PEMBERIAN GANTI RUGI TERHADAP PENGUASAAN TANAH PT.KERETA API
INDONESIS (PERSERO) OLEH MASYARAKAT DI KELURAHAN PIDADA
KECAMATAN PANJANG BANDAR LAMPUNG
Roberta Ratri, Upik Hamidah,S.H.,M.H., Atik Yuniatik,S.H.,M.H.
Hukum Administrasi Negara Fakultas Hukum Universitas Lampung
Jalan Prof. Dr. Soemantri Brojonegoro No. 1 Bandar Lampung 35154
e-mail: roberta26@ymail.com
ABSTRAK
Ganti rugi adalah penggantian terhadap kerugian baik bersifat fisik dannon fisik sebagai
akibat pengadaan tanah kepada yang mempunyai tanah, bangunan, tanaman, dan atau
benda – benda lain yang berkaitan dengan tanah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
proses pemberian ganti rugi terhadap penguasaan tanah PT.KAI (persero) Sub Drive III.2
Tanjung Karang oleh masyarakat di Kelurahan Pidada Kecamatan Panjang. Penelitian ini
bersifat normatif dan empiris, dengan studi pustaka dan studi lapangan sebagai proses
pengumpulan data kemudian di analisis. Hasil penelitian didapatkan bahwa sesuai dengan
Pasal 42 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2007 Tentang perkeretaapian menjelaskan batas
ruang milik jalur kereta api merupakan ruang di sisi kiri dan kanan ruang manfaat jalur
kereta api yang lebarnya paling rendah 6 (enam) meter. Sesuai dengan Undang-Undang
Nomor 2 Tahun 2012 Tentang Pengadaan Tanah maka proses pemberia ganti rugi sebagai
berikut (1).Konsultasi publik (2).Inventarisasi (3).Musyawarah ganti rugi (4).Pelaksanaan
pemberian ganti rugi (5).Pelaksanaan pembongkaran.
Kata kunci : Ganti rugi, Penguasaan, PT. KAI
ABSTRACT
Indemnity against loss is the replacement of both physical and non-physical harm as a result
of procurement which had land to land, buildings, plant an other objects related to the land.
ownership in PT.KAI (persero) Sub Drives III. 2 Tanjung Karang by Neighborhood
communities in Panjang District of Bandar Lampung. This research is both normative and
empirical literature with the study, and the study of the field as the process of collecting data
later in the analysis. Results of the study found that in accordance with article 42 Act No. 23
of 2007 About railways explains the space belonging to the railway line is the space on the
left and right side spaces benefits the railway that the lowest coefficient of 6 (six) meters. In
accordance with Act No. 2 in 2012 About the procurement process of the Land pemberia
compensation as follows (1).Public consultation (2).Inventory (3).Deliberation
indemnification (4).The implementation of reparation (5).Execution of the demolition.
PENDAHULUAN
Tanah merupakan salah satu
kebutuhan pokok dalam upaya
pembangunan yang dilakukan baik oleh
individu, kelompok dan badan hukum atau
pemerintahan. Semua manusia sudah pasti
melakukan aktivitas di atas lahan tanah
karena merupakan kebutuhan yang
mendasar dan mutlak untuk kelangsungan
hidup manusia.Sesuai Pasal 33 ayat (1)
Undang-Undang Dasar 1945 yang
menyatakan “Bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai
oleh Negara dan dipergunakan
sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat.”
Undang-Undang NO.5 Tahun 1960 yang
selanjutnya disebut sebagai
Undang-Undang Pokok Agraria (UUPA),
pemerintah memberikan hak-hak kepada
masyarakat maupun badan usaha untuk
memanfaatkannya.
Undang-Undang NO.2 Tahun 2012
yang mengatur tenatang
penyelenggaraannya. Kepentingan Umum
dalam peraturan presiden tersebut
mempunyai definisi kepentingan bangsa,
Negara dan masyarakat yang harus
diwujudkan oleh pemerintah dan
digunakan sebesar-besarnya untuk
kemakmuran rakyat salah satunya adalah
transportasi. Transporatsi mempunyai
peranan penting dalam mendukung
pertumbuhan ekonomi, pengembangan
wilayah dan pemersatu wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia dalam
rangka mewujudkan Wawasan Nusantara,
serta memperkukuh ketahanan nasional
dalam usaha mencapai tujuan nasional.
PT.Kereta Api Indonesia (persero)
sebagai Badan Usaha Milik Negara yang
berhak mendapatkan hak penguasaan atas
tanah karena bahwa perkeretaapian
sebagai salah satu moda transportasi dalam
sistem transportasi nasional yang
mempunyai karakteristik pengangkutan
secara massal dan keunggulan tersendiri,
yang tidak dapat dipisahkan dari moda
transportasi lain, perlu dikembangkan
potensinya dan ditingkatkan peranannya
sebagai penghubung wilayah, baik
nasional maupun internasional, untuk
menunjang, mendorong, dan
menggerakkan pembangunan nasional
guna meningkatkan kesejahteraan rakyat.
Pasal 16 Undang-Undang Pokok Agraria
(UUPA) membagi beberapa hak atas tanah
diantaranya;hak milik, hak guna usaha,
hak guna bangunan, hak pakai, hak sewa,
hak membuka tanah, hak memungut hasil
hutan, hak-hak yang tidak termasuk dalam
hak-hak tersebut di atas.
Undang-Undang No.23 Tahun
2007 Tentang Perkeretaapian, dalam pasal
3 menyatakan bahwa perkeretaapian
diselenggarakan dengan tujuan untuk
memperlancar perpindahan orang dan/atau
barang secara massal dengan selamat,
aman, nyaman, cepat dan lancar, tepat,
tertib dan teratur, efisien, serta menunjang
pemerataan, pertumbuhan, stabilitas,
pendorong, dan penggerak pembangunan
nasional. Dengan dasar tujuan tersebut
maka PT. KAI (perser bekerjao)sama
dengan PT. Pelindo II (Persero) melalui
IPC cabang Lampung merevitalisasi jalur
kereta api Pidada Panjang.
Jalur kereta api yang ada di
Kelurahan Pidada tersebut dikuasai oleh
PT KAI (persero) namun dimanfaatkan
oleh warga Kelurahan Pidada untuk
permukiman dan ruko karena telah lama
tidak difungsikan. Ketika hendak
revitalisasi PT KAI (persero) mengalami
kesulitan karena terjadi penolakan
pembongkaran pemukiman dan ruko oleh
sejumlah warga. Upaya PT.KAI (persero)
untuk mengatasi hal ini adalah dengan
menawarkan sejumlah ganti rugi berupa
uang bongkar kepada warga dan
menerapkan Pasal 42 Undang-Undang
Nomor 23 Tahun 2007 tentang batas kiri
kanan rel kereta.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian
dengan pendekatan masalah yang bersifat
normatife dan empiris. Pendekatan
normatif adalah pendekatan dengan cara
mendekati permasalahan–permasalahan
dari segi hukum, membahas, kemudian
dan peraturan perundang–undangan yang
ada hubungannya dengan masalah yang
akan dibahas yaitu penguasaan tanah PT
Kereta Api Indonesia oleh masyarakat di
Kelurahan Pidada Kecamatan Panjang
Bandar Lampung. Sedangkan pendekatan
empiris dengan cara mengetahui fakta –
fakta yang ada atau yang terjadi di
lapangan (masyarakat) di lokasi penelitian
dengan mengumpulkan informasi–
informasi tentang kejadian yang ada
hubungannya dengan masalah yang akan
dibahas.Sumber data berupa sumber data
hukum primer, sekunder dan tersier.
Prosedur pengumpulan data berupa studi
kepustakaan dan lapanga kemudian
data-data tersebut di analisis.
Berdasarkan hasil analisis
didapatka bahwa seharusnya PT.KAI
(persero) tidak memberikan ganti rugi
terhadap tanah yang dikuasainya.
Mengingat bahwa tanah memiiki fungsi
sosial maka PT.KAI (persero) memberikan
sejumlah ganti rugi berupa uang kerohima
atau pembongkaran. Pemberian ganti rugi
ini mengikuti aturan pada Undang-Undang
Nomor 2 Tahun 2012 hanya pada proses
pemberian ganti ruginya saja. Proses
tersebut antara lain, pertamaKonsultasi
Publik adalah sosialisasi kepada
masyarakat maksud dan tujuan PT.KAI
(persero) memberikan ganti rugi atas tanah
yang dikuasai masyarakat,
keduaInventarisasi berupa pengukuran
tanah yang dikuasai masyarkat untuk
diberikan ganti rugi, ketigaMusyawarah
jumlah ganti rugi yang diberikan oleh
PT.KAI (persero) dan besar jumlah
keinginan masyarakat Pidada Kecamatan
Panjang Bandar Lampung,
keempatPelaksanaan Pemberian Ganti
Rugi,kelimaPelaksanaan Pembongkaran.
PEMBAHASAN
Sosialisasi adalah sebuah proses
penanaman atau transfer kebiasaan
atau nilai dan aturan dari satu generasi ke
generasi lainnya dalam
sebuah kelompok atau masyarakat. Pada
pasal 16 Undang-Undang Nomor 2 Tahun
2012 menyatakan Instansi yang
memerlukan tanah bersama pemerintah
provinsi berdasarkan dokumen
perencanaan pengadaan tanah yaitu
:pemberitahuan rencana pembangunan;
pendataan awal lokasi rencana
pembangunan; dan Konsultasi Publik
rencana pembangunan. PT.KAI
melaksanakan sosialisasi untuk
menjelaskan manfaat, maksud dan tujuan
pembangunan kepada masyarakat serta
dalam rangka memperoleh kesediaan
terhitung telah menguasai tanah tersebut
hampir puluhan tahun.
Inventarisasi dan Identifikasidiatur
dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun
2012 Pasal 28 sampai dengan Pasal 30.
Pengukuran Tanah PT.KAI (persero) yang
dikuasai masyarakat Pidada dilakukan oleh
PT.KAI (persero). Proses ini tidak
melibatkan Badan Pertenahan Nasional
atau yang sering disebut BPN karena
masalah ini bukan pengadaan tanah
melainkan hanya pemberian uang
kerohiman atau tali asih. Selama pendataan
inventarisasi dan identifikasi berlangsung
selama 30 hari kerja, tidak ada hambatan
dari PT.KAI ataupun dari pihak
masyarakat Pidada terutama yang terkena
pembongkaran. Pengukuran dilakukan dari
perlintasan ke arah panjang, dari perlintasa
ke aras Stasiun Pidada, dan dari stasiun
Pidada ke arah KM3. Pada tanggal 4
Februari 2013 PT.KAI (persero)
mengeluarkan hasil inventarisasi dan
identifikasi, dari perlintasan ke arah
Panjang total luas tanah yang dikuasai oleh
6 KK, 1 pos petir dan 1 pos polisi adalah
200,39m2 , dari perlintasan ke arah Stasiun
Pidada total luas tanah yang dikuasai oleh
27 KK adalah 1268,845m2 , dari Stasiun
Pidada kea rah KM3 total luas tanah yang
dikuasai oleh 5 KK adalah 239,63m2 .
Musyawarah mengenai ganti rugi
diatur dalam Undang-Undang Nomor 2
Tahun 2012 Pasal 37 samapi dengan pasal
39. Surat dari Gubernur Lampung
No.005/0592/III.06/2013 tentang
pembahasan progres revitalisasi jalur KA
ke Pelabuhan Panjang, yang ditujukan
untuk PT.Pelindo, Vice President Sub
Drive Regional III.2 PT.KAI (persero)
Tanjung Karang dan Lurah Pidada,
mengadak mengadakan rapat pada tanggal
13 Maret 2013 guna membahas besar
biaya ganti rugi yang akan diberikan oleh
PT.KAI (persero) kepada masyarakat
Kelurahan Pidada yang menguasai tanah
PT.KAI (persero). Dalam Rapat yang
diadakan pada tanggal 13 Maret 2013
tersebut PT.KAI mengajukan harga ganti
rugi permeter sebagai berikut :Bangunan
semi permanen Rp
250.000,-/meter,Bagunan permanen Rp
300.000,-/meterMenurut PT.KAI (persero) harga di
atas sudah merupaka harga yang layak
untuk biaya pembongkaran dang ganti
rugi.Dari pihak masyarakat Pidada yang di
wakili oleh Lurah Pidada Dra. Sugih
Agusta, MM menyampaikan bahwa
warganya berkehendak bangunan semi
permanen Rp.400.000,-/meter, bangunan
permanen Rp.500.000,-/meter
Alasan masyarakat mengajukan
kehidupan mereka selanjutnya setelah
pindah, mereka tentunya belum memiliki
tanah baru untuk mereka singgahi.
Rata-rata masyarakat yang terkena
pembongkaran adalah kalangan menengah
kebawah sehingga hal ini menjadi ajang
untuk mendapatkan uang lebih dari
PT.KAI (persero). Pada rapat tersebut
pembahasan mengenai kesepakatan harga
tidak langsung membuahkan hasil, sebagai
Lurah Kelurahan Pidada, Dra.Sugih
Agusta,MM perlu mengadakan
musyawarah dengan masyarakatnya yang
menguasai tanah PT.KAI.
Setelah beberapa hari pihak
kelurahan memusyawarahkan harga yang
diajukan oleh pihak PT.KAI (persero)
dengan warga, agenda selanjutnya adalah
pertemuan yang dihadiri oleh dari wakil
dari pihak Gubernur, PT.KAI (persero),
PT.Pelindo dan masyarakat
Pidada.Pertemuan tersebut menghasilkan
keseakatan besar ganti rugi yaitu untuk
bangunan semi permanen
Rp.300.000,-/meter dan untuk bangunan permanen
Rp.400.000,-/meter.
Pelaksanaan Pemberian Ganti Rugi
dilaksanakn di Kantor PT.KAI (persero)
Sub Drive Regional III.2 Tanjung Karang
pada tanggal 27 Maret 2013. Bapak
Iswanto selaku Manager Aset PT.KAI
(persero) Sub Divre Regional III.2
Tanjung Karang ikut mendampingi selama
proses pemberian ganti rugi berlangsung.
Bukti pemberian uang ganti rugi atau
kerohiman berupa kwitansi yag semuanya
telah diurus oleh PT.KAI (persero). Di
bawah ini dipaparkan 3 (tiga) dari 41
Kepala Keluarga responden yang
menerima ganti rugi atau uang kerohiman
di kelurahan Pidada Kecamatan
Panjang.Bapak Hasrinudin, memiliki
bangunan semi permanen dengan luas 2,8
x 6 m2 terletak dari perlintasan ke arah
Panjang, jumlah uang ganti rugi atau
kerohiman yang diterima oleh Bapak
Hasrinudin adalah 16,8 m2 x Rp.300.000
hasilnya adalah Rp 504.000,-Bapak
Sihombing, memiliki bangunan permanen
dengan luas 3,3 x 3,2 m2 terletak dari
perlintasan ke arah Stasiun Pidada, jumlah
uang ganti rugi atau kerohiman yang
diterima Bapak Sihombing adalah 10.56
m2 x Rp.400.000,- hasilnya adalah
Rp4.224.000,-Ibu Surti, memilik bangunan
permanen dengan luas 6,2 x 4,4 m2,terletak
dari Stasiun Pidada ke arah KM 3, jumlah
uang ganti rugi atau kerohiman yang
diterima Ibu Surti 27,28 m2 x Rp.400.000,-
adalah Rp 10.912.000,-1
Pelaksaanaan Pembongkaran
Pemukiman WargaPT.KAI (persero)
menetapkan tanggal sembilan sampai
sebelas April 2013 sebagai agenda
pembongkaran bangunan masyarakat
Pidada yang menguasai Tanah PT.KAI
(persero). Proses pembongkaran diawasi
oleh PT.KAI (persero), Lurah Pidada dan
masyarakat.
SIMPULAN
Proses pemberian ganti rugi
terhadap penguasaan tanah PT.KAI
(persero) oleh masyarakat Kelurahan
Pidada Kecamatan Panjang telah sesui
dengan tahapa yang ada dalam
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012 Tentang
Pengadaan Tanah. Hal ini dilakukan
melalui beberapa tahapan yaitu; (1)
sosialisasi kepada masyarakat tentang
tujuan pembongkaran pemukiman yang di
tepatinya, (2) pengukuran tanah untuk
menentukan jumlah ganti rugi atau
kerohiman, (3) musyawarah uang ganti
rugi atau kerohiman, (4) pelaksanaan
pemberian ganti rugi atau kerohiman dan
(5) pelaksanaan pembongkaran
pemukiman warga.
DAFTAR PUSTAKA
Harsono,Boedi. Hukum Agraria Indonesia
(Himpunan Peraturan-Peraturan
Hukum Tanah).
Jakarta:Djambatan.2002
Harsono, Boedi.Hukum Agraria Indonesia,
Jakarta:Djambatan,2005.
Muljadi, Kartini dan Gunawan
Widjaja.Hak-hak Atas Tanah.Jakarta:Raja
Grafindo Persada,2003.
Parlindungan,A.P.,Pedoman Pelaksanaan
Undang-Undang Pokok Agraria dan
Tata Cara Pejabat Pembuat Akta
Tanah,Bandung:Mandar Maju.1991.
Parlindungan,A.P., Komentar Atas
Undang-Undang Pokok
Agraria.Bandung:Bandar
Maju.1998.
Perangin, Effendi.Hukum Agraria Di
Indonesia Suatu Telaah Dari Sudut
Pandang
Praktisi
Hukum.Rajawali:Jakarta.1985.
Perangin,Efendi. Praktek Permohonan Hak
Atas Tanah, Jakarta:Rajawali,1991.
Sihombing,Dayat dan Oloan
Sitorus,Pengadaan Tanah Untuk
Kepentingan
Umum.Jakarta:Dasamedia
Utam.,1991
Wargakusuma,Hasan.Hukum Agraria
I.Jakarta:Gramedia Pustaka Utama.1995.
Zein,Ramli, Hak Pengelolaan Dalam
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960
Tentang Pokok-Pokok Agraria
Undang-Undang Nomor 51 PRP Tahun
1960 Tentang Larangan Pemakaian Tanah
Tanpa
IjinYang Berhak atau Kuasanya.
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2007
Tentang Perkeretaapian
Undang-Undang Nomor 02 Tahun 2012
Tentang Pengadaan Tanah
Peraturan-Ppemerintah Nomer 02 Tahun
2012 Tentang Pengadaan Tanah Bagi
Pembangunan Untuk Kepentingan