• Tidak ada hasil yang ditemukan

6 Laporan Ringkasan Per Prov Monev Pelaks SI Dan SKL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan " 6 Laporan Ringkasan Per Prov Monev Pelaks SI Dan SKL"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN

HASIL PEMANTAUAN PELAKASANAAN STANDAR

ISI DAN STANDAR KOMPETENSI LULUSAN

ABSTRAK MASING-MASING PROVINSI

PUSAT KURIKULUM

BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL

2007

(2)

1. Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam

Secara umum sekolah yang terpilih seagai sampel monitoring termasuk kategori sekolah terbaik. Sekolah-sekolah tersebut umumnya memiliki sarana dan perlengkapan yang cukup baik dan memadai. Silabus dan RPP umumnya telah dimiliki dan disusun sendiri, demikian juga dengan media dan sarana pendukung pembelajaran. Hanya saja, sebagian bahan ajar masih belum begitu menunjukkan warna local. Namun, dari hasil wawancara dapat disimpulkan bahwa guru merasa belum percaya diri dengan kondisi karena belum ada kegaiatan pemantapan dan pengesahan dari Dinas Pendidikan setempat. Di beberapa sekolah, proses pembelajarannya masih belum sepenuhnya mengikuti prinsip belajar aktif.

Kesiapan sekolah secara umum untuk melaksanakan KTSP sudah termasuk baik, karena telah dimulai uji coba silabus yang disusun. Namun RPP belum semua guru memilikinya terutama untuk bahan yang mereka ajarkan sewaktu terjadi pemantauan melalui observasi langsung ke kelas sewaktu mengajar.

Nampaknya untuk pelaksanaan KTSP masih perlu pembinaan dan bimbingan teknis, paling tidak untuk mengecek kembali yang telah dilakukan daerah/ sekolah dalam rangka pemantapan silabus yang mereka susun termasuk keterampilan guru dalam membuat RPP, sehingga pelaksanaan KTSP berjalan dengan sempurna.

2. Sumatera Utara

Menurut kepala sekolah, guru-guru di sekolahnya merasa kesulitan menyusun silabus terutama dalam hal pengembangan penilaian dan bahan ajar yang sesuai SK, KD, dan indikator. Selama ini, berbagai kesulitan itu diatasi melalui forum-forum diskusi antar guru, bimbingan dari kepala sekolah dan/atau mendatangkan nara sumber yang kompeten di bidangnya.

Setelah mengembangkan KTSP dan menyusun perangkat-perangkat yang dibutuhkan, guru-guru mulai menyadari bahwa dalam merancang perangkat dan proses pembelajaran sangat perlu dipertimbangkan hal-hal berikut, yaitu: karakteristik kompetensi, materi, keberadaan alat dan bahan, alokasi waktu, jumlah siswa per kelas serta karakteristik dan potensi daerah yang bersangkutan. Untuk menentukan alokasi waktu untuk setiap kompetensi, perlu diperhatikan tingkat kesulitan kompetensi dan materi pelajaran, tingkat pencapaian atau kemampuan rata-rata siswa, serta dukungan saranan dan prasarana pembelajaran.

3. Bengkulu

(3)

Berbagai permasalahan tentang kurikulum dan pembelajaran dapat diatasi bila terjadi koordinasi dan kerjasama diantara tenaga kependidikan yang ada pada jajaran sekolah di Provinsi Bengkulu. Kerjasama yang harmonis bisa terjadi dengan dibangunnya jaringan kurikulum di wilayah Provinsi Bengkulu..

Berbagai upaya yang telah ditempuh dalam pembetukan dan pemberdayaan Tim Pengembang Kurikulum di Dinas Pendidikan Provinsi Bengkulu:

1. Telah dibentuk Tim Pengembang Kurikulum Provinsi Bengkulu melalui surat keputusan, melibatkan unsur-unsur: Pengawas, Kepala Sekolah dan Guru berbagai jenjang, Dinas Pendidikan

2. Melibatkan LPMP melakukan sosialisasi kebijakan pemerintah tentang KTSP dalam kerjasama dengan Dinas Pendidikan, LPMP juga melibatkan perguruan tinggi.

3. Sejauh ini pengawas turut dilibatkan secara maksimal di dalam sosialisasi kurikulum. 4. Banyak sekolah yang secara sukarela mengembangkan KTSP meskipun belum pernah

mendapatkan sosialisasinya.

5. Selama ini secara informal Dinas Pendidikan Provinsi Bengkulu sering menunjuk guru tertentu untuk dipersiapkan sebagai tim pengembang kurikulum.

6. Dengan terbentuknya Tim setelah kegiatan ini, secara otomatis anggotanya sudah bertugas untuk melakukan sosialisasi dan-atau pendampingan dalam menyusun KTSP di berbagai sekolah / wilayah yang masih menghadapi kesulitan.

4. Jambi

Sampai saat ini belum semua kabupaten/kota yang menginformasikan tentang kegiatannya berkaitan dengan pembinaan sekolah dalam pengembangan KTSP. Dinas Pendidikan provinsi juga kesulitan untuk memantau apakah semua kabupaten/kota telah mengalokasikan dana untuk pembinaan KTSP. Untuk mengatasi hal ini, mulai tahun 2008 Dinas Pendidikan Provinsi akan melakukan koordinasi secara proaktif.

5. Riau

Kesiapan sekolah untuk mengembangkan dan melaksanakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) sudah terlihat pada saat masing-masing sekolah secara antusias menyusun dokumen KTSP dan perangkatnya. Dalam proses tersebut, masing-masing sekolah berkeinginan untuk menunjukkan karakteristik sekolahnya masing-masing. Karakteristik yang ditonjolkan tersebut mengacu kepada kekhasan potensi dan kebutuhan peserta didik serta karakteristik daerah. Pengembangan KTSP ini telah melibatkan seluruh warga sekolah dan berkoordinasi dengan komite sekolah. .

