• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS FUNGSI ILMU BANTU SIDIK JARI (DACTYLOSCOPY) DALAM PROSES PENYIDIKAN PERKARA PEMBUNUHAN (Jurnal)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "ANALISIS FUNGSI ILMU BANTU SIDIK JARI (DACTYLOSCOPY) DALAM PROSES PENYIDIKAN PERKARA PEMBUNUHAN (Jurnal)"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS FUNGSI ILMU BANTU SIDIK JARI (DACTYLOSCOPY) DALAM PROSES PENYIDIKAN PERKARA PEMBUNUHAN

(Jurnal)

Oleh

Abednego Reinaldo S

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG

(2)

ABSTRAK

ANALISIS FUNGSI ILMU BANTU SIDIK JARI (DACTYLOSCOPY) DALAM PROSES PENYIDIKAN PERKARA PEMBUNUHAN

Oleh

Abednego Reinaldo S, Tri Andrisman, Damanhuri Warganegara Email : abednegoreinaldo@gmail.com

Tindak pidana pembunuhan saat ini semakin banyak terjadi di Indonesia dengan berbagai modus dan cara yang dilakukan oleh pelaku pembunuhan. Di antara sekian banyak kasus yang terjadi sebagian pelaku berupaya menghilangkan jejak dan bukti agar tidak terungkap perbuatannya. Salah satu upaya yang dilakukannya ialah dengan menggunakan alat bukti sidik jari. Permasalahan dalam skripsi ini adalah bagaimana fungsi ilmu bantu sidik jari (dactyloscopy) bagi penyidik dan apakah faktor penghambat bagi penyidik dalam mengungkap tindak pidana pembunuhan dengan menggunakan ilmu bantu sidik jari (dactyloscopy). Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan pendekatan normatif empiris. Sumber data yang digunakan yaitu data primer dan data sekunder. Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling, dua orang penyidik kepolisian di Kepolisian Resort Bandar Lampung. Hasil wawancara responden kemudian diolah dan dianalisis secara kualitatif dengan mengambil kesimpulan secara deduktif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dactyloscopy sangat berperan penting dalam proses penyelidikan pada perkara pembunuhan. Dengan bantuan peralatan canggih yang bernama MAMBIS (mobile automated multi biometric identification system) yang terkoneksi dengan Kartu Tanda Penduduk (e-KTP) sehingga dapat langsung menenemukan identitas korban dalam proses penyidikan perkara pembunuhan. Faktor-faktor yang menghambat aparat penegak hukum yaitu sangat kurangnya ilmu pengetahuan penyidik tentang sidik jari akan menghambat proses penyidikan hal itu dikarenakan penyidikaan menggunakan ilmu bantu sidik jari (dactyloscopy) dan juga tidak hanya setengah–setengah dalam menerapkannya karena sidik jari (dactyloscopy) merupakan sarana yang tepat dalam membantu proses penyidikan bagi penyidik kepolisian, bahwa dalam menggunakan identifikasi sidik jari jangan hanya setengah–setengah dalam proses penyidikan, dan sudah saatnya sidik jari (dactyloscopy) diatur dengan tegas dalam kitab Undang–Undang Hukum Acara Pidana agar memiliki landasan yuridis yang pasti.

(3)

ABSTRACT

FUNCTIONAL ANALYSIS ON DACTYLOSCOPY ( THE SCIENCE OF FINGERPRINTS IDENTIFICATION) IN THE INVESTIGATION OF

MURDER CASES By

Abednego Reinaldo S, Tri Andrisman, Damanhuri Warganegara Email : abednegoreinaldo@gmail.com

Currently, the crime on murdering is increasingly occurring in Indonesia with various modes and ways committed by the perpetrators. In many cases, the perpetrators tried to eliminate traces and evidence to unreveal their actions. One of the countermeasures that can be used to help the investigation process is by means of fingerprint tools. The problems in this research are formulated as follows: what is the function of dactyloscopy for investigators and what are the inhibiting factors found by the investigators in revealing the crime of murder using dactyloscopy? The method of the research was done using empirical normative approach. The data sources consisted of primary data and secondary data. The sampling method was carried out through purposive sampling, two police investigators at the Police Resort of Bandar Lampung. The result of the interviews with the investigators were then processed and analyzed qualitatively by deduction method. The results showed that dactyloscopy played an important role in the investigation process on murder cases. With the help of advanced equipment called MAMBIS (mobile automated multi biometric identification system) connected with e-citizenship identity card (known as e-KTP) so that it can automatically find the identity of the victims of murder cases. Among the inhibiting factors hampered the law enforcement officers were the lack of knowledge on the science of fingerprints identification that would hinder the process of investigation because it was done using the help of fingerprint identification science (dactyloscopy); also, the less serious efforts in implementing dactyloscopy since it was the most appropriate means in assisting the investigation process for police investigators; therefore, the using of fingerprint identification in the investigation process should not be done halfway, and finally, it is time for the government to make dactyloscopy to be firmly regulated in the Book of Criminal Conduct in order to establish a definite juridical foundation.

(4)

I. PENDAHULUAN

Hukum di Indonesia sangat penting untuk mengatur kehidupan masyarakat karena dengan adanya hukum dapat menghindarkan pelanggaran-pelanggaran yang dapat dilakukan oleh masyarakat maupun oleh penegak hukum itu sendiri.Untuk itu diperlukan adanya kaidah hukum yang dapat dipergunakan oleh Negara Indonesia dalam mengatur tatanan kehidupan dalam masyarakat.

