabel independen.

1. Variabel Dependen (Terikat)

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kualitas lingkungan perumahan. Kualitas lingkungan perumahan yang dimaksud dalam Susenas adalah situasi dan kondisi fisik serta fasilitas rumah tinggal yang ditentukan berdasarkan indikator sebagai berikut:

a. Kepadatan penghuni rumah

b. Bahan bangunan pada lantai rumah c. Kepemilikan fasilitas jamban.

d. Sumber air yang digunakan untuk minum. e. Sumber air yang digunakan untuk mandi/cuci 2. Variabel Independen (Bebas)

Variabel independen dalam penelitian ini adalah kondisi sosial ekonomi rumah tangga. Kondisi sosial ekonomi yang dimaksud dalam Susenas adalah kedudukan atau posisi seseorang dalam masyarakat yang ditentukan dengan indikator pendidikan, pekerjaan dan perlindungan sosial

E. Definisi Operasional Variabel N

o. Variabel Definisi Operasional Indikator Skala Data 1 Kualitas

lingkungan rumah

Situasi atau keadaan dan kondisi fisik serta fasilitas rumah tinggal

(14)

14

Banyaknya anggota rumah tangga yang bermukim atau tinggal selama lebih dari 6 bulan terakhir dalam rumah tersebut

b. Bahan bangunan pada lantai rumah

Material atau bahan bangunan utama yang digunakan pada lantai rumah terluas

Status kepemilikan sarana sanitasi yang digunakan untuk buang air

d. Sumber air minum

Sumber air utama yang

digunakan rumah tangga untuk kebutuhan minum dan

memasak

e. Sumber air bersih

Sumber air utama yang

digunakan rumah tangga untuk kebutuhan mandi dan cuci

1. Ledeng

(15)

yang diterima / ditamatkan

Bidang usaha atau pekerjaan utama dari kepala rumah tangga

Bantuan tunai yang diterima rumah tangga dalam enam bulan terakhir, yang berupa subsidi BBM, Raskin, dan Kredit Usaha

5 = tidak

1 = ya Kategorik

F. Instrumen Penelitian

Bahan yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah data hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) tahun 2016 yang dilaksanakan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) Pusat.

G. Cara Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan mengambil data sekunder dari Badan Pusat Statistik untuk Survei Sosial ekonomi Nasional tahun 2016. Data diperoleh dari Pusat Kebijakan Pembiayaan dan Manajemen Asuransi Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada dengan memenuhi syarat dan ketentuan pengambilan dan penggunaan data. Setelah data tersebut diperoleh akan dilakukan pengolahan data sesuai dengan penelitian.

H. Cara Analisis Data

(16)

16

1. Melakukan cleaning data.

2. Melakukan transformasi data Susenas tahun 2016 untuk

mendapatkan variabel yang dibutuhkan dalam unit kabupaten/kota 3. Analisis data deskriptif untuk masing-masing variabel dengan

menghitung nilai persentase;

4. Analisis bivariat untuk melihat adanya hubungan antara kualitas lingkungan perumahan dengan kondisi sosial ekonomi dengan uji Spearman Rank dengan tingkat signifikan α sebesar 5%.

5. Analisis multivariat dengan menggunakan regresi logistik untuk melihat hubungan kualitas lingkungan perumahan dengan kondisi sosial ekonomi.

I. Etika Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan setelah mendapatkan ethical

cleareance dari komisi etik penelitian kedokteran dan kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada. Penggunaan data sekunder dari Badan Pusat Statistik disesuaikan dengan izin penggunaan data dari instansi terkait.

J. Rencana Kerja

Berikut adalah tabel rencana kerja penelitian yang akan dilaksanakan pada bulan November 2017 sampai dengan April 2018:

Tabel Rencana Kerja

No Jenis Kegiatan

Estimasi Waktu

Mei Juni Juli Agustus Sep 1 Penyajian usulan penelitian

2 Perbaikan usulan dan pengurusan izin 3 Pengumpulan data 4 Analisis data

5 Penulisan dan penyusunan tesis

(17)
(18)

18

DAFTAR PUSTAKA

Andersen, M.J. et al., 2018. Housing Conditions of Urban Households with Aboriginal Children in NSW Australia : Tenure Type Matters. BioMed Central Public Health, 18(70), pp.1–13.

BPS, 2015. Statistik Kesejahteraan Rakyat 2015: Survei Sosial Ekonomi Nasional, Indonesia.

Braubach, M. & Savelsberg, J., 2009. Social Inequalities and Their Influence on Housing Risk Factors and Health. A Data Report Based on The WHO LARES Database, Copenhagen, Denmark.

Cabieses, B., Pickett, K.E. & Tunstall, H., 2012. Comparing Sociodemographic Factors Associated with Disability Between Immigrants and the Chilean-Born : Are There Different Stories to Tell ? , pp.4403–4432.

Dunn, J.R. et al., 2006. Housing as a Socio-Economic Determinant of Health. Canadian Journal of Public Health, pp.11–15.