(4)

keunggulan sebagai warga sekolah, (3) menciptakan lingkungan sekolah yang bersih, indah, tertib, dan aman, (4) memberikan pembinaan terhadap pengamalan agamanya bagi siswa, (4) menerapkan manajemen partisipatif yang melibatkan seluruh warga sekolah dan komite sekolah dengan asas kekeluargaan, (5) pengembangan teknologi informasi dan komunikasi pada kesiapan pembelajaran, administrasi sekolah dan kurikulum, dan (6) pengembangan perpustakaan menuju elektronic library eksternal/internal.

Visi dan misi tersebut diterjemahkan lebih lanjut ke dalam sasaran dan tujuan satuan pendidikan dalam rangka membangun sumber daya manusia yang berkualitas. Oleh karena rumusan visi, misi tersebut merupakan kesepakatan semua pihak, maka dalam proses pelaksanaanya juga didukung oleh semua pihak. Hal ini memperlancar proses kemandirian sekolah sebagai implikasi dari penerapan asas dsentralisasi.

6. Sumatera Barat

Umumnya sekolah-sekolah di Sumatera Barat, terutama SMA dan SMK telah mulai menyusun KTSP sebelum masuk tahun ajaran tahun 2007. Meskipun pada awalnya proses penyusunan KTSP dan perangkatnya bersifat “meraba-raba”, namun pengalaman yang demikian mempercepat proses pemahaman terhadap kebijakan sebagai dasar penyusunan KTSP. Pemahaman tersebut semakin menguat dengan adanya kaidah-kaidah atau rambu-rambu penyusunan yang disusun oleh BSNP.

Dalam pengembangan KTSP, para pengembang mengawali dengan pengkajian terhadap kebijakan nasional terutama SI dan SKL. Pengkajian SK dan KD dilakukan sebelum merymuskan indikator pada saat merancang silabus dan RPP. Selain pengkajian kebijakan, tim juga mempertimbangkan karakteristik, potensi, dan kemampuan rata-rata peserta didik. Semua ini menjadi dasar dalam penjabaran lebih lanjut dalam penentuan alokasi waktu, lingkup atau cakupan materi pembelajaran, rancangan kegiatan pembelajaran, penilaian, dan sumber belajar. Dengan demikian, guru menjadi lebih mudah menyusun RPP mulai dari kegiatan awal/pembuka, kegiatan inti, dan kegiatan akhir/penutup).

7. Sumatera Selatan

Dalam hal data pelaksanaan SI dan SKL di tiap kabupaten/kota, pihak Dinas Pendidikan provinsi belum selesai melakukan pendataan yang menyeluruh, sehingga belum diketahui secara pasti daerah-daerah mana yang sudah mendapat atau melakukan sosialisasi/menyusun KTSP. Alasannya adalah, sejauh ini belum ada laporan resmi dari Dinas Kabupaten/Kota

(5)

belum memahami KTSP, dan mereka mengusulkan agar para pengawas dilatih secara khushs. Sistem penilaian PLB masih mengacu pada penilaian skolah normal yang seharusnya perlu ada model khusus untuk penilaian dan pembelajaran pada pendidikan luar biasa.

Pendidikan khusus baik guru maupun institusinya, nampaknya lebih tertinggal dibandingkan dengan sekolah-sekolah umum/reguler lainnya, terutama dalam hal mendapatkan informasi tentang PP 22 dan 23 dan implementasinya dan kaitannya dengan penerapan KTSP. Guru ragu-ragu ketika harus menerapkan standar isi yang dianggap terlalu sulit bagi siswa sekolah luar biasa, terutama yang kategori C, C1, dan D1. Pelatihan KTSP sejauh ini terlalu umum, pelatihan perlu yang lebih spesifik, sebaiknya ada pelatihan KTSP mulai dari penyusunan Silabus, RPP termasuk strategi pembelajaran yang khas sesuai karakteristik mata pelajaran dan tingkat perkembangan peserta didik. .

8. Lampung

Dalam perencanaan pembelajaran, rumusan yang ada dalam silabus sudah sesuai dengan apa yang diharapkan dalam pedoman, tetapi aspek dalam silabus masih memuat pengalaman belajar dan dalam penilaian masih ada tagihan yang terdiri dari tiga kolom yaitu jenis tagihan, bentuk instrumen dan contoh instrumen. Pada lembaran pertama ada lembaran yang menggambarkan program semester yang dalamnya mencakup perhitungan alokasi waktu pada setiap indikator yang ada dalam masing-masing KD. Di samping itu, dilakukan uji blok 1, 2, 3, serta cadangan. Rumusan yang ada dalam tujuan pembelajaran sama dengan rumusan indikator, rumusan materi ajar telah menjabarkan materi pokok yang ada dalam silabus dan materi lebih diperjelas dalam bahan ajar (terlampir); mengenai rumusan metode ada pemberian informasi dan diskusi; rumusan dalam langkah kegiatan telah sesuai yang mencakup kegiatan awal menggali kemampuan dan pengetahuan siswa tentang pembiasan lensa tipis yang telah dipelajari siswa di sekolah sebelumnya. Untuk kegiatan inti juga telah merinci dari silabus yang mereka hasilkan dan sesuai dengan komponen-komponen yang ada dalam silabus. Sebagai salah satu guru memberikan tugas kelompok dan tugas individual. Pada alat dan bahan ada kesesuaian namun dalam penilaian hanya terdapat lembar kerja dan tertulis. Bambaran ini tidak menggambarkan kebutuhan pada RPP yang memuat penilaiannya seperti apa kuncinya mana dan teknik skoringnya bagaimana

