• Tidak ada hasil yang ditemukan

Abrasi di Wilayah Pesisir Desa Dadap Ind

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Abrasi di Wilayah Pesisir Desa Dadap Ind"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Nama

: Surianti

NIM

: A21116026

Prodi

: Manajemen

ABRASI DI WILAYAH PESISIR DESA DADAP, INDRAMAYU

A. PENGANTAR

Indonesia sebagai negara kepulauan tentunya tidak lepas dari garis pantai, Indonesia sendiri memiliki garis pantai terpanjang keempat di dunia setelah Kanada, Amerika Serikat dan Rusia dengan panjang garis pantai 95.181km. Namun sebanyak 20% dari garis pantai di sepanjang wilayah Indonesia dilaporkan mengalami kerusakan, tentunya kerusakan ini disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain perubahan lingkungan dan abrasi pantai. Kerusakan lingkungan akan semakin bertambah seiring dengan berjalannya waktu. Contoh yang sering kita jumpai belakangan ini adalah masalah abrasi pantai. Abrasi pantai ini terjadi hampir diseluruh wilayah di Indonesia. Masalah ini harus segera diatasi karena dapat mengakibatkan kerugian yang sangat besar bagi makhluk hidup dan ekosistem, tidak terkecuali manusia.

Abrasi pantai tidak hanya membuat garis-garis pantai menjadi semakin menyempit, tapi bila dibiarkan begitu saja akibatnya bisa menjadi lebih berbahaya. Seperti kita ketahui, negara kita Indonesia sangat terkenal dengan keindahan pantainya. Setiap tahun banyak wisatawan dari mancanegara berdatangan ke Indonesia untuk menikmati panorama pantainya yang sangat indah. Apabila pantai sudah mengalami abrasi, maka tidak akan ada lagi wisatawan yang datang untuk mengunjunginya. Hal ini tentunya sedikit banyak akan mempengaruhi perekonomian di Indonesia karena secara otomatis devisa negara dari sektor pariwisata akan mengalami penurunan.

(2)

terabrasi lebih dari 2000ha, tersebar di 7 kecamatan dan 28 desa, dengan tingkat abrasi mencapai 10m pertahun.

Abrasi pantai akibat kerusakan ekosistem di kawasan pesisir pantai utara Indramayu cukup parah dan merata. Sepanjang 114 kilometer daerah tersebut mengalami kerusakan kritis. Pesisir pantai telah tergerus sejauh 45 km dari garis pantai. Pihak Pemkab Indramayu dan Pemprov Jabar telah terus berupaya dengan melakukan penanaman bakau serta membangun pemecah gelombang di sejumlah wilayah. Namun bangunan pemecah gelombang ini pun belum optimal untuk mengurangi abrasi.

Selain mengalami abrasi, puluhan hektar hutan bakau di kawasan pantai Indramayu tersebut kini sebagian besar beralih fungsi menjadi tambak-tambak udang dan bandeng. Bahkan masyarakat pengelola tambak merasa dirugikan dengan keberadaan mangrove di sekitar tambak, yang dianggap menggangu luasan tambak mereka itu.

B. PEMBAHASAN

Abrasi pantai yang menggerus pantai di wilayah Indramayu memang merupakan persoalan klasik tepatnya di pantai Desa Dadap Kecamatan Juntinyuat, Indramayu. Di tempat ini abrasi semakin parah, bahkan sudah mendekati rumah penduduk dan sejumlah pipa Pertamina juga ikut terancam.

Menurut penuturan sejumlah warga, kondisi seperti ini memang terjadi sejak lama. Warga setempat juga mengaku khawatir kalau abrasi akan menyerang rumah mereka. Seperti diungkapkan Surnawan, abrasi yang terjadi memang semakin parah, dan penahan ombak yang dipasang juga tak banyak membantu.

(3)

Sementara itu, sekretaris koalisi masyarakat pesisir Indramayu (Kompi),Iing Rohimin mengatakan, pantai dadap merupakan salah satu pantai yang kondisinya cukup parah terkena dampak abrasi. “Tanaman mangrove yang ditanam pun banyak yang mati. Kondisi ini jika tidak dilakukan pencegahan secara darurat, akan semakin meluas ancaman abrasinya,” kata dia.

Secara keseluruhan, pesisir pantai Kabupaten Indramayu, semakin parah kondisinya saat ini. Dari 147 km panjang garis pantai Indramayu, 60 persen di antaranya tergerus abrasi. Kasi Konservasi dan Pemulihan Kualitas Lingkungan Hidup kantor lingkungan hidup kabupaten Indramayu, Suhartati mengatakan,pesisir pantai yang tergerus abrasi itu, di antaranya tersebar di Kecamatan Juntinyuat, Krangkeng, Indramayu, Pasekan, Losarang, Kandanghaur, Sukra dan Patrol.

