RINGKASAN MATA KULIAH
“KONSEP PENGAUDITAN MANAJEMEN/KINERJA” Mata Kuliah : Pengauditan Manajemen
Dosen Pengampu : Drs. Wartono, M.Si, Akt, CPA, CA
Disusun Oleh :
Alifia Faizun Nahari F1314008
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SEBELAS MARET
BAB 3
“Konsep Audit Kinerja” Perkembangan Audit Kinerja
Tuntutan masyarakat akan terciptanya transparansi dan akuntabilitas dalam pengelolaan dana publik membuat terjadinya revolusi audit kinerja. Di Indonesia, audit kinerja juga mulai diperkenalkan pada tahun 1976, dengan dimulainya kerjasama BPK dengan US-GAO. Hingga saat ini perkembangan audit kinerja di Indonesia masih mengalami pasang surut.
Pengertian Audit Kinerja
Audit kinerja menurut Malan, dkk adalah suatu proses sistematis dalam mendapatkan dan mengevaluasi bukti secara objektif atas kinerja suatu organisasi, program, fungsi, atau kegiatan. Sedangkan, Pasal 4 ayat 3 UU No. 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara, mendefinisikan audit kinerja sebagai audit atas pengelolaan keuangan negara yang terdiri atas audit aspek ekonomi dan efisiensi serta audit aspek efektivitas. Audit kinerja (performance audit) merupakan perluasan dari audit laporan keuangan, dalam hal prosedur dan tujuan.
Istilah Dalam Audit Kinerja
Perbedaan Antara Audit Kinerja dan Audit Keuangan
Berikut diuraikan perbedaan antara audit kinerja dan audit keuangan :
1. Lingkup audit keuangan meliputi seluruh laporan keuangan, sedangkan audit kinerja lebih spesifik dan fleksibel dalam pemilihan subjek, objek dan metodologi audit.
2. Audit keuangan merupakan audit reguler sedangkan audit kinerja tidak. 3. Opini/pendapat dalam audit keuangan bersifat baku sedangkan pada audit
kinerja bukan merupakan audit dengan jenis opini yang sudah ditentukan. 4. Audit kinerja dilaksanakan dengan dasar pengetahuan yang bersifat
multidisiplin dan lebih banyak menekan pada kemampuan analisis.
5. Audit kinerja bukan bentuk audit berdasarkan checklist.Dalam kerjanya auditor disyaratkan agar memiliki kemampuan komunikasi yang baik. Karakteristik Audit Kinerja
Karakteristik berikut ini yang membedakan audit kineja dengan jenis audit lainnya yaitu:
1. Audit kinerja berusaha mencari jawaban atas dua pertanyaan dasar berikut. a. Apakah sesuatu yang benar telah dilakukan?
b. Apakah sesuatu telah dilakukan dengan cara yang benar?
Kedua pertanyaan tersebut ditujukan untuk pembuat kebijakan dimana tujuannya untuk mengevaluasi apakah kebijakan telah diputuskan dengan tepat serta sejauh mana kebijakan yang diambil telah diterapkan dengan benar dan dilaksanakan dengan cara-cara yang memadai. Kedua pertanyaan tersebut merupakan makna dari efektifitas dan efisiensi.
2. Proses audit kinerja dapat dihentikan apabila pengujian terperinci dinilai tidak akan memberikan nilai tambah yang signifikan bagi perbaikan manajemen atau kondisi internal lembaga audit tidak mampu melaksanakan pengujian terperinci.
3. Profesor Soemardjo Tjitrosidojo memberikan karakteristik audit kinerja sebagai berikut:
b. Pemeriksa haruslah wajar, objektif dan realistis; dapat berpikir secara dinamis, konstruktif, dan kreatif serta harus dapat bertindak secara diplomatis, dan harus tangguh untuk tetap bertekad meneruskan suatu penyelidikan sampai akhirnya berhasil.
c. Pemeriksa harus mempunyai pengetahuan ketrampilan dari multidisiplin ilmu.
d. Agar pemeriksaan dapat berhasil dengan baik, pemeriksa harus dapat berpikir dengan menggunakan sudut pandang sebaga pejabat pimpinan organisasi yang diperiksanya.
e. Pemeriksaan operasional harus dapat berfungsi sebagai suatu “early warning system” agar pimpinan secara tepat pada waktunya dapat mengambil tindakan-tindakan korektif yang mengarah kepada perbaikan organisasinya.
Karakteristik diatas sangat relevan dengan konsep audit kinerja sebagai audit for management bukan audit to management. Dalam audit for management auditor harus memberikan rekomendasi.
Manfaat Audit Kinerja
Manfaat utama audit kinerja adalah untuk meningkatkan kinerja dan akuntabilitas publik. Audit kinerja dapat meningkatkan kinerja suatu entitas yang diaudit dengan cara sebagai berikut :
1. Mengidentifikasi permasalahan dan alternatif penyelesaiannya.
Auditor sebagai pohak independen dapat membantu memberikan suatu pandangan kepada manajemen untuk melihat permasalahan secara lebih mendalam dari sisi operasional.
2. Mengidentitifkasi sebab-sebab aktual dari suatu permasalahan yang dapat diatasi oleh kebijakan manajemen atau tindakan lainnya.
Auditor harus dapat menetapkan suatu permasalahan yang aktual dan solusi yang dapat dilakukan untuk mengatasi permasalahan tersebut. 3. Mengidentifikasi peluang atau kemungkinan untuk mengatasi keborosan
atau ketidakefisienan.
pemotongan biaya tetapi harus dipertimbangkan dampak keseluruhan operasional.
4. Mengidentifikasi kriteria untuk menilai pencapaian tujuan organisasi. Pada situasi tertentu, kriteria terkait mungkin tidak tersedia dan disinilah auditor dapat membantu manajemen dalam membangun kriteria tersebut. 5. Melakukan evaluasi atas sistem pengendalian internal.
Auditor harus menentukan apakah mekanisme pelaporan telah menyediakan informasi tentang efektifitas operasional.
6. Menyediakan jalur komunikasi antara tataran operasional dan manajemen. Audit kinerja dapat menjadi sarana untuk menyampaikan permasalahan yang tidak dapat disalurkan melalui struktur komunikasi yang sudah disusun di organisasi tersebut.
7. Melaporkan ketidakberesan.
Audit kinerja dapat menjadi sarana untuk menyampaikan kepada manajemen setiap penyimpangan sehingga kerugian dan dampak yang lebih besar dapat segera diatasi.