Perkembangannya baik hukum pidana atau acara pidana dengan sendirinya ikut mengalami penyesuaian diberbagai bidang. Salah satunya ilmu hukum yang mengalami perkembangan pesat adalah ilmu kedokteran kehakiman. Dalam mengungkap kasus-kasus kejahatan sejalan dengan semakin majunya tindak kejahatan dengan berbagai alat-alat modern untuk menghilangkan jejak atas kejahatannya, maka digunakan berbagai macam ilmu pengetahuan yang dapat mengungkap kejahatan-kejahatan tersebut. Oleh karena itu aparat penegak hukum

dituntut harus mampu untuk mengungkap dan menyelesaikan setiap kejahatan yang terjadi di masyarakat. Banyak sekali kejahatan yang sulit diungkap disebabkan minimnya barang bukti dan alat bukti yang ditemukan di tempat kejadian perkara, karena biasanya pelaku berusaha untuk tidak meninggalkan jejak agar kasusnya tidak terungkap.

Kasus-kasus kejahatan tidak selalu terjadi di mana terdapat saksi hidup yang menyaksikannya. Perkembangan teknologi membawa pengaruh terhadap cara-cara penjahat melakukan perbuatannya. Para pelaku kejahatan dalam melakukan kejahatan berusaha sedemikian rupa agar tidak

meninggalkan bukti-bukti dengan harapan para penyidik tidak dapat menangkapnya.

Tujuan utama dari penyidikan yaitu untuk mencari serta mengumpulkan bukti-bukti yang pada taraf pertama harus dapat memberikan keyakinan, walaupun sifatnya masih sementara, kepada penuntut umum tentang apa yang sebenarnya terjadi atau tentang tindak pidana apa yang telah dilakukan serta siapakah tersangkanya.

Penegakan hukum semakin dituntut penanganan setiap gangguan keamanan dan ketertiban masyarakat secara cepat, tepat dan tuntas dengan dilandasi metode-metode ilmiah yang sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi secara langsung. Setiap tindak pidana yang terjadi harus diselesaikan dengan tepat jangan sampai ada orang yang tidak bersalah justru menjalani hukuman karena kesalahan aparat penegak hukum dalam menemukan pelaku yang sebenarnya. Kesalahan-kesalahan tersebut antara lain:

1. Mengabaikan sebuah benda yang dianggapnya tidak berguna bagi pembuktian;

2. Menyelesaikan pemeriksaan perkara terlalu mengejar pengakuan tersangka, sehingga mengabaikan bukti-bukti yang lain;

3. Menambah detail-detail atau fakta yang sebetulnya tidak dapat dalam kejadian yang asli;

4. Mengganti atau memalsukan detail-detail atau fakta yang diabaikan dengan detail-detail atau fakta lainnya yang tidak ada hubungannya dengan kejadian asli;

(5)

menjadi berlainan dari apa yang sebenarnya telah terjadi;

6. Perhatian waktu penyidik hanya tertuju pada salah satu bagian saja, sedang bagian yang lain diabaikan; 7. Kata-kata yang digunakan untuk

menguraikan kejadian di tempat kejahatan kurang tepat memilihnya, sehingga dapat menimbulkan salah paham.

8. Menyebabkan detail-detail atau fakta-fakta tidak komplit.1

Penyidikan in concreto dimulai sesudah terjadinya suatu tindak pidana, sehingga tindakan tersebut merupakan penyelenggaraan hukum (pidana) yang bersifat represif.

Berkaitan dengan perkembangan kejahatan maka ketentuan hukum pidana yang memungkinkan pemanfaatan ilmu pengetahuan oleh aparat penegak hukum, khususnya kepolisian sebagai crime detection untuk mengungkap pelaku. Dengan ilmu kriminalistik yang mana digunakan dalam pengungkapan tindak kejahatan, dan ilmu kriminalistik terdiri dari berbagai teknik dan taktik dalam pengungkapan kasus tindak kejahatan. Salah satunya dengan teknik sidik jari (dactyloscopy), yaitu teknik pemeriksaan sidik jari dimana sidik jari mempunyai arti yang penting bagi penyidik untuk mengungkap siapa pelaku tindak pidana tersebut, maka penyidik harus menjaga jangan sampai barang bukti yang terdapat ditempat kejadian menjadi hilang atau rusak.

Seluruh aparat penegak hukum harus mengetahui semua ilmu-ilmu forensik bukan berarti mereka harus terdiri dari para ahli forensik, tetapi mereka harus

1

R. Soesilo, M. Karjadi, Kriminalistik (ilmu Penyidikan Kejahatan), Cetakan Pertama,Bandung : PT. Karya Nusantara, 1989,hlm 14

mengetahui dasar -dasar ilmu pengetahuan tersebut melalui proses pendidikan dan latihan (diklat). Dengan demikian pemeriksaan tempat kejadian perkara menjadi lebih mudah dilakukan dan penting karena memegang peran yang cukup penting dalam mengungkap suatu perkara.

Pentingnya sidik jari dalam menggungkap suatu perkara pidana, maka berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk meneliti dan menuangkan hasilnya dalam skripsi yang berjudul : Analisis Fungsi Ilmu Bantu Sidik Jari

(Dactyloscopy) Dalam Proses

Penyidikan Perkara Pembunuhan. Berdasarkan uraian di atas, maka agar permasalahan dapat di bahas secara operasional dan sesuai dengan sasaran penelitian yang di harapkan maka dapat di rumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut:

a. Bagaimanakah fungsi ilmu sidik jari (dactyloscopy) dalam proses penyidikan pada perkara pembunuhan?

b. Apakah faktor penghambat bagi penyidik dalam mengungkap Perkara pembunuhan dengan ilmu bantu sidik jari (dactyloscopy) ?