Fatimah, S., 2008. Faktor Kesehatan Lingkungan Rumah yang Berhubungan denganKejadian TB Paru Kabupaten Cilacap Tahun 2008. Universitas Diponegoro.

Haines, A. et al., 2012. Promoting Health and Advancing Development through Improved Housing in Low-Income Settings. Journal of Urban Health: Bulletin of The New York Academy of Medicine, 90(5), pp.15–17. Howden-chapman, P., Roebbel, N. & Chisholm, E., 2017. Setting Housing

Standards to Improve Global Health. International Journal of Environmental Research and Public Health, 14, pp.1–11.

Jacobs, D.E., 2011. Environmental Health Disparities in Housing. American Journal of Public Health, 101(51), pp.115–122.

Kemenkes, 1999. keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia tentang Persyaratan Kesehatan Perumahan, Indonesia: Kementerian Kesehatan RI. Kemenkes, 2011. PETA KESEHATAN INDONESIA TAHUN 2010, Indonesia. Lin, Y. et al., 2014. Linking social housing provision for rural migrants with the

(19)

Manueke, I., 2005. PEMANFAATAN PENOLONG PERSALINAN DI

INDONESIA ( Analisis Data Susenas Kor 2001 ). Universitas Gadjah Mada. Muiyati, A., 2008. Kajian Luas Rumah Tinggal Masyarakat Berpenghasilan

Rendah di Kawasan Pusat Kota. Jurnal Sipil, Mesin, Arsitektur,dan Elektro (SMARTek), 6(3), pp.184–192.

Pinem, M., 2010. Pengaruh Sosial Ekonomi terhadap Kualitas Permukiman di Kelurahan Sidorejo Kecamatan MedanTembung Kota Medan. Jurnal Geografi Universitas Negeri Medan, 1(2), pp.71–80.

Priyono, Jumadi & Kurniasari, I., 2013. Pengukuran Kualitas Pemukiman HUBUNGANNYA DENGAN TINGKAT KESEHATAN MASYARAKAT DI KECAMATAN SRAGEN : MASYARAKAT DALAM STRATEGI. Journal Geoedukasi Universitas Surakarta, 2(1), pp.52–59.

Pullan, R.L. et al., 2014. Geographical Inequalities in Use of Improved Drinking Water Supply and Sanitation across Sub-Saharan Africa : Mapping and Spatial Analysis of Cross-sectional Survey Data. PLoS Medicine, 11(4). Ridwan, U.H. & Giyarsih, S.R., 2012. Kualitas Lingkungan Permukiman

Masyarakat Suku Bajo di Daerah yang Berkarakter Pinggiran Kota dan Daerah Berkarakter Pedesaan di Kabupaten Muna. Jurnal Pembangunan Wilayah dan Kota, 8(2), pp.118–125.

Roy, M. et al., 2014. Surveillance of Social and Geographic Inequalities in Housing-Related Issues : The Case of the Eastern Townships , Quebec ( Canada ). International Journal of Environmental Research and Public Health, 11, pp.4825–4844.

Shrestha, A. et al., 2017. Water Quality , Sanitation , and Hygiene Conditions in Schools and Households in Dolakha and Ramechhap Districts , Nepal : Results from A Cross-Sectional Survey. International Journal of Environmental Research and Public Health, 14(89), pp.1–21.

WHO, 2010. International Workshop on Housing , Health and Climate Change : Developing guidance for health protection in the built environment

Gambar

Tabel  Rencana Kerja

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan menganalisis kondisi produksi dan daerah penangkapan udang, menganalisis pola dinamis penurunan hasil tangkapan udang akibat pengaruh pengendapan dan

Dengan demikian, maka telah diketahui bahwa ekstrak kulit dan daging buah sawo muda memiliki potensi sebagai larvasida nyamuk Ae.aegypti karena adanya kandungan

Kegiatan pengabdian masyarakat melalui program Abdi Nusantara untuk melakukan edukasi dan pendampingan kepada masyarakat mengenai pentingnya pembrantasan rabies dan

Menurutnya, ada tiga asumsi dasar yang melandasi bahwa laki-laki lebih unggul dari perempuan (1) bahwa makhluk pertama yang diciptakan Tuhan adalah laki-laki, bukan perempuan,

Dilihat pada gambar denah sebaran halaman tengah Situs Ki Buyut Trusmi tahun 1898 yang ditunjukkan oleh gambar 6, maka tidak tampak keberadaan alur koridor yang menghubungkan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kondisi kandang ternak dengan kejadian malaria pada masyarakat di Desa Lauri Kecamatan Gido Kabupaten

Data di atas menunjukkan bahwa capaian mutu pendidikan pada Sekolah Menengah Atas di kabupaten Bangka Tengah terdapat trend positif pada capaian kategori SNP selama empat tahun

(2008) dalam sebuah penelitian dengan judul PERANCANGAN DAN SIMULASI JARINGAN FAST ETHERNET DENGAN MENGGUNAKAN ROUTING PROTOCOL OSPF DAN EIGRP, bahwa beliau