9. Kepulauan Bangka Belitung

(6)

10.Kepulauan Riau

Peran Dinas sangat besar dalam pelaksanaan KTSP di sekolah, karena fungsinya sebagai fasilitator, koordinator, distributor, dan supervisor. Sebagai fasilitator, Dinas berperan dalam menyediakan sarana dan prasarana dalam pelaksanaan KTSP; sebagai koordinator, Dinas berperan dalam melakukan hubungan antara sekolah dengan pemerintah pusat dalam penyelenggaraan KTSP; sebagai distributor, Dinas meneruskan kebijakan dari pemerintah pusat ke sekolah sebagai pelaksana KTSP; dan sebagai supervisor, Dinas berperan dalam memantau pelaksanaan KTSP di sekolah.

Dinas Pendidikan Kepulauan Riau mempunyai peran yang cukup besar sebagai fasilitator dalam menyelenggarakan kegiatan sosialisasi KTSP, walaupun ada kecenderungan masih bergantung pada provinsi lain yang lebih progresif. Dalam penyelenggaraan kegiatan sosialisasi tersebut, biasanya diselenggarakan oleh Dinas Provinsi bekerja sama dengan Direktorat dan Instruktur yang telah mengikuti TOT. Materi sosialisasi berupa Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum, KBM, Penilaian Berbasis Kelas (PBK), Penyusunan Silabus, dan Penyusunan Bahan Ajar, serta mengaku cukup paham dengan substansi materi tersebut. Dinas Pendidikan Provinsi melakukan distribusi untuk silabus masing-masing mata pelajaran, termasuk juga beberapa naskah perangkat KTSP yang umum, berupa Pedoman KTSP seperti Kerangka Dasar, Pedoman KBM, Pedoman Penilaian Berbasis Kelas, dan Pedoman Pengembangan Silabus. Hal-hal lain yang dilakukan Dinas dalam mendukung pelaksanaan KTSP di sekolah berupa pelatihan bagi guru dalam mengembangkan silabus dan bahan ajar, menyediakan sarana dan prasarana seperti alat bantu mengajar dan bahan-bahan untuk praktik, serta bantuan dana.

11.Banten

Kurikulum yang dibuat oleh sekolah sebaiknya pengurus komite diminta untuk memberi masukan yang sesuai dengan bidangnya. Komite mendukung KTSP yang mengharuskan murid mempunyai kompetensi sesuai dengan bidangnya. Sebaiknya tidak dipungut biaya tambahan kecuali untuk ektrakurikuler yang insidentil, misalnya: lomba ilmiah. Praktek di BPLP kegiatan otomotif yang saat ini dilaksanakan berbeda dengan system pemetaannya, sehingga biayanya lebih murah. Buku pelajaran belum sepenuhnya memcukupi (baru 65-80%). Buku-buku belum mencukupi tersedia di perpustakaan sehingga siswa harus membeli buku sendiri sesuai dengan yang dibutuhkan.

12.Jawa Barat

(7)

Sebagian besar responden mengaku tidak mengalami kesulitan untuk memperolehnya dan sebagian besar sudah mempelajari dokumen KTSP tersebut, sehingga mereka telah memahami secara garis besar apa isi dari dokumen tersebut.

Bagi responden yang belum memiliki dokumen tersebut menjawab mengetahui mengenai keberadaan dukumen tersebut berdasarkan penjelasan dari pengawas, kepala sekolah, dan teman. Sebagian besar responden menyatakan bahwa sekolah mereka telah menyusun KTSP dengan cara disusun sendiri dan diadaptasi atau disesuaikan dengan keadaan dan kebutuhan sekolah. Dan sebagian dari mereka mengaku mengalami kesulitan dan sebagian lagi mengaku tidak mengalami kesulitan dalam menyusun KTSP.

Kesulitan dialami dalam merumuskan visi dan misi karena sulit menyamakan persepsi, menetapkan mata pelajaran dalam menentukan jumlah jam dan strategi pembelajaran, menetapkan dan mengembangkan muatan lokal kerena sulit menentukan program yang berpotensi di masyarakat, menetapkan dan mengembangkan kegiatan pengembangan diri karena sulit menyesuaikan antara minat siswa dengan sarana yang ada di sekolah, menyusun kelender pendidikan karena terlambatnya kalender pendidikan dari Dinas Pendidikan Kota/Provinsi ke sekolah, dan menentukan sumber dan alat pembelajaran karena kurangnya sarana pembelajaran yang dimiliki sekolah.

Sebagian besar responden memiliki pengetahuan yang memadai mengenai KTSP, dalam pelaksanaannya guru menyusun sendiri silabus yang digunakan dengan melibatkan pengawas. Mereka telah mengetahui komponen apa saja yang harus ada dalam silabus, dan mengerti perbedaan antara silabus dengan RPP.

Permasalahan yang dihadapi dalam pelaksanaan KTSP antara lain pemahaman guru mengenai KTSP yang berbeda-beda dan keterbatasan sekolah dalam memenuhi fasilitas pembelajaran. Dokumen KTSP yang sudah disusun atau ada di sekolah antara lain visi dan misi sekolah, struktur dan muatan kurikulum, kalender pendidikan, silabus, dan RPP.

Sosialisasi KTSP belum menyentuh pendidikan luar biasa, sehingga guru pada pendidikan luar biasa belum mengetahui dengan pasti apa itu KTSP, mereka juga belum memiliki dokumen KTSP, apalagi menerapkan KTSP. Kondisi ini memerlukan perhatian yang serius dari Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat mengingat tanggung jawab pembinaan PLB ada di pundaknya.

13.DKI Jakarta

(8)

indikator pada silabus dan tujuan pembelajaran pada RPP bolehkah sama ataukah harus berbeda? Pemahaman guru umumnya memandang keduanya sama. (5) Guru kesulitan mengembangkan metode pembelajaran pola baru. (6) Sosialisasi pengembangan pembelajaran dengan metode dan pendekatan baru belum merata

Persoalan yang muncul seputar penyusunan RPP, antara lain:

(1) menentukan banyaknya indicator setiap KD. Diharapkan adanya sosialisasi yang lebih komprehensif.

(2) Sebaiknya diadakan muker/raker untuk menyusun RPP agar guru tidak terlalu terbebani oleh tugas administrasi.

(3) Kesulitan dalam menjabarkan rumusan yang lebih rinci dari indikator

(4) Perlu adanya Buku Pedoman Guru agar membantu guru yang mengalami kesulitan dalam merumusan materi sangat memberatkan guru karena terlalu banyak aspek-aspek yang dinilai pada semua pelajaran dalam pembuatan soal khususnya dalam pembuatan kisi-kisi sulit dalam menentukan aspek (kognitif, afektif, dan psikomotor) dalam satu pelajaran.

Persoalan-persoalan di atas`mengindikasikan bahwa pemahaman guru sudah makin menguat karena persoalan itu muncul akibat proses analisis dari dokumen yang dikembangkan. Artinya, persoalan seperti itu tidak akan muncul apabila yang bersangkutan belum mengalaminya.

14.Jawa Tengah

Guru di kota semarang pada umumnya semua pernah mengikuti kegiatan sosialisasi KTSP, bahkan ada yang ikut lebih dari dua kali. Lembaga yang mengadakan kegiatan sosialisasi KTSP tersebut ialah dari Dinas Pendidikan Propinsi dan Direktorat dan sekolah. Setelah mengikuti sosialisasi KTSP, aspek yang dirasakan cukup paham ialah :

ƒ Kerangka dasar dan Stuktur Kurikulum (Kebijakan KTSP secara umum)

ƒ Kegiatan Pembelajaran(KBM) yang sesuai dengan KTSP

ƒ Penilaian Berbasis Kelas

ƒ Penyusunan Silabus

ƒ Penyusunan Bahan Ajar

15.Jawa Timur

(9)

Pada satuan pendidikan menengah, sebagian daerah sudah terbiasa dengan KBK, seperti Sidoarjo sehingga untuk menerapkan KTSP tidak terlalu bermasalah.

16.Daerah Istimewa Yogyakarta

Dengan pemberlakuan otonomi daerah termasuk dalam hal ini otonomi pendidikan, pemerintah telah memberikan wewenang bahwa setiap sekolah/madrasah mengembangkan kurikulum berdasarkan standar isi (SI) dan standar kompetensi lulusan (SKL), dan berpedoman pada panduan yang ditetapkan Badan Standar Nasional Pendidikan(BSNP). Kebijakan dimaksud untuk memberikan kesempatan bagi sekolah (kepala sekolah, guru, konselor, dan tenaga pendidik lainnya) mengembangkan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP), silabus, dan rencana pelaksanaan pembelajaran(RPP) yang disesuaikan dengan kondisi dan karakteristik sekolah. Meskipun sosialisasi dan pelatihan KTSP telah dilaksanakan oleh berbagai unit terkait, namun belum sepenuhnya sekolah/madrasah dapat mengembangkan KTSP sesuai dengan harapan.

17.Bali

Standar Komptensi dan Komptensi dasar sudah sesuai dengan Standar Isi dan Standar kelulusan. Rumusan indikator sudah tepat dengan kompetensi dasar, kata kerja kemampuan sudah digunakan yaitu mengidentifikasi, menghitung, dan membedakan, serta rumusan sudah mengacu pada kompetensi yang ingin dicapai. Materi pembelajaran menggunakan istilah kegiatan pembelajaran, variasi kegiatan sudah cukup, komptensi yang ingin dicapai sudah sesuai dengan pokok-pokok kegiatan. Penilaian yang digunakan yaitu pertanyaan lisan, dan ulangan tes tulis, bentuk tagihannya pilihan ganda, dan uraian bebas.

18.Nusa Tenggara Barat

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan guru, metode dan strategi pembelajaran sudah sesuai dengan tuntutan kompetensi. Indikator yang disusun oleh guru sudah terukur dan mengacu kepada kompetensi dasar. Secara umum, teknik dan alat penilaian sudah disesuaikan dengan tuntutan kompetensi dan indicator. Hanya saja, teknik penilaian yang digunakan belum dicantumkan dalam silabus. Dalam proses pembelajaran, guru telah menerapkan pembelajaran kontekstual, inkuiri, PAKEM. Dengan pembelajaran yang demikian terlihat antusiasme siswa dalam mengikuti pembelajaran.

19. Nusa Tenggara Timur

(10)

Seiring dengan perubahan paradigma pendidikan di tingkat nasional, dimana kurikulum berbasis kompetensi diamanatkan untuk diterapkan di sekolah-sekolah dan pengembangannya pada tingkat satuan pendidikan, maka sekolah-sekolah di provinsi Nusa Tenggara Timur menerapkan kurikulum berbasis kompetensi sudah sejak tahun 2003. Namun demikian, pelaksanaannya masih terbatas pada sekolah-sekolah model percontohan yang berskala nasional. Peran Dinas Pendidikan dalam hal ini sangat menentukan dalam memberikan motivasi bagi terlaksananya kurikulum berbasis kompetensi (KTSP) dan khususnya penerapan Permendiknas No. 22, 23, 24 tahun 2006.

20.Kalimantan Barat

Rumusan komponen silabus yang disusun sudah sesuai antara Standar Kompetensi dan Kompetensi dasar dengan Standar Isi dan Standar Kelulusan. Dalam merumuskan indikator sudah sesuai yaitu sudah menggunakan kata kerja kemampuan. Dalam rumusan materi pembelajaran masih menggunakan materi pokok. Kegiatan pembelajaran sudah tepat dengan rumusan dalam Kompetensi Dasar, baik dalam variasi kegiatan, dan dengan kompetensi yang diinginkan. Teknik/bentuk penilaiannya sudah tepat, rumusan tugasnya juga sudah tepat. Alokasi waktu dan sumber belajar juga sudah dicantumkan dalam silabus.

21.Kalimantan Selatan

Kegiatan pembelajaran masih berlangsung tradisional dimana guru dominan berceramah diselingi tanya jawab dengan pertanyaan tertutup. Alat bantu yang digunakan hanya papan tulis dan spidol. Kegiatan pembelajaran kurang bervariasi, guru selalu menuliskan rumus struktur asam karboksilat dan ester, siswa diminta memberi nama senyawa tersebut. Hal terjadi dalam pembelajaran dan penilaian. Untuk memperkaya pemahaman siswa, sebaiknya guru memberikan nama asam karboksilat dan ester, siswa diminta menuliskan rumus strukturnya. Kompetensi dasar yang diajarkan di kelas X ini, sebetulnya ada kelas XII dalam standar isi tetapi menurut guru dalam rangka menyiapkan SMA Negeri 1 Banjarmasin menjadi sekolah internasional maka KD tersbut diajarkan di kelas X.

22.Kalimantan Tengah

(11)

di setiap jenjang kelas. Sementara standar kompetensi lulusan yang di dalamnya memuat kemampuan yang harus dikuasai peserta didik di setiap mata pelajaran setelah yang bersangkutan menyelesaikan pendidikannya pada jenjang tertentu. Permendiknas No. 24: tentang pelaksanaan/penjelasan Permendiknas No 22 dan 23 Surat Edaran Mendiknas No. 33/SE/2007 tentang Sosialisasi KTSP: - Model-model KTSP:

23.Kalimantan Timur

Beberapa sekolah telah terbiasa dengan KBK sejak tahun 2003/2004, dan saat ini sekolah-sekolah tersebut telah melaksanakan KTSP. Rata-rata kepala sekolah-sekolah dan sebagian guru telah mengikuti sosialisasi KTSP sebanyak 1 sampai dengan 4 kali, baik yang

diselenggarakan oleh Pusat Kurikulum maupun Direktorat terkait serta Dinas Pendidikan. Di samping itu, setiap guru dai gugus dan MGMP juga sering melakukan pertemuan membahas tantang KTSP. Di antara kepala sekolah dan guru yang pernah mengikuti pelatihan,

sebagian kecil masih merasakan kesulitan karena belum sepenuhnya paham tentang KTSP. Namun, dilihat dari hasil observasi, wawancara, dan dokumen persiapan guru dapat disimpulkan bahwa guru-guru tersebut sudah mulai mengarah kepada siatuasi pembelajaran yang diinginkan, yaitu mengacu kepada pencapaian kompetensi melalui pembelajaran aktif, kreatif dan menyenangkan (PAKEM). Kesulitan lain adalah pada saat mengembangkan penilaian sesuai SK dan KD; mengembangkan LKS yang sesuai dengan SK dan KD serta mengembangkan bahan ajar yang sesuai dengan SK dan KD.

Dalm hal penilaian, sebagian kecil guru merasakan kesulitan terutama dalam hal pembobotan. Kesulitan tersebut umumnya disebabkan karena guru belum terbiasa membuat patokan yang jelas dan terukur. Demikian juga dengan pelaporan, guru mengalami kesulitan dalam mengisi rapor yang formatnya selalu berubah-ubah.

24.Gorontalo

Memalui observasi yang dilakukan di beberapa sekolah, kelihatan belum banyak variasi pembelajaran yang digunakan guru. Proses belajar masih terlihat monoton, pada saat observasi pelajaran IPA, guru terpaku pada bahan yang ada dalam buku teks. Pola pembahasan yang diterapkan guru ialah siswa mempelajari tentang yang tertulis pada buku teks. Selanjutnya siswa mengerjakan tugas latihan yang tertera di buku secara klasikal dan melalui tanya jawab. Dalam kegiatan ini nampak bahwa aktivitas guru cenderung berperan sebagai instruktur, misalnya guru berucap tentang hal-hal berikut: ingat konsepnya (saat anak menulis), cek hasil pekerjaanmu, ada yang beda pendapat, bagaimana pendapatmu (petugas: hasil pendapat teman yang lain), coba ulangi lagi, mana yang benar (jika ada lebih dari satu hasil kerja anak untuk nomor yang sama), bagaimana ini kok diam saja, bagaimana kalau nanti ada ulangan dengan soal seperti ini bisa-bisa kalian tidak bisa mengerjakan, hayo yang wanita maju jangan hanya yang laki-laki, dan sebagainya.

(12)

kompetensi bervariasi setiap siswa, maka guru perlu mepersiapkan rancangan pembelajaran yang dapat mengakomodasi keberagaman pencapaian kompetensi siswa.

Dalam pengembangan strategi pembelajaran perlu diperhatikan bahwa semua informasi (fakta, konsep, dan teori/generalisasi) memiliki nilai aplikatif yang mampu mengembangkan keterampilan-keterampilan dan sikap-sikap yang dibutuhkan untuk hidup berkelanjutan sebagai manusia dalam kondisi apa pun. Sehingga nampak bahwa guru belum berperan sebagai seseorang yang melakukan pelayan maksimal kepada setiap siswa. Padahal dalam kurikulum berbasis kompetensi peran pokok guru adalah memfasilitasi (fasilitator) siswa agar berkembang sesuai dengan potensi yang dimiliki.

Di samping itu, guru juga diharapkan mampu menumbuhkembangkan minat dan motivasi (motivator) belajar sehingga setiap siswa memiliki kemamuan dan kemampuan berkembang secara mandiri. Agar semua kekhasan siswa dapat diakomodasi maka guru juga diharapkan mampu mengkreasi (kreator) berbagai cara, media, sumber, dan pendekatan pembelajaran, serta mencoba melakukan pembaharuan-pembaharuan dalam pembelajaran sebagai tuntutan profesi (inovator).

25.Sulawesi Selatan

Pada umumnya responden menyatakan bahwa sekolah telah memiliki dokumen KTSP meskipun secara legalitas belum disahkan oleh Dinas Pendidikan setempat. Bahan acuan penyusunan KTSP diperoleh melalui CD dan cetak. Pada umumnya responden telah memahami apa, mengapa, dan bagaimana KTSP, akan tetapi tidak secara spesifik dapat menjelaskan sejauhmana pemahaman mereka berkaitan dengan KTSP. . Ada beberapa sekolah yang secara baik dapat melaksanakan KTSP tetapi juga ada beberapa sekolah yang masih mencoba-coba untuk menerapkan KTSP di sekolahnya. Namun secara prinsip sekolah tidak mengalami hambatan jika kebijakan tersebut harus diterapkan di sekolahnya masing-masing. Pada umumnya responden telah memahami apa, mengapa, dan bagaimana KTSP, akan tetapi tidak secara spesifik dapat menjelaskan sejauhmana pemahaman mereka berkaitan dengan KTSP. Namun secara prinsip sekolah tidak mengalami hambatan jika kebijakan tersebut harus diterapkan di sekolahnya masing-masing

Permasalahan yang umum adalah implementasi KTSP itu sendiri di tiap-tiap satuan pendidikan. Di samping itu, ada sekolah yang mengalami permasalahan seperti: dana hanya berasal dari BOS, belum ada keterlibatan komite dan pengawas sekolah untuk membantu sekolah dari permasalahan yang dihadapi.

26.Sulawesi Tengara

(13)

mengcopy sendiri dalam bentuk CD dan ada juga yang mengcopy sendiri dalam bentuk cetak, tetapi tidak ada yang memperoleh dari dinas atau membeli sendiri. Sebagian Kepala Sekolah ada yang kesulitan untuk memperoleh dokumen-dokumen tersebut. Ada Kepala Sekolah yang sudah mempelajari dokumen-dokumen yang mereka miliki tetapi ada juga yang belum mempelajarinya. Pada umumnya SI dan SKL dipahami sebagai kebijakan yang di dalamnya memuat tentang standar kompetensi dan kompetensi dasar setiap mata pelajaran di setiap jenjang kelas. Sementara standar kompetensi lulusan yang di dalamnya memuat kemampuan yang harus dikuasai peserta didik di setiap mata pelajaran setelah yang bersangkutan menyelesaikan pendidikannya pada jenjang tertentu. Permendiknas No. 24: tentang pelaksanaan/penjelasan Permendiknas No 22 dan 23 Surat Edaran Mendiknas No. 33/SE/2007 tentang Sosialisasi KTSP: - Model-model KTSP:

KTSP dibuat oleh satuan pendidikan bersama komite. Renstra, visi, misi, tujuan pendidikan satuan pendidikan dan nasional, struktur kurikulum, beban bel;ajar, kalender pendidikan Di dalamnya ada beberapa komponen: Visi dan misi serta tujuan pendidikan, Kalender pendidikan, Struktur kurikulum.

Silabus dibuat oleh guru mata pelajaran, memacu kreativitas guru untuk mengembangkan SK dan KD dalam bentuk materi pembelajaran yang akan disajikan termasuk langkah-langkah aplikasinya. Silabus memuat SK, KD materi pokok, indikator, pengalaman belajar, evaluasi RPP dibuat oleh guru-guru mata pelajaran, memacu kreativitas guru untuk menentukan indikator dan merancang proses belajar mengajar di kelas untuk mencapai tujuan pembelajaran dengan mengacu pada pembelajaran yang aktif, kreatif, dan menyenangkan (Pakem). RPP memuat mata pelajaran, SK, KD, indikator, tujuan, langkah-langkah, sumber belajar, penilaian. Model-model muatan lokal: muatan lokal ditentukan berdasarkan rapat dewan guru. pengembangan diri dipilih berdasarkan kriteria dan potensi sekolah yang dimiliki: diaktifkan melalui ekstrakurikuler, model-model pembelajaran IPA/IPS Terpadu, model-model pembelajaran tematik: tentang pembelajaran secara terpadu berdasarkan tema yang ada, model-model khusus (PLB).

Walaupun Belum semua guru memiliki dokumen-dokumen tersebut, tetapi mereka sudah pernah mendengar tentang dokumen-dokumen tersebut. Guru pernah mendengar tentang dokumen tersebut dari Kepala dinas, pengawas, dan teman serta melalui studi banding.

Permasalahan yang ada dalam menyusun KTSP:

• Menetapkan dan mengembangkan muatan lokal: belum ada referensi

• Menetapkan dan mengembangkan kegiatan pengembangan diri: pengembangan diri yang dilaksanakan ada yang fasilitasnya tidak ada di sekolah, sehingga guru dan siswa mencari fasilitas lain dan belum ada referensi

• Menetapkan criteria ketuntasan: belum ada spesifikasi tiap mata pelajaran untuk menentukan standar ketuntasan belajar minimal (SKBM)

• Menentukan pelaksanaan kegiatan pendidikan kecakapan hidup: tidak ada referensi

• Menetapkan dan mengembangkan pendidikan berbasis keunggulan lokal: tidak ada referensi

• Menetapkan materi pokok: materi pokok yang ada tidak sistematis

(14)

27.Sulawesi Tengah

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan guru, metode dan strategi pembelajaran sudah sesuai dengan tuntutan kompetensi. Indikator yang disusun oleh guru sudah terukur dan mengacu kepada kompetensi dasar. Secara umum, teknik dan alat penilaian sudah disesuaikan dengan tuntutan kompetensi dan indicator. Hanya saja, teknik penilaian yang digunakan belum dicantumkan dalam silabus. Dalam proses pembelajaran, guru telah menerapkan pembelajaran kontekstual, inkuiri, PAKEM. Dengan pembelajaran yang demikian terlihat antusiasme siswa dalam mengikuti pembelajaran.

28.Sulawesi Utara

Dari hasil diskusi dan wawancara dengan tim pengembanga kurikulum, pengawas dan unsure structural di Dinas Pendidikan dapat disimpulkan bahwa pada umumnya sekolah menyatakan siap menerapkan KTSP, tetapi jika dilihat lebih jauh, kenyataanya mereka belum siap terutama bila dilihat dari kesiapan perangkat pembelajaran. Hal lain yang sering membuat bingung para pelaksana di lapangan adanya Adanya duplikasi program yang dikelolah oleh Pusat. Berbagai duplikasi tersebut diiringi dengan persepsi dan interpretasi yang berbeda-beda sehingga membingungkan pelaksana dilapangan. Persoalan ini akan diatasi melalui koordinasi antara unit terkait baik di pusat maupun di daerah terutama dengan perguruan tinggi setempat. Di samping itu, ada kesangsian terhadap kesiapan dan kinerja Tim Pengembang Kurikulum yang dibentuk melalui SK Gubernur, jika tidak dilakukan pembinaan yang berkelanjutan dan sistematis. Kesangsian ini berawal dari system perekrutan yang tidak melalui tes khusus. Namun kesangsian ini dijawab oleh Kepala Pusat Kurikulum dan Sesjen Depdiknas melalui beberapa alternatif, antara lain melalui peningkatan kerjasama antara pusat dan daerah terutama dalam penyediaan nara sumber, pembiayaan, dan pengedaan sarana pendukung. LPMP sebagai perpanjangan tangan pemerintah pusat belum dapat dipastikan kinerjanya, apakah betul-betul mampu memberikan jaminan terhadap mutu pendidikan di daerahnya. Kekhawatiran ini dapat diantisipasi melalui koordinasi semua pihak terkait.

Sangat disadari bahwa sesungguhnya misi (hidden mission KTSP) adalah mengangkat harkat dan martabat guru, namun pada kenyataanya, juklak dan juknis yang disusun oleh pusat justeru membelenggu kreatifitas guru, bagaimana sekolah menyikapi hal ini? Sementara penerapan KTSP akan terkendala apabila guru tidak diberdayakan. Di balik itu ada kesangsian bahwa apakah TPK yang dibentuk di tingkat provinsi ada yang ahli tentang sekolah bertaraf internasional (SBI)? Karena menurut UU, setiap daerah harus mengembangkan sekolah bertaraf internasional

29.Sulawesi Barat

(15)

berbeda-beda sehingga membingungkan pelaksana dilapangan. Persoalan ini akan diatasi melalui koordinasi antara unit terkait baik di pusat maupun di daerah terutama dengan perguruan tinggi setempat. Di samping itu, ada kesangsian terhadap kesiapan dan kinerja Tim Pengembang Kurikulum yang dibentuk melalui SK Gubernur, jika tidak dilakukan pembinaan yang berkelanjutan dan sistematis. Kesangsian ini berawal dari system perekrutan yang tidak melalui tes khusus. Namun kesangsian ini dijawab oleh Kepala Pusat Kurikulum dan Sesjen Depdiknas melalui beberapa alternatif, antara lain melalui peningkatan kerjasama antara pusat dan daerah terutama dalam penyediaan nara sumber, pembiayaan, dan pengedaan sarana pendukung. LPMP sebagai perpanjangan tangan pemerintah pusat belum dapat dipastikan kinerjanya, apakah betul-betul mampu memberikan jaminan terhadap mutu pendidikan di daerahnya. Kekhawatiran ini dapat diantisipasi melalui koordinasi semua pihak terkait.

30.Maluku

Secara umum KTSP yang telah dibuat sekolah sudah memenuhi kategori minimal yang telah ditetapkan dalam Panduan Penyusunan KTSP (BSNP). KTSP di sekolah ini dipilah menjadi 2 buku, yaitu: Buku I berisi KTSP secara umum dan Buku II berisi silabus dan RPP termasuk penilaian pembelajaran.

Adapun daftar isi KTSP (Buku I) sekolah tersebut adalah:

• Bab I Pendahuluan; latar belakang masalah, pengertian KTSP, landasan dasar, dan tujuan penyusunan kurikulum.

• Bab II Visi, Misi, dan Tujuan Sekolah; visi, misi, tujuan sekolah, dan tujuan pendidikan di SD.

• Bab III Kerangka Dasar, Struktur, dan Muatan Kurikulum; Kerangka Dasar Kurikulum, Struktur Kurikulum, dan Muatan Kurikulum.

• Bab IV Kalender Pendidikan.

Pengembangan silabus dan RPP pada umumnya telah dilakukan oleh para guru di sekolah ini. Hal ini terlihat dari dokumen yang mereka berikan untuk ditelaah. Sebagaimana talah dipaparkan pada bagian 1, bahwa silabus dan RPP disusun dalam satu bundel buku termasuk penilaian pembelajaran.

Silabus yang telah dibuat berisi identitas mata pelajaran, kelas, dan semester serta standar kompetensi. Silabus dibuat dengan menggunakan format matrik memanjang yang berisi: nomor (kolom 1), kompetensi dasar (2), materi pokok (3), kegiatan pembelajaran (4), indikator (5), penilaian (6), alokasi waktu (7), alat/ sumber bahan (8), keterangan (9).

Sedangkan RPP dibuat dalam bentuk format deskriptif yang berisi; (1) identitas mata pelajaran, (2) tujuan pembelajaran khusus, (3) kegiatan belajar mengajar (kegiatan awal, kegiatan inti, dan penutup), (4) alat/ sumber, dan (5) penilaian. RPP tersebut ditandatangi oleh guru dan kepala sekolah.

(16)

berbeda adalah mata pelajaran dikemas dalam tema-tema tertentu yang dikembangkan oleh guru.

Sarana pendukung pembelajaran di sekolah ini cukup lengkap, ada perpustakaan, ruang UKS, tempat praktek keterampilan, dan aula serta lapangan. Hal yang cukup menarik adalah perpustakaan di sekolah ini dikelola dengan baik dan buku-bukunya ditata dengan rapi dan terdapat pengkatalogisasian.

Secara umum sekolah ini telah mengembangkan dan melaksanakan KTSP, baik dilihat dari sisi rancangan maupun pelaksanaannya, walaupun dalam beberapa hal perlu ada peningkatan dan pengembangan lebih lanjut.

Beberapa rekomendasi yang dapat disampaikan dari hasil monitoring adalah:

• Monitoring sebaiknya dilakukan ke sekolah-sekolah dengan kategori yang berbeda-beda, misalnya: sekolah inti dan sekolah asor, sekolah yang ada di kota, semi kota, dan desa, bahkan tertinggal. Hal ini perlu untuk melihat sebara jauh perbedaan dan hambatan-hambatan yang dihadapi di bergaia sekolah tersebut dalam pengembangan dan implementasi kurikulum dan pembelajaran.

• Perlu ada instrumen yang disusun sedemikian rupa untuk memotret hal-hal yang akan dimonitoring sesuai dengan tujuan yang diinginkan. Adanya instrumen dapat membantu para pemonitor memperoleh data yang tepat dan akurat.

Bahan pendukung lain, seperti: kamera digital perlu disarankan kepada para pemonitor dalam pelaksanaan tugas monitoring.

31.Maluku Utara

Dengan pemberlakuan otonomi daerah termasuk dalam hal ini otonomi pendidikan, pemerintah telah memberikan wewenang bahwa setiap sekolah/madrasah mengembangkan kurikulum berdasarkan standar isi (SI) dan standar kompetensi lulusan (SKL), dan berpedoman pada panduan yang ditetapkan Badan Standar Nasional Pendidikan(BSNP). Kebijakan dimaksud untuk memberikan kesempatan bagi sekolah (kepala sekolah, guru, konselor, dan tenaga pendidik lainnya) mengembangkan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP), silabus, dan rencana pelaksanaan pembelajaran(RPP) yang disesuaikan dengan kondisi dan karakteristik sekolah. Meskipun sosialisasi dan pelatihan KTSP telah dilaksanakan oleh berbagai unit terkait, namun belum sepenuhnya sekolah/madrasah dapat mengembangkan KTSP sesuai dengan harapan.

32.Papua Barat

(17)

keberadaan alat dan bahan, sarna dan prasarana. Dalam menentukan alokasi waktu untuk setiap kompetensi dasar adalah tingkat kesulitan siswa, keberadaan alat dan bahan, sarna dan prasarana, penglaman guru dalam mengajar. Untuk menyusun program semester dan program tahunan perlu dipertimbangkan kalender pendidikan nasional, jumlah hari efektif pertahun, jumlah minggu efektif pertahun , alokasi waktu permata pelajaran

33. Papua

Pengembangan silabus dan RPP pada umumnya telah dilakukan oleh para guru di sekolah ini. Hal ini terlihat dari dokumen yang mereka berikan untuk ditelaah. Sebagaimana talah dipaparkan pada bagian 1, bahwa silabus dan RPP disusun dalam satu bundel buku termasuk penilaian pembelajaran.

Silabus yang telah dibuat berisi identitas mata pelajaran, kelas, dan semester serta standar kompetensi. Silabus dibuat dengan menggunakan format matrik memanjang yang berisi: nomor (kolom 1), kompetensi dasar (2), materi pokok (3), kegiatan pembelajaran (4), indikator (5), penilaian (6), alokasi waktu (7), alat/ sumber bahan (8), keterangan (9).

Sedangkan RPP dibuat dalam bentuk format deskriptif yang berisi; (1) identitas mata pelajaran, (2) tujuan pembelajaran khusus, (3) kegiatan belajar mengajar (kegiatan awal, kegiatan inti, dan penutup), (4) alat/ sumber, dan (5) penilaian. RPP tersebut ditandatangi oleh guru dan kepala sekolah.

Referensi

Dokumen terkait