(6)

II. PEMBAHASAN

A. Fungsi Sidik Jari (dactyloscopy) dalam Proses Penyidikan Perkara Pembunuhan

Identifikasi sidik jari dikenal dengan dactyloscopy adalah ilmu yang mempelajari sidik jari untuk keperluan pengenalan kembali identifikasi orang dengan cara mengamati garis yang terdapat pada ruas ujung jari baik tangan maupun kaki.

Dalam mengidentifikasi sidik jari juga dikenal dengan istilah identify (mengenali) dan individualized (membedakan dari yang lain). Identify oleh para ahli sebagai keunikan, sementara itu Identification dalam arti yang luas menempatkan suatu obyek dalam kelompok yang terbatas, sementara itu pengertian Individualization adalah menunjukan keunikan tertentu suatu barang bukti bahwa tidak ada dua hal di dalam kenyataan secara tepat dan sama. Hal ini nampak pada sidik jari, bahwa tidak ada sidik jari yang sama satu sama lain maupun saudara kembar.2

Sidik Jari (dactyloscopy) digunakan pada saat proses penyelidikan setelah dilakukan penyelidikan oleh kepolisian terlebih dahulu untuk mencari kebenaran atas adanya suatu peristiwa pidana. Penyelidikan adalah serangkaian tindakan penyelidik untuk mencari dan menemukan suatu peristiwa yang diduga sebagai tindak pidana guna menentukan dapat atau tidaknya dilakukan penyidikan menurut cara yang atur dalam undang–undang ini Pasal 1 butir 5 KUHAP.

Setelah dilakukannya penyelidikan dan dikatakan dapat dilakukan penyelidikan ,

2

Hasil wawancara dengan Amsir,Penyidik Unit Infasis Bandar Lampung, Rabu 14 Juni 2017

maka penyidik kepolisian memulai proses penyidikan. Penyidikan adalah serangkaian tindakan penyidik dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam Undang-Undang ini untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tentang pidana yang terjadi dan guna menemukan tersangkanya.3 Proses penyidikan dilakukan oleh penyidik, sebagaimana diatur dalam Pasal 6 KUHAP yaitu: 1. Penyidik adalah

a. Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia

b. Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu yang diberi Wewenang khusus oleh Undang-Undang 2. Syarat kepangkatan pejabat

sebagaimana diatur dalam ayat (1) diatur lebih lanjut dalam peraturan pemerintah.4

Penyidikan dalam hal ini dilakukan oleh penyidik kepolisian pada perkara tindak pidana pembunuhan. Perlu diketahui bahwa tindak pidana pembunuhan diatur dalam Pasal 338 KUHP-345 KUHP, sebagai contoh dalam Pasal 338 KUHP

yaitu “Barang siapa dengan sengaja

menghilangkan nyawa orang lain dipidana karena pembunuhan dengan pidana penjara paling lama lima belas

tahun.”

Fungsi sidik jari (dactyloscopy) dalam proses penyidikan pada perkara tindak pidana pembunuhan dapat dilihat pada contoh kasus No/87B/III/2015/ LPG/Resort Bandar Lampung 2015 atas nama Reji dan Asep. Pembunuhan yang dilakukan Reji dan Asep terhadap Santri Aji lantaran kakak ipar korban bernama Eka (32) memiliki utang piutang jual beli ganja dengan kedua tersangka.

3

Dr. Leden Marpaung SH Proses penanganan perkara pidana (secara singkat) hlm 11.

4

(7)

Kakak ipar korban Eka ini, beli ganja 1 ons kepada Asep dan Rezi sebesar Rp 1 juta. Akan tetapi, uangnya tidak langsung dibayarkan oleh Eka kepada kedua tersangka. Karena ganja yang diberikan kepada Eka sudah habis terjual, kedua tersangka menagih uang hasil penjualan ganja tersebut kepada Eka.

Tapi kakak ipar korban Eka ini tidak langsung memberikan uangnya dan selalu menjanjikan kepada kedua tersangka. Hingga akhirnya, Eka mengajak adik iparnya Santri Aji. Saat itu, Eka ditagih uang sebesar Rp 1 juta hasil penjualan ganja oleh kedua tersangka. Eka pergi dengan alasan mau mengambil uang untuk membayar utang ganja dan meninggalkan adik iparnya Aji bersama kedua tersangka sebagai jaminan bahwa Eka akan kembali lagi membawa uang. Setelah ditunggu beberapa jam, Eka tidak juga kembali. Asep dan Rezi menanyakan kepada Aji, dimana alamat Eka tinggal? Aji enggan memberitahukannya, merasa kebingungan harus membayar ganja kepada bandar. Tersangka Asep dan Rezi memutuskan untuk mengambil sepeda motor Honda Beat dan sepeda motor milik Aji. Kedua tersangka mengajak Aji pergi ke Jalan Batu Gajah, Telukbetung Utara. Di tempat itu, terjadi keributan antara Asep dan Aji. Saat itu juga Rezi langsung menghujamkan senjata tajam pisau yang sudah dibawanya ke tubuh Aji hingga berkali-kali.