Berdasarkan pantauan, Pelita, Selasa (1/4) sepanjang 114 Km pantai Indramayu selalu menimbulkan ancaman abrasi yang sangat serius. Beberapa daerah pesisisr yang belum dilengkapi dengan tembok penahan gelombang (Break water) tingkat abrasinya semakin parah. Saking parahnya bahkan abrasi sudah menggerus permukiman warga. Dalam 10 tahun terakhir, ribuan rumah warga yang berada di pesisir pantai hancur diterjang ganasnya abrasi. Abrasi memang sudah pada tingkat yang mengkhawatirkan, warga hanya bisa pasrah dan memilih mengungsi karena takut ancaman gelombang menghantam rumah mereka, ujar Darmanto (34) warga Desa Dadap Kecamatan Juntinyuat, kepada Pelita.1

Meski tembok penahan ombak rusak parah, belum ada, upaya pemerintah untuk memperbaiki ataupun membangunnya kembali. Salah seorang warga Desa Dadap, Khaerun (35), mengatakan, abrasi di pantai tersebut sudah sejak lama terjadi dan kerap dikeluhkan masyarakat yang cemas. Terlebih, mereka melihat sendiri tembok penahan ombak di pantai tersebut sudah hancur.

(4)

“Terus terang kami warga yang tinggal berdekatan ini merasa khawatiran dengan terjangan ombak yang besar ditambah dengan rusaknya penahan ombak,” ungkapnya kepada “FC”, Minggu (31/7).

Tembok penahan ombak juga terlihat tidak melindungi semua wilayah pantai di Desa Dadap tersebut. Padahal, tembok itu sangat berarti untuk menahan laju abrasi. “Tanggul penahan ombak tersebut sangat berarti bagi masyarakat pesisir,” tuturnya. Hingga kini, banyak bangunan milik warga yang sudah menjadi korban terjangan abrasi. Bahkan di antara beberapa bangunan tersebut adalah bangunan untuk belajar Pendidikan Anak Usia Dini (Paud) Nurul Bahri dan sebuah musala.

“Kalau masalah ini tidak cepat diselesaikan, maka kami tidak akan membayar Pajak Bumi dan Bangunan (PBB),” pungkasnya. Hal senada dikatakan masyarakat Desa Dadap lainnya, Taslim (27). Menurutnya, masyarakat nelayan Indramayu yang hidup di sepanjang pantai menggantungkan hidup dari dua hal. Pertama, dari hasil tangkapan ikan saat melaut. Kedua, dari tembok penahan ombak yang memastikannya selamat dari amukan ombak pantai. “Bagaimana bisa menikmati hasil dari melaut, jika rumah kami terkena ombak?” ucapnya. Dia pun berharap pemerintah segera membangun tanggul penahan ombak serta merenovasi tanggul yang sudah rusak.

(5)

membutuhkan dana yang tidak sedikit, akan tetapi jika pemerintah daerah tidak mampu untuk membangun tanggul tersebut dikarenakan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) Indramayu tidak mencukupi, setidaknya pemerintah daerah bisa melakukan koordinasi dengan pemerintah Provinsi maupun Pusat. “Setiap masa reses anggota DPRD Indramayu maupun DPR RI di wilayah tersebut, aspirasi pertama yang dikatakan oleh masyarakat adalah pembangunan tanggul penahan ombak,” pungkasnya. (Didi)2

Cuaca buruk yang terjadi beberapa hari terakhir di wilayah pesisir Kabupaten Indramayu menimbulkan rob hingga ke rumah-rumah penduduk. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) setempat menjadwalkan rapat koordinasi dengan pihak-pihak terkait untuk menanggulangi dampak rob tersebut, Rabu 3 Agustus 2016. Kepala Pelaksana BPBD Indramayu Edi Kusdiana mengakui pemecah ombak di sepanjang pesisir daerahnya sudah rusak bahkan ada wilayah yang belum terlindungi fasilitas tersebut. Namun, ia memastikan gelombang besar yang terjadi masih dalam kondisi yang aman. "Tidak begitu bermasalah karena airnya datang dan pergi sebentar. Walaupun (rob) sempat masuk ke rumah warga," kata Edi, Rabu 3 Agustus 2016. Kondisi tersebut dialami warga yang rumahnya berada cukup dekat dengan bibir pantai. Seperti halnya di wilayah Kecamatan Kandanghaur, Balongan, dan Juntinyuat di Kabupaten Indramayu. Edi mengakui perlu ada perbaikan tembok pemecah ombak di wilayah-wilayah yang rawan terkena rob dan gelombang air laut. Ia mengaku baru mengetahui kerusakan pada fasilitas tersebut sehingga pihaknya mengaku belum mengusulkan perbaikannya kepada pihak terkait. Kerusakan tembok pemecah ombak dikeluhkan warga di Desa Dadap Kecamatan Juntinyuat Kabupaten Indramayu setelah gelombang besar mengakibatkan abrasi. Salah seorang warga, Khaerun (35) menganggap pemerintah setempat tidak pernah merenovasi pemecah ombak hingga bertahun-tahun lamanya. Menurut dia, tumpukan beton berbentuk kubus yang semula berfungsi sebagai pemecah ombak itu perlahan hilang tertelan pasir. “Jadi pas air laut pasang, ombak akan menghantam rumah warga,” kata Khaerun mengeluhkan. Kondisi cuaca yang buruk akibat angin timur beberapa bulan terakhir diakui telah mengikis tanah persawahan dan perumahan warga setempat.3

2 http://indramayu.cirebontrust.com/anggota-dprd-indramayu-soroti-abrasi-di-desa-dadap.html, Senin 10 Oktober 2016

(6)

B.1 Penyebab Terjadinya Abrasi

Menurut Suhartati, abrasi terjadi akibat pengaruh faktor alam dan aktifitas pembangunan. Untuk faktor alam, di antaranya akibat karakteristik pantai di Indramayu yang memang mengandung lumpur dan berpasir. Suhartati menambahkan, faktor penyebab lain terjadinya abrasi adalah rusaknya hutan mangrove yang berfungsi sebagai penahan abrasi. “Pembangunan yang menjorok ke laut juga menjadi faktor penyebab terjadinya abrasi,” kata Suhartati.. Faktor alam penyebab abrasi di antaranya sedimentasi yang berlangsung lama akibat material endapan yang dibawa daerah aliran sungai Cimanuk.4

Secara umum, abrasi disebabkan oleh naiknya permukaan air laut diseluruh dunia karena mencairnya lapisan es di daerah kutub bumi. Mencairnya lapisan es ini merupakan dampak dari pemanasan global yang terjadi belakangan ini. Seperti yang kita ketahui,pemanasan global terjadi karena gas-gas CO2 yang berasal dari asap pabrik maupun dari gas buangan kendaraan bermotor menghalangi keluarnya gelombang panas dari matahari yang dipantulkan oleh bumi, sehingga panas tersebut akan tetap terperangkap di dalam atmosfer bumi dan mengakibatkan suhu di permukaan bumi meningkat. Suhu di kutub juga akan meningkat dan membuat es di kutub mencair, air lelehan es itu mengakibatkan permukaan air di seluruh dunia akan mengalami peningkatan dan akan menggerus daerah yang permukaannya rendah. Hal ini menunjukkan bahwa terjadinya abrasi sangat erat kaitannya dengan pencemaran lingkungan.5

Selain itu, abrasi pantai diakibatkan oleh dua faktor utama yang disebabkan oleh aktivitas manusia yaitu;

 Peningkatan permukaan air laut yang diakibatkan oleh mencairnya es di daerah kutub

sebagai akibat pemanasan global.

(7)

 Hilangnya vegetasi mangrove (hutan bakau) di pesisir pantai. Sebagaimana diketahui,

mangrove yang ditanam di pinggiran pantai, akar-akarnya mampu menahan ombak sehingga menghambat terjadinya pengikisan pantai. Sayangnya hutan bakau ini banyak yang telah dirusak oleh manusia.

B.2 Cara Menyelesaikan Masalah Abrasi

Untuk mengatasi abrasi, maka bisa dilakukan upaya vegetasi dan sipil teknis. Untuk vegetasi, dilakukan dengan cara menanam kembali hutan mangrove. Sedangkan cara sipil teknis, dengan membangun break water atau tembok penahan ombak.

Selain itu, ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk mengatasi (paling tidak menghambat) masalah abrasi pantai ini, yaitu:

 Pemerintah harus segera secara bertahap melakukan pembangunan alat pemecah

ombak, revetment, dan pembentukan tembok laut (groin).

 Penanaman pohon mangrove, melestarikan hutan pantai, memelihara dan

melestarikan kawasan pantai seperti batu dan komponen sekitar pantai.

 Peran serta penduduk lokal dan masyarakat sekitar pantai sangat di harapkan untuk

mengatasi masalah abrasi pantai, oleh karena itu perlu adanya kesadaran dari setiap orang dengan pihak terkait untuk selalu memahami betapa pentingnya masalah ini, sehingga ditemukan solusi terbaik untuk mengatasi abrasi pantai.6

Referensi

Dokumen terkait

Penilaian IF-AT mempunyai perbedaan dengan pilihan jamak konvensional, yakni kalau dalam pilihan jamak konvensional jika jawabannya salah maka salah, akan tetapi kalau di dalam

Pertama , memahamkan para peserta didik untuk memahami kebudayaannya sehingga diharapkan mereka tumbuh menjadi manusia yang sadar budaya; kedua , peserta didik akan

tersebut tidak ada dalam perbuatan atau sikap seseorang, maka tidak.. dapat disebut

Dengan demikian, dalam menghadapi interaksi sosial sebagai suatu realitas di ruang publik, jurnalis dituntut untuk selalu mengkritisi apakah etika kepublikan menyangkut

Ciri metabolisme bakteri Acinetobacter calcoaceticus S1 mirip dengan metabolisme komunitas mikroba lumpur aktif yaitu mampu tumbuh cepat pada sistem

Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa penerapan simulator Cisco Packet Tracer dengan model pembelajaran TGT dalam mata pelajaran Jaringan Dasar

Selain itu peneliti juga ingin melihat bagaimana bahasa yang digunakan oleh kedua media online tersebut dalam setiap teks pada setiap pemberitaaannya, hal apa

Alhamdulillahirobbil'alamin, penulis panjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT, karena berkat tridho-Nyalah penulis dapat menyelesaikan penyusunan Laporan Akhir