Dalam keadaan terluka, Aji berusaha untuk melarikan diri. Tersangka Asep memukul dan menendang Aji, saat itu dibarengi Rezi kembali menusuk Aji hingga akhirnya tewas. Setalah Aji tewas, Asep dan Rezi membuang mayat Aji di kebun dekat tempat pemakaman umum (TPU) belakang City Spa. Lokasi

tersebut, tidak jauh dari kedua tersangka menghabisi nyawa Aji. Polisi mendapatkan identitas korban melalui proses sidik jari dengan alat yang bernama MAMBIS (Mobile Automated Multi-Biometric Identification System) sehingga mendapatkan titik terang pada kasus pembunuhan tersebut. Kemudian pihak kepolisian berhasil mendapatkan identitas tersangka yaitu Asep dan Rezi. Tersangka asep dan rezi, membawa kabur sepeda motor honda beat dan ponsel milik korban. Lalu kedua tersangka menjual sepeda motor itu, melalui perantara tersangkanya alim dan kosem. Usai menjual motor korban kepada alim dan kosem lalu tersangka asep dan rezi melarikan diri dan bersembunyi di daerah Cilegon, Banten dan Bekasi Jawa Barat. Hingga akhirnya petugas berhasil menangkap kedua tersangka ditempat tersebut.5

Untuk mengungkap hasil temuan sidik jari, tim Inafis menggunakan teknologi bernama "Mambis" atau sistem identifikasi multibiometrik otomatis untuk mengungkap kasus pembunuhan. Mambis adalah Mobile Automated Multi- Biometric Identification System.

Penggunaan alat Mambis sendiri cukup unik dalam mengungkapkan identitas , selama pemilik sidik jari sudah melakukan perekaman data e-KTP maka data dirinya sudah terekam, hal ini berlaku seluruh warga Negara Indonesia, Sebab Mambis terhubung dengan database kependudukan, dalam hal ini e-KTP milik kementrian Dalam Negeri. Dengan Mambis, begitu sidik jari terekam maka secara otomatis akan muncul data pribadi mengenai pemilik sidik jari tersebut.

5

(8)

Mambis atau Mobile Automated Multi-Biometric Identification System untuk mengungkap hasil temuan sidik jari digunakan dalam perangkat khusus dapat memindai atau selaput pelangi dan scan sidik jari.

Hanya dengan memindai retina mata dan sidik jari, jati diri korban kejahatan atau pembunuhan serta pelaku kejahatan tanpa identitas bisa diketahui dengan cepat memiliki ponsel yang terintegrasi di mana aplikasi berjalan dalam sistem android dan terkoneksi dengan database Administrasi Kependudukan. Perekaman retina dan sidik jari diproses dengan cepat melalui akses khusus ke database Administrasi Kependudukan Kementrian Dalam Negeri. Hanya beberapa detik saja data diri muncul di layar meliputi nama lengkap, alamat dan wajah sesuai rekaman e-KTP. Dengan adanya Mambis ini tujuan utamanya adalah mengungkap pelaku kejahatan atau korban berdasarkan sidik jari.6

Berdasarkan uraian diatas maka ilmu bantu sidik jari (dactyloscopy) sangat berfungsi membantu penyidikan kepolisian untuk mengungkap tindak pidana pembunuhan yang terjadi hal itu dikarenakan sidik jari adalah hal yang penting untuk membantu membuat terang suatu peristiwa pidana yang terjadi dan menentukan siapa tersangkanya.

Untuk lebih jauh melihat fungsi sidik jari (dactyloscopy) dalam proses penyidikan perkara tindak pidana pembunuhan terlebih dahulu akan diuraikan secara umum jumlah kasus pembunuhan dan penyidikan kasus pembunuhan menggunakan ilmu bantu sidik jari (dactyloscopy) maupun yang tidak menggunakan ilmu bantu sidik jari

6

Hasil wawancara dengan Amsir, Penyidik Unit Infasis Bandar Lampung, Rabu 14 Juni 2017

(dactyloscopy) pada tahun 2015-2017 di Polresta Bandar Lampung.

Berdasarkan jumlah 9 kasus pembunuhan yang ditangani polresta bandar lampung menggunakan ilmu bantu sidik jari (dactyloscopy), terlihat bahwa kasus yang terungkap saat penyidikan menggunakan ilmu bantu sidik jari (dactyloscopy) adalah 67%, dibandingkan dengan kasus yang tidak terungkap hanya sedikit sekali yaitu 33%. Beranjak dari tabel tersebut terlihat bahwa sidik jari (dactyloscopy) sangat akurat untuk membantu penyidik dalam mengungkap tindak pidana pembunuhan yang terjadi seperti persentasi keberhasilan yang terlihat pada tabel diatas. Untuk lebih mengetahui lagi peranan penting sidik jari (dactyloscopy) akan dibandingkan dengan penyelesaian kasus yang tidak menggunakan ilmu bantu sidik jari (dactyloscopy).

Berdasarkan data penyidikan tindak pidana pembunuhan yang tidak menggunakan ilmu bantu sidik jari (dactyloscopy) terlihat bahwa kasus yang terungkap yaitu 33 % sedangkan kasus yang tidak terungkap juga cukup lumayan banyak yaitu 67%. Hal ini terlihat bahwa penyidik tindak pidana pembunuhan yang tidak menggunakan ilmu bantu sidik jari (dactyloscopy) yang terungkap dengan kasus yang tidak terungkap lebih efektif memakai tehnik dactyloscopy.

(9)

hanya sebesar 33%. Dari hal itu dapat benar-benar diketahui bahwa memang ilmu bantu sidik jari (dactyloscopy) sangat membantu penyidik dalam mengungkap tindak pidana pembunuhan. Jika dilihat tabel 3 (tiga) dapat diketahui bahwa penyidikan tindak pidana pembunuhan yang tidak menggunakan ilmu bantu sidik jari (dactyloscopy) yaitu kasus yang terungkap sebesar 33% sedangkan kasus yang tidak terungkap sebesar 67%. Untuk mempermudah mengamati fungsi penting ilmu sidik jari (dactyloscopy) dalam mengunghkap tindak pidana pembunuhan dapat dilihat dari tingkat keberhasilan dan tingkat kegagalan. Dari tingkat keberhasilan, penyidik yang menggunakan ilmu bantu sidik jari (dactyloscopy) yaitu sebesar 67%, sedangkan yang tidak menggunkan ilmu bantu sidik jari (dactyloscopy) sebesar 33 %.

Berdasarkan tingkat keberhasilan tersebut dapat diketahui bahwa penyidikan menggunakan ilmu bantu sidik jari (dactyloscopy) lebih membantu penyidik kepolisian dalam mengungkap tindak pidana pembunuhan. Dari tingkat kegagalan, penyidikan yang mengguanakan ilmu sidik jari (dactyloscopy) cukup lumayan besar yaitu 33% hampir 50% kegagalannya.

Melihat dari tingkat keberhasilan dan kegagalan penyidik menggunakan ilmu bantu sidik jari (dactyloscopy) dapat dikatakan bahwa ilmu bantu sidik jari (dactyloscopy) memiliki fungsi penting dalam proses penyidikan perkara tindak pidana pembunuhan. Namun jika dilihat dari tabel 2 (dua) dan 3 (tiga), ilmu bantu sidik jari (dactyloscopy) digunakan hanya dalam 6 kasus dari 9 kasus yang terjadi, padahal dapat dilihat jelas tingkat keberhasilan ilmu bantu sidik jari (dactyloscopy) lebih besar dibandingkan dengan penyidik yang tidak

menggunakan ilmu bantu sidik jari (dactyloscopy), hal ini terlihat seolah penyidik menggunakan ilmu bantu sidik jari (dactyloscopy) dikesampingkan dan seharusnya lebih diutamakan.

Berdasarkan uraian diatas, fungsi ilmu bantu sidik jari (dactyloscopy) dalam proses penyidikan tindak pidana pembunuhan tidak akan dengan mudah terlihat dan berhasil, harus memperhatikan beberapa hal penting dalam hal menggunakan ilmu bantu sidik jari (dactyloscopy). Selanjutnya akan diurakan dari pendapat responden untuk mengetahui agar fungsi sidik jari (dactyloscopy) dapat terlihat untuk membantu proses penyidikan tindak pidana pembunuhan.7

Menurut Bhirawidha selaku anggota satuan Sat Reskrim Polresta Bandar Lampung, dalam melakukan proses penyidikan pada perkara tindak pidana pembunuhan dengan menggunakan sidik jari (dactyloscopy) itu sangat mempermudah penyidik dalam mengungkap suatu peristiwa pidana. Dalam hal identifikasi sidik jari jika telah didapat sidik jari yang ditemukan ditempat kejadian perkara lalu akan dibandingkan dengan orang yang dicurigai sebagai tersangka.

Membandingkan sidik jari yang diperoleh pada saat olah tempat kejadian perkara itu bukan dengan mudah dibandingkan begitu saja.8 Menurut Amsir, sidik jari yang ditemukan pada saat olah tempat kejadian perkara dikatakan identik atau sama dengan sidik jari orang yang dicurigai sebagai

7

Hasil wawancara dengan Bhirawidha, S.Kom, MM, Sat Reskrim Polresta Bandar Lampung, Rabu 14 Juni 2017

8

(10)

tersangka itu harus dengan teliti mengamati perbandingan sidik jari yang didapat saat olah tempat kejadian perkara dengan sidik jari milik seseorang yang dicurigai sebagai tersangka harus terdapat sebelas titik persamaan. Jika terdapat sebelas titik persamaan maka dinyatakan mutlak bahwa sidik jari itu milik orang yang dicurigai sebagai tersangka.Penyelesaian perkara tindak pidana pembunuhan dengan bantuan sidik jari (dactyloscopy) sangat mempermudah penyidik menemukan tersangka dengan terutama di poltabes Bandar lampung.

Menurut penulis dari uraian diatas bahwa sidik jari yang diketemukan saat olah tempat kejadian perkara kemudian dibandingkan dengan sidik jari tersangka jika terdapat sebelas titik persamaan makan sidik jari itu dinyatakan identik. Dengan apa yang telah dijelaskan bahwa jika terdapat sebelas titik persamaan maka sudah dipastikan itu milik tersangka, hal ini terlihat jelas bahwa fungsi sidik jari (dactyloscopy) sangat penting untuk membantu penyidik dan mempermudah proses penyidikan. Dari apa yang telah diuraikan diatas maka sudah jelas diketahui ilmu bantu sidik jari (dactyloscopy) sangat berfungsi membantu penyidik kepolisian untuk mengungkap tindak pidana pembunuhan yang terjadi. Maka dari itu perlu penerapan secara keseluruhan bagi pihak kepolisian selaku penyidik dan tidak hanya setengah-setengah dalam menerapkannya.9

Menurut, penyidikan menggunakan ilmu bantu sidik jari (dactyloscopy) bagi pihak kepolisian sudah tidak asing, namun pada penerapannya identifikasi sidik jari dikesampingkan, hal ini dikarenakan polisi lebih mengutamakan

9

Hasil wawancara dengan Amsir, Penyidik Unit Infasis Bandar Lampung, Rabu 14 Juni 2017

pemeriksaan saksi dan tersangka., juga terkadang kepolisian menggunakan diskresi untuk menekan tersangka mengakui perbuatannya. Jika penyidik benar-benar mengerti tentang bermanfaatnya sidik jari (dactyloscopy) maka identifikasi sidik jari tidak akan dikesampingkan. Sebenarnya sidik jari (dactyloscopy) benar-benar diterapkan oleh penyidik karena sidik jari akan menjadi keyakinan hakim dalam proses persidangan sebagai alat bukti keterangan ahli sebagaimana diatur dalam Pasal 184 KUHAP. Science investigation dilakukan dalam proses penyidikan untuk membantu penyidik dalam mengungkap suatu tindak pidana. Science investigation dilakuka oleh seorang ahli atau seorang yang memiliki pengetahuan atau ilmu pengetahuan khusus, dimana nantinya dalam proses persidangan akan menjadi suatu keterangan ahli seperti yang disebutkan dalam Pasal 184 KUHAP. Dan perlu diketahui juga bahwa Science investigation akan menjadi alat bukti dalam persidangan jika mendapat keyakinan dari hakim.10

Menurut penulis dari pendapat Firganefi, S.H,M.H tersebut jika dihubungkan dengan Pasal 184 KUHAP dactyloscopy (sidik jari) merupakan Science investigation dalam hukum acara pidana Science investigation merupakan keterangan ahli dimana disampaikan oleh seseorang yang memiliki keahlian khusus dalam suatu ilmu pengetahuan yang akan menjadi alat bukti dalam persidangan. Seperti dalam Pasal 186 KUHAP menyatakan bahwa keterangan seorang ahli adalah apa yang seorang ahli nyatakan dalam siding pengadilan. Science investigationdiberikan pada saat sebelum atau sesudah pemeriksaan oleh

10

(11)

penyidik atau penuntut umum yang dibuat dalam bentuk laporan dan dibuat dengan mengangkat sumpah diwaktu menerima jabatan atau pekerjaan. Jadi Pasal ini sedikit banyak memberikan penjelasan bahwa keterangan ahli didasarkan pada penyidikan ilmiah atau Science investigation sebagai pertimbangan hakim dalam proses persidangan dan dijadikan sebagai alat bukti keterangan ahli sebagaimana dimaksud dalam Pasal 184 KUHAP.11 Menurut penulis dari hasil wawancara yang dilakukan di Polresta Bandar lampung bahwa diketahui peranan sidik jari (dactyloscopy) dalam mengungkap suatu perkara tindak pidana pembunuhan memiliki fungsi yang sangat besar membantu penyidik mempermudah proses penyidikan dan menentukan titik terang suatu peristiwa tindak pidana dan menemukan siapa tersangkanya. Namun penyidik kepolisian harus benar-benar memiliki bekal pengetahuan yang lebih tentang sidik jari agar itu sebagai bekal bagi mereka dalam mempermudah proses penyidikan. Diketahui pula bahwa dalam membandingkan sidik jari tersangka dengan sidik jari yang ditemukan ditempat kejadian perkara harus memiliki sebelas titik persamaan, dan jika terdapat sebelas titik persamaan maka itu dinyatakan mutlak milik tersangka.

B. Faktor-faktor penghambat penyidik dalam proses perkara pembunuhan dengan mengguna-kan bantuan ilmu Sidik Jari (Dactyloscopy)

Dalam melakukan penyidikan perkara tindak pidana pembunuhan dengan bantuan ilmu sidik jari (dactyloscopy) terkadang penyidik mengalami

hambatan-hambatan dalam

11

Hasil wawancara dengan Firganefi S.H.,M.H Dosen Fakultas Hukum Unila

melaksanakannya. Menurut Soerjono Soekanto ada beberapa faktor penghambat penegakan hukum di Indonesia, yaitu:

1. Faktor hukumnya sendiri atau atau peraturan itu sendiri

2. Faktor penegak hukum, yakni pihak-pihak yang membentuk maupun yang menerapkan hukum,

3. Faktor sarana atau fasilitas yang mendukung penegakan hukum 4. Faktor masyarakat, yakni faktor

lingkungan dimana hukum itu diterapkan,

5. Faktor kebudayaan, yakni sebagai hasil karya cipta rasa didasarkan ada karsa manusia didalam hidup.12 Faktor-faktor di atas dapat dijadikan acuan untuk melihat faktor penghambat bagi penyidik dalam melakukan proses penyidikan pada perkara tindak pidana pembunuhan dengan menggunakan bantuan ilmu sidik jari (dactyloscopy). Di dalam praktiknya, faktor-faktor yang menjadi penghambat bagi penyidik dalam melakukan proses penyidikan perkara tindak pidana pencurian dengan bantuan ilmu dactyloscopy (sidik jari) adalah:

1. Faktor Hukum

Faktor hukum adalah salah satu faktor penting yang menghambat proses penyidikan mengguakan ilmu bantu sidik jari (dactyloscopy), karena saat ini hanya kewenangan untuk pengambilan sidik jari yang diatur oleh undang-undang seperti disebut dalam Pasal 15 ayat 1 huruf h undang-undang nomor 2 tahun 2002 tentang kepolisian Negara Republik Indonesia. Maka dari itu hal ini menyebabkan penyidik kepolisian seringkali mengabaikan penggunaan sidik jari dalam proses penyidikan dikarenakan pengaturan undang-undang hanya mengatur kewenangan

12

(12)

pengambilan sidik jari saja bukan mengharuskan penyidik untuk menggunakan ilmu bantu sidik jari (dactyloscopy) dalam setiap proses penyidikan.13

2. Faktor Penegak Hukum

Menurut Amsir, kurangnya pengetahuan penyidik kepolisian tentang sidik jari sangat menjadi faktor penghambat dalam melakukan penyidikan dengan bantuan sidik jari (dactyloscopy). Hal itu dikarenakan saat penyidik menggelar olah tempat kejadian perkara,terkadang penyidik yang minim pengetahuan tentang sidik jari justru merusak sidik jari yang ada ditempat kejadian perkara dengan menyentuh barang ditempat kejadian perkara tanpa menggunakan sarung tangan dan juga ketidak hati-hatian dalam mengidentifikasi sidik jari seperti menggunakan serbuk terlalu banyak dan juga kuas yang ditekan terlalu kuat itu justru akan merusak sidik jari ditempat kejadian perkara. Untuk itu diharaokan bagi penyidik untuk lebih memahami dan mengetahui tentang pentingnya identifikasi sidik jari dalam mempermudah proses penyidikan.

3. Faktor Masyarakat

Menurut Amsir faktor masyarakat merupakan faktor menghambat proses identifikasi sidik jari pada perkara tindak pidana pembunuhan. Hal ini dikarenakan masyarakat kurang memahami arti pentingnya sidik jari dan kurang mengerti tentang tempat kejadian perkara. Tidak jarang dari proses penyidikan pada perkara tindak pidana pembunuhan dengan bantuan ilmu sidik jari (dactyloscopy) penyidik mengalami kesulitan dalam menemukan sidik jari yang tertinggal ditempat kejadian perkara. Semua itu dikarenakan masyarakat merusak sidik jari ditempat

13

Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar 1983 hlm 12-14

kejadian perkara dan membuat penyidik mengalami kesulitan dalam menemukan sidik jari tersangka. Untuk itu diharapkan agar masyarakat memahami arti pentingnya tempat kejadian bagi penyidik untuk memperlancar proses penyidikan dan penegakan hukum.

Menurut Amsir faktor masyarakat yang menjadi faktor penting dalam menghambat proses penyidikan pada perkara tindak pidana pembunuhan dengan bantuan ilmu sidik jari (dactyloscopy). Tempat kejadian perkara merupakan suatu yang penting bagi penyidik untuk mencari bukti-bukti yang tertinggal seperti sidik jari tersangka ditempat kejadian perkara dan juga untuk menemukan titik terang siapa tersangkanya. Masyarakat yang belum memahami tentang tempat kejadian perkara menjadi penghambat penting bagi penyidik, hal ini dikarenakan masyarakat seringkali merusak sidik jari yang tertinggal ditempat kejadian perkara dengan cara menyentuhatau masuk ketempat kejadian perkara sebelum penyidik datang.14

4. Faktor Cuaca

Menurut Bhirawidha cuaca yang sering berubah dapat merusak sidik jari yang tertinggal ditempat kejadian perkara. Dapat dicontohkan terkadang sidik jari tersangka tertinggal dimeja atau dikaca yang berdebu itu sifatnya sangat rapuh dan dapat dengan mudah sekali rusak.Cuaca yang buruk seperti angin yang kencang membuat sidik jari tersebut menjadi rusak dan mempersulit penyidik dalam melakukan identifikasi sidik jari.15

14

Hasil wawancara dengan Amsir, Penyidik Unit Infasis Bandar Lampung, Rabu 14 Juni 2017 15

(13)

Menurut Amsir faktor cuaca salah satunya jika terjadi hujan sehingga dapat menghapus bekas sidik jari yang menempel di lantai sehingga mengakibatkan hilangnya atau kaburnya sidik jari laten di Tempat Kejadian Perkara dan mempersulit penyidik dalam melakukan identifikasi sidik jari.

Berdasarkan uraian di atas faktor cuaca sangat mempengaruhi proses penyidikan dalam perkara pembunuhan untuk mendapatkan sidik jari tersebut di Tempat Kejadian Perkara. Oleh karena itu penyidikan tidak dapat berlangsung dengan cepat guna mengetahui identitas korban atau pelaku dalam proses penyidikan perkara pembunuhan karena faktor cuaca dapat menghapus bekas sidik jari yang menempel di Tempat Kejadian Perkara salah satu contoh nya ketika hujan turun mengakibatkan hilangnya atau kaburnya sidik jari laten dapat mempersulit menemukan sidik jari tersebut.

III. PENUTUP A. Simpulan

Berdasarkan dari hasil penlitian dan pembahasan fungsi sidik jari (dactyloscopy) bagi penyidik dalam proses perkara pembunuhan adalah : a. Membantu penyidik kepolisian

dalam menemukan identitas korban atau tersangka dalam proses perkara pembunuhan guna mendapatkan titik terang dalam proses perkara pembunuhan tersebut.

b. sidik jari (dactyloscopy) sebagai alat bukti keterangan ahli sebagaimana dimaksud dalam Pasal 184 KUHAP dalam proses persidangan dan dijadikan pertimbangan hakim. c. MAMBIS (mobile automated multi

biometric identification system) adalah peralatan canggih yang terkoneksi dengan Kartu Tanda

Penduduk (e-KTP) sehingga dapat langsung menenemukan sidik jari identitas korban dan tersangka dalam proses penyidikan perkara pembunuhan.

d. Sidik jari (dactyloscopy) adalah penanda identitas permanen bahkan dalam kematian sidik jari kita tetap ada sehingga sangat mudah mengidentifikasi mayat dan juga setiap manusia memiliki sidik jari yang berbeda bahkan sodara kembar sekalipun.

1. Faktor penghambat proses penyidikan perkara pembunuhan dengan bantuan ilmu sidik jari (dactyloscopy) adalah:

a. Faktor hukum

Bahwa belum adanya ketentuan yang mewajibkan penyidik harus menggunakan sidik jari (dactyloscopy) hanya kewenangan untuk pengambilan sidik jari yang diatur oleh undang-undang seperti disebut dalam Pasal 15 ayat 1 huruf h undang-undang nomor 2 tahun 2002 tentang kepolisian Negara Republik Indonesia maka dari hal ini menyebabkan penyidik kepolisian seringkali mengabaikan penggunaan sidik jari dalam proses penyidikan dikarenakan pengaturan undang-undang hanya mengatur kewenangan pengambilan sidik jari saja bukan mengharuskan penyidik untuk menggunakan ilmu bantu sidik jari (dactyloscopy) dalam setiap proses penyidikan.

(14)

identifikasi sidik jari yang terkadang justru penyidik sendiri yang merusak sidik jari saat olah tempat kejadian perkara dikarenakan penyidik yang kurang memahami arti pentingnya sidik jari (dactyloscopy) saat proses penyidikan. Hal ini dikarenakan dari tujuh orang anggota unit identifikasi sidik jari di Poltabes Bandar lampung hanya tiga orang anggota yang benar-benar memahami dan mengerti tentang pentingnya sidik jari dalam proses penyidikan.

c. Faktor Masyarakat

Bahwa sangat kurangnya pengetahuan masyarakat tentang arti penting tempat kejadian perkara bagi penyidik saat prose penyidikan menggunakan identifikasi kurang dimengerti oleh masyarakat, terkadang justru masyarakat yang merusak tempat kejadian perkara sehingga otomatis sidik jari yang tertinggal akan ikut rusak dan hal itu menghambat proses penyidikan. d. Faktor Cuaca

bahwa dengan faktor cuaca proses identifikasi penyidikan perkara pembunuhan dapat menyulitkan penyidik karena sidik jari dapat hilang atau rusaknya di Tempat Kejadian Perkara. Sehingga otomatis proses guna mengungkap perkara pembunuhan tersebut dapat menghambat proses penyidikan

B. Saran

Adapun saran-saran dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Diharapkan pihak kepolisian sebagai penyidik lebih memahami dan menambah pengetahuan tentang

sidik jari (dactyloscopy) agar dapat mempermudah proses penyidikan. 2. Menjalin hubungan yang baik antara

pihak kepolisian dengan masyarakat dengan cara memberikan pengetahuan tentang pentingnya tempat kejadian perkara agar masyarakat memahami pentingnya tempat kejadian perkara bagi penyidik dalam proses penyidikan. 3. Bahwa dalam menggunakan

identifikasi sidik jari jangan hanya setengah-setengah dalam proses penyidikan, dan sudah saatnya sidik jari (dactyloscopy) diatur dengan tegas untuk dapat wajib digunakan dalam proses penyidikan dalam kitab undang-undang hukum acara pidana agar memiliki landasan yuridis yang pasti.

DAFTAR PUSTAKA

Marpaung, Dr. Leden. 2013. Proses penanganan perkara pidana (secara singkat). Jakarta

R. Soesilo, & M. Karjadi. 1989. Kriminalistik (ilmu Penyidikan Kejahatan), Cetakan Pertama, Bandung : PT. Karya Nusantara.

Soekanto, Soerjono. 2008. Faktor –

faktor yang mempengaruhi penegakan hukum.

Soekanto, Soerjono. 1983. Sosiologi Suatu Pengantar 1983

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan a) Rata – rata kontribusi Pajak Hotel terhadap Pajak Daerah sebesar 1,86% dan terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Segala puji syukur bagi ALLAH SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada peneliti, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Pengaruh

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepuasan pelanggan terhadap kualitas pelayanan jasa pada graPARI TELKOMSEL sangat memuaskan, karena berdasarkan diagram kartesius menunjukkan

PENGARUH TOTAL QUALITY MANAGEMENT DAN DISIPLIN KERJA TERHADAP KUALITAS PELAYANAN.. (Studi kasus pada

Sebagai upaya peningkatan performansi kerja, dalam suatu perusahaan biasanya memiliki budaya perusahaan yang berfungsi mengarahkan perilaku karyawan dalam mencapai tujuan

Disahkan dan Diterima oleh Panitia Penguji Sidang Tugas Akhir Program Studi Desain Komunikasi Visual Fakultas Seni Rupa dan

Mengingat jumlah informan yang besar, maka pengambilan informan penelitian secara sengaja ( purposive sampling ) dengan perincian sebagai berikut: 1 orang dokter, 1 orang bidan,

Kata Kunci: Analisis semiotik, Semiotik Roland Barthes, Cover Majalah, Pempuan Dalam Politik, Majalah, Tanda Verbal dan Nonverbal, Menteri Susi